Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum “ Uji Aspal” ini tepat waktu guna memenuhi tugas
mata kuliah.
Dalam penulisan laporan praktikum ini saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang membanrtu dalam menyelesaikan laporan praktikum sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan in serta telah memberikan pengarahan
dan dorongan dalam laporan ini.
Akhirnya harapan saya, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa untuk
menjadi seorang mahasiswa yang professional serta dapat menciptakan lapangan
kerja khususnya bagi mahasiswa Politeknik Negeri Ambon Jurusan Teknik Sipil
dalam melanjutkan proses studi ke depan.

Ambon, 16 okt 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Metode Penulisan

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Aspal
2.2 Fungsi Aspal
2.3 Sifat-Sifat Aspal
2.2 Jenis-Jenis Aspal

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Saringan (Gradasi)
3.2 Pengujian Penetrasi
3.3 Pengujian Abrasi (Keasuan Agregat)
3.4 Pengujian Titik Lembek
3.5 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal
3.6 Pengujian Daktalitas Aspal
3.7 Mix Desain Aspal

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
4.4 Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki
beberapa jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal modifikasi.
Aspal memiliki sifat viskoelastis yaitu sifat untuk mencair pada suhu tinggi dan
memadat pada suhu rendah. Sifat yang dimiliki aspal tersebut merupakan hal
utama yang menjadikan aspal sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan karena
dapat mengikat bahan-bahan pencampur perkerasan jalan. Perkerasan jalan yang
baik adalah perkerasan jalan yang mampu menahan beban lalu lintas. Perkerasan
jalan yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Perkerasan jalan
yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah lapisan aspal beton atau Laston
(AC/Asphalt Concrete). Lapisan aspal beton banyak digunakan karena jenis
perkerasan ini memiliki nilai stabilitas dan fleksibilitas yang baik.

Agregat kasar, agregat halus, agregat sedang, bahan pengisi (filler),dan aspal
merupakan bahan-bahan pencampur lapisan aspal beton. Bahan-bahan pencampur
ini harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan yang sudah ada
agar perkerasan jalan aspal beton memiliki stabilitas dan fleksibilitas yang baik.
Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah
abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu dolomite, abu terbang, debu
tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya.

Bahan pengisi bertujuan untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan


untuk mengurangi sifat rentan terhadap temperatur. Keuntungan lain dengan
adanya bahan pengisi adalah karena banyak terserap dalam bahan bitumen maka
akan menaikkan volumenya. Selain itu bahan pengisi (filler) dapat mengurangi
Hogen Bernard Saputra Sitanggang, 2014 Pengaruh penggunaan filler semen
portland pada ac-wc halus spesifikasi jalan Bina Marga 2010 Universitas
Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ! perpustakaan.upi.edu volume pori-pori
atau rongga sehingga dapat meningkatkan kepadatan dan dapat menurunkan
permeabilitas campuran aspal.

Kadar bahan pengisi (filler) pada campuran beraspal sangat


memperngaruhi sifat campuran beraspal tersebut, jika terlalu banyak kadar bahan
pengisi maka campuran tersebut akan menjadi kaku dan mudah retak. Namun
sebaliknya apabila kadar bahan pengisi pada campuran terlalu sedikit maka akan
membuat campuran tersebut menjadi sangat lentur dan mudah terdeformasi oleh
beban lalu lintas sehingga jalan tersebut akan bergelombang. Pada penelitian ini
kadar bahan pengisi (filler) sebesar 4% dari berat total campuran. Jenis bahan
pengisi yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland tipe I.
Penelitian ini mengacu pada spesifikasi teknis jalan Bina Marga tahun 2010 revisi

1.2 Tujuan Penulisan


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan aspal yang
dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu
tertentu pada suhu kamar. Tingkat kekerasan ini merupakan klasifikasi aspal.

1.3 Manfaat penulisan


Adapun manfaat melaksanakan praktikum laboratorium uji aspal adalah sebagai
berikut:
1. Dengan pengamatan langsung di laboratorium, mahasiswa mendapat
wawasan dan menilai situasi dan kondisi di laboratorium.
2. Dengan pengamatan langsung di laboratorium,mahasiswa dapat
mengetahui prosedur dalam pengujian.
3. Dengan mengadakan praktik di laboratorium, mahasiswa dapat
merencanakan jenis perkerasan jalan raya.
4. Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang diberikan di luar
belajar dengan di laboratorium.

1.3 Metode Penulisan


Metode penelisan yang di gunakan adalah metode deskriptif.deskriptif
dilakukan dengan membuat gambaran keadaan suatu subjek atau objek dengan
rinci. Deskripsi difokuskan pada masalah yang akan dibahas. Kemampuan
mendeskripsikan sesuatu sangat berperan penting untuk membuat data semakin
akurat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek
dan meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen
yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau
hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen
dengan minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).

Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang
penting, antara lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan
terhadap pelapukan oleh karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan
terhadap pengaruh air.

2.2 Fungsi Aspal

1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
Lintas (water, proofing, protect terhadap erosi).
2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang di
letakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang di letakan di
letakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya di ham-
par,berfungsi pengikat diantara keduanya.
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar,agregat halus,dan
filler.

2.3 Sifat-Sifat Aspal


a. Mempunyai Daya Tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari
campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor
pelaksanaan dan sebagainya.
b. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur penyusun dari
dirinya sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas yang tinggi.
Sedangkan adhesi menyatakan kemampuan aspal untuk berikatan dengan agregat
dan tetap mempertahankan agregat pada tempatnya setelah berikatan.
c. Kepekaan terhadap temperature
Kepekaan aspal terhadap temperatur adalah sensitivitas perubahan sifat
viskoelastis aspal akibat perubahan temperatur, sifat ini dinyatakan sebagai indeks
penetrasi aspal (IP).
d. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat
yang telah disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan,
terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah
tinggi).
e. Viskoelastisitas Aspal
Viskoelastisitas aspal adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang
sifatnya akan berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat
viskoelastis aspal adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa
pencampuran aspal dengan agregat harus dilakukan agar mendapatkan campuran
yang homogen dimana semua permukaan agregat dapat terselimuti oleh aspal
secara merata dan aspal mampu masuk ke dalam pori-pori agregat untuk
membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk mengetahui pada temperatur
berapa pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentikan.

2..4 Jenis-jenis aspal

 Aspal Minyak
Aspal Minyak adalah bahan tersisa yang dianggap sudah sudah tidak lagi
bisa diproses secara ekonomi dari proses destilasi minyak bumi di pabrik
kilang minyak. Bahan tersebut kita kenal dalam tiga kelas Penetrasi yaitu
Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100. Semakin rendah angka penetrasi maka
akan semakin keras wujud aspal, semakin susah cara penanganannya karena
diperlukan suhu lebih
ktinggi agar aspal menjadi lunak atau cair. Sebaliknya semakin tinggi angka
penetrasi maka aspal akan mudah encer, mudah dikerjakan, tetapi terancam
sulit untuk mencapai kestabilan campuran aspal, terutama pada iklim panas
seperti di Indonesia, karena aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.
 Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk
emulsi, sehingga molekul-molekul aspal melayang didalam air. Hal ini
dimungkinkan karena adanya bahan tambah bersifat katalis. Pencampuran
aspal dengan air dan katalis tadi dilewatkan mesin colloidmill. Saat aspal
emulsi disimpan lama (sekitar 3 bulan) maka emulsi bisa terlepas (break) dan
aspal mengendap ke dasar kontainer/ drum. Agar ikatan emulsi terbentuk lagi,
cukup digoyang goyang atau digelinding-gelindingkan. Penggunaan aspal
emulsi yang paling baik adalah sudah digunakan sebelum terlepas ikatan
emulsinya. Penggunaan aspal emulsi biasanya pada hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk lapis beton aspal campuran dingin misalnya pada daerah yang
belum punya AMP tetapi ingin kualitas jalannya setara dengan aspal
beton aspal), pada lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnya
wilayah pemboran minyak, komplek penyimpanan bahan bakar,Diklat
Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan Modul
Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur
b. Untuk lapis Tack coat, Prime coat atau campuran untuk bahan
“tambal siap pakai”. Sebagai gambaran dilampirkan dibawah ini Tabel
takaran penggunaan Aspal cair dan aspal Emulsi sebagai Lapis Perekat
 Aspal Busa (foamed asphalt)
Aspal Busa (foamed asphalt) Adalah aspal panas yang dicampurkan
dengan air secara mendadak sehingga aspal berbusa dan seketika menjadi
semacam emulsi yang dapat dimanfaatkan keencerannya untuk membentuk
lapis tipis aspal yang menyelimuti agregat. Aspal busa ini kita kenal sebagai
bagian dari proses Recycling beton aspal yang dilakukan di ebagian ruas
permukaan jalan di Pantura.
 Cutback asphalt
Cutback asphalt Adalah aspal yang dicairkan dengan cara ditambah
pelarut dari keluarga hidrokarbon (minyak tanah/kerosin, bensin, solar).
Untuk Primecoat dan Tackcoat digunakan jenis Rapi Curing (RC), Medium
Curing (MC) atau Slow Curing (SC). Saat ini, aspal Emulsi mulai digunakan
sebagai Tackcoat karena aspal Cutback yang dicampur bensin sering
menimbulkan kebakaran, demikian juga bila menggunakan pelarut kerosene
atau solar sering tidak sempat menguap, sehingga ketika campuran beton
aspal harus digelar di atasnya, aspal beton terkontaminasi pelarut yang
mengakibatkan aspal beton menjadi lunak dan pada akhirnya menimbulkan
problem perubahan bentuk (deformasi, bleeding, licin).
 Aspal Modifikasi
Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt
(PMA) atau Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak
ditambah dengan bahan tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya,
yaitu aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet). Di Indonesia, kesadaran
untuk menggunakan aspal modifikasi karena diperlukan hal-hal

