Anda di halaman 1dari 6

Campuran Aspal Porus dengan Pemanfaatan Gondorukem ke dalam Aspal

Penetrasi 60/70
Affirnando Selian1 Sofyan M. Saleh2 Ruhdi Faisal3
1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
2,3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia.
Email: affirnandoselian@gmail.com

Abstract
Stagnant water that occurs mainly after rain can be a problem with asphalt resistance. One alternative to prevent
this problem is the use of porous asphalt. Asphalt porous has a low stability but has a high permeability. In this study
the added ingredients used were gondorukem, which is the result of distillation or distillation of pine tree sap merkusii.
This material is a very fast material to absorb heat or flame is expected with the addition of gondorukem can increase
the value of stability and increase asphalt pavement layer resistance to damage caused by water and weather. On
porous asphalt mixture. The purpose of this research is to know the utilization of gondorukem as a 60/70 penetration
asphalt substitution to porous asphalt mixture using Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) method. Begin
by looking for optimum bitumen content (KAO). After KAO was obtained, the specimen was prepared by variation of
gondorukem use on KAO and variation of ± 0,5 from KAO value. Marshall test results obtained the highest stability
of 554.81 kg at 8% gondorukem with the best KAO 5.56% with CL value of 20.66%.

Keywords: asphalt porous, penetration asphalt 60/70, gondorukem, AAPA method

Abstrak
Genangan air yang sering terjadi terutama setelah hujan bisa menjadi masalah terhadap ketahanan aspal. Salah
satu alternatif untuk mencegah permasalahan ini adalah penggunaan aspal porus. Aspal porus mempunyai stabilitas
yang rendah tetapi mempunyai permeabilitas yang tinggi. Pada penelitian ini bahan tambah yang digunakan adalah
gondorukem, yang merupakan hasil destilasi atau penyulingan getah pohon pinus merkusii. Bahan ini merupakan
bahan yang sangat cepat menyerap panas atapun api diharapkan dengan penambahan gondorukem dapat
meningkatkan nilai stabilitas serta menambah daya tahan lapis perkerasan aspal terhadap kerusakan yang disebabkan
oleh air dan cuaca. pada campuran aspal porus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan penggunaan
gondorukem sebagai bahan substitusi aspal penetrasi 60/70 terhadap campuran aspal porus menggunakan metode
Australian Asphalt Pavement Association (AAPA). Diawali dengan mencari kadar aspal optimum (KAO). Setelah
KAO didapatkan, dibuat benda uji dengan variasi penggunaan gondorukem pada KAO dan variasi ± 0,5 dari nilai
KAO. Hasil pengujian Marshall diperoleh stabilitas tertinggi sebesar 554,81 kg pada kadar gondorukem 8% dengan
KAO terbaik 5,56% dengan nilai CL sebesar 20,66%.

Kata kunci: aspal porus, aspal penetrasi 60/70, gondorukem, metode AAPA.

Pada penelitian ini campuran aspal porus


1. Pendahuluan direncanakan berdasarkan metode Australian
Asphalt Pavement Association (AAPA) dengan
Genangan air yang sering terjadi terutama setelah tinjaun terhadap stabilitas, kelelehan plastis (flow),
hujan bisa menjadi masalah terhadap ketahanan aspal. density, kadar rongga campuran (VIM), Marshall
Salah satu alternatif untuk mencegah permasalahan Quotient, dan terhadap nilai cantabro loss (CL).
ini adalah penggunaan aspal porus. Aspal porus Hasil pengujian Marshall memperlihatkan semakin
merupakan campuran aspal dengan kadar pasir yang tinggi nilai stabilitas dikarenakan semakin besar
rendah halus untuk mendapatkan kadar udara yang persentase gondorukem. Stabilitas tertinggi diperoleh
tinggi. Sehingga diharapkan air genangan yang ada di sebesar 554,81 kg pada kadar gondorukem 8% dengan
jalan dapat dialirkan lebih cepat melalui pori-pori KAO terbaik 5,56%, nilai VIM sebesar 18,04%, nilai
menuju saluran drainase jalan. Campuran beraspal CL sebesar 20,66% dan nilai AFD didapatkan pada
porus ini umumnya memiliki stabilitas yang rendah. penelitian sebelumnya sebesar 0,28%. Adanya
Pada penelitian ini bahan tambah yang digunakan penambahan gondorukem meningkatkan nilai
adalah gondorukem. stabilitas, VIM, dan CL. Semua parameternya telah
Gondorukem adalah produk pengolahan getah dari memenuhi spesifikasi yang disyaratkan Australian
hasil destilasi atau penyulingan getah pohon pinus Asphalt Pavement Association (2004).
merkusii Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pemanfaatan penggunaan gondorukem
2. Tinjauan Kepustakaan
sebagai bahan substitusi aspal penetrasi 60/70
2.1 Campuran Aspal Porus
terhadap campuran aspal porus. Serta untuk
mendapatkan persentase penggunaan gondorukem Campuran aspal porus dihampar dan dipadatkan
yang menghasilkan karakteristik yang paling baik. pada permukaan perkerasan kedap air, yang

