Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Campuran aspal


Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan
aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar
partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal
dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan
pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat
(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,
bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat
kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang di gunakan. Oleh karena itu kinerja
campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-
sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan
beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat
diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan
dan metode kerja yang digunakan telah sesuai.(Prasarana Wilayah,2006)

2.2 Material Campuran Aspal


Campuran aspal merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat
yang dicampur dengan aspal, pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga
permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Material campuran antara
lain:
1. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan No.8(2,36 mm).
Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih,
kuat, kering, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainnya
serta mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat
memberikan sifat interlocking yang baik dengan material lain.

4
Tabel 2.1 Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standart Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan
SNI 3407-2008 Maks. 12%
magnesium sulfat
Campuran AC bergradasi kasar Maks. 30%
Abrasi dengan
Semua jenis campuran aspal SNI 2417-2008
mesin los angeles Maks. 40%
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439-2011 Min 95%

Butiran pecah pada agregat kasar SNI 7619-2012 95/90


ASTM D4791
Partikel pipih dan lonjong Maks. 10%
Perbandingan 1 : 5
SNI ASTM C117-
Material lolos ayakan No.200 Maks. 1%
2012
(sumber: Spesifikasi Bina Marga 2018)

Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan
yaitu mengandung 90% - 95% agregat berdasarkan persentase berat atau
75%-85% agregat berdasarkan persentase volume (Sukirman,2003).

2. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran terkecil lolos saringan no.8 (2.36
mm) dan tertahan diatas saringan no.200 (0.075 mm). Agregat halus dapat
meningkatkan stabilitas campuran dengan penguncian atara butiran.
Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Halus

Jenis Pemeriksaan Standar Syarat Maks/Min


MIN 50% untuk SS, HRS, dan
AC bergradasi halus
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997
Min 70% untuk AC bergradasi
kasar
SNI ASTM C117-
Material lolos ayakan No. 200 Maks. 10%
2012
Kadar lempung SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
Angularitas (kedalaman dari AASHTO TP.33 Min 45
permukaan <10cm) atau ASTM

5
Angularitas (kedalaman dari
C1252.93 Min 40
permukaan > 10cm)
(sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018)

3. Aspal
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal dapat menjadi
lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat yang ada pada waktu
pembuatan campuran aspal atau dapat masuk ke dalam pori-pori yang ada,
jika temperatur menurun aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
tempatnya(Termoplastis). Aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar
antara 4-10% berdasarkan berat campuran total atau 10-15% berdasarkan
volume campuran total. Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah sebagai
bahan pengikat dan sebagai bahan pengisi.

Tabel 2.3 Ketentuan-ketentuan untuk aspal keras pen 60/70

No Jenis Pengujian Metode Persyaratan


1 Penetrasi pada 25ºC (0,1 mm) SNI 2456-2011 60 – 70
2 Viskositas 135ºC (еSt) ASTM D2170-10 >300
3 Titik lembek (ºC) SNI 2434-2011 >48
4 Daktilitas pada 25ºC (cm) SNI 2432-2011 >100
5 Titik nyala (ºC) SNI 2433-2011 >232
6 Kelarutan dlm Toluene(%) AASHTO T44-14 >99
7 Berat jenis SNI 2441-2011 >1,0
8 Berat yang hilang(%) SNI 06-2441-2011 <0,8
(sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018)

4. Material Pengisi (Filler)


Material pengisi berfungsi untuk mengurangi jumlah rongga dalam campuran.
Bahan pengisi yang di tanbahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136-2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 tidak kurang dari 75%
terhadap beratnya(Spesifikasi Bina Marga,2018)
Pada pengujian ini penulis mengganti filler yang biasa digunakan dengan
spent bleaching earth. Spent bleaching earth adalah limbah padat yang

6
dihasilkan dari proses penyulingan minyak dari industri,spent bleaching earth
merupakan campuran antara tanah liat dan minyak.

