Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGUJIAN GRADASI EKSTRAKSI CAMPURAN AC-BC

HASIL PRODUKSI AMP (ASPHALT MIXING PLANT)

Masykur
Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl.Ki Hajar Dewantara No.166 Kota
Metro Lampung 34111, Indonesia E-mail : masykur.57@gmail.com

ABSTRAK
Pelaksanaan pekerjaan lapis pengikat perkerasan jalan di Jalan Soekarno-Hatta
Kab.Lampung Timur terhadap JMF (Job Mix Formula) dan standar yang digunakan yaitu SNI,
dengan melakukan pengujian Ekstraksi dan Marshall pada campuran aspal beton AC-BC yang
merupakan lapisan pengikat perkerasan. Penelitian ini menggunakan sampel hasil Core Drill,
Campuran Aspal Beton AC-BC hasil beton aspal padat yang diambil di lapangan di Jalan
Soekarno-Hatta Kabupaten Lampung Timur. Hasil penelitian uji Marshall Stabiliti pada hasil
Core Drill 1785,69 kg, Marshall Stabiliti pada hasil beton aspal padat 1609,60 kg, Marshall
Quotient pada hasil Core Drill sebesar 450,93 kg/mm,pada hasil beton aspal padat sebesar 407,88
kg/mm ,menunjukan bahwa peningkatan kepadatan sebesar 0,44 %. kadar aspal Campuran Aspal
Beton Padat AC-BC , 5,30 % dengan kadar aspal dalam JMF masing-masing sebesar 5,25 %,
5,32 %, 5,32 %, 5,31 %, 5,40 %. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa hasil pengujian pada
campuran aspal beton padat AC-BC yang merupakan lapis pengikat perkerasan jalan pada Jalan
Soekarno-Hatta Kabupaten Lampung Timur memenuhi standar JMF.

Kata kunci : Gradasi Ekstraksi campuran AC-BC Hasil AMP.

Dari permasalahan tersebut perlu


PENDAHULUAN dilakukan penelitian dan analisis kembali
mengenai kesesuaiaan pekerjaaan yang
Sering ditemukan teradinya kerusakan
dlakukan di lapangan terhadap JMF (Job Mix
awal pada jalan-jalan yang baru diperbaiki
Formula) yang ada, dalam hal ini analisis
atau pun ditingkatkan. Kerusakan-kerusakan
dilakukan terhadap karakteristik campuran
awal tersebut disebabkan oleh beberapa
aspal beton AC-BC dengan uji
faktor antara lain adalah kesalahan desain,
ekstrasi,marshall dan core drill.
kesalahan pelaksanaan dan pengawasan,
kesalahan pemanfaatan faktor alam serta Asphalt Concret-Bearing Course
kesalahan yang tidak terduga seperti akibat merupakan salah satu jenis laston (Lapis
bencana alam dan lain sebagainya. Aspal Beton) diamana akan di bahas dalam
penelitian ini. Campuran AC-BC adalah lapis
Oleh karena itu pengendalian mutu
aus permukaan pada perkerasan jalan yang
pekerjaan pembangunan jalan dari setiap
berfungsi menyelimuti perkerasan dari
tahap kegiatan sangat diperlukan untuk
permukaan air, menyediakan permukaan yang
mengontrol kualitas (Quality Control)
halus dan mempunyai karakteristik yang
pekerjaan jalan, karena keberhasilan suatu
kesat dan rata sehingga aman dan nyaman
pekerjaan jalan tidak akan terlepas dari
dilalui pengguna menyebarkan beban lapisan
kulitas hasil pekerjaan. Seperti melakukan
dibawahnya.
pengujian material yang digunakan di
Salah satu faktor keberhasilan dalam
lapangan baik material hasil AMP (Asphalt
Miing Plant). Maupun yang telah di hampar pembangunan jalan adalah tersedianya bahan
di lapangan dengan melakukan uji ekstrasi, konstruksi jalan yang memenuhi syarat
uji stabilitas marshall, berat jenis, maupun spesifikasi teknis. Sumber (quary) material di
pengujian hasil core drill di laboratorium. sekitar proyek jalan akan sangat membantu
menurunkan biaya konstruksi, namun

