Tugas V
Membuat Proposal
Purnama Sari
190110082
A2
Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Malikusssaleh
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pembakaran. Batu bata klinker adalah benda keras yang tidak dapat terurai secara
alami oleh lingkungan, jadi sangat cocok untuk subtitusi agregat kasar.
Dalam upaya memperbaiki perkerasan jalan campuran beraspal, selain
menggunakan campuran beraspal panas dengan pemilihan agregat dan material
yang bermutu baik dapat pula dengan memodifikasi aspal menggunakan bahan
tambahan. Salah satu bahan tambah yang dapat digunakan yaitu limbah ban bekas.
Pemilihan limbah ban bekas dalam pengujian ini digunakan sebagai bahan tambah
karena, limbah ban bekas mengandung zat pengikat yang bisa mengikat partikel dan
ban bekas kendaraan bermotor berasal dari bahan campuran seperti karet alam, karet
sintetik, bahan kimia, karbon hitam dan minyak tertentu. Limbah ban bekas
mengandung zat yang dapat meningkatkan homogenisasi sebagai pengikat partikel
karena kandungan zat adiktif yang ada pada limbah tersebut.
3. Salah satu upaya untuk memanfaatkan batu bata klinker dan limbah ban karet
yang melimpah keberadaanya pada konstruksi jalan dengan tujuan
meningkatkan kekuatan perkerasan jalan dalam meminimalisir kerusakan
yang terjadi pada masa usia layannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agregat
Menurut (Sukirman, 2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah kerikil,
pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk
mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil1. Berdasarkan ukuran butirnya
agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler).
(Sukirman, 1999) menyebutkan agregat memiliki proporsi terbesar dalam
campuran, umumnya berkisar antara 90% - 95% agregat berdasarkan persentase
berat atau 75% - 85% agregat berdasarkan volume2. Agregat merupakan komponen
utama dari lapisan perkerasan, oleh karena itu keawetan dan mutu suatu agregat
akan sangat berpengaruh pada kualitas perkerasan jalan. Agregat yang digunakan
harus bebas dari kotoran dan bahan organik, dengan kualitas tabel berikut yaitu :
1
sukirman, Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. Granit.
2
sukirman, Sukirman, S. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. In Buku. NOVA.
6
berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau
lebih.
ASTM D4791
Partikel pipih dan lonjong Maks 10%
Perbandingan 1:5
Material lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 2%
Sumber: (Direktorat Jendral Bina Marga, 2010)
b. Berat jenis kering permukaan (saturated surface dry), adalah berat jenis
dengan perhitungan berat agregat kering permukaan, jadi merupakan berat
agregat kering tambah berat air yang dapat meresap kedalam pori agregat dan
seluruh volume agregat, dapat disimpulkan dengan persamaan berikut:
𝐵𝑗𝑗 = 𝐵𝑗
.............................................................................................. (2.2)
𝐵𝑗−𝐵𝑎
3
sukirman, Sukirman,S. (2016). Beton Aspal Campuran Panas. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Nomor 9).
4
sukirman, Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. Granit.
8
c. Berat jenis semu (apparent specific grafity), adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan volume agregat
yang dapat diresapi oleh air, dapat disimpulkan dengan persamaan berikut:
𝐵𝑘
𝐵𝑗𝑠 = .............................................................................................. (2.3)
𝐵𝑘−𝐵𝑎
Dimana:
Bk = berat benda uji kering oven (gr)
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gr)
Ba = berat benda uji dalam air (gr)
2.3 Aspal
Menurut (Sukirman, 2016) menyatakan aspal atau Bitumen adalah zat perekat
material (viscous cementitious material), berwarna hitam atau gelap, berbentuk
padat atau semi padat, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi.
Bitumen dapat berupa aspal, tar, atau pitch6. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
merupakan residu dari pengilangan minyak bumi.
Aspal yang digunakan pada perkerasan jalan berfungsi sebagai bahan
pengikat untuk memberikan ikatan antara agregat dan aspal, aspal juga berfungsi
sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang
5
sukirman.
6
sukirman, Sukirman,S. (2016). Beton Aspal Campuran Panas. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Nomor 9).
9
ada pada agregat itu sendiri. Dengan demikian aspal harus mempunyai daya tahan
(durability) terhadap cuaca, mempunyai ikatan antar agregat (adhesi dan kohesi)
yang baik, serta memberikan sifat elastis yang baik.
