Anda di halaman 1dari 10

CEMENT TREATED BASE

LINGKUP PEKERJAAN
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pencampuran, penghamparan dan
pemadatan aggregat, semen dan air sehubungan dengan persyaratan dalam
spesifikasi ini dan harus sesuai dengan dimensi dan potongan melintang yang
tertera dalam gambar serta garis dan kemiringan yang ditentukan oleh Pemberi
Tugas.
b) Cement Treated Base harus dibuat dalam satu deretan dari lajur lajur paralel.
Sambungan konstruksi memanjang harus dicetak dengan cetakan sementara
yang dipasang sesuai ketinggian dan kemiringan yang dipersyaratkan
sedemikian sehingga memungkinkan pemadatan dan penyelesaiannya.
Cetakan samping harus dibuka sebelum lajur disampingnya dibuat.
MATERIAL
a) Agregat
1) Agregat yang dipakai dapat dari batu pecah atau kerikil (gravel). Material
halus secara alami berasal dari pemecahan agregat sendiri.
2) Material yang berasal dari bongkaran konstruksi perkerasan yang ada,
granular base ataupun struktur lainnya harus diaur ulang bila akan
digunakan.
3) Pasir dapat dipakai sebagai tambahan untuk dapat memenuhi gradasi yang
dipersyaratkan
4) Gravel yang dipecah maupun yang tidak dipecah harus merupakan batuan
yang keras, tahan terhadap ausan, memenuhi kualitas, memenuhi gradasi
dan tidak mengandung batuan pipih, memanjang, bebas dari kotoran dan
material lain yang tidak layak untuk konstruksi.
5) Daur ulang dari konstruksi perkerasan yang ada hanya diijinkan maksimum
25% dari berat total.
6) Metoda yang dipakai untuk memproduksi batu pecah harus dapat
menghasilkan produksi yang konsisten. Bila perlu guna memenuhi
persyaratan atau mengeliminasi kelebihan partikel halus, hasil pecahan
disaring dulu.
7) Semua material yang lolos saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu,
gravel, atau hasil daur ulang dapat dicampurkan kedalam material base
sepanjang memenuhi persyaratan gradasi.
8) Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel berikut ini apabila diuji
dengan metoda ASTM C 136 dan ASTM C 117 (penyaringan basah)
9) Gradasi dalam tabel tersebut adalah batasan yang menentukan kelayakan
agregat yang dapat dipakai sebagai sumber material. Gradasi akhir
ditentukan berdasarkan batasan tabel tersebut dan harus merata dari kasar
sampai
halus.
10) Bagian dari agregat base, termasuk material yang dicampur yang lolos
saringan No. 40 harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25% dan
Plasicity Index tidak lebih dari 6% apabila diuji dengan metoda ASTM D
423
dan
ASTM
D
424.
11) Material yang tidak layak seperti lempung, lanau, gypsum, potongan
potongan kayu dan plastik harus dibuang dari agregat base.