30 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016


demikian kondisi ini tidak selalu ditemui Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
dalam setiap proyek. Sering ditemui kendala degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh
bahwa letak sumber material demikian jenis agregat, gradasi campuran, ukuran
jauhnya/ sering terjadinya material yang partikel, bentuk agregat dan besarnya energi
dibutuhkan tidak sesuai sehingga yang dialami oleh agregat tersebut :
mengakibatkan pembengkakan biaya
transportasi akibat mendatangkan material dari Bentuk dan Tekstur Agregat
luar lokasi proyek. Bahan konstruksi jalan
Berdasarkan bentuknya, partikel atau butir
untuk campuran jalan yang dimaksud adalah
agregat dikelompokkan sebagai berbentuk
agregat. Agregat yang digunakan dapat berupa bulat, lonjong, pipih, kubus, tak beraturan
agregat alam dan agregat buatan. Agregat alam atau mempunyai bidang pecahan.
bisa didapatkan langsung dari lingkungan 1. Agregat berbentuk bulat
sekitar misalnya dari sungai, yang terdiri dari
pasir dan kerikil alam, sedangkan agregat Agregat yang ditemui disungai pada
buatan dihasilkan dari olahan manusia. umumnya telah mengalami erosi, sehingga
berbentuk bulat (rounded) dan licin.
TINJAUANPUSTAKA Bidang kontak antar agregat berbentuk
Agregat bulat sangat sempit, hanya berupa titik
singgung, sehingga menghasilkan
Agregat didfinisikan secaraumum sebagai
formasi kulit bumi yang keras dan padat. penguncian antar agregat yang tidak baik
ASTM mendifinisikan agregat sebagai suatu dan menghasilkan kondisi kepadatan
bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa lapisan perkerasan yang kurang baik.
massa berukuran besar ataupun berupa 2. Agregat berbentuk kubus
fragmen-fragmen. Agregat merupakan Agregat Berbentuk Kubus (cubical) pada
komponen utama dari struktur perkerasan
umunya merupakan agregat hasil
jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan
prosentase berat, atau 75-85% agregat pemecahan batu massif atau hasil
berdasarkan prosentase volume. pemecahan mesin pemecah batu. Bidang
Pemilihan agregat yang akan digunakan kontak agregat ini luas, sehingga
harus memperhatikan ketersediaan bahan mempunyai daya saling mengunci yang
dilokasi, jenis konstruksi, gradasi, ukuran baik. Kestabilan yang diperoleh lebih baik
maksimum, kebersihan, daya tahan, bentuk, dan lebih tahan terhadap depormasi.
tekstur, daya lekat agregat terhadap aspal dan
Agregat ini merupakan agregat yang
berat jenis lainya.
terbaik untuk dipergunakan sebagai
Nilai Keausan Agregat material perkerasan jalan.
Daya tahan agregat merupakan ketahanan 3. Agregat berbentuk lonjong
agregat terhadap adanya penurunan mutu Agregat Berbentuk Lonjong (elongated)
akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat
dapat ditemukan disungai atau bekas
dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan
gradasi, akibat pecahnya butir-butir agregat. endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong
Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh jika ukuran terpanjangnya lebih dari 1,8
proses mekanis, seperti gaya-gaya yang kali diameter rata-rata. Indek kelonjongan
terjadi selama proses pelaksanaan perkerasan (elongated index) adalah persentase berat
jalan (penimbunan, penghamparan dan agregat lonjong berat total. Sifat campuran
pemadatan), pelayanan terhadap beban lalu agregat berbentuk lonjong ini hamper sama
lintas, dan proses kimiawi, seperti pengaruh
dengan agregat berbentuk bulat.
kelembaban, kepanasan, dan perubahan suhu
sepanjang hari. 4. Agregat berbentuk pipih

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 31


Agregat berbentuk Pipih (flacky) AC-BC (Asphalt Concrete – Binder Course)
merupakan hasil dari produksi dari mesin AC-BC merupakan lapis perkerasan yang
pemecahbatu, dan biasanya agregat ini berfungsi sebagai lapis antara, yaitu diantara
memang cenderung pecah dengan bentuk AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course)
pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang sebagai lapis aus dan AC-base yang berfungsi
ketebalannya lebih tipis dari 0,6 kali sebgai lapis pondasi bawah. Salah satu prodak
diameter rata-rata. Indeks kepipihan adalah campuran aspal yang kini banyak digunakan
berat total agregat yang lolos slot dibagi oleh Departemen Permukiman dan Prasarana
berat total agregat yang tertahan slot pada wilayah adalah AC-WC/ lapis aus aspal beton .
ukuran nominal tertentu AC-WC adalah salah satu dari tiga macam
campuran lapis aspal beton yaitu AC-BC, AC-
Aspal WC dan AC-Base. Ketiga jenis laston tersebut
Aspal atau bitumen merupakan material merupakan konsep spesifikasi campuran
yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat beraspal yang telah disempurnakan oleh Bina
viskoelastis sehingga akan melunak dan Marga bersama-sama dengan Pemerintah
mencair bila mendapat cukup pemanasan dan Pusat Litbang Jalan.
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang
membuat aspal dapat menyelimuti dan Tabel 1. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
menahan agregat tetap pada tempatnya selama
proses produksi dan masa pelayananya.
Pengerasan aspal dapat terjadi karena
oksidasi, penguapan, dan perubahan kimiawi
lainya. Menurut Wignall (2003) aspal dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Aspal alam
b. Aspal buatan
Aspal alam dapat berasal dari bantuan
pegunungan (rock asphalt) dan danau (lake
asphalt). Aspal buatan didapat dari proses Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Bina
destilasi minyak bumi, dengan pemanasan Marga, Spesifikasi Umum 2010
350ºC dibawah tekanan atmosfir untuk
memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti Gradasi agregat gabungan untuk campuran
gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan aspal, ditunjukan dalam persen terhadap berat
gas oli. Hasil proses destilasi/ penyulingan agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi
minyak tanah mentah menghasilkan 3 (tiga) batas-batas yang di berikan dalam Tabel 2.
macam aspal (Suryadharma, 2008), yaitu :
 Aspal keras/panas (asphalt cement, AC)
 Aspal dingin/cair (cut back asphalt)
 Aspal emulsi (amulsion asphalt)
Penggunaan yang paling umum adalah jenis
aspal keras (AC), aspal jenis ini berbentuk
padat pada temperatur antara 25ºC-30ºC.

