Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum “ Uji Aspal” ini tepat waktu guna memenuhi tugas
mata kuliah.
Dalam penulisan laporan praktikum ini saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang membanrtu dalam menyelesaikan laporan praktikum sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan in serta telah memberikan pengarahan
dan dorongan dalam laporan ini.
Akhirnya harapan saya, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa untuk
menjadi seorang mahasiswa yang professional serta dapat menciptakan lapangan
kerja khususnya bagi mahasiswa Politeknik Negeri Ambon Jurusan Teknik Sipil
dalam melanjutkan proses studi ke depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Metode Penulisan
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Saringan (Gradasi)
3.2 Pengujian Penetrasi
3.3 Pengujian Abrasi (Keasuan Agregat)
3.4 Pengujian Titik Lembek
3.5 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal
3.6 Pengujian Daktalitas Aspal
3.7 Mix Desain Aspal
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
4.4 Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Agregat kasar, agregat halus, agregat sedang, bahan pengisi (filler),dan aspal
merupakan bahan-bahan pencampur lapisan aspal beton. Bahan-bahan pencampur
ini harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan yang sudah ada
agar perkerasan jalan aspal beton memiliki stabilitas dan fleksibilitas yang baik.
Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah
abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu dolomite, abu terbang, debu
tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya.
2.1 Pengertian
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek
dan meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen
yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau
hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen
dengan minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).
Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang
penting, antara lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan
terhadap pelapukan oleh karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan
terhadap pengaruh air.
1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
Lintas (water, proofing, protect terhadap erosi).
2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang di
letakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang di letakan di
letakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya di ham-
par,berfungsi pengikat diantara keduanya.
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar,agregat halus,dan
filler.
Aspal Minyak
Aspal Minyak adalah bahan tersisa yang dianggap sudah sudah tidak lagi
bisa diproses secara ekonomi dari proses destilasi minyak bumi di pabrik
kilang minyak. Bahan tersebut kita kenal dalam tiga kelas Penetrasi yaitu
Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100. Semakin rendah angka penetrasi maka
akan semakin keras wujud aspal, semakin susah cara penanganannya karena
diperlukan suhu lebih
ktinggi agar aspal menjadi lunak atau cair. Sebaliknya semakin tinggi angka
penetrasi maka aspal akan mudah encer, mudah dikerjakan, tetapi terancam
sulit untuk mencapai kestabilan campuran aspal, terutama pada iklim panas
seperti di Indonesia, karena aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.
Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk
emulsi, sehingga molekul-molekul aspal melayang didalam air. Hal ini
dimungkinkan karena adanya bahan tambah bersifat katalis. Pencampuran
aspal dengan air dan katalis tadi dilewatkan mesin colloidmill. Saat aspal
emulsi disimpan lama (sekitar 3 bulan) maka emulsi bisa terlepas (break) dan
aspal mengendap ke dasar kontainer/ drum. Agar ikatan emulsi terbentuk lagi,
cukup digoyang goyang atau digelinding-gelindingkan. Penggunaan aspal
emulsi yang paling baik adalah sudah digunakan sebelum terlepas ikatan
emulsinya. Penggunaan aspal emulsi biasanya pada hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk lapis beton aspal campuran dingin misalnya pada daerah yang
belum punya AMP tetapi ingin kualitas jalannya setara dengan aspal
beton aspal), pada lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnya
wilayah pemboran minyak, komplek penyimpanan bahan bakar,Diklat
Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan Modul
Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur
b. Untuk lapis Tack coat, Prime coat atau campuran untuk bahan
“tambal siap pakai”. Sebagai gambaran dilampirkan dibawah ini Tabel
takaran penggunaan Aspal cair dan aspal Emulsi sebagai Lapis Perekat
Aspal Busa (foamed asphalt)
Aspal Busa (foamed asphalt) Adalah aspal panas yang dicampurkan
dengan air secara mendadak sehingga aspal berbusa dan seketika menjadi
semacam emulsi yang dapat dimanfaatkan keencerannya untuk membentuk
lapis tipis aspal yang menyelimuti agregat. Aspal busa ini kita kenal sebagai
bagian dari proses Recycling beton aspal yang dilakukan di ebagian ruas
permukaan jalan di Pantura.
Cutback asphalt
Cutback asphalt Adalah aspal yang dicairkan dengan cara ditambah
pelarut dari keluarga hidrokarbon (minyak tanah/kerosin, bensin, solar).
