Mei 2010
DAFTAR ISI................................................................................................................ i
1 Umum..................................................................................................................2
2 Jenis-jenis Agregat .............................................................................................2
2.1 Agregat Buatan ....................................................................................................2
2.2 Agregat Yang Diproses ........................................................................................3
2.3 Agregat Alam (Natural Agregates) ..........................................................................4
3 Produksi agregat.................................................................................................5
4 Sifat Penting Agregat..........................................................................................7
4.1 Ukuran Butir dan Gradasi......................................................................................7
4.2 Bentuk Agregat dan Kekasaran Permukaan.......................................................... 10
4.3 Tekstur Permukaan ............................................................................................. 11
4.4 Penyerapan......................................................................................................... 12
4.5 Kekerasan Agregat .............................................................................................. 12
4.6 Kelekatan ........................................................................................................... 13
i
AGREGAT DAN PROSES PRODUKSINYA
1 Umum
Agregat seperti batu, material granular dan mineral agregat adalah material keras yang
dapat digunakan baik dalam bentuk partikel atau fragmen sebagai bagian dari bahan
perkerasan jalan. Agregat memberikan sifat struktural dan memberikan konstribusi
sebesar 90 - 95 % terhadap berat atau 75 - 85 % terhadap volume dari struktur
perkerasan jalan, oleh sebab itu sifat agregat sangat mempengaruhi kinerja dari pada
perkerasan.
Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifikasikan berdasarkan
sumbernya, seperti contohnya agregat alam, agregat hasil pemrosesan, agregat buatan
atau agregat artifisial.
2 Jenis-jenis Agregat
2
Pembuatan agregat buatan secara langsung adalah suatu yang relatif baru. Agregat ini
dibuat dengan membakar tanah liat, shale, glas vulkani dan material lainnya. Produk akhir
yang dihasilkan biasanya agak ringan dan tidak memiliki daya tahan terhadap keausan
yang tinggi. Agregat buatan dapat digunakan untuk dek jembatan atau untuk perkerasan
jalan dengan mutu sebaik lapisan permukaan yang mensyaratkan ketahanan gesek
maksimum.
Sebelum digunakan, agregat buatan ini harus juga diperiksa sifat-sifatnya di laboratorium.
Pengujian-pengujian standar yang parameternya disyaratkan dalam spesifikasi kadangkala
belum mencukupi atau mungkin tidak begitu diperlukan untuk menyatakan bahwa
agregat buatan ini dapat digunakan sebagai bahan konstruksi jalan khususnya untuk
campuran beraspal. Agregat buatan, terutama yang berbasis logam, harus juga diuji sifat
kimia dan potensi kembang susutnya (swelling potetial). Penggunaan agregat ini dalam
campuran beraspal mungkin akan menimbulkan masalah pengelupasan aspal (striping)
atau mungkin disintergrasi pada campuran.
Penyaringan yang dilakukan pada agregat yang telah dipecahkan akan menghasilkan
partikel agregat dengan rentang gradasi yang tertentu. Mempertahankan gradasi agregat
yang dihasilkan adalah suatu faktor yang penting untuk menjamin homogenitas dan
kualitas campuran beraspal yang dihasilkan. Untuk alasan ekonomi, pemakaian agregat
pecah yang diambil langsung dari pemecah batu (tanpa penyaringan atau dengan sedikit
3
penyaringan) dapat dibenarkan. Kontrol yang baik dari operasional pemecahan
menentukan apakah gradasi agregat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi pekerjaan atau
tidak. Batu pecah (baik yang disaring atau tidak) disebut agregat pecah dan memberikan
kualitas yang baik bila digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan.
4
material dari tambang terbuka (pit run materials) dan bila diambil dari sungai (steam
bank) disebut material sungai (steam bank materials).
Deposit batu koral memiliki komposisi yang bervariasi tetapi biasanya mengandung pasir
dan lempung. Pasir pantai terdiri dari partikel yang agak seragam dan pasir sungai sering
mengandung koral, lempung dan lanau dalam jumlah yang lebih banyak.