b)
Semen
Portland
Semen Portland yang dipakai harus dari merek yang sudah lazim dipakai di
Indonesia dan memenuhi persyaratan ASTM C 150 untuk semen tipe I.
Dengan peersetujuan Pemberi Tugas semen dengan additive puzzolan
mungkin dapat dipakai dengan syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30%
berat.
c)
Air
Air yang dipakai untuk mencampur dan mengawetkan adukan harus bersih,
tidak mengandung bahan bahan yang dapat mengurangi kualitas seperti
lumpur, minyak, asam, bahan bahan organik, alkali, garam atau kotoran
kotoran lainnya yang merugikan.
KADAR
SEMEN
a) Sebelum pekerjaan dimulai, harus diadakan tes laboratorium terhadap contoh
agregat, semen dan air untuk menentukan jumlah semen yang diperlukan guna
memenuhi
persyaratan.
b) Kadar semen berkisar antara 3% sampai 6% dari berat kering agregat.
c) Spesimen tes dibuat dengan kadar semen berbeda beda dan dipadatkan
sesuai ASTM D 1557 metoda D dan kadar air optimum ditentukan untuk setiap
kadar semen. Sampel yang dipadatkan pada OMC akan ditentukan kuat desaknya
(compressive strength) sesudah 6 hari dan direndam selama 24 jam. Kadar semen
yang akan dipakai adalah kadar semen terhadap berat yang menghasilkan
karakteristik kuat desak laboratorium pada 7 hari tidak kurang dari 4481 kPa,
berdasarkan
tes
terhadap
sekurang
kurangnya
6
silinder.
Karakteristik kuat desak ditentukan dengan rumus X6 1 x Sd6 dimana
X6
=
rata
rata
dari
6
tes
Sd6 = standar deviasi dari 6 tes
METODA
PELAKSANAAN
a)
Batasan
Cuaca
Cement Treated Base tidak boleh dihampar pada waktu hari hujan.
b)
Pekerjaan
di
Pit
dan
Quarry
Material diperoleh dari borrow pit, quarry atau daur ulang material yang telah
disetujui. Material harus diambil dan ditangani sedemikian sehingga material
yang
didapat
seragam
dan
sesuai
dengan
yang
diharapkan
c)
Peralatan
1) Semua peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus
dalam kondisi baik dan harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum
pekerjaan dimulai.
2) Kontraktor harus menyediakan air dilokasi dalam jumlah yang cukup untuk
pelaksanaan
pekerjaan
ini.
3) Peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus mempunyai kapasitas
yang cukup untuk mencampur material/agregat + semen dan air dengan
proporsi sedemikian sehingga dapat dihasilkan cement treated base
course dengan gradasi dan konsistensi sesuai persyaratan
d)
Cetakan
dan
Penghamparan
1) Penghamparan Cement Treated Base dapat dilaksanakan dengan
menggunakan cetakan atau dengan menggunakan alat penghampar tanpa
cetakan
samping.
2) Bila menggunakan cetakan kayu atau metal, panjang minimum adalah 3
meter dan harus mempunyai ketebalan sama dengan tebal padat base
course dan dapat menghasilkan alignment yang bagus. Cetakan harus
ditempatkan sesuai dengan garis, elevasi dan kemiringan sesuai gambar

rencana.
Agar ketinggian dan kemiringan sesuai persyaratan dan gambar dapat
terpenuhi, lapisan teratas dari cement treated baseharus dihampar dengan
menggunakan
mechanical
paver.
4) Lapisan dibawah lapisan teratas dapat dihampar dengan menggunakan
motor
grader,
power
shovel
atau
peralatan
yang
sejanis.
5) Bila Kontraktor menggunakan alat penghampar, peralatan dan suppy
material harus mampu menghampar dan memadatkan dalam ketebalan
dan
kontur
yang
memenuhi
persyaratan.
6)
Persiapan
Lapisan
Bawah
Hamparan
(Underlying
Course)
1) Sebelum cement treated base dihampar, lapisan dibawahnya harus
disiapkan
sesuai
yang
dipersyaratkan.
2) Lapisan bawah ini harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum
penghamparan
dimulai.
3) Pengecekan ketinggian dan kemiringan hamparan dapat dilakukan
dengan grade stakes, steelpins, atau mal (forms) yang ditempatkan
berupa lajur lajur sejajar dengan sumbu dari perkerasan (landasan,
taxiway, jalan dsb), dalam interval sedemikian sehingga memungkinkan
benang benang dapat direntang daiantara stakes, pins, atau mal
tersebut
4) Untuk melindungi lapisan bawahnya (underlying course) dan agar
drainase berfungsi dengan baik, penghamparan CTB harus dimulai dari
tengah pada perkerasan yang berbentuk punggung (crowned) atau
pada bagian tertinggi pada perkerasan yang miring kesatu arah.
e)
Pencampuran
1) Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant sentral, dapat sistem
batching maupun menerus (continous). Perbandingan agregat dan semen
dapat
berdasrkan
berat
ataupun
volume.
2) Agregat untuk CTB harus dipisahkan paling tidak dalam dua ukuran dan
setiap ukuran harus disimpan terpisah. Satu tempat berisi agregat yang
tertinggal diatas saringan No. 4 dan tempat satunya lagi berisi agregat yang
lolos
saringan
No.
4
3) Dalam semua mesin pengaduk proporsi air dapat berdasarkan berat atau
volume. Peralatan pencampur ini harus dilengkapi dengan alat pengukur
sehingga Pemberi Tugas dapat mengecek jumlah air per batch atau debit
aliran pada continous plant. Air tidak boleh dituang sebelum agregat masuk
kedalam
mixer.
4) Bagian dalam mixer harus selalu dibersihkan sehingga tidak ada sisa
campuran
yang
mengeras
yang
tertinggal
didalamnya.
5) Apapun plant yang digunakan, semen harus dituangkan sedemikian
sehingga dapat terdistribusi merata dalam agregat selama pencampuran
(mixing).
6) Pemasukan material kedalam batching plant atau tingkat pemasukan (rate
of feed) dalam continous mixer tidak boleh melebihi kapasitas mixing plant.
7) Waktu mixing dalam continous plant tidak boleh kurang dari 30 detik,
kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dengan waktu kurang dari 30 detik
persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai secara konsisten.
f)
Penempatan
1) Penggunaan mixer dengan cara penuangan yang diluncurkan (chute)
diijinkan bila dengan cara ini dapat dijamin tidak terjadi segragasi.
2) Pada lapisan bawahnya (underlying course) sudah tidak terdapat alur alur
3)

