MODUL PERTEMUAN KE - 6
MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)
METODE PEMBELAJARAN :
Kuliah
Dikusi
Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 2 x (2 x 50”)
PT : 2 x (2 x 60”)
BM : 2 x (2 x 60”)
PUSTAKA :
1. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul Road Design Engineer
(RDE)-12 : Bahan Perkerasan Jalan, Jakarta, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK)
2. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Teknik Bahan Perkerasan
Jalan, Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Pengembangan Prasarana
Transportasi
3. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga
4. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul-3 : Jenis Bahan Lapis
Perkerasan Lentur, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Pengembangan Prasarana Transportasi
5. Silvia Sukirman, 2003, Beton Campuran Panas, Jakarta, Penerbit Granit.
6. Tri Mulyono, (2015), Jalan Raya 2 : Modul 2 – Spesifikasi Bahan Perkerasan
Jalan dalam Infrastruktur Jalan dan Jembatan, Jakarta: Program D3
POKOK BAHASAN :
VI. AGREGAT
agar film aspal itu tetap melekat, karena makin kasar bentuk permukaan maka
makin tinggi sifat stabilitas dan keawetan suatu campuran aspal dan agregat.
Campuran aspal beton (AC) dapat dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-
titik kontrol atas), tetapi akan sulit memperoleh rongga dalam agregat (VMA)
yang disyaratkan. Lebih baik digunakan aspal beton bergradasi kasar (mendekati
batas titik-titik kontrol bawah).
Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat
(agregat interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan atau
displasemen agregat yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam,
berbentuk kubikal dan agregat yang memiliki lebih dari satu bidang pecah akan
menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik.
6.1.3 Berdasarkan Tekstur Permukaan
Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance)
pada permukaan perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik makro maupun
mikro) juga merupakan faktor lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas
dan durabilitas campuran beton
Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada
campuran beton karena kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat
tersebut dari pergereran atau perpindahan. Kekasaran permukaan agregat
juga akan memberikan tahanan gesek yang kuat sehingga akan meningkatkan
keamanan.
Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar memiliki koefisien gesek
yang tinggi yang membuat agregat tersebut sulit untuk berpindah tempat
sehingga akan menurunkan workabilitasnya. Oleh sebab itu penggunaan agregat
bertekstur halus dengan proporsi tertentu kadang-kadang dibutuhkan untuk
membantu meningkatkan workabilitasnya.
Agregat yang berasal dari sungai (bankrun agregat) biasanya memiliki
permukaan yang halus dan berbentuk bulat, oleh sebab itu agar dapat
menghasilkan campuran aspal dengan sifat-sifat yang baik agregat sungai ini
harus dipecahkan terlebih dahulu. Pemecahan ini dimaksudkan untuk
menghasilkan tekstur permukaan yang kasar pada bidang pecahnya dan
mengubah bentuk butir agregat.
Tidak ada metoda standar untuk mengevaluasi tekstur permukaan secara
langsung. Seperti halnya bentuk partikel, tekstur permukaan adalah suatu sifat
yang direfleksikan dalam uji kekuatan campuran dan dalam workabilitas dari
campuran selama masa konstruksinya.
Jenis agregat ditinjau dari teksturnya ada lima macam, meliputi :
a. Agregat halus (glassy) terbentuk oleh pengikisan air serta akibat patahan
yang terjadi pada batuan halus atau batuan yang berlapis-lapis. Agregat ini
membutuhkan air yang lebih sedikit daripada agregat kasar.
b. Agregat berbutir (granular) mempunyai bentuk bulat dan teksturnya
cenderung seragam.
c. Agregat kasar berupa pecahan kasar yang terdiri dari batuan berbutir halus
dan kasar yang mengandung bahan kristal tak kasat mata.
d. Agregat kristalin (crystalline) adalah agregat yang mengandung kristal yang
dapat dilihat secara visual.
e. Agregat sarang lebah (honey cumbs) memiliki pori-pori yang sangat terasa.
Bahkan rongga-rongga yang ada di permukaan agregat ini bisa dilihat
dengan jelas.
6.1.4 Berdasakan Ukuran Butir Nominal
Ukuran agregat dalam suatu campuran beton terdistribusi dari yang
berukuran besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum
agregat yang dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran
tersebut. Ada dua istilah yang biasanya digunakan berkenaan dengan ukuran
butir agregat, yaitu :
- Mineral pengisi: Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200 (2,36
mm) mimimum 75% terhadap berat total agregat.
- Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200
(0,075 mm
6.2 Sifat Fisik Dan Pengujian Agregat
6.2.1 Sifat- sifat agregat dapat mempengaruhi mutu campuran , meliputi
kriteria :
2. Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat , kemampuan agregat untuk menahan beban dari tekanan
roda.
Kemampuan agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan elastisitas
bahan. paling dominan adalah kekuatan tekan dan elastisitas dari bahan.
Kekuatan dan elastisitas agregat dipengaruhi oleh : a) jenis batuannya ,b)
susunan
dalam mineral agregat,c) struktur/kristal butiran, d) porositas, e) ikatan antar
butiran.
Pengujian kekuatan agregat meliputi :
a) Pengujian kuat tekan material
b) Pengujian kekerasan agregat dengan goresan melalui cara sederhana
mengunakan batang tembaga atau uji bejana Rudellof
c) Pengujian keausan dengan mesin aus LOS ANGELES, melalui 300
putaran.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis, perbandingan berat suatu bahan dengan berat air murni pada
volumyang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung dari : jenis
batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan. Berat
jenis agregat digolongkan dalam uji ada 3, yaitu : (1) berat jenis SSD, yaitu berat
jenis agregat dalakondisi jenuh kering permukaan, (2) Berat jenis semu, berat
jenis agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
volume agregat dalam keadaan kering, (3) Berat Jenis Bulk, berat jenis agregat
yang memperhitungkan beraagregat dalam keadaan kering dan seluruh volume
agregat dalam keadaan kering.