1
membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas baik 2.2.2 Aspal
secara vertikal maupun horizontal. Menurut Affan[1] Menurut Sukirman[4] aspal adalah material
menyebutkan campuran aspal porus merupakan berwarna hitam atau coklat tua pada temperatur ruang
campuran beraspal panas antara agregat bergradasi berbentuk padat sampai agak padat. Apabila
terbuka dengan aspal modifikasi dengan dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal dapat
perbandingan tertentu. menjadi lunak sehingga aspal dapat membungkus
Perkerasan aspal porus juga dapat mereduksi partikel agregat pada waktu pembuatan campuran
kebisingan serta dapat menyerap cahaya lampu perkerasan beraspal. Di Indonesia jenis aspal yang
kendaraan pada waktu malam hari, namun terdapat umumnya digunakan adalah aspal penetrasi 60/70
juga kelemahan dari campuran aspal porus, yaitu dan aspal penetrasi 80/100.
rendahnya usia layanan akibat tersumbatnya rongga Persyaratan aspal keras penetrasi 60/70 yang
(clogging) sehingga diharuskan ban kendaraan yang digunakan untuk campuran aspal yang diperlihatkan
melewatin aspal porus harus bersih agar tidak terjadi pada Tabel 3 berikut :
penyumbatan rongga serta memiliki nilai stabilitas
atau tingkat kekerasan aspal yang rendah. Guna Tabel 3 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70
meningkatkan stabilitas, maka diberi bahan tambahan Metode
pada campuran aspal porus. Jenis Pengujian Persyaratan
Pengujian
Spesifikasi Aspal Porus yang dikutip dari AAPA Penetrasi, 25°C SNI 06-
pada tahun 1997 dan tahun 2004 disajikan pada Tabel 60-70
(0,1 mm) 2456-1991
1 berikut :
Titik Lembek SNI 06-
≥ 48
(°C) 2434:2011
Tabel 1 Spesifikasi Aspal Porus
Daktilitas, 25°C SNI 06-
Nilai ≥ 100
(cm) 2432:2011
Kriteria Perencanaan Tahun Tahun
1997 2004 SNI 06-
Berat Jenis ≥ 1,0
Stabilitas Marshall (kg) ≥ 500 ≥ 500 2441:2011
Kadar Rongga Udara (%) 10 – 25 18 – 25 Sumber[3]
Uji cantabro loss (%) ≤ 20 ≤ 35
Uji Asphalt flow down (%) ≤ 0.3 ≤ 0.3 2.3 Gradasi Agregat
Kelelehan Plastis (mm) 2–6 2–6 Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi
Kekakuan Marshall (kg/mm) ≤ 400 ≤ 400 ukuran butir agregat . Gradasi agregat berpengaruh
Jumlah Tumbukan Perbidang 50 50 pada besarnya rongga dalam campuran. Ukuran butir
agregat dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisis
Sumber[2]
saringan.
Gradasi agregat pada campuran aspal porus
2.2 Material Aspal Porus
Material campuran aspal porus sama dengan dikutip AAPA (2004) disajikan pada Tabel 4 berikut:
campuran beraspal panas lainnya. Aspal dan agregat
merupakan bahan dasar dari campuran tersebut, Tabel 4 Gradasi Agregat Campuran Aspal Porus
sehingga kualitas campuran beraspal sebagaimana Ukuran % Berat yang Lolos
juga jenis campuran aspal porus sangat ditentukan Ayakan Agregat Agregat
oleh mutu dari kedua bahan tersebut. (mm) Maks. 10 mm Maks. 14 mm
19,000 100 100
2.2.1 Agregat 12,700 100 85 – 100
Agregat adalah bahan material yang berupa 9,530 85 – 100 45 – 70
sekumpulan batu pecah, kerikil, pasir baik berupa 4,760 20 – 45 10 – 25
hasil alam atau lainnya. Beberapa persyaratan dari 2,380 10 – 20 7 – 15
Bina marga untuk agregat pada lapisan permukaan 1,190 6 – 14 6 – 12
jalan disajikan pada tabel 2 berikut : 0,595 5 – 10 5 – 10
0,297 4–8 4–8
Tabel 2 Sifat-sifat Fisis Agregat 0,149 3–7 3–7
Jenis Pengujian Persyaratan 0,074 2–5 2–5
Berat Jenis Min. 2,5 Total 100 100
Penyerapan Maks. 3 % Kadar Aspal 5,0 – 6,5 4,5 – 6,0
Sumber[2]
Berat Isi Min. 1 kg/dm3
Keausan Maks. 40 %
2.4 Gondorukem
Indeks Kepipihan Maks. 10 % Gondorukem merupakan hasil pembersihan
Indeks Kelonjongan Maks. 10 % terhadap residu proses destilasi/penyulingan uap
Tumbukan (Impact) Maks. 30 % terhadap getah pinus merkusii. Hasil destilasinya
Sumber[3]

