Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN

PEMELIHARAAN PERKERASAN JALAN

“ASPAL”

Oleh :

1. Ichsan Prawoto Sigalingging 03011381821003


2. M. Reza Pahlevi 03011381821008
3. Emilia Ayu Ningsih 03011381821010
4. Arum Puspita Sari 03011381821011
5. Rahmadhina Aji Pertiwi 03011381821024

Dosen Pengampu:
Debby Yulinar Permata, S.T., M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “Aspal dan Kerusakannya” ini membahas tentang
pengaplikasian aspal, jenis-jenis kerusakan dan inovasi terbaru terkait dengan
aspal. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Pelaksanaan dan Pemeliharaan Perkerasan Jalan.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam proses
pembuatan tugas besar ini, terutama kepada dosen mata kuliah Perencanaan
Pelaksanaan dan Pemeliharaan Perkerasan Jalan yang telah memberikan
bimbingan dan arahan. Demikian makalah ini penulis buat, semoga makalah ini
dapat bermanfaat, Terima kasih

Palembang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3


2.1 Pengertian Aspal..............................................................................................3
2.2 Fungsi Aspal....................................................................................................5
2.3 Macam-macam Aspal......................................................................................6
2.4 Sifat-sifat Aspal...............................................................................................8
2.5 Kerusakan pada Perkerasan Lentur.................................................................11
2.6 Konsep Pemeliharaan Jalan.............................................................................13

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................17


3.1 Studi Kasus .....................................................................................................17

BAB IV INOVASI TERKAIT ASPAL..............................................................31

BAB V ANALISA INDIVIDU............................................................................37

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan merupakan sebuah fasilitas yang dibuat untuk mempermudah


transportasi melalui jalur darat. Jalan sudah ada sejak zaman manusia purbayang
digunakan untuk berpindah tempat telusuri hutan. Dalam perkembangannya pada
zaman dahulu manusia hanya mengenal jalan yang terbuat dari tanah dan hanya
bisa di lalui dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kuda. Hingga
saat ini manusia membutuhkan jalannya tidak hanya untuk dilalui oleh pejalan
kaki namun juga oleh kendaraan dengan roda.

Dengan berkembangnya zaman maka makin banyak inovasi yang dilakukan


oleh manusia dengan jalan. Untuk meningkatkan kenyamanan atas jalan tersebut
maka ditambahkanla perkerasan diatasnya agar jalan tersebut lebih baik dan aman
untuk dilalui oleh manusia maupun oleh kendaraan beroda.

Setiap perkerasan jalan mempunyai lapisan-lapisan yang berfungsi untuk


menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke
tanag dasar. Lapisan-lapisan tersebut mempunyai kontribusi yang sangat besar
terhadap kekuatan jalan, sehinggan diperlukan material penyusunan lapisan yang
bermutu serta ketebalan yang tepat. Lapisan paling atas yang bersentuhan
langsung dengan roda kendaraan salah satunya adalah aspal.

Aspal berfungsi sebagai perekat dalam campuran dengan agregat . Pada


dasarnya aspal merupakan bahan komposit yang biasa digunakan dalam proyek-
proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara dan tempat parkir.

Aspal sendiri memiliki kelemahan terhadap air karena sifat air yang dapat
melarutkan material, sehingga fungsi aspal sebagai bahan perekat akan kehilangan
materialnya. Maka dari itu dari makalah ini kami akan mambahas hal mengenai
kerusan aspal yang diakibatkan air.

1
1.2 Rumusan Masalahan
Dari latar belakang yang ada di atas ada beberapa rumusan masalah yang akan
kami bahas dalam penulisan makalah kali ini, yaitu:
1. Bagaimana proses terjadinya kerusakan pada aspal ?
2. Apa saja jenis kerusakan yang terjadi ?
3. Bagaimana cara penanganan aspal yang rusak tersebut ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat tujuan dan manfaat sebagai
berikut :
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui proses terjadinya kerusakan aspal yang disebabkan oleh
air
2. Mengetahui cara penanganan kerusakan aspal tersebut
Manfaat dari makalah ini adalah :
Dapat memberikan pengetahuan seputar kerusakan aspal yang terjadi dan
bagaimana proses perbaikan dan solusi untuk penanganan dari permasalahan
tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aspal


Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama
dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.
(Sukirman,S., 2003).
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat
ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan
pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek
seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan
tergantung dari waktu pembebanan. ( The Blue Book–Building & Construction,
2009). Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan
menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa
pelayanannya.
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon
jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai
150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun
aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara
kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6%
belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa
molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah
senyawa polar.

3
Aspal merupakan bahan pengikat utama pada perkerasan lentur. Kontruksi
perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban
lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya, dimana lapisan itu terdiri
dari Subgrade, Sub Base Course, Base Course, dan Surface.

Gambar.2.1 Lapisan Perkerasan Lentur

Sedangkan beban lalu lintas yang bekerja di atas konstruksi perkerasan


dapat dibedakan atas:
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horisontal
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran.
Oleh karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-
masing lapisan berbeda dan semakin ke bawah semakin kecil. Lapisan permukaan
harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapis pondasi atas
menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap hanya
menerima gaya vertikal saja.
Untuk mendapatkan mutu aspal yang baik, dalam proses perencanaan
campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal, yang meliputi:
1. Stabilitas
Stabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban
lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran
diperoleh dari gayagesekan antar partikel (internal friction), gaya
penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara batuan dan
aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan batuan,

4
ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan
campuran.
2. Durabilitas
Durabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan
terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang
mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat,
dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi
lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami
perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal
tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.

2.2 Fungsi Aspal


Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:
a) Sebagai bahan pengikat untuk mengikat aspal dan agregat agar tidak lepas
dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water proofing, protect terhadap
erosi)
b) Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c) Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang
diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
d) Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan
yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat
di antara keduanya.
e) Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan
filler.
f) Daya tahannya (durability) berupa kemampuan aspal mempertahankan sifat
aspal akibat pengaruh cuaca dan tergantung pada sifat campuran aspal dan
agregat. Sedangkan sifat adhesi dan kohesi yaitu kemampuan aspal
mempertahankan ikatan yang baik. Sifat kepekaan terhadap temperaturnya
aspal adalah material termoplastik yang bersifat lunak / cair apabila
temperaturnya bertambah.

5
2.3 Macam-Macam Aspal
1. Aspal Makadam (Macadam Penetrasi)
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk
memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih
besar diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran
batuan terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil,
selanjutnya dipenetrasi agar saling mengikat.

Gambar. Penetrasi Macadam

Kesalahan aspal makadam :


- penggunaan batuan yang tidak benar
- penyebaran aspal yang tidak benar

2. Beton Aspal
Lapisan aspal beton (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat, dicampun dan dihampar dalam
keadaan panas serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, S.,1992). Ciri
lainnya adalah memiliki sedikit rongga dalam struktur agregatnya, saling
mengunci satu dengan yang lainnya, oleh karena itu aspal beton memiliki sifat
stabilitas tinggi dan relatif kaku. (Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum 2010).
Sesuai fungsinya Laston (AC) mempunyai 3 macam campuran yaitu:
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course), dengan tebal nominal minimum adalah 4 cm.

6
b. Laston sebagai lapisan antara, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt
Concrete- Binder Course), dengan tebal nominal minimum adalah 6 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC- Base (Asphalt
Concrete-Base), dengan tebal nominal minimum adalah 7,5 cm.

3. Aspal Buton
Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau
buton, sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam

Gambar. Aspal Buton

Kesalahan pada butas :


- waktu pengeraman terlalu singkat / lama
- pengadukan tidak homogen
- terjadi segregasi
- komposisi campuran tidak benar.