2.3 Gradasi Agregat


Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat harus
berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel
harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini
disebut gradasi agregat. ( Pusjatan, 2019 ).

Tabel 2.4 Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal


%Berat yang lolos terhadap total agregat dalam campuran
Ukuran ayakan Laston (AC)
Gradasi halus Gradasi kasar
(inch) (mm) WC BC BASE WC BC BASE
1½in 37,5 100 100
1 in 25 100 90-100 100 90-100
¾ in 19 100 90-100 73-90 100 90-100 73-90
½ in 12,5 90-100 74-90 61-79 90-100 71-90 55-76
3/8 in 9,5 72-90 64-82 47-67 72-90 58-80 45-66
No.4 4,75 54-69 47-64 39,5-50 43-63 37-56 28-39,5
No.8 2,36 39,1-53 34,6-49 30,8-37 28-39,1 23-34,6 19-26,8
No.16 1,18 31,6-40 28,3-38 24,1-28 19-25,6 15-22,3 12-18,1
No.30 0,6 23,1-30 20,7-28 17,6-22 13-19,1 10-16,7 7-13,6
No.50 0,3 15,5-22 13,7-20 11,4-16 9-15,5 7-13,7 5-11,4
No.100 0,15 9-15 4-13 4-10 6-13 5-11 4,5-9
No.200 0,075 4-10 4-8 3-6 4-10 4-8 3-7
(sumber : Spesifikasi Bina Marga 2018)

2.4 Karakteristik Aspal Beton


Menurut (Sukirman,2007), Karakteristik campuran yang harus dimiliki
oleh campuran aspal beton campuran panas adalah:
1. Stabilitas
Stabilitas adalah kekuatan campuran aspal menahan deformasi akibat beban
tetap dan berulang tanpa mengalami keruntuhan(plastic flow)
2. Durabilitas (ketahanan)

7
Durbality ketahanan campuran aspal terhadap cuaca /iklim/pelapukan dan
terhadap aksi perusak dari beban roda kendaraan
3. Fleksibilitas
Fleksibiltas adalah kemampuan campuran aspal untuk melentur akibat beban
dan melentur mengikuti pondasi dan subgrad dalam jangka panjang
4. Tahanan geser (skid resistance)
Skid resistance adalah kemampuan pekerasan aspal membentuk permukaan
aspal yang mempunyai cukup kekasaran terhadap geseran roda sehingga roda
dapat berhenti pada jarak yang diingginkan (waktu mengerem) atau untuk
mencegah slip pada tikungan dan pada waktu hujan
5. Ketahanan kelelehan (fatigue resistance)
Fatigue resistance adalah kemampuan campuran aspal untuk melentur
berulang-ulang kali tanpa pecah
6. Kemudahan pekerjaan (workability)
Workability adalah kemudahan dalam proses pelaksanaan dilapangan untuk
mendapatkan nilai-nilai pada point diatas sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan maka kita dapat merubah-ubah hal-hal berikut ini
a. Kadar aspal/bitumen dalam campuran
b. Viskositas/ nilai penetrasi bahan aspal
c. Gradasi agregat
7. Impermeability
Impermeability adalah tingkat kemudahan campuran aspal dirembesi air dan
udara

2.5 Kadar Aspal


Tahapan awal untuk membuat suatu formula campuran rencana adalah
menggabungkan agregat (batu pecah, pasir,dan spent bleaching eath ) dengan
persentase tertentu untuk mendapatkan suatu agregat gabungan dengan gradasi
yang memenuhi spesifikasi yang diberikan.
Pada pengujian di laboraturium, pada pengujian yang menggunakan
metode marshall penentuan kadar aspal dilakukan sebanyak dua kali yaitu :

8
2.5.1 Penentuan Kadar Aspal Rencana
Perkiraan awal kadar aspal rencana dapat direncanakan setelah dilakukan
pemilihan dan penggabungan agregat. Rumus perhitungannya sebagai berikut:

Pb=0,035 ( %CA ) +0,045 ( %FA ) +0,18 ( %FF ) +K.............................................(2.1)

Keterangan:

Pb = Keterangan kadar aspal rencana

CA= 100% - % agregat kasar yang tertahan saringan No.8

FA= %Agregat halus lolos saringan No.8 - %tertahan No.200

FF= Nilai Persentase filler

K= Konstanta (kira-kira 0,5 – 1,0)

2.5.2 Penentuan Kadar Aspal Optimum


Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal yang
memenuhi semua spesifikasi campuran. Nilai kadar aspal optimum ditentukan
oleh nilai parameter marshall (stabilitas, Flow, VIM, VMA, dan VFB) yang
memenuhi batas-batas spesifikasi campuran pada rentang kadar aspal ±0,5%

2.6 Karakteristik Marshall


Karakteristik campuran aspal panas agregat aspal dapat diukur dengan
sifat-sifat marshall yang ditunjukkan pada nilai-nilai sebagai berikut:

1. Kerapatan (density)
Density merupakan tingkat kerapatan campuran setelah dipadatkan. Semakin
tinggi nilai density suatu campuran menunjukkan bahwa kerapatannya
semakin baik nilai density dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gradasi
campuran, jenis dan kualitas bahan penyusun, faktor pemadatan yang baik
jumlah pemadatan maupun temperatur pemadatan, penggunaan kadar aspal
dan bahan pengganti filler (spent bleaching earth) dalam campuran.

9
Campuran dengan nilai density yang tinggi akan mampu menahan beban
yang lebih besar dibandingkan dengan campuran yang memiliki density yang
rendah.
2. Stabilitas
Setabilitas merupakan kemampuan lapis keras untuk menahan deformasi
akibat beban lalu lintas yang bekerja diatasnya tanpa mengalami perubahan
bentuk tetap seperti gelombang dan alur. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh
bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar
butiran agregat dan penguncian antar agregat, daya lekat dan kadar aspal
dalam campuran.penggunaan aspal dalam campuran akan menentukan nilai
stabilitas campuran tersebut. Seiring dengan penambahan aspal, nilai
stabilitas campuran aspal akan meningkat hingga batas maksimum.
Penambahan aspal diatas batas maksimum justru akan menurunkan stabilitas
campuran itu sendiri sehingga lapis perkerasan menjadi kaku dan bersifat
getas, nilai stabilitas berpengaruh pada fleksibilitas lapis perkerasan yang
dihasilkan.
3. Void in the Mineral Aggregate (VMA)
VMA adalah rongga udara antar butir agregat aspal padat, termasuk rongga
udara dan kadar aspal efektif yang dinyatakan dalam persen terhadap total
volume. Kuantitas rongga udara di pengaruhi terhadap kinerja suatu
campuran karena jika VMA terlalu kecil maka campuran bisa mengalami
masalah durabilitas dan jika VMA terlalu besar maka campuran akan
memperlihatkan masalah stabilitas dan tidak ekonomis untuk produksi. Nilai
VMA dipengaruhi oleh faktor pemadatan, yaitu data dan temperatur
pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VMA ini berpengaruh pada
sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat elastis campuran.
Dapat juga dikatakan bahwa nilai VMA menetukan stabilitas, fleksibilitas dan
durabilitas. Nilai VMA diisyaratkan adalah minimum 15%
4. Void in the Mix (VIM)
VIM merupakan persentase rongga yang terdapat dalam total campuran. Nilai
VIM berpengaruh terhadap keawetan lapis perkerasan, semakin tinggi nilai

