“ASPAL”
Oleh :
Dosen Pengampu:
Debby Yulinar Permata, S.T., M.T
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “Aspal dan Kerusakannya” ini membahas tentang
pengaplikasian aspal, jenis-jenis kerusakan dan inovasi terbaru terkait dengan
aspal. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Pelaksanaan dan Pemeliharaan Perkerasan Jalan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Aspal sendiri memiliki kelemahan terhadap air karena sifat air yang dapat
melarutkan material, sehingga fungsi aspal sebagai bahan perekat akan kehilangan
materialnya. Maka dari itu dari makalah ini kami akan mambahas hal mengenai
kerusan aspal yang diakibatkan air.
1
1.2 Rumusan Masalahan
Dari latar belakang yang ada di atas ada beberapa rumusan masalah yang akan
kami bahas dalam penulisan makalah kali ini, yaitu:
1. Bagaimana proses terjadinya kerusakan pada aspal ?
2. Apa saja jenis kerusakan yang terjadi ?
3. Bagaimana cara penanganan aspal yang rusak tersebut ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Aspal merupakan bahan pengikat utama pada perkerasan lentur. Kontruksi
perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban
lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya, dimana lapisan itu terdiri
dari Subgrade, Sub Base Course, Base Course, dan Surface.
4
ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan
campuran.
2. Durabilitas
Durabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan
terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat,
dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi
lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami
perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal
tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.
5
2.3 Macam-Macam Aspal
1. Aspal Makadam (Macadam Penetrasi)
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk
memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih
besar diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran
batuan terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil,
selanjutnya dipenetrasi agar saling mengikat.
2. Beton Aspal
Lapisan aspal beton (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat, dicampun dan dihampar dalam
keadaan panas serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, S.,1992). Ciri
lainnya adalah memiliki sedikit rongga dalam struktur agregatnya, saling
mengunci satu dengan yang lainnya, oleh karena itu aspal beton memiliki sifat
stabilitas tinggi dan relatif kaku. (Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum 2010).
Sesuai fungsinya Laston (AC) mempunyai 3 macam campuran yaitu:
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course), dengan tebal nominal minimum adalah 4 cm.
6
b. Laston sebagai lapisan antara, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt
Concrete- Binder Course), dengan tebal nominal minimum adalah 6 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC- Base (Asphalt
Concrete-Base), dengan tebal nominal minimum adalah 7,5 cm.
3. Aspal Buton
Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau
buton, sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam
7
- AC Pen 120/150
- AC pen 200/300
8
sulfur. Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya
terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya
mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam organik dan
hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia
aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang
canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung an dengan
sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat
memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten.
Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin. Walaupun
begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena adanya sifat
saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.
9
proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di
gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas
dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
b. Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya,
dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat.
Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan
campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas
campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak
langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas
aspal keras.Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal
yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal
yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap
batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui
daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang
telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan selama 24
jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan
gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat
akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat
erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi
sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik
sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
c. Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperature meningkat.Kepekaan aspal untuk
berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan
aspal terhadap temperatur.
d. Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui
durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan
oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan
10
jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang
menentukan kecepatan penuaan.
11
lintasan sumbu standar akan memberikan daya rusak (damage factor) terhadap
perkerasan sebesar satu.
Permasalahan terjadi ketika pada tahap perencanaan, beban yang
diperhitungkan merupakan beban standar, namun kenyataan yang terjadi di
lapangan banyak dijumpai truk-truk dengan muatan sumbu terberat melebihi
beban sumbu standar (kelebihan muatan). Dalam hal ini, akibat adanya faktor
pangkat empat yang digunakan untuk menghitung angka ekivalen beban standar,
maka untuk setiap penambahan beban tiap roda kendaraan akan mengakibatkan
penambahan daya rusak kendaraan (damage factor) terhadap perkerasan sebesar
pangkat empat dari rasio antara beban nyata yang bekerja dengan beban standar.
Sehingga penambahan beban pada truk yang kelebihan muatan akan memberikan
peningkatan yang sangat signifikan pada angka ekivalen kendaraan.
Sementara langkah yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan
muatan tersebut adalah dengan menerapkan batasan berat yang diizinkan untuk
setiap jenis kendaraan yang akan melintas di jalan raya. Namun permasalahan
yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya pemisahan wewenang antara instansi
terkait yang bertanggung jawab melakukan perencanaan perkerasan jalan dengan
instansi yang bertanggung jawab melakukan kontrol terhadap muatan kendaraan
yang akan melintasi jalan raya.
12
untuk mengejar keuntungan pribadi semata, dalam hal ini dilakukan dengan
merubah komposisi campuran material perkerasan, pemakaian material
perkerasan tidak memenuhi syarat, mengurangi tebal perkeraan serta pekerjaan
pemadatan lapis perkerasan yang tidak memenuhi standar dengan tujuan untuk
agar proses pelaksanaan menjadi lebih singkat dan biaya produksi menjadi lebih
kecil.
Sehubungan dengan hal-hal tersebtu diatas maka faktor pengawasan
pekerjaan dilapangan harus diperketat sehingga penyimpangan-penyimpangan
dilapangan terhadap pelaksanaan pekerjaaa, penggunaan kualitas material yang
tidak sesuai dapat direduksi seminimal mungkin.
13
meningkatkan kemampuan struktural. Pekerjaan pemeliharaan rutin mencakup
usaha-usaha memelihara atau merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan
terhadap seluruh ruas jalan yang ada dalam kondisi bagus, agar jalan dapat
berfungsi seperti yang diharapkan.
Pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terencana sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan ini mencakup penanganan permukaan aspal dan drainase. Pemeliharaan
rutin mencakup pekerjaan-pekerjaan perbaikan kecil dan pekerjaan-pekerjaan
rutin yang umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang teratur dalam satu
tahun, seperti penambalan permukaan dan pemotongan rumput serta pekerjaan-
pekerjaan perbaikan untuk menjaga agar jalan tetap pada kondisi yang baik.
Pemeliharaan rutin biasanya dilaksanakan pada semua ruas dan segmen yang
dalam keadaan baik atau sedang.
Pekerjaan pemeliharaan merupakan faktor yang penting untuk menjaga agar
tingkat pelayanan jalan dapat dipertahankan sesuai umur rencananya. Pekerjaan
pemeliharaan yang dilakukan secara konsisten terus menerus sesuai dengan masa
pelyanan jalan akan dapat mengurangi kebutuhan untuk dilaksanakannya
pekerjaan berat. Pekerjaan pemeliharaan merupakan prioritas utama dalam
perawatan jalan.
14
Pekerjaan penunjangan merupakan kegiatan pemeliharaan jalan yang
bersifat sementara (jangka pendek) terhadap ruas-ruas jalan yang dalam kondisi
pelayanan tidak baik atau kritis, sebelum program peningkatan jalan dapat
dilakukan. Pekerjaan penunjangan umumnya dilakukan ketika dana yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan peningkatan / rehabilitasi belum
tersedia.
4. Pekerjaan Peningkatan
Pekerjaan peningkatan adalah penanganan jalan yang bertujuan untuk
memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau
geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Pekerjaan
peningkatan mencakup kegiatan pemeliharaan jalan untuk memperbaiki kondisi
jalan dengan kemampuan tidak bagus atau kritis menjadi jalan dengan kondisi
baik.
Secara garis besar, konsep pemeliharaan jalan dapat dilihat pada Gambar
berikut.
15
pengikat maupun material baru dengan gradasi tertentu untuk meningkatkan
kualitas material yang distabilisasi. Terdapat banyak jenis bahan pengikat (binder)
yang dapat digunakan dalam stabilisasi. Pemilihan bahan pengikat dipengaruhi
oleh nilai Indeks Plastisitas (IP) material, gradasi dan ukuran butiran material
serta ketersediaan peralatan dan bahan untuk melakukan stabilisasi.
Dalam perkembangannya penggunaan stabilisasi dalam rehabilitasi
perkerasan jalan saat ini juga sering dikombinasikan dengan teknik daur ulang
material perkerasan. Penggunaan stabilisasi dalam daur ulang perkerasan
dilakukan untuk peningkatan kualitas material perkerasan yang didaur ulang.
Penggunaan stabilisasi dalam daur ulang perkerasan jalan semakin didukung
dengan perkembangan teknologi peralatan untuk pengerjaan stabilisasi, sehingga
semakin memudahkan proses pengerjaan stabilisasi dengan berbagai jenis
material, aditif (binder) dan ketebalan lapisan stabilisasi.
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah studi kasus
mengenai “Kajian Eksperimental Dampak Genangan Air Hujan Terhadap Struktur
Aspal Pavement (Studi Kasus Ruas Jalan Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota
Makassar).
(122M)
1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Dari Universitas Atmajaya Makassar. 0411-871038 Makassar. Email :
Firdauschairuddin@Gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: Tjaronge@yahoo.co.jp
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Unversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: ramli@unhas.ac.id
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil Uiversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: johannespatunduk@yahoo.ac.id
ABSTRAK
Kota Makassar adalah kota dikawasan timur Indonesia, namun masih sering
ditemui jalan yang tergenang air saat musim hujan, akibatnya ada beberapa jalan
rusak akibat genangan air seperti jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Sta.0 + 900 –
Sta. 1 + 200 terjadi pola kerusakan stripping, raveling, pothole. Data curah hujan
dari badan Meteorologi Kota Makassar mencatat mulai dari bulan januari sampai
bulan desember 2010 dan bulan januari sampai pertengahan bulan agustus 2011
curah hujan mencapai 368 mm/bln. Pengamblan sampel ruas jalan Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Makassar (Sta.0+ 900 – Sta. 1 + 200) dengan cara core
menggunakan alat coredrill. Selanjtnya melakukan uji laboratorium mulai dari
memotong sampel, menimbang, perendaman, penimbunan basah, pengeringan
permukaan, penguraian sampel, pembuatan briket. Selanjutnya melakukan test
17
Density (SNI 03 – 2828 – 1992) test Stabilitas, pengujian kadar aspal (SNI 03 –
3640 – 1994), pengujian Gradasi Aggregate (SNI 03 – 1968 – 1990). Jumlah
sampel yang diambil ada 12 titik. Pengambilan sampel dimulai dari sebelah kiri
jalan kemudian di sebelah kanan jalan jumlah sampel 12 titik. pada pengujian
stabilitas dengan menggunakan Marshall test hanya menghasilkan 4 buah sampel
yaitu sampel A1, A2, B1, dan B2.Hasil gradasi pada sampel A1 terlihat dari grafik
bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu
mempunyai nilai 73,37. Hasil gradasi pada sampel B1 dari hasil gradasi dapat
pula terlihat dari grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan
no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,35 %. Pada sampel B2 dapat pula terlihat dari
grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu
mempunyai nilai 87,53.
1. PENDAHULUAN
18
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh genangan air terhadap lapis
permukaan jalan.
2. KERANGKA BERPIKIR
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini, diuraikan seperti skema sebagai
berikut :
Jalan
Genangan Air
1. Stripping
Kerusakan (pengelupasan)
Jalan 2. Ravelling(pelepasan
agregat)
3. Pothole (lubang)
Data primer
Analisis
(laboratorium)
Kajian analisis
Kesimpulan
3. Lokasi Penelitian
Kecamatan Wajo adalah salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang ada
di wilayah Kota Makassar dan terletak di Pusat Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Letak Kecamatan Wajo berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah sebelah
Utara, Kecamatan Bontoala sebelah Timur, Kecamatan Ujung Tanah sebelah
Selatan dan Selat Makassar sebelah Barat. Wilayah Kecamatan Wajo dengan luas
19
1,99 Km2 terbagi dalam 8 kelurahan di mana 5 kelurahan terletak di daerah pantai
dan 3 kelurahan lainnya terletak di daerah bukan pantai dengan rata-rata
ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Letak Geografis Kecamatan
Wajo 5° 07’ 32’’ Lintang Selatan dan 119° 24’ 36’’ Bujur Timur. Setelah
dilakukan peninjauan lapangan, genangan air yang tertinggi di antara 8 Kelurahan
adalah Kelurahan Melayu dan Kelurahan Butung. Luas Kelurahan Melayu sebesar
0,06 Km2 dan Kelurahan Butung sebesar 0,27 Km2 . Jumlah penduduk Kelurahan
Melayu sebanyak 5917 jiwa dan Kelurahan Butung sebanyak 2583 jiwa. Kedua
Kelurahan tersebut merupakan daerah pusat bisnis/perniagaan di mana terdapat
sekolah, SPBU, tempat ibadah, pertokoan, hotel, dan lain-lain. Berdasarkan hasil
pengamatan kami, Kecamatan ini berada di ruas jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo
merupakan jalan yang termasuk dalam sistem jaringan jalan sekunder dan
berdasarkan fungsinya merupakan jalan lokal. Status jalan ini adalah jalan kota.
