Anda di halaman 1dari 20

2

2Program Studi Teknik Sipil Modul ke


Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

MODUL PERTEMUAN KE - 13

MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK) :

Mampu memahami hubungan kualitas campuran dengan karateristik campuran


dan bahan -bahan penyusunnya dalam sistim pengendalian mutu, serta
kerusakan jalan yang terkait dengan mutu dan karateristik bahan perkerasan

DIKSRIPSI MATERI MATA KULIAH :


Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar tentang pengujian ekstraksi, metode
sentrifugate, metode refluks, pengujian kepadatan dengan sampel hasil core drill

KEMAMPUAN AKHIR (SUB CMPK-13)


1. Mampu memahami dan menjelaskan standar pelaksanaan lapangan dan
metode pengendalian mutu
2. Mampu melaksanakan pengujujian mutu hasil pekerjaan berdasarkan
standar

INDIKATOR PENILAIAN :
 Ketepatan menjelaskan tahapan pelaksanaan pengujian mutu berdasarkan
standar dan spesifikasi yang di syaratkan
 Ketepatan menjelaskan sistim jaminan mutu pada tahap prakonstruksi
 Ketepatan menjelaskan sistim jaminan mutu pada tahap produksi
 Ketepatan menjelaskan sistim jaminan mutu pada tahap pascakonstruksi

METODE PEMBELAJARAN :
 Kuliah
 Dikusi
 Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 1 x (2 x 50”)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

PT : 1 x (2 x 60”)
BM : 1 x (2 x 60”)

PUSTAKA :
1. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) , SNI-03-6894-2002, Metode Pengujian
Kadar aspal, Badan Standariasai Nasional (BSN)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

POKOK BAHASAN :

XIII. PENGUJIAN KADAR ASPAL

13.1 RUANG LINGKUP


Metode pengujian ini membahas ketentuan cara uji pemisahan aspal dan
penentuan kadar aspal dari campuran beraspal dengan cara sentrifus agregat
yang diperoleh dengan cara ini dapat digunakan untuk pengujian Analisa
Saringan menggunakan SNI 03-1968-1990.
Ekstraksi adalah pemeriksaan sampel (benda uji) aspal yang bertujuan
untuk mengetahui kandungan aspal yang ada apakah sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan menurut SKBI  –  24.26.1987 : yaitu kadar aspal yang
diijinkan berkisar antara 4% sampai 7%. Kadar aspal merupakan presentase dari
berat endapan dan berat sampel campuran yang dibuat dalam percobaan. Berat
sampel campuran dibuat dengan cara menumbuk benda uji yang telah di uji
dengan test marshall seberat 300 gram
Kadar aspal perlu diketahui sehingga dapat menentukan banyak aspal
dan agregat yang akan dipergunakan untuk suatu campuran. Untuk mengetahui
jumlah kadar aspal pada suatu campuran dengan agregat maka dapat
dipergunakan larutan CCL4 (Solvent) yang bersifat mudah menguap namun tidak
mudah terbakar, Benda yang telah disaring dengan cairan ini akan dibagi
menjadi dua (residu) yang tertahan dan yang lolos kertas saring akan berubah
warna menjadi jernih
Misalnya untuk sampel I diperoleh 5,5% kadar aspal, sedangkan kadar
aspal rencana adalah 6% dan untuk sampel II diperoleh 6,367% sedangkan
kadar aspal rencana 7%. Seharusnya, kadar aspal hasil pengujian dan kadar
aspal rencana harus sama. Jika kadar aspal yang diperoleh lebih besar dari pada
yang direncanakan, maka kemungkinan akan terjadi bleeding. Sebaliknya, jika
kadar aspal yang diperoleh lebih kecil dari yang direncanakan, maka akan
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menahan beban lalu-lintas, karena
ikatan antar agregat kurang kuat
Perbedaan nilai kadar aspal yang diperoleh dan dengan yang
direncanakan kemungkinan diakibatkan ketidaktelitian praktikan pada saat