Untuk Primecoat dan Tackcoat digunakan jenis Rapi Curing (RC), Medium
Curing (MC) atau Slow Curing (SC). Saat ini, aspal Emulsi mulai digunakan
sebagai Tackcoat karena aspal Cutback yang dicampur bensin sering
menimbulkan kebakaran, demikian juga bila menggunakan pelarut kerosene
atau solar sering tidak sempat menguap, sehingga ketika campuran beton
aspal harus digelar di atasnya, aspal beton terkontaminasi pelarut yang
mengakibatkan aspal beton menjadi lunak dan pada akhirnya menimbulkan
problem perubahan bentuk (deformasi, bleeding, licin).
Aspal Modifikasi
Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt
(PMA) atau Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak
ditambah dengan bahan tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya,
yaitu aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet). Di Indonesia, kesadaran
untuk menggunakan aspal modifikasi karena diperlukan hal-hal
a. Pengertian
Analisis saringan adalah menyaring dan menggetarkan contoh tanah
melalui satu set saringan dimana lubang-lubang saringan tersebut makin kecil
secara berurutan.
b. Tujuan
Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan (diaduk, dialirkan, dan
didapatkan) yang mempunyai tingkat workability yang tinggi.
c. Peralatan
Timbangan dan neraca dengan katilitian 0,2% dari berat sampel
Satu set saringan 75,00 mm (2 ½”), 50,00 mm (2”), 35,00 mm (1 ½”),
25 mm (1,06”, 20mm (3/4”), 12,5 mm (1/2”), 10,00 mm (3/8”), N0.4,
No.6, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
110 + 5 ̊ C.
Alat pemisah contoh
Mesin pengguncang saringan
Talam-talam
Kuas, Sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya
BERAT PERSEN
NO BERAT BERAT KUMULATIF PERSEN
AYAKAN + TOTAL
AYAKAN AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
MATERIAL TERTAHAN
1 616.43 0 0 0 0 100
3/4 568.74 656.69 87.95 87.95 5.86 94.14
1/2 334.54 1247.57 913.03 1000.98 66.73 33.27
3/8 559.78 637.94 78.16 1079.14 71.94 28.06
1/4 557.82 878.56 320.74 1399.88 93.33 6.67
4 555.48 605.44 49.96 1449.84 96.66 3.34
8 541.79 574.33 32.54 1482.38 98.83 1.17
16 271.32 276.21 4.89 1487.27 99.15 0.85
30 337.65 340.08 2.43 1489.7 99.31 0.69
50 267.46 268.83 1.37 1491.07 99.40 0.60
100 269.39 275.61 6.22 1497.29 99.82 0.18
200 372.04 375.11 3.07 1500 100 0
PAN 363.03 363.03 0 1500 100 0
BERAT PERSEN
NO BERAT BERAT KUMULATIF PERSEN
AYAKAN + TOTAL
AYAKAN AYAKAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
MATERIAL TERTAHAN
1 616.43 743.43 127 127 8.47 100
3/4 568.74 1535.93 967.19 1094.19 72.95 27.05
1/2 334.54 730.72 396.18 1490.37 99.36 0.64
3/8 559.78 569.78 10 1500.37 100.02 0.0
1/4 557.82 0 0 1500.37 100.02 0.0
4 555.48 0 0 1500.37 100.02 0.0
8 541.79 0 0 1500.37 100.02 0.0
16 271.32 0 0 1500.37 100.02 0.0
30 337.65 0 0 1500.37 100.02 0.0
50 267.46 0 0 1500.37 100.02 0.0
100 269.39 0 0 1500.37 100.02 0.0
200 372.04 0 0 1500 100 0
PAN 363.03 0 0 1500 100 0
a. Pengertian
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap
mencair, sesuai dengan pertamabahan suhu yang berlaku sebaliknya
pada pengurangan suhu . namun demikian perilaku /respon material
bahan bitumen tersebut terhadap suhu. Pada prinsipnya membentuk
suatu spektrum/ beragam,tergantung dari komposisi unsur-unsur
prnyusunnya.
Berdasarkan SNI 06-2456-1991 nilai penetrasi dinyatakan Sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan
bahwa hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :
Nilai Toleransi 2 4 6 8
b. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal
yang dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada
kurung waktu tertentu pada suhu kamar. Tingkat kekerasan ini
merupakan klasifikasi aspal.
c. Alat
Alat penetrasi
Pemberat
Jarum penetrasi
Cawan
Bak perendam
Tempat air
Stopwatch
d. Bahan
Aspal
- Pengujian penetrasi
PENETRASI
Pengamatan 1 54 100 71
Pengamatan 2 60 62 72
Pengamatan 3 60 69 62
Pengamatan 4 70 62 43
Pengamatan 5 55 50 59
- Kesimpulan pengujian
a) Pengertian Abrasi
Abrasi adalah proses hancurnya atau pecahnya agregat dalam hal ini
agregat kasar akibat proses mekanis dengan alat yang dinamakan mesin
Los Angeles. Durabilitas atau ketahanan terhadap kerusakan sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa agregat
yang memiliki kekuatan standar pun akan mengalami kerusakan saat di
stockpile atau saat masa layan di jalan. Pada hakekatnya ikatan antar butir
partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang menjadi lemah
karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti akibat cuaca,
pembekuan dan lain - lain
b) Tujuan Abrasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengn cara
mekanis dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion Test.
Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5
mm(1/2).
d) Bahan Uji
Batu 1-2 dan 2-4
e) Langkah Kerja
Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran.
debu, bahan organic atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel
harus dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dalam ( 110 ±
5 )°C sampai berat tetap.
Pisahkan sampel kedalam ukuran fraksi masing masing sesuai pada
table di bawah ini dan gabungkan, timbang (A).
Sampel dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles.
Putar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm
untuk 500 putaran.
Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian lakukan
penyaringan awal dengan diameter saringan lebih besar dari 1,7
mm (No.12).
Saring bagian sampel yang lebih halus dengan saringan 1,7 mm
(No.12). Butiran yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (No.12)
Di cuci bersih kemudian dikeringkan dalam oven suhu (110 + 5)
ºC sampai berat tetap, lalu timbang (B).
Fraksi B (10-
Gradasi Pemeriksaan 20mm)
saringan (mm) Berat Sampel
Lolos Tertahan
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 25.4
25.4 19
19 12.5 2500 gram
12.5 9.5 2500 gram
9.5 6.3
6.3 4.75
4.75 2.38
Total 5000 gram
Berat Tertahan Saringan No.12 3751.50 gram
A= 5000 gram
B=3751.50 gram
Keausan= A-BA×100%
=5000-3751.505000×100%
=24.96%
g) Kesimpulan Pengujian
Diketahui bahwa agregat awal sebelum pengujian adalah 5000 gram, setelah
pengujian menjadi 3751.50 gram . Dari data tersebut dapat nilai keausan
sebesar 24.96% yang berarti nahwa agregat yang digunakan baik digunakan
untuk campuran aspal karena nilai keausan kurang dari 40 % sesuai dengan
ASTM C-131-55.
Tujuan:
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui titik lembek aspal dan ter yang
biasanya berada pada suhu antara 30°c sampai 200 c. Titik lembek adalah suhu
pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau
ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal atau ter tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, akibat
pemanasan tertentu.
Tujuan:
Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal dilakukan untuk menentukan
suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal (titik
nyala) dan suhu pada saat terlihat nyala singkat sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal (titik bakar). Tujuan pengujian ini adalah untuk
mengetahui titik nyala dan titik bakar aspal agar dapat digunakan sebagai
perencanaan bahan perkerasan jalan agar pada saat kondisi tertentu aspal tidak
terbakar.
Tujuan:
daktalitas adalah salah satu cara dalam pengujian aspal dalam
pengelompokan aspal yang mana semakin tinggi nilai daktalitas maka aspal akan
terbilang semakin plastis maka semakin tinggi nilai penetrasinya dan sedikit suhu
yang dibutuhkan untuk melembekan aspal tersebut / semakin rendaj titik
lembeknya.
b.Perencanaan campuran
persiapan material :
Kadar aspal optimum untuk laston umumnya berkisar antara 4% sampai
7% terhadap berat campuran. Dalam menentukan kadar aspal optimum dengan
menggunakan pengujian marshall, maka diperlukan sedikitnya enam variasi kadar
aspal dengan kenaikan ½ %. Setiap nilai kadar aspal diperlukan minimal tiga
sampel atau spesimen marshall, sehingga untuk mencari kadar aspal optimum
diperlukan setidaknya 18 sampel. Berat satu sampel marshall adalah sekitar 1200
gr agregat dan secara umum maka diperlukan sekitar 23 kg agregat dan sekitar 4
kg sampai 5 kg aspal.
C. Perlengkapan:
1) Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan
tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2) Mesin penumpuk manual atau otomatis lengkap dengan :
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan perhitungan dari karakteristik Laston
lapis aus (AC-WC) dengan menggunakan aspal didapat kesimpulan sebagai
berikut:
4.2. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk:
Melakukan pengujian dengan menggunakan variasi komposisi agregat
sebelumnya.
Penambahan benda uji dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Melakukan pengujian tambahan untuk mengetahui sifat kohesi aspal.
Melakukan penelitian tentang penggunaan Asbuton olahan jenis lain pada
lapis perkerasan yang sama.
Melakukan analisis secara ekonomi tentang keuntungan dan kerugian dari
penggunaan Asbuton pada perkerasan jalan.
Kalibrasi alat dilakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Perlu adanya konsistensi pengaturan suhu dan waktu perendaman benda uji,
karena hal tersebut cukup berpengaruh terhadap hasil uji marshall campuran.
DAFTAR PUSTAKA