MODUL PERTEMUAN KE - 13
MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)
INDIKATOR PENILAIAN :
Ketepatan menjelaskan tahapan pelaksanaan pengujian mutu berdasarkan
standar dan spesifikasi yang di syaratkan
Ketepatan menjelaskan sistim jaminan mutu pada tahap prakonstruksi
Ketepatan menjelaskan sistim jaminan mutu pada tahap produksi
Ketepatan menjelaskan sistim jaminan mutu pada tahap pascakonstruksi
METODE PEMBELAJARAN :
Kuliah
Dikusi
Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 1 x (2 x 50”)
PT : 1 x (2 x 60”)
BM : 1 x (2 x 60”)
PUSTAKA :
1. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) , SNI-03-6894-2002, Metode Pengujian
Kadar aspal, Badan Standariasai Nasional (BSN)
POKOK BAHASAN :
apakah gradasi yang diperoleh dari analisa saringan sampel yang telah
diekstraksisesuai dengan yang direncanakan sebelumnya
Pengujian ekstraksi sentrifugal adalah metode yang memisahkan antara
agregat dengan aspal dengan mekanisme putaran . Selain itu metode ini
kecepatannya dapat diubah -ubah untuk menambah tingkat keefektifan adukan
pelarut di dalam alat. Selain itu metode ekstraksi sentrifugal adalah metode yang
paling sering dan cepat proses ekstraksinya dan memiliki tingkat paparan pelarut
yang paling rendah
a. Bahan uji dan Peralatan
1. Peralatan Centrifuge Extractor
2. Sampel/benda uji Briket atau campuran aspa
3. Bensin
4. Air
5. Kertas saring
6. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Benda Uji
Benda uji adalah campuran beraspal paling sedikit duplo yang jumlahnya sesuai
tabel 13.1.
Tabel 13.1 Berat contoh minimum
Ukuran agregat Berat contoh minimum (kg)
(mm) (inchi)
4,75 No.4 0,5
9,5 3/8 1
12,5 ½ 1,5
19,0 ¾ 2
25,0 1 3
37,0 1,5 4
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus sesuai ketentuan yang berlaku; interval alat
tidak lebih dari (tiga) tahun
(1) Alat ekstraksi sentrifus yang dilengkapi cawan dengan kecepatan putaran
bervariasi hingga 3600 rpm;
(2) ertas saring rendah abu berbentuk lingkaran yang bagian tengahnya
berlubang dengan tebal (0,125 ± 0,0125) cm dan berat (W) = ± 15 gr
untuk 1 lembar;
(3) Timbangan kapasitas 5 kg;
(4) Timbangan kapasitas 250 kg;
(5) Oven dengan alat pengatur suhu (110 ± 5)0C;
(6) Penagas uap;
(7) Cawan penguap;
(8) Desikator;
(9) Lemari asam
(10) Peralatan kadar air (SNI 06-2490-1991);
(11) Peralatan sentrifus yang dapat berputar paling sedikit 3000 rpm.
d. Bahan
(1) Untuk pengujian mutu aspal lebih lanjut harus digunakan pelarut
Trichlorethylene
(2) murni;
(3) Bila diinginkan hanya kadar aspal gunakan pelarut teknis Methylene
chlorida atau
(4) Trichlorethylene atau 1.1.1 - Trichloethylene;
(5) Larutan Amonium Carbonat (NH4)2 C03 murni.
f.Hal yang perlu diperhatikan
(1) Bahan pelarut yang digunakan sesuai persyaratan Tabel 13.2, sisanya
harus disimpan dalam lemari asam dengan sirkulasi udara yang baik;
(2) Trichloroethylene bila disimpan ditempat yang terbuat dari metal dan
selalu kontak dengan kelembaban akan terdekomposisi oleh
dehydrohalogenasi membentuk larutan hydrocarbon tak jenuh dengan
g. Rumus Perhitungan
1. Kadar Aspal
Dengan pengertian :
B adalah Kadar aspal (%)
W1 adalah Berat contoh (gram)
W2 adalah Berat air dalam contoh (gram)
W3 adalah Berat agregat dalam contoh (gram)
W4 adalah Berat mineral dalam larutan beraspal (dihitung dari berat mineral
cara pengabuan dan Sentrifus);
2. Berat mineral
Berat mineral dapat ditentukan dengan 2 (dua) cara :
a) Cara pengabuan;
………………………………………………… (2)
Dengan pengertian :
W4 adalah Berat mineral dalam seluruh larutan beraspal (gram)
C adalah Berat abu dalam larutan beraspal yang diuapkan (gram)
VI adalah Total isi larutan beraspal (ml)
…………………………………..………. (3)
Dengan pengertian :
W4 adalah Berat mineral dalam larutan beraspal (gram)
M1 adalah Berat tabung sentrifus (gram)
M2 adalah Berat tabung sentrifus + mineral dalam larutan beraspal (gram)
c) Penentuan kadar air sesuai SNI No. 06-2490-1991.