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

membuat campuran aspal, sehingga kandungan aspal yang dicampurkan


melebihi kadar yang ditentukan. Selain itu, perbedaan tersebut juga dikarenakan
pada saat percobaan yang tidak memenuhi aturan yang seharusnya, yaitu
dilakukannya dua percobaan sekaligus, dimana benda uji yang satu di atas dan
yang lain di bawah sehingga aspal yang telah dilarutkan oleh TCE merembes ke
bawahnya dimana di bawahnya ada benda uji yang lain. Perbedaan ini juga
disebabkan oleh pengadukan campuran aspal yang tidak merata.
13.2 EKTRAKSI
Ekstraksi adalah pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara
menambahkan pelarut yang bisa melarutkan salah satu bahan yang ada dalam
campuran tersebut.
 Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk menguji kandungan
kadar aspal dalam campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan
metode Ekstraksi menurut prosedur pemeriksaan AASTHO (T – 164
– 80).
 Pengujian Ekstraksi menunjukan bahwa gradasi agregat berubah menjadi
lebih halus dari gradasi semula perubahan gradasi agregat diakibatkan
oleh kehancuran, beberapa partikel agregat ini menaikan volume rongga
udara dalam campuran yang menghasilkan penurunan kepadatan serta
peningkatan VIM dan VMA.
 Agregat yang hancur, tidak terlapisi aspal, Hal ini mengakibatkan
penurunan stabilitas dan indeks perendaman dan memasukan kelelehan
sehingga menurunkan marshall Qoutient dari benda uji Marshall
Immersion. Proses Ekstraksi merupakan proses pemisahan campuran
dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang bisa
melarutkan salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut dapat
dipisahkan.
 Pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi antara lain spiritus,
bensin minyak tanah, Trichlor Ethylen Teknis, CCL4 (Solvent), dll.
Salah satu contoh tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk
mengetahui kadar aspal yang terdapat dalam campuran aspal yang
dibuat (mix design) yang menggunakan alat centrifuge Extractor dengan
CCL4 (Solvent) sebagai pelarutnya selain itu dapat pula digunakan alat

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

soklet dengan menggunakan Trichlor Ethylen Teknis Sebagai bahan


pelarutnya.
Perlunya pengujian ini adalah untuk membandingkan beton aspal yang telah
dibuat dilapangan apakah telah sesuai dengan hasil yang dilakukan di lab. uji
bahan.
Ekstraksi campuran aspal biasanya menggunakan 2 metode yaitu:
1. Metode refluks merupakan metoda yang menggunakan cairan kimia, biasanya
cairan yang digunakan adalah triklone (CCl4) yang berada di dalam alat
socket. Metoda ini cukup aman karena proses pelaksanaannya dengan cara
menguapkan cairan kimia tersebut.
2. Metoda sentrifugal : Metoda ini menggunakan bensin sebagai cairan pengurai
dengan cara digoyang-goyangkan. Metoda ini cukup berbahaya karena
bensin merupakan bahan yang mudah terbakar.
13.2.1 Metode Sentrifugal
Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk menguji kandungan
kadar aspal yang dicampur adalah menggunakan metode ektraksi menurut
prosedur  pemeriksaan Bina Marga 2010
Metode pengujian refluks pada dasarnya memisahkan aspal dengan mineral
lainnya dengan cara penguapan menggunakan tabung gelas. Mekanismenya
adalah dengan menguapkan pelarut secara sirkulasi untuk melarutkan aspal
dalam campuran menjadi cairan, tetapi merode ini membutuhkan waktu yang
lama (Schultz, 1998)
Metode Sentrifus merupakan metode yang paling umum digunakan.
Proses pemisahan menggunakan metode putaran pada alat ekstraksi dan waktu
yang dibutuhkan juga tergolong singkat. Namun, ada sedikit kekurangan pada
tingkat ketilitian hasil ekstraksi, dimana rata-rata nilai kadar aspal hasil ekstraksi
lebih  jauh daripada kadar aspal rencana (SNI 03-6894-2002)
Analisa saringan agregat hasil ekstraksi bertujuan untuk menentukan
ukuran butir agregat halus dan kasar dari hasil ekstraksi campuran beraspal,
dengan menggunakan saringan dengan lubang persegi. Penyaringan agregat ini
sangat tergantung dari bentuk agregatnya. Data gradasi biasanya diplot kedalam
grafik semi logaritma (BS 812:1975), alternatif lain adalah dengan cara membuat
suatu parameter yang menunjukkan kekasaran dari gradasi dan menetapkan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