Berdasarkan bentuknya, aspal dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu :


1. Aspal keras (Asphalt Cement)
Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat. AC dibedakan
berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya). Untuk Aspal dengan penetrasi
rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi sedangkan
aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas
rendah. Aspal keras yang biasa digunakan yaitu:
- AC Pen 40/50
- AC Pen 60/70
- AC Pen 80/100

7
- AC Pen 120/150
- AC pen 200/300

2. Aspal cair (Cut Back Asphalt)


Aspal cair adalah campuran antara aspal keras dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi. Maka cut back asphalt berbentuk cair dalam
temperatur ruang. Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat
(prime coat).
3. Aspal emulsi
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi. Pada proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan
didispersikan dalam air.

2.4 Sifat-sifat Aspal


1. Sifat-sifat Kimia Aspal
Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi
yang digunakan terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik yang telah
berumur ribuan tahun dibawah tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.
Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh susunan kimia molekul-
molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan molekul aspal sangat
kompleks dan dominasi ( 90 -95% dari berat aspal)oleh unsur karbon dan
hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut sebagai senyawa
hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%), dari dua jenis atom, yaitu:
heteroatom dan logam.
Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat
menggantikan kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur molekul
aspal. Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia yang unik dan
interaksi antar atom tom ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat fisik aspal.
Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung didalam aspal sangat ditentukan
oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan dan tingkat penuaannya.
Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada karbon dan hidrogen untuk
mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna kandungan sulfur yang tinggi akan
mengalami penuaan yang lebih cepat dari pada aspal yang mengandung sedikit

8
sulfur. Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya
terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya
mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam organik dan
hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia
aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang
canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung an dengan
sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat
memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten.
Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin. Walaupun
begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena adanya sifat
saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.

2. Sifat-sifat Fisik Aspal


Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan
kinerja campuran beraspal antara lain adalah:
a. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan
sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan.
Hal ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan
akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran,
pengankutan dan penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan
sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna
kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk
menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan
untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat
awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak faktor lain yang
menentukan, aspal dengna durabilitas yang baik akan menghasilkan
campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya
dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi
titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada
benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film
Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua

9
proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di
gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas
dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
b. Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya,
dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat.
Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan
campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas
campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak
langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas
aspal keras.Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal
yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal
yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap
batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui
daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang
telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan selama 24
jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan
gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat
akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat
erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi
sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik
sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
c. Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperature meningkat.Kepekaan aspal untuk
berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan
aspal terhadap temperatur.
d. Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui
durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan
oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan

10
jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang
menentukan kecepatan penuaan.

2.5 Kerusakasn Pada Perkerasan Lentur


Perkerasan jalan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum
mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari segi
kondisi kerusakan struktural dan kerusakan fungsional.
Kerusakan struktural adalah kerusakan yang mencakup kegagalan
perkerasan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan
perkerasan tidak dapat lagi memikul beban lalu lintas. Kerusakan struktural dapat
disebabkan oleh kondisi lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas,
kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan disekitarnya.
Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan yang direncanakan. Pada dasarnya tergantung pada derajat atau
tingkat kekasaran permukaan. Sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai
dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.
Disebabkan oleh lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan
permukaan dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar.
Selama ini, kelebihan muatan kendaran dituding sebagai penyebab utama
kerusakan jalan. Namun kelebihan muatan bukanlah satu-satunya penyebab
kerusakan jalan, masih ada faktor-faktor lainnya yang juga dapat memicu
timbulnya kerusakan jalan, seperti adanya genangan air, bencana alam atau faktor
teknis lain di lapangan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Kelebihan Muatan
Prinsip dasar perencanaan perkerasan jalan adalah untuk mengakomodasi
beban lalu lintas sesuai standar dengan meningkatkan kemampuan tanah dasar
melalui lapis-lapis konstruksi perkerasan. Perencanaan konstruksi jalan dibuat
berdasarkan prakiraan terhadap beban lalu lintas yang akan melewatinya dengan
mengkonversikannya menjadi beban sumbu standar untuk memudahkan
perhitungan. Beban sumbu standar merupakan beban dimana setiap satu kali

11
lintasan sumbu standar akan memberikan daya rusak (damage factor) terhadap
perkerasan sebesar satu.
Permasalahan terjadi ketika pada tahap perencanaan, beban yang
diperhitungkan merupakan beban standar, namun kenyataan yang terjadi di
lapangan banyak dijumpai truk-truk dengan muatan sumbu terberat melebihi
beban sumbu standar (kelebihan muatan). Dalam hal ini, akibat adanya faktor
pangkat empat yang digunakan untuk menghitung angka ekivalen beban standar,
maka untuk setiap penambahan beban tiap roda kendaraan akan mengakibatkan
penambahan daya rusak kendaraan (damage factor) terhadap perkerasan sebesar
pangkat empat dari rasio antara beban nyata yang bekerja dengan beban standar.
Sehingga penambahan beban pada truk yang kelebihan muatan akan memberikan
peningkatan yang sangat signifikan pada angka ekivalen kendaraan.
Sementara langkah yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan
muatan tersebut adalah dengan menerapkan batasan berat yang diizinkan untuk
setiap jenis kendaraan yang akan melintas di jalan raya. Namun permasalahan
yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya pemisahan wewenang antara instansi
terkait yang bertanggung jawab melakukan perencanaan perkerasan jalan dengan
instansi yang bertanggung jawab melakukan kontrol terhadap muatan kendaraan
yang akan melintasi jalan raya.

2. Faktor Pelaksanaan Yang Tidak Tepat


Penyebab dari kegagalan pelaksanaan konstruksi jalan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor ketidak-sengajaan dan faktor kesengajaan. Faktor ketidak-
sengajaan meliputi kegagalan konstruksi jalan akibat terbatasnya wawasan yang
dimiliki oleh para perencana dan pelaksana serta terbatasnya pengetahuan dasar
tentang teknik perkerasan jalan yang dimiliki oleh para kontraktor. Disamping itu,
kurangnya peranan laboratorium didalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
jalan. Banyak pelaksanaan pekerjaan yang belum memenuhi spesifikasi sehingga
banyak pekerjaan yang diselesaikan dengan mutu yang tidak memenuhi standar
sudah rusak sebelum umur rencananya tercapai.
Sementara faktor kesengajaan yang menyebabkan kegagalan konstruksi
jalan lebih diakibatkan oleh kecurangan-kecurangan yang dilakukan kontraktor

12
untuk mengejar keuntungan pribadi semata, dalam hal ini dilakukan dengan
merubah komposisi campuran material perkerasan, pemakaian material
perkerasan tidak memenuhi syarat, mengurangi tebal perkeraan serta pekerjaan
pemadatan lapis perkerasan yang tidak memenuhi standar dengan tujuan untuk
agar proses pelaksanaan menjadi lebih singkat dan biaya produksi menjadi lebih
kecil.
Sehubungan dengan hal-hal tersebtu diatas maka faktor pengawasan
pekerjaan dilapangan harus diperketat sehingga penyimpangan-penyimpangan
dilapangan terhadap pelaksanaan pekerjaaa, penggunaan kualitas material yang
tidak sesuai dapat direduksi seminimal mungkin.

