Anda di halaman 1dari 6

ISSN : 2655-4453 Vol. 1 No.

2 (Juni, 2019)

JOB MIX DESIGN BETON MUTU K-350 UNTUK KONSTRUKSI LANTAI


JEMBATAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR DARI DESA SEMISIR DAN
AGREGAT HALUS DARI DESA SUNGUP KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN
(Job Mix Design of K-350 Strength Concrete for Bridge Floor Construction Using
Coarse Aggregate from Semisir Village dan Fine Aggregate from Sungub Village of
Kotabaru, South Kalimantan)
Satriani

Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Kotabaru


Email: satriani170883@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai perencanaan komposisi campuran beton mutu K-350 untuk konstruksi lantai
jembatan menggunakan Semen Tiga Roda tipe I, agregat kasar dari PT. Abadi Mineral Resouches (AMR),
Desa Semisir dan agregat halus dari Desa Sungup, Kecamatan Pulau Laut Tengah, Kabupaten Kotabaru
dengan mengacu pada SK SNI 03-2834-2002. Dari hasil penelitian diperoleh kadar lumpur agregat kasar
adalah 0,62%, dan nilai keausan agregat kasar 15,98%. Untuk kadar lumpur agregat halus 10,82%,
sehingga dibuat variasi yaitu 3 benda uji untuk pengujian dengan agregat halus kondisi normal dan 3 benda
uji dengan agregat halus dilakukan pencucian terlebih dahulu sampai kadar lurmpur <5%. Untuk membuat
1 mᶾ beton mutu K-350 dibutuhkan komposisi semen sebanyak 519,83 kg/m 3, agregat halus sebanyak
809,06 kg/m3, agregat kasar sebanyak 1265,45 kg/m 3, dan air sebanyak 218,33 liter. Dari pengujian ini
diperoleh nilai kuat tekan beton untuk pasir dicuci rata-rata 376,89 kg/cm 2 dan tidak dicuci rata-rata 339,93
kg/cm2. Dari hasil pengujian kuat tekan beton untuk pasir dicuci memenuhi mutu rencana sedangkan untuk
pasir tidak dicuci tidak memenuhi mutu rencana.

Kata kunci : Mutu Beton, Agregat Kasar, Agregat Halus, Lantai Jembatan, K-350

ABSTRACT

This research is about planning the composition of K-350 quality concrete mixtures for the construction of
bridge floors using Type I of Tiga Roda Cement, coarse aggregate from PT. Abadi Mineral Resouches
(AMR), Semisir Village and fine aggregates from Sungup Village, Pulau Laut Tengah District, Kotabaru
Regency, South Kalimantan with reference to SK SNI 03-2834-2002. From the results of the study, the
coarse aggregate slurry was 0.62%, and the coarse aggregate wear value was 15.98%. For fine aggregate
mud content of 10.82%, so that variations are made, 3 specimens for testing with fine aggregates of normal
conditions and 3 specimens with fine aggregates are washed first to mud content <5%. To make 1 m ᶾ of
quality K-350 concrete, the composition of cement is 519.83 kg / m3, fine aggregate is 809.06 kg / m3,
coarse aggregate is 1265.45 kg/m3, and water is 218.33 liters. From this test the average compressive
strength for washed sand was obtained an average of 376.89 kg/cm2 and was not washed an average of
339.93 kg/cm2. From the results of testing the compressive strength of concrete for washed sand, it meets
the quality of the plan, while for non-washed sand it does not meet the quality of the plan.

Keywords : Strength of concrete, Coarse Aggregate, Fine Aggregate, Bridge Floors, K-350

53
ISSN : 2655-4453 Vol. 1 No. 2 (Juni, 2019)

akan dilakukan pada umur 28 hari di


PENDAHULUAN Laboratorium CV. Kingstone Indonesia.