32 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016


Tabel 2. Gradasi Agregat Gabungan Untuk A = Berat sampel sebelum ekstraksi (gram)
Campuran Aspal D = Berat masa dari kertas filter (gram)
E = Berat sampel setelah ekstraksi (gram)

Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen
terhadap berat agregat total, tidak terhadap
berat campuran. Perhitungan penyerapan
aspal (Pba) adalah sebagai berikut:
Gse  Gsb
Pba = 100 x xGb
GsbxGse
Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Bina
Marga, Spesifikasi Umum 2010 Pba : Penyerapan Aspal (%)
3
Gse : Berat jenis efektif agregat (gr/cm )
3
Ekstraksi Gsb : Berat jenis curah agregat (gr/cm )
Gb : Berat jenis aspal
Ekstraksi adalah pemisahan campuran dua
atau lebih bahan dengan cara menambahkan
Kadar Aspal Efektif
pelarut yang dapat melarutkan salah satu yang
ada dalam campuran tersebut. Kadar aspal efektif (Pbe) campuran
Salah satu metode yang dkembangkan beraspal adalah kadar aspal total dikurangi
untuk menguji kandungan kadar aspal dalam jumlah aspal yang terserap oleh partikel
campuran (Mix Design) adalah dengan agregat. Kadar aspal efektif ini akan
menggunakan metode ekstrasi menurut menyelimuti permukaan agregat bagian luar
prosedur pemeriksaan AASHTO (T–164–80). yang pada akhirnya akan menentukan kinerja
Pengujian ekstrasi menunjukkan bahwa perkerasan beraspal. Rumus Kadar aspal
gradasi agregat berubah menjadi lebih halus efektif adalah :
dari agregat semula perubahan gradasi agregat Pba
diakibatkan oleh kehancuran, beberapa Pbe = Pb  100 xPs
partikel agregat menaikan volume rongga Pbe : Kadar aspal efektif, persen terhadap
udara dalam campuran yang menghasilkan berat total campuran (%)
penurunan kepadatan serta VIM dan VMA. Pb : Kadar aspal total, persen terhadap
Proses ekstraksi merupakan proses berat total campuran (%)
pemisahan campuran dua atau lebih bahan Ps : Persen agregat terhadap total
dengan cara menambahahkan pelarut yang campuran (%)
bisa melarutkan salah satu bahan yang ada Pba : Penyerapan aspal, persen terhadap
dalam campuran tersebut dapat dipisahkan. berat agregat (%)
Pelarut yang bisa digunakan dalam proses
ekstraksi antara lain spiritus, pertamax, Marshall Test
bensin, minyak tanah.
Tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu Pengujian Marshall bertujuan untuk
untuk mengetahui kadar aspal yang terdapat mengukur daya tahan (stabilitas) campuran
dalam campuran aspal yang dibuat (mix agregat dan aspal terhadap kelelehan plastis
design) yang menggunakan alat centrifuge (flow). Flow didefenisikan sebagai perubahan
Extraktor dengan bensin sebagai pelarutnya. deformasi atau regangan suatu campuran
mulai dari tanpa beban, sampai beban
=
( − ( + ))
%
maksimum dan dinyatakan dalam milimeter
H = Kadar aspal sampel (%)
atau 0.01”. Pengujian Marshall merupakan
pengujian yang paling banyak dan paling
umum dipakai saat ini. Hal ini disebabkan

