Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 TEKNOLOGI BAHAN LANJUTAN

ALIEF NUR FIRMANSYAH (81605052210021)


“STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR CAMPURAN
ASPAL BERPORI”

N. Ali 1 , M. Gani 2, M.R.Hamdani3

ABSTRAK : Dengan melihat peningkatan limbah yang dihasilkan oleh industri yang semakin hari semakin
bertambah, maka dibutuhkan adanya inovasi untuk pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu limbah yang selama ini
masih belum dioptimalkan penggunaannya adalah limbah industri batu marmer yang berada di kab. Pangkep provinsi
Sulawesi Selatan. Salah satu solusi untuk pemanfaatan limbah marmer tersebut ialah dapat digunakan sebagai agregat
kasar dalam campuran aspal. Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur di Indonesia,
yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) baik secara vertikal maupun horizontal. Kondisi
ini dimungkinkan, karena gradasi yang digunakan memiliki fraksi agregat kasar tidak kurang dari 85% dari volume
campuran. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap
air agar tidak terjadi rembesan ke pondasi jalan. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat
keselamatan yang lebih, terutama di waktu hujan agar tidak terjadi aqua-planing sehingga menghasilkan kekesatan
permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). Beberapa negara telah menentukan
standar untuk desain composisi agregat untuk gradasi terbuka dan salah satunya adalah Jepang. Permasalahannya adalah
sejauh mana penggunaan gradasi terbuka versi Jepang ini dapat menunjang kinerja Aspal Poros dengan menggunakan
bahan agregat kasar dari limbah marmer. Untuk menguji kinerja aspal poros tersebut, telah dilakukan penelitian di
laboratorium dengan membuat benda uji menggunakan gradasi terbuka versi Jepang sebanyak 60 buah dengan 5 variasi
kadar aspal. Dari hasil pengujian diperoleh karakteristik aspal poros dengan nilai cantabro loss berkisar 2,87% - 23,53%,
porositas antara 15,11% - 17,18%, koefisien permeabilitas 0,14 cm/detik – 0,24cm/detik. Binder drain-down diperoleh
antara 0,01% - 0,25% dan stabilitas marshall berkisar 504,35 kg – 798,00 kg. Dari hasil penelitian diperoleh KAO
(kadar aspal optimum) 4,95 % (5%).