Berdasarkan SNI-03-2847-2002, beton


adalah campuran antara semen Portland atau HASIL DAN PEMBAHASAN
semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat
kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan A. Pengujian Karakteristik Agregat Kasar
tambahan yang membentuk masa padat. Menurut
1. Pemeriksaan gradasi agregat kasar
Tjokrodimulyo (2007), pada umumnya, beton
mempunyai rongga udara sekitar 1-2%, pasta Dari data hasil analisa saringan agregat kasar
semen (semen dan air) sekitar 25-40% dan kemudian dibuat menjadi grafik gradasi agregat
agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar kasar untuk menentukan ukuran maksimal
60-75%. Agregat adalah butiran mineral alami agregat yang digunakan dapat dilihat pada Grafik
yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam 1 sebagai berikut.
campuran beton, maka kualitas agregat sangat
mempengaruhi kualitas beton, tetapi sifat-sifat ini 100
lebih bergantung pada faktor-faktor seperti bentuk
dan ukuran butiran dari pada jenis batunya.
50
Di Kabupaten Kotabaru banyak terdapat
sumber daya yang cukup besar untuk material
pembuatan beton, seperti quarry untuk agregat
0
halus terletak Desa Sungup, dan quarry agregat
#8 #4 3/8" 1/2" 3/4" 1 1/2"
kasar terdapat di Desa Semisir, Kecamatan Pulau
40 mm Bawah 40 mm Atas 20 mm Bawah
Laut Tengah, Kabupaten Kotabaru, yang dikelola 20 mm Atas hasil
oleh di PT. Abadi Mineral Resourches (AMR).

Lantai jembatan merupakan salah satu Grafik 1. Gradasi Agregat Kasar


konstruksi yang memerlukan beton dengan mutu
yang cukup tinggi yaitu minimal K-350. Oleh Dari hasil pengujian gradasi agregat kasar diatas,
karena itu, untuk pelaksanaan pengecoran lantai agregat tergolong dalam ukuran gradasi
jembatan untuk proyek di Kabupaten Kotabaru maksimum yaitu 40 mm.
diperlukan perancangan komposisi campuran
(Job Mix Design) untuk mendapatkan mutu beton
tersebut sesuai dengan karakteristik dari material 2. Pemeriksaan keausan agregat kasar
penyusun yang ada di Kabupaten Kotabaru.
Adapun hasil dari pemeriksaan agregat kasar
METODE PENELITIAN adalah sebagai berikut.
Sebelum melakukan perancangan Job Mix A (berat benda uji semula) = 5.000 gr
Design (JMD) terlebih dahulu harus diketahui B (berat benda uji tertahan saringan no. 12)
karakteristik dari material penyusun seperti = 4201 gr
agregat kasar dan agregat halus apakah Jumlah bola baja = 11 buah
memenuhi spesifikasi sebagai material penyusun Berat bola aja = 4874 gr
beton atau tidak. Pengujian meliputi pemeriksaan Jumlah putaran = 500 kali
analisa saringan, kadar lumpur dan kadar Air Keausan (d) = ( ) × 100% = ( ) ×
agregat halus dan agregat halus serta nilai abrasi 100% = 15.98 % < 40%
agregat kasar.
Dari hasil pengujian tersebut, agregat kasar
Proses pengujian dan pembuatan benda uji memenuhi syarat keausan agregat.
dilaksanakan di Workshop Politeknik Kotabaru.
Jumlah benda uji yang dibuat adalah 6 buah 3. Pemeriksaan kadar air agregat kasar
dengan variasi 3 buah benda uji menggunakan
pasir yang dicuci dan 3 benda uji menggunakan
pasir yang tidak dicuci. Pengujian tekanan beton
54
ISSN : 2655-4453 Vol. 1 No. 2 (Juni, 2019)
Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Pemeriksaan berat benda uji normal dan kering
dan dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. Benda uji : 1.000 gram Pasir
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Kasar
Berat benda uji W3 = 8.000 gram Berat benda uji W3 = 1.000 gram
Berat benda uji W5 = 7.295 gram Berat benda uji W5 = 970 gram
kering kering
Kadar air agregat = ( ) Kadar air = 2.09 %

Kadar air agregat = ( ) = 9,66%


3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
Adapun hasil dari pemeriksaan kadar lumpur
agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai
4. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar berikut.
Adapun hasil pemeriksaan kadar lumpur
agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai
100
berikut.