2
sendiri menjadi terpentin. Dengan penggunaan Pembuatan benda uji Kelompok B disajikan pada
gondorukem ini diharapkan akan menambah daya Tabel 6 berikut :
tahan lapis perkerasan aspal terhadap kerusakan yang
Tabel 6 Jumlah Benda Uji untuk Pengujian
disebabkan oleh air dan cuaca karena apabila
Marshall dan cantabro loss (Kelompok B)
gondorukem dicairkan dapat menyerap api atau Jumlah Benda Uji Kelompok B
Kadar
panas. Kandungannya sebagian besar adalah asam- Gondorukem (%)
Kadar Aspal (%)
Pengujian Marshall
Pengujian cantabro
asam diterpena, terutama asam abietat, asam loss
KAO – 0,5 YB11 YB12 YB13 YF11 YF12 YF13
isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat. 4 KAO YB21 YB22 YB23 YF21 YF22 YF23
KAO + 0,5 YB31 YB32 YB33 YF31 YF32 YF33
3. Metode Penelitian KAO – 0,5 YC11 YC12 YC13 YG11 YG12 YG13
6 KAO YC21 YC22 YC23 YG21 YG22 YG23
KAO + 0,5 YC31 YC32 YC33 YG31 YG32 YG33
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jalan KAO – 0,5 YD11 YD12 YD13 YH11 YH12 YH13
Raya Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda 8 KAO YD21 YD22 YD23 YH21 YH22 YH23
KAO + 0,5 YD31 YD32 YD33 YH31 YH32 YH33
Aceh. Material yang digunakan dalam penelitian ini Total 27 27
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan Total Keseluruhan 54
godorukem sebagai bahan tambah (additive). Material
berasal dari stone crusher di Desa Indrapuri, 3.1 Perencanaan campuran
Kabupaten Aceh Besar. Aspal yang di gunakan Pada penelitian ini, benda uji dibuat dengan
sebagai bahan campuran perkerasan adalah aspal komposisi campuran berdasarkan gradasi aspal porus
dengan Penetrasi 60/70 produksi Pertamina. yaitu gradasi terbuka berdasarkan yang dikutip dari
Gondorukem yang digunakan berjenis mutu WW AAPA (2004), dengan menggunakan ukuran agregat
(Water White) berasal dari PT. Perhutani Pine maks. 14 mm pada kadar aspal 4,5% - 6% dari total
Chemical Industry Kab. Pemalang Propinsi Jawa berat campuran, berdasarkan yang dikutip dari AAPA
Tengah. Tahapan awal dalam pelaksanaan penelitian (2004) seperti terlihat pada tabel 4. Pada penelitian ini
ini adalah pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dan untuk pembuatan benda uji variasi kadar aspal yang
sifat-sifat fisis aspal 60/70 dengan dan tanpa subtitusi digunakan adalah 4,5%; 5%; 5,5%; 6% dan 6,5%
gondorukem. Setelah semua hasil dari pemeriksaan terhadap berat total campuran.
sifat-sifat fisis material dan sesuai dengan spesifikasi, Setelah tahap awal dilakukan, yaitu pengujian
maka dilakukan perencanaan pembuatan benda uji, agregat, gradasi agregat, aspal keras penetrasi 60/70
terdiri dari 2 kelompok yaitu : dan gondorukem yang telah memenuhi syarat
selanjutnya akan dibuat masing-masing benda uji
a. Kelompok A yaitu: 30 buah benda uji berupa
untuk kelompok A, dan Kelompok B. Rekapitulasi
campuran aspal porus untuk penentuan KAO
untuk keseluruhan jumlah benda uji disajikan pada
dengan cara menggunakan metode AAPA (1997)
tabel 7 berikut :
sedangkan spesifikasinya berdasarkan metode
AAPA (2004) dengan aspal keras penetrasi 60/70
Tabel 7 Rekapitulasi untuk Keseluruhan Jumlah
tanpa penggunaan gondorukem untuk pengujian
Benda Uji
Marshall, dan cantabro loss (CL). Pembuatan
benda uji Kelompok A disajikan pada Tabel 5 Kelompok Benda Uji Untuk
berikut : Kelompok Kelompok A dan Kelompok B
Benda Uji Pengujian Pengujian
Tabel 5 Penentuan KAO Tanpa Substitusi Marshall Contabro Loss
Gondorukem (Kelompok A) A 15 15
Jumlah Benda Uji untuk Kelompok A B 27 27
Kadar Aspal (tanpa penggunaan Variasi gondorukem)
Penetrasi 60/70 Total 42 42
(%) Jumlah Benda Uji untuk Jumlah Benda Uji untuk Uji Total
84
Uji Marshall (buah) Cantabro Loss (buah) Keseluruhan
4,5 XA11 XA12 XA13 XB11 XB12 XB13
5 XA21 XA22 XA23 XB21 XB22 XB23 3.2 Pengujian Marshall
5,5 XA31 XA32 XA33 XB31 XB32 XB33 Pembuatan benda uji untuk pengujian Marshall
6 XA41 XA42 XA43 XB41 XB42 XB43 dilakukan dengan mencampurkan aspal dengan
6,5 XA51 XA52 XA53 XB51 XB52 XB53 agregat pada suhu pencampuran sesuai persyaratan
Jumlah benda 15 15 yaitu 160°C. Benda uji dimasukkan ke dalam mold
Uji 30 lalu dipadatkan dengan penumbukan sebanyak 50 kali
per bidang dengan menggunakan penumbuk Marshall
b. Kelompok B yaitu: 54 buah benda uji pada KAO pada suhu pemadatan 150°C.
dan variasi KAO ± 0,5 dengan variasi substitusi Setelah benda uji dipadatkan, kemudian disimpan
gondorukem sebesar 4%, 6%, dan 8% terhadap pada suhu ruang selama 24 jam, selanjutnya benda uji
berat aspal untuk pengujian Marshall dan CL. ditimbang di udara, di dalam air dan dalam kondisi
kering-permukaan jenuh atau Saturated Surface Dry
(SSD) untuk mendapatkan berat volume (density)