Keywords: Aspal Poros, Jepang, Gradasi Terbuka, KAO, Aspal Minyak, limbah marmer

PENDAHULUAN menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang


dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap air
Dengan melihat peningkatan limbah yang
agar tidak terjadi rembesan ke pondasi jalan.
dihasilkan oleh industri yang semakin hari semakin
Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat
bertambah, maka dibutuhkan adanya inovasi untuk
memberikan tingkat keselamatan yang lebih,
pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu limbah
terutama di waktu hujan agar tidak terjadi aqua-
yang selama ini masih belum dioptimalkan
planing sehingga menghasilkan kekesatan
penggunaannya adalah limbah industri batu marmer
permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi
yang berada di kab. Pangkep provinsi Sulawesi
kebisingan (noise reduction). (Media Teknik Sipil,
Selatan. Selama ini, pemanfaatan limbah marmer
Ary Setyawan & Sanusi). Aspal porus umumnya
hanya dijadikan sebatas timbunan pembangunan
memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah
perumahan oleh masyarakat sekitar. Salah satu
dari beton aspal yang menggunakan gradasi rapat,
solusi untuk pemanfaatan limbah marmer tersebut
stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi
ialah dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam
terbuka yang digunakan lebih banyak fraksi halus
campuran aspal.
(Cabrera & Hamzah, 1996). Aspal porus adalah
Campuran aspal porus merupakan generasi
campuran aspal dengan agregat tertentu yang
baru dalam perkerasan lentur di Indonesia, yang
didesain setelah dipadatkan mempunyai pori- pori
membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas
udara berkisar 20 %. (Khalid & Jimenes, 1994).
(wearing course) baik secara vertikal maupun
horizontal. Kondisi ini dimungkinkan, karena
Pada penelitian sebelumnya dilakukan
gradasi yang digunakan memiliki fraksi agregat
pengamatan oleh Setyawan (2005) terhadap nilai-
kasar tidak kurang dari 85% dari volume
nilai stabilitas (pada Marshall Test), kuat
campuran. Lapisan ini
1
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
3
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
1
desak (pada Unconfined Compresive Test) dan nilai yang dicoba dan memerlukan jumlah briket
aus (pada Cantabrian Test) untuk beberapa gradasi. keseluruhan 3 x 4 x 5 = 60 benda uji.
Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh bahwa
gradasi Jepang adalah gradasi terbaik dibandingkan
dengan penggunaan gradasi-gradasi lainnya. Tabel 1. Karakteristik bahan agregat kasar
Karakteristik aspal poros dengan menggunakan Jenis Metode
Satuan Syarat
Pengujian Pengujian
gradasi Jepang telah diuji sebelumnya dengan
Berat Jenis SNI-03-
menggunakan liquid asbuton sebagai bahan - ≥ 2,5
Curah (Bulk) 1969-1990
pengikat. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh SNI-03-
Berat Jenis SSD - ≥ 2,5
porositas antara 12,59% - 18,51%, nilai binder 1969-1990
drain down antara 0,03% - 0,10% dengan Berat Jenis SNI-03-
- ≥ 2,5
Semu 1969-1990
kehilangan berat 8,70% - 65,00%. (Waru T. & J SNI-03-
Kresien., 2011) Penyerapan Air % ≤ 3,0
1969-1990
Berdasarkan hal tersebut, maka diusulkan Keausan
SNI-03-
penelitian untuk mengkaji aspal poros yang Agregat % ≤ 40
2417-1991
(Abration)
menggunakan aspal minyak sebagai bahan pengikat Indeks RSNI T-01-
untuk lapisan permukaan jalan dengan % ≤ 25
Kepipihan 2005
menggunakan limbah pecahan batu marmer sebagai Indeks RSNI T-01-
% ≤ 25
agregat kasar. Kelonjongan 2005
(sumber: Standar Nasional Indonesia)
METODOLOGI
Tabel 2. Karakteristik bahan agregat halus
Metode eksperimen sungguhan (true- Jenis Metode
experimental research) digunakan dalam penelitian Satuan Syarat
Pengujian Pengujian
ini dengan mengadakan kegiatan percobaan di Berat Jenis SNI-03-
laboratorium. Agregat kasar (batu pecah) diperoleh - ≥ 2,5
Curah (Bulk) 1970-1990
dari Limbah batuan Marmer yang berasal dari Berat Jenis SNI-03-
Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan - ≥ 2,5
SSD 1970-1990
sedangkan Filler berupa abu batu, diperoleh dari
Berat Jenis SNI-03-
stone crusher di Bili-Bili, milik PT. Cisco Sinar - ≥ 2,5
Semu 1970-1990
Jaya, sedangkan aspal diambil dari Laboratorium
Penyerapan SNI-03-
Bidang Pengujian dan Pengembangan Teknologi % ≤ 3,0
Air 1970-1990
Dinas Bina Marga Propinsi Sulawesi Selatan yang
selanjutnya dilakukan observasi terhadap nilai-nilai Sand SNI-03-
% ≥ 50
Equivalent 4428-1997
karaktristik bahan di Laboratorium. Berikutnya
dibuat benda uji dengan 5 variasi kadar aspal (sumber: Standar Nasional Indonesia)
pengujian permeabilitas, marshall, cantabro loss Tabel 3. Standar pengujian benda uji
dan binder drain-down. Setelah itu dilakukan Jenis pengujian Standar Pengujian
pengujian untuk Kadar aspal optimum yang
didapatkan. Binder drain-down AASHTO T305
Permeabilitas Falling Head Permeability
Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran Marshall SNI-06-2489-1991
aspal porus terlebih dahulu diuji karakteristik dari
Cantabro loss ASTM C-131
masing-masing bahan baik agregat kasar (tabel 1), (sumber: Hasil Perhitungan)
agregat halus (tabel 2) maupun pengujian terhadap
aspal minyak (pen 60/70) dimana metode pengujian Penentuan Gradasi Campuran
mengacu pada SNI (tabel 3) dan pengujian ini Penelitian ini mengacu pada standar gradasi
dilakukan di laboratorium. Tiap variasi kadar aspal Jepang dengan menggunakan bahan pengikat Aspal
dengan penambahan kadar sebesar 0.5% dimulai minyak dengan komposisi yang diperlihatkan tabel
4,0% - 6% sehingga ada 5 kadar aspal 8.