3. Faktor Terlewatinya Umur Rencana


Kerusakan jalan akibat terlewatinya umur rencana lebih disebabkan oleh
keterbatasan dana yang tersedia untuk memperbaiki kerusakan jalan. Sehingga
jalan yang seharusnya sudah perlu direkonstruksi namun akibat keterbatasan dana
terpaksa ditangani dengan pemeliharaan berkala atau pemeliharaan rutin untuk
memperpanjang masa layan jalan tersebut. Hal ini untuk jangka pendek dianggap
mampu mengatasi permasalahan yang terjadi, namun karena langkah penanganan
yang tidak sesuai dengan kerusakan yang terjadi, kerusakan perkerasan dapat
dengan segera muncul kembali.

2.6 Konsep Pemeliharaan Jalan


Pemeliharaan jalan adalah penanganan kerusakan jalan yang meliputi
perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan[8]. Pemilihan jenis
penanganan yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jalan sangat
bergantung kepada kondisi dari ruas jalan.
1. Perawatan Jalan / Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis
permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendara (riding
quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun.
Sementara pemeliharaan berkala adalah penanganan yang dilakukan terhadap
jalan pada waktu-waktu tertentu (tidak sepanjang tahun) dan sifatnya

13
meningkatkan kemampuan struktural. Pekerjaan pemeliharaan rutin mencakup
usaha-usaha memelihara atau merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan
terhadap seluruh ruas jalan yang ada dalam kondisi bagus, agar jalan dapat
berfungsi seperti yang diharapkan.
Pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terencana sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan ini mencakup penanganan permukaan aspal dan drainase. Pemeliharaan
rutin mencakup pekerjaan-pekerjaan perbaikan kecil dan pekerjaan-pekerjaan
rutin yang umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang teratur dalam satu
tahun, seperti penambalan permukaan dan pemotongan rumput serta pekerjaan-
pekerjaan perbaikan untuk menjaga agar jalan tetap pada kondisi yang baik.
Pemeliharaan rutin biasanya dilaksanakan pada semua ruas dan segmen yang
dalam keadaan baik atau sedang.
Pekerjaan pemeliharaan merupakan faktor yang penting untuk menjaga agar
tingkat pelayanan jalan dapat dipertahankan sesuai umur rencananya. Pekerjaan
pemeliharaan yang dilakukan secara konsisten terus menerus sesuai dengan masa
pelyanan jalan akan dapat mengurangi kebutuhan untuk dilaksanakannya
pekerjaan berat. Pekerjaan pemeliharaan merupakan prioritas utama dalam
perawatan jalan.

2. Pekerjaan Rehabilitasi / Pemeliharaan Berkala


Pemeliharaan berkala merupakan pemeliharaan yang dilakukan terhadap
jalan pada waktu–waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kemampuan struktural. Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan
pemeliharaan jalan yang terencana secara berkala, mencakup penanganan khusus
pada jalan terhadap setiap kerusakan dan bersifat setempat pada ruas jalan dengan
kemampuan pelayanan yang baik. Pemeliharaan berkala merupakan pekerjaan
yang mempunyai frekuensi yang terencana lebih dari satu tahun pada suatu lokasi
jalan. Untuk jalan-jalan kabupaten, pekerjaan ini terdiri dari pemberian lapis ulang
pada jalan-jalan dengan lapis permukaan dari aspal dan pemeberian lapis ulang
kerikil pada jalan kerikil, termasuk menyiapkan permukaan jalan.
3. Pekerjaan Menunjang

14
Pekerjaan penunjangan merupakan kegiatan pemeliharaan jalan yang
bersifat sementara (jangka pendek) terhadap ruas-ruas jalan yang dalam kondisi
pelayanan tidak baik atau kritis, sebelum program peningkatan jalan dapat
dilakukan. Pekerjaan penunjangan umumnya dilakukan ketika dana yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan peningkatan / rehabilitasi belum
tersedia.

4. Pekerjaan Peningkatan
Pekerjaan peningkatan adalah penanganan jalan yang bertujuan untuk
memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau
geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Pekerjaan
peningkatan mencakup kegiatan pemeliharaan jalan untuk memperbaiki kondisi
jalan dengan kemampuan tidak bagus atau kritis menjadi jalan dengan kondisi
baik.

Secara garis besar, konsep pemeliharaan jalan dapat dilihat pada Gambar
berikut.

Gambar 2.1 Konsep Pemeiliharaan Jalan

5. Stabilisasi Pada Perkerasan Jalan


Stabilisasi dalam perkerasan jalan adalah suatu proses yang dilakukan
sedemikian rupa untuk meningkatkan daya dukung beban dan stabilitas material
yang distabilisasi. Stabilisasi dilakukan dengan mencampur sejumlah bahan

15
pengikat maupun material baru dengan gradasi tertentu untuk meningkatkan
kualitas material yang distabilisasi. Terdapat banyak jenis bahan pengikat (binder)
yang dapat digunakan dalam stabilisasi. Pemilihan bahan pengikat dipengaruhi
oleh nilai Indeks Plastisitas (IP) material, gradasi dan ukuran butiran material
serta ketersediaan peralatan dan bahan untuk melakukan stabilisasi.
Dalam perkembangannya penggunaan stabilisasi dalam rehabilitasi
perkerasan jalan saat ini juga sering dikombinasikan dengan teknik daur ulang
material perkerasan. Penggunaan stabilisasi dalam daur ulang perkerasan
dilakukan untuk peningkatan kualitas material perkerasan yang didaur ulang.
Penggunaan stabilisasi dalam daur ulang perkerasan jalan semakin didukung
dengan perkembangan teknologi peralatan untuk pengerjaan stabilisasi, sehingga
semakin memudahkan proses pengerjaan stabilisasi dengan berbagai jenis
material, aditif (binder) dan ketebalan lapisan stabilisasi.

16
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan

Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah studi kasus
mengenai “Kajian Eksperimental Dampak Genangan Air Hujan Terhadap Struktur
Aspal Pavement (Studi Kasus Ruas Jalan Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota
Makassar).

KAJIAN EKSPERIMENTAL DAMPAK GENANGAN AIR HUJAN


TERHADAP STRUKTUR ASPHAL PAVEMENT (STUDI KASUS RUAS
JALAN DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MAKASSAR)

(122M)

Firdaus Chairuddin1; Wihardi Tdaronge2; Muhammad Ramli3; Johannes


Patanduk4

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Dari Universitas Atmajaya Makassar. 0411-871038 Makassar. Email :
Firdauschairuddin@Gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: Tjaronge@yahoo.co.jp
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Unversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: ramli@unhas.ac.id
4
Dosen Jurusan Teknik Sipil Uiversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis
Kemerdekaan Km.10 Telp.0811- 879100. Email: johannespatunduk@yahoo.ac.id

ABSTRAK

Kota Makassar adalah kota dikawasan timur Indonesia, namun masih sering
ditemui jalan yang tergenang air saat musim hujan, akibatnya ada beberapa jalan
rusak akibat genangan air seperti jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Sta.0 + 900 –
Sta. 1 + 200 terjadi pola kerusakan stripping, raveling, pothole. Data curah hujan
dari badan Meteorologi Kota Makassar mencatat mulai dari bulan januari sampai
bulan desember 2010 dan bulan januari sampai pertengahan bulan agustus 2011
curah hujan mencapai 368 mm/bln. Pengamblan sampel ruas jalan Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Makassar (Sta.0+ 900 – Sta. 1 + 200) dengan cara core
menggunakan alat coredrill. Selanjtnya melakukan uji laboratorium mulai dari
memotong sampel, menimbang, perendaman, penimbunan basah, pengeringan
permukaan, penguraian sampel, pembuatan briket. Selanjutnya melakukan test

17
Density (SNI 03 – 2828 – 1992) test Stabilitas, pengujian kadar aspal (SNI 03 –
3640 – 1994), pengujian Gradasi Aggregate (SNI 03 – 1968 – 1990). Jumlah
sampel yang diambil ada 12 titik. Pengambilan sampel dimulai dari sebelah kiri
jalan kemudian di sebelah kanan jalan jumlah sampel 12 titik. pada pengujian
stabilitas dengan menggunakan Marshall test hanya menghasilkan 4 buah sampel
yaitu sampel A1, A2, B1, dan B2.Hasil gradasi pada sampel A1 terlihat dari grafik
bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu
mempunyai nilai 73,37. Hasil gradasi pada sampel B1 dari hasil gradasi dapat
pula terlihat dari grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan
no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,35 %. Pada sampel B2 dapat pula terlihat dari
grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu
mempunyai nilai 87,53.