3
benda uji. Selanjutnya benda uji direndam pada pengujian sifat-sifat fisis aspal penetrasi 60/70
temperatur 60°C selama 30 menit dan siap untuk disajikan pada Tabel 9 berikut :
pengujian stabilitas dan flow dengan menggunakan
alat uji Marshall. Pengujian Marshall meliputi uji Tabel 9 Hasil Pengujian Sifat Fisis Aspal Pen.
stabilitas, flow, density, VIM dan Marshall Quotient 60/70 dengan dan tanpa subtitusi gondorukem
Sifat-sifat Fisis Aspal Kadar Gondorukem Spec. Pen Spec.
Satuan
3.3 Pengujian cantabro loss (CL) yang Diperiksa 0% 2% 4% 6% 8% 60-70 Polimer
Pembuatan benda uji untuk pengujian CL sama Berat Jenis 1,02 1,034 1,036 1,037 1,039 ≥1,0 ≥1,0 -
seperti pada benda uji Marshall, benda uji terlebih
Penetrasi 64 59,56 58,33 56,22 52,11 60-70 Min. 40 (0.1 mm)
dahulu dilakukan 50 kali tumbukan pada masing-
masing sisi. Benda uji tersebut kemudian diletakkan Daktilitas 130 137 134,67 133,67 132,33 ≥100 ≥100 cm
dalam mesin Los Angeles dan diputar sebanyak 300 Titik Lembek 48 54,5 56 56,5 57 ≥48 ≥54 °C
putaran tanpa menggunakan bola baja. Benda uji yang
digunakan adalah benda uji yang telah berumur 7 4.3Hasil pengujian Marshall tanpa penggunaan
(tujuh) hari. gondorukem untuk penentuan KAO
Nilai Stabilitas, flow, density, VIM, dan Marshall
4. Hasil dan pembahasan Quotient. Didapatkan dari hasil parameter Marshall.
Hasil analisis pengujian Marshall, dengan gradasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian terbuka pada variasi kadar aspal 4,5%; 5%; 5,5%; 6%;
dan pengolahan data dari penelitian di laboratorium, dan 6,5% diperoleh nilai KAO sebesar 5,56%.
maka akan diuraikan pada bab ini serta dilanjutkan Setelah KAO diperoleh dilanjutkan dengan untuk
pembahasan hasil. membuat benda uji dengan substitusi gondorukem
4%, 6%, dan 8%. Untuk menentukan persentase
4.1 Hasil pengujian sifat-sifat fisis agregat gondorukem terbaik.
Hasil pengujian sifat-sifat fiis agregat yang Rekapitulasi hasil pengujian Marshall dengan
disajikan pada Tabel 8 agrgat yang digunakan telah variasi kadar aspal disajikan pada Tabel 10 berikut :
memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan,
kecuali untuk nilai indeks kelonjongan dan kepipihan Tabel 10 Rekapitulasi hasil pengujian Marshall,
tidak dapat memenuhi spesifikasi, karena didapatkan untuk penentuan KAO
lebih besar dari syarat maksimal 10%.
Hasil pengujian sifat-sifat fisis agregat disajikan
pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8 Hasil Pengujian Sifat Fisis Agregat


