ABSTRAK
Campuran aspal porus adalah campuran beraspal dengan persentase agregat halus yang
rendah, sehingga menghasilkan rongga yang besar. Rubberized Asphalt yang diperoleh dari
penambahan aspal konvensional pen. 60/70 dengan bahan aditif berupa karet yaitu Resiprene
35 dapat meningkatkan nilai karakteristik campuran aspal porus. Proses pencampuran aspal
konvensional pen. 60/70 dengan Resiprene 35 dilakukan dengan metode basah, yaitu
mencampurkan kedua bahan tersebut dalam keadaan cair. Pada penggunaan aspal
konvensional, nilai stabilitas maksimum sebesar 335 kg dicapai pada kadar aspal 6,0% (tidak
memenuhi standar nilai stabilitas minimum yaitu 500 kg). Kadar Aspal Optimum (KAO)
didapat sebesar 5,1%. Peningkatan nilai stabilitas berdasarkan penambahan Resiprene 35
sebanyak 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% masing-masing adalah 297 kg, 433 kg, 485 kg, 545 kg,
dan 495 kg. Penambahan Resiprene 35 diharapkan mampu mengatasi rendahnya kemampuan
memikul beban pada perkerasan jalan yang selama ini menjadi masalah pada campuran aspal
porus.
1. PENDAHULUAN
Salah satu tipe campuran beraspal yang memiliki tingkat kekesatan permukaan (skid
resistance) yang tinggi adalah campuran aspal porus. Campuran aspal porus adalah campuran
beraspal dengan persentase agregat halus yang rendah, sehingga menghasilkan rongga yang
besar. Rongga dalam campuran yang besar dapat menurunkan nilai karakteristik campuran
aspal porus. Oleh karena itu, perlu diteliti bagaimana cara menghasilkan campuran aspal
porus dengan nilai karakteristik seperti yang ditetapkan oleh spesifikasi Australian Asphalt
Pavement Association (AAPA).
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian pada campuran aspal porus dengan berbagai
penambahan bahan aditif. Di Indonesia, aspal porus baru tahap uji coba di jalan tol Jagorawi
sepanjang 250 m pada bulan April 1997 dan sirkuit Sentul pada bulan Juni 1997. Campuran
aspal porus memiliki beberapa kelebihan bagi pengguna jalan dan bagian sekitar jalan, yaitu :
fungsi drainase, fungsi keselamatan pengemudi, dan fungsi reduksi kebisingan jalan. Hal ini
disebabkan karena nilai rongga (porosity) yang terkandung pada campuran aspal porus cukup
besar. Rongga yang besar dapat menyebabkan turunnya nilai karakteristik pada campuran
aspal porus. Kemampuan memikul beban (stability) pada campuran aspal porus yang
2. TINJAUAN PUSTAKA
Campuran aspal porus merupakan campuran beraspal yang sedang dikembangkan untuk
konstruksi wearing course. Jenis konstruksi ini direncanakan khusus agar setelah
penghamparan dan pemadatan di lapangan, campuran masih mempunyai rongga udara
berkisar antara 18-25%, sehingga jenis konstruksi ini memiliki sifat permeabilitas yang baik.
Campuran aspal porus didominiasi oleh agregat kasar untuk memperoleh pori yang cukup
tinggi agar didapat permeabilitas yang tinggi, dimana permeabilitas difungsikan untuk
subsurface drain. Beberapa kelebihan campuran aspal porus yaitu dapat meminimalisasi
genangan, mengurangi percikan air, bahaya slip pada roda kendaraan, kesilauan akibat sinar
lampu lalulintas pada malam hari, serta dapat mereduksi kebisingan. Syarat dan ketentuan
campuran aspal porus dapat dilihat pada tabel 1.
Campuran aspal porus menggunakan gradasi seragam (open graded), sehingga campuran
aspal porus disebut juga open graded asphalt. Gradasi seragam terdiri dari agregat kasar yang
banyak dan hanya mengandung sedikit agregat halus, sehingga terdapat banyak rongga/ruang
Selain persyaratan gradasi, agregat pada campuran aspal porus juga harus memenuhi kriteria
persyaratan seperti yang terlihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Rubberized Asphalt merupakan salah satu jenis aspal modifikasi yang sedang berkembang
pada saat ini. Rubberized Asphalt tergolong aspal modifikasi jenis polymer elastomer. Salah
satu jenis rubber yang dapat dicampurkan pada aspal adalah Resiprene 35. Resiprene 35
merupakan Cyclized Natural Rubber Resin yang dibuat dari karet alam melalui proses
siklisasi. Siklisasi yaitu perubahan karet alam menjadi resin dengan berubahnya rantai
senyawa hidrokarbon dari rantai alifatik menjadi rantai siklik.
Pencampuran Resiprene 35 pada aspal dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal, seperti
penetrasi, kekentalan dan titik lembek. Hal ini juga dapat menghasilkan Rubberized Asphalt
yang memiliki tingkat elastisitas yang tinggi. Pencampuran Resiprene 35 dapat memperbaiki
unsur malten yaitu resin yang terkandung pada aspal. Peningkatan resin dalam aspal akan
menurunkan nilai penetrasi aspal, menurunkan indeks penetrasi aspal dan menurunkan
kepekaannya terhadap geser, tetapi menaikkan viskositas aspal. Persyaratan aspal
konvensional penetrasi 60/70 dan aspal polimer (Rubberized Asphalt) dapat dilihat pada tabel
5 dan tabel 6.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di laboratorium, dan dibagi dalam tiga
tahap sebagai berikut. Tahap I menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO) metode Australia,
benda uji untuk menentukan KAO dibuat 9 buah untuk setiap variasi kadar aspal. Tahap II
Material agregat diproduksi oleh PT. ADHI KARYA, Patumbak, dan menghasilkan data
pemeriksaan yang memenuhi seluruh kriteria spesifikasi seperti yang terlihat pada tabel 7.
Sedangkan untuk material aspal ESSO Ex. EXXON MOBILE pen. 60/70 dan Rubberized
Asphalt, hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang memenuhi spesifikasi untuk aspal
konvensional pen. 60/70, tetapi untuk Rubberized Asphalt nilai penetrasi dan kelarutan
bitumen dalam C2HCL4 tidak memenuhi spesifikasi pada penambahan Resiprene 35
sebanyak 8%. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisik aspal dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
2 Penetrasi setelah RTFOT 56.17 52.33 46.67 41.50 31.50 Min. 54 Perbedaan % asli
Max. 40
3 Titik Lembek / Softening Point 49.0 55.0 57.5 59.0 62.5 48 - 58 Min. 54 ⁰C
4 Titik Lembek setelah RTFOT - 57.50 61.00 62.00 65.00 - Perbedaan % asli
Max. 6.5
5 Daktilitas pada 25⁰C
1052 1023 992 954 928 Min. 1000 Min. 500 mm
8 Berat Jenis 1.023 1.044 1.052 1.081 1.095 Min. 1.0 Min. 1.0 gr / ml
9 Kelarutan dalam C2HCL4 99.685 99.466 99.294 99.074 98.877 Min. 99 Min. 99 % berat
Kehilangan Berat
10 (Rolling Thin Film Oven Test / 0.064 0.094 0.111 0.158 0.180 Max. 0.8 Max 1.0 % berat
RTFOT)
Gradasi agregat campuran aspal porus direncanakan memenuhi syarat koridor yang
ditetapkan oleh spesifikasi Australian Asphalt Pavement Association 2004. Hasil combined
grading aggregate dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
Hasil pengujian nilai karakteristik campuran aspal porus memiliki perbedaan yang signifikan
jika membandingkan hasil campuran dengan aspal konvensional dan Rubberized Asphalt.
