“ASPAL”
Oleh :
Dosen Pengampu :
Debby Yulinar Permata, S.T., M.T
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “ Aspal dan Kerusakannya” ini membahas tentang
pengaplikasian aspal, jenis-jenis kerusakan dan inovasi terbaru terkait dengan
aspal. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Pelaksanaan dan Pemeliharaan Perkerasan Jalan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Aspal sendiri memiliki kelemahan terhadap air karena sifat air yang dapat
melarutkan material, sehingga fungsi aspal sebagai bahan perekat akan kehilangan
materialnya. Maka dari itu dari makalah ini kami akan mambahas hal mengenai
kerusan aspal yang diakibatkan air.
1
1.2 Rumusan Masalahan
Dari latar belakang yang ada di atas ada beberapa rumusan masalah yang akan
kami bahas dalam penulisan makalah kali ini, yaitu:
1. Bagaimana proses terjadinya kerusakan pada aspal ?
2. Apa saja jenis kerusakan yang terjadi ?
3. Bagaimana cara penanganan aspal yang rusak tersebut ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Aspal merupakan bahan pengikat utama pada perkerasan lentur. Kontruksi
perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban
lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya, dimana lapisan itu terdiri
dari Subgrade, Sub Base Course, Base Course, dan Surface.
4
ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan
campuran.
2. Durabilitas
Durabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan
terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat,
dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi
lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami
perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal
tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.
5
2.3 Macam-Macam Aspal
1. Aspal Makadam (Macadam Penetrasi)
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk
memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih
besar diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran
batuan terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil,
selanjutnya dipenetrasi agar saling mengikat.
2. Beton Aspal
Lapisan aspal beton (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat, dicampun dan dihampar dalam
keadaan panas serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, S.,1992). Ciri
lainnya adalah memiliki sedikit rongga dalam struktur agregatnya, saling
mengunci satu dengan yang lainnya, oleh karena itu aspal beton memiliki sifat
stabilitas tinggi dan relatif kaku. (Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum 2010).
Sesuai fungsinya Laston (AC) mempunyai 3 macam campuran yaitu:
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course), dengan tebal nominal minimum adalah 4 cm.
6
b. Laston sebagai lapisan antara, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt
Concrete- Binder Course), dengan tebal nominal minimum adalah 6 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC- Base (Asphalt
Concrete-Base), dengan tebal nominal minimum adalah 7,5 cm.
3. Aspal Buton
Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau
buton, sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam
7
- AC Pen 120/150
- AC pen 200/300
8
mengalami penuaan yang lebih cepat dari pada aspal yang mengandung sedikit
sulfur. Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya
terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya
mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam organik dan
hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia
aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang
canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung an dengan
sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat
memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten.
Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin. Walaupun
begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena adanya sifat
saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.
9
benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film
Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua
proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di
gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas
dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
b. Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya,
dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat.
Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan
campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas
campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak
langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas
aspal keras.Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal
yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal
yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap
batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui
daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang
telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan selama 24
jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan
gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat
akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat
erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi
sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik
sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
c. Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperature meningkat.Kepekaan aspal untuk
berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan
aspal terhadap temperatur.
d. Pengerasan dan penuaan aspal
10
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui
durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan
oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan
jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang
menentukan kecepatan penuaan.
11
melalui lapis-lapis konstruksi perkerasan. Perencanaan konstruksi jalan dibuat
berdasarkan prakiraan terhadap beban lalu lintas yang akan melewatinya dengan
mengkonversikannya menjadi beban sumbu standar untuk memudahkan
perhitungan. Beban sumbu standar merupakan beban dimana setiap satu kali
lintasan sumbu standar akan memberikan daya rusak (damage factor) terhadap
perkerasan sebesar satu.
Permasalahan terjadi ketika pada tahap perencanaan, beban yang
diperhitungkan merupakan beban standar, namun kenyataan yang terjadi di
lapangan banyak dijumpai truk-truk dengan muatan sumbu terberat melebihi
beban sumbu standar (kelebihan muatan). Dalam hal ini, akibat adanya faktor
pangkat empat yang digunakan untuk menghitung angka ekivalen beban standar,
maka untuk setiap penambahan beban tiap roda kendaraan akan mengakibatkan
penambahan daya rusak kendaraan (damage factor) terhadap perkerasan sebesar
pangkat empat dari rasio antara beban nyata yang bekerja dengan beban standar.
Sehingga penambahan beban pada truk yang kelebihan muatan akan memberikan
peningkatan yang sangat signifikan pada angka ekivalen kendaraan.
Sementara langkah yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan
muatan tersebut adalah dengan menerapkan batasan berat yang diizinkan untuk
setiap jenis kendaraan yang akan melintas di jalan raya. Namun permasalahan
yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya pemisahan wewenang antara instansi
terkait yang bertanggung jawab melakukan perencanaan perkerasan jalan dengan
instansi yang bertanggung jawab melakukan kontrol terhadap muatan kendaraan
yang akan melintasi jalan raya.
12
banyak pekerjaan yang diselesaikan dengan mutu yang tidak memenuhi standar
sudah rusak sebelum umur rencananya tercapai.
Sementara faktor kesengajaan yang menyebabkan kegagalan konstruksi
jalan lebih diakibatkan oleh kecurangan-kecurangan yang dilakukan kontraktor
untuk mengejar keuntungan pribadi semata, dalam hal ini dilakukan dengan
merubah komposisi campuran material perkerasan, pemakaian material
perkerasan tidak memenuhi syarat, mengurangi tebal perkeraan serta pekerjaan
pemadatan lapis perkerasan yang tidak memenuhi standar dengan tujuan untuk
agar proses pelaksanaan menjadi lebih singkat dan biaya produksi menjadi lebih
kecil.
Sehubungan dengan hal-hal tersebtu diatas maka faktor pengawasan
pekerjaan dilapangan harus diperketat sehingga penyimpangan-penyimpangan
dilapangan terhadap pelaksanaan pekerjaaa, penggunaan kualitas material yang
tidak sesuai dapat direduksi seminimal mungkin.
13
Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis
permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendara (riding
quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun.
Sementara pemeliharaan berkala adalah penanganan yang dilakukan terhadap
jalan pada waktu-waktu tertentu (tidak sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kemampuan struktural. Pekerjaan pemeliharaan rutin mencakup
usaha-usaha memelihara atau merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan
terhadap seluruh ruas jalan yang ada dalam kondisi bagus, agar jalan dapat
berfungsi seperti yang diharapkan.
Pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terencana sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan ini mencakup penanganan permukaan aspal dan drainase. Pemeliharaan
rutin mencakup pekerjaan-pekerjaan perbaikan kecil dan pekerjaan-pekerjaan
rutin yang umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang teratur dalam satu
tahun, seperti penambalan permukaan dan pemotongan rumput serta pekerjaan-
pekerjaan perbaikan untuk menjaga agar jalan tetap pada kondisi yang baik.
Pemeliharaan rutin biasanya dilaksanakan pada semua ruas dan segmen yang
dalam keadaan baik atau sedang.
Pekerjaan pemeliharaan merupakan faktor yang penting untuk menjaga agar
tingkat pelayanan jalan dapat dipertahankan sesuai umur rencananya. Pekerjaan
pemeliharaan yang dilakukan secara konsisten terus menerus sesuai dengan masa
pelyanan jalan akan dapat mengurangi kebutuhan untuk dilaksanakannya
pekerjaan berat. Pekerjaan pemeliharaan merupakan prioritas utama dalam
perawatan jalan.
14
jalan. Untuk jalan-jalan kabupaten, pekerjaan ini terdiri dari pemberian lapis ulang
pada jalan-jalan dengan lapis permukaan dari aspal dan pemeberian lapis ulang
kerikil pada jalan kerikil, termasuk menyiapkan permukaan jalan.
3. Pekerjaan Menunjang
Pekerjaan penunjangan merupakan kegiatan pemeliharaan jalan yang
bersifat sementara (jangka pendek) terhadap ruas-ruas jalan yang dalam kondisi
pelayanan tidak baik atau kritis, sebelum program peningkatan jalan dapat
dilakukan. Pekerjaan penunjangan umumnya dilakukan ketika dana yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan peningkatan / rehabilitasi belum
tersedia.
4. Pekerjaan Peningkatan
Pekerjaan peningkatan adalah penanganan jalan yang bertujuan untuk
memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau
geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Pekerjaan
peningkatan mencakup kegiatan pemeliharaan jalan untuk memperbaiki kondisi
jalan dengan kemampuan tidak bagus atau kritis menjadi jalan dengan kondisi
baik.
Secara garis besar, konsep pemeliharaan jalan dapat dilihat pada Gambar
berikut.
15
5. Stabilisasi Pada Perkerasan Jalan
Stabilisasi dalam perkerasan jalan adalah suatu proses yang dilakukan
sedemikian rupa untuk meningkatkan daya dukung beban dan stabilitas material
yang distabilisasi. Stabilisasi dilakukan dengan mencampur sejumlah bahan
pengikat maupun material baru dengan gradasi tertentu untuk meningkatkan
kualitas material yang distabilisasi. Terdapat banyak jenis bahan pengikat (binder)
yang dapat digunakan dalam stabilisasi. Pemilihan bahan pengikat dipengaruhi
oleh nilai Indeks Plastisitas (IP) material, gradasi dan ukuran butiran material
serta ketersediaan peralatan dan bahan untuk melakukan stabilisasi.
Dalam perkembangannya penggunaan stabilisasi dalam rehabilitasi
perkerasan jalan saat ini juga sering dikombinasikan dengan teknik daur ulang
material perkerasan. Penggunaan stabilisasi dalam daur ulang perkerasan
dilakukan untuk peningkatan kualitas material perkerasan yang didaur ulang.
Penggunaan stabilisasi dalam daur ulang perkerasan jalan semakin didukung
dengan perkembangan teknologi peralatan untuk pengerjaan stabilisasi, sehingga
semakin memudahkan proses pengerjaan stabilisasi dengan berbagai jenis
material, aditif (binder) dan ketebalan lapisan stabilisasi.
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah studi kasus
mengenai “Kajian Eksperimental Dampak Genangan Air Hujan Terhadap Struktur
Aspal Pavement (Studi Kasus Ruas Jalan Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota
Makassar).
(122M)
1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Dari Universitas Atmajaya Makassar. 0411-871038 Makassar. Email :
Firdauschairuddin@Gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: Tjaronge@yahoo.co.jp
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Unversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: ramli@unhas.ac.id
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil Uiversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: johannespatunduk@yahoo.ac.id
ABSTRAK
Kota Makassar adalah kota dikawasan timur Indonesia, namun masih sering
ditemui jalan yang tergenang air saat musim hujan, akibatnya ada beberapa jalan
rusak akibat genangan air seperti jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Sta.0 + 900 –
Sta. 1 + 200 terjadi pola kerusakan stripping, raveling, pothole. Data curah hujan
dari badan Meteorologi Kota Makassar mencatat mulai dari bulan januari sampai
bulan desember 2010 dan bulan januari sampai pertengahan bulan agustus 2011
curah hujan mencapai 368 mm/bln. Pengamblan sampel ruas jalan Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Makassar (Sta.0+ 900 – Sta. 1 + 200) dengan cara core
menggunakan alat coredrill. Selanjtnya melakukan uji laboratorium mulai dari
memotong sampel, menimbang, perendaman, penimbunan basah, pengeringan
permukaan, penguraian sampel, pembuatan briket. Selanjutnya melakukan test
17
Density (SNI 03 – 2828 – 1992) test Stabilitas, pengujian kadar aspal (SNI 03 –
3640 – 1994), pengujian Gradasi Aggregate (SNI 03 – 1968 – 1990). Jumlah
sampel yang diambil ada 12 titik. Pengambilan sampel dimulai dari sebelah kiri
jalan kemudian di sebelah kanan jalan jumlah sampel 12 titik. pada pengujian
stabilitas dengan menggunakan Marshall test hanya menghasilkan 4 buah sampel
yaitu sampel A1, A2, B1, dan B2.Hasil gradasi pada sampel A1 terlihat dari grafik
bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu
mempunyai nilai 73,37. Hasil gradasi pada sampel B1 dari hasil gradasi dapat
pula terlihat dari grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan
no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,35 %. Pada sampel B2 dapat pula terlihat dari
grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu
mempunyai nilai 87,53.
1. PENDAHULUAN
18
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh genangan air terhadap lapis
permukaan jalan.
2. KERANGKA BERPIKIR
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini, diuraikan seperti skema sebagai
berikut :
Jalan
Genangan Air
1. Stripping
Kerusakan (pengelupasan)
Jalan 2. Ravelling(pelepasan
agregat)
3. Pothole (lubang)
Data primer
Analisis
(laboratorium)
Kajian analisis
Kesimpulan
3. Lokasi Penelitian
Kecamatan Wajo adalah salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang ada
di wilayah Kota Makassar dan terletak di Pusat Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Letak Kecamatan Wajo berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah sebelah
Utara, Kecamatan Bontoala sebelah Timur, Kecamatan Ujung Tanah sebelah
Selatan dan Selat Makassar sebelah Barat. Wilayah Kecamatan Wajo dengan luas
19
1,99 Km2 terbagi dalam 8 kelurahan di mana 5 kelurahan terletak di daerah pantai
dan 3 kelurahan lainnya terletak di daerah bukan pantai dengan rata-rata
ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Letak Geografis Kecamatan
Wajo 5° 07’ 32’’ Lintang Selatan dan 119° 24’ 36’’ Bujur Timur. Setelah
dilakukan peninjauan lapangan, genangan air yang tertinggi di antara 8 Kelurahan
adalah Kelurahan Melayu dan Kelurahan Butung. Luas Kelurahan Melayu sebesar
0,06 Km2 dan Kelurahan Butung sebesar 0,27 Km2 . Jumlah penduduk Kelurahan
Melayu sebanyak 5917 jiwa dan Kelurahan Butung sebanyak 2583 jiwa. Kedua
Kelurahan tersebut merupakan daerah pusat bisnis/perniagaan di mana terdapat
sekolah, SPBU, tempat ibadah, pertokoan, hotel, dan lain-lain. Berdasarkan hasil
pengamatan kami, Kecamatan ini berada di ruas jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo
merupakan jalan yang termasuk dalam sistem jaringan jalan sekunder dan
berdasarkan fungsinya merupakan jalan lokal. Status jalan ini adalah jalan kota.
20
4. STUDI LITERATUR
Jalan merupakan lintasan dasar dan utama dalam menggerakkan roda
perekonomian Nasional dan daerah, mengingat penting dan srategisnya fungsi
jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk.
Dimana ketersediaan jalan memungkinkan masyarakat mendapatkan akses
kemudahan bertransportasi. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan
yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhada deformasi yang
terjadi. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh physical damage
factor yang berlebih, banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat
pertumbuhan jalan kendaraan juga sangat berpengaruh terhadap umur layak
kendaraan. Disamping itu kerusakan jalan banyak diakibatkan oleh fungsi
drainase struktur jalan kurang baik, akibatnya genangan air dipermukaan jalan
meningkat sehingga merusak struktur jalan. (Puslitbang PU, 2011).
Sifat aspal berpori antaranya adalah sifat hidrolik dikarenakan memberi
manfaat mencegah aqua planning pada jalan dengan kondisi basah atau tergenang
air di lapis permukaannya sehingga mengurangi hidroplanning. Selebihnya sifat
aspal berpori karena permukaannya yang kasar tahan selip kendaraan pada kndisi
kecepatan tnggi disamping itu pula aspal berpori mengurangi semprotan air dan
pantulan cahaya di jalan karea fungsi drainasenya baik. (Pagotto. et. al. 2000).
Kapasitas drainase aspal berpori sangat tergantung pada besar kecil ukuran
porositas, sedangkan daya tahan dan kekuatan tergantung pada besar ukuran isi
kekosongan pori yang berbeda, dimana di tentukan bahwa pavement dengan kadar
kekosongan lebih dari 20% itu lebih tahan lama dibanding kondisi kadar
kekosongan kurang dari 20%. (Ruz, et. al, 1990).
Pada aspal berpori yang menggunakan bahan pengikat BNA Blend Pertamina
100%, curah hujan yang jatuh pada permukaan dengan kemiringan antara 2% -
3% dengan intensitas 452 mm/jam besarnya rembesan vertikal adalah 100% dan
aliran permukaan (surface run off) yaitu 0,05%. (Nur Ali, et.al, 2012).
Pada masa sekarang ini perkerasan jalan sudah pada tingkat yang cukup maju.
Perkerasan jalan sudah pada tingkat perencanaan yang memperhitungkan berbagai
analisa-analisa teoritis dengan metode empiris setelah melalui pengujian yang
akurat. Berdasarkan kebutuhannya maka perkerasan jalan secara umum wajib
21
untuk memenuhi beberapa syarat yaitu dari sudut pandang berlalu lintas, pemakai
jalan haruslah merasakan keamanan dan kenyamanan serta secara struktural,
kemampuan memikul beban yang cukup besar serta dapat beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-
lapisannya berfungsi untuk memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar yang telah dipadatkan. Secara umum lapisan perkerasan pada lapisan
permukaan (surface coarse), merupakan lapisan yang menerima langsung beban
roda dan bertugas untuk meneruskan dan menyebarkan beban ke lapisan pondasi
atas. Lapisan permukaan juga merupakan lapisan yang paling atas. (Hamirhan
Saodang, 2004).
22
dari bahan kurang baik, tanah dasar kurang stabil, air tanah, pondasi tidak baik,
lapis permukaan lapuk, penyusutan tanah, sokongan samping hilang, perubahan
volume akibat terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah, agregat halus terlalu
banyak dan pemadatan kurang (Keni, V. S. Patala, Y. 2006).
5. METODELOGI PENELITIAN
Melalui survey lapangan (secara visual) terlihat beberapa jenis kerusakan jalan yang
terdapat di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, yaitu berupa :
23
Metode Eksperimenta :
Mulai A
Memanaskan briket
Penimbangan sampel
Penguraian briket
Perendaman Sampel 24 jam
Ekstraksi
Penimbangan sampel basah
Penguraian sampel
Gradasi
Pembuatan Briket
Penimbnagan agregat
Perendaman Briket 24 jam hasil Gradasi
24
6. Hasil dan Pembahasan
Pengujian kepadatan atau density ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kepadatan yang masih terdapat pada ruas Jalan Dr. Wahidin sudirohusodo (sta 0+900 –
sta 1+200). Adapun hasil pengujian kepadatan pada tiap- tiap briket (sample)
hasil coredrill jalan seperti yang terdapat pada lampiran hasil pengujian
kepadatan. Pengujian Marshal bertujuan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal ruas Jalan Dr. Wahidin
Sudirohusudo (sta 0+900 – sta 1+200). Adapun hasil pengujian marshall terdapat
pada lampiran hasil pengujian marshall.Pengujian Ekstraksi bertujuan untuk
memisahkan agregat dengan aspal agar dapat diketahui seberapa besar agregat
yang mengalami fatik atau kelelahan serta mengalami keausan selama masa
layanan. Adapun hasil pengujian ekstraksi terdapat pada lampiran hasil pengujian
ekstraksi. Pengujian gradasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar aggregat
dan kadar aspal yang tersisa pada briket. Adapun hasil pengujian pada tiap-tiap
briket antara lain:
25
Hasil Gradasi Sampel A1
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A1 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 100 berat tertahan lebih besar dibandingkan
dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat
dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½
yaitu mempunyai nilai 73,37 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai
kapasitas agregat lolos lebih besar.
Kumulatif
no.Saringan indiv. Berat tahan
Br.tahan %tahan %lolos
26
Hasil Gradasi Sampel A2
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A2 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 100 individu berat tertahan lebih besar
dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan
dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat
pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 82.10 %, karena merupakan no
saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar.
27
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B1 diatas bahwa saringan
no 4 dan saringan no 50 individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan
dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari
grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “
yaitu mempunyai nilai 87,35 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai
kapasitas agregat lolos lebih besar.
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B2 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 3,8” individu berat tertahan lebih besar
dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan
dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat
pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,53 %, karena merupakan no
saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar
28
Tabel Perbandingan Hasil Penelitian
29
7. KESIMPULAN
30
BAB IV
31
jadi bahan baku pembuatan konstruksi memiliki nilai lebih. Bahkan
memanfaatkan limbah termasuk dalam suatu gerakan green environmental, green
process, dan yang penting green product.
Harapannya, penggunaan limbah B3 bisa dikaji kembali dalam undang-
undang jika pemanfaat untuk kepentingan lingkungan. Karena menurut Prof.
Bambang bukan dilihat sebagai limbah, melainkan sumber (yang bisa
dimanfaatkan) untuk menyelesaikan segelintir masalah untuk kebaikan
masyarakat dalam pengembangan inovasi geopori.
32
kemudian diolah dengan proses yang benar sehingga terciptalah produk
geopori yang ramah terhadap lingkungan.
3. Tahan lama
Geopori mampu bertahan kurang lebih 40 tahun karena bahan ini memang
tahan terhadap air sehingga umurnya juga lebih lama dibanding perkerasan
lainnya.
b.Kekurangan Geopori :
1. Kurang menahan beban
Karena porus yang dimilikinya, geopori hanya mampu menahan beban
<1,5 ton saja. Sehingga tidak bisa diterapkan di jalanan yang dilewati
kendaraan-kendaraan berat.
2. Perawatannya cukup mahal
Selain itu, pori atau porus pada geopori dapat tersumbat oleh debu, pasir
atau kotoran lainnya yang ada di jalanan. Sehinnga diperlukan penangan
khusus untuk perawatannya. Karena jika sudah tersumbat, maka GeoPori
ini kehilangan fungsinya untuk menyerap air.
33
4.2 Teknologi Aspal Karet
34
4.3 Teknologi Aspal dengan campuran limbah plastik
35
Masalah yang lebih besar dari teknologi ini adalah polusi mikro-plastik.
Plastik yang digunakan dalam proses pengolahan aspal hanya berubah secara fisik
dan membentuk lapisan tipis pada batuan. Plastik tersebut tidak benar-benar
terurai. Pelapukan jalan sepanjang waktu berpotensi memecah plastik menjadi
partikel mikro plastik yang masuk ke ekosistem. Jika dibakar, plastik akan
mengeluarkan zat dioksin yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Jenis penyakit
dampak dioksin mengerikan karena bisa membunuh badan manusia secara
perlahan. Plastik pada kondisi panas akan memuai dan mengeluarkan racun. Nah
jalan pasti terpapar matahari. Hal lain, apakah jumlah limbah plastik yang
digunakan signifikan dan teknologinya efisien.
36
BAB V
ANALISA INDIVIDU
37
Nama : M.Reza Pahlevi
NIM : 03011381821008
Dari permasalahan yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo kota Makassar
tentang kerusakan jalan akibat genangan air hujan saya dapat menyimpulkan
bahwa genangan air hujan tidak mempengaruhu kadar kadar aspal pada sampel
yang telah di teliti, karena aspal disini hanya difungsikan sebagai alat pekerat
antar agregat dan kita juga mengetahui bahwa aspal itu mempunyai sifat yang
kedap terhadap air. Namun genangan air hujan yang ada pada jalan akan
memepengaruhui agregat yang terkandung pada aspal itu sendiri yang berakibat
lepasanya ageregat yang ada pada aspal. Itula yang menjadi penyebab utama
rusaknya aspal yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin tersebut.
Menurut saya untuk menanggulanginya dapat dibuatkan sistem drainase yang
lebih baik lagi agar air yang ada pada saat terjadi hujan dapat langsung mengalir
pada drainase tersebut . Selain itu juga harus ada perawatan berkala yang di
lakukan untuk merawat aspal ataupun sistem drainasenya
Kalau pun memungkinkan ada teknologi berupa aspal yang dapat menyerap air
yang pertama kali di kembangkan oleh negara Inggris . Aspal ini dapat menyerap
air sebnayak 4000 liter dalam waktu 1 menit. Namun aspal ini tidak cocok
digunakan untuk wilayah dengan mobilitas kendaraan tinggi dan banyak.
Teknologi aspal ini cocok untuk wilayah pengguna jalan raya yang relatif sepi
kendaraan , belum lagi harganya yang malah untuk penerapannya.
38
Nama : Emilia Ayu Ningsih
NIM : 03011381821010
Perkerasan jalan adalah lapisan yang diantara tanah dasar dan roda kendaraan
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi. Perkerasan
jalan memiliki beberapa jenis, yaitu:
1. Perkerasan lentur (flexural pavement)
2. Perkerasan kaku (rigid pavement)
3. Perkerasan komposit (composite pavement)
Jenis perkerasan lentur menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Aspal
memiliki beberapa kekurangan sehingga dapat menimbulkan beberapa jenis
kerusakan pada perkerasan lentur, kerusakan-kerusakan pada perkerasan lentur
diantara nya adalah retak dan deformasi, retak, distorsi, kegemukan, lubang-
lubang (potholes), keausan, ravelling dan stripping.
Pada contoh studi kasus yang kami bahas, jenis kerusakan yang terjadi
adalah terjadinya ravelling, potholes dan stripping pada ruas jalan dr.Wahidin
(STA 0+900-1+200). Kerusakan tersebut disebabkan oleh genanagan air hujan
yang masuk ke dalam permukaan aspal sehingga menyebabkan hilangnya sifat
adhesi dari aspal dan berdampak terlepasnya agregat-agregat (ravelling).
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk jenis kerusakan seperti yang ada pada Jl.Dr
Wahidin adalah :
1. Pada jalan yang berlubang (potholes) dapat diperbaiki dengan cara
membersihkan lubang-lubang dari air dan material yang terlepas
2. Pada ruas jalan yang mengalami pengelupasan bagian jalan yang rusak
harus di garuk kemudian diratakan setelah itu dilapisi dengan buras
3. Pada ruas jalan yang mengalami ravelling perbaikan dilakukan dengan
memberikan lapisan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan
butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan pada contoh studi kasus
kerusakan jalan di Jl.Dr.Wahidin adalah dengan menggunakan aspal geopori.
Aspal geopori menggunakan bahan baku kerikil dan limbah batu bara. Geopori
39
akan membuat air dipermukaan jalan akan langsung membuat air terserap ke
dalam tanah dan memiliki daya tahan yang lebih lama dari jalan aspal.
NIM : 03011381821011
40
Nama : Rahmadhina Aji Pertiwi
NIM : 03011381821024
Dengan melihat permasalahan pada Jl. Dr. Wahidin, dapat diketahui bahwa
keruskan jalan terjadi akibat adanya genangan air. Jadi, genangan air sebenarnya
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap jalan, kaitannya dengan umur
ketahanan jalan. Semakin banyak atau semakin lama terjadi genangan air, maka
akan semakin mudah terjadi kerusakan sehingga akan memperpendek umur jalan
tersebut. Kerusakan yang terjadi pun bermacam-macam, baik itu retak atau
lubang. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna
jalan. Untuk itu pada kasus ini dilakukan pengujian terhadap agregat-agregat yang
menjadi bahan penyusun pada jalan tersebut, selanjutnya dilakukan perbaikan
terhadap kerusakan jalan tersebut. Namun, untuk mencegah terjadi kembali
kerusakan, sebaiknya perlu diperhatikan bagaimana cara untuk menghilangkan
atau mengurangi genangan air seperti memanfaatkan adanya inovasi baru pada
aspal seperti teknologi geopori yang memiliki keuntungan dapat menyerap air dan
lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah batubara serta lebih tahan
lama.
41
DAFTAR PUSTAKA
42