Secara garis besar ada dua sifat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan agregat untuk
konstruksi jalan yaitu sifat yang merupakan kesepakatan (consessus properties), yaitu
angularitas, tekstur permukaan, kepipihan dan kandungan lempung, dan sifat alamiahnya
(natural properties), yaitu kekerasan. Bila kedua sifat ini terpenuhi maka akan didapatkan
suatu struktur perkerasan yang baik, kuat dan tahan lama. Pada Tabel 1 ditunjukkan
sifat-sifat agregat, jenis pengujian dan tipikal nilai sifat yang disyaratkan.
3 Produksi agregat
Efesiensi dan efektivitas produksi agregat untuk campuran beraspal ditentukan oleh
pengaturan dan pengawasan yang dilakukan pada unit pemecah batu (stone crusher).
Sebelum masuk ke unit pemecah batu, bahan baku batuan harus sudah memenuhi
persyaratan kekerasan dan keawetan. Demikian juga setelah keluar dari unit produksi,
harus memenuhi persyaratan sifat fisik yang ditentukan dalam spesifikasi.
Jika bahan baku batuan tersebut mengandung tanah atau kotoran organik lainnya, maka
harus dilakukan penanganan khusus terlebih dahulu untuk menghilangkan kotorannya.
Sering dijumpai bahan baku batuan yang mengandung lempung masuk ke unit pemecah
batu. Akibatnya kotoran dan tanah lempung tersebut bersatu dengan agregat hasil
pemecahan. Secara visual fraksi abu batu akan terlihat menggumpal dan jika dimasukkan
ke air akan terlihat kotor (air menjadi keruh). Dengan mengacu pada spesifikasi
mengenai batas kandungan lempung maka agregat hasil produksi tersebut harus ditolak
bila dipakai sebagai agregat untuk campuran beraspal.
5
a. Metoda Scalping b. Metoda Scalping dan Washing
Pemakaian agregat yang kotor akan memberi pengaruh yang negatif pada kinerja
campuran beraspal nantinya, salah satunya adalah campuran beraspal mudah mengalami
retak akibat dari rendahnya ikatan antar agregat dengan aspal. Untuk membersihkan
bahan baku batuan tersebut dapat digunakan beberapa cara, antara lain dengan
pemisahan (scalping), pengerikan (scrubbing) atau dengan pencucian (dewatering),
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Metoda pemisahan (scalping) untuk memisahkan batuan yang kecil dan besar bertujuan
selain untuk efesiensi alat juga dapat mengurangi masuknya lempung ke unit pemecah
batu. Dengan penggunaan scalping, kapasitas produksi alat pemecah batu dapat
ditingkatkan sampai dengan 15 %. Pengerikan (scrubbing) dilakukan dalam suatu alat
pencuci yang prinsip kerjanya adalah melepaskan kotoran dan lempung yang menempel
pada pasir dan kerikil dengan cara menyemprotkan air dan mengaduk-aduk. Setelah
terlepas kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan lempung tersebut dari pasir
dan kerikil. Pencucian (dewatering) dilakukan dengan cara penyaringan basah dengan
menggunakan saringan yang dapat digetarkan dengan frekuensi yang tinggi. Saringan
terbuat dari bahan dengan tahanan gesek yang rendah seperti dari bahan plastik atau
karet, sehingga pasir dan kerikil dapat bergerak lebih bebas.
Unit produksi agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan pemecahannya, yaitu
pemecah primer, sekunder, tersier dan seterusnya (lihat Gambar 3 dan Gambar 5).
Pemecah primer langsung menerima bahan baku dari kuari dan kemudian memperkecil
ukuran bahan baku tersebut dengan cara dipecahkan. Hasil dari pemecah primer masuk
ke pemecah sekunder dan demikian seterusnya sampai diperoleh ukuran butir yang
disyaratkan. Pada umumnya jenis pemecah batu yang digunakan untuk tiap urutan
tersebut adalah sebagai berikut :
Pemecah Primer : digunakan pemecah batu jenis jaw, gyratory atau hammer mill.
Pemecah Sekunder : digunakan pemecah batu jenis konus, roll atau hammer mill.
Pemecah Tersier : digunakan pemecah batu jenis roll, rod mill atau ball mill.
Pada Gambar 3 telah ditunjukkan tipikal skema unit produksi agregat. Pemilihan tipe
pemecah batu yang akan digunakan dapat dilakukan dengan mengacu pada Tabel 2.