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 33


karena alatnya sederhana dan cukup praktis Parameter Dan Formula Perhitungan
untuk dimobilisasi. Parameter dan formula untuk menganalisa
a. Pengujian Marshall campuran aspal beton adalah sebagai berikut :
Kinerja beton aspal padat ditentukan 1. Berat Jenis Bulk dan Apparent Agregat
melalui pengujian benda uji yang meliputi: a. Agregat kasar
 Penentuan volume berat benda uji BK
BJ Bulk 
 Pengujian nilai stabilitas, adalah (BJ  BA)
kemampuan maksimum beton aspal BK
BJ Apparent (semu) 
padat menerima beban sampai terjadi (BK  BA)
kelelehan plastis b. Agregat halus
 Pengujian kelelehan (Flow), adalah BK
besarnya perubahan bentuk plastis dari BJ Bulk 
(B  500  Bt)
beton aspal padat akibat adanya beban BK
sampai batas keruntuhan BJ Apparent (semu) 
(BBK  Bt)
 Perhitungan Question Marshall, adalah
perbandingan antara nilai stabilitas dan BK = Berat benda uji kering oven, (gr)
flow BJ = Berat benda uji kering permukaan
 Perhitungan berbagai jenis volume pori jenuh (SSD), (gr)
dalam beton aspal padat (VIM, VMA, BA = Berat benda uji di dalam air, (gr)
dan VFA) B = Berat picnometer di isi air suhu 25°C
 Perhitungan tebal selimut atau film Bt = Berat picnometer + benda uji SSD
aspal. + air suhu 25°C.
Pengujian Marshall, pertama kali 2. Berat Jenis Bulk dan Apparent Total
dikembangkan oleh Bruce Marshall dan Agregat
dilanjutkan oleh U.S. Corp Enginner. Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi
Alat Marshall merupakan alat tekan yang agregat kasar, agregat halus dan bahan
dilengkapi dengan proving ring (cincin pengisi/filler yang masing-masing
penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbf) mempunyai berat jenis yang berbeda,
dan Flowmeter. Proving ring digunakan baik berat jenis kering (bulk spesific
untuk mengukur nilai stabilitas, dan gravity) dan berat jenis semu (apparent
Flowmeter untuk mengukur kelelehan grafity).
plastis atau flow. Benda uji marshall 3. Berat Jenis Efektif Agregat
berbentuk silinder berdiameter 4 inci (10,2 Berat jenis maksimum campuran
cm) dan tinggi 2,5 inci (6,35 cm) (Gmm) diukur dengan AASHTO T.209-
b. Langkah-langkah Uji Marshall 90, maka berat jenis efektif campuran
Secara garis besar langkah-langkah (Gse), kecuali rongga udara dalam
pengujian marshall meliputi : partikel agregat yang menyerap aspal
 Persiapan benda uji dapat dihitung dengan rumus berikut :
 Penentuan berat jenis bulk dari benda uji
Gse = Pmm 
 Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow Pb
 Perhitungan sifat volumetric benda uji Pb
Pmm
Gmm  Gb

Gse : Berat jenis efektif/


efektive spesific gravity,
3
(gr/cm )
Gmm : Berat jenis campuran
34 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016
maksimum teoritis setelah optimum. Sebaliknya pengujian
berat jenis maksimum dilakukan
dengan benda uji sebanyak
minimum dua buah (duplikat) atau
tiga buah (triplikat).
5. Berat Jenis Bulk Campuran Padat
Perhitungan berat jenis bulk
campuran setelah pemadatan
(Gmb) dinyatakan dalam gram/cc
dengan rumus sebagai berikut :
Gmb = Bk
Bssd  Ba
Gmb : Berat jenis bulk campuran
setelah pemadatan
3
(gr/cm ) : Berat kering
campuran (gr) : Berat
kering permukaan dari
Campuran setelah
pemadatan (gr)
: Berat campuran padat di
dalam air (gr)
Bssd – Ba : Volume bulk dari
campuran yang telah
dipadatkan,berat jenis air
diasumsikan = 1 gr/cc
6. Rongga di antara mineral agregat
(VMA) Rongga antar mineral agregat
(VMA) adalah ruang rongga diantara
Bk partikel agregat pada suatu
Bssd perkerasan, termasuk rongga udara
dan volume aspal efektif (tidak
termasuk volume aspal yang diserap
Ba agregat). VMA dihitung
pemadatan
Pmm : Persen berat total
campuran (=100)
Pb : Persentase kadar aspal
terhadap total campuran, (%)
Gb : Berat jenis aspal.
4. Berat Jenis Maksimum Campuran
Berat jenis maksimum campuran, Gmm
pada masing-masing kadar aspal
diperlukan untuk menghitung kadar
rongga masing-masing kadar aspal.
Berat jenis maksimum dapat ditentukan
dengan AASHTO T.209-90. Ketelitian
hasil uji terbaik adalah bila kadar aspal
campuran mendekati kadar aspal
berdasarkan berat jenis bulk (Gsb) agregat dan Gmb : Berat jenis campuran setelah
dinyatakan sebagai persen volume bulk 3
pemadatan, (gr/cm )
campuran yang dipadatkan. Perhitungan VMA Gsb : Berat jenis bulk agregat,
terhadap campuran adalah dengan rumus 3
(gr/cm )
berikut : Pb : Kadar aspal, persen total
1. Terhadap Berat Campuran Total : campuran, (%)
 GmbxPs 7. Rongga di dalam campuran (Void In
VMA = 100 %
 Gsb  The Compacted Mixture/ VIM)
VMA : Rongga udara pada mineral Rongga udara dalam campuran (Va) atau
agregat, prosentase dari volume total(%) VIM dalam campuran perkerasan
Gmb : Berat jenis campuran setelah beraspal terdiri atas ruang udara diantara
3 partikel agregat yang terselimuti aspal.
pemadatan, (gr/cm )
3 Volume rongga udara dalam campuran dapat
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cm )
ditentukan dengan rumus berikut :
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat
 Gmm  Gmb 
total campuran, (%) VIM 100 x %

2. Terhadap Berat Agregat Total :  Gmm


  VIM : Rongga udara pada campuran
VMA 100   Gmb x 100 100  % setelah pemadatan, prosentase dari
   

  Gsb 100  Pb  volume total, (%)


VMA : Rongga udara pada mineral
agregat, prosentase dari volume total, (%)