Sifat-sifat Fisis yang Persyaratan
Hasil
Diperiksa Bina Marga
Berat Jenis 2,775 Min. 2,5 4.4 Hasil Pengujian CL dan AFD tanpa substitusi
Penyerapan (%) 1,119 Maks. 3 gondorukem untuk penentuan KAO
Berat Isi (kg/dm³) 1,656 Min. 1 Pengujian CL menghasilkan nilai CL. Dari hasil
Keausan (%) 15,001 Maks. 40 penelitian untuk kadar gondorukem 0% didapat nilai
CL yang terendah sebesar 11,10 % pada variasi kadar
Indeks Kepipihan (%) 17,18 Maks. 10
aspal 6,5% dan yang tertinggi sebesar 28,14% pada
Indeks Kelonjongan (%) 15,80 Maks. 10 variasi kadar aspal 4,5% didapatkan nilai KAO
Tumbukan (%) 8,940 Maks. 30 sebesar 5,56%. Rekapitulasi hasil untuk pengujian
CL dan AFD pada variasi kadar aspal penetrasi. 60/70
4.2 Hasil pengujian sifat-sifat fisis aspal dengan tanpa subtitusi gondorukem disajikan pada tabel 11
dan tanpa substitusi gondorukem berikut :
bahwa aspal tersebut dapat digunakan karena
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Hasil
Hasil pengujian sifat-sifat fisis aspal menunjukan