Kata Kunci : Asphalt Pavement, Genangan Air, Coredrill, Marshal Test.

1. PENDAHULUAN

Jalan raya merupakan prasarana transportasi dan berperan dalam masa


pembangunan yang berkembang pesat belakangan ini. Jalan raya diperlukan untuk
melakukan banyak kegiatan antara lain untuk assesbilitas perekonomian,
perdagangan, dan untuk peningkatan pariwisata serta mendorong masyarakat
untuk terus mengupayakan perkembangan suatu areal atau lahan semaksimal
mungkin. Kota Makassar merupakan salah satu kota yang berkembang pesat di
Kawasan Timur Indonesia, namun masih sering ditemui jalan yang tergenang air
saat musim hujan. Genangan air yang terjadi di kota ini berdampak pada kondisi
sosial dan ekonomi masyarakat terutama masalah transportasi darat. Ada beberapa
infrastruktur jalan yang terkena dampak dari genangan air tersebut yaitu
perubahan bentuk lapisan jalan. Dalam pengamatan visual menunjukkan bahwa
timbulnya genangan air di atas permukaan jalan dominan disebabkan oleh sistem
drainase jalan yang kurang baik, seperti pada penelitian yang dilakukan di ruas
Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo (sta 0+900 – sta 1+200). Untuk mengatasi
genangan dan banjir yang menyebabkan kerusakan jalan. Masalahnya adalah
Bagaimana pengaruh genangan air terhadap lapis permukaan jalan.

18
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh genangan air terhadap lapis
permukaan jalan.

2. KERANGKA BERPIKIR
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini, diuraikan seperti skema sebagai
berikut :

Jalan

Genangan Air

1. Stripping
Kerusakan (pengelupasan)
Jalan 2. Ravelling(pelepasan
agregat)
3. Pothole (lubang)
Data primer

Analisis

(laboratorium)

Kajian analisis

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3. Lokasi Penelitian
Kecamatan Wajo adalah salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang ada
di wilayah Kota Makassar dan terletak di Pusat Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Letak Kecamatan Wajo berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah sebelah
Utara, Kecamatan Bontoala sebelah Timur, Kecamatan Ujung Tanah sebelah
Selatan dan Selat Makassar sebelah Barat. Wilayah Kecamatan Wajo dengan luas

19
1,99 Km2 terbagi dalam 8 kelurahan di mana 5 kelurahan terletak di daerah pantai
dan 3 kelurahan lainnya terletak di daerah bukan pantai dengan rata-rata
ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Letak Geografis Kecamatan
Wajo 5° 07’ 32’’ Lintang Selatan dan 119° 24’ 36’’ Bujur Timur. Setelah
dilakukan peninjauan lapangan, genangan air yang tertinggi di antara 8 Kelurahan
adalah Kelurahan Melayu dan Kelurahan Butung. Luas Kelurahan Melayu sebesar
0,06 Km2 dan Kelurahan Butung sebesar 0,27 Km2 . Jumlah penduduk Kelurahan
Melayu sebanyak 5917 jiwa dan Kelurahan Butung sebanyak 2583 jiwa. Kedua
Kelurahan tersebut merupakan daerah pusat bisnis/perniagaan di mana terdapat
sekolah, SPBU, tempat ibadah, pertokoan, hotel, dan lain-lain. Berdasarkan hasil
pengamatan kami, Kecamatan ini berada di ruas jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo
merupakan jalan yang termasuk dalam sistem jaringan jalan sekunder dan
berdasarkan fungsinya merupakan jalan lokal. Status jalan ini adalah jalan kota.

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian dan Genangan Air Jl.Wahidin

Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi Dan


Geofisika (BMKG) Kota Makassar, yang tercatat mulai dari Bulan Januari sampai
Desember tahun 2010 dan Bulan Januari sampai pertengahan Bulan agustus 2011.
Curah hujan tertinggi pada tahun 2010 mencapai 897 mm/bulan sedangkan curah
hujan tertinggi pada pertengahan tahun 2011 mencapai 368 mm/bulan. Curah
hujan rata-rata pada tahun 2010 yaitu 320 mm/tahun sedangkan curah hujan rata-
rata pada pertengahan tahun 2011 yaitu 300.5 mm/tahun.

20
4. STUDI LITERATUR
Jalan merupakan lintasan dasar dan utama dalam menggerakkan roda
perekonomian Nasional dan daerah, mengingat penting dan srategisnya fungsi
jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk.
Dimana ketersediaan jalan memungkinkan masyarakat mendapatkan akses
kemudahan bertransportasi. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan
yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhada deformasi yang
terjadi. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh physical damage
factor yang berlebih, banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat
pertumbuhan jalan kendaraan juga sangat berpengaruh terhadap umur layak
kendaraan. Disamping itu kerusakan jalan banyak diakibatkan oleh fungsi
drainase struktur jalan kurang baik, akibatnya genangan air dipermukaan jalan
meningkat sehingga merusak struktur jalan. (Puslitbang PU, 2011).
Sifat aspal berpori antaranya adalah sifat hidrolik dikarenakan memberi
manfaat mencegah aqua planning pada jalan dengan kondisi basah atau tergenang
air di lapis permukaannya sehingga mengurangi hidroplanning. Selebihnya sifat
aspal berpori karena permukaannya yang kasar tahan selip kendaraan pada kndisi
kecepatan tnggi disamping itu pula aspal berpori mengurangi semprotan air dan
pantulan cahaya di jalan karea fungsi drainasenya baik. (Pagotto. et. al. 2000).
Kapasitas drainase aspal berpori sangat tergantung pada besar kecil ukuran
porositas, sedangkan daya tahan dan kekuatan tergantung pada besar ukuran isi
kekosongan pori yang berbeda, dimana di tentukan bahwa pavement dengan kadar
kekosongan lebih dari 20% itu lebih tahan lama dibanding kondisi kadar
kekosongan kurang dari 20%. (Ruz, et. al, 1990).
Pada aspal berpori yang menggunakan bahan pengikat BNA Blend Pertamina
100%, curah hujan yang jatuh pada permukaan dengan kemiringan antara 2% -
3% dengan intensitas 452 mm/jam besarnya rembesan vertikal adalah 100% dan
aliran permukaan (surface run off) yaitu 0,05%. (Nur Ali, et.al, 2012).
Pada masa sekarang ini perkerasan jalan sudah pada tingkat yang cukup maju.
Perkerasan jalan sudah pada tingkat perencanaan yang memperhitungkan berbagai
analisa-analisa teoritis dengan metode empiris setelah melalui pengujian yang

21
akurat. Berdasarkan kebutuhannya maka perkerasan jalan secara umum wajib
untuk memenuhi beberapa syarat yaitu dari sudut pandang berlalu lintas, pemakai
jalan haruslah merasakan keamanan dan kenyamanan serta secara struktural,
kemampuan memikul beban yang cukup besar serta dapat beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-
lapisannya berfungsi untuk memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar yang telah dipadatkan. Secara umum lapisan perkerasan pada lapisan
permukaan (surface coarse), merupakan lapisan yang menerima langsung beban
roda dan bertugas untuk meneruskan dan menyebarkan beban ke lapisan pondasi
atas. Lapisan permukaan juga merupakan lapisan yang paling atas. (Hamirhan
Saodang, 2004).