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 35


Gmb : Berat jenis campuran setelah memperoleh nilai stabilitas seperti di
3
pemadatan, (gr/cm ) atas Nilai flow berdasarkan nilai
Gmm : Berat jenis campuran maksimum masing-masing yang ditunjukkan oleh
3 jarum dial. Hanya saja untuk alat uji
teoritis setelah pemadatan (gr/cm )
8. Rongga udara yang terisi aspal (Voids jarum dial flow biasanya sudah dalam
Filled with Asphalt/ VFA) satuan mm (milimeter), sehingga tidak
Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen perlu dikonversikan lebih lanjut.
rongga yang terdapat diantara partikel 11. Hasil Bagi Marshall
agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, Hasil bagi Marshall / Marshall Quotient
tidak termasuk aspal yang diserap oleh (MQ) merupakan hasil pembagian dari
agregat. Rumus adalah sebagai berikut: stabilitas dengan kelelehan. Sifat
Marshall tersebut dapat dihitung dengan
VFA  100VMA Va% menggunakan rumus berikut :
VMA
VFA : Rongga udara yang terisi MQ  MS
MF
aspal, prosentase dari VMA, (%) MQ : Marshall Quotient, (kg/mm)
VMA : Rongga udara pada MS : Marshall Stabilit,y (kg)
mineral agregat, prosentase dari volume MF : Flow Marshall, (mm)
total, (%) 12. Durabilitas Standar
Va : Rongga di dalam
Prosedur pengujian durabilitas
campuran, prosentase dari volume total mengikuti rujukan SNI M-58-1990. Uji
campuran,(%) perendaman dilakukan pada temperatur
9. Stabilitas 60±1ºC selama 24 jam. Masing-masing
Nilai stabilitas adalah kemampuan golongan terdiri dari 2 sampel yang
maksimum beton aspal padat menerima direndam pada bak perendaman untuk
beban sampai terjadi kelelehan plastis. semua variasi kadar aspal. Spesifikasi
Nilai ini diperoleh berdasarkan nilai Departemen Permukiman dan Prasarana
masing-masing yang ditunjukkan oleh Wilayah untuk mengevaluasi keawetan
jarum dial. campuran adalah pengujian Marshall
Untuk nilai stabilitas, nilai yang perendaman di dalam air pada suhu
ditunjukkan pada jarum dial perlu 60ºC selama 24 jam.
dikonversikan terhadap alat Marshall. Perbandingan stabilitas yang direndam
Selain itu pada umumnya alat Marshall dengan stabilitas standar, dinyatakan
yang digunakan bersatuan Lbf (pound sebagai persen, dan disebut Indeks
force), sehingga harus disesuaikan Stabilitas Sisa (IRS), dan dihitung sebagai
satuannya terhadap satuan kilogram. berikut :
Selanjutnya nilai tersebut juga harus  MSi 
IRS x100
disesuaikan dengan angka koreksi
MSs
terhadap ketebalan atau volume benda
IRS : Indeks Kekuatan Sisa (Index
uji.
Retained Strength) (%)
10. Flow
MSi : Stabilitas Marshall setelah
Flow (Kelelehan) adalah besarnya perendaman 24 jam suhu
perubahan bentuk plastis dari beton
ruang 60±1ºC, (kg)
aspal padat akibat adanya beban sampai
MSs : Stabilitas Marshall standar pada
batas keruntuhan. Seperti halnya cara

36 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016


perendaman selama 30±1menit
suhu 60ºC,(kg) Bahan Penelitian dan Peralatan Penelitian
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam
METODOE PENELITIAN penelitian ini antara lain :
1. Campuran aspal yang diambil dari
Umum lapangan yang sudah dicampur di AMP
Dalam bab ini peneliti menjelaskan (Asphalt Mixing Plant)
langkah-langkah penelitian tentang “Analisis 2. Specement hasil core drill
Pengujian Gradasi Ekstraksi Campuran AC- 3. Bensin sebagai bahan pelarut
BC Hasil Produksi AMP (Asphalt Mixing
Plant)”. Metodologi ini merupakan kerangka Peralatan yang akan digunakan dalam
acuan selama pelaksanaan penelitian. penelitian ini antara lain :
1. Mesin Core Drill
Data 2. Mesin Ekstraksi
Teknik pengumpulan data dilaksanakan 3. Saringan Ekstraksi dan kertas filter
dengan metode eksperimen terhadap beberapa 4. Mesin Marshall Test
benda uji dari berbagai kondisi perlakuan yang 5. Alat penumbuk manual (Stability
diuji di laboratorium. Untuk beberapa hal pada Hammer beserta Mold Holder)
pengujian bahan, data yang digunakan adalah 6. Extruder
data sekunder karena menggunakan bahan dan
7. Water Bath
sumber yang sama. Sedangkan data primer
diperoleh dari uji bahan secara langsung. 8. Timbangan yang dilengkapi dengan
Jenis data pada penelitian ini penggantung benda uji berkapasitas 2 Kg
dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 9. Termometer logam
1. Data primer 10. Perlengkapan penunjang yang meliputi,
Data primer adalah data yang kompor pemanas, wajan, sendok
dikumpulkan secara langsung melalui pengaduk, oven, kaos tangan anti panas,
serangkaian kegiatan percobaan yang kain lap, spatula, baskom, kuas.
dilakukan sendiri dengan mengacu pada
petunjuk manual yang ada serta survey Tahapan Penelitian
yang dilakukan sendiri secara langsung a. Tahapan di lapangan, meliputi :
yaitu: Pengujian ekstraksi dengan  Pengambilan benda uji di lapangan
menggunakan mesin Centrifuge sebelum dipadatkan menggunakan
Ekstractor. skop
2. Data sekunder  Pengambilan benda uji di lapangan
Data sekunder adalah data yang sesudah dipadatkan menggunakan
diperoleh secara tidak langsung (didapat mesin core drill
dari penelitian lain) untuk bahan/jenis  Pengujian terhadap sampel yang
yang sama dan masih berhubungan sudah diambil, di uji di laboratorium
dengan penelitian serta data dari hasil jalan raya FT. Universitas
survey instansi-instansi terkait. Muhamadiyah Metro.
Dalam penelitian ini, data sekunder b. Tahapan di Laboratorium
antara lain :  Uji Extraksi
 Meliputi kualitas bahan  Uji Marshall
 Spesifikasi JMF (job Mix Formula)
 Bahan lapis perkerasan