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur


Agregat Kasar 50

Berat benda uji W1 = 1.000 Gram 0


#100 #50 #30 #16 #8 #4 3/8"
zona 1 bawah zona 1 atas
Berat benda uji zona 2 bawah zona 2 atas
kering tertahan zona 3 bawah zona 3 atas
No. 200 setelah W2 = 991 Gram zona 4 bawah zona 4 atas
dicuci

Kadar lumpur =
Kadar lumpur = = 0,9% < 1%. Adapun hasil dari pemeriksaan kadar air agregat
halus dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai
Dari hasil pengujian, agregat kasar memenuhi berikut.
syarat untuk digunakan sebagai material
pembentuk beton. Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur
Agregat Halus
Benda uji : 1.000 gram Pasir
B. Pengujian Karakteristik Agregat Halus

1. Pemeriksaan gradasi agregat halus Berat benda uji W1 = 970 Gram


Berat benda uji W2 = 865 Gram
Pemeriksaan gradasi agregat halus bertujuan
kering
untuk menentukan ukuran butir agregat halus
yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan Kadar lumpur = 10.82 %
proporsi campuran agregat.
Adapun gradasi agregar halus dapat dilihat pada Kadar lumpur =
Grafik 4.2 sebagai berikut. Kadar lumpur = = 10,82%
Grafik 4.2 Gradasi Agregat Halus Dari hasil pengujian tersebut, agregat halus tidak
Dari hasil pengujian gradasi agregat halus diatas, memenuhi syarat karena kadar lumpur >5%
agregat tergolong dalam zona 2. sehingga disarankan harus dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan. Namun dalam penelitian ini,
2. Pemeriksaan kadar air agregat halus dibuat dua perlakuan yaitu 3 benda uji yang

55
ISSN : 2655-4453 Vol. 1 No. 2 (Juni, 2019)

menggunakan pasir cuci dan 3 benda uji tanpa Kadar semen merupakan jumlah semen yang
perlakuan pencucian. dibutuhkan per m 3 beton sesuai faktor air
semen yang didapat dari membagi kadar air
bebas dengan faktor air semen.
C. Perencanaan Komposisi Campuran

1. Kuat tekan karakteristik (fc’)

Nilai fc’ =0,1 × σbk 10. Kebutuhan Semen Minimum


= 0,1 × 350 MPa Kadar air minimum ditetapkan lewat tabel
= 35 MPa antara lain untuk menghindari beton dari
2. Kuat Tekan Rata-rata (fcr) kerusakan akibat lingkungan khusus
fcr’ = fc’+ M misalnya lingkungan korosif, air payau dan air
fcr’= 35 + 12 = 47 MPa laut.
3. Menetapkan jenis semen 11. Kebutuhan semen yang dipakai
Semen yang digunakan adalah semen tipe I. Untuk menentukan kebutuhan semen yang
4. Jenis agregat dipakai adalah harga terbesar dari kadar
Jenis agregat yang digunakan adalah pasir semen rencana dan kadar semen minimum.
alam dan batu pecah. Karena kebutuhan semen rencana lebih
5. Faktor air semen (fas) besar dari kebutuhan semen minimum, maka
Nilai faktor air semen dapat ditetapkan dengan kebutuhan semennya 519,83
mengacu pada grafik hubungan antara kuat 12. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen
tekan beton dan faktor air semen, diperoleh fas Tentukan faktor air semen yang disesuaikan
adalah 0,42. jika jumlah semen berubah, maka faktor air
6. Nilai Slump Beton semen harus diperhitungkan kembali dengan:
Beton direncanakan untuk lantai jembatan, a. Jika akan menurunkan faktor air semen,
maka nilai slump 25,4 mm - 76,2 mm. Nilai maka faktor air semen dihitung lagi
slump ditentukan ke 65. dengan cara jumlah air dibagi jumlah
7. Ukuran Butir Nominal Agregat Maksimum semen minimum.
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka
pengayakan, dan tidak boleh melebihi jumlah semen minimum dikalikan faktor
ketentuan-ketentuan berikut ini: air semen.
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan Karena kebutuhan semen tidak berubah maka
atau berkas baja tulangan atau tendon tidak perlu penyesuaian, jadi nilai fas 0,42 dan
prategang atau selongsong kebutuhan air sebesar 218,33 kg/m 3.
b. ⅓ kali tebal plat 13. Gradasi Agregat Halus
c. 1/5 jarak terkecil antara bidang samping Agregat halus yang digunakan termasuk dalam
cetakan. gradasi zona 2 yang berarti pasir agak kasar.
Untuk penetapan butir maksimum dapat 17. Presentasi Agregat Halus
menggunakan diameter maksimum 40 mm, 20 Adapun penentuan gradasi fraksi pasir dari
mm dan 10 mm. dari analisa saringan grafik didapatkan prosentase agregat halus
didapatkan ukuran maksimum agregat 40 mm. 39%.
8. Nilai Kadar Air Bebas 18. Berat jenis relatif agregat gabungan
Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut. Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai
Agregat yang dipecah atau agregat yang tak berikut:
dipecah (alami). Dari kadar air bebas dihitung Berat jenis (BJ) Agregat Gabungan = [%
berdasarkan rumus: A = 2/3 Wh + 1/3 Wk. Agregat Halus x BJ. Ag.Halus] + [% Agregat
Dari data yang diperoleh bahwa ukuran butir Kasar x BJ. Ag.Kasar]
agregat halus maksimum 225 dan jenis Prosentasi agregat halus = 39 %
agregat batu pecah 205 dengan nilai slump 65. Prosentasi agregat kasar = 61 %
Maka : berat jenis agregat gabungan adalah 2,7 t/m 3
A = 2/3 Wh + 1/3 Wk 19. Berat jenis beton
= (2/3 x 225) liter + (1/3 x 205) Berat jenis beton menurut grafik sesuai dengan
= 218,33 kg/m3 kada air bebas yang sudah ditentukan dan
9. Kebutuhan Semen Rencana
56
ISSN : 2655-4453 Vol. 1 No. 2 (Juni, 2019)