Ada beberapa macam kondisi kerusakan perkerasan jalan yang ada di


Indonesia, yaitu Rutting (alur), kerusakan permukaan jalan berupa deformasi tetap
dari perkerasan ditandai dengan alur-alur memanjang sepanjang lintasan ban
kendaraan. Stripping (pengelupasan), kerusakan permukaan jalan berupa
pengelupasan lapis permukaan akibat ikatan antara lapis permukaan dan
dibawahnya kurang, lapis permukaan terlalu tipis, lapis permukaan terlalu banyak
kadar aspal atau akibat air permukaan. Shoving (sungkur), kerusakan berupa
amblesan dan deformasi melintang pada isi luar ban, akibat beban lalu lintas
terlalu besar, pemadatan kurang atau material tidak memenuhi syarat. Ravelling
adalah kerusakan berupa lepasnya butir agregat, akibat pemadatan kurang, agregat
kotor, kadar aspal kurang atau pemanasan campuran terlalu tinggi. Pothole
(lubang) adalah kerusakan berupa terbentuknya mangkuk atau lubang yang dalam,
disebabkan aspal kurang, butir halus terlalu banyak atau terlalu sedikit,
penguncian agregat kurang atau drainase tidak baik. Depression (amblesan),
dengan atau tanpa retak dengan kedalaman lebih dari 2 cm. Biasanya akibat
pemadatan kurang, terlalu banyak agregat halus, terlalu banyak aspal, leveling
lapis dibawahnya jelek atau akibat settlement lapis dibawahnya. Bleeding
(kegemukan), kerusakan perkerasan akibat kadar aspal terlalu tinggi, lapis resap
pengikat atau pengikat terlalu banyak atau terlalu sedikit, butir halus campuran
kurang Crack (retak), dapat berupa retak rambut, retak buaya, retak pinggir, retak

22
refleksi, retak selip, retak susut atau retak melebar. Banyak penyebabnya mulai
dari bahan kurang baik, tanah dasar kurang stabil, air tanah, pondasi tidak baik,
lapis permukaan lapuk, penyusutan tanah, sokongan samping hilang, perubahan
volume akibat terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah, agregat halus terlalu
banyak dan pemadatan kurang (Keni, V. S. Patala, Y. 2006).

5. METODELOGI PENELITIAN

Melalui survey lapangan (secara visual) terlihat beberapa jenis kerusakan jalan yang
terdapat di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, yaitu berupa :

-Stripping (Pengelupasan) di Jalan Dr.Wahidin Sudirohusodo (STA 0+900 – 1+200)

Gambar 3.3 Raveling (pelepasan agregat) Gambar 3.4 Potholes (Lubang)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung


terhadap warga yang bertempat tinggal di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo
Sta 0+900 – Sta 1+200. Sampel diambil ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusudo (sta
0+900 – sta 1+200). dengan cara di core menggunakan alat coredrill.

23
Gambar 3.5 Pengambilan sampel pada ruas jalan

Metode Eksperimenta :

Mulai A

Persiapan Pengukuran stabilitas


dan kelelahan briket
(marshall test)
Memotong lapisan aspal
berdasarkan lapisannya
Memanaskan briket

Penimbangan sampel
Penguraian briket
Perendaman Sampel 24 jam

Ekstraksi
Penimbangan sampel basah

Pengeringan agregat
Pengeringan Permukaan hasil ekstraksi
sampel

Penimangan agregat
Memanaskan sampel hasil ekstraksi

Penguraian sampel
Gradasi

Pembuatan Briket
Penimbnagan agregat
hasil Gradasi
Perendaman Briket 24 jam
24
Penimbangan basah briket

Pengeringan Briket
Analisis data

Selesai

6. Hasil dan Pembahasan

Pengujian kepadatan atau density ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kepadatan yang masih terdapat pada ruas Jalan Dr. Wahidin sudirohusodo (sta 0+900 –
sta 1+200). Adapun hasil pengujian kepadatan pada tiap- tiap briket (sample)
hasil coredrill jalan seperti yang terdapat pada lampiran hasil pengujian
kepadatan. Pengujian Marshal bertujuan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal ruas Jalan Dr. Wahidin
Sudirohusudo (sta 0+900 – sta 1+200). Adapun hasil pengujian marshall terdapat
pada lampiran hasil pengujian marshall.Pengujian Ekstraksi bertujuan untuk
memisahkan agregat dengan aspal agar dapat diketahui seberapa besar agregat
yang mengalami fatik atau kelelahan serta mengalami keausan selama masa
layanan. Adapun hasil pengujian ekstraksi terdapat pada lampiran hasil pengujian
ekstraksi. Pengujian gradasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar aggregat
dan kadar aspal yang tersisa pada briket. Adapun hasil pengujian pada tiap-tiap
briket antara lain:

Tabel 1. Hasil Gradasi Sampel


Berat Material : 928,7 Gr
Kumulatif
no.Saringan Berat tahan
Br.tahan %tahan %lolos
1/ 247.3 247.3 26.63 73.37
2"
3/ 68 315.3 33.95 66.05
4"
4 147.5 462.8 49.83 50.17
8 68.4 531.2 57.20 42.80
16 80.1 611.3 65.82 34.18

25
30 78.1 689.4 74.23 25.77
50 69 758.4 81.66 18.34
10 90.4 848.8 91.40 8.60
0
20 38.7 887.5 95.56 4.44
0
P 41.2 928.7 100.00 0.00
A
N

Hasil Gradasi Sampel A1

Gambar 3.6. Grafik % lolos dan no. saringan sampel A1

Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A1 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 100 berat tertahan lebih besar dibandingkan
dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat
dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½
yaitu mempunyai nilai 73,37 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai
kapasitas agregat lolos lebih besar.

Tabel 2 Hasil Gradasi Sampel A2


Berat material A2 : 921,2 gr

Kumulatif
no.Saringan indiv. Berat tahan
Br.tahan %tahan %lolos

26
1/2" 164.9 164.9 17.90 82.10

3/4" 105.4 270.3 29.34 70.66

4 125.2 395.5 42.93 57.07

8 77.4 472.9 51.34 48.66

16 92.6 565.5 61.39 38.61

30 88.2 653.7 70.96 29.04

50 87.1 740.8 80.42 19.58

100 95.4 836.2 90.77 9.23

200 40.4 876.6 95.16 4.84

PAN 44.6 921.2 100.00 0.00

Hasil Gradasi Sampel A2


Gambar 3.7. Grafik % Lolos Dan No. Saringan Pada sampel A2

Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A2 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 100 individu berat tertahan lebih besar
dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan
dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat
pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 82.10 %, karena merupakan no
saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar.

Tabel 3. Hasil Gradasi Sampel B1


Berat material B1 : 919,2 gr
Komulatif
no.Saringan indiv. Berat tahan Br.tahan %tahan %lolos
1/2" 116.3 116.3 12.65 87.35
3/4" 65.5 181.8 19.78 80.22
4 152.3 334.1 36.35 63.65
8 54.2 388.3 42.24 57.76
16 89.3 477.6 51.96 48.04

27
30 151 628.6 68.39 31.61
50 111.1 739.7 80.47 19.53
100 93.5 833.2 90.64 9.36
200 31.8 865 94.10 5.90
PAN 54.2 919.2 100.00 0.00

Hasil Gradasi Pada Sampel B1

Gambar 13. Grafik % lolos dan no. saringan pada sampel B1

Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B1 diatas bahwa saringan
no 4 dan saringan no 50 individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan
dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari
grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “
yaitu mempunyai nilai 87,35 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai
kapasitas agregat lolos lebih besar.