10
VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga
campuran bersifat porous. Hal ini mengakibatkan campuran menjadi kurang
rapat sehingga air dan udara mudah memasuki rongga-rongga dalam
campuran yang mengakibatkan aspal mudah teroksidasi sehingga
menyebabkan lekatan antar butiran agregat berkurang sehingga terjadi
pelepasan butiran dan pengelupasan permukaan pada lapis perkerasan.
Nilai VIM terlalu rendah akan menyebabkan bleading karena suhu yang
tinggi maka viskositas aspal menurun sesuai sifat termoplastisnya. Pada saat
itu apabila lapis perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal akan
terdesak keluar permukaan karena tidak cukup rongga bagi aspal untuk
melakukan penetrasi dalam lapisan perkerasan. Nilai VIM yang lebih dari
ketentuan akan mengakibatkan berkurangnya keawetan lapis perkerasan,
karena rongga terlalu besar akan mudah terjadi oksidasi
5. Void Filled with Asphalt (VFA)
VFA merupakan persentase rongga terisi aspal pada campuran setelah
mengalami proses pemadatan, yaitu jumlah dan temperatur pemadatan,
gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VFA berpengaruh pada sifat kedapan
campuran terhadap air dan udara serta sifat campuran elastisitas campuran.
Dengan kata lain VFA menentukan stabilitas, fleksibilitas dan durabilitas
semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran
yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara juga
semakin tinggi, tetapi nilai VFA terlalu tinggi akan mengakibatkan bleeding.
Niali VFA yang terlalu kecil akan menyebabkan campuran kurang kedap
terhadap air dan udara karena lapisan film aspal akan menjadi tipis dan akan
mudah retak bila menerima penambahan beban sehingga campuran aspal
mudah teroksidasi yang akhirnya menyebabkan lapis perkerasan tidak akan
lama.
6. Kelelehan (flow)
Flow adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi pada awal
pembebanan sehingga durabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya
deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang

11
diterimanya. Deformasi yang terjadi erat kaitannya dengan sifat-sifat marhall
yang lain seperti stabilitas, VIM dan VFA. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar
dan viskositas aspal, gradasi agregat jumlah dan temperatur pemadatan.
Campuran yang memiliki angka kelelehan rendah dengan stabilitas tinggi
cenderung menjadi kaku dan getas sedangkan campuran yang memiliki angka
kelelehan tinggi dan stabilitas rendah cenderung plastis dan mudah berubah
bentuk apabila mendapat beban lalu lintas. Kerapatan campuran yang baik,
kadar aspal yang cukup dan stabilitas yang baik akan memberikan pengaruh
penurunan nilai flow. Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan campuran
menjadi kaku sehingga lapis perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan
campuran dengan nilai flow tinggi akan menghasilkan lapis perkerasan yang
plastis sehingga perkerasan akan mudah mengalami perubahan bentuk seperti
gelombang dan alur
7. Hasil Bagi Marshall (MQ)
MQ merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Nilai MQ akan
memberikan nilai fleksibilitas campuran. Semakin besar nilai MQ berarti
campuran semakin kaku, sebaliknya bila semakin kecil nilainya makanya
campuran semakin lentur. Nilai MQ dipengaruhi oleh stabilitas dan flow.
Nilai MQ diisyaratkan minimal 250 kg/mm. Nilai MQ dibawah 250 kg/mm
mengakibatkan perkerasan mudah mengalami wasboarding, ruting, dan
bleeding.

2.6.1 Hubungan Antara Kadar Aspal dengan Parameter Marshall


Kecendrungan bentuk lengkung hubungan antar kadar aspal dengan
parameter Marshall adalah :
1. Stabilitas akan meningkatkan jika kadar aspal bertambah, sampai mencapai
nilai maksimum, dan setelah nilai stabilitas itu menurun
2. Kelelehan atau flow akan terus meningkat dengan meningkatnya kadar aspal

12
3. Lengkung berat volume identik dengan lengkung stabilitas, tetapi nilai
stabilitas tercapai pada kadar aspal yang sedikit lebih tinggi dari kadar aspal
untuk mencapai VMA stabilitas maksimum
4. Lengkung VIM akan terus menurun dengan bertambahnya kadar aspal sampai
secara ultimit mencapai nilai minimum
5. Lengkung VMA akan turun sampai mencapai nilai minimum dan kemudian
kembali bertambahnya kadar aspal
6. Lengkung FVA akan bertambah dengan bertambahnya kadar aspal, karena
dalam hal ini makin banyak terisi oleh aspal

2.6.2 Volumetrik Campuran Beraspal


Kinerja campuran beraspal sangat ditentukan oleh volumetrik campuran
dalam keadaan padat yang terdiri dari rongga udara dalam campuran (VIM),
rongga udara diantara agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFA)
Volumetrik campuran beraspal diilustrasikan sebagaimana diperlihatkan pada
gambar 2.1

Gambar 2.1 Volumetrik Campuran Beraspal


(sumber : Internet)

Keterangan :

VIM = Volume rongga udara dalam campuran

VMA = Volume rongga diantara mineral agregat

VFA = Volume rongga terisi aspal

13
Vba = Volume aspal yang diserap agregat

Vsb = Volume agregat (berdasarkan berat jenis bulk/curah)

Vb = Volume aspal

Vse = Volume agregat (berdasarkan berat jenis efektif)

Vmm = Volume campuran tanpa rongga udara

Vmb = Volume bulk/curah campuran padat

2.7 Pengujian Analisa Campuran AC-WC


Parameter dan formula untuk menganalisa campuran aspal adalah sebagai
berikut:

2.7.1 Parameter Perhitungan Metode Marshall


1. Analisa saringan

kumulatif berat tertahan saringan


a. persen tertahan= ×100.....................(2.2)
Berat awal

b. Persen lolos=100%-Kumulatif persen tertahan tiap saringan

2. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar

Bk
a. Berat jenis kering( bulk )= .........................................................(2.3)
Bj-Ba
Bj
b. Berat jenis jenuh kering permukaan(SSD)=
Bj-Ba
Bk
c. Berat jenis semu (Apperent)=
Bk-Ba
nx n ( n-1 ) x 2
d. Penyerapan air=1+ + +…
1! 2!

Dengan :
Bk = Berat benda uji kering oven (gram)

Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)

Ba = Berat benda uji dalam air (gram)

14
3. Berat jenis dan penyerapan agregat halus

Bk
a. Berat jenis kering (Bulk)= ..................................................(2.4)
Ba+Bj-Bt
Bj
b. Berat jenis jenuh kering permukaan(SSD)=
Ba+Bj-Bt
Bk
c. Berat jenis semu (Apparent)=
Ba+Bk-Bt
Bj-Bk
d. Penyerapan air= ×100%
Bk

Dengan :

Ba = Berat piknometer + air (gram)

Bt = Berat piknometer + air + benda uji (gram)

4. Berat Jenis Bulk/curah Agregat Campuran (Gsb)

P1 + P2+ ⋯
G Sb =
P 1 P2 ........................................................................................(2.5)
+ +⋯
G1 G2
Dengan :
Gsb = Berat jenis bulk/curah agregat campuran

P1,P2...... = Persentase berat masing-masing fraksi agregat terhadap berat total

agregat campuran
G1,G2..... = Berat jenis bulk dari masing-masing fraksi agregat (fraksi 1-n)

5. Berat jenis semu (Gsa)

P2+¿ ⋯
GSa=P1 + ¿
P1 P2 .....................................................................................(2.6)
+ +⋯
G1 G2

Dengan :
Gsa= Berat jenis semu agregat campuran

6. Berat jenis efektif agregat campuran (Gse)


100- Pa
GSe =
100 Pa ..........................................................................................(2.7)
+
Gmm Ga

15
Dengan :

Gse= Berat jenis dari agregat pembentuk beton aspal padat

Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal

Pa = % aspal,persen dari berat total campuran

Ga = Berat jenis aspal

100 merupakan berat beton aspal yang belum dipadatkan (gram)