1. Panaskan benda uji pada suhu (110 ± 5) 0 C sampai berbentuk curah dan
dibagi empat (quartering), bila contoh uji adalah campuran tidak cukup
lunak untuk dipisahkan dengan spatula atau cetok (sendok aduk);
2. Tentukan jumlah benda uji sesuai tabel 13.1.
i. Tahapan Pengujian
Lakukan pengujian dan perhitungan dengan tahapan, sebagai berikut :
1) Menimbang sampel W1 dan saringan ekstraksi (W2) sebelum melakukan
ekstraksi aspal.
2) Masukkan sampel kedalam cawan
3) Isi bahan pelarut kedalam cawan sampai sampel terendam
4) Diamkan dan aduk secara perlahan
5) Pasang kertas saring yang sudah ditimbang diatas permukaan sampel
6) Tutup cawan rapat-rapat dengan klem dan letakkan tabung atau wadah
dibawah lubang pengeluaran larutan untuk mengumpulkan larutannya
7) Jalankan sentrifus dimulai dengan putaran rendah kemudian makin tinggi
hingga 3600 rpm
8) Hentikan alat sentrifus setelah tidak ada larutan yang mengalir dari
lubang pembuangan
9) Tambahkan bahan pelatur kedalam cawn dan aduk
10) Ulangi point 7 sampai 8 sampai kondisi larutan yang keluar sudah jernih
atau aspal sudah tidak ada
11) Ambil kertas saring dari cawan dan keringkan di udara kemudian
keringkan di oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ± 5)°C;
12) Pindahkan semua isi cawan ke pan dan keringkan kemudian keringkan di
oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ± 5)°C (W3)
13) Timbang kertas saring (W4)
(a) Tentukan isi total larutan hasil ekstraksi dari sub pasal 3.2.k. (V1);
(b) Panaskan cawan penguap, dinginkan-dalam desikator dan
timbang dengan ketelitian 0,001 gram;
(c) Aduk larutan hasil ekstraksi dan langsung masukkan sejumlah
100 ml (V2)
ke dalam cawan penguap;
(d) Uapkan cawan di atas pelat pemanas hot plate atau penangas uap;
(e) Abukan residu dengan nyala merah yang suhunya antara (500 -
600)°C;
(f) Dinginkan;
(g) Tambahkan amonium carbonat jenuh sebanyak 5 ml untuk setiap
gram abu;
(h) Simpan pada suhu ruang selama 1 (satu) jam;
(i) Keringkan di oven pada suhu (110 ± 5)°C supaya beratnya konstan,
dinginkan dalam desikator;
(j) Timbang beratnya dengan ketelitian 0,001 gram (G);
(k) Hitung jumlah mineral W4 dengan menggunakan rumus (2). pada sub
pasal 2.2.5;
2) Pengendapan dengan cara sentrifus;
(a) Tentukan berat bersih dari tabung Sentrifus kosong (M1) dengan
ketelitian 0,005 gr dan letakkan pada alat Sentrifus;
(b) Masukkan semua larutan yang dihasilkan dari ekstraksi ke dalam
tabung Sentrifus;
(c) Jalankan hingga mencapai kecepatan yang konstan (sebagai contoh
9000 rpm untuk type SMM dan 20.000 rpm untuk type Sharpless) ±
selama 15 menit;
(d) Hentikan alat sentrifus;
(e) Tuangkan larutan bagian atas secara dekantasi;
(f) Tambahkan kembali larutan pencuci ke dalam tabung tersebut;
(lakukan
(g) kembali sub pasal b, c, d) hingga larutan bagian atas tidak berwarna;
(h) Biarkan larutan residu pada tabung sentrifus pada sub pasal d untuk
penguapan pada penangas uap di dalam ruang asam;
(j) Keringkan tabung sentrifus berisi mineral di dalam oven pada suhu
(110 5)oC;
(k) Dinginkan pada temperatur ruang (± 25°C) dan timbang kembali
secepatnya (M2);
(l) Hitung jumlah mineral (W4) dengan rumus perhitungan (3).