atau bagian bagian yang lunak. Apabila permukaannya kering maka harus
dibasahi secukupnya akan tetapi tidak boleh sampai menyebabkan lapisan
bawah tersebut menjadi lumpur pada saat campuran akan diletakkan
3) Truk untuk transport campuran base course ini harus dilengkapi dengan
tutup pelindung (protective cover). Kapasitas truk sekurang kurangnya 10
ton.
4) Material base harus dihampar diatas underlying course yang telah
disiapkan
dengan
ketebalan
sedemikian
sehingga
bila
dipadatkan
permukaannya sesuai dengan ketinggian dan dimensi yang dipersyaratkan.
5) CTB harus dibuat secara berlapis lapis dengan ketebalan sesudah
dipadatkan tidak lebih dari 250 mm. Batasan ini dapat diabaikan bila
Kontraktor dapat membuktikan dengan tebal lebih dari 250 mm dapat
dicapai
kepadatan
yang
diminta.
6) Bila pembuatan CTB dilaksanakan secara berlapis lapis, maka permukaan
lapisan terbawah harus dikasarkan dengan garu agar terjadi ikatan yang
kuat dengan lapisan diatasnya. Lapisan kedua dan seterusnya dapat
dihampar dan dipadatkan 24 jam sesudah lapisan terbawah. Sebelum
meletakkan lapisan berikutnya, lapisan yang akan ditumpangi harus
dibasahi
secukupnya
agar
terjadi
ikatan
yang
kuat.
7) Tenggang waktu antara mixing dan penghamparan tidak boleh lebih dari 30
menit.
8) Peralatan untuk menghampar material base harus dapat menghasilkan
lapisan base dengan ketelitian, ketepatan serta keseragaman tebal dan
lebar.
g)
Pemadatan
1) Segera sesudah dihampar, material base harus harus dipadatkan dan
tenggang waktu antara penghamparan dan penyelesaian rolling terakhir
tidak boleh lebih dari 45 menit agar dapat dicapai kepadatan optimum.
2) Alat pemadat (roller) harus tersedia dalam jumlah dan kapasitas yang
cukup
agar
spesifikasi
terpenuhi.
3) Rute peralatan pemadatan harus direncana secara seksama untuk
menghindari terjadinya alur alur akibat jejak roda kendaraan atau traktor.
4) Bilamana perlu, sesudah pemadatan material base dirapikan (trimmed)
dengan motor grader sesuai dengan ketinggian yang tertera dalam gambar.
5) Penyelesaian harus sampai permukaan lapisan sesuai dengan gambar
potongan melintang dengan toleransi 10 mm diatas atau dibawah
permukaan rencana dan bila diuji dengan batang lurus sepanjang 3 meter
yang diletakkan sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu perkerasan, tidak
boleh
ada
perbedaan
tinggi
sebesar
6
mm
pada
setiap
titik.
6) Tes kepadatan lapangan harus dilakukan sekurang kurangnya satu kali
untuk setiap 1.000 m luas cement treated base. Kepadatan yang
dipersyaratkan adalah 98% dari kepadatan laboratorium pada OMC.
Kepadatan
lapangan
ditentukan
dengan
metoda
ASTM
D
1556.
7) Semua peralatan dan kendaraan yang menurut pendapat Pemberi Tugas
dapat merusak CTB atau material curing tidak diijinkan melewati base
course yang sudah jadi dalam 24 jam pertama dari waktu curing.
h)
Pre-cracking
Pemecahan (precracking) lapisan CTB dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya pecah karena susut yang tidak terkendali. Setiap lapisan CTB harus dipecah
(precrack) menjadi kotak-kotak berukuran 3,50 x 3,50 m2.Metoda pemecahan dapat
dipilih dari beberapa metoda berikut:

a. Menggergaji setelah CTB mengeras


b. Membuat retakan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan
vibratory plate
dan
pembuat
retakan.
c. Memotong sambungan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan
cutting
wheel.
Apabila Kontraktor memilih membuat retakan pada saat CTB belum mengering, baik
itu dengan vibratory plate maupun dengan cutting wheel, retakan buatan tersebut harus
diisi dengan aspal emulsi untuk menghindarkan retakan tersebut menyambung kembali
karena
pekerjaan pemadatan atau sebab lainnya. Aspal yang diisikan harus dicampur dengan
air
dengan perbandingan satu bagian aspal dan dua bagian air. Retakan yang dibuat harus
sekurang
kurangnya
sepertiga
tebal
dari
lapisan.
i)
Sambungan
Konstruksi
(Construction
Joint)
1) Setiap hari pada akhir penghamparan, sambungan konstuksi melintang
(tranverse construction joint) harus dibuat dengan suatu header atau
memotong kembali material yang sudah dipadatkan untuk membentuk
potongan
melintang
yang
vertikal.
2) Permukaan ini harus ditutup dengan tanah basah, material lain yang layak
atau metoda lain yang disetujui.
3)
Proteksi
terhadap
construction
joint
memungkinkan
penempatan,
penghamparan dan pemadatan material base course tanpa merusak
pekerjaan
yang
dilaksanakan
sebelumnya.
4) Bila longitudinal construction joint diperlukan; pada bagian lebar konstruksi,
dapat digunakan cetakan samping atau dibentu dengancara memotong
tegak
lurus
material
yang
sudah
dipadatkan.
5) Pelaksanaan pemadatan pada tempat tempat yang berdampingan dengan
construction joint harus sedemikian sehingga pamadatan merata pada
seluruh
lapisan.
6) Sebelum meletakkan material baru menyambung konstruksi yang sudah
padat,
permukaan
joint
harus
dibersihkan
dan
dibasahi.
j)
Proteksi
dan
Curing
1) Sesudah lapisan cement treated base selsai dilaksanakan sesuai
spesifikasi, maka konstruksi ini harus dilindungi dari pengeringan selama 7
hari dengan cara membasahi dengan air. Bahan yang dapat menahan air
atau
karung
karung
goni
dapat
digunakan
untuk
keperluan
ini
2) Metoda curing harus segera dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam
sesudah penyelesaian pekerjaan CTB. Dalam kondisi apaun permukaan
CTB yang baru diletakkan dan dipadatkan tidak boleh menjadi kering.
k)
Kuat
Desak
Lapangan
1) Kontraktor harus mengambil sampel dengan core drill sebanyak 4 buah
untuk setiap 2.000 m2 dari cement treated base yang sudah berumur 7 hari
guna menentukan kuat desaknya. Lokasi core ditentukan oleh Pemberi
Tugas
secara
acak
2) Kuat desak 7 hari dari 3 sampel harus tidak kurang dari 5 N/mm2
sedangkan satu sampel lainnya tidak kurang dari 3,5 N/mm2 .
3) Bila hasil tes sampel tidak memenuhi persyaratan butir 2 tersebut diatas,
area tersebut harus diganti oleh Kontraktor atas biayanya sendiri.