apakah gradasi yang diperoleh dari analisa saringan sampel yang telah
diekstraksisesuai dengan yang direncanakan sebelumnya
Pengujian ekstraksi sentrifugal adalah metode yang memisahkan antara
agregat dengan aspal dengan mekanisme putaran . Selain itu metode ini
kecepatannya dapat diubah -ubah untuk menambah tingkat keefektifan adukan
pelarut di dalam alat. Selain itu metode ekstraksi sentrifugal adalah metode yang
paling sering dan cepat proses ekstraksinya dan memiliki tingkat paparan pelarut
yang paling rendah
a. Bahan uji dan Peralatan
1. Peralatan Centrifuge Extractor
2. Sampel/benda uji Briket atau campuran aspa
3. Bensin
4. Air
5. Kertas saring
6. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Benda Uji
Benda uji adalah campuran beraspal paling sedikit duplo yang jumlahnya sesuai
tabel 13.1.
Tabel 13.1 Berat contoh minimum
Ukuran agregat Berat contoh minimum (kg)
(mm) (inchi)
4,75 No.4 0,5
9,5 3/8 1
12,5 ½ 1,5
19,0 ¾ 2
25,0 1 3
37,0 1,5 4

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 13.1 Centrifuge Extractor

c. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus sesuai ketentuan yang berlaku; interval alat
tidak lebih dari (tiga) tahun
(1) Alat ekstraksi sentrifus yang dilengkapi cawan dengan kecepatan putaran
bervariasi hingga 3600 rpm;
(2) ertas saring rendah abu berbentuk lingkaran yang bagian tengahnya
berlubang dengan tebal (0,125 ± 0,0125) cm dan berat (W) = ± 15 gr
untuk 1 lembar;
(3) Timbangan kapasitas 5 kg;
(4) Timbangan kapasitas 250 kg;
(5) Oven dengan alat pengatur suhu (110 ± 5)0C;
(6) Penagas uap;
(7) Cawan penguap;
(8) Desikator;
(9) Lemari asam
(10) Peralatan kadar air (SNI 06-2490-1991);
(11) Peralatan sentrifus yang dapat berputar paling sedikit 3000 rpm.
d. Bahan

(1) Untuk pengujian mutu aspal lebih lanjut harus digunakan pelarut
Trichlorethylene
(2) murni;
(3) Bila diinginkan hanya kadar aspal gunakan pelarut teknis Methylene
chlorida atau
(4) Trichlorethylene atau 1.1.1 - Trichloethylene;
(5) Larutan Amonium Carbonat (NH4)2 C03 murni.
f.Hal yang perlu diperhatikan
(1) Bahan pelarut yang digunakan sesuai persyaratan Tabel 13.2, sisanya
harus disimpan dalam lemari asam dengan sirkulasi udara yang baik;
(2) Trichloroethylene bila disimpan ditempat yang terbuat dari metal dan
selalu kontak dengan kelembaban akan terdekomposisi oleh
dehydrohalogenasi membentuk larutan hydrocarbon tak jenuh dengan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

asam Chlorida (HCl); asam chlorida dalam Trichloroethylene


terdekomposisi menghasilkan aspal yang keras pada proses pemulihan
aspal dengan cara Abson;
(3) Simpan drum yang mengandung Trichloroethylene di tempat dingin,
kering dan tertutup rapat.