Grafik Hubungan Density dengan Penambahan Grafik Hubungan VIM dengan Penambahan
Resiprene 35 Resiprene 35
(gr/cc)
Grafik Hubungan VMA dengan Penambahan Grafik Hubungan VFB dengan Penambahan
Resiprene 35 Resiprene 35
28.50
VFB (%)
27.95
28.00 30.00 29.73
27.00
VMA
27.52
27.50 27.38 29.50 29.26
27.08 27.13
29.00
26.50
28.50
0% 2% 4% 6% 8% 0% 2% 4% 6% 8%
(mm)
5.20
6.00
(kg)
545.00
600.00
433.00 485.00 495.00
4.11 4.20 4.49
400.00 4.00
Stability
297.00 3.15
Flow
200.00 2.00
0.00 0.00
0% 2% 4% 6% 8% 0% 2% 4% 6% 8%
Grafik Hubungan MQ dengan Penambahan Grafik Hubungan Cantabro Loss dengan Penambahan
Resiprene 35 Resiprene 35
(%)
18.79
20.00
(kg/mm)
150.00
Cantabro Loss
100.00 105.00 116.00 105.00 110.00 15.00 15.68 15.08 14.46 15.02
94.00
10.00
MQ
50.00
5.00
0.00 0.00
0% 2% 4% 6% 8% 0% 2% 4% 6% 8%
Kadar Resiprene 35 (%)
Kadar Resiprene 35 (%)
Grafik Hubungan Asphalt Flow Down dengan Grafik Hubungan Koefisien Permeabilitas dengan
Penambahan Resiprene 35 Penambahan Resiprene 35
Down
0.341
0.40
KoefisienPermeabilitas(cm/s)
0.32
)Flow(%
0.30 0.307
0.20
0.202
0. 227 0.231 0.259 0.30 0.293
Asphalt
0.10 0.288
0.283
0.28 0.277
0.00 0.26
0% 2% 4% 6% 8% 0% 2% 4% 6% 8%
Kadar Resiprene 35 (%) Kadar Resiprene 35 (%)
Gambar 10. AFD vs Penambahan Resiprene 35 Gambar 11. Permebilitas vs Penambahan Resiprene 35
Kadar aspal optimum dihitung berdasarkan kriteria perencanaan dari metode Australia,
dengan cara nilai cantabro loss 35% diset untuk mendapatkan kadar aspal minimum yaitu
4.40%, kemudian nilai VIM 18% diset untuk mendapatkan kadar aspal maksimum yaitu
5.35%. Kadar aspal rata-rata didapat sebesar 4.89% kemudian diplot pada grafik asphalt flow
down dan mendapatkan nilai 0.18%. Kadar aspal optimum merupakan penjumlahan nilai
kadar aspal rata-rata dengan nilai asphalt flow down, sehingga didapat nilai 5.07% dan
dibulatkan menjadi 5.10%. Penentuan nilai kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar
12.
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisa data diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a) Pengujian karakteristik campuran aspal porus menggunakan aspal pen. 60/70
menghasilkan nilai kadar aspal optimum sebesar 5,1%. Akan tetapi nilai stabilitas marshall
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh AAPA.
b) Persentase penambahan Resiprene 35 yang menghasilkan performa terbaik untuk
campuran aspal porus adalah sebanyak 6%. Pada penambahan ini didapat nilai VIM
sebesar 19,03%, nilai stability sebesar 545 kg, nilai flow sebesar 5,20 mm, nilai MQ
sebesar 105 kg/mm, nilai cantabro loss sebesar 14,46%, nilai asphalt flow down sebesar
0.259%, dan nilai koefisien permeabilitas sebesar 0,2829 cm/s.
5.2. SARAN
a) Pengujian campuran aspal porus diharapkan dapat di uji pada alat Wheel Tracking
Machine untuk mendapatkan nilai deformasi plastis.
b) Koefisien permeabilitas pada penelitian ini hanya meninjau aliran air arah vertikal, peneliti
selanjutnya dapat memperhitungkan juga nilai koefisien permeabilitas arah horizontal.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran selama pelaksanaan penelitian ini.
1. Affan, M. 2000. “Perilaku Aspal Porus di Uji dengan Alat Marshall dan Wheel Tracking
Machine”. Makalah Disampaikan pada Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X.
Yogyakarta, 15 November.
2. Australian Asphalt Pavement Association. 2004. National Asphalt Specification.
3. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.
2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas.
4. Diana, I Wayan; Bambang Ismanto Siswosoebrotho dan Rudy Hermawan Karsaman.
2000. “Sifat-Sifat Teknik dan Permeabilitas pada As pal Porus”. Makalah Disampaikan
pada Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X. Yogyakarta, 15 November.
5. Katman, Herda Yati; Mohamed Rehan Karim; Abdelaziz Mahrez dan Mohamed Rasdan
Ibrahim. 2005. “Performance of Wet Mix Rubberised P orous Asphalt”. Proceedings of the
Eastern Asia Society for Tranportation Studies. Vol. 5. Hlm. 695-708.
6. Klemin, Alexander dan AT McPherson. 1956. Engineering Uses of Rubber. New York:
Reinhold Publishing Corporation.
7. Sarwono, Djoko dan Astuti Koos Wardhani. 2007. “Pen gukuran Sifat Permeabilitas
Campuran Porous Asphalt”. Media Teknik Sipil. Hlm. 131-138.
8. Subagio, Bambang S dan Rudy Hermawan Karsaman. 2003. “Laboratory Performance of
Porous Asphalt Mixture Using Tafpack Super”. Journal of the Eastern Asia Society for
Tranportation Studies. Vol. 5. Hlm. 985-998.