Tambahan sampel mungkin diperlukan untuk menentukan luas area yang


harus diperbaiki.
METODA
TES
DAN
SPESIFIKASI
Berikut
adalah
persyaratan
tes
dan
material
a) Standar Metoda Tes
ASTM
C
3
Membuat
silinder
ASTM
C
39
Compressive
Strength
Cylinders
ASTM
C
42
Field
Cores
ASTM
C
88
Soundness
of
Aggregate
ASTM
C109
Strength
of
Cement
ASTM
C
117
Wet
Sieving
ASTM
C
131
L.A.
Abration
ASTM
C
136
Sieve
Analyses
ASTM
C
295
Aggregate
for
Concrete
ASTM
D
75
Sampling
Aggregate
ASTM
D
423
Liquid
Limit
ASTM
D
424
Plastic
Limit
ASTM
D
558
Moisture-Density
Relation
of
Soil-Cement
Mixture
ASTM
D
1556
Density
of
Soil
in
Place
ASTM
D
1557
Moisture-Density
Relation
(Method
D)
b)
Standar
Spesifikasi
Material
ASTM
C
150
Portland
Cement
ASTM
C
595
Blended
Hydraulic
Cements
ASTM
D
977
Emulsified
Asphalt
(anionic)
ASTM
D
2028
Cutback
Asphalt
ASTM D 2397 Emulsified Asphalt (cationic)

1.

2.

METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN LAPIS PONDASI

AGREGAT DENGAN CEMENT TREATED BASE (CTB)

Cement Treated Base (CTB) adalah lapis pondasi agregat semen yang pada dasarnya merupakan
pengembangan dari konstruksi Soil-Cement, dengan gradasi dan mutu yang lebih terkendali dan
metode pelaksanaan (pencampuran dan penghamparan) yang menyerupai pekerjaan pengaspalan.
Dengan daya dukung yang tinggi, maka pada umumnya CTB banyak digunakan untuk ruas ruas
jalan yang melayani lalu lintas cukup padat dan berat.
Dengan perkembangan lalu lintas yang semakin berat dan padat, serta dengan semakin
menipisnya deposit agregat dengan kualitas tinggi, maka penggunaan CTB dalam konstruksi jalan
menjadi semakin Justified. Terlebih apabila dijadikan pilihan sebagai lapis pondasi agregat pada
konstruksi pelebaran jalan jurusan Madiun Ponorogo. Konsultan akan mengawasi dengan
seksama tebal minimum Cement Treated Base (CTB) yang dihampar tidak kurang dari tebal yang
disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari tebal yang di syaratkan.
Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di hampar dengan tebal lapisan melebihi 15 cm tebal padat,

dan tidak dalam lapisan kurang dari 7,5 cm tebal padat. Elevasi permukaan akhir tidak boleh
berubah lebih dari 10 mm ke atas atau ke bawah dari elevasi rencana dalam setiap titik.
Bahan untuk pembuatan lapis pondasi agregat dengan Cement Treated Base (CTB) adalah semen,
air, dan agregat. Kadar semen harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium (laboratory
test) dan campuran percobaan (trial mix). Kadar air optimum harus ditentukan berdasarkan
percobaan laboratorium. Untuk dapat mengetahui kesempurnaan campuran CTB, maka penyedia
jasa harus melakukan campuran percobaan (trial mix) dibawah pengawasan konsultan. Percobaan
tersebut dilakukan untuk menentukan Kuat tekan dari Cement Treated Base (CTB), kadar semen
yang dibutuhkan, kadar air optimum, dan berat isi campuran kering pada kadar air optimum.
Campuran Cement Treated Base (CTB) akan berkaitan dengan ketentuan kuat tekan. Untuk
mempersiapkan bahan/material untuk menempatkan percobaan campuran kedalam cetakan silinder
dengan ukuran 150 mm x 300 mm dalam tiga lapisan. Selama proses penghamparan Cement
Treated Base (CTB), percobaan silinder harus dilakukan berpasangan. Silinder dari setiap pasangan
harus dilakukan percobaan kuat tekan pada umur 7 hari dan pada umur 21 hari.
Pada awal pekerjaan, dan sampai saat jajaran Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan
pengurangan jumlah silinder yang disyaratkan yaitu 6 silinder untuk setiap 1.000 m 2 dari lapis
pondasi atau bagian yang di hampar setiap hari. Apabila jumlahnya cukup dan hasil test silinder
yang ada dapat memuaskan, petugas laboratorium dari jajaran Pejabat Pembuat Komitmen bisa
memutuskan bahwa kualitas beton dapat diterima dan dapat mengurangi jumlah silinder menjadi
tiga pasang untuk setiap 1.000 m2 dari bagian yang dihampar setiap harinya.
Persyaratan kuat tekan (unconfine compressive strength) dari Cement Treated Base (CTB) (kg/cm2)
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Silinder Diameter 150 mm x 300 mm