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Pengujian CL dan AFD Pada Variasi Kadar Aspal Penetrasi. 60/70 Tanpa
Subtitusi Gondorukem
Karakteristik Kadar Aspal (%) Spesifikasi
Campuran 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 AAPA (2004)
cantabro loss (%) 28,14 21,16 18,50 14,15 11,10 Maks. 35
asphalt flow down (%) 0.14 0,21 0,24 0,27 0.37 Maks. 0,3

4
4.5 Hasil pengujian Marshall, dan CL dengan dan ± 0,5 KAO untuk mendapatkan persentase
substitusi gondorukem pada KAO dan ± 0,5 gondorukem terbaik. Rekapitulasi hasil pengujian
KAO parameter Marshall, dan CL campuran aspal porus
Setelah KAO didapatkan dari pengujian yaitu dengan substitusi gondorukem 4%, 6%, dan 8% dapat
sebesar 5,56% selanjutnya dibuat benda uji dengan dilihat pada Tabel 12 sampai Tabel 14.
substitusi gondorukem 4%, 6%, dan 8% pada KAO

Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Pengujian pada Substitusi Gondorukem 4%


Kadar Aspal (%)
Spesifikasi
No Karakteristik Campuran
5,06 5,56 6,06 AAPA (2004)

1. Stabilitas (kg) 465,16 529,20 525,72 Min. 500


2. Flow Plastis (mm) 4,53 3,87 4,10 2–6
3. MQ (Kg) 102,76 137,58 130,63 Maks. 400
4. VIM (%) 13,75 11,67 10,05 18 – 25
5. Density (gr/cm3) 2,20 2,24 2,26 -
6. Cantabro Loss (%) 25,65 20,52 10,83 Maks. 35

Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Pengujian pada Substitusi Gondorukem 6%


Kadar Aspal (%)
Spesifikasi
No Karakteristik Campuran
5,06 5,56 6,06 AAPA (2004)
1. Stabilitas (kg) 485,68 513,64 523,65 Min. 500
2. Flow Plastis (mm) 4,57 3,90 4,03 2–6
3. MQ (Kg) 106,92 134,29 130,92 Maks. 400
4. VIM (%) 15,00 13,20 11,02 18 – 25
5. Density (gr/cm3) 2,17 2,20 2,24 -
6. Cantabro Loss (%) 26,24 20,64 13,68 Maks. 35

Tabel 14 Rekapitulasi Hasil Pengujian pada Substitusi Gondorukem 8%


Kadar Aspal (%)
Spesifikasi
No Karakteristik Campuran
5,06 5,56 6,06 AAPA (2004)
1. Stabilitas (kg) 508,71 554,81 555,57 Min. 500
2. Flow Plastis (mm) 4,47 3,93 3,80 2–6
3. MQ (Kg) 114,61 143,02 147,65 Maks. 400
4. VIM (%) 19,14 18,04 15,24 18 – 25
5. Density (gr/cm3) 2,06 2,08 2,13 -
6. Cantabro Loss (%) 26,86 20,66 14,16 Maks. 35

4.6 Pembahasan kepipihan dapat ditolerir apabila semua parameternya


Hasil yang diperoleh dari penelitian dan hasil telah memenuhi semuanya. Dan hasil pemeriksaan
pengolahan data berupa tinjauan pengaruh substitusi sifat-sifat fisis aspal memperlihatkan bahwa aspal
gondorukem terhadap karakteristik campuran aspal penetrasi 60/70 pada penelitian ini dapat digunakan
porus pada KAO dan ± KAO. Berdasarkan hasil karena memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan.
penelitian kadar aspal optimum terbaik pada 5,56% Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan
dengan substitusi gondorukem 8%. Semua untuk menerima beban tanpa terjadi deformasi.
parameternya telah memenuhi spesifikasi yang Semakin besar persentase gondorukem, nilai stabilitas
disyaratkan Australian Asphalt Pavement Association campuran juga semakin meningkat. Nilai stabilitas
(2004). Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat sudah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan
yang digunakan telah memenuhi persyaratan Australian Asphalt Pavement Association (2004)
spesifikasi yang ditentukan, kecuali indeks yaitu sebesar 554,81 kg. Nilai density menunjukan
kelonjongan dan kepipihan tidak dapat memenuhi besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah
spesifikasi, karena syarat maksimal 10% sedangkan dipadatkan. Dari hasil pengujian pada KAO terbaik
yang didapatkan melebihi 10%. Berdasarkan Dinas diperoleh sebesar 2,08 gr/cm3 penurunan kadar aspal
Bina Marga 2007[6], untuk partikel kelonjongan dan mengakibatkan nilai density ikut menurun yang