2
Tabel 8 Gradasi campuran (sumber: Standar Nasional Indonesia)
Gradasi Campuran
Ukuran Saringan Lolos (%) Tabel 6. Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar
19 mm 100,00 (Batu pecah marmer 0,5:1)
13,2 mm 65,20 Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.
9,5 mm 48,73
4,75 mm 17.03 Penyerapan Air % 0,52 ≥ 2,5
2,36 mm 13,10 Berat Jenis Curah
gr/cc 2,81 ≥ 2,5
0,6 mm 7,02 (Bulk)
0,3 mm 4,89 Berat Jenis SSD gr/cc 2,83 ≥ 2,5
0,15 mm 3,49
Berat Jenis Semu gr/cc 2,85 ≥ 2,5
0,075 mm 2,66
Keausan Agregat
(sumber: Hasil Pengujian) % 25,70 ≤ 40
(Abration)
Indeks Kepipihan % 2,7 ≤ 25
Indeks Kelonjongan % 0 ≤ 25
(sumber: Hasil Pengujian)

Tabel 7. Hasil pengujian sifat fisik Debu Batu

Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.

Penyerapan Air % 2,83 ≤ 3,0


Berat Jenis Curah
gr/cc 2,52 ≥ 2,5
(Bulk)
Berat Jenis SSD gr/cc 2,59 ≥ 2,5
Gambar 1. Grafik Gradasi Gabungan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berat Jenis Semu gr/cc 2,71 ≥ 2,5
Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat Sand Equivalent (S.E) % 51,77 ≥ 50
(sumber: Hasil Pengujian)
Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat kasar yang
diambil dari kabupaten pangkep dan agregat halus Sifat Bahan Aspal Aspal
dari Sungai Bili-Bili Kecamatan Parangloe hasil Hasil pengujian sifat-sifat fisik Aspal
stone crusher PT. Cisco Sinar Jaya Propinsi diperlihatkan pada Tabel 9.
Sulawasi Selatan diperlihatkan pada Tabel 5, 6 dan
Tabel 9. Karakteristik Aspal Minyak Pen. 60/70
7, Karakteristik agregat kasar dan karakteristik
agregat halus telah memenuhi syarat spesifikasi Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek
untuk digunakan sebagai agregat campuran
Penetrasi Sebelum 0,1
beraspal. 66,70 60-79
Kehilangan Berat mm
Tabel 5. Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar Penetrasi Setelah 0,1 Min.
82,90
Kehilangan Berat mm 54
(Batu pecah marmer 1:2)
o Min.
Titik Nyala C 289,50
Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek. 200
o
Penyerapan Air % 0,42 ≤ 3,0 Titik Lembek C 57,25 48-58
Berat Jenis Curah Berat Jenis (25 C) gr/cc 1,03 Min. 1
gr/cc 2,80 ≥ 2,5
(Bulk)
Max.
Berat Jenis SSD gr/cc 2,81 ≥ 2,5 Penurunan Berat % berat 0,26
0,8
Berat Jenis Semu gr/cc 2,83 ≥ 2,5 Daktilitas (25 C, 5 Min.
cm 150
Keausan Agregat cm/menit) 100
% 25,70 ≤ 40
(Abration) (sumber: Hasil Pengujian)
Indeks Kepipihan % 2,70 ≤ 25
Indeks Kelonjongan % 0 ≤ 25

3
Pengujian Cantabro loss
Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan variasi
kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, 6.0%
10%-25%
menghasilkan nilai cantabro loss masing-masing
23,53%, 9,21%, 4,66%, 2,88%,2,87%..
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 2
menunjukkan bahwa nilai cantabro loss semakin
kecil seiring dengan penambahan kadar Aspal.
Dengan melihat fenomena perilaku cantabro loss,
menunjukkan daya ikat antar agregat dalam
campuran semakin baik sehingga pemisahan antara Gambar 3. Hubungan antara kadar Aspal
agregat saat dilakukan pengujian cantabro loss dengan porositas
dengan mesin Los Angeles semakin kecil. Pada
Gambar 2 terlihat benda uji yang memenuhi Pengujian Permeabilitas
spesifikasi nilai cantabro loss yang diisyaratkan Gambar 4 menunjukkan bahwa kadar variasi
terjadi mulai dari kadar aspal 4,5%. kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0%,
menghasilkan nilai permeabilitas masing-masing
0.24 cm/dtk, 0.23 cm/dtk, 0.21 cm/dtk, 0.20 cm/dtk,
dan 0.14 cm/dtk.
Berdasarkan hasil analisis Gambar 4
menunjukkan bahwa koefisien permeabilitas
semakin menurun dengan semakin bertambahnya
kadar aspal. Hal semakin banyaknya aspal yang
menutupi rongga dalam campuran aspal poros, yang
Max. 15% berakibat pada berkurangnya nilai koefisien
permeabilitas atau kemampuan campuran untuk
mengalirkan air dari permukaan aspal porus.

Gambar 2 Hubungan antara kadar aspal


dengan cantabro loss
Pengujian Porositas
Gambar 3 menunjukkan bahwa variasi kadar Min. 0.1 cm/det
Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0%
menghasilkan nilai porositas masing-masing
17.18%, 16.30%, 15.75%, 15.19%, dan 15.11%
Pengujian ini dapat membuktikan seberapa
porusnya campuran sehingga dapat mengalirkan air Gambar 4. Hubungan antara kadar Aspal dengan
yang berada permukaan melewati rongga-rongga permeabilitas
yang berada dalam lapisan aspal porus menuju ke Pengujian Binder Drain-Down
saluran drainase baik secara horisontal maupun
pengaliran secara vertikal. Gambar 5 menunjukkan bahwa variasi kadar
Gambar 3 nilai porositas menurun dengan Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0%
meningkatnya kadar Aspal . Hal ini terjadi karena menghasilkan nilai binder drain down masing-
rongga-rongga dalam campuran akan diisi oleh masing 0.01%, 0.07%, 0.13%, 0.20%, dan 0.25%
aspal. Berdasarkanhasil analisis Gambar 5
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya

4
kadar aspal, nilai binder drain down yang Hubungan kadar aspal dengan Stabilitas
terjadi juga semakin besar. Gambar 7 menunjukkan bahwa dengan
variasi kadar aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%,
dan 6.0% menghasilkan nilai stabilitas masing-
masing 504,35 kg, 509,76 kg, 798,00 kg,
Max. 0.3%
589,75 kg, dan 517,40 kg.
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 7
menunjukkan bahwa nilai stabilitas meningkat
dengan bertambahnya kadar Aspal dan
kemudian kembali menurun setelah melewati
kadar Aspal tertentu yang dapat diindikasikan
sebagai kadar Aspal optimum campuran.

Gambar 5. Hubungan antara kadar Aspal


dengan Binder Drain Down
Pada Gambar 5 terlihat bahwa binder drain
down terbesar terjadi pada kadar aspal 6%
Min. 500 Kg
dengan persentase agregat yaitu 0.25%. Hasil
ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
sudah memenuhi spesifikasi binder drain down
yang diisyaratkan yaitu maksimum 0.3% dari
berat total campuran sebelum dipadatkan.
Hubungan kadar Aspal dengan Void In Gambar 7. Hubungan antara kadar Aspal
Mineral Agregate (VMA) dengan stabilitas
Gambar 6 menunjukkan menunjukkan Hubungan kadar aspal dengan flow
bahwa dengan variasi kadar aspal 4.0%, 4.5%,
5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai Gambar 8 menunjukkan bahwa dengan
VMA masing-masing 20.04%, 19.53%, variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%,
19.53%, 19,38%, 19.32%. dan 6.0% menghasilkan nilai flow masing-
Berdasarkan hasil analisis Gambar 6 masing 2.57 mm, 2.61 mm, 2.63 mm, 2.72 mm,
menunjukkan bahwa nilai VMA meningkat dan 4.00 mm
dengan bertambahnya kadar aspal Berdasarkan hasil analisis, Gambar 9
memperlihatkan bahwa nilai flow semakin
meningkat dengan semakin bertambahnya
kadar aspal, hal ini disebabkan oleh pengaruh
dari aspal yang bersifat plastis. Flow yang
diperoleh merupakan indikator terhadap lentur
Min. 15% sehingga semakin besar nilai flow
mengindikasikan bahwa campuran beraspal
semakin lentur. Spesifikasi nilai flow
(kelelehan plastis) suatu campuran yaitu 2 mm
– 6 mm. Nilai flow yang diperoleh dari hasil
penelitian di laboratorium sudah memenuhi
spesifikasi untuk campuran aspal poros yaitu .

Gambar 6. Hubungan antara kadar Aspal


dengan VMA

5
Kadar Aspal Optimum
Penentuan Kadar aspal optimum ditentukan
dari hubungan beberapa parameter pengujian mix
desain aspal porus seperti yang terlihat pada
Gambar 10.
2 mm – 6 mm Dari hasil analisis Gambar 10 diperoleh kadar
Aspal optimum yaitu pada persentase kadar Aspal
4,95%. Titik temu dari hubungan beberapa grafik
parameter pengujian mix design diperoleh titik
temu minimum dan maksimum yaitu 4,3% dan
5,6% dari titik temu ini kemudian diambil rata-rata
dari nilai yang diperoleh yaitu 4,95%.
Gambar 8. Hubungan antara kadar Aspal
dengan flow Porositas (%)

`
Hubungan kadar Aspal dengan marshall quotient Marshal stability (kg)

Gambar 9 menunjukkan bahwa dengan variasi Cantabro (%)

kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% Flow (mm)

menghasilkan nilai marshall quotient masing- Marshall quatient (kg/mm)

masing 197.22 kg/mm, 197.65 Permeabilitas (cm/det)


kg/mm, 308.04 kg/mm, 218.26 kg/mm, dan Drain Down (%)
132.12 kg/mm. 4,3 4,95 5,6
KADAR ASPAL (%) 4 4,5 5 5,5 6
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 10
diperoleh nilai marshall quotient yang semakin 4,3 + 5,60
KADAR ASPAL OPTIMUM = = 4,95 %
kecil dengan bertambahnya kadar aspal. Parameter 2

marshall quotient (MQ) merupakan perbandingan Gambar 10 Kadar Aspal Optimum


antara stabilitas dengan flow. Nilai marshall KESIMPULAN DAN SARAN
quotient (MQ) merupakan indikator kelenturan Kesimpulan
campuran yang potensial terhadap keretakan. Dari hasil analisa data yang diperoleh dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Setelah melakukan hasil pengujian karakteristik
agregat, batu pecah limbah marmer memenuhi
spesifikasi sebagai agregat kasar pengganti
kerikil sesuai dengan standar Bina Marga
2. Aspal poros yang menggunakan gradasi terbuka
versi Jepang dengan Aspal minyak sebagai
bahan pengikat dapat memenuhi parameter
spesifikasi untuk struktur perkerasan lentur
dengan komposisi campuran aspal porus
Min. 200 kg/mm
menggunakan gradasi design versi Jepang
dengan komposisi batu pecah limbah marmer
1:2 70%, batu pecah limbah marmer 0,5:1 15%,
debu batu 15% dan bahan pengikat aspal
Gambar 9. Hubungan antara kadar Aspal minyak penetrasi 60/70.
dengan Marshall Quotient

6
3. Dari hasil penelitian penggunaan aspal minyak DAFTAR PUSTAKA
sebagai bahan pengikat tersebut dapat dijadikan 1. Ali, N. 2010. Kajian Pemanfaatan Liquid
sebagai bahan pengikat aspal poros dengan Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Asphalt
nilai kadar Aspal optimum yaitu 4.95%. Porous pada Lapis Permukaan Jalan.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat sebagai
2. Ali, N. 2012. Kajian Eksperimental Aspal
berikut :
Berpori mmenggunakan Liquid Asbuton
 Penambahan kadar aspal dalam
sebagai Bahan Pengikat Subtitusi pada
campuran aspal poros diperoleh
Lapis Permukaan Jalan
nilai cantabro loss yang semakin
baik. 3. Destisari, Yanti, 2013. Analisis Resapan
 Penambahan kadar aspal dalam Aspal Poros Yang Menggunakan Bahan
campuran aspal poros diperoleh Pengikat Aspal Minyak. Makassar : Skripsi
nilai permeabilitas yang semakin Teknik Sipil - Universitas Hasanuddin.
menurun. 4. Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, 1991,
 Penambahan kadar aspal dalam Aggregate Grading Design for Porous
campuran aspal poros diperoleh Asphalt, In Cabrera, JG. & Dixon, JR.
nilai Binder Drain Down yang (eds). Performance and Durability of
semakin meningkat. Bitumenious Materials, Proceeding of
 Penambahan kadar aspal dalam Symposium, University of Leads., March
campuran aspal poros diperoleh 1994, London.
nilai porositas yang semakin
menurun. 5. Cabrera. J.G. and Dixon. J.R. 1994.
 Penambahan kadar aspal dalam Performance and Durability of Bituminous
campuran aspal poros diperoleh Material. Proceeding of Symposium
nilai stabilitas maksimum pada University of Leeds, London
kadar aspal 5% sebesar 798 kg. 6. Diana. I, W., Siswosoebrotho. B. I,
 Penambahan kadar aspal dalam Karsaman. R. B. Sifat-Sifat Teknik dan
campuran aspal poros diperoleh Permeabilitas pada Aspal Porus.
nilai flow yang semakin meningkat. Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-
96241-0-X.
7. Diana, I. W. 2007. Engineering Properties
Saran –saran
and Permeability
Berdasarkan hasil penelitian, diusulkan beberapa
Performance of Porous Asphalt. Master
saran sebagai berikut :
Theses from JBPT ITB PP.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih spesifik
terhadap karakteristik material batu pecah 8. Jauhari, Sri Nurul, 2013. Karakteristik
limbah marmer. Marshall Test pada Campuran Aspal
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Berongga Menggunakan Batu Karang dan
mengenai aspal porus menggunakan Aspal Buton Natural Asphalt (BNA). Makassar :
Minyak dengan penggunaan batu pecah Skripsi Teknik Sipil - Universitas
limbah marmer sebagai agregat kasar Hasanuddin.
dalam campuran aspal porus.
9. Khalid, H. Perez Jimenez, F.K. 1994,
3. Perlu dilakukan uji coba penggunaan aspal Performance Assessment of Spanish and
poros untuk ruas – ruas jalan di Indonesia British Porous Asphalt, In Cabrera, JG. &
khususnya pada daerah dengan curah hujan Dixon, JR. (eds), Performance and
serta tingkat kecelakaan yang tinggi. Durability of Bitumenious

7
Materials, Proceding of Symposium,
University of Leeds, London.
10. Kandhal. S, Pratiwi & Mallick. B, Rajib.
1998. Open Graded Asphalt Friction Course
State Practice, Aubum University, Alabama,
USA.
11. Nurazwar. Z, Setiawan. E, Setiawati, Y.
2001. Studi Perilaku Campuran Aspal
Berpori Terhadap Proporsi Agregat Kasar.
Jurnal Penelitian Media Teknik No. 4
Tahun XXIII edisi Nopember 2001.
12. Penuntun Praktikum edisi ketujuh. 2011.
Laboratorium Rekayasa Transportasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
13. Sarwono. D, Wardhani. A. K. 2007.
Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran
Porous Asphalt. Jurnal penelitian Media
Teknik Sipil, Edisi Juli:131-138.
14. Setyawan, A. 2005. Design and Properties
of Hot Mixture Porous Asphalt for Semi
Flexible Pavement Application. Jurnal
Penelitian Media Teknik Sipil, Edisi Juli
2005, Surakarta.
15. Setyawan, A. 2005. Observasi Properties
Aspal Porus Berbagai Gradasi dengan
Material Lokal. Jurnal penelitian Media
Teknik Sipil, 15-20.
16. Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
raya. Bandung:Nova.
17. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran
Panas. Bandung:Granit.
18. Waru. T, Kresein. J. 2011. Kajian
Eksperimental Pada Aspal Porus Yang
Menggunakan Liquid Asbuton Sebagai
Bahan Pengikat Dan Agregat Kasar
Bergradasi Terbuka-Metode Jepang.

Anda mungkin juga menyukai