Tabel 13.2 Konsentrasi Racun

g. Rumus Perhitungan
1. Kadar Aspal

( W 1−W 3 ) +(W 4−W 2)


KA = X 100 % ……………………. (1)
W1

Dengan pengertian :
B adalah Kadar aspal (%)
W1 adalah Berat contoh (gram)
W2 adalah Berat air dalam contoh (gram)
W3 adalah Berat agregat dalam contoh (gram)
W4 adalah Berat mineral dalam larutan beraspal (dihitung dari berat mineral
cara pengabuan dan Sentrifus);
2. Berat mineral
Berat mineral dapat ditentukan dengan 2 (dua) cara :
a) Cara pengabuan;

………………………………………………… (2)

Dengan pengertian :
W4 adalah Berat mineral dalam seluruh larutan beraspal (gram)
C adalah Berat abu dalam larutan beraspal yang diuapkan (gram)
VI adalah Total isi larutan beraspal (ml)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

V2 adalah Isi coritoh yang diabukan (ml)


b) Cara sentrifus;

…………………………………..………. (3)

Dengan pengertian :
W4 adalah Berat mineral dalam larutan beraspal (gram)
M1 adalah Berat tabung sentrifus (gram)
M2 adalah Berat tabung sentrifus + mineral dalam larutan beraspal (gram)
c) Penentuan kadar air sesuai SNI No. 06-2490-1991.

h. Persiapan Benda uji

1. Panaskan benda uji pada suhu (110 ± 5) 0 C sampai berbentuk curah dan
dibagi empat (quartering), bila contoh uji adalah campuran tidak cukup
lunak untuk dipisahkan dengan spatula atau cetok (sendok aduk);
2. Tentukan jumlah benda uji sesuai tabel 13.1.
i. Tahapan Pengujian
Lakukan pengujian dan perhitungan dengan tahapan, sebagai berikut :
1) Menimbang sampel W1 dan saringan ekstraksi (W2) sebelum melakukan
ekstraksi aspal.
2) Masukkan sampel kedalam cawan
3) Isi bahan pelarut kedalam cawan sampai sampel terendam
4) Diamkan dan aduk secara perlahan
5) Pasang kertas saring yang sudah ditimbang diatas permukaan sampel
6) Tutup cawan rapat-rapat dengan klem dan letakkan tabung atau wadah
dibawah lubang pengeluaran larutan untuk mengumpulkan larutannya
7) Jalankan sentrifus dimulai dengan putaran rendah kemudian makin tinggi
hingga 3600 rpm
8) Hentikan alat sentrifus setelah tidak ada larutan yang mengalir dari
lubang pembuangan
9) Tambahkan bahan pelatur kedalam cawn dan aduk
10) Ulangi point 7 sampai 8 sampai kondisi larutan yang keluar sudah jernih
atau aspal sudah tidak ada
11) Ambil kertas saring dari cawan dan keringkan di udara kemudian
keringkan di oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ± 5)°C;

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

12) Pindahkan semua isi cawan ke pan dan keringkan kemudian keringkan di
oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ± 5)°C (W3)
13) Timbang kertas saring (W4)