(11) Spatula
(12) Satu set ayakan
(13) Oven
b. Persiapan Bahan
(1) Bahan pelarut Trichloroethylene Chloride yang mana pelarut sudah ada
sebelumnya didalam tabung refluks
(2) 2 Benda uji dioven selama ± 30 Menit pada suhu 110oC
(3) Kemudian hancurkan (dibongkar) atau pisahkan antar agregat pada
benda uji
(4) Ditimbang sebanyak 1000 gram
c. Prosedur
(1) Mempersiapkan alat uji untuk ekstraksi (refluks extraction)
(2) Menimbang kertas filler sebelum digunakan pada pengujian
(3) Sebelumnya tabung refluks extraction sudah terisi dengan cairan
(4) Kemudian kertas filler dibentuk seperti kerucut dan agregat yang sudah
ditimbang dimasukkan kedalam kerucut tersebut yang kemudian
diletakkan pada saringan (keranjang)
(5) Sebelum memasukkan keranjang kedalam tabung refluks extraction
pastikan kerucut yang berisi benda uji diletakkan dengan rapi dan baik
supaya pada saat pengujian atau pembongkaran benda uji tidak ada
yang jatuh / hilang. Keranjang kawat yang sudah berisi kerucut kertas
dan benda uji diletakkan pas dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari
permukaan pelarut ketika didalam tabung refluks extraction. ±1 cm jarak
ujung kerucut dan permukaan cairan pelarut.
(6) Setelah benda uji diletakkan kedalam tabung refluks extraction
(7) kemudian mengatur posisi selang yang mengalirkan air langsung dari
kran air yang tersedia dilaboratorium dan diletakkan mangkok penguapan
diatas tabung refluks extraction
(8) Sebelumnya tabung / gelas refluks extraction sudah diletakkan di pelat
pemanas
(9) Setelah semua peralatan uji refluks extraction sudah dipasang dengan
baik dan benar maka teruskan pengujian sampai nantinya warna pelarut
berwarna jernih
(10) Pengujian hingga membutuhkan waktu 24 jam dan setelah warna
pelarut jenih, mematikan pelat pemanas listrik dan membiarkan tabung
cukup dingin untuk dipegang, lepaskan mangkok pendingin atau
selang pengalir dari keran air dan keluarkan benda uji dari tabung
refluks extraction.
(11) Timbang kertas yang sudah digunakan
(12) Benda uji dioven, setelah itu ditimbang
(13) kemudian di ayak menggunakan saringan lengkap dengan bantuan alat
penggoncang saringan (shaker)
(14) Menimbang agregat tertahan pada saringan
Definisi Core Drill Test Aspal, Core Drill Test berfungsi untuk
menentukan dan mengambil sample dari perkerasan aspal di jalan
sehingga dapat mengetahui ketebalan perkerasannya, karakteristik serta
campurannya dari aspal tersebut.Untuk pengambilan sample aspal dapat
dilakukan dalam beberapa titik dengan cara mengebor dengan mata bor
atau yang lebih dikenal diamond core bit dibeberapa bagian jalan yang
telah ditandai.Sesuai dengan standard SNI 03-6890-2002 (Tata Cara
Pengambilan Contoh Campuran Beraspal).
Tes Core Drill ini adalah sebuah pengetesan yang dilakukan dengan cara
membor / melubangi lapisan jalan aspal menggunakan mesin bor
berdiameter 4” atau 6”
Tujuan dari pengetesan ini adalah untuk mengukur ketebalan lapisan
jalan aspal secara langsung dilapangan dan juga sampel hasil bor ini
juga akan digunakan untuk dihitung berat isi / kepadatannya di
laboratorium, sehingga pekerjaan perkerasan aspal ini dapat diketahui
apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan dilapangan sudah sesuai
dengan ketebalan rencana pekerjaan awal dan memiliki kepadatan yang
sesuai dengan persyaratan dokumen kontrak atau tidak. Sehingga
kualitas pekerjaan perkerasan jalan aspal ini diharapkan dapat memiliki
kualitas pekerjaan yang baik sehingga dapat tahan lama dan tidak cepat
rusak
Pekerjaan Core Drill ini dilakukan dengan menggunakan alat mesin bor
berdiamater 4” (Apabila lapisan campuran beraspal tersebut tersusun dari
campuran aspal dan agregat batu batuan berdiameter ≤ 1”). Sedangan
alat mesin bor berdiameter 6” (Digunakan apabila agregat-agregat
penyusun campuran aspal tersebut memiliki jenis agregat paling besar >
1”)
Adapun jumlah sampel dan jarak pengeboran ini dilakukan sebanyak
minimum 6 sampel / 200 m’ (dalam satu lajur). Namun biasanya,
dilapangan jarak dan jumlah pengukuran ini dapat berbeda-beda dan
dilakukan secara acak sesuai dengan persetujuan dari pihak pengawas
maupun owner pekerjaan jalan tersebut
Hal yang paling sering dilakukan adalah, apabila pekerjaan jalan beraspal
tersebut akan di tes dalam satu lajur jalan utuh, maka jarak pengetesan
dilakukan per 50 m’dengan sistem selang-seling / zigzag. Apabila hanya
setengah lajur, maka dilakukan per 100 m’ tanpa selang-seling / zigzag.