4. Bobot Isi (Bulk Density)
Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume
benda tersebut. Bobot isi ada 2(dua) macam : bobot isi padat dan gembur.
Bobot isi agregat pada campuran berguna untuk klasifikasi perhitungan
perencanaan campuran aspal beton.
5. Porositas, kadar air dan daya serap air
Jumlah kadar pori-pori yang ada pada agregat, baik pori-pori yang dapat
tembus air maupun tidak yang dinyatakan dengan % terhadap volume agregat.
Reaksi antara alkali (Na2O, K2O) yang terdapat pada material campuran
dengan silika aktif yang terkandung dalam agregat, sehingga
1) Reaksi alkali hidroksida dengan silika aktif pada agregat akan membentuk
alkali-silika gelembung di permukaan agregat. Gelembung bersifat mengikat
lebih tua maka agregat halus itu harus ditolak, kecuali apabila : a.
Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang lignit atau yg
sejenisnya. b. Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan
kuat tekan mortar yg
memakai agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yg memakai
pasir
standar silika, menunjukkan nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95 %
kuat tekan mortar memakai pasir standar. Uji kuat tekan mortar harus
dilakukan sesuai dengan cara ASTM C87.
5) Agregat halus yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yg berhubungan
dg
tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yg bersifat reaktif terhadap
alkali dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan
pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang
reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan
semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida
(Na2O + 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan
penambahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang
membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut.
6) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai
Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %, b. Jika dipakai
magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.
7) Susunan besar butir (gradasi).
f. Syarat Mutu Agregat Kasar
Memiliki persyaratan material sebagai berikut:
1) Agregat kasar akan dipergunakan untuk membuat beton akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau berhubungan
tanah basah, tidak boleh mengandung bahan bersifat reaktif terhadap
alkali dalam semen, jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian
berlebihan di dalam mortar atau beton.
2) Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat
beton
Dengan pengertian :
d = Ukuran saringan yang ditinjau
D= Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut
n = 0,35 – 0,45
Campuran dengan gradasi ini memiliki kuat tekan yang tinggi, agak kedap
terhadap air dan memiliki berat isi yang besa
sekali. Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukkan satu garis horisontal
dalam grafik.
Gradasi Menerus
Gradasi seragam
Gradasi senjang
Abu terbang (fly ash) merupakan sisa dari hasil pembakaran batu bara
pada pembangkit listrik. Abu terbang mempunyai titik lebur sekitar 1300 °C dan
mempunyai kerapatan massa (densitas), antara 2.0 – 2.5 g/cm3. Abu terbang
adalah salah satu residu yang dihasilkan dalam pembakaran dan terdiri dari
partikel-partikel halus. Abu yang tidak naik disebut bottom ash.
Dalam dunia industri, abu terbang biasanya mengacu pada abu yang dihasilkan
selama pembakaran batu bara. Abu terbang umumnya ditangkap oleh
pengendap elektrostatik atau peralatan filtrasi partikel lain sebelum gas buang
mencapai cerobong asap batu bara pembangkit listrik, dan bersama-sama
dengan bottom ash dikeluarkan dari bagian bawah tungku dalam hal ini
bersama-sama dikenal sebagai abu batu bara. Tergantung pada sumber dan
tampilan batu bara yang dibakar, komponen abu terbang bervariasi, tetapi semua
abu terbang termasuk sejumlah besar silikon dioksida (SiO2) (baik amorf dan
kristal) dan kalsium oksida (CaO), kedua bahan endemik yang di banyak
terdapat dalam lapisan batuan batu bara.
Di masa lalu, abu terbang pada umumnya dilepaskan ke atmosfer, tetapi
sekarang disyaratkan harus ditangkap sebelum dirilis. Di Amerika Serikat, abu
terbang umumnya disimpan di pembangkit listrik batu bara atau ditempatkan di
tempat pembuangan sampah. Sekitar 43% didaur ulang, sering digunakan untuk
melengkapi semen dalam produksi beton.
Dalam beberapa kasus, seperti pembakaran limbah padat untuk
menciptakan listrik (fasilitas "resource recovery" atau konversi limbah-ke-energi),
abu terbang dapat mengandung kontaminan dari bottom ash berkadar tinggi
serta pencampuran abu terbang dan bottom ash bersama-sama membawa
tingkat proporsional kontaminan dalam jangkauan untuk memenuhi syarat
sebagai limbah tidak berbahaya dalam keadaan tertentu, sedangkan bila tidak
dicampur, abu terbang akan berada dalam jangkauan untuk memenuhi syarat
sebagai limbah berbahaya
Abu terbang tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen,
namun dengan kehadiran air dan ukurannya yang halus, silika oksida (SiO2) yang
dikandung di dalam abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium
hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang
memiliki kemampuan yang mengikat.
Abu batu bara dapat digunakan pada beton sebagai material terpisah
atau sebagai bahan dalam campuran semen dengan tujuan untuk memperbaiki
sifat-sifat beton. Fungsi abu batu bara sebagai bahan aditif dalam beton bisa
sebagai pengisi (filler) yang akan menambah internal kohesi dan mengurangi
porositas daerah transisi yang merupakan daerah terkecil dalam beton, sehingga
beton menjadi lebih kuat. Pada umur sampai dengan 7 hari, perubahan fisik abu