berat jenis relatif agregat gabungan didapat BJ Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kuat
beton 2376 kg/m. Tekan Beton
20. Menentukan kebutuhan pasir dan batu pecah
(split) Benda Uji Tekanan Beban Kuat
Berat pasir + batu pecah BJ beton – (KN) Max (kg) Tekan
kebutuhan semen + air. (kg/cm2)
= 2376 – 519,83 + 218,33 = 2074,5 kg/m3 28 Hari
21. Menentukan kebutuhan pasir Beton 845 86,190 383,07
Kebutuhan pasir = (berat dengan 822 83,844 372,64
pasir + split) x % agregat halus pasir dicuci 827 84,354 374,91
= 2074,5 × 39 % = 809,06 kg/m3 Beton 759 77,418 344,08
22. Menentukan kebutuhan batu pecah dengan 733 74,766 332,29
Kebutuhan batu pecah = (berat pasir tidak 762 77,724 345,44
pasir + split) – kebutuhan pasir dicuci
= 2074,5 – 809,055 = 1265,45 kg/m 3
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari
pengecoran: Dari hasil pengujian didapat perbandingan
a. Semen = 519,83 kg/m3 kuat tekan beton yang dihasilkan nilai kuat tekan
b. Air = 218,33 liter rata-rata untuk pasir dicuci sebesar 376,89
c. Agregat halus = 809,06 kg/m3 kg/cm2, sementara kuat tekan beton dengan pasir
d. Agregat kasar = 1265,45 kg/m 3 tidak dicuci sebesar 339,93 kg/cm 2.

Kuat tekan rencana sebesar 350 kg/m 2.


Artinya bahwa pada mutu beton dengan
E. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton menggunakan pasir cuci mencapai mutu yang
direncanakan, dan dengan pasir tidak dicuci tidak
Pengujian dilakukan untuk mengetahui berapa mencapai mutu. Jadi selisih kuat tekan dari pasir
besar kuat tekan beton yang dihasilkan oleh dicuci dan tidak dicuci tersebut terhadap mutu
sampel yang diuji, apakah diperoleh nilai kuat yang direncanakan sebanyak 36,96 kg/cm 2.
tekan yang dibutuhkan atau tidak. Berdasarkan
hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium 500
CV. Kingstone Indonesia, diperoleh hasil kuat
450
tekan beton pada umur 28 hari, seperti yang
ditabulasikan dalam Tabel 4.5 sebagai berikut. 400 376,89
Kuat Tekan (kg/cm2)

350 339,93
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Kubus sebagai berikut. 300