5
artinya persentase pori dalam campuran menjadi kecil
sehingga kepadatan benda uji menjadi baik. Nilai [2] Anonim, 2004, Open Graded asphalt Design
kadar rongga dalam campuran semakin besar seiring Guide, Australian Asphalt Pavement Association,
dengan semakin besar kadar gondorukem, sebaliknya Australia.
semakin besar kadar aspal semakin kecil nilai kadar
rongga. Nilai VIM pada kadar aspal optimum terbaik [3] Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010, Revisi 3
diperoleh sebesar 18,04 %. Nilai flow merupakan (2014), Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal
indikator kelenturan campuran dalam menahan beban Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga,
lalu lintas. Nilai flow menurun apabila kadar aspal Departemen PU, Jakarta.
semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengaruh
penggunaan gondorukem yang menyebabkan aspal [4] Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas,
menjadi lebih keras. Nilai flow yang didapatkan dari Penerbit Granit, Bandung.
pengujian pada KAO terbaik sebesar 3,93 mm. Nilai
Marshall Quotient merupakan hasil bagi antara [5] Bukhari, dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan Tebal
stabilitas dengan flow yang mengindentifikasikan Perkerasan Jalan Raya, Bidang Studi Teknik
terhadap kekakuan dan fleksibelitas terhadap suatu Transportasi Fakultas Teknik Universitas Syiah
campuran. Nilai MQ pada kadar aspal optimum Kuala.
terbaik diperoleh sebesar 143,02 Kg. Peningkatan
kadar gondorukem menyebabkan nilai cantabro loss [6] Direktorat Jenderal Bina Marga, 2007, Spesifikasi
semakin menurun yang artinya ketahanan campuran Umum Divisi 6, Direktorat Jenderal Bina Marga,
terhadap pelepasan butiran semakin besar. Nilai Departemen PU, Jakarta
cantabro loss pada kadar aspal optimum terbaik
diperoleh sebesar 20,66 %.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan hasil pengujian parameter
Marshall, dan CL diperoleh kadar aspal optimum
(KAO) terbaik sebesar 5,56%, dengan substitusi 8%
gondorukem, dimana semakin besar persentase
gondorukem ke dalam aspal penetrasi 60/70, maka
semakin meningkatkan nilai stabilitas, VIM, dan CL.
Nilai stabilitas diperoleh sebesar 554,81 kg pada KAO
terbaik dengan nilai VIM sebesar 18,04% dan nilai CL
sebesar 20,66%. Serta nilai permeabilitas yang
diperoleh sebesar 0,2212 cm/det dan nilai durabilitas
sebesar 76,68%. Semua parameter sudah memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan Australian Asphalt
Pavement Association (2004).

5.2 Saran
Penentuan KAO dalam penelitian ini masih
menggunakan spesifikasi AAPA (1997), diharapkan
pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan
spesifikasi AAPA (2004) atau yang terbaru.
disarankan pada penelitian selanjutnya dapat
dilakukan dengan variasi gondorukem di atas 8%.
Gondorukem dalam penelitian ini disubstitusikan
terhadap aspal pada penelitian selanjutnya dapat
dilakukan terhadap campuran

6. Daftar Kepustakaan

[1] Affan.M, 2006, Studi Peranan Rongga Terhadap


stabilitas dan Durabilitas Campuran Aspal Porus
Akibat Penambahan Mortar, Tesis, Magister
Teknik Sipil, Program Sarjana, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai