Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI :


PENGGUNAAN ASPAL SEBAGAI BAHAN PERKERASAN JALAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi
Dosen Pengampu : Yanti Irawati, ST., MT

Disusun Oleh :
Kelas D

2112201032 Awan Setiawan


2112201051 Saptiono
2112201020 Suryamin
2112201018 Diki Mardani
2112201017 Muhamad Ilham Saepulloh

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI : PENGGUNAAN ASPAL SEBAGAI BAHAN
PERKERASAN JALAN” ini dengan baik.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah ilmu bahan bangunan.
Kami berterima kasih pada Ibu Yanti Irawati, ST., MT selaku Dosen mata kuliah
Teknologi Bahan Konstruksi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai informasi-informasi yang berhubungan dengan
Aspal.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Bandung, 12 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 2
2.1. Sejarah Aspal............................................................................................................... 2
2.2. Pengertian Aspal ......................................................................................................... 2
2.3. Sumber Aspal .............................................................................................................. 3
2.4. Macam – macam Aspal ............................................................................................... 7
2.5. Klasifikasi Aspal ......................................................................................................... 9
2.6. Sifat-sifat Aspal ........................................................................................................... 9
2.7. Pembuatan Aspal ....................................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 14
3.1. Konstruksi Aspal Sebagai Bahan Perkerasan Jalan .................................................. 14
3.2. Jenis Kerusakan dan Metode Perbaikan Perkerasan Jalan ........................................ 19
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 31
4.1. Kesimpulan................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam penyusunan makalah ini kami coba mengangkat mengenai aspal hal
itu disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu penghasil aspal terbesar di dunia,
namun di Indonesia sendiri belum mampu mengeksploritasi aspal secara maksimal.
Hal ini di tunjukan oleh bahan pembuat aspal jalan di Indonesia masih menggunakan
aspal dari luar negeri (aspal import), padahal aspal di Indonesia masih dapat di
eksploitasi dalam kurun waktu yang lama.

1.2. Tujuan Penulisan

Agar lebih mengetahui tentang aspal lebih jauh. Karena aspal adalah sumber daya
alam yang terdapat di Indonesia yang masih belum di eksplorasi lebih jauh karena
itu kami mencoba untuk menggali lebih jauh tentang aspal yang ada di indonesia
serta apa saja teknologi terbaru dalam aspal. Serta sebagai syarat untuk memenuhi
nilai tugas mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sejarah Aspal

Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa
Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris
menjadi asphalt dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal.
Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi
oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (bitumen)
sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana dan kuil.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat
ditelusur kembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama
John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan
total panjang hampir 300 km.Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar
diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi
batu galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Kemudian Thomas Telford
membangun jaringan jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hamper
1.500 km. Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf dengan
mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga sudah
dihitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan,
yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J.
DeSmedt, ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA.
Campuran yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang
memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal
sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan yang dikerjakan.
2.2. Pengertian Aspal

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal
buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan
konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan
bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan
bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan
aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.

2
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80%
massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini
sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang
massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base
Course, Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis
perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu,
dan lapis aus dua.
Untuk mendapatkan mutu aspal yang baik, dalam proses perencanaan campuran
harus memperhatikan karakteristik campuran aspal , yang meliputi :
1.) Stabilitas
Stabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban lalu
lintas tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari
gayagesekan antar partikel (internal friction), gaya penguncian (interlocking), dan
gaya adhesi yang baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi
oleh kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan
tingkat kepadatan campuran.
2.) Durabilitas
Durabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap
cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor ya ng mendukung
durabilitasmeliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat kepadatan
yang sempurna.
3.) Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi
lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami
perubahan bentuk.Fleksibilitasperkerasan dapat dicapai dengan menggunakan
gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat
menambah ketahanan terhadap pembebanan.
2.3. Sumber Aspal

Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari
proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Aspal juga
terdapat di alam secara alamiah, aspal ini aspal alam.
Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah kedalam aspal yang
bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi safat rheologinya sehingga
menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.
1.) Aspal Hasil Destilasi
Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses dimana berbagai
fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh
kenaikan temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur
tertentu dari proses destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak.
Berdasarkan depositnya aspal hasil destilasi ini dikelompokan menjadi 3 kelompok,
yaitu:

3
a. Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi
dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang
