ABSTRAK : Dengan melihat peningkatan limbah yang dihasilkan oleh industri yang semakin hari semakin
bertambah, maka dibutuhkan adanya inovasi untuk pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu limbah yang selama ini
masih belum dioptimalkan penggunaannya adalah limbah industri batu marmer yang berada di kab. Pangkep provinsi
Sulawesi Selatan. Salah satu solusi untuk pemanfaatan limbah marmer tersebut ialah dapat digunakan sebagai agregat
kasar dalam campuran aspal. Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur di Indonesia,
yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) baik secara vertikal maupun horizontal. Kondisi
ini dimungkinkan, karena gradasi yang digunakan memiliki fraksi agregat kasar tidak kurang dari 85% dari volume
campuran. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap
air agar tidak terjadi rembesan ke pondasi jalan. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat
keselamatan yang lebih, terutama di waktu hujan agar tidak terjadi aqua-planing sehingga menghasilkan kekesatan
permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). Beberapa negara telah menentukan
standar untuk desain composisi agregat untuk gradasi terbuka dan salah satunya adalah Jepang. Permasalahannya adalah
sejauh mana penggunaan gradasi terbuka versi Jepang ini dapat menunjang kinerja Aspal Poros dengan menggunakan
bahan agregat kasar dari limbah marmer. Untuk menguji kinerja aspal poros tersebut, telah dilakukan penelitian di
laboratorium dengan membuat benda uji menggunakan gradasi terbuka versi Jepang sebanyak 60 buah dengan 5 variasi
kadar aspal. Dari hasil pengujian diperoleh karakteristik aspal poros dengan nilai cantabro loss berkisar 2,87% - 23,53%,
porositas antara 15,11% - 17,18%, koefisien permeabilitas 0,14 cm/detik – 0,24cm/detik. Binder drain-down diperoleh
antara 0,01% - 0,25% dan stabilitas marshall berkisar 504,35 kg – 798,00 kg. Dari hasil penelitian diperoleh KAO
(kadar aspal optimum) 4,95 % (5%).
Keywords: Aspal Poros, Jepang, Gradasi Terbuka, KAO, Aspal Minyak, limbah marmer
2
Tabel 8 Gradasi campuran (sumber: Standar Nasional Indonesia)
Gradasi Campuran
Ukuran Saringan Lolos (%) Tabel 6. Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar
19 mm 100,00 (Batu pecah marmer 0,5:1)
13,2 mm 65,20 Jenis Pengujian Sat. Hasil Spek.
9,5 mm 48,73
4,75 mm 17.03 Penyerapan Air % 0,52 ≥ 2,5
2,36 mm 13,10 Berat Jenis Curah
gr/cc 2,81 ≥ 2,5
0,6 mm 7,02 (Bulk)
0,3 mm 4,89 Berat Jenis SSD gr/cc 2,83 ≥ 2,5
0,15 mm 3,49
Berat Jenis Semu gr/cc 2,85 ≥ 2,5
0,075 mm 2,66
Keausan Agregat
(sumber: Hasil Pengujian) % 25,70 ≤ 40
(Abration)
Indeks Kepipihan % 2,7 ≤ 25
Indeks Kelonjongan % 0 ≤ 25
(sumber: Hasil Pengujian)
3
Pengujian Cantabro loss
Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan variasi
kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, 6.0%
10%-25%
menghasilkan nilai cantabro loss masing-masing
23,53%, 9,21%, 4,66%, 2,88%,2,87%..
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 2
menunjukkan bahwa nilai cantabro loss semakin
kecil seiring dengan penambahan kadar Aspal.
Dengan melihat fenomena perilaku cantabro loss,
menunjukkan daya ikat antar agregat dalam
campuran semakin baik sehingga pemisahan antara Gambar 3. Hubungan antara kadar Aspal
agregat saat dilakukan pengujian cantabro loss dengan porositas
dengan mesin Los Angeles semakin kecil. Pada
Gambar 2 terlihat benda uji yang memenuhi Pengujian Permeabilitas
spesifikasi nilai cantabro loss yang diisyaratkan Gambar 4 menunjukkan bahwa kadar variasi
terjadi mulai dari kadar aspal 4,5%. kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0%,
menghasilkan nilai permeabilitas masing-masing
0.24 cm/dtk, 0.23 cm/dtk, 0.21 cm/dtk, 0.20 cm/dtk,
dan 0.14 cm/dtk.
Berdasarkan hasil analisis Gambar 4
menunjukkan bahwa koefisien permeabilitas
semakin menurun dengan semakin bertambahnya
kadar aspal. Hal semakin banyaknya aspal yang
menutupi rongga dalam campuran aspal poros, yang
Max. 15% berakibat pada berkurangnya nilai koefisien
permeabilitas atau kemampuan campuran untuk
mengalirkan air dari permukaan aspal porus.
4
kadar aspal, nilai binder drain down yang Hubungan kadar aspal dengan Stabilitas
terjadi juga semakin besar. Gambar 7 menunjukkan bahwa dengan
variasi kadar aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%,
dan 6.0% menghasilkan nilai stabilitas masing-
masing 504,35 kg, 509,76 kg, 798,00 kg,
Max. 0.3%
589,75 kg, dan 517,40 kg.
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 7
menunjukkan bahwa nilai stabilitas meningkat
dengan bertambahnya kadar Aspal dan
kemudian kembali menurun setelah melewati
kadar Aspal tertentu yang dapat diindikasikan
sebagai kadar Aspal optimum campuran.
5
Kadar Aspal Optimum
Penentuan Kadar aspal optimum ditentukan
dari hubungan beberapa parameter pengujian mix
desain aspal porus seperti yang terlihat pada
Gambar 10.
2 mm – 6 mm Dari hasil analisis Gambar 10 diperoleh kadar
Aspal optimum yaitu pada persentase kadar Aspal
4,95%. Titik temu dari hubungan beberapa grafik
parameter pengujian mix design diperoleh titik
temu minimum dan maksimum yaitu 4,3% dan
5,6% dari titik temu ini kemudian diambil rata-rata
dari nilai yang diperoleh yaitu 4,95%.
Gambar 8. Hubungan antara kadar Aspal
dengan flow Porositas (%)
`
Hubungan kadar Aspal dengan marshall quotient Marshal stability (kg)
kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% Flow (mm)
6
3. Dari hasil penelitian penggunaan aspal minyak DAFTAR PUSTAKA
sebagai bahan pengikat tersebut dapat dijadikan 1. Ali, N. 2010. Kajian Pemanfaatan Liquid
sebagai bahan pengikat aspal poros dengan Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Asphalt
nilai kadar Aspal optimum yaitu 4.95%. Porous pada Lapis Permukaan Jalan.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat sebagai
2. Ali, N. 2012. Kajian Eksperimental Aspal
berikut :
Berpori mmenggunakan Liquid Asbuton
Penambahan kadar aspal dalam
sebagai Bahan Pengikat Subtitusi pada
campuran aspal poros diperoleh
Lapis Permukaan Jalan
nilai cantabro loss yang semakin
baik. 3. Destisari, Yanti, 2013. Analisis Resapan
Penambahan kadar aspal dalam Aspal Poros Yang Menggunakan Bahan
campuran aspal poros diperoleh Pengikat Aspal Minyak. Makassar : Skripsi
nilai permeabilitas yang semakin Teknik Sipil - Universitas Hasanuddin.
menurun. 4. Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, 1991,
Penambahan kadar aspal dalam Aggregate Grading Design for Porous
campuran aspal poros diperoleh Asphalt, In Cabrera, JG. & Dixon, JR.
nilai Binder Drain Down yang (eds). Performance and Durability of
semakin meningkat. Bitumenious Materials, Proceeding of
Penambahan kadar aspal dalam Symposium, University of Leads., March
campuran aspal poros diperoleh 1994, London.
nilai porositas yang semakin
menurun. 5. Cabrera. J.G. and Dixon. J.R. 1994.
Penambahan kadar aspal dalam Performance and Durability of Bituminous
campuran aspal poros diperoleh Material. Proceeding of Symposium
nilai stabilitas maksimum pada University of Leeds, London
kadar aspal 5% sebesar 798 kg. 6. Diana. I, W., Siswosoebrotho. B. I,
Penambahan kadar aspal dalam Karsaman. R. B. Sifat-Sifat Teknik dan
campuran aspal poros diperoleh Permeabilitas pada Aspal Porus.
nilai flow yang semakin meningkat. Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-
96241-0-X.
7. Diana, I. W. 2007. Engineering Properties
Saran –saran
and Permeability
Berdasarkan hasil penelitian, diusulkan beberapa
Performance of Porous Asphalt. Master
saran sebagai berikut :
Theses from JBPT ITB PP.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih spesifik
terhadap karakteristik material batu pecah 8. Jauhari, Sri Nurul, 2013. Karakteristik
limbah marmer. Marshall Test pada Campuran Aspal
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Berongga Menggunakan Batu Karang dan
mengenai aspal porus menggunakan Aspal Buton Natural Asphalt (BNA). Makassar :
Minyak dengan penggunaan batu pecah Skripsi Teknik Sipil - Universitas
limbah marmer sebagai agregat kasar Hasanuddin.
dalam campuran aspal porus.
9. Khalid, H. Perez Jimenez, F.K. 1994,
3. Perlu dilakukan uji coba penggunaan aspal Performance Assessment of Spanish and
poros untuk ruas – ruas jalan di Indonesia British Porous Asphalt, In Cabrera, JG. &
khususnya pada daerah dengan curah hujan Dixon, JR. (eds), Performance and
serta tingkat kecelakaan yang tinggi. Durability of Bitumenious
7
Materials, Proceding of Symposium,
University of Leeds, London.
10. Kandhal. S, Pratiwi & Mallick. B, Rajib.
1998. Open Graded Asphalt Friction Course
State Practice, Aubum University, Alabama,
USA.
11. Nurazwar. Z, Setiawan. E, Setiawati, Y.
2001. Studi Perilaku Campuran Aspal
Berpori Terhadap Proporsi Agregat Kasar.
Jurnal Penelitian Media Teknik No. 4
Tahun XXIII edisi Nopember 2001.
12. Penuntun Praktikum edisi ketujuh. 2011.
Laboratorium Rekayasa Transportasi
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
13. Sarwono. D, Wardhani. A. K. 2007.
Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran
Porous Asphalt. Jurnal penelitian Media
Teknik Sipil, Edisi Juli:131-138.
14. Setyawan, A. 2005. Design and Properties
of Hot Mixture Porous Asphalt for Semi
Flexible Pavement Application. Jurnal
Penelitian Media Teknik Sipil, Edisi Juli
2005, Surakarta.
15. Setyawan, A. 2005. Observasi Properties
Aspal Porus Berbagai Gradasi dengan
Material Lokal. Jurnal penelitian Media
Teknik Sipil, 15-20.
16. Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
raya. Bandung:Nova.
17. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran
Panas. Bandung:Granit.
18. Waru. T, Kresein. J. 2011. Kajian
Eksperimental Pada Aspal Porus Yang
Menggunakan Liquid Asbuton Sebagai
Bahan Pengikat Dan Agregat Kasar
Bergradasi Terbuka-Metode Jepang.