Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN PERKERASAN JALAN (P)

Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Mata Kuliah Perancangan


Perkerasan Jalan (P)
Dosen : Taufik Martha, S.T., M.T.

Oleh :
ISNI FITRIAWATI / 7011190004

3A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Perancangan
Perkerasan Jalan (P) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang mata kuliah Perancangan Perkerasan Jalan (P). Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan Perancangan Perkerasan
Jalan dari praktikum.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Taufik Martha, S.T., M.T.
selaku dosen mata kuliah Perancangan Perkerasan Jalan (P) yang telah
memberikan kegiatan praktikum ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
kegiatan praktikum ini. Saya menyadari laporan kegiatan praktikum yang saya
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan kegiaatan praktikum.

Ciamis, 21 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Waktu Pengujian


Hari : Senin-Selasa
Tanggal : 13 Juni – 14 Juni 2022
Tempat : Laboratoriun Teknik Sipil Universitas Galuh
1.2 Kompetensi yang dikembangkan
1. Melaksanakan, menguji dan melaporkan pengujian Marshall test
2. Melaksanakan, menguji dan menganalisis data
1.3 Tujuan
1. Menentukan kadar aspal optimum hasil rancangan dengan bahan campuran
AC-BC dengan berdasarkan Spesifikasi Umum RSNI
2. Untuk menentukan stabilitas dan pelelehan aspal berdasarkan benda uji
yang dibuat
3. Agar mahasiswa dapat melaksanakan pengujian Marshall test
4. Agar mahasiswa/i dapat menggambarkan grafik pelelehan dan stabilitas
aspal
5. Agar mahasiswa dapat Menghitung dan melaporkan hasil pengujian
Marshall test
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Jenis Campuran
Konstruksi perkerasan jalan lentur merupakan campuran antara
aspal dengan agregat. Campuran aspal dan agregat ini lebih dikenal
dengan campuran beraspal dan juga campuran beton aspal. Aspal dalam
campuran bersifat sebagai perekat dan pengisi, sedangkan agregat
berfungsi sebagai tulangan struktur perkerasan. Agak sulit untuk
melakukan klasifikasi yang cukup tegas terhadap jenis – jenis aspal /
campuran yang ada. Tidak sedikit campuran terkait perkerasannya dan
juga jenis campuran yang tergantung pada fungsinya.

Beberapa jenis campuran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Berdasarkan fungsi campuran pada struktur perkerasan


- Lapisan pondasi
- Lapisan permukaan
- Lapisan aus
- Lapiosan tertutup
b. Berdaskan kemampuan mendistribusikan beban
- Campuran yang memiliki nilai struktural
- Campuran yang tidak memuiliki nilai struktural
c. Berdasarkan metode konstruksinya
- Metode segregasi
- Metode pracampur, yang terbagi atas campuran panas ( Hot Mix ),
campuran hangat ( Warm Mix ) dan campuran dingin ( Cold Mix ).

Berikut beberapa jenis campuran yang cukup dikenal di Indonesia:

a) Lapen ( Lapis Penetrasi Makadam )


Campuran antara agregat dan aspal yang terdiri dari agregat pokok
dan agregat pengunci dengan gradasi terbuka dan seragam yang diikat
dengan aspal dengan cara disemprotkan diatas dan dipadatkan lapis demi
lapis. Biasa digunakan sebagai lapis pondasi dan lapis pwermukaan. Jika
digunakan sebagai lapis permukaan, maka perlu diberi lapisan penutup,
yang merupakan leburan aspal dengan agregat penutup. Campuran ini
mempunyai sifat kurang kedapair, kekuatan utama terletak pada sifat
saling interlocking antara batuan pokok dengan batuan pengunci, memiliki
nilai struktural, cukup kenyal dan memiliki permukaan yang kasar. Dapat
digunakan untuk perkerasan lama dan baru serta lalu lintas ringan dan
sedang. Campuran ini termasuk jenis segresi, yaitu proses pencampuran
dilakukan pada saat pengahamparan.
b) Latasir ( Lapis Tipis Aspal Pasir )
Campuran yamng memiliki / terdiri dari aspal dan pasir bergradasi
menerus yang dicampurkan pada suhu minimum 120º C dan dipadatkan
pada suhu minimum 120º C dan dipadatkan pada suhu 90º C - 110º C.
Berfungsi sebagai lapis penutup, lapisan aus memberikan permukaan jalan
yang rata dan licin. Campuran ini merupakan bentuk campuran pra campur
dengan campuran panas.
c) Buras ( Leburan Aspal )
Campuran yang terdiri dari aspal leburan pasir dengan ukuran
maksimum 3/8, berfungsi sebagai lapisan penutup menjaga permukaan
agar tidak berdebu, kedap air, tidak licin dan mencegah lepasnya butir
halus, termasuk konstruksi segresi.
d) Burtu (Leburan Aspal Satu Lapis )
Campuran ini sama dengan buras,tetapi leburan ini satu lapis
agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 20 mm. Berfungsi
menjaga permukaan agar tidak berdebu, mencegah air masuk dan
memperbaiki tekstur permukaan, digunakan pada jalan yang belum atau
sudah beraspal yang sudah stabil, mulai retak atau mengalami degradasi
dan dapat digunakan sampai lalu lintas berat.
e) Burda ( Leburan Aspal Dua Lapis )
Burda ini merupakan pengembangan dari Burtu, dimana lapisan
aspal ditaburi dan dikerjakan 2 kali secara berurutan dengan tebal
maksimal 35 mm. Berfungsi memebuat permukaan tidak berdebu,
mencegh masuknya air dan memperbaiki tekstur permukaan perkerasan.
Digunakan pada jalan ytang telah atau belum beraspal dan jalan tersebut
telah stabil dan rata mulai retak atau degradasi dan dapat digunakan
sampai lalu lintas berat.
f) Lasbutag (Campuran Asbuton Dingin)
Campuran yang terdiri atas campuran agregat asbuton dan bahan
peremaja yang tercampur, diaduk, diperam, dihamparkan dan dipadatkan
dalam keadaan dingin (tanpa pemanasan). Campuran ini merupakan jenis
yang memanfaatkan langsung aspal, yaitu aspal dari pulau buton (yang
disebut Asbuton).
g) Latasbum (Lapis Tipis Asbuton Murni)
Ini merupakan pengembangan dan memanfaatkan aspal alam
asbuton melakukan ekstraksi untuk mendapatkan aspal murni dari alam
atau batuan asbuton. Digunakan pada jalan raya telah beraspal yang telah
stabil dan rata serta mulai retak dan mengalami.
h) Laston ( Lapis Aspal beton )
Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus dengan
campuran / yang dicampurkan pada suhu minimum 115º C, dihamparkan
pada suhu minimum 110º C. Berfungsi sebagai pelindung / pendukung lalu
lintas, pelindung lapisan dibawahnya dari cuaca dan air, lapisan aus dan
menyediakan permukaan jalan rata dan tidak licin.
i) Laston atas ( Lapisan Aspal Pondasi Atas )
Campuran ini adalah penggunaan Laston sebagai lapisan pondasi
dan campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan
perbandingan tertentu dan di Campur pada suhu 90º C - 120º C dan
dipadatkan dalam keadaan panas. Berfungsi sebagai lapisan perkerasan
dan meneruskan beban kekonstruksi dibawahnya.
j) Laston Bawah (Lapisan Aspal Beton Pondasi Bawah)
Campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal yang
dicampur pada suhu minimum 80º C - 120º C dan dipadatkan pada suhu
minimum 80º C. Berfungsi sebagai perkerasan yang meneruskan beban
padsa konstruksi dibawahnya. Dipasang pada tanah dasar yang telah stabil
dan untuk mempercepat peningkatan jalan secara keseluruhan, terutama
pada konstruksi bertahap.
k) Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton)
Campuran ini menggunakan agregat bergradasi timpang, aspal dan
filler yang dicampur pada suhu tertentu, tergantung pada nilai penetrasi
aspal yang digunakan dan dipadatkan pada suhu minimal 148º C. Tebal
padatnya antara 2,5 cm – 3 cm.
l) Hot Rolled Aspalt HRA
Campuran ini adalah tipe campuran yang menggunakan agregat
bergradasi senjang. Campuran ini menggunakan sedikit agregat berukuran
sedang (2,36 –10 mm) dan matriks material halus dan aspal serta sedikit
agregat kasar (biasanya ukuran normal 14 mm).
m) Stone Mastis Aspalt (SMA)
Campuran SMA bergradasi kasar, seperti aspal Porous tetapi
rongganya terisi mortar agregat halus/filler/aspal. Hasilnya adalah suatu
campuran bergradasi senjang dengan ketahanan terhadap air dan memiliki
durabilitas tinggi.
Dari sekian banyak tipe-tipe campuran aspal dan agregat yang
paling umum campuran aspal beton (Asphatic Concrete) yang dikenal dg
AC atau laston dan campuran hot Rolled Asphalt (HRA)
AC merupakan susunan gradasi yang continue dari mutu material
mutu tinggi yang dicampur panas. Agregat yang lebih kecil mengisi ruang
antar agregat yang lebih besar, membenttuk struktur granular yang padat
dengan void yang sangat kecil
HRA adalah sand base mixture yang padat, kedap dan bergradasi
timpang, karena ada ukuran ada ukuran butir yang tidak terdapat dalam
campuran. Sedangkan ukuran agregat halus cukup banyak, maka agregat
kasar seolah-olah mengambang.

2.1.2 Kinerja campuran aspal dan agregat

Campuran aspal dan agregat untuk perkerasan jalan yang biasanya disebut
sebagai aspal beton merupakan suatu bahan lapis perkerasan jalan yang terdiri dari
campuran agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus serta bahan mineral
lainnya sebagai pengisi/filler dengan aspal sebagai bahan pengukat dalam
perbandingan yang proporsional dan teliti serta diatur dalam perencanaan
campuran.

a) Tahapan yang perlu diketahui dalam perencanaan campuran beraspal


adalah : Melakukan pemeriksaan terhadap aspal yang akan dipakai.
Pemeriksaan viskositas dan berat jenis aspal. Viskositas diperlukan untuk
menentukuan suhu campuran maupun suhu pemadatan.
b) Melakukan spesifikasi gradasi agregat yang akan dipakai yaitu suatu
persentase agregat yang lewat suatu saringan dengan ukuran tertentu.
c) Melakukan pemeriksaan mutu agregat yang akan dipakai.
d) Menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat sehingga mendapatkan
gradasi campuran yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan karena pada
umumnya agregat yang akan dipakai terdiri dari beberapa fraksi.
e) Jika mutu bahan sudah terpenuhi dan harga viskositas dari aspal serta
kombinasi fraksi sudah diketahui, kemudian dibuat campuran agregat
dengan berbagai kadar aspal selanjutnya dilakukan percobaan marshall
guna menentukan flow dan stabilitas campuran beraspal.

Syarat – syarat utama aspal beton yang bermutu baik adalah :

a) Campuran harus mempunyai nilai stabilitas yang cukup yaitu harus


sanggup menahan beban lalulintas tanpa terjadinya deformasi dalam
bentuk jejak roda (Rutting) atau rusak bergelombang akibat dorongan
beban roda kendaraan (Pushing)
b) Campuran tidak boleh retak–retak artinya harus mampu menahan
lendutan (Derection) yang mungkin timbul terhadap lapisan hamparan
atau permukaan tanpa mengalami kerusakan.
c) Campuran harus dapat bertahan lama (Durable) artinya tidak rusak atau
aus dibawah beban lalulintas dan kondisi cuaca.
d) Campuran harus cukup kekerasannya (Skid Resistance) dan harus tetap
seperti sedemikian selama masa pelayanannya.
e) Harus cukup ekonomis dalam artian murah namun kuat.

Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran agregat adalah

 Stabilitas

Stabilitas yaitu kemapuan campuran aspal sebagai bahan perkerasan


untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas tanpa terjkadi perubahan
seperti gelombang, alur ataupun Bleeding. Kebutuhan akan stabilitas
sejalan denagn jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang lewat.
Kekuatan atau stabilitas ini diharapkan dari sifat paling kuno
(Interkocking) antar agregat penyusunnya, kelekatan yang disumbangakan
oeh aspal dan adanya mortar.

Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan cara


mengusahakan :

- Agregat dengan gradasi yang rapat ( Dense Graded )

- Agregat dengan permukaan kasar

- Agregat berbentuk kubus

- Aspal dengan penetrasi rendah

- Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir


Yang perlu diperhatiakan adalah bahwa memaksimalkan nilai stabilitas
akan menyebababkan penurunan kinerja campuran lainnya. Pengukuran
stabilitas dilakukan melalui pengujian skala laboratorium yang dinamakan

Marshaal Test. Stabilitas: S = Kuat tekan

Dalam perkerasan jalan stabilitas yang diharapkan adalah stabilitas


yang memadai artinya tidak terlalu tinggi tidak juga terlalu rendah. :

Fc' = Flexural Streigh

Sumber kekuatan berbagai jenis campuran :

- Asphaltic Concrete : Kekuatan bersumber pada interlocking agregat

- Hot Rolled Asphalt : Kekuatan bersumber pada mortal campuran

- Split Mastic Asphalt : Kekuatan pada mortal campuran

- Macadam : Kekuatan diperoleh pada pelaksanaan

 Durabilitas

Durabilitas adalah ketahanan suatu campuran terhadap disintegrasi karena


beban lalu lintas dan berbagai faktor lingkungan (cuaca, air dan perubahan
suhu). Makin besar besar potensi terhadap berbagai agregat, makin besar
durabilitasnya. Aspal menyelimuti agregat dalam bentuk film aspal untuk
melindungi dari air, sehingga air tidak dapat masuk kedalam agregat.

Aspal juga mengisi rongga udara, sehingga rongga udara berkurang dan
menghindari terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebkan aspal menjadi
rapuh dan getas. Namun ada batasan minimum rongga udara terisi aspal untuk
menghindari terjadinya Bleeding.

Durabilatas dapat menurun disebabkan oleh :

a) faktor eksternal : Udara, panas, air/uap air (oksidasi)


b) faktor internal : Aspal, agregat (kehancuran secara mekanis)
Faktor yang mempengaruhi durabilitas aspal beton adalah :

a) VIM (Void in Mineral Mixture ) atau rongga dalam campuran kecil


sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran yang
menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuh / getas
b) VFA (void in mineral agregat ) atau rongga dalam agregat, dalam suatu
campuran aspal yang telah dipadatkan termasuk di dalam nya rongga yang
terdidri aspal efektif. Jika VMA besar maka film aspal dapat dibuat tebal.

Untuk memaksimalkan durabilitas dilakukan dengan cara :

- Campuran aspal beton mempunyai kandungan aspal yang cukup untuk


menyelimuti semua agregat.

- Aspal yang cukup untuk mengisi ruang udara diantara agregat (kedap air)

- Flow ( kelelehan ) perubahan bentuk platis suatu campuran yang terjadi akibat
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01 ”

- VFB ( Void filled with bitumen ) rongga terisi aspal, bagian dari rongga volume
didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif dinyatakan dl dalam % VMA

Ketahanan diharapkan meningkat dengan adanya proteksi aspal terhadap


agregat yang makin besar.untuk memaksimumkan durabilitas dilakukan dengan
cara :

a) campuran aspal beton mempunyai kandungan aspal yang cukup


menyelimuti semua partikel agregat.
b) Aspal yang cukup untuk mengisi ruang udar diantara agregat.

 Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah campuran beraspal sebagai bahan perkerasan
menahan lendutan tanpa terjadi retak dan perubahan volume. Fleksibilitas
suatu campuran dapat diperoleh dengan :
a) Penggunaan agergat bergradasi senjang sehingga memperoleh VMA ynag
besar.
b) Penggunaan aspal lunak (penetrasi yang tinggi).
c) Penggunaan aspal yang cukup banyak ,sehingga diperoleh VIM ynag
kecil.

Untuk memaksimalkan fleksibilitas, harus digunakan dengan gradasi terbuka


( Open Groded ), karena itu harus kompromi dengan stabilitas campuran, dimana
campuran yang menggunakan agregat bergradasi terbuka yang stabil
dibandingkan dengan campuran yang menggunakan bergradasi rapat. Fleksibilitas
suatu campuran beraspal dapat dinilai dengan menggunakan rasioantara stabilitas
Marshall dengan kelelehan ( Flow ), yang dikenal dengan nama Marshall
Questient. Semakin besar MQ semakin kaku campuran dan sebaliknya

 Kedap air
Kemampuan permukaan perkerasan untuk menahan rembesan air
kedalam perkerasan, permukaan perkerasan dapat kedap air, dilakukan
dengan cara :
a) Menggunakan gradasi tepat.
b) Manambah kadar aspal.
 Kekerasan (skid Resistence )
Adalah kemampuan permukaan lapis keras untuk menghindari
kendaraan yang melalui diatasnya agar tidak terjadi bleding / sleping
( tergenlincir ) keluar saat permukaan basah, nilai kerekatan yang tinggi
dapat diperoleh dengan cara :
a) Menggunakan agregat yang miknoteklstur tinggi dan nilai abrasi
rendah.
b) Membuat kondisi permukaan mempunyai mikroteksture tinggi
misalnya dengan menambah ” hipping”
 Kelemahan ( Fatique resistence )
Adalah kemampuan pekerasan untuk mendukung beban (load
resistance). Dari beban lalu lintas tanpa mengalami retak. Nilai Fatique
resistence dapat dinaikan dengan cara :
a) Memperingat kadar aspal.
b) Mempertebal lapis permukaan.
c) Memperkecil rongga terhadap campuran

Beberapa cara menentukan kadar aspal dalam campuran :

1. Metode Luas permukaan

a) Cara California

P = 0,015 a + 0,036 b + 0,17 c + C

Dimana :

P = Persentase aspal dalam campuran dalam perbandingan berat

s = Persentase agregat tertahan # 10 mm

b = Persentase agregat lolos # 10 mm tertahan # 200 mm

c = Persentase agregat yang lolos # 200 mm

b) Cara Myoming

P = 1,3 ( 0,015 a + 0,036 b + 0,17 c )

c) Cara lain menurut persamaa


P = S×K×T
Dimana :
P = Persentase aspal yang diperlukan
S = Faktor koreksi, karena butiran berbeda
S = 2,65 / U
K = Faktor koreksi karena diperlukan untuk menyelubungi seluruh
Luas permukaan butiran

2. Percobaan Laboratorium

- Percobaan Marshall

- Percobaan Hven

SNI = Standar Nasional Indonesia

BS = British Standar

AI = Aspalt Institute

3. Kadar aspal optimum dengan metode marshall

Beberapa persyaratan teknis dan ekonomis sebagai berikut :

 Cukup jumlah aspal untuk menjamin keawetan pekerasan.


 Cukup stabilitas sehingga dapat menerima beban lalu lintas tanpa
mengalami dan terjadinya perubahan bentuk (deformation).
 Cukup rongga dalam total campuran untuk memungkinkan tambahan
pemadatan dilapangna akibat beban lalu lintas.
 Cukup fleksibel sehingga memungkinkan perubahan bentuk tanpa terjadi
retakan.

Fungsi aspal dalam campuran adalah sebagai perekat ( hinder ) dan pengisi
( filler ). Dengan fungsi ini maka jumlah aspal dalam campurannya terlalu sedikit
akan mengakibatkan kurang berfungsinya sifat perekat dan pengisi yang akan
mengakibatkan berkurangnya ikatan antara agregat ( Interlocking ) dan massa dan
masuknya air dalam rongga. Sedangkan jumlah air yang berlebihan akan
menyebabkan Bleeding yang dengan gesekan ban roda kendaraan memprcepat
pengelupasan dari agregat dan aspal dari agregat sehingga terjadi lubang dan
berkurangnya ikatan antar agregat.
Keuntungan dari metode Marshall :

 Dapat digunakan untuk campuran perencanaan pada kondisi yang


berbeda–beda dengan cara sederhana.
 Bahan – bahan yang digunakan akan dapat dipertimbangkan sekalipun
dibawah mutu standar.
 Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan untuk mengontrol sesuatu yang
direncanakan

Kerugian Metode Marshall :

 Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk satu jenis campuran.


 Tidak dapat digunakan setiap umum pada setiap campuran.
 Alat – alat labor yang digunakan harus dengan ketelitian dan ditangani
tenaga ahli.
 Tempertaur percobaan reletif tinggi.

Adapun langkah – langkah metode Marshall :

1. a = % aspal terhadap batuan


2. b = % aspal terhadap campuran
3. c = berat setelah dicetak (gr)
4. d = berat benda uji dalam keadaan jenuh (SSD)
5. e = berat benda uji dalam air (gr)
6. f = berat jenis ( d-c)
7. g = Berat jenis benda uji ( f – c )
8. Kepadatan agregat yang dipadatkan ( Sn )
9. Persen rongg terhadap campuran ( VMA )
10. Berat jenis campuran Max Teoritis
11. Persen rongga terhadap campuran ( VMA ) = 100 – 100 × ( h / j )
12. Persen rongga terhadap agregat ( VIM )
13. Persen rongga terisi aspal
14. Faktor koreksi sampel ( lihat tabel koreksi )
15. Bacaan Stabilitas
16. Bacaan Stabilitas setelah koreksi = o × n
17. Flow ( mm )
18. MQ ( kg/ml )
19. Bj Bulk Agregat Gabungan
20. Bj Efektif Agregat Gabungan
21. Berat jenis aspal
BAB III
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL

3.1 Pembuatan Benda Uji

3.1.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan benda uji (Blending)
adalah sebagai berikut :
1. Alat
Adapun alat yang digunakan untuk pembuatan Benda Uji (Blending)
adalah sebagai berikut :
 Cetakan berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm lengkap dengan
pelat atas dan leher sambung
 Mesin penumbuk manual dan Mekanis yang mempunyai permukaan
rata yang berbentuk slinder dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh
bebas 45, 7 cm
 Landasan pemadat terdiri dari balok katu ( jati/ sejenisnya )
 Alat pengeluar benda uji Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah
dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat akstruder
yang berdiamter 10 cm
 Alat Marshall - Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang
mampu memvariasi sampai 200 o c ( + 3o-C)
 Waterbath
 Timbangan digital dan timbangan biasa
 Metal Thermometer Berkapasitas 250oc dan 100oC dengan
ketelitian 1 % dari kapasitasnya.
 Panel - Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
aspal.
 Sendok Pengaduk
 Spatula
 Sarung tangan
 Masker
 Kantong plastik ukuran 2 kg
 Kuali
 Kompor gas
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan benda uji (Blending)
adalah sebagai berikut :
a. Agregat Halus
b. Agregat Kasar
c. Aspal
3.1.2 Prosedur pengujian
Prosedur pengujian yang dilakukan dalam pembuatan benda uji
(Blending) adalah sebagai berikut :
1. Analisa saringan
A. Keringkan agregat pada suhu 105oC – 110 oC, minimum
selama 4 jam, keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu
sampai beratnya tetap.
B. Pisah-pisahkan agregat kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki
( sesuai spek) dengan cara penyaringan. Spek yang digunakan
adalah spesifikasi campuran Bina Marga No. IV Menyiapkan
agregat sesuai saringan dibawah ini
 Berat tertahan 19,1 ( ¾ ” )
 Berat tertahan 12,7 ( ½ ” )
 Berat tertahan 9,52 ( 3/8” )
 Berat tertahan 4,76 ( no 4 )
 Berat tertahan 2,36 ( no 8 )
 Berat tertahan 0,59 ( no 30 )
 Berat tertahan 0,28 ( no 50 )
 Berat tertahan 0,15 ( no 100)
 Berat tertahan 0,074 ( 200 )
C. Menyiapkan 30 kantong plastik serta timbangan.
D. Memasukkan agregat kedalam kantong plastilk dengan takaran
seperti yang diatas dibagi dengan 30 / takaran
E. Lakukan penyaringan tersebut hingga didapatkan agregat
dengan ukuran sesuai spek sebanyak yang diinginkan.
F. Untuk mengetahui beberapa banyak agregat yang dibutuhkan
maka caranya :
G. Lihatlah tabel spesifikasi campuran yang digunakan (No.IV)
H. Jumlah batas gradasi masing-masing ukuran saringan kemudian
dibagi dengan dua, sehingga didapatkan % lolo untuk tiap-tiap
saringan.
I. Setelah semua agregat dimasukkan dalam kantong hingga
menjadi 30 bagian, maka ikat kantong plastik dengan rapi. Berat
masing – masing kantong berisi agregat 1200 gr.
2. Penimbangan Benda Uji
 Benda Uji yang telah dipisahkan sesuai ukurannya kemuidian
ditimbang mulai dari ukuran terbesar sampai terkecil (termasuk
filler) sebanyak 1200 gr.
 Masukan hasil penimbangan kedalam satu kantong plastik
ukuran 2 kg, kemudian ikat dengan karet gelang
 Buatlah benda uji sebanyak sampel yang dibutuhkan (30 buah +
5 sebagai dangan).
3. Pencampuran
A. Setelah semua bahan untuk campuran selesai disediakan denga
dihitung tadi ( sebanyak 1200 gr dengan gradasi tertentu ).
B. Sambil menunggu agregat dipanaskan maka timbang cawan kosong
(b). Suhu pemanasan agregat adalah 178º C.
C. Setelah itu maka masukkan agregat kedalam wadah lalu timbang (e).
D. Panaskan lagi cawan berisi agregat hingga mencapai suhu
pencampuran 178º C.
E. Setelah itu, hentikan pemanasan tungku dan siramkan aspal sebanyak
5,5 gr kedalam wadah tadi sambil diaduk terus. Jaga suhu agar tidak
turun yang akan mengakibatkan aspal mengeras. Jaga sampel sampai
suhu pencampuran mencapai 1723º C. Aspal yang disiramkan terlebih
dahulu sudah dipanaskan.
F. Setelah suhu 172º C maka lakukan pemadatan benda uji.
4. Pemadatan Benda uji
A. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu 172º C.
B. Letakkan cetakan diatas landasan pemadatan dan tahn dengan
penahan cetakan.
C. Letekkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan kedasar cetakan . Jangan lupa
mengoleskanoli pada cetakan dan kertas agar aspal tidak melekat.
D. Masukkan seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk – tusuk
campuran keras – keras dengan spatula yang dipanaskan 15 kali
sekeliling pinggiran dan 10 ali ditengah.
E. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 2 kali 75
tumbukan (untuk laliu lintas berat). Dengan tinggi jatuh 457,2 mm
selama pemadatan usahakan tumbukan tegak agar benda uji terbentuk
dengan baik.
F. Lepaskan plat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji
dibalikkan dan pasang kembali plat alas berikut leher sambung pada
cetakan yang dibalikkan tadi.
G. Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tersebut.
H. Lepaskan kepingan alat dan pasnaglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujungnya.
I. Keluarkan dengan hati hati dan letakkan benda uji diatas permukaan
rata dan biarkan selama ± 24 jam pada suhu ruang.
J. Dinginkan dengan kipas angin bila diperlukan.
K. Setelah dingin maka keluarkan benda uji dari cetakan dengan bantuan
Extruder lalu ukur dimensi benda uji Marshall tersebut.
5. Pengujian Campuran
 Pengujian Volumetrik
Pengujian berat jenis campuran
 Ø Timbang benda uji kering sehingga dapat berat benda
uji kering (BK).
 Ø Rendam benda uji dalam bak perendam pada suhu 25º
C selama 3 menit kemudian lap permukaannya lalu
timbang maka dapat berat SSD.
 Ø Kemudian timbang benda uji didalam air timbangan
pegas.
 Ø Hitung tebal benda uji dengan menggunkan jangka
sorong.
 Pengujian Marshall
 Ø Rendam benda uji dalam bak perendam selama 30 menit dengan
suhu tetap 60º C untuk benda uji yang menggunakan aspal padat.
 Ø Keluarkan benda uji dari bak perendam dan letakkan kedalam
segmen bawah kepada penekan dengan catatan waktu yang
diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam
sampai terjadinya beban maksimal tidak boleh lebih dari 30 detik.
 Ø Pasang segmen diatas benda uji dan letakkannya keseluruhan
kedalam mesin penguji.
 Ø Pasang arloji pengukur kelelehan ( flow ) pada kedudukannya
diatas salah satu batang penurunandan atur kedudukan jarum
petunjuk pada angka nol.
 Ø Naikkan kepala penekan beserta benda uji hingga menyentuh
kepala alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
 Ø Atur kedudukan angka arloji pada nol.
 Ø Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan sekitar
50 mm/menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji
tekan dan catat pembebanan maksimum atau stanilitas yang
tercapai. Koreksilah beban dengan menggunakan faktor koreksi
perkalian yang bersangkutan dari tabel 2 bila benda uji tebalnya
kurang dari 63,5 cm.
 Ø Catat nilai kelelehan atau flow yang diyunjukkan oleh jarum
arlogi pengukuran kelelehanyang diperlukan dan saat diangkatnya
benda uji dari rendaman air sampai tercapai beban maksimum
tidak boleh lebih dari 30 detik.
 Ø Lakukan pengolahan data untuk VIM, VMA, VFA serta
kepadatan dengan menggunakan rumus serta data yang ada.
3.1.3 Analisis Data
1. Analisa Campuran Agregat (BLENDING)
Material :

Berat Material :

Saringan Persentase Tertahan (%) Persentase


Lolos (%)

N Ukura Cawan B. B. Berat Persenta %


o n + Tertaha Tertaha Komulat se Lolo
(mm) Agreg n n if Lolos s
at (gr) (%) Rata
Rata

1" 25 175 0 0,00 0 100,00

3/4" 19 175 0 0,00 0,00 100,00

1/2" 12,5 175 0 0,00 0,00 100,00

3/8" 9,5 175 0 0,00 0,00 100,00

4 4,75 175 0 0,00 0,00 100,00

8 2,36 509,9 334,9 22,88 22,88 77,12


16 1,18 679,3 504,3 34,46 57,34 42,66

30 0,6 501,7 326,7 22,32 79,67 20,33

50 0,3 322,2 147,2 10,06 89,72 10,28

100 0,15 271,3 96,3 6,58 96,30 3,70

200 0,075 229,1 54,1 3,70 100,00 0,00

Pan 175 0 0,00 100,00 0,00

Material :

Berat Material :

Saringan Persentase Tertahan (%) Persentase Lolos


(%)

No Ukura Cawan B. B. Berat Persentas %


n + Tertaha Tertaha Komulat e Lolos
(mm) Agrega n n if Lolos Rata
t (gr) (%) Rata

1" 25 175 0 0,00 0 100,00 1


00

3/4" 19 175 0 0,00 0,00 100,00 1


00

1/2" 12,5 175 0 0,00 0,00 100,00 1


00

3/8" 9,5 175 0 0,00 0,00 100,00 1


00

4 4,75 175 0 0,00 0,00 100,00 1


00

8 2,36 558 383 24,24 24,24 75,76 7


6
16 1,18 718,6 543,6 34,40 58,63 41,37 4
2

30 0,6 518 343 21,70 80,34 19,66 2


0

50 0,3 325,2 150,2 9,50 89,84 10,16 1


0

100 0,15 278,2 103,2 6,53 96,37 3,63 4

200 0,075 232,3 57,3 3,63 100,00 0,00 0

Pan 175 0 0,00 100,00 0

Material :

Berat Material :

Saringan Persentase Tertahan (%) Persentase Lolos


(%)

No Ukura Cawa B. B. Berat Persenta %


n n+ Tertaha Tertaha Komulat se Lolos
(mm) Agreg n n if Lolos Rata
at (gr) (%) Rata

1" 25 175 0 0,00 0 100,00  

3/4" 19 175 0 0,00 0,00 100,00  

1/2" 12,5 175 0 0,00 0,00 100,00  

3/8" 9,5 403,6 228,6 5,55 5,55 94,45  

4 4,75 2876,7 2701,7 65,64 71,19 28,81

8 2,36 1253,5 1078,5 26,20 97,40 2,60  

16 1,18 257,2 82,2 2,00 99,39 0,61  

30 0,6 188 13 0,32 99,71 0,29  


50 0,3 180 5 0,12 99,83 0,17  

100 0,15 179 4 0,10 99,93 0,07  

200 0,075 178 3 0,07 100,00 0,00  

Pan              

Material :

Berat Material :

Saringan Persentase Tertahan (%) Persentase Lolos


(%)

No Ukura Cawa B. B. Berat Persenta %


n n+ Tertah Tertah Komula se Lolos
(mm) Agreg an an tif Lolos Rata
at (gr) (%) Rata

1" 25 175 0 0,00 0 100,00 100

3/4" 19 175 0 0,00 0,00 100,00 100

1/2" 12,5 175 0 0,00 0,00 100,00 100

3/8" 9,5 370,3 195,3 5,58 5,58 94,42 94

4 4,75 2517,3 2342,3 66,96 72,55 27,45 28

8 2,36 1037 862 24,64 97,19 2,81 3

16 1,18 249,6 74,6 2,13 99,32 0,68 1

30 0,6 187,3 12,3 0,35 99,67 0,33 0

50 0,3 179,5 4,5 0,13 99,80 0,20 0

100 0,15 178,8 3,8 0,11 99,91 0,09 0

200 0,075 178,1 3,1 0,09 100,00 0,00 0

Pan           0
Material :

Berat Material :

Saringan Persentase Tertahan (%) Persentase


Lolos (%)

No Ukura Cawan B. B. Berat Persenta %


n + Tertaha Tertaha Komulat se Lolo
(mm) Agreg n n if Lolos s
at (gr) (%) Rata
Rata

1" 25 175 0 0,00 0 100,00  

3/4" 19 175 0 0,00 0,00 100,00  

1/2" 12,5 3357,9 3182,9 64,16 64,16 35,84  

3/8" 9,5 1713 1538 31,00 95,17 4,83  

4 4,75 389,3 214,3 4,32 99,49 0,51  

8 2,36 190,9 15,9 0,32 99,81 0,19  

16 1,18 177,8 2,8 0,06 99,87 0,13  

30 0,6 176,6 1,6 0,03 99,90 0,10  

50 0,3 176,1 1,1 0,02 99,92 0,08  

100 0,15 177 2 0,04 99,96 0,04  

200 0,07 176,9 1,9 0,04 100,00 0,00


5  

Pan       0,00      
Material :

Berat Material :

Saringan Persentase Tertahan (%) Persentase Lolos


(%)

No Ukura Cawan B. B. Berat Persenta %


n + Tertaha Tertaha Komulat se Lolos
(mm) Agregat n n if Lolos Rata
(gr) (%) Rata

1" 25 175 0 0,00 0 100,00 100,00

3/4" 19 175 0 0,00 0,00 100,00 100,00

1/2" 12,5 3031,6 2856,6 63,06 63,06 36,94 36,39

3/8" 9,5 1614,1 1439,1 31,77 94,83 5,17 5,00

4 4,75 371,5 196,5 4,34 99,17 0,83 0,67

8 2,36 205,4 30,4 0,67 99,84 0,16 0,17

16 1,18 177,7 2,7 0,06 99,90 0,10 0,12

30 0,6 175,7 0,7 0,02 99,92 0,08 0,09

50 0,3 175,8 0,8 0,02 99,94 0,06 0,07


100 0,15 176,4 1,4 0,03 99,97 0,03 0,04

200 0,07 176,5 1,5 0,03 100,00 0,00 0,00


5

Pan             0

Saringan Gradasi Agregat Kombinasi % Lolos


Agregat
No Ukuran a (0-5) b (5- c (13- d
(mm) 13) 19)
Spesifikasi

1" 25           BB   BA

3/4" 19 100, 100,00 100, 100,00 100,00 100 - 100


00 00

1/2" 12,5 100, 100,00 36,3 100,00 90,46 90 - 100


00 9

3/8" 9,5 100, 94,43 5,00 100,00 84,41 77 - 90


00

4 4,75 100, 28,13 0,67 100,00 67,85 53 - 69


00

8 2,36 76,4 2,71 0,17 100,00 48,95 33 - 53


4

16 1,18 42,0 0,64 0,12 100,00 29,86 21 - 40


1

30 0,6 20,0 0,31 0,09 100,00 17,89 14 - 30


0

50 0,3 10,2 0,18 0,07 100,00 12,57 9 - 22


2

100 0,15 3,66 0,08 0,04 100,00 9,00 6 - 15

200 0,075 0,00 0,00 0,00 100,00 7,00 4 - 9

Pan                  

Perbandingan Hot bin 3 (13-19 mm)    


campuran dari Hot bin 2 (5-13 mm)
persentase berat Hot bin 1 (0-5 mm) Semen 54 %
total agregat Total 24 %

15 %

7 %

100 %

Grafik Agregat Gabungan


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
10 1 0.1
0.01
Ukuran Saringan (mm)
Gradasi Gabungan Batas Atas Batas Bawah
2. Perhitungan Aspal Panas

Perhitungan yang dilakukan menggunakan metode Trial and Eror dalam


mencari komposisi agregat. Prosedur perhitungan dilakukan sebagai berikut :

a. Pastikan data yang telah ada sudah benar, dalam hal ini data diambil
adalah presentase lolos agregat kasar dan halus dari perhitungan
sebelumnya, Analysis saringan agregat kasar dan agregat halus.

Tabel 1. Data Analysis Saringan Agregat Kasar dan Halus

Persentase Lolos (%)

Saringan Analysis Saringan

No Ukuran Agregat Agrega Agregat Filler


Halus t Kasar
Sedang

1" 25 100,0 100,0 100,0 100,0

3/4" 19 100,0 100,0 100,0 100,0

1/2" 12,5 100,0 100,0 36,4 100,0

3/8" 9,5 100,0 94,4 5,0 100,0

4 4,75 100,0 28,1 0,7 100,0

8 2,36 76,4 2,7 0,2 100,0

16 1,18 42,0 0,6 0,1 100,0

30 0,6 20,0 0,3 0,1 100,0

50 0,3 10,2 0,2 0,1 100,0

100 0,15 3,7 0,1 0,0 100,0

200 0,075 0,0 0,0 0,0 100,0


Pan   0,0 0,0 0,0 0,0

b. Tabel 2 tentukan presentase fraksi agrgat kasar (%CA) dan halus (%FA)
menggunakan metode trial and eror

% FA= 54 (Agregat Halus)

% MA = 24 (Agregat Sedang)

% CA = 15 (Agregat Kasar)

% Filler = 7 (Filler)

c. Tabel 3 kalikan persentase agregat lolos setiap saringan dengan nilai


persentase fraksi %CA (Agregat Kasar) dan %FA (Agregat Halus)

Saringan Lolos (%) % G.


Gabun
No Ukura A. Halus A. A. Kasar A. g an
n Sedan Filer
g

1" 25          

3/4" 19 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00

1/2" 12,5 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00

3/8" 9,5 100,0 94,4 36,4 100,0 89,12

4 4,75 100,0 28,1 5,0 100,0 68,50

8 2,36 76,4 2,7 0,7 100,0 49,03

16 1,18 42,0 0,6 0,2 100,0 29,87

30 0,6 20,0 0,3 0,1 100,0 17,89

50 0,3 10,2 0,2 0,1 100,0 12,57

100 0,15 3,7 0,1 0,1 100,0 9,01


200 0,075 0,0 0,0 0,0 100,0 7,01

Pan           0,00

d. Jumlah hasil kali dari agregat kasar dan halus setiap saringan kemudian
bandingkan dengan batas gradasi gabungan setiap saringannya yang
nilainya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Karena bahan aspal yang
digunakan adalah Laston (AC) dengan Wearing Course (WC), maka batas
gradasi ditentukan dengan tabel berikut:

Tabel 4. % Berat yang lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran

Lataston (HRS)

Ukuran Ayakan Latasir Laston (AC)


Gradasi Senjang Gradasi Semu

Senjang Senjang2

ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC Base W BC Base

1.5" 37,5                 100

1" 25 100 90-

              100

3/4" 19 100 100 100 10 100 100 10 90-100 76-90

0 0

1/2" 12,5     90-100 90-100 87-100 90-100 90-100 75-90 60-78

3/8" 9,5 90 – 100   75-85 65-90 55-88 55-70 77-90 66-82 52-71

4 4,75             53-69 46-64 35-54

8 2,36   75-100 50-72.3 35-55.3 50-62 32-44 33-53 30-49 23-31

16 1,18     35-60 15-35     21-40 18-38 13-30


30 0,6         20-45 15-35 14-30 12-28 10-22

50 0,3         15-35 5-35 9-22 7-20 6-15

100 0,15             6-15 5-13 4-10

200 0,075 10-15 9-13 6-10 2-9 6-10 4-8 4-9 4-18 3-7

Pan                    

e. Tabel 5. Batas Kontrol Fraksi Agregat


Saringan Fraksi Batas Batas
Agregat Bawah Atas Keterangan
NO Ukuran
(mm)

1"     100 100  

3/4" 19 100,00 100 100 Terpenuhi

1/2" 12,5 100,00 90 100 Terpenuhi

3/8" 9,5 89,12 77 90 Terpenuhi

4 4,75 68,50 53 69 Terpenuhi

8 2,36 49,03 33 53 Terpenuhi

16 1,18 29,87 21 40 Terpenuhi

30 0,6 17,89 14 30 Terpenuhi

50 0,3 12,57 9 22 Terpenuhi

100 0,15 9,01 6 15 Terpenuhi

200 0,075 7,01 4 9 Terpenuhi

Pan          

Apabila telah memenuhi batas gradasi tersebut, maka nilai fraksi yang telah
diasumsikan dapat digunakan. Jika belum, maka asumsi nilai fraksi harus dirubah
hingga memenuhi batas gradasi.
f. Grafik Gabungan Agregat

Grafik Agregat Gabungan


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
100 10 1
0.1 0.01
Ukuran Saringan (mm)
Gradasi Gabungan Batas Atas Batas Bawah

g. Tentukan nilai kadar aspal dengan menggunakan rumus:


P𝑏 = 0.035 𝑥 (%𝐶𝐴) + 0.045𝑥 %𝐹𝐴 + 0.18 𝑥 𝐹𝐹 + k
K = Antara 0.5 sd 1 (Kadar Aspal)
FF = Berat Pan tertahan pada wadah
% CA = Persentase Fraksi agregat kasar
% FA = Persentase fraksi agregat halus
K = 0.5 %
FF =5%
FA = 54 %
MA = 24 %
CA = 16 %
P𝑏 = 0.035 𝑥 (55%) + 0.045𝑥 24 + 16% + 0.18 𝑥 5% + 0.5 %
Pb = 5.09 %
Nilai Kadar Aspal Masing-masing Sampel:
Contoh Penggunaan Rumus
Sampel 1 ((Pb-0.5)*1200 =5.09% - 0.5%) x 1200 = 55.5 gram
Pb = 55.08 gr
Sampel 2 ((Pb x 1200 = 5.09% xx1200 = 61.5 gram
Pb = 61.08 gr
Sampel 3 ((Pb + 0.5) x 1200 =5.09% + 0.5%) x 1200 = 67.5 gram
Pb = 67.080 gr
h. Kemudian tentukan berat agregat pada masing masing sampel, yang
apabila dijumlah mencapai 1200 gram menggunakan persamaan berikut:
Sampel 1 = (1200 - (a)) x %CA atau %MA atau %FA atau %FF
Sampel 2 = (1200 - (b)) x %CA atau %MA atau %FA atau %FF
Sampel 3 = (1200 - (c)) x %CA atau %MA atau %FA atau %FF

Perhitungan : Perhitungan :

A. Nilai Agregat Kasar (FA) C. Nilai Agregat Halus (CA)


Sampel 1 Sampel 1
= (Campuran a) x % FA = Campuran a) x % CA
= (1200 -55.5) x 55% = (1200 -55.5) x 16%
= 618.2568 gram = 183.1872 gram
Sampel 2 Sampel 2
= (Campuran b) x % FA = (Campuran a) x %CA
= (1200 -61.5) x 55% = (1200 -61.5) x 16%
= 615.0168 gram = 182.2272 gram
Sampel 3 Sampel 3
= (Campuran c) x % FA = (Campuran a) x % CA
= (1200 -67.5) x 55% = (1200 -67.5) x 16%
= 611.7768 gram = 181.2672 gram

B. Nilai Agregat Sedang (MA) D. Nilai Agregat Filler (FF)


Sampel 1 Sampel 1
= (Campuran a) x % MA = (Campuran a) x % FF
= (1200 -55.5) x 24% = (1200 -55.5) x 5%
= 274.7808 gram = 57.246 gram
Sampel 2 Sampel 2
= (Campuran b) x % MA = (Campuran a) x % FF
= (1200 -61.5) x 24% = (1200 -61.5) x 5%
= 273.3408 gram = 57.246 gram
Sampel 3 Sampel 3
= (Campuran c) x % MA = (Campuran a) x % FF
= (1200 -67.5) x 24% = (1200 -67.5) x 5%
= 271.9008 gram = 57.246 gram

i. Membuat Grafik nilai persentase lolos saringan analisis agregat dengan


nilai batas maksimum dan batas minimum dari amplop gradasi agregat
gabungan dan buatlah juga rekapitulasi perhitungannya (table).

Nilai Nilai Nilai agregat Nilai Nilai


Nilai kadar agregat Sedang (gr) agregat Filler
Sampel  
Pb % aspal kasar halus (gr)
(gram) (gr) (gr)

Sampel 1   5,09 55,08 618,26 274,78 183,19 57,25


Sampel 2   5,09 61,08 615,02 273,34 182,23 57,25

Sampel 3   5,09 67,08 611,78 271,90 181,27 57,25

j. Persiapan Jumlah Berat Agregat untuk Sampel Uji (BLENDING 1)


Saringan % % Berat Nilai Berat
Agregat Tertahan Agregat Sampel
No Ukuran Satuan
Gabungan Rencana Rencana
Rencana

1" 25          

3/4" 19 100,00 0 1200 0,00 gr

1/2" 12,5 100,00 0 1200 0,00 gr

3/8" 9,5 89,12 10,879 1200 130,54 gr

4 4,75 68,50 20,620 1200 247,44 gr

8 2,36 49,03 19,473 1200 233,68 gr

16 1,18 29,87 19,161 1200 229,94 gr

30 0,6 17,89 11,976 1200 143,72 gr

50 0,3 12,57 5,315 1200 63,79 gr

100 0,15 9,01 3,568 1200 42,81 gr

200 0,075 7,01 2,002 1200 24,02 gr

Pan     7,01 1200 84,06  

k. Jumlah Berat Agregat Ideal untuk Sampel Uji (BLENDING 2)


Saringan % Batas % Berat Nilai Berat Satuan
No Ukuran Tengah Tertahan Agregat Sampel
Agregat Rencana Rencana

1" 25          

3/4" 19 100,000 0,00 1200 0,00 gr

1/2" 12,5 95,000 5,00 1200 60,00 gr

3/8" 9,5 83,500 11,50 1200 138,00 gr

4 4,75 61,000 22,50 1200 270,00 gr

8 2,36 43,000 18,00 1200 216,00 gr

16 1,18 25,500 17,50 1200 210,00 gr

30 0,6 22,000 3,50 1200 42,00 gr

50 0,3 14,500 7,50 1200 90,00 gr

100 0,15 10,500 4,00 1200 48,00 gr

200 0,075 6,500 4,00 1200 48,00 gr

Pan     5,00 1200 60,00 gr


Benda Uji Berat Benda Uji Kepadatan Berat Stabilitas Flow Marshall
% thd Tinggi Berat Isi Jenis Bacaan Stabilitas Bacaan Quotient
Berat Benda Berat B. dlm Isi Benda Benda Campura VFWA VIM VMA VFB VITM Stabilitas Terkorek Nilai Pelelehan (MQ)

MQ
SSD
NO Campura Uji Keing Air Uji Uji n si Stabilitas
n Aspal Maximu
% cm gr gr gr cc gr/cc - - - - % % % Divisi kg kg mm kg/mm
a b c d e f= d-e g=c/f h i j k l m n o p q=p*cor r s=q/r

FLOW
1 4.59 7.22 1215 1230 640 590 2.06 2.37 9.09 77.66 13.25 22.34 40.684 13.073 183 498.0 408.4 6.2 65.9
2 4.59 7.49 1240 1265 660 605 2.05 2.37 9.05 77.29 13.66 22.71 39.837 13.484 144 391.9 321.4 10.9 29.5
3 4.59 7.62 1250 1290 685 605 2.07 2.37 9.12 77.92 12.97 22.08 41.292 12.965 137 372.9 305.7 10.4 29.4
4 5.09 7.27 1235 1230 650 580 2.13 2.38 10.42 79.88 9.70 20.12 51.792 10.382 240 653.2 535.6 9.5 56.4

STABILITAS
5 5.09 7.21 1235 1260 685 575 2.15 2.38 10.51 80.57 8.91 19.43 54.111 9.602 283 770.2 631.6 9.6 65.8
6 5.09 7.03 1225 1250 685 565 2.17 2.38 10.61 81.34 8.05 18.66 56.853 8.747 225 612.3 502.1 5.6 89.7
7 5.59 7.25 1260 1280 700 580 2.17 2.34 11.68 81.07 7.26 18.93 61.671 7.257 210 571.5 468.6 4.7 99.7
8 5.59 7.16 1235 1265 700 565 2.19 2.34 11.75 81.57 6.68 18.43 63.739 6.684 205 557.9 457.5 5.7 80.3
9 5.59 7.12 1260 1300 715 585 2.15 2.34 11.58 80.37 8.05 19.63 58.986 8.050 195 530.7 435.2 5.3 82.1
10

VFB
3.2 Pengujian Marshall Test

VIM
VMA
KADAR ASPAL DENSITY
% gr/cc % % % kg mm kg/mm
IA 4.59 2.06 22.34 13.25 40.68 408.39 6.2 65.87
IB 4.59 2.05 22.71 13.66 39.84 304.21 10.9 27.91
IC 4.59 2.07 22.08 12.97 41.29 283.37 10.4 27.25
Rata-rata 2.06 22.38 13.29 40.60 331.99 9.17 40.34
IIA 5.09 2.13 20.12 9.70 51.79 531.52 9.5 55.95
IIB 5.09 2.15 19.43 8.91 54.11 632.52 9.6 65.89
IIC 5.09 2.17 18.66 8.05 56.85 521.72 5.6 93.16
Rata-rata 2.15 19.40 8.89 54.25 561.92 8.23 71.67
IIIA 5.59 2.17 18.93 7.26 61.67 466.51 4.7 99.26
IIIB 5.59 2.19 18.43 6.68 63.74 461.68 5.7 81.00
IIIC 5.59 2.15 19.63 8.05 58.99 441.81 5.3 83.36
Rata-rata 2.17 19.00 7.33 61.47 456.66 5.23 87.87
Laston AC Min 15 3 65 800 2 250
WC Max - 5 - - 4 -
BM 2006

2.18
2.16
2.14
2.12
DENSITY gr/cc

2.10
2.08
2.06
2.04
2.02
2.00
2.00 3.20 4.40 5.60
KADAR ASPAL (%)
14.00
13.00
f(x) = − 5.96 x + 40.1730666666667
12.00 R² = 0.929638211155156
11.00
10.00
VIM

9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00
Kadar Aspal

23.00

22.50

22.00
f(x) = − 3.38 x + 37.4642
21.50 R² = 0.837369532074586

21.00
VMA

20.50

20.00

19.50

19.00
3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00
Kadar Aspal (%)
65.00

f(x) = 20.87 x − 54.1216333333333


60.00 R² = 0.969329064144362

55.00
VFB

50.00

45.00

40.00
3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00
Kadar Aspal (%)

Stabilitas
600.00

550.00

500.00 f(x) = 124.67 x − 184.3803


Stability (kg)

R² = 0.293293363642221
450.00

400.00

350.00

300.00
3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00
Kadar Aspal (%)
MQ
100.00

90.00
f(x) = 47.53 x − 175.301033333333
R² = 0.967326616482304
80.00
MQ (kg/mm)

70.00

60.00

50.00

40.00
3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00
Kadar Aspal (%)

Anda mungkin juga menyukai