Pengujian dengan Pengabuan


a) Siapkan benda uji sesuai 3.1;
b) Timbang benda uji ke dalam cawan sentrifus sesuai tabel 1;
c) Letakkan cawan berisi contoh pada posisi yang benar pada alat
Sentrifus;
b) Pasang kertas saring yang sudah dikeringkan pada suhu (110 ± 5)°C
dan telah ditimbang konstan di atas cawan;
d) Tambahkan pelarut Trichloroethylene atau methylene chlorida atau 1.1.1
trichloroethane sampai contoh terendam dan biarkan beberapa menit
jangan
e) lebih dari 1 jam;
f) Tutup cawan rapat-rapat dengan klem dan letakkan gelas kimia di
bawah lubang
g) pengeluaran larutan untuk mengumpulkan larutannya;
h) Jalankan sentrifus dimulai dengan putaran rendah kemudian makin
tinggi hingga 3600 rpm;
i) Hentikan alat sentrifus setelah tidak ada larutan yang mengalir dari
lubang pembuangan; Tambahkan 200 ml pelarut (sesuai jumlah contoh)
Trichloroethylene atau .1.1.1 trycloroethane atau Methylene chloride
melalui lubang pada penutup cawan dan biarkan lebih kurang 15 menit;
j) Ulangi butir f. hingga sub pasar h;
k) Kumpulkan larutan yang keluar dari alat sentrifus (V 1);
l) Ambil kertas saring dari cawan dan keringkan di udara kemudian
keringkan di oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ± 5)°C;
m) Pindahkan semua isi cawan ke pan dan keringkan di ruang asam
kemudian keringkan di oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ±
5)°C (W3);
n) Tentukan berat mineral dalam larutan (W4) dengan salah satu cara
sebagai berikut :
1) pengendapan dengan cara pengabuan;

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

(a) Tentukan isi total larutan hasil ekstraksi dari sub pasal 3.2.k. (V1);
(b) Panaskan cawan penguap, dinginkan-dalam desikator dan
timbang dengan ketelitian 0,001 gram;
(c) Aduk larutan hasil ekstraksi dan langsung masukkan sejumlah
100 ml (V2)
ke dalam cawan penguap;
(d) Uapkan cawan di atas pelat pemanas hot plate atau penangas uap;
(e) Abukan residu dengan nyala merah yang suhunya antara (500 -
600)°C;
(f) Dinginkan;
(g) Tambahkan amonium carbonat jenuh sebanyak 5 ml untuk setiap
gram abu;
(h) Simpan pada suhu ruang selama 1 (satu) jam;
(i) Keringkan di oven pada suhu (110 ± 5)°C supaya beratnya konstan,
dinginkan dalam desikator;
(j) Timbang beratnya dengan ketelitian 0,001 gram (G);
(k) Hitung jumlah mineral W4 dengan menggunakan rumus (2). pada sub
pasal 2.2.5;
2) Pengendapan dengan cara sentrifus;
(a) Tentukan berat bersih dari tabung Sentrifus kosong (M1) dengan
ketelitian 0,005 gr dan letakkan pada alat Sentrifus;
(b) Masukkan semua larutan yang dihasilkan dari ekstraksi ke dalam
tabung Sentrifus;
(c) Jalankan hingga mencapai kecepatan yang konstan (sebagai contoh
9000 rpm untuk type SMM dan 20.000 rpm untuk type Sharpless) ±
selama 15 menit;
(d) Hentikan alat sentrifus;
(e) Tuangkan larutan bagian atas secara dekantasi;
(f) Tambahkan kembali larutan pencuci ke dalam tabung tersebut;
(lakukan
(g) kembali sub pasal b, c, d) hingga larutan bagian atas tidak berwarna;
(h) Biarkan larutan residu pada tabung sentrifus pada sub pasal d untuk
penguapan pada penangas uap di dalam ruang asam;

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

(j) Keringkan tabung sentrifus berisi mineral di dalam oven pada suhu
(110 5)oC;
(k) Dinginkan pada temperatur ruang (± 25°C) dan timbang kembali
secepatnya (M2);
(l) Hitung jumlah mineral (W4) dengan rumus perhitungan (3).

Gambar 13.2 Proses Pengujian Kadar Aspal dengan Centrifuge Extractor

13.2.2 Metode Refluks


a. Peralatan
(1) Refluks Extractor Gelas
(2) Satu rangka logam berbentuk silinder, dilengkapi kerucut anyaman kawat
(3) Tabung pendingin
(4) Offlet pemanas / pelat pemanas
(5) Kertas saring Whatman No. 40
(6) Selang untuk mengalirkan air ketemapat penguapan refluks extraction
(7) Gelas ukur 500 ml
(8) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(9) Talam
(10) Wajan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