Untuk menentukan kadar aspal tengah (Pb) dalam pembuatan campuranbenda
uji dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler) + K................................... (2.5)
Keterangan :
Pb = Kadar aspal tengah, persen terhadap campuran
CA = Persen agregat terhadap saringan No. 4
FA = Persen agregat lolos saringan No. 4
Filler = Persen butimen lolos seringan No. 200
K = Konstanta 0,5 – 1 untuk lapis AC (Asphalt Concrete)
7
sukirman.
8
sukirman.
10
1. Gesekan internal berasal dari kekasaran permukaan butir agregat, luas bidang
kontak antar butir, bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan
tebal film aspal. Stabilitas terbentuk dari gesekan internal yang terjadi di
antara butir agregat yang saling mengunci. Rongga antar butir diisi oleh
agregat berukuran lebih kecil. Pemilihan agregat bergradasi baik atau rapat
akan memperkecil rongga antara agregat, sehingga kepadatan dapat
menghasilkan stabilitas yang diharapkan.
2. Kohesi adalah gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya, sehingga
mampu memelihara kontak antar butir agregat. Daya kohesi terutama
ditentukan oleh penetrasi aspal, perubahan viskositas akibat temperatur,
tingkat pembebanan, komposisi kimiawi aspal, efek dari waktu dan umur
aspal. Sifat rheologi atau penuaan aspal menentukan kepekaan aspal untuk
mengeras dan rapuh, yang akan mengurangi daya kohesinya.
mempunyai nilai struktural, mempunyai nilai stabilitas yang tinggi dan peka
terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan. Berdasarkan fungsinyaaspal
beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sebagai lapis permukaan (lapis aus) yang tahan terhadap cuaca, gaya geser,
dan tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi
lapis di bawahnya dari rembesan air dikenal dengan nama Asphalt Concrete-
Wearing Course (AC-WC).
2. Sebagai lapis pengikat atau lapis antara yang dikenal dengan nama Asphalt
Concrete-Binder Course (AC-BC).
3. Sebagai lapis pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan atau
pemeliharaan jalan, dikenal dengan nama Asphalt Concrete-Base (AC-Base).
Dari beberapa jenis lapis aspal beton yang ada pada penelitian ini membahas
tentang Laston lapis antara (AC-BC) dengan spesifikasi jenis campuran ini
mengacu kepada Spesifikasi Umum Bina Marga (2010) Revisi 3 9 yang dapat dilihat
pada tabel 2.4 berikut:
9
Direktorat Jendral Bina Marga. (2010). Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi 3). In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 01, Nomor 01).
10
sukirman, Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. Granit.
12
layannya serta memberikan keamanan dan kenyamanan pada penggunanya. Di
bawah ini adalah spesifikasi untuk beberapa jenis perkerasan:
Hasilnya penggunaan ban hasil parutan karet ban dalam bekas mampu mereduksi
kerusakan pada perkerasan lentur yang diakibatkan oleh faktor cuaca dan lalu lintas.
Ban bekas merupakan hasil dari kendaraan roda dua yang merupakan bahan lembek
11
(AASHTO, 1990),.
12
G, Sugiyanto, G. (2008). KAJIAN KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT AKIBAT
PENAMBAHAN LIMBAH SERBUK BAN BEKAS. Jurnal Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 8(2),
91–104.
14
dengan kekentalan dan bersifat lentur yang merupakan bahan tidak digunakan lagi.
Susunan ban bekas tidak mudah membusuk dan dapat mencair bila dipanaskan pada
suhu tertentu dan mempunyai nilai rekat tertentu. Ban bekas merupakan salah satu
bahan buangan dan bekas pakai yang dapat dicari dan ditemukan di setiap daerah
indonesia.
Berdasarkan penelitian Research Centre, Ministry of Public Work di Kuwait
menyatakan penambahan lateks dan parutan ban bekas terhadap aspal dapat
mencegah terjadinya kerusakan jalan dan memperkecil terjadinya pelepasan butir
pada permukaan perkerasan lentur.
13
Direktorat Jendral Bina Marga. (2010). Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi 3). In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 01, Nomor 01).
14
sukirman, Sukirman,S. (2016). Beton Aspal Campuran Panas. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Nomor 9).
15
menyatakan kinerja beton aspal padat ditentukan melalui pengujian yang
meliputi:
1. Pengujian berat volume benda uji.
2. Pengujian nilai stabilitas.
3. Pengujian kelelehan (flow).
4. Perhitungan Kuosien Marshall, adalah perbandingan antara nilai stabilitas
dan flow.