20
4. STUDI LITERATUR
Jalan merupakan lintasan dasar dan utama dalam menggerakkan roda
perekonomian Nasional dan daerah, mengingat penting dan srategisnya fungsi
jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk.
Dimana ketersediaan jalan memungkinkan masyarakat mendapatkan akses
kemudahan bertransportasi. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan
yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhada deformasi yang
terjadi. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh physical damage
factor yang berlebih, banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat
pertumbuhan jalan kendaraan juga sangat berpengaruh terhadap umur layak
kendaraan. Disamping itu kerusakan jalan banyak diakibatkan oleh fungsi
drainase struktur jalan kurang baik, akibatnya genangan air dipermukaan jalan
meningkat sehingga merusak struktur jalan. (Puslitbang PU, 2011).
Sifat aspal berpori antaranya adalah sifat hidrolik dikarenakan memberi
manfaat mencegah aqua planning pada jalan dengan kondisi basah atau tergenang
air di lapis permukaannya sehingga mengurangi hidroplanning. Selebihnya sifat
aspal berpori karena permukaannya yang kasar tahan selip kendaraan pada kndisi
kecepatan tnggi disamping itu pula aspal berpori mengurangi semprotan air dan
pantulan cahaya di jalan karea fungsi drainasenya baik. (Pagotto. et. al. 2000).
Kapasitas drainase aspal berpori sangat tergantung pada besar kecil ukuran
porositas, sedangkan daya tahan dan kekuatan tergantung pada besar ukuran isi
kekosongan pori yang berbeda, dimana di tentukan bahwa pavement dengan kadar
kekosongan lebih dari 20% itu lebih tahan lama dibanding kondisi kadar
kekosongan kurang dari 20%. (Ruz, et. al, 1990).
Pada aspal berpori yang menggunakan bahan pengikat BNA Blend Pertamina
100%, curah hujan yang jatuh pada permukaan dengan kemiringan antara 2% -
3% dengan intensitas 452 mm/jam besarnya rembesan vertikal adalah 100% dan
aliran permukaan (surface run off) yaitu 0,05%. (Nur Ali, et.al, 2012).
Pada masa sekarang ini perkerasan jalan sudah pada tingkat yang cukup maju.
Perkerasan jalan sudah pada tingkat perencanaan yang memperhitungkan berbagai
analisa-analisa teoritis dengan metode empiris setelah melalui pengujian yang
21
akurat. Berdasarkan kebutuhannya maka perkerasan jalan secara umum wajib
untuk memenuhi beberapa syarat yaitu dari sudut pandang berlalu lintas, pemakai
jalan haruslah merasakan keamanan dan kenyamanan serta secara struktural,
kemampuan memikul beban yang cukup besar serta dapat beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-
lapisannya berfungsi untuk memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar yang telah dipadatkan. Secara umum lapisan perkerasan pada lapisan
permukaan (surface coarse), merupakan lapisan yang menerima langsung beban
roda dan bertugas untuk meneruskan dan menyebarkan beban ke lapisan pondasi
atas. Lapisan permukaan juga merupakan lapisan yang paling atas. (Hamirhan
Saodang, 2004).
22
refleksi, retak selip, retak susut atau retak melebar. Banyak penyebabnya mulai
dari bahan kurang baik, tanah dasar kurang stabil, air tanah, pondasi tidak baik,
lapis permukaan lapuk, penyusutan tanah, sokongan samping hilang, perubahan
volume akibat terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah, agregat halus terlalu
banyak dan pemadatan kurang (Keni, V. S. Patala, Y. 2006).
5. METODELOGI PENELITIAN
Melalui survey lapangan (secara visual) terlihat beberapa jenis kerusakan jalan yang
terdapat di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, yaitu berupa :
23
Gambar 3.5 Pengambilan sampel pada ruas jalan
Metode Eksperimenta :
Mulai A
Penimbangan sampel
Penguraian briket
Perendaman Sampel 24 jam
Ekstraksi
Penimbangan sampel basah
Pengeringan agregat
Pengeringan Permukaan hasil ekstraksi
sampel
Penimangan agregat
Memanaskan sampel hasil ekstraksi
Penguraian sampel
Gradasi
Pembuatan Briket
Penimbnagan agregat
hasil Gradasi
Perendaman Briket 24 jam
24
Penimbangan basah briket
Pengeringan Briket
Analisis data
Selesai
Pengujian kepadatan atau density ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kepadatan yang masih terdapat pada ruas Jalan Dr. Wahidin sudirohusodo (sta 0+900 –
sta 1+200). Adapun hasil pengujian kepadatan pada tiap- tiap briket (sample)
hasil coredrill jalan seperti yang terdapat pada lampiran hasil pengujian
kepadatan. Pengujian Marshal bertujuan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal ruas Jalan Dr. Wahidin
Sudirohusudo (sta 0+900 – sta 1+200). Adapun hasil pengujian marshall terdapat
pada lampiran hasil pengujian marshall.Pengujian Ekstraksi bertujuan untuk
memisahkan agregat dengan aspal agar dapat diketahui seberapa besar agregat
yang mengalami fatik atau kelelahan serta mengalami keausan selama masa
layanan. Adapun hasil pengujian ekstraksi terdapat pada lampiran hasil pengujian
ekstraksi. Pengujian gradasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar aggregat
dan kadar aspal yang tersisa pada briket. Adapun hasil pengujian pada tiap-tiap
briket antara lain:
25
30 78.1 689.4 74.23 25.77
50 69 758.4 81.66 18.34
10 90.4 848.8 91.40 8.60
0
20 38.7 887.5 95.56 4.44
0
P 41.2 928.7 100.00 0.00
A
N
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A1 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 100 berat tertahan lebih besar dibandingkan
dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat
dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½
yaitu mempunyai nilai 73,37 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai
kapasitas agregat lolos lebih besar.
Kumulatif
no.Saringan indiv. Berat tahan
Br.tahan %tahan %lolos
26
1/2" 164.9 164.9 17.90 82.10
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A2 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 100 individu berat tertahan lebih besar
dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan
dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat
pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 82.10 %, karena merupakan no
saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar.
27
30 151 628.6 68.39 31.61
50 111.1 739.7 80.47 19.53
100 93.5 833.2 90.64 9.36
200 31.8 865 94.10 5.90
PAN 54.2 919.2 100.00 0.00
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B1 diatas bahwa saringan
no 4 dan saringan no 50 individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan
dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari
grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “
yaitu mempunyai nilai 87,35 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai
kapasitas agregat lolos lebih besar.
28
Gambar 14. Grafik % Lolos Dan No. Saringan pada sampel B2
Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B2 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 3,8” individu berat tertahan lebih besar
dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan
dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat
pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,53 %, karena merupakan no
saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar
29
Perbandingan Hasil Penelitian Pada Sampel A1
7. KESIMPULAN
30
untuk mencegah terjadinya genangan air.
5. Penanganan perbaikan jalan di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo perlu
segera dilakukan karena jika tidak segera dilakukan, kerusakan akan
semakin parah dan dapat berpengaruh sampai ke lapisan tanah dasar. Air
dapat berpengaruh lebih besar terhadap lapisan pondasi atas, lapisan
pondasi bawah, dan tanah dasar karena kurangnya zat adhesi di lapisan-
lapisan tersebut.
BAB IV
31
sebabnya, jalanan selama ini banyak rusak karena genangan air hingga banjir dari
konstruksi jalan tergerus air.
Adanya temuan geopori akan membuat air di permukaan jalan akan
langsung terserap ke tanah, sementara jalan konvensional tidak. Menggunakan
bahan baku seperti kerikil hingga limbah batu bara, konstruksi jalan berteknologi
geopori bahkan diyakini memiliki daya tahan lebih lama dibanding jalan aspal
atau beton.
Harga pembuatan konstruksi pun secara umum tidak beda jauh dengan
konstruksi pembangunan jalan konvensional. Tapi dari segi ketahanan,
penggunaan konstruksi geopori jauh lebih awet dan efisen. Sementara jika
produksinya dilakukan secara industri, harganya bisa lebih murah dikarenakan
bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatannya dari lokal.
Dalam pengembangannya, Profesor Bambang menemui kendala mengingat
penggunaan limbah industri sebagai bagian dari pembuatan geopori masih
dilarang. Limbah industri yang dipakai sebagai bahan baku termasuk dalam
kategori barang beracun berbahaya (B3) yang penggunaannya tidak bisa
dilakukan secara bebas.
Menurutnya, penggunaan limbah industri dalam pembuatan konstruksi jalan
tersebut sudah melalui berbagai tahapan. Padahal memanfaatkan limbah industri
jadi bahan baku pembuatan konstruksi memiliki nilai lebih. Bahkan
memanfaatkan limbah termasuk dalam suatu gerakan green environmental, green
process, dan yang penting green product.
Harapannya, penggunaan limbah B3 bisa dikaji kembali dalam undang-
undang jika pemanfaat untuk kepentingan lingkungan. Karena menurut Prof.
Bambang bukan dilihat sebagai limbah, melainkan sumber (yang bisa
dimanfaatkan) untuk menyelesaikan segelintir masalah untuk kebaikan
masyarakat dalam pengembangan inovasi geopori.
32
Gambar 4.1 Aspal geopori
33
Selain itu, pori atau porus pada geopori dapat tersumbat oleh debu, pasir
atau kotoran lainnya yang ada di jalanan. Sehinnga diperlukan penangan
khusus untuk perawatannya. Karena jika sudah tersumbat, maka GeoPori
ini kehilangan fungsinya untuk menyerap air.
34
Gambar 4.3 Aspal Karet
35
Gambar 5 Penghamparan aspal limbah plastik
36
jalan pasti terpapar matahari. Hal lain, apakah jumlah limbah plastik yang
digunakan signifikan dan teknologinya efisien.
BAB V
ANALISA INDIVIDU
37
Masalah yang terjadi pada studi kasus yang kami angkat adalah masalah
jalan yang rusak pada Kota Makassar akibat genangan air seperti jalan Dr.
Wahidin Sudiro Husodo. Sta.0 + 900 – Sta. 1 + 200 terjadi pola kerusakan
stripping, raveling, pothole. Kemudian di teliti dengan cara core menggunakan
alat coredrill untuk pengambilan sampel jalan. Selanjtnya dilakukan uji
laboratorium mulai dari memotong sampel, menimbang, perendaman,
penimbunan basah, pengeringan permukaan, penguraian sampel, pembuatan
briket. Selanjutnya melakukan test Density (SNI 03 – 2828 – 1992) test Stabilitas,
pengujian kadar aspal (SNI 03-3640 – 1994), pengujian Gradasi Aggregate (SNI
03 – 1968 – 1990).
Dari hasil penelitian yang didapatkan, genangan air berpengaruh paling
besar terhadap agregat lapis permukaan. Genangan air berperan sebagai anti-
adhesi dimana air menyebabkan terlepasnya agregat-agregat dari lapis permukaan
(ravelling). Genangan air sebagai faktor yang tidak diperhitungkan dalam
perencanaan jalan dapat menjadi penyebab utama rusaknya lapisan-lapisan pada
jalan.
Dari permasalahan dan hasil penelitian yang telah di lakukan, saya
menganalisis bahwa:
1. Pada pembangunan konstruksi jalan harus mempertimbangkan keadaan
lokasi dan curah hujan rata rata tahunan, dan merencanakan saluran drainase
yang tepat, agar jalan tidak tergenang air. Karena genangan air sangat
berpengaruh besar tehadap aspal ataupun terhadap lapis permukaan.
2. Pada kondisi daerah yang sering mengalami hujan, dan untuk resapan air
hujan yang terbatas karena pembangunan yang semakin menumpuk pada
wilayah perkotaan, dapat dilakukan pembangunan konstruksi jalan dengan
menggunakan metode baru seperti “Teknologi geopori”, pada metode baru
ini dapat membantu peresapan air seperti air hujan langsung ke tanah, dan
mengurangi debit air pada saluran drainase.
3. Perlunya peran seta aktif pemerintah dalam menangani permasalahan yang
ada dengan melakukan perawatan secara rutin an berkala, serta melakukan
perancangan ulang jika perlu.
38
Nama : M.Reza Pahlevi
NIM : 03011381821008
Dari permasalahan yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo kota Makassar
tentang kerusakan jalan akibat genangan air hujan saya dapat menyimpulkan
bahwa genangan air hujan tidak mempengaruhu kadar kadar aspal pada sampel
yang telah di teliti, karena aspal disini hanya difungsikan sebagai alat pekerat
antar agregat dan kita juga mengetahui bahwa aspal itu mempunyai sifat yang
kedap terhadap air. Namun genangan air hujan yang ada pada jalan akan
memepengaruhui agregat yang terkandung pada aspal itu sendiri yang berakibat
lepasanya ageregat yang ada pada aspal. Itula yang menjadi penyebab utama
rusaknya aspal yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin tersebut.
Menurut saya untuk menanggulanginya dapat dibuatkan sistem drainase yang
lebih baik lagi agar air yang ada pada saat terjadi hujan dapat langsung mengalir
pada drainase tersebut . Selain itu juga harus ada perawatan berkala yang di
lakukan untuk merawat aspal ataupun sistem drainasenya
Kalau pun memungkinkan ada teknologi berupa aspal yang dapat menyerap air
yang pertama kali di kembangkan oleh negara Inggris . Aspal ini dapat menyerap
air sebnayak 4000 liter dalam waktu 1 menit. Namun aspal ini tidak cocok
digunakan untuk wilayah dengan mobilitas kendaraan tinggi dan banyak.
Teknologi aspal ini cocok untuk wilayah pengguna jalan raya yang relatif sepi
kendaraan , belum lagi harganya yang malah untuk penerapannya.
NIM : 03011381821010
Perkerasan jalan adalah lapisan yang diantara tanah dasar dan roda kendaraan
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi. Perkerasan
jalan memiliki beberapa jenis, yaitu:
1. Perkerasan lentur (flexural pavement)
2. Perkerasan kaku (rigid pavement)
39
3. Perkerasan komposit (composite pavement)
Jenis perkerasan lentur menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Aspal
memiliki beberapa kekurangan sehingga dapat menimbulkan beberapa jenis
kerusakan pada perkerasan lentur, kerusakan-kerusakan pada perkerasan lentur
diantara nya adalah retak dan deformasi, retak, distorsi, kegemukan, lubang-
lubang (potholes), keausan, ravelling dan stripping.
Pada contoh studi kasus yang kami bahas, jenis kerusakan yang terjadi
adalah terjadinya ravelling, potholes dan stripping pada ruas jalan dr.Wahidin
(STA 0+900-1+200). Kerusakan tersebut disebabkan oleh genanagan air hujan
yang masuk ke dalam permukaan aspal sehingga menyebabkan hilangnya sifat
adhesi dari aspal dan berdampak terlepasnya agregat-agregat (ravelling).