(11) Spatula
(12) Satu set ayakan
(13) Oven
b. Persiapan Bahan
(1) Bahan pelarut Trichloroethylene Chloride yang mana pelarut sudah ada
sebelumnya didalam tabung refluks
(2) 2 Benda uji dioven selama ± 30 Menit pada suhu 110oC
(3) Kemudian hancurkan (dibongkar) atau pisahkan antar agregat pada
benda uji
(4) Ditimbang sebanyak 1000 gram

Gambar 13.3 Alat Uji Refluks Extraction

c. Prosedur
(1) Mempersiapkan alat uji untuk ekstraksi (refluks extraction)
(2) Menimbang kertas filler sebelum digunakan pada pengujian
(3) Sebelumnya tabung refluks extraction sudah terisi dengan cairan
(4) Kemudian kertas filler dibentuk seperti kerucut dan agregat yang sudah
ditimbang dimasukkan kedalam kerucut tersebut yang kemudian
diletakkan pada saringan (keranjang)
(5) Sebelum memasukkan keranjang kedalam tabung refluks extraction
pastikan kerucut yang berisi benda uji diletakkan dengan rapi dan baik
supaya pada saat pengujian atau  pembongkaran benda uji tidak ada
yang jatuh / hilang. Keranjang kawat yang sudah  berisi kerucut kertas

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

dan benda uji diletakkan pas dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari
permukaan pelarut ketika didalam tabung refluks extraction. ±1 cm jarak
ujung kerucut dan permukaan cairan pelarut.
(6) Setelah benda uji diletakkan kedalam tabung refluks extraction
(7) kemudian mengatur  posisi selang yang mengalirkan air langsung dari
kran air yang tersedia dilaboratorium dan diletakkan mangkok penguapan
diatas tabung refluks extraction
(8) Sebelumnya tabung / gelas refluks extraction  sudah diletakkan di pelat
pemanas
(9) Setelah semua peralatan uji refluks extraction sudah dipasang dengan
baik dan benar maka teruskan pengujian sampai nantinya warna pelarut
berwarna jernih
(10) Pengujian hingga membutuhkan waktu 24 jam dan setelah warna
pelarut jenih, mematikan pelat pemanas listrik dan membiarkan tabung
cukup dingin untuk dipegang, lepaskan mangkok pendingin atau
selang pengalir dari keran air dan keluarkan benda uji dari tabung
refluks extraction.
(11) Timbang kertas yang sudah digunakan
(12) Benda uji dioven, setelah itu ditimbang
(13) kemudian di ayak menggunakan saringan lengkap dengan bantuan alat
penggoncang saringan (shaker)
(14) Menimbang agregat tertahan pada saringan