 Aspal Buton (Asbuton)


Aspal Buton (asbuton) Adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton,
berupa batuan yang mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak
tahun 1920, dengan cadangan lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada
dua lokasi tambang di Buton, yaitu di Kabungka dan Lawele.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Saringan

a. Pengertian
Analisis saringan adalah menyaring dan menggetarkan contoh tanah
melalui satu set saringan dimana lubang-lubang saringan tersebut makin kecil
secara berurutan.

b. Tujuan
Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan (diaduk, dialirkan, dan
didapatkan) yang mempunyai tingkat workability yang tinggi.

c. Peralatan
 Timbangan dan neraca dengan katilitian 0,2% dari berat sampel
 Satu set saringan 75,00 mm (2 ½”), 50,00 mm (2”), 35,00 mm (1 ½”),
25 mm (1,06”, 20mm (3/4”), 12,5 mm (1/2”), 10,00 mm (3/8”), N0.4,
No.6, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
110 + 5 ̊ C.
 Alat pemisah contoh
 Mesin pengguncang saringan
 Talam-talam
 Kuas, Sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya

d. Persiapan benda uji


 Agregat halus : Material lolos saringan 4,75 mm 1000 gr
 Agregat sedang : Material lolos saringan 9,50 mm 1500 gr
 Agregat kasar : Material lolos saringan 25,4 mm 2000gr
e. Langkah-langkah pengujian
1. Sampel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 110 + 5 ̊ C
2. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji
selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan
selang waktu 2 jam berturut turut, tidak akan mengalami perubahan
kadar air > 0,1%
3. Sampel di saring dengan susunan saringan dimana ukuran saringan
paling besar di tempatkan paling atas.
4. Saringan di guncang manual atau dengan mesin pengguncang selama
15 menit.
f. Perhitungan dan pelaporan

1. Agregat halus (Pasir)


BERAT PERSEN
NO BERAT BERAT KUMULATIF PERSEN
AYAKAN + TOTAL
AYAKAN AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
MATERIAL TERTAHAN
1 616.43 0 0 0 0 100
3/4 568.74 0 0 0 0 100
1/2 334.54 0 0 0 0 100
3/8 559.78 0 0 0 0 100
1/4 557.82 568.26 10.44 10.44 0.696 99.304
4 555.48 598.27 42.79 53.23 3.549 96.451
8 541.79 917.9 376.11 429.34 28.623 71.377
16 271.32 572.35 301.03 730.37 48.691 51.309
30 337.65 623.89 286.24 1016.61 67.774 32.226
50 267.46 407,2 139.74 1156.35 77.090 22.91
100 269.39 454.46 185.07 1341.42 89.428 10.572
200 372.04 425.81 53.77 1395 93.013 7.0
PAN 363.03 467.94 104.91 1500 100 0

2. Agregat Kasar (Batu ½)

BERAT PERSEN
NO BERAT BERAT KUMULATIF PERSEN
AYAKAN + TOTAL
AYAKAN AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
MATERIAL TERTAHAN
1 616.43 0 0 0 0 100
3/4 568.74 656.69 87.95 87.95 5.86 94.14
1/2 334.54 1247.57 913.03 1000.98 66.73 33.27
3/8 559.78 637.94 78.16 1079.14 71.94 28.06
1/4 557.82 878.56 320.74 1399.88 93.33 6.67
4 555.48 605.44 49.96 1449.84 96.66 3.34
8 541.79 574.33 32.54 1482.38 98.83 1.17
16 271.32 276.21 4.89 1487.27 99.15 0.85
30 337.65 340.08 2.43 1489.7 99.31 0.69
50 267.46 268.83 1.37 1491.07 99.40 0.60
100 269.39 275.61 6.22 1497.29 99.82 0.18
200 372.04 375.11 3.07 1500 100 0
PAN 363.03 363.03 0 1500 100 0
BERAT PERSEN
NO BERAT BERAT KUMULATIF PERSEN
AYAKAN + TOTAL
AYAKAN AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
MATERIAL TERTAHAN
1 616.43 743.43 127 127 8.47 100
3/4 568.74 1535.93 967.19 1094.19 72.95 27.05
1/2 334.54 730.72 396.18 1490.37 99.36 0.64
3/8 559.78 569.78 10 1500.37 100.02 0.0
1/4 557.82 0 0 1500.37 100.02 0.0
4 555.48 0 0 1500.37 100.02 0.0
8 541.79 0 0 1500.37 100.02 0.0
16 271.32 0 0 1500.37 100.02 0.0
30 337.65 0 0 1500.37 100.02 0.0
50 267.46 0 0 1500.37 100.02 0.0
100 269.39 0 0 1500.37 100.02 0.0
200 372.04 0 0 1500 100 0
PAN 363.03 0 0 1500 100 0

3.Agregat Kasar (Batu 2/3)


4.Agregat Sedang(Abu Batu)
NO BERAT PERSEN
BERAT BERAT KUMULATIF PERSEN
ABU AYAKAN + TOTAL
AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
BATU MATERIAL TERTAHAN
1 616.43 0 0 0 0 100
3/4 568.74 0 0 0 0.00 100
1/2 334.54 0 0 0 0.00 100
3/8 559.78 0 0 0 0.00 100
1/4 557.82 577.42 19.6 19.6 1.31 98.69
4 555.48 746.06 190.58 210.18 14.01 85.99
8 541.79 884.53 342.74 552.92 36.86 63.14
16 271.32 527.67 256.35 809.27 53.95 46.05
30 337.65 579.48 241.83 1051.1 70.07 29.93
50 267.46 481.43 213.97 1265.07 84.34 15.66
100 269.39 420.09 150.7 1415.77 94.38 5.62
200 372.04 403.4 31.36 1447 96 4
PAN 363.03 415.45 52.42 1500 100 0
3.2 Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen

a. Pengertian
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap
mencair, sesuai dengan pertamabahan suhu yang berlaku sebaliknya
pada pengurangan suhu . namun demikian perilaku /respon material
bahan bitumen tersebut terhadap suhu. Pada prinsipnya membentuk
suatu spektrum/ beragam,tergantung dari komposisi unsur-unsur
prnyusunnya.
Berdasarkan SNI 06-2456-1991 nilai penetrasi dinyatakan Sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan
bahwa hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :

Hasil Penetrasi 0-49 50-149 150-179 200

Nilai Toleransi 2 4 6 8

Nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal makin tingggi nilai


penetrasi makin lunak nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai
yang merupakan kelipatan 0,1 aspal tersebut begitu sebaliknya.

Pembagian kekerasan dan kekenyalan aspal


1. Aspal pen 40/50 : bila jarum penetrasi benda pada range (40-
59)
2. Aspal pen 60/70 : bila jarum penetrasi benda pada range (60-
79)
3. Aspal pen 85/100 : bila jarum penetrasi benda pada range (85-
100)
4. Aspal pen 120/150 : bila jarum penetrasi benda pada range
(120-150)
5. Aspal pen 200/300 : bila jarum penetrasi benda pada range
(200-300)
Aspal yang penetrasinya rendah digunakan untuk sarah panas dan
lalulintas dengan volume tinggi, sedngkan aspal dengan penetrasi
tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin dan lalu lintas
rendah.

b. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal
yang dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada
kurung waktu tertentu pada suhu kamar. Tingkat kekerasan ini
merupakan klasifikasi aspal.

c. Alat
 Alat penetrasi
 Pemberat
 Jarum penetrasi
 Cawan
 Bak perendam
 Tempat air
 Stopwatch
d. Bahan
 Aspal

- Persiapan benda uji

1. Menyiapakan semua peralatan dan bahan yang diperlukan


2. Panaskan contoh dengan perlahan dan diaduk hingga cair untuk
dituangkan
3. Setelah contoh cair dan merata, tuangkan kedalam cawan dan
didiamkan hingga dingin, tinggi contoh di dalam cawan tidak
boleh kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm,
4. Tutup benda uji hingga bebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruang selama 1-1,5 jam untuk benda uji kecil, dari 1,5-2 jam untuk
benda uji besar.

- Pengujian penetrasi

1. Masukan benda uji kedalam water bath 1-2 jam.


2. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan
baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut
kain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan
pasanglah jarum pada pemegang jarum.
3. Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk mencapai beban
sebesar (100 + 0,1) gram.
4. Pindahkan tempat udara dari bak perendam kebawah alat
penetrasi.
5. Turunkan jarum anjlok-lahan sehingga jarum ditarik ke
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka nol di arloji
penetrometer sehingga jarum penunjuk perimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch
selama jangka waktu (5 + 0,1) detik.
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum petunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum, dan siapkan alat penetrasi
untuk pekerjaan berikutnya.
9. Lakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 5 kali untuk benda uji
yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi
dinding berjarak lebih dari 1 cm.
- Perhitungan dan pelaporan

PENETRASI

Penetrasi pada suhu Sampel I Sampel Sampel III


25%C, Beban 500 gram , II
waktu 5 detik

Pengamatan 1 54 100 71

Pengamatan 2 60 62 72

Pengamatan 3 60 69 62

Pengamatan 4 70 62 43

Pengamatan 5 55 50 59

Rata-rata 59,8 68,6 61,4

Nilai penetrasi Rata-Rata 63,27

- Kesimpulan pengujian

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai penetrasi aspal rata-rata adalah 63,27 mm


2. Dilihat dari golongan kekentalan / kekerasan aspal benda uji
digolongkan kedalam aspal pen 60/70 dengan penurunan jarum
penetrometer antara 60-79 mm
3.3 Abrasi

a) Pengertian Abrasi
Abrasi adalah proses hancurnya atau pecahnya agregat dalam hal ini
agregat kasar akibat proses mekanis dengan alat yang dinamakan mesin
Los Angeles. Durabilitas atau ketahanan terhadap kerusakan sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa agregat
yang memiliki kekuatan standar pun akan mengalami kerusakan saat di
stockpile atau saat masa layan di jalan. Pada hakekatnya ikatan antar butir
partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang menjadi lemah
karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti akibat cuaca,
pembekuan dan lain - lain

b) Tujuan Abrasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengn cara
mekanis dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion Test.
Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5
mm(1/2).

c) Alat alat yang digunakan


 Mesin Abrasi Los Angeles
 Saringan ukuran 37,5mm dan 2,36mm
 Bola bola baja
 Timbangan
 Oven dengan pengatur suhu untuk mamanasi sampai (110±)ºC

d) Bahan Uji
 Batu 1-2 dan 2-4

e) Langkah Kerja
 Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran.
debu, bahan organic atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel
harus dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dalam ( 110 ±
5 )°C sampai berat tetap.
 Pisahkan sampel kedalam ukuran fraksi masing masing sesuai pada
table di bawah ini dan gabungkan, timbang (A).
 Sampel dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles.
 Putar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm
untuk 500 putaran.
 Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian lakukan
penyaringan awal dengan diameter saringan lebih besar dari 1,7
mm (No.12).
 Saring bagian sampel yang lebih halus dengan saringan 1,7 mm
(No.12). Butiran yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (No.12)
 Di cuci bersih kemudian dikeringkan dalam oven suhu (110 + 5)
ºC sampai berat tetap, lalu timbang (B).

f) Perhitungan dan Pelaporan

Fraksi B (10-
Gradasi Pemeriksaan 20mm)
saringan (mm) Berat Sampel
Lolos Tertahan
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 25.4
25.4 19
19 12.5 2500 gram
12.5 9.5 2500 gram
9.5 6.3
6.3 4.75
4.75 2.38
Total 5000 gram
Berat Tertahan Saringan No.12 3751.50 gram

Nilai Keausan Los Angeles =A-BA×100%


Dimana :

A=Berat sampel semula

B=Berat sampel yang tertahan saringan no 12/lebih besar dari 1,7mm(gram)

A= 5000 gram

B=3751.50 gram

Keausan= A-BA×100%

=5000-3751.505000×100%

=24.96%

g) Kesimpulan Pengujian

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Diketahui bahwa agregat awal sebelum pengujian adalah 5000 gram, setelah
pengujian menjadi 3751.50 gram . Dari data tersebut dapat nilai keausan
sebesar 24.96% yang berarti nahwa agregat yang digunakan baik digunakan
untuk campuran aspal karena nilai keausan kurang dari 40 % sesuai dengan
ASTM C-131-55.

3.4 pengujian titik lembek aspal

Tujuan:
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui titik lembek aspal dan ter yang
biasanya berada pada suhu antara 30°c sampai 200 c. Titik lembek adalah suhu
pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau
ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal atau ter tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, akibat
pemanasan tertentu.

Peralatan yang digunakan:


Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut.
- termometer.
- cincin kuningan.
- dudukan benda uji.
- alat pengarah bola
- penjepit.
- bola baja diameter 9,53 mm. Berat 3.45 mm sampai dengan 3.55 mm.
- bejana gelas.

Langkah pengujian titik lembek:.