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 37


Analisa Hasil Pengujian drill) di Jalan Soekarno-Hatta Sukadana
Setelah pengujian marshall dilakukan Kabupaten Lampung Timur yang terdiri dari
terhadap seluruh benda uji, kemudian 2 jalur 2 lajur terdapat pada tabel sebagai
dilakukan analisis terhadap data yang berikut :
diperoleh. Dari hasil pengujian didapat nilai- Tabel 3. Pengukuran Tebal Beton Aspal Padat
nilai kepadatan, stabilitas, flow, VMA, VFA, AC-BC Hasil Core Drill
VIM Marshall. dan untuk hasil pengujian
Extraksi terhadap seluruh benda uji, didapat
nilai-nilai kadar aspal yangg optimum
Kemudian untuk masing-masing parameter
yang tercantum dalam persyaratan campuran, Sumber : Hasil pengambilan sample core
digambarkan batas-batas spesifikasi ke dalam drill di lapangan, Penyusun.
grafik dan tabel ditentukan rentang kadar
aspal yang memenuhi persyaratan. Kemudian Tabel 4. Penimbangan Berat Beton Aspal
kita bandingkan karakteristik kadar aspal dari Padat AC-BC Hasil Core Drill
pengujian Marshall dan pangujian Ekstraksi
dari masing-masing campuran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sumber : Hasil penimbangan sample di
Pengujian Campuran Aspal Beton AC- BC laboratorium, Penyusun.
Sample hasil core drill dan campuran aspal
padat yang di ambil di lapangan diuji di Tabel 5. Penimbangan Berat Beton Aspal
laboratorium. Pengujian dilakukan mulai dari Padat AC-BC Hasil Campuran
pengujian berat jenis campuran aspal padat Aspal Padat
hasil core drill, pengujian kepadatan (density)
campuran di lapangan, pengujian ekstraksi
sample hasil campuran aspal panas untuk
mengetahui kadar aspal campuran tersebut,
gradasi hasil ekstraksi dan pengujian stabilitas
marshall.

Analisa Pengujian Berat Jenis Campuran


Beton Aspal Padat
Dari hasil pengambilan specement
(Sample Core Drill) lapisan permukaan jalan
Sumber : Hasil penimbangan sample beton
AC-BC menggunakan mesin core drill, dan
aspal padat di laboratorium, Penyusun.
pengambilan specement sample yang belum
dipadat kan di lapangan yaitu di ruas jalan
Dari penimbangan berat beton aspal padat
Soekarno-Hatta Sukadana Kabupaten
hasil core drill dan hasil campuran aspal
Lampung Timur , diperoleh data volume bulk,
panas di lapangan selanjutnya dapat dihitung
dan density lapangan dari hasil core drill.
berat jenis bulk dan volume bulk dari beton
Data hasil pengukuran tebal dan
aspal padat hasil core drill tersebut, seperti
penimbangan berat specement (sample core
perhitungan di bawah ini :

38 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016


1. Volume Bulk hasil Core Drill (VBulk) 4. Berat Jenis Bulk Core Drill (Gmb)

Gambar 1. Volume bulk hasil core dril.


Gambar 4. Berat jenis bulk hasil core
dril.
2. Volume Bulk hasil Beton Aspal Padat
(VBulk)
5. Berat Jenis Bulk Beton Aspal Padat
(Gmb)

Gambar 2. Volume bulk hasil campuran


Gambar 5. Berat jenis bulk Beton aspal
Beton aspal padat.
padat.

3. Perbandingan Volume Bulk Hasil Core


6. Perbandingan Berat Jenis Bulk Hasil
Drill Dan Hasil Beton Aspal Padat
Core Drill Dan Hasil Beton Aspal Padat.
Dari hasil pengujian volume Bulk
Dari hasil pengujian berat jenis Bulk
Hasil Core Drill dan volume Bulk hasil
Hasil Core Drill dan berat jenis Bulk hasil
beton aspal panas pada lapisan
beton aspal padat pada lapisan permukaan
permukaan perkerasan AC-BC pada jalan
perkerasan AC-BC pada jalan Lintas
Lintas Timur Kecamatan Sukadana yang
Timur Kecamatan Sukadana yang tidak
tidak berbeda jauh dari hasil Core Drill
berbeda jauh dari hasil Core Drill dan
dan Hasil beton aspal padat. Data
Hasil beton aspal panas. Data
perbandingan volume bulk hasil core drill
perbandingan berat jenis bulk hasil core
dan volume bulk hasil beton aspal padat
drill dan berat jenis bulk hasil beton aspal
tercantum pada gambar 3.
padat tercantum pada gambar 6.