Gambar 13.4 Proses Pengujian Kadar Aspal dengan Refluks Exktration

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

13.3 PENGUJIAN CORE DRILL

 Definisi Core Drill Test Aspal, Core Drill Test berfungsi untuk
menentukan dan mengambil sample dari perkerasan aspal di jalan
sehingga dapat mengetahui ketebalan perkerasannya, karakteristik serta
campurannya dari aspal tersebut.Untuk pengambilan sample aspal dapat
dilakukan dalam beberapa titik dengan cara mengebor dengan mata bor
atau yang lebih dikenal diamond core bit dibeberapa bagian jalan yang
telah ditandai.Sesuai dengan standard SNI 03-6890-2002 (Tata Cara
Pengambilan Contoh Campuran Beraspal).
 Tes Core Drill ini adalah sebuah pengetesan yang dilakukan dengan cara
membor / melubangi lapisan jalan aspal menggunakan mesin bor
berdiameter 4” atau 6”
 Tujuan dari pengetesan ini adalah untuk mengukur ketebalan lapisan
jalan aspal secara langsung dilapangan dan juga sampel hasil bor ini
juga akan digunakan untuk dihitung berat isi / kepadatannya di
laboratorium, sehingga pekerjaan perkerasan aspal ini dapat diketahui
apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan dilapangan sudah sesuai
dengan ketebalan rencana pekerjaan awal dan memiliki kepadatan yang
sesuai dengan persyaratan dokumen kontrak atau tidak. Sehingga
kualitas pekerjaan perkerasan jalan aspal ini diharapkan dapat memiliki
kualitas pekerjaan yang baik sehingga dapat tahan lama dan tidak cepat
rusak
 Pekerjaan Core Drill ini dilakukan dengan menggunakan alat mesin bor
berdiamater 4” (Apabila lapisan campuran beraspal tersebut tersusun dari
campuran aspal dan agregat batu batuan berdiameter ≤ 1”). Sedangan
alat mesin bor berdiameter 6” (Digunakan apabila agregat-agregat
penyusun campuran aspal tersebut memiliki jenis agregat paling besar >
1”)
 Adapun jumlah sampel dan jarak pengeboran ini dilakukan sebanyak
minimum 6 sampel / 200 m’ (dalam satu lajur). Namun biasanya,
dilapangan jarak dan jumlah pengukuran ini dapat berbeda-beda dan
dilakukan secara acak sesuai dengan persetujuan dari pihak pengawas
maupun owner pekerjaan jalan tersebut

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

 Hal yang paling sering dilakukan adalah, apabila pekerjaan jalan beraspal
tersebut akan di tes dalam satu lajur jalan utuh, maka jarak pengetesan
dilakukan per 50 m’dengan sistem selang-seling / zigzag. Apabila hanya
setengah lajur, maka dilakukan per 100 m’ tanpa selang-seling / zigzag.
Seperti terlihat pada gambar 1 dan 2. Sebetulnya pengetesan ini dapat
dilakukan sebanyak-banyaknya sampai dirasa pengukuran tersebut dapat
mewakili nilai rata-rata ketebalan pekerjaan jalan beraspal tersebut.

Gambar 13.5 Mesin Core Drill dan Proses Pengambilan Sampel

13.3.1 Pengambilan Sampel Tebal Lapis Perkerasan

Pengambilan sampel uji campuran aspal pada perkerasan aspal di lapangan


diperlukan untuk mengetahui ketebalan susunan struktur perkerasan aspal dan
kepadatan campuran.
Prosedur pengambilan sampel uji di lapangan, dilakukan dengan langkah-
langkah
sebagai berikut:
a) Mesin core drill diletakkan pada lapisan perkerasan aspal dengan posisi
datar.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

b) Air dimasukkan ke mesin core drill melalui selang kecil pada tempat yang
sudah disediakan, sehingga mesin tidak mengalami kerusakan terutama
mata bor yang berbentuk silinder selama proses pengeboran.
c) Mesin core drill dihidupkan dengan menggunakan tali yang dililitkan pada
starter dan ditarik. Selanjutnya mata bor diturunkan secara perlahan-lahan
pada titik yang telah ditentukan sampai kedalaman tertentu, kemudian
setelah kedalaman tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
d) Hasil pengeboran diambil dengan menggunakan penjepit, setelah itu diukur
tebal dan dimensinya serta susunan struktur perkerasannya.
e) Ukur ketebalan lapisan aspal yang sudah diangkat tersebut menggunakan
jangka sorong (ukur di 3 sisi, kemudian rata-ratakan hasilnya, maka itulah
hasil tebal lapisan aspal di titik tersebut)
e) Lalu foto pengujian untuk dokumentasi dan hasil pengukuran    tersebut
dicatat untuk dihitung rata-ratanya.

f) Beri tanda pada sampel tersebut (yang terdiri dari Nama STA, jenis
lapisan aspal, dan tanggal pengetesan)
g) Ulangi langkah 2 s/d langkah 10 pada titik berikutnya
h) Sampel-sampel tersebut disimpan, dan nanti harus dibawa ke
laboratorium untuk dilaksanakan pengetesan lanjutan pada sampel
tersebut (yaitu pengukuran nilai kepadatan lapisan aspal aktual di
lapangan)
Pengambilan sampel uji campuran aspal di lapangan dilakukan pada titik yang
berdekatan dengan titik pengujian temperatur perkerasan dan pada struktur
perkerasan yang masih baik.
Adapun standar ketebalan lapisan aspal berdasarkan Dokumen Spesifikasi
Umum 2018 pada setiap jenis lapisan aspal adalah sebagai berikut :