-Benda uji perlahan-lahan dipanaskan sambil diaduk terus menerus sehingga cair
dan merata. Setelah cair merata, tuanglah benda uji ke dalam 2 buah cincin
kuningan. Suhu pemanasan ter tidak melebihi 56°c di atas titik lembeknya dan
untuk aspal tidak melebihi 111°c di atas titik lembeknya. Waktu pemanasan
aspal tidak melebihi 1 jam.
-Dua buah cincin dipanaskan sampai suhu ruang dan letakkan kedua cincin di atas
plat
Kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan sabun. Tuangkan
contoh ke dalam 2 buah cincin.
-Diamkan pada suhu sekurang-kurangnya 8°c selama 1 jam
-Setelah dingin, ratakan permukaan benda uji dalam cincin dengan pisau yang
telah dipanaskan.
-Masukan air ke dalam bejana gelas, letakan diatas alat pemanas
-Masukan 2 cincin yang berisi aspal beserta dudukannya, letakan 2 bola baja di
masing-masing cincin
-Letakkan termometer pada dudukannya
-Catat waktu setiap kenaikan suhu 50c dengan memulai pada suhu ruangan 300c
-Panaskan hingga bola baja jatuh menembus lapisan aspal pada cincin, maka itulah
suhu pada titik lembek aspal

No Suhu yang Waktu Titik Lembek


Diambil (℃)
Sampel i Sampel ii Sampel i Sampel ii
1. 30 0,00 0,00
2. 35 6’34’’ 6’34’’
3. 40 8’43’’ 8’43’’
4. 45 10’25’’ 10’25’’
5. 50 12’13’’ 12’13’’
6. 55 13’18” 13’18” 55 55
Rata-rata 55 ℃
Nilai titik lembek aspal 55 ℃

3.5 pengujian titik nyala dan titik bakar aspal

Tujuan:
Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal dilakukan untuk menentukan
suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal (titik
nyala) dan suhu pada saat terlihat nyala singkat sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal (titik bakar). Tujuan pengujian ini adalah untuk
mengetahui titik nyala dan titik bakar aspal agar dapat digunakan sebagai
perencanaan bahan perkerasan jalan agar pada saat kondisi tertentu aspal tidak
terbakar.

Peralatan yang digunakan:


- Cawan kuningan
- Termometer
- Nyala penguji dengan diameter 3.2 – 4.8 mm dan panjang tabung 7.5 cm
- Stopwatch
- Tungku listrik
- Penahan angin
- Aspal

Langkah pengujian titik nyala dan titik bakar aspal:


- Letakkan mangkok gelas pada bak perendam / penangas dan atur penahan
termometer supaya temometer tetap tegak.
- Isi penangas dengan air atau larutan air gliserin pada suhu paling sedikit
16,50c dibawah titik nyala perkiraan
- Masukkan termometer hingga 6.4 mm diatas dasar mangkok
- Masukkan benda uji kedalam mangkok sampai batas pada posisi 3,2 mm
dibawah bibir mangkok
- Nyalakan pembakar listrik atur pemanasan sampai suhu benda uji naik dengan
kecepatan (1-0.3)0c/menit, kemudian nyalakan api penguji dan atur besarnya
serta usahakan panjang nyala tidak lebih dari 4mm
- Pada saat suhu suatu benda uji mencapai (10-15)0c dibawah suhu perkiraan
titik nyala, putar nyala uji searah dengan kecepatan satu putaran/detik diatas
benda uji, ulangi hal diatas pada setiap kenaikan suhu 10c
- Catat suhu terendah pada saat pertama kali terlihat titik nyala warna biru

3.6 pengujian daktalitas aspal

Tujuan:
daktalitas adalah salah satu cara dalam pengujian aspal dalam
pengelompokan aspal yang mana semakin tinggi nilai daktalitas maka aspal akan
terbilang semakin plastis maka semakin tinggi nilai penetrasinya dan sedikit suhu
yang dibutuhkan untuk melembekan aspal tersebut / semakin rendaj titik
lembeknya.

Peralatan yang digunakan:


- Aspal
- Alat uji daktalitas
- Gliserin
- Talk
- Pelat dasar
- Saringan no.50

Langkah pengujian daktalitas


- Lapisi seluruh permukaan pelat dasar dan bagian yang akan dilepas dengan
campuran gliserin dan talk atau kaolin dengan perbandingan 3 gram gliserin
dan 5 gram talkuntuk mencegah melekatnya benda uji pada cetakan benda uji,
mesin penguji, dan bak perendam yang selesai bisa digunakan saring benda
uji dengan saringan no.50 300 µm tuangkan benda uji pada cetakan aspal
bahan bitumen perendaman benda uji pada bak perendam dengan suhu 25° c
selama 85 menit sd 95 menit lepas plat dasar kemudian jalankan mesin
daktilitas dengan kecepatan tarikan 50 mm per menit.
- Letakkan cetakan daktilitas di atas pelat dasar pada tempat yang datar dan
rata, sehingga semua bagian bawah cetakan menempel baik pada pelat dasar.
- Panaskan benda uji sekitar 150 gr sambil diaduk untuk menghindari
pemanasan setempat yang berlebihan, sampai cukup cair untuk dituangkan.
- Saring benda uji dengan saringan no.50 300 µm.
- Setelah diaduk, tuangkan benda uji ke dalam cetakan mulai dari ujung ke
ujung hingga sedikit melebihi cetakan diamkan benda uji pada temperatur
ruang selama 30-40 menit.
- Ratakan permukaan benda uji yang berlebihan dengan pisau atau spatula
yangpanas agar rata.
- Rendam benda uji dalam bak perendam pada temperatur pengujian 25o c
selama 85menit sd 95 menit.
- Lepaskan benda uji dari pelat dasar dari sisi cetakannya dan langsung
pasangkan benda uji ke mesin uji dengan cara memasukkan lubang cetakan
ke pemegang di mesin uji.
- Jalankan mesin uji sehingga menarik benda uji dengan kecepatan sesuai
persyaratan 50 mm per menit. Perbedaan kecepatan lebih atau kurang dari 2,5
mm per menit masih diperbolehkan.
- Baca pemuluran benda uji pada saat putus dalam satuan mm/cm.
3.7 mix desain aspal
Metode ini merupakan adaptasi langsung dari metode campuran metode
asphalt institute (al) untuk penggunaan di indonesia. Sebagaimana halnya metode
al, maka cakupan metode ini adalah untuk perencanaan campuran panas dengan
gradasi agregat menerus yang disebut sebagai lapis aspal beton (laston). Dalam
aplikasinya, campuran laston dapat digunakan sebagai lapis permukaan, levelling
course, dan binder atau intermediate course.

b.Perencanaan campuran
persiapan material :
Kadar aspal optimum untuk laston umumnya berkisar antara 4% sampai
7% terhadap berat campuran. Dalam menentukan kadar aspal optimum dengan
menggunakan pengujian marshall, maka diperlukan sedikitnya enam variasi kadar
aspal dengan kenaikan ½ %. Setiap nilai kadar aspal diperlukan minimal tiga
sampel atau spesimen marshall, sehingga untuk mencari kadar aspal optimum
diperlukan setidaknya 18 sampel. Berat satu sampel marshall adalah sekitar 1200
gr agregat dan secara umum maka diperlukan sekitar 23 kg agregat dan sekitar 4
kg sampai 5 kg aspal.
C. Perlengkapan:
1) Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan
tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2) Mesin penumpuk manual atau otomatis lengkap dengan :

 Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbak rata yang berbentuk


silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
 Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm: dilapisi dengan pelat baja berukuran
30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat
bagian sudutnya.
 Pemegang cetakan benda uji s8 alat pengeluar benda uji, untuk
mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda
uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
 Alat marshall lengkap dengan :
 Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
 cicin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
 arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 2000.
 Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 —
60 #1).
 Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram. « pengukur suhu dari logam (metal thermometer)
berkapasitas 2500c dan 100c dengan ketelitian 16 dari kapasitas. S
perlengkapan lain :
 panci — panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
 Sendok pengaduk dan spatula
 kompor dan pemanas (hot plate)
 sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker.
 Kantong plastik berkapasitas 2 kg
 Kompor gas elpiji atau minyak tanah
D. Pembuatan benda uji
agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang
baik, maka salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian
sehingga peran aspal dalam proses pencampuran dan pemadatan dapat maksimal.
Metode al menyarankan bah wa puda anat pencampuran kekentalan (viskositas)
kinctis aspal adalah 170 & 20 centistokes dan untuk pemadatan dibutuhkan
viskositas kinetik aspal sebesar 280 ± 30 centistokeg, nilai kekentalan ini dapat
dicapal puda rentang suhu tertentu yan , yang sering disebut sebagai suhu
pencampuran dan suhu pemadatan. Kedua rentan 8 suhu ini dapat dicari dengan
menggunakan grafik hubunyan antara suhu dengan viskositas yang dapat
dikembangkan untuk setiap jenis aapal.

E. Pembuatan benda uji


1) Keringkan agregat pada suhu 105 - 110'c minimum selama 4 jam,
keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2) pisah — pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki (sesuai
spek) dengan cara penyaringan.
3) Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira — kira
63,5 mm ±1,27 mm.
4) pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan
dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk
memperoleh berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi
untuk membuat satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah
tersebut terhadap total berat agregat.
5) panaskan panci pencampur beserta agregat kira — kira 28 ℃ di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan
sampai 14℃ di atas suhu pencampuran.
6) tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan sebanyak yang
dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut, kemudian
aduklah dengan cepat, dengan tetap mempertahankan masih dalam rentang
suhu pemadatan, sampai agregat tersclimuti aspal secara merata.
7) sementara itu, atau sebelumnya, perlu disiapkan alat untuk memadatkan,
yaitu dengan membersihkan perlengkapan cetakan benda auji serta bagian
muka penumbuk dengan seksama dan panaskan samapai suhu antara 93,3
- 148,9.
8) Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan pemegang
cetakan
9) letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
10) masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk — tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali
11) siapkan alat memadat dan lakukan pemadatan dengan menumbuk
spesimen dengan jumlah tumbukan sebanyak 75 kali yang disesuaikan
dengan jenis lalu lintas yang direncanakan.
12) tumbukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan selama pemadatan
harus diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus
pada alas cetakan.
13) Lepaskan alat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas
berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi. Lakukan
penumbukan bagi dengan jumlah yang sama.
14) Lepaskan keping alas dan didinginkan sampai diperkirakan tidak akan
terjadi perubahan bentuk jika benda uji dikeluarkan dari mold. Untuk
mempercepat proses pendinginan, dapat digunakan kipas angin. Proses
pendinginan biasanya dilakukan sekitar 2-3 jam.
15) keluarkan benda uji atau spesimen marshall dari mold dengen hati - hari
dan kemudian letakkan spesimen permukaan yang rata dan biarkan sampai
benar - benar dingin. Sebaiknya didiamkan pada suhu ruang selama 24
jam.

Pengujian spesimen marshall :


Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode marshall, yaitu tahap
pertama adalah melakukan pengukuran berat jenis, pengukuran stabilitas dan
flow, serta pengukuran kerapatan dan analisa rongga. Sebelum dilakukan
pengujian spesimen atau benda uji marshall, perlu
dilakukan hal — hal sebagai berikut :
 Benda uji harus bersih dari kotoran organik, minyak, kertas dan sebagainya.
Setiap benda uji diberi tanda pengenal yang mencirikan minimal jumlah
aspal yang diberikan.
 Ukur tinggi masing - masing benda uji dengan menggunakan jangka sorong
dengan ketelitian o,1 mm. Tinggi benda uji adalah rata-rata dari tiga kali
pengukuran.
F. Perhitungan dan pelaporan
Catatan: volume mold = 1200 gr
 Komposisi campuran briket dengan kandungan aspal 6,0%

Kadar aspal (6,0/100 x 1200) = 72 gr


1200-72 = 1128 gr

1. Kasar = 25% x 1128 = 282 gr


2. Sedang = 35% x 1128 = 394,8 gr
3. Halus = 40 % x 1128 = 451,2 gr
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan perhitungan dari karakteristik Laston
lapis aus (AC-WC) dengan menggunakan aspal didapat kesimpulan sebagai
berikut:

 nilai density campuran Laston meningkat seiring dengan penambahan sekam


padi pada campuran, hal ini karena dalam ukuran berat yang sama, jumlah
padi lebih banyak daripada semen sehingga dengan semakin banyaknya
penambahan sekam padi maka rongga-rongga antar agregat semakin terisi,
maka menyebabkan campuran tersebut semakin padat.
 nilai VFWA cenderung mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah
sekam yang digunakan. Hal ini disebabkan sekam dan aspal dapat bercampur
dengan baik untuk menyelimuti agregat pada campuran.
 semakin besar kadar aspal, semakin rendah nilai VITM. Hal ini disebabkan
oleh rongga dalam campuran terisi dengan baik oleh aspal, sehingga rongga
dalam campuran berkurang.
 nilai stabilitas cenderung meningkat pada kadar aspal 5% - 6%. Penambahan
kadar aspal selanjutnya akan membuat campuran menjadi lunak sehingga
kurang mampu menahan beban. Ini menunjukkan bahwa jika kadar aspal yang
digunakan sudah berlebih dari kebutuhan campuran, maka beton aspal
menjadi lebih lunak. Penambahan kadar semen juga mengakibatkan nilai
stabilitas cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena semen mempunyai
kemampuan merekatkan antar agregat yang lebih baik dibanding sekam padi,
sehingga membuat campuran menjadi lebih padat.

4.2. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk:
 Melakukan pengujian dengan menggunakan variasi komposisi agregat
sebelumnya.
 Penambahan benda uji dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
 Melakukan pengujian tambahan untuk mengetahui sifat kohesi aspal.
 Melakukan penelitian tentang penggunaan Asbuton olahan jenis lain pada
lapis perkerasan yang sama.
 Melakukan analisis secara ekonomi tentang keuntungan dan kerugian dari
penggunaan Asbuton pada perkerasan jalan.
 Kalibrasi alat dilakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

 Perlu adanya konsistensi pengaturan suhu dan waktu perendaman benda uji,
karena hal tersebut cukup berpengaruh terhadap hasil uji marshall campuran.
DAFTAR PUSTAKA

 panduan buku pengujian material bahan jalan (aspal) politeknik Negeri


Ambon

Anda mungkin juga menyukai