Tabel 4. Hasil Gradasi Sampel B2


Berat material B2 : 921,4 gr
Komulatif
no.Saringan indiv. Berat tahan Br.tahan %tahan %lolos
1/2" 114.9 114.9 12.47 87.53
3/4" 127.7 242.6 26.33 73.67
4 161.3 403.9 43.84 56.16
8 80.8 484.7 52.60 47.40
16 85.3 570 61,86 38,14
30 107,2 677,2 73,50 26,50
50 94,2 771,4 83,72 16,28
100 80,5 851,9 92,46 7,54
200 31,6 883,5 95,89 4,11
PAN 37,9 921,4 100,00 00

Hasil Gradasi Sampel B2

28
Gambar 14. Grafik % Lolos Dan No. Saringan pada sampel B2

Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B2 diatas bahwa
saringan no 4 dan saringan no 3,8” individu berat tertahan lebih besar
dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan
dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat
pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,53 %, karena merupakan no
saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar

Tabel Perbandingan Hasil Penelitian


% PERSEN BERAT LOLOS
no.Saringan indiv. Berat tahan Komulatif (LAPISAN WC SPESIFIKASI HRS
2004)

%lolos MIN MAX


1/2" 247.3 73.37 90 100
3/4" 68 66.05 75 85
4 147.5 50.17
8 68.4 42.80 50 72
16 80.1 34.18
30 78.1 25.77 35 60
50 69 18.34
100 90.4 8.60
200 38.7 4.44 6 12
PAN 41.2 0.00 0 0

29
Perbandingan Hasil Penelitian Pada Sampel A1

Gambar 3.1 Grafik hasil pengujian pada sampel A1

Dapat terlihat dengan jelas pada tabel diatas menunjukkan terjadinya


perubahan yang cukup banyak pada Standar Spesifikasi HRS BINA MARGA
2004 berdasarkan persen lolos. Pada grafik hasil penelitian pada sampel A1 jika
dibandingkan hasil Standar Spesifikasi HRS BINA MARGA 2004 mengalami
penurunan yang sangat banyak pada saringan no. ½” s/d saringan no. 200 akibat
adanya material LPA yang kemungkinan terjebak kedalam lapisan permukaan
(HRS) karena kelekatan material aspal dan agregat berkurang akibat genangan air.

7. KESIMPULAN

1. Menurut hasil penelitian di laboratorium, genangan air berpengaruh paling


besar terhadap agregat lapis permukaan. Genangan air berperan sebagai
anti-adhesi dimana air menyebabkan terlepasnya agregat- agregat dari
lapis permukaan (ravelling).
2. Genangan air tidak berpengaruh pada kadar aspal, jika dilihat dari tidak
berkurangnya kadar aspal dalam sampel yang telah diteliti.
3. Spesifikasi kadar aspal dan kekuatan stabilitas tanah yang baik dan sesuai
standar tidak menjamin kondisi jalan akan tetap baik sampai umur rencana
berakhir. Genangan air sebagai faktor yang tidak diperhitungkan dalam
perencanaan jalan dapat menjadi penyebab utama rusaknya lapisan-lapisan
pada jalan.
4. Kerusakan jalan yang terjadi perlu dibenahi dan di pelihara secara berkala

30
untuk mencegah terjadinya genangan air.
5. Penanganan perbaikan jalan di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo perlu
segera dilakukan karena jika tidak segera dilakukan, kerusakan akan
semakin parah dan dapat berpengaruh sampai ke lapisan tanah dasar. Air
dapat berpengaruh lebih besar terhadap lapisan pondasi atas, lapisan
pondasi bawah, dan tanah dasar karena kurangnya zat adhesi di lapisan-
lapisan tersebut.

BAB IV

INOVASI TERKAIT ASPAL

4.1 Teknologi Geopori

Penemuan teknologi geopori sedikit mengurangi permasalahan genangan


pada jalan raya di Indonesia. Tingginya intensitas hujan banyak ditemukan
genangan yang disebabkan dari saluran drainase yang tidak berfungsi. Inovasi
yang lahir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini diprakarsai oleh Profesor
Bambang Sunendar Purwasasmita.
Konstruksi dengan teknologi geopori atau geopolimer ini yang merupakan
hasil eksperimen guru besar dari ITB yang disebut memiliki daya serap air yang
tinggi, ampuh mencegah banjir, dan diprediksi tahan hingga 40 tahun. Itulah

31
sebabnya, jalanan selama ini banyak rusak karena genangan air hingga banjir dari
konstruksi jalan tergerus air.
Adanya temuan geopori akan membuat air di permukaan jalan akan
langsung terserap ke tanah, sementara jalan konvensional tidak. Menggunakan
bahan baku seperti kerikil hingga limbah batu bara, konstruksi jalan berteknologi
geopori bahkan diyakini memiliki daya tahan lebih lama dibanding jalan aspal
atau beton.
Harga pembuatan konstruksi pun secara umum tidak beda jauh dengan
konstruksi pembangunan jalan konvensional. Tapi dari segi ketahanan,
penggunaan konstruksi geopori jauh lebih awet dan efisen. Sementara jika
produksinya dilakukan secara industri, harganya bisa lebih murah dikarenakan
bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatannya dari lokal.
Dalam pengembangannya, Profesor Bambang menemui kendala mengingat
penggunaan limbah industri sebagai bagian dari pembuatan geopori masih
dilarang. Limbah industri yang dipakai sebagai bahan baku termasuk dalam
kategori barang beracun berbahaya (B3) yang penggunaannya tidak bisa
dilakukan secara bebas.
Menurutnya, penggunaan limbah industri dalam pembuatan konstruksi jalan
tersebut sudah melalui berbagai tahapan. Padahal memanfaatkan limbah industri
jadi bahan baku pembuatan konstruksi memiliki nilai lebih. Bahkan
memanfaatkan limbah termasuk dalam suatu gerakan green environmental, green
process, dan yang penting green product.
Harapannya, penggunaan limbah B3 bisa dikaji kembali dalam undang-
undang jika pemanfaat untuk kepentingan lingkungan. Karena menurut Prof.
Bambang bukan dilihat sebagai limbah, melainkan sumber (yang bisa
dimanfaatkan) untuk menyelesaikan segelintir masalah untuk kebaikan
masyarakat dalam pengembangan inovasi geopori.

32
Gambar 4.1 Aspal geopori

a. Kelebihan Geopori antara lain :


1. Tahan air
Dibandingkan dengan berbagai perkerasan seperti aspal, beton, paving dan
lain sebagainya, daya serap air Geopori jauh lebih tinggi. Tak butuh waktu
lama bagi Geopori untuk menyerap air yang menggenangi jalan. Geopori
mampu menyerap hingga >1000 liter air per menit per meter persegi.
Bahkan daya serapnya bisa jauh lebih besar disesuaikan dengan kebutuhan
konstruksi.
2. Ramah lingkungan
Bahan dasar Geopori berasal dari limbah industri B3, yaitu limbah-limbah
industri berbahaya seperti limbah batu bara yang sering dipandang tidak
memiliki nilai ekonomis. Dengan bahan dasar yang berasal dari limbah
kemudian diolah dengan proses yang benar sehingga terciptalah produk
geopori yang ramah terhadap lingkungan.
3. Tahan lama
Geopori mampu bertahan kurang lebih 40 tahun karena bahan ini memang
tahan terhadap air sehingga umurnya juga lebih lama dibanding perkerasan
lainnya.
b.Kekurangan Geopori :
1. Kurang menahan beban
Karena porus yang dimilikinya, geopori hanya mampu menahan beban
<1,5 ton saja. Sehingga tidak bisa diterapkan di jalanan yang dilewati
kendaraan-kendaraan berat.
2. Perawatannya cukup mahal

33
Selain itu, pori atau porus pada geopori dapat tersumbat oleh debu, pasir
atau kotoran lainnya yang ada di jalanan. Sehinnga diperlukan penangan
khusus untuk perawatannya. Karena jika sudah tersumbat, maka GeoPori
ini kehilangan fungsinya untuk menyerap air.

Gambar 4.2 Pengujian Aspal Geopori

4.2 Teknologi Aspal Karet

34
Gambar 4.3 Aspal Karet

Cuaca dan beban berlebihan angkutan mempercepat kerusakan jalan.


Aspal berbahan baku karet dinilai cocok menggantikan aspal jalan saat ini. Daya
tahannya 50 persen hingga 100 persen lebih lama dari aspal konvensional..
Menurut Dr. Karyudi, teknologi ini sudah diterapkan di Thailand. Inovasi di
Negeri Gajah Putih tersebut mampu menyerap hingga 7 ribu ton karet produksi
negara tersebut.
Aspal karet memiliki sifat elastis, lentur dan dapat digunakan sebagai
aditif, untuk memperbaiki kualitas aspal. Jenis karet yang dapat digunakan adalah
Lateks Pekta, SIR 200, dan Brown Crepe Blanket. Kelebihan dari aspal karet ini
yaitu tidak lunak/lembek lebih tinggi, lengket terhadap agregat, lebih elastis, dan
fleksibel, dan lebih kedap air. Keunggulan lain, dapat mengurang kebisingan pada
jalan raya, serta daya tahannya lebih lama.
Saat ini ada tiga teknologi pengolahan aspal karet. Yakni, karet berbasis
lateks, karet berbasis masterbatch/kompon padat, dan karet berbasis serbuk karet.
Tentunya, ketiga jenis aspal karet yang dihasilkan punya kelebihan dan
kekurangan tersendiri.

4.3 Teknologi Aspal dengan campuran limbah plastik

Pemanfaatan limbah plastik sebagai aspal merupakan kerjasama antara


Kementerian PUPR dan Kementerian Koordinator Kemaritiman. Dalam kaitan
ini, Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko
Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan bahwa untuk menyuplai kebutuhan
limbah plastik sebagai aspal pihaknya telah berkoordinasi dengan Asosiasi Daur
Ulang Plastik Indonesia (Adupi) di 16 kota besar yang akan mengumpulkan dan
memilah sampah.

35
Gambar 5 Penghamparan aspal limbah plastik

a. Kekurangan aspal limbah plastik


Limbah plastik untuk bahan baku aspal jalan bukan hal baru. Dikutip
dari The Guardian, jalanan dari limbah plastik yang dikembangkan 15 tahun lalu
di India ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Jalan aspal dari plastik campur
aspal (bitumen) di India menjadi salah satu diskusi aktivis lingkungan. David
Sutasurya, Direktur Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB)
ini misalnya mendiskusikan dengan Dharmesh Shah dari Global Alliance for
Incinerator Alternatives (GAIA).
Jalan plastik pertama kali diusulkan sebagai solusi untuk membuang
sampah plastik berharga rendah dan plastik laminasi. Namun, ia gagal lepas
landas sebagai solusi untuk sampah residu karena standar kualitas jalan di India
mengharuskan kontraktormenggunakan LDPE dan HDPE, di mana keduanya
lebih berharga untuk didaur ulang. Akibatnya infrastruktur yang telah diadakan
untuk jalan plastik seperti pencacah dll, di Chennai sekarang mangkrak.
Masalah yang lebih besar dari teknologi ini adalah polusi mikro-plastik.
Plastik yang digunakan dalam proses pengolahan aspal hanya berubah secara fisik
dan membentuk lapisan tipis pada batuan. Plastik tersebut tidak benar-benar
terurai. Pelapukan jalan sepanjang waktu berpotensi memecah plastik menjadi
partikel mikro plastik yang masuk ke ekosistem. Jika dibakar, plastik akan
mengeluarkan zat dioksin yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Jenis penyakit
dampak dioksin mengerikan karena bisa membunuh badan manusia secara
perlahan. Plastik pada kondisi panas akan memuai dan mengeluarkan racun. Nah

36
jalan pasti terpapar matahari. Hal lain, apakah jumlah limbah plastik yang
digunakan signifikan dan teknologinya efisien.

BAB V
ANALISA INDIVIDU

Nama : Ichsan Prawoto Sigalingging


NIM : 03011381821003

37
Masalah yang terjadi pada studi kasus yang kami angkat adalah masalah
jalan yang rusak pada Kota Makassar akibat genangan air seperti jalan Dr.
Wahidin Sudiro Husodo. Sta.0 + 900 – Sta. 1 + 200 terjadi pola kerusakan
stripping, raveling, pothole. Kemudian di teliti dengan cara core menggunakan
alat coredrill untuk pengambilan sampel jalan. Selanjtnya dilakukan uji
laboratorium mulai dari memotong sampel, menimbang, perendaman,
penimbunan basah, pengeringan permukaan, penguraian sampel, pembuatan
briket. Selanjutnya melakukan test Density (SNI 03 – 2828 – 1992) test Stabilitas,
pengujian kadar aspal (SNI 03-3640 – 1994), pengujian Gradasi Aggregate (SNI
03 – 1968 – 1990).
Dari hasil penelitian yang didapatkan, genangan air berpengaruh paling
besar terhadap agregat lapis permukaan. Genangan air berperan sebagai anti-
adhesi dimana air menyebabkan terlepasnya agregat-agregat dari lapis permukaan
(ravelling). Genangan air sebagai faktor yang tidak diperhitungkan dalam
perencanaan jalan dapat menjadi penyebab utama rusaknya lapisan-lapisan pada
jalan.
Dari permasalahan dan hasil penelitian yang telah di lakukan, saya
menganalisis bahwa:
1. Pada pembangunan konstruksi jalan harus mempertimbangkan keadaan
lokasi dan curah hujan rata rata tahunan, dan merencanakan saluran drainase
yang tepat, agar jalan tidak tergenang air. Karena genangan air sangat
berpengaruh besar tehadap aspal ataupun terhadap lapis permukaan.
2. Pada kondisi daerah yang sering mengalami hujan, dan untuk resapan air
hujan yang terbatas karena pembangunan yang semakin menumpuk pada
wilayah perkotaan, dapat dilakukan pembangunan konstruksi jalan dengan
menggunakan metode baru seperti “Teknologi geopori”, pada metode baru
ini dapat membantu peresapan air seperti air hujan langsung ke tanah, dan
mengurangi debit air pada saluran drainase.
3. Perlunya peran seta aktif pemerintah dalam menangani permasalahan yang
ada dengan melakukan perawatan secara rutin an berkala, serta melakukan
perancangan ulang jika perlu.