Tabel 13.3 Tebal Minimum Berbagai Tipe Lapisan Campuran Beraspal

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

Apabila hasil pengukuran tes core drill di lapangan tidak memenuhi nilai
standar ketebalan sesuai dengan tabel 1, maka titik-titik lokasi yang tidak
memenuhi syarat tersebut harus dibongkar dan di aspal ulang, atau dapat
dilakukan dengan cara dilapisi kembali sampai memiliki ketebalan minimum
standar yang sudah disyaratkan seperti pada tabel 13.3
Dari contoh tabel 13.4, bahwa lapisan yang di tes core drill adalah lapisan
AC-WC, apabila mengacu pada tabel 1, maka tebal minimum lapisan AC-WC
yang dipasang dilapangan adalah 4 cm, sedangkan untuk tebal minimum dengan
toleransi pada setiap hasil pengukuran core drill adalah sebesar 3,7 cm. Pada
tabel 13.4, dari 6 sampel yang di tes, untuk sampel 1,2,4,5,6 masih masuk
kategori tebal minimum dengan toleransi, sehingga status lapisan aspal yang di
tes di titik tersebut masih memenuhi syarat.
Tabel 13.4 Contoh Tebal Minimum Berbagai Tipe Lapisan Campuran Beraspal

Sedangan pada sampel 3, lapisan tersebut memiliki nilai dibawah standar


minimum dengan toleransi, sehingga status ketebalan lapisan di lokasi tersebut
tidak memenuhi syarat. Hal ini menyebabkan, bahwa pada titik tersebut perlu
dilakukan penambahan pelapisan aspal baru, atau dengan cara melapisi Kembali
lapisan tersebut hingga memiliki ketebalan 4 cm.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 13.6 Jarak Titik Tes Core Drill Pada Satu lajur Penuh

Gambar 13.6 Jarak Titik Tes Core Drill Pada Setengah Lajur

13.3.2 Pengujian Kepadatan


Sampel uji hasil core drill selain untuk menentukan ketepalan, jumlah
kandungan aspal pada campuran juga untuk mengetahui tingkat kepadatan
campuran aspal yah harus dipenuhi pencapaian standar kepadatan minimum
rata-rata dari 3 benda uji sebesar 98 % dan untuk nilai minimum setiap pengujian
tunggal minimal 95 %. Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tungga yang didapat
dari pengujian kepadatan harus masuk dalam kriteria yang disyaratkan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
2Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
13
Universitas Muslim Indonesia

a. Tahapan Pengujian
1. Siapkan benda uji minimal 2 benda uji untuk satu segmen atau titik
pengujian
2. Bersihkan benda uji dari kotoran dan buang sisa hasil core diluar dari
tebal yang direncanakan
3. Timbang benda uji dalam kondisi kering udara (W1)
4. Rendam benda uji selama 24 jam dengan temperature air pada suhu
standar
5. Angkat benda uji kemudian lap permukaan benda uji sampai mencapai
kondisi SSD
6. Timbang benda uji dalam kondisi SSD (W2)
7. Timbang benda uji SSD dalam Air (W3)
8. Hitung Berat jenis maksimum benda uji
b. Perhitungan
Volume Benda Uji (W4) = (W2 –W3) ……….(1)
Berat isi Benda Uji ( γ lap) = (W1: W4 ) ………..(2)
Berat isi ( γ lab) = diambil hasil DMF = 2.282 gr

γ lap
Kepadatan Lap. = x 100 %
γ lab

BAHAN PERKERASAN JALAN | 

Anda mungkin juga menyukai