Seperti terlihat pada gambar 1 dan 2. Sebetulnya pengetesan ini dapat
dilakukan sebanyak-banyaknya sampai dirasa pengukuran tersebut dapat
mewakili nilai rata-rata ketebalan pekerjaan jalan beraspal tersebut.
b) Air dimasukkan ke mesin core drill melalui selang kecil pada tempat yang
sudah disediakan, sehingga mesin tidak mengalami kerusakan terutama
mata bor yang berbentuk silinder selama proses pengeboran.
c) Mesin core drill dihidupkan dengan menggunakan tali yang dililitkan pada
starter dan ditarik. Selanjutnya mata bor diturunkan secara perlahan-lahan
pada titik yang telah ditentukan sampai kedalaman tertentu, kemudian
setelah kedalaman tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
d) Hasil pengeboran diambil dengan menggunakan penjepit, setelah itu diukur
tebal dan dimensinya serta susunan struktur perkerasannya.
e) Ukur ketebalan lapisan aspal yang sudah diangkat tersebut menggunakan
jangka sorong (ukur di 3 sisi, kemudian rata-ratakan hasilnya, maka itulah
hasil tebal lapisan aspal di titik tersebut)
e) Lalu foto pengujian untuk dokumentasi dan hasil pengukuran tersebut
dicatat untuk dihitung rata-ratanya.
f) Beri tanda pada sampel tersebut (yang terdiri dari Nama STA, jenis
lapisan aspal, dan tanggal pengetesan)
g) Ulangi langkah 2 s/d langkah 10 pada titik berikutnya
h) Sampel-sampel tersebut disimpan, dan nanti harus dibawa ke
laboratorium untuk dilaksanakan pengetesan lanjutan pada sampel
tersebut (yaitu pengukuran nilai kepadatan lapisan aspal aktual di
lapangan)
Pengambilan sampel uji campuran aspal di lapangan dilakukan pada titik yang
berdekatan dengan titik pengujian temperatur perkerasan dan pada struktur
perkerasan yang masih baik.
Adapun standar ketebalan lapisan aspal berdasarkan Dokumen Spesifikasi
Umum 2018 pada setiap jenis lapisan aspal adalah sebagai berikut :
Apabila hasil pengukuran tes core drill di lapangan tidak memenuhi nilai
standar ketebalan sesuai dengan tabel 1, maka titik-titik lokasi yang tidak
memenuhi syarat tersebut harus dibongkar dan di aspal ulang, atau dapat
dilakukan dengan cara dilapisi kembali sampai memiliki ketebalan minimum
standar yang sudah disyaratkan seperti pada tabel 13.3
Dari contoh tabel 13.4, bahwa lapisan yang di tes core drill adalah lapisan
AC-WC, apabila mengacu pada tabel 1, maka tebal minimum lapisan AC-WC
yang dipasang dilapangan adalah 4 cm, sedangkan untuk tebal minimum dengan
toleransi pada setiap hasil pengukuran core drill adalah sebesar 3,7 cm. Pada
tabel 13.4, dari 6 sampel yang di tes, untuk sampel 1,2,4,5,6 masih masuk
kategori tebal minimum dengan toleransi, sehingga status lapisan aspal yang di
tes di titik tersebut masih memenuhi syarat.
Tabel 13.4 Contoh Tebal Minimum Berbagai Tipe Lapisan Campuran Beraspal
Gambar 13.6 Jarak Titik Tes Core Drill Pada Satu lajur Penuh
Gambar 13.6 Jarak Titik Tes Core Drill Pada Setengah Lajur
a. Tahapan Pengujian
1. Siapkan benda uji minimal 2 benda uji untuk satu segmen atau titik
pengujian
2. Bersihkan benda uji dari kotoran dan buang sisa hasil core diluar dari
tebal yang direncanakan
3. Timbang benda uji dalam kondisi kering udara (W1)
4. Rendam benda uji selama 24 jam dengan temperature air pada suhu
standar
5. Angkat benda uji kemudian lap permukaan benda uji sampai mencapai
kondisi SSD
6. Timbang benda uji dalam kondisi SSD (W2)
7. Timbang benda uji SSD dalam Air (W3)
8. Hitung Berat jenis maksimum benda uji
b. Perhitungan
Volume Benda Uji (W4) = (W2 –W3) ……….(1)
Berat isi Benda Uji ( γ lap) = (W1: W4 ) ………..(2)
Berat isi ( γ lab) = diambil hasil DMF = 2.282 gr
γ lap
Kepadatan Lap. = x 100 %
γ lab