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk jenis kerusakan seperti yang ada pada Jl.Dr
Wahidin adalah :
1. Pada jalan yang berlubang (potholes) dapat diperbaiki dengan cara
membersihkan lubang-lubang dari air dan material yang terlepas
2. Pada ruas jalan yang mengalami pengelupasan bagian jalan yang rusak
harus di garuk kemudian diratakan setelah itu dilapisi dengan buras
3. Pada ruas jalan yang mengalami ravelling perbaikan dilakukan dengan
memberikan lapisan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan
butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan pada contoh studi kasus
kerusakan jalan di Jl.Dr.Wahidin adalah dengan menggunakan aspal geopori.
Aspal geopori menggunakan bahan baku kerikil dan limbah batu bara. Geopori
akan membuat air dipermukaan jalan akan langsung membuat air terserap ke
dalam tanah dan memiliki daya tahan yang lebih lama dari jalan aspal.
NIM : 03011381821011
40
bahan perekat akan kehilangan materialnya. Sehingga perkerasan jalan sering
mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapai umur rencana.
Seperti kerusakan jalan yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin yang telah dibahas
sebelumnya. Kerusaksan yang terjadi dijalan tersebut disebabkan adanya
genangan air akibat hujan yang menggenangi permukaan jalan aspal sehingga air
masuk kedalam rongga-rongga aspal dan menyebabkan material jalan aspal
tersebut menjadi rusak. Genangan air berperan sebagai anti-adhesi dimana air
menyebabkan terlepasnya agregat-agregat dari lapis permukaan (ravelling).
Dikarenakan terlepasnya agregat-agregat aspal pada permukaan jalan
menimbulkan kerusakan lain seperti Potholes (Lubang). Adanya lubang pada
jalan dapat memberikan ketidaknyamanan dan resiko kepada masyarakat yang
melewatinya, sehingga kerusakan jalan ini sangat berbahaya apabila tidak
langsung ditangani.
Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan genangan air
yang tersisa pada lubang jalan, memotong area jalan yang terdapat lubangnya lalu
ditimpa lagi dengan agregat campuran aspal sehingga cara ini dapat menutupi
lubang pada jalan. Selain adanya perbaikan, perawatan jalan merupakan hal
penting yang harus dilakukan agar meminimalisir kerusakan jalan yang terjadi.
Teknologi lain yang dapat dilakukan untuk masalah kerusakan jalan akibat
genangan air yaitu dengan menggunakan aspal geopori. Fungsi dari aspal geopori
ini mencegah agar air yang tergenang tidak langsung masuk ke pori-pori aspal dan
tertahan sehinnga permukaan jalan aspal tidak mengalami penggerusan akibat
genangan air.
Dengan melihat permasalahan pada Jl. Dr. Wahidin, dapat diketahui bahwa
keruskan jalan terjadi akibat adanya genangan air. Jadi, genangan air sebenarnya
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap jalan, kaitannya dengan umur
ketahanan jalan. Semakin banyak atau semakin lama terjadi genangan air, maka
akan semakin mudah terjadi kerusakan sehingga akan memperpendek umur jalan
41
tersebut. Kerusakan yang terjadi pun bermacam-macam, baik itu retak atau
lubang. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna
jalan. Untuk itu pada kasus ini dilakukan pengujian terhadap agregat-agregat yang
menjadi bahan penyusun pada jalan tersebut, selanjutnya dilakukan perbaikan
terhadap kerusakan jalan tersebut. Namun, untuk mencegah terjadi kembali
kerusakan, sebaiknya perlu diperhatikan bagaimana cara untuk menghilangkan
atau mengurangi genangan air seperti memanfaatkan adanya inovasi baru pada
aspal seperti teknologi geopori yang memiliki keuntungan dapat menyerap air dan
lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah batubara serta lebih tahan
lama.
DAFTAR PUSTAKA
42
https://newswantara.com/karya/inovasi-geopori-bagi-permasalahan-genangan/
oleh Ridho Miqdar, 30 Mei 2018
http://www.balitsembawa.com/news/dorongan-penerapan-inovasi-aspal-karet/
oleh Balit sembawa, 5 des 2017
Manu,Ir. Agus Iqbal. Dipl, H, Eng, MIHT. 1996. Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Raya. Departemen Pekerjaan umum.
Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and
Scientists, 2nd Edition, Harper & Row, Publishers, New York
43