7. Berat jenis maksimum campuran dengan perbedaan kadar aspal(Gmm)

100
Gmm =
Ps Pa ..............................................................................(2.8)
+
Gse Ga

Dengan :
Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal yang belum dipadatkan
Ps = %Agregat, persen dari berat total campuran

8. Berat jenis contoh campuran padat (Gmb)

Bk
G mb = ...........................................................................................(2.9)
Bssd + Ba

9. Penyerapan aspal

( Gse - Gsb )
P ab =100 Ga.............................................................................(2.10)
Gsb + Gse

Dengan :

Pab = Kadar aspal yang terabsorbsi ke dalam pori butir agregat (%)

Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat

10. Kadar aspal efektif yang menyelimuti agregat (Pae)

16
P ab
Pae =Pa− × Ps.....................................................................................(2.11)
100

Dengan :
Pae = Kadar aspal efektif yang menyelimuti butir-butir agregat(%)

11. Kadar aspal tengah (P)


P=0,035 ( %CA ) +0,045 ( %FA ) +0,18 ( %filler ) +K......................................(2.12)

Dengan :
P = Kadar aspal tengah
CA = Persen agregat tertahan saringan No.8
FA = persen agregat lolos saringan No.8 tertahan saringan No.200
K = Konstanta =0,5 – 1,0 (untuk laston)

12. Volume pori dalam agregat campuran (VMA), sebagai persentase dari berat
beton aspal padat

G mb × Ps
VMA= 100 -( G sb )
..............................................................................(2.13)

Dengan :
VMA = Volume pori antara agregat didalam beton aspal padat(%)
Gmb = Berat jenis bulk beton aspal padat
Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat
Ps = Kadar agregat, % terhadap beton aspal padat

13. Volume pori dalam agregat campuran (VMA), sebagai persentase dari berat
agregat

Gmb 100
VMA= 100 -( ×
Gsb 100+ Pa )
×100% ........................................................(2.14)

17
Dengan :
VMA = Volume pori antara agregat didalam beton aspal padat(%)
Gmb = Berat jenis bulk beton aspal padat
Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat
Pa = Kadar agregat,(%) terhadap berat agregat

14. Volume pori dalam beton aspal padat(VIM)

G mm × G mb
(
VIM= 100 -
G mm )
............................................................................(2.15)

Dengan :
VIM = Volume pori dalam beton aspal padat (%)
Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal yang belum
dipadatkan
Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat

15. Rumus fuller (p)

d 2
P=100 ( )
D
.....................................................................................................(2.16)

Dengan :
P = Persentase lolos saringan dengan bukaan saringan d mm
d = Ukuran agregat yang diperiksa (mm)
D = Ukuran maksimum agregat yang terdapat dalam
campuran(mm)

16. Volume pori antar butiran agregat yang terisi aspal(VFA)

100 ( VMA-VIM )
VFA= ............................................................................(2.17)
VMA

Dengan :

18
VFA = Volume pori antar butir agregat yang terisi aspal,% dari
VMA

VMA = Volume pori antara agregat didalam beton aspal padat,%


dari volume bulk beton aspal padat

VIM = Volume pori dalam beton aspal padat,% dari volume bulk
beton aspal padat

17. Keausan agregat kasar

a-b
Keausan= ×100% ................................................................................(2.18)
a

Dengan :
a = Berat benda uji semula(gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No.12(gram)

2.7.2 Hasil Bagi Marshall


Hasil bagi marshall/marshall quetient (MQ) merupakan hasil pembagian
dari stabilitas dan kelelehan. Sifat marshall tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

MS
MQ= ..........................................................................................................(2.19)
MF

Keterangan :

MQ = Marshall Quetient, (kg/mm)

MS = Marshall Stability, (kg/mm)

MF = Flow Marshall, (mm)

19

Anda mungkin juga menyukai