Gambar 3. Volume bulk hasil core drill


dan hasil Beton aspal padat.

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 39


nya sudah memenuhi standar tidak
boleh kurang dari 98% seperti yang
tertera dalam JMF. Seperti yang telah
ditentukan dalam SNI 03-6757-2002.

Analisa Perhitungan Pengujian Ekstraksi


dan Gradasi Campuran
Pengujian ekstraksi dilakukan untuk
Gambar 6. Perbandingan Berat jenis mengetahui kadar aspal dalam campuran
bulk hasil core drill dan berat jenis hasil aspal beton AC-BC hasil sampel per STA
beton aspal padat. yang belum dipadat kan di jalan Soekarno-
Hatta Kecamatan Sukadana, Kabupaten
Data hasil pengujian kepadatan pada Lampung timur. Kadar aspal dalam campuran
specement (sample core drill) di merupakan banyaknya aspal dalam campuran
laboratorium Teknik Sipil Universitas beraspal yang diperoleh dari hasil ekstraksi
Muhamadiyah Metro tercantum pada tersebut.
tabel dibawah : Dari pengujian tersebut diperoleh data per
STA dalam campuran aspal beton AC-BC
Tabel 6. Hasil pengujian density/ tercantum pada gambar di bawah ini :
kepadatan hasil core drill

Sumber : Hasil pengujian density/ Gambar 7. Hasil perhitungan kadar aspal.


kepadatan hasil core drill di
laboratorium oleh peneliti (SNI 03- Gradasi adalah susunan butiran agregat yang
6757-2002). sesuai ukurannya. Gradasi agregat campuran
Dari hasil pengujian berat jenis pada merupakan salah satu sifat yang sangat
lapisan permukaan perkerasan jalan menentukan kinerja perkerasan jalan. Untuk
hasil core drill dan pembuatan sampel di menentukan gradasi pada campuran lapisan
Laboratorium Teknik Sipil Universitas permukaan jalan AC-BC pada Jalan Soekarno-
Muhammdiyah diketahui bahwa tidak Hatta Sukadana digunakan nomor saringan 1”,
jauh beda peningkatan kepadatan ¾”, ½”, 3/8”, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50,
(Density) di lapangan atau hasil No.100, No.200. Campuran lapisan permukaan
tumbukan dilaboratorium di karenakan jalan AC-BC pada Jalan Soekarno-Hatta
belum lama nya pelaksaan dilapangan Sukadana ini merupakan campuran bergradasi
dan pemadatan oleh kendaraan, namun halus. Gradasi dan grafik gradasi campuran
pemadatan untuk semua campuran lapisan permukaan jalan AC-BC pada Jalan
beraspal termasuk campuran aspal beton Soekarno-Hatta Sukadana dapat dilihat pada
pada Jalan Soekarno-Hatta Sukadana gambar di bawah ini :

40 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016


Gambar 8. Grafik Gradasi Campuran AC-BC. Gambar 9. Hasil kadar aspal efektif yang
menyelimuti agregat (Pae)
Hasil penggradasian campuran lapisan
permukaan perkerasan jalan AC-BC pada Analisa Perhitungan Petunjuk Stabilitas
Jalan Soekarno-Hatta Sukadana yang telah Marshall.
diuji di Laboratorium Teknik Sipil Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
Universitas Muhamadiyah Metro, diketahui karakteristik campuran lapisan permukaan
bahwa gradasi campuran masih memenuhi perkerasan jalan AC-BC pada Jalan
spesifikasi yang ada baik terhadap JMF Soekarno-Hatta Sukadana Lampung Timur
maupun terhadap SNI yang tertuang dalam dengan cara uji marshall.
Spesifikasi Umum Tahun 2010. Campuran disiapkan untuk satu benda uji,
berat total agregat campuran adalah berat
agregat yang dapat menghasilkan satu benda
Kadar Aspal Yang Terabsorsi (Pab)
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen uji padat setinggi 6,35 cm dengan diameter
10,2 cm. Umumnya berat agregat campuran
terhadap berat agregat total, tidak terhadap
berat campuran. Perhitungan penyerapan adalah ± 1200 gram dalam penelitian ini
aspal (Pba) adalah sebagai berikut : peneliti membuat 3 buah benda uji
2,591  2,581 (Specement) dari hasil campuran beton aspal
Pab = 100 x x1,042
2,581x2,591 yang diambil dari lapangan, Campuran
= 0,156 % dipanaskan sampai mencapai suhu
pencampuran yaitu ± 150º, tuangkan
Kadar Aspal Efektif Yang Menyelimuti campuran beton aspal panas ke dalam mold
Agregat (Pae). yang telah disiapkan, ditusuk-tusuk, dan
Kadar aspal efektif merupakan banyaknya dipadatkan dengan mempergunakan
aspal yang berfungsi menyelimuti permukaan penumbuk (hammer) seberat 10 pon (4,356
setiap butir agregat adalah jumlah aspal yang kg) dengan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm)
dimasukkan ke dalam pori setiap butir agregat, dengan 75x bolak-balik. Setelah pemadatan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini : selesai dilakukan, maka benda uji dibiarkan
dingin dan dikeluarkan dari mold.