38
Nama : M.Reza Pahlevi
NIM : 03011381821008

Dari permasalahan yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo kota Makassar
tentang kerusakan jalan akibat genangan air hujan saya dapat menyimpulkan
bahwa genangan air hujan tidak mempengaruhu kadar kadar aspal pada sampel
yang telah di teliti, karena aspal disini hanya difungsikan sebagai alat pekerat
antar agregat dan kita juga mengetahui bahwa aspal itu mempunyai sifat yang
kedap terhadap air. Namun genangan air hujan yang ada pada jalan akan
memepengaruhui agregat yang terkandung pada aspal itu sendiri yang berakibat
lepasanya ageregat yang ada pada aspal. Itula yang menjadi penyebab utama
rusaknya aspal yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin tersebut.
Menurut saya untuk menanggulanginya dapat dibuatkan sistem drainase yang
lebih baik lagi agar air yang ada pada saat terjadi hujan dapat langsung mengalir
pada drainase tersebut . Selain itu juga harus ada perawatan berkala yang di
lakukan untuk merawat aspal ataupun sistem drainasenya
Kalau pun memungkinkan ada teknologi berupa aspal yang dapat menyerap air
yang pertama kali di kembangkan oleh negara Inggris . Aspal ini dapat menyerap
air sebnayak 4000 liter dalam waktu 1 menit. Namun aspal ini tidak cocok
digunakan untuk wilayah dengan mobilitas kendaraan tinggi dan banyak.
Teknologi aspal ini cocok untuk wilayah pengguna jalan raya yang relatif sepi
kendaraan , belum lagi harganya yang malah untuk penerapannya.

Nama : Emilia Ayu Ningsih

NIM : 03011381821010

Perkerasan jalan adalah lapisan yang diantara tanah dasar dan roda kendaraan
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi. Perkerasan
jalan memiliki beberapa jenis, yaitu:
1. Perkerasan lentur (flexural pavement)
2. Perkerasan kaku (rigid pavement)

39
3. Perkerasan komposit (composite pavement)
Jenis perkerasan lentur menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Aspal
memiliki beberapa kekurangan sehingga dapat menimbulkan beberapa jenis
kerusakan pada perkerasan lentur, kerusakan-kerusakan pada perkerasan lentur
diantara nya adalah retak dan deformasi, retak, distorsi, kegemukan, lubang-
lubang (potholes), keausan, ravelling dan stripping.
Pada contoh studi kasus yang kami bahas, jenis kerusakan yang terjadi
adalah terjadinya ravelling, potholes dan stripping pada ruas jalan dr.Wahidin
(STA 0+900-1+200). Kerusakan tersebut disebabkan oleh genanagan air hujan
yang masuk ke dalam permukaan aspal sehingga menyebabkan hilangnya sifat
adhesi dari aspal dan berdampak terlepasnya agregat-agregat (ravelling).
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk jenis kerusakan seperti yang ada pada Jl.Dr
Wahidin adalah :
1. Pada jalan yang berlubang (potholes) dapat diperbaiki dengan cara
membersihkan lubang-lubang dari air dan material yang terlepas
2. Pada ruas jalan yang mengalami pengelupasan bagian jalan yang rusak
harus di garuk kemudian diratakan setelah itu dilapisi dengan buras
3. Pada ruas jalan yang mengalami ravelling perbaikan dilakukan dengan
memberikan lapisan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan
butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan pada contoh studi kasus
kerusakan jalan di Jl.Dr.Wahidin adalah dengan menggunakan aspal geopori.
Aspal geopori menggunakan bahan baku kerikil dan limbah batu bara. Geopori
akan membuat air dipermukaan jalan akan langsung membuat air terserap ke
dalam tanah dan memiliki daya tahan yang lebih lama dari jalan aspal.

Nama : Arum Puspita Sari

NIM : 03011381821011

Perkerasan lentur adalah lapisan perkerasan jalan yang menggunakan aspal


sebagai bahan pengikat utamanya. Aspal sendiri memiliki kelemahan terhadap air
karena sifat air yang dapat melarutkan material, sehingga fungsi aspal sebagai

40
bahan perekat akan kehilangan materialnya. Sehingga perkerasan jalan sering
mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapai umur rencana.
Seperti kerusakan jalan yang terjadi di Jl. Dr. Wahidin yang telah dibahas
sebelumnya. Kerusaksan yang terjadi dijalan tersebut disebabkan adanya
genangan air akibat hujan yang menggenangi permukaan jalan aspal sehingga air
masuk kedalam rongga-rongga aspal dan menyebabkan material jalan aspal
tersebut menjadi rusak. Genangan air berperan sebagai anti-adhesi dimana air
menyebabkan terlepasnya agregat-agregat dari lapis permukaan (ravelling).
Dikarenakan terlepasnya agregat-agregat aspal pada permukaan jalan
menimbulkan kerusakan lain seperti Potholes (Lubang). Adanya lubang pada
jalan dapat memberikan ketidaknyamanan dan resiko kepada masyarakat yang
melewatinya, sehingga kerusakan jalan ini sangat berbahaya apabila tidak
langsung ditangani.
Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan genangan air
yang tersisa pada lubang jalan, memotong area jalan yang terdapat lubangnya lalu
ditimpa lagi dengan agregat campuran aspal sehingga cara ini dapat menutupi
lubang pada jalan. Selain adanya perbaikan, perawatan jalan merupakan hal
penting yang harus dilakukan agar meminimalisir kerusakan jalan yang terjadi.
Teknologi lain yang dapat dilakukan untuk masalah kerusakan jalan akibat
genangan air yaitu dengan menggunakan aspal geopori. Fungsi dari aspal geopori
ini mencegah agar air yang tergenang tidak langsung masuk ke pori-pori aspal dan
tertahan sehinnga permukaan jalan aspal tidak mengalami penggerusan akibat
genangan air.

Nama : Rahmadhina Aji Pertiwi


NIM : 03011381821024

Dengan melihat permasalahan pada Jl. Dr. Wahidin, dapat diketahui bahwa
keruskan jalan terjadi akibat adanya genangan air. Jadi, genangan air sebenarnya
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap jalan, kaitannya dengan umur
ketahanan jalan. Semakin banyak atau semakin lama terjadi genangan air, maka
akan semakin mudah terjadi kerusakan sehingga akan memperpendek umur jalan

41
tersebut. Kerusakan yang terjadi pun bermacam-macam, baik itu retak atau
lubang. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna
jalan. Untuk itu pada kasus ini dilakukan pengujian terhadap agregat-agregat yang
menjadi bahan penyusun pada jalan tersebut, selanjutnya dilakukan perbaikan
terhadap kerusakan jalan tersebut. Namun, untuk mencegah terjadi kembali
kerusakan, sebaiknya perlu diperhatikan bagaimana cara untuk menghilangkan
atau mengurangi genangan air seperti memanfaatkan adanya inovasi baru pada
aspal seperti teknologi geopori yang memiliki keuntungan dapat menyerap air dan
lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah batubara serta lebih tahan
lama.

DAFTAR PUSTAKA

Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. 2010.


Hamirhan Saodang, MSCE. Perancanngan Perkerasan Jalan Raya. Penerbit Nova,
2004. Bandung: Usaha Nasional

42
https://newswantara.com/karya/inovasi-geopori-bagi-permasalahan-genangan/
oleh Ridho Miqdar, 30 Mei 2018
http://www.balitsembawa.com/news/dorongan-penerapan-inovasi-aspal-karet/
oleh Balit sembawa, 5 des 2017
Manu,Ir. Agus Iqbal. Dipl, H, Eng, MIHT. 1996. Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Raya. Departemen Pekerjaan umum.
Sukirman, Silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Witeng. Kennedy, Neville, 1976, Basic Statistical Methods For Engineers and
Scientists, 2nd Edition, Harper & Row, Publishers, New York

43

Anda mungkin juga menyukai