Benda Uji Umur BeratTekanan 250


(Hari) (Kg)Pengujian 200
(KN)
Beton 28 8,5 845 150
dengan pasir 10 822 100
dicuci 10 827
50
Beton 28 8 759
dengan pasir 8 733 0
tidak dicuci 8,5 762 Pasir Dicuci Pasir Tidak Dicuci
(Sumber: Hasil Uji Laboratorium CV. Kingstone
Indonesia, 2019)
Grafik 4.3 Perbandingan Kuat Tekan
F. Hasil Perhitungan Kuat Tekan Beton
Dari perhitungan kuat tekan beton diperoleh KESIMPULAN
rekapitulasi hasil seperti dalam Tabel 4.6 sebagai
berikut., 1. Karakteristik/spesifikasi agregat kasar dan
agregat halus yang diuji.

57
ISSN : 2655-4453 Vol. 1 No. 2 (Juni, 2019)

a. Agregat kasar memiliki gradasi maksimal Mulyono, Tri, 2005, Teknologi Beton, Andi,
40 mm dengan kadar air 9,66% dan kadar Yogyakarta.
lumpur 0.62% sehingga tidak perlu
dilakukan pencucian. Risdiyanto, Yudi, 2013, Kajian Kuat Tekan Beton
b. Agregat halus termasuk dalam zona 2 Dengan Perbandingan Volume Dan
(pasir agak kasar) dengan kadar air 2,09% Perbandingan Berat Untuk Produksi
dan kadar lumpur 10,82% sehingga Beton Massa Menggunakan Agregat
sebelum digunakan pasir tersebut harus Kasar Batu Pecah Merapi (Studi Kasus
dicuci terlebih dahulu. Pada Proyek Pembangunan Sabo
c. Nilai keausan agregat kasar 15,98% Dam), Jurnal Tugas Akhir Jurusan
sehingga memenuhi syarat keausan Teknik Sipil, Universitas Negeri
agregat. Yogyakarta.
2. Nilai kuat tekan beton rata-rata untuk sampel
beton dari hasil pengujian kuat tekan beton SNI-03-2847-2002.Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan
dengan pasir dicuci sebesar 376,89 kg/cm 2,
Gedung. Bandung: Panitia Teknik
sementara kuat tekan beton dengan pasir
tidak dicuci sebesar 339,93 kg/cm 2. Standarisasi Bidang Konstruksi dan
Bangunan, BSN.
3. Komposisi campuran beton sesuai mutu K-
SK-SNI-T-15-1990-03. Macam - Macam Semen
350 untuk struktur lantai jembatan dengan
portland.
kondisi pasir yang harus dicuci terlebih
dahulu adalah: SNI-T-15-1991-03. Faktor Air Semen Minimum
a. Semen = 519,83 kg/m3 Untuk Pembetonan.
b. Air = 218,33 liter
c. Agregat halus = 809,06 kg/m3 SK-SNI-S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan
d. Agregat kasar = 1265,45 kg/m3 Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam), BSN.
SARAN
SK-SNI-03-2834-2000. Tata Cara Pembuatan
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah Rencana Campuran Beton Normal,
satu pertimbangan dalam membuat keputusan BSN.
terhadap penggunaan material campuran
SNI-03-1974-1990.Metode Pengujian Kuat Tekan
beton, agar konstruksi-konstruksi beton yang
Beton. Pustran, Balitbang, DPU.
ada di Kabupaten Kotabaru mutunya
terjamin. Tjokrodimuliyo, 2007, Teknologi Beton,
2. Pada saat melakukan penelitian di Universitas Gadjah Mada.
Laboratorium perlu adanya ketelitian,
ketepatan dan kesabaran sehingga hasil dapat PBBI. (1971). Batuan. Yogyakarta: Lauw Tjun Nji.
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Untuk perencanaan job mix formula
pembuatan beton di lapangan diusahakan
sesuai dengan standar laboratorium misalnya
untuk perawatan (curing) beton, di
laboratorium biasanya direndam dalam air
tetapi untuk di lapangan setelah pengecoran
beton bisa ditutupi dengan karung basah dan
dijaga agar karung tidak kering.

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Gideon, 2013, Dasar-dasar
Perencanaan Beton, Erlangga, Jakarta.

58

Anda mungkin juga menyukai