Perbandingan Nilai Stabilitas Hasil Core


Driil Dan Nilai Stabilitas Hasil Beton Aspal
Padat.
Dari hasil analisa perbandingan nilai
stabilatas hasil core drill dan nilai hasil

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 41


stabilitas hasil beton aspal padat dapat  1529,56 
MarshalQuotient 407,88 kg/mm. 3,75
disimpulkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 10. Grafik perbandingan stabilitas


hasil core drill dan stabilitas hasil aspal padat. Gambar 11. Grafik perbandingan Mashall
Karakteristik marshall di atas diketahui Quotient hasil core drill dan Mashall Quotient
bahwa kondisi mutu pada Jalan Soekarno- hasil aspal padat.
Hatta Sukadana Kab. Lampung Timur yang
telah dipadatkan/ sebelum dipadatkan dapat KESIMPULAN
disimpulkan bahwa nilai stabilitas hasil
Marshall beton aspal panas dan nilai hasil Dari hasil pengambilan sampel Core Drill
Marshall hasil Core Drill perbedaan yang dan Campuran Beton Aspal Panas di Jalan
tidak banyak. Hal tersebut dikarenakan Soekarno-Hatta Kabupaten Lampung Timur
pemadatan oleh kendaraan yang melintas dan penelitian serta pemeriksaan yang telah
setiap hari, diperjelas dengan kesesuaian hasil dilakukan terhadap kepadatan, berat jenis,
uji di laboratorium Teknik Sipil Universitas kadar aspal (pengujian ekstraksi), gradasi
Muhammadiyah Metro. (pengujian analisa saringan), dan karakteristik
marshall (pengujian stabilitas marshall)
Hasil Bagi Marshall Hasil Core Driil terhadap campuran aspal beton pada lapisan
(Kg/mm). permukaan perkerasan jalan yaitu AC-BC
 1785,69 
Marshal 450,93 kg/mm. pada Jalan Soekarno-Hatta Sukadana
3,96 Kabupaten Lampung Timur, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Hasil Bagi Marshall Hasil Beton Aspal 1. Dari hasil seluruh pengujian penelitian
Padat (Kg/mm). yang dilakukan terhadap campuran beton
 1609,60  aspal panas lapis permukaan perkerasan
Marshal 431,52 kg/mm. jalan AC-BC pada ruas Jalan Soekarno-
3,73 Hatta Sukadana Kab.Lampung Timur
didapat hasil pengujian kadar aspal pada
Hasil Marshall Quotient Hasil Core Drill Sta 0+400 yaitu 5,25 %, Sta 0+800 yaitu
(gr/mm). 5,32%, Sta 1+200 yaitu 5,22%, Sta
 1785,69  1+600 yaitu 5,31%, Sta 2+000 yaitu
MarshalQuotient 450,93 kg/mm. 5,40% dan gradasi campuran. hasil yang
3,96 didapat masih memenuhi standar JMF
(Job Mix Formula) 5,30%
Hasil Marshall Quotient Hasil Aspal 2. Dari hasil stabilitas marshall quotient
hasil core drill 450,93 kg/mm dan
Padat(gr/mm).
stabilitas marshall quotient hasil beton
aspal padat 407,88 kg/mm, dari pengujian

42 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016


dapat disimpulkan perbandingan gradasi
agregat AC-BC nilai stabilitas marshall
quotient hasil core drill dan stabilitas
marshall quotient hasil beton aspal padat
adalah 0,44 %.

DAFTARPUSTAKA

[1]. Anonim, Departemen Pekerjaan


Umum, Badan Penelitian dan
Pengembangan PU Standar Nasional
Indonesia. Metode Pengujian Berat
Jenis Aspal padat, SNI 06-2441-1991
; SK M-29-1990-F.

[2]. Anonim, 2010. Pedoman Penulisan


Karya Ilmiah, Metro : Universitas
Muhammadiyah Metro.

[3]. Bagus Ida Wirahaji, 2012. Analisa


Kadar Aspal Optimum Laston, Lapis
Aus Pada Ruas Jalan Simpang Sakah.,
jurnal ilmiah Teknik Sipil vol.16,no.2,
juli 2012.

[4]. Jurnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 1,


Mei 2014.

[5]. Khajidah, Ir. Ida, November 2011.


Evaluasi Variasi Bahan Pelarut
Untuk Penentuan Kadar Aspal
Optimum, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Metro.

[6]. Sukirman Silvia, April 2003. Beton


Aspal campuran Panas. Jakarta :
Granit.

[7]. Tenriajaeng Andi Tenrisuki. 2012.


“Rekayasa Jalan Raya”. Penerbit
Gunadarma.

ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 43

Anda mungkin juga menyukai