6
Gambar 5 - Proses Produksi Agregat
7
Tabel 2 - Kriteria Pemilihan Pemecah Batu
Konus Sebagai
pemecah ke 2
4-6 : 1 atau ke-3.
Hasil: berukuran
seragam
4 Bentur 4:1 8:1
(Impact)
Bentur primer Untuk batu
kapur. Abrasif
20 : 1
rendah
Hasil : kubikal
Batang High chrome.
Horisontal 30-40 Untuk batu
12 : 1
cm abrasif.
Hasil: kubikal
Batang vertikal Pemecah
(Corong) sekunder.
High chrome.
5–8 Untuk batu
cm abrasif
Hasil: Kubikal,
Chip ukuran 12-
20 mm
Hammermills/ Pemecah
Limemills 20 : 1 10 cm 20 cm sekunder.
Hasil halus
Istilah-istilah lainnya yang biasa digunakan sehubungan dengan ukuran agregat yaitu :
Agregat kasar : Agregat yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm).
Agregat halus : Agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm).
Mineral pengisi: Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200 (2,36 mm)
minimum 75% terhadap berat total agregat.
Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200 (0,075 mm)
Mineral pengisi dan mineral abu dapat terjadi secara alamiah atau dapat juga dihasilkan
dari proses pemecahan batuan atau dari proses buatan. Mineral ini penting artinya untuk
mendapatkan campuran yang padat, berdaya tahan dan kedap air. Walaupun begitu,
kelebihan atau kekurangan sedikit saja dari mineral ini akan menyebabkan campuran
terlalu kering atau terlalu basah. Perubahan sifat campuran ini bisa terjadi hanya karena
8
sedikit perubahan dalam jumlah atau sifat dari bahan pengisi atau mineral debu yang
digunakan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah mineral pengisi atau debu yang digunakan
dalam campuran haruslah dikontrol dengan seksama.
Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat harus berada dalam
rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel harus dalam proporsi
tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini disebut gradasi agregat. Gradasi
agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas campuran. Untuk menentukan apakah gradasi
agregat memenuhi spesifikasi atau tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana
ukuran partikel dan gradasi agregat diukur.
Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus melalui
satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawatnya dan
nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi persegi dari
saringan tersebut.
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang lolos
pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang lolos
atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas : Gradasi Seragam, Gradasi Rapat dan Gradasi
Senjang. Pada Gambar 6 diilustrasikan ketiga jenis gradasi tersebut.
a. Gradasi Seragam (Uniform Graded) / gradasi terbuka (open graded)
Adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama. Gradasi seragam disebut
juga gradasi terbuka karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga
terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran beraspal yang dibuat
dengan gradasi ini bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas
rendah dan memiliki berat isi yang kecil.
b. Gradasi Rapat (Dense Graded)
Adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai halus,
sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik (well graded).
Suatu campuran dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase lolos dari masing-
masing saringan memenuhi persamaan berikut:
d
P = 100( ) n
D
dengan pengertian :
d = Ukuran saringan yang ditinjau
D= Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut
n = 0,35 – 0,45
Campuran dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan
memiliki berat isi yang besar.
c. Gradasi Senjang (Gap Graded)
Adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak lengkap atau
ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali, oleh sebab itu
gradasi ini disebut juga gradasi senjang. Campuran agregat dengan gradasi
ini memiliki kualitas peralihan dari kedua gradasi yang disebutkan di atas.
9
a. Gradasi Seragam b. Gradasi Rapat c. Gradasi Senjang
10
(a). Agregat lonjong (b). Agregat pipih
(c). Agregat pipih dan lonjong (d). Agregat kubikal (tiak pipih dan lonjong)
11
Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar memiliki koefisien gesek yang
tinggi yang membuat agregat tersebut sulit untuk berpindah tempat. Hal ini dapat
menurunkan workabilitasnya, oleh sebab itu penggunaan agregat berbutir halus sangatlah
dibutuhkan untuk membantu meningkatkan workabilitasnya.
Dilain pihak, film aspal lebih mudah merekat pada permukaan yang kasar sehingga akan
menghasilkan ikatan yang baik antara aspal dan agregat dan pada akhirnya akan
menghasilkan campuran beraspal yang kuat. Agregat yang berasal dari sungai (steam
bank agregat) umumnya memiliki konsesus propertisnya tidak memenuhi persyaratan
karena biasanya memiliki permukaan yang halus dan berbetuk bulat, oleh sebab itu agar
dapat menghasilkan campuran beraspal dengan sifat-sifat yang baik agregat sungai ini
harus dipecahkan terlebih dahulu. Pemecahan ini dimaksudkan untuk menghasilkan
tekstur permukaan yang kasar pada bidang pecahnya dan merubah bentuk dan ukuran
partikel.
4.4 Penyerapan
Semua agregat adalah porus. Keporusan agregat menentukan banyaknya zat cair yang
dapat diserap bila agregat. Kemampuan agregat untuk menyerap air (aspal) adalah suatu
informasi yang penting yang harus diketahui dalam pembuatan campuran beraspal. Jika
daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik pada saat
maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur aspal
(AMP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada di permukaan agregat yang berguna
untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih sedikit sehingga akan menghasilkan film
aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang
porus memerlukan aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.
Agregat dengan keporusan atau daya serap yang tinggi biasanya tidak digunakan, tetapi
untuk tujuan tertentu pemakaian agregat ini masih dapat dibenarkan asalkan sifat lainnya
dapat terpenuhi. Contoh-contoh material seperti batu apung yang memiliki keporusan
tinggi tetapi tetap digunakan karena ringan dan tahan terhadap abrasi.
Perbaikan sifat penyerapan agregat dapat dilakukan dengan penambahan semen atau
kapur pada agregat. Dari kedua bahan tambah ini, pemakaian kapur lebih dianjurkan
bila agregat tersebut akan digunakan sebagai bahan pembentuk campuran beraspal.
Dalam hal ini, karena sifatnya yang hidrophilik, penambahan semen untuk memperbaiki
sifat-sifat agregat bukan tidak mungkin justru akan memperlemah daya ikat aspal
terhadap agregat dan pada akhirnya akan menurunkan durabilitas campuran.
12
menpadat perhatian terlebih bila tanah penutup tersebut mengandung lempung, tanaman
atau material lainnya yang dapat memberikan pengaruh buruk pada konsesus propertis
agregat.
Selain itu, bila kandungan lempung, shale atau bahan lainnya yang dapat mempengaruhi
konsesus propertis agregat terbetuk di atas deposit agregat, untuk menghindari
pencemaran pada agregat yang diproduksi untuk pembuatan campuran beraspal dan
untuk menjamin keseragaman gradasi agregat yang dihasilkan maka pengupasan tanah
ini harus dilkaukan sepanjang garis horizontalnya atau penambangan dapat dilakukan dari
dasar menuju ke permukaan pada bidang vertikal deposit tersebut.
4.6 Kelekatan
Kelekatan agregat terhadap aspal adalah kecenderungan agregat untuk menerima,
menyerap dan menahan film aspal. Agregat hidrophobik (tidak menyukai air) adalah
agregat memiliki sifat kelekatan terhadap aspal yang tinggi, contoh dari agregat ini adalah
batu kapur dan dolomit. Sebaliknya, agregat hidrophilik (suka air) adalah agregat yang
memiliki kelekatan terhadap aspal yang rendah. Sehingga agregat jenis ini cenderung
terpisah dari film aspal bila terkena air. Kuarsit dan beberapa jenis granit adalah contoh
agregat hidrophilik.
Ada beberapa metoda tes untuk menentukan kelekatan agregat terhadap aspal dan
kecenderungannya untuk mengelupas (stripping). Salah satu diantaranya dengan
merendam agregat yang telah terselimuti aspal ke dalam air, lalu diamati secara visual.
Tes lainnya adalah tes perendaman-mekanik. Tes ini menggunakan 2 contoh campuran,
satu direndam dalam air dan diberikan energi mekanik dengan cara pengadukan, dan
satunya lagi tidak. Kemudian kedua contoh ini dites kekuatannya. Perbedaan kekuatan
antara keduanya dapat dipakai sebagai indikator untuk dapat mengetahui kepekaan
agregat terhadap pengelupasan.
13