A.

Umur

7 hari

28 hari

Kuat Tekan
(kg/cm2)

78

120

PERCOBAAN LAPANGAN (FIELD TRIALS)

Disain campuran CTB yang telah dilakukan oleh kontraktor harus dicoba di lapangan dengan luas
pekerjaan Cement Treated Base (CTB) 500 m2, dengan tebal berdasarkan instruksi dari pengawas
lapangan dari jajaran Pejabat Pembuat Komitmen dan konsultan supervisi. Luas percobaan dari
Cement Treated Base (CTB) harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan. Selama
pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi penghamparan, pemadatan, dan perawatan akan diawasi
oleh pengawas lapangan dan konsultan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan
hasil percobaan lapangan sesudah 14 hari pengawas lapangan dari unsur Pejabat Pembuat
Komitmen dapat menyetujui kontraktor untuk meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan untuk
membuat beberapa variasi percobaan yang lain.

B.

PENGHAMPARAN DAN PENCAMPURAN

Pencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan peralatan batching plant sistem
ukuran berat untuk menjamin kebenaran porsi setiap bahan. Instalasi pencampuran harus
dilengkapi dengan silo semen, tangki air (water tank), peralatan pemasok yang akan menyalurkan
agregat, semen dan air kedalam alat pencampur sesuai kuantitas yang dipersyaratkan dan
campuran yang homogen. Waktu pencampuran Cement Treated Base (CTB) terhitung pada waktu
air ditambahkan ke dalam campuran.

C.

PENGANGKUTAN

Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang disetujui oleh pengawas
lapangan dan konsultan. Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus berdasarkan jadwal proyek dan
kapasitas produksi alat pencampur (Mixer Plant).

D.

1)

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)

a) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base) harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis termasuk
ketebalan, ukuran, elevasi, seperti terlihat pada gambar kerja.
b)

2)

Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base) harus bersih dan rata.

Penghamparan Cement Treated Base (CTB)

Cement Treated Base (CTB) harus dihampar dan ditempatkan di atas perbaikan tanah dasar,
dengan metode mekanis, menggunakan alat high density screed paver dengan dual tamping
rammer sesuai instruksi Direksi Pekerjaan, untuk mendapatkan kepadatan, toleransi kerataan dan
kehalusan permukaan.

3)

a)

Pemadatan

Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai dilaksanakan paling lambat 60

menit semenjak pencampuran material dengan air.


b)

Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan Iebih dari 30 menit .

c) Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan harus mencapai kepadatan kering
lebih dari 95% maksimum kepadatan kering.
(d) Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air optimum dan maksimal
sama dengan kadar air optimum 2 %.
(e)

Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak semen dicampur dengan air.

4)

Perawatan (Curing)

Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul pengawas lapangan maupun konsultan, bila
permukaan telah cukup kering harus ditutup dengan menggunakan :
a)

Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air dalam campuran.

b) Penyemprotan dengan Aspal Emulso CSS-l dengan batasan pemakaian antara 0,35 -0,50 liter
per meter persegi.
c) Metode lain yang bertujuan melindungi Cement Treated Base (CTB) adalah dengan karung
goni yang dibasahi air selama masa perawatan (curing).

Anda mungkin juga menyukai