5. Perhitungan berbagai jenis volume rongga dalam beton aspal padat (VIM,
VMA,dan VFA).
6. Perhitungan tebal selimut aspal.
𝐵𝑘 ............................................................................................................................................
Gmb = (2.8)
𝐵𝑠𝑠𝑑−𝐵𝑎
Dimana :
Gmb = Berat jenis Bulk dari beton aspal padat
Bk = Berat kering beton aspal padat, gram
Bssd = Berat kering permukaan dari beton aspal padat,gram
Ba = Berat beton aspal padat di dalam air, gram
Bssd - Bk = Volume bulk beton aspal padat
𝑃1+𝑃2+𝑃3+⋯𝑃𝑛
Gsb = 𝑝1 .......................................................................... (2.9)
+ 𝑃2 + 𝑃3 +
𝑛
𝑃
Dimana :
Gsb = Berat Jenis Bulk Agregat Campuran
P1, P2, P3, Pn = Persentase masing-masing fraksi terhadap berat
total campuran
Gsb1, Gsb2, Gsb3, Gsbn = Berat jenis bulk masing-masing fraksi agregat
Dimana :
P1, P2, P3, Pn = Persentase masing masing fraksi terhadap ber
total campuran
Gse 1, Gse 2, Gse 3, Gse n = Berat jenis efektif masing-masing agregat
17
Dimana:
Gmm = Berat Jenis maksimum Teoritis
Pa = % kadar aspal terhadap agregat
Ps = % kadar agregat terhadap berat beton aspal padat
Ga = Berat jenis aspal
Gse = Berat jenis efektif dari agret pembentuk
Dimana:
VMA = Volume rongga agregat didalam beton aspal padat, % dari volume
bulk beton aspal padat
Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk aspal padat
Ps = Persen agregat terhadap berat total campuran
Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat
18
Dimana:
VIM = Rongga di dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton
aspal padat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal yang belum dipadatkan
Dimana:
VFA = volume rongga antara butir agregat yang terisi aspal % dari VMA
VMA = volume rongga antara butir agregat di dalam beton aspal padat
%dari volume bulk beton aspal padat campuran
VIM = volume rongga dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton
aspal padat
19
Dimana :
s = Nilai stabilitas.
p = Pembacaan jarum dial.
q = Kalibrasi alat marshall.
r = Angka koreksi benda uji.
Nilai flow = Nilai pembacaan arloji pada alat marshall ........................ (2.16)
15
sukirman, Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. Granit.
20
Dimana:
MQ = nilai Marshall Quitient
(kg/mm)S = stabilitas Marshall
(kg)
Flow = pembacaan dial flow (mm)
16
fatria, Fatria, M. Robbi. Pengaruh Penambahan Serbuk Limbah Ban Karet Terhadap Campuran Lapisan
Aspal Beton (AC-WC) Untuk Karakteristik Marshall.
100%. Metode yang digunakan pada penelitian ini mengikuti spesifikasi
bina marga 2010. Adapun variasi untuk masing-masing benda uji dengan
menggunakan material batu bata klinker dan abu sekam padi adalah 0%,
25%, 50%, 75%, 100%. Dari hasil penelitian diperoleh nilai stabilitas
maksimum sebesar 5024,967 kg, yaitu pada kadar variasi 100%, nilai flow
maksimum sebesar 6,200 mm yaitu pada kadar variasi 100%. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan batu
bata klinker dan abu sekam padi dapat meninggkatkan nilai stabiltasdan
pada nilai flow yang telah melewati batas maksimum untuk campuran aspal
HRS17.
3. (Hidayatullah, Rizki) melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan
Penggunaan Serbuk Abu Bambu Dan Batu Klinker Sebagai Bahan
Pengganti Agregat Halus Pada Lapisan Ac-Bc Terhadap Pengujian
Marshall” Hasil penilitian Untuk mengetahui pengaruh perbandingan
penggantian agregat halus menggunakan serbuk abu bambu dan batu
klinker dengan variasi 0%, 20%, 40%, 60,% dan 80% pada lapisan aspal
AC-BC terhadap pengujian marshall. Langkah dalam penelitian ini yaitu
melakukan pengujian sifat fisis, membuat benda uji untuk memperoleh nilai
kadar aspal optimum (KAO) menggunakan karakteristik marshall dan
diperoleh nilai sebesar 5,6%, membuat benda uji dengan campuran serbuk
abu bambu dan batu klinker sebagai bahan pengganti agregat halus, dengan
kadar 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai perbandingan penggunaan serbuk abu bambu pada variasi 20%
memenuhi nilai parameter marshall. Sedangkan batu klinker pada variasi
40% yang memenuhi nilai parameter marshall. Berdasarkan hasil dan
pembahasan pada kedua benda ujitersebut sebagai bahan pengganti agregat
halus yang paling baik digunakan yaitu batu klinker pada variasi 40% yang
memenuhi beberapa spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 3 dan belum
dikatakan bisa digunakan pada aspal beton AC-BC18.
BAB III
17
munandar, Munandar, Aris. Pengaruh Penggunaan Batu Bata Klinker Sebagai Agregat Kasar Dan Abu
Sekam Padi Sebagai Pengganti Filler Pada HRS Terhadap Parameter Marshall.
18
Hidayatullah, Hidayatullah, Rizki. Perbandingan Penggunaan Serbuk Abu Bambu Dan Batu Klinker
Sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus Pada Lapisan Ac-Bc Terhadap Pengujian Marshall.
21
METODE PENELITIAN
22
22
3.5.1 Aspal
Aspal yang digunakan adalah aspal yang diperoleh dari Laboratorium Teknik
Sipil Universitas Malikussaleh. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh
campuran beton aspal adalah sebagai berikut:
1) Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalulintas
tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti golombang, alur dan bleeding.
2) Durabilitas atau ketahanan adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi
beban lalulintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan
dengan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan
iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur.
25
3.5.2 Filler
Filler adalah suatu agregat fraksi halus mengandung bahan yang lolos
saringan nomor 200 (0,075 mm) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya. Filler
yang digunakan pada penelitian ini adalah semen Portland.
penyiapan semua bahan dan material serta peralatan. Tahap awal dari perkerasan di
laboratorium adalah pengujian berat jenis dan berat isi dari agregat kasar dan
agregat halus.
Langkah selanjutnya pencampuran agregat yang diperoleh dari
mencampurkan agregat kasar dan agregat halus. Kemudian menentukan kadar dan
bahan campuran filler sebagai pengisi setelah itu pembuatan campuranbenda uji.
19
Direktorat Jendral Bina Marga. (2010). Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi 3). In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 01, Nomor 01).
28
F. Tahap VI
Tahap keenam setelah semua selesai dan benda uji sudah dikeluarkan dari
dari alat mold langkah selanjutnya adalah melakukan perendaman benda uji
selama ±24 jam pada bak perendam.
3.6.3 Pengujian Benda Uji
Sebelum dilakukan pengujian benda uji dibersihkan dari kotoran yang
menempel dan diberi tanda dan di ukur tingginya dengan alat kaliper (jangka
sorong) kemudian ditimbang dengan ketelitian timbangan 1 gram untuk mengetahui
berat kering benda uji.
Selanjutnya di lanjutkan dengan pengujian standar marshall, dimana benda
uji direndam dalam air selama 24 jam (+ 4 jam) pada suhu ruangan sekitar 25oC,
benda uji di keluarkan dari bak perendaman, di lap sampai permukaan benda uji
tersebut kering, kemudian di timbang untuk mengetahui berat dalam keadaan kering
permukaan (SSD). Benda uji kemudian ditimbang di dalam air dengan
menggunakan keranjang, lalu benda uji di rendam dalam water bath selama 30
menit dengan suhu perendaman 60oC.
Benda uji di keluarkan dari water bath, dan di letakkan pada bagian bawah
kepala penekan alat uji marshall, bagian atas di pasang di atas benda uji dan
keseluruhan benda uji di letakkan ke dalam mesin penguji. Flow meter di pasang
pada kedudukannya di atas salah satu batang penuntun. Kepala penekan beserta
benda uji di naikkan hingga menyentuh alas cincin penguji.
Kemudian di atur kedudukan jarum arloji dan tekan pada angka nol,
penekanan di mulai dengan kecepatan 50 mm/menit sampai pembebanan
maksimum tercapai pada saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali
berputar menurun. Pada saat itu juga dilakukan pembacaan arloji flow. Setelah
pembebanan selesai, bagian di atas diangkat dan benda uji dikeluarkan dari kepala
penekan. Begitu seterusnya sampai semua sampel telah di uji.
30
mulai
Study Literatur
TIDAK
Pengujian Bahan
Memenuhi Spesifikasi
Bina Marga 2010
Revisi 3
YA
Uji marshall
Menentukan KAO
yang sebenarnya
Selesai
Gambar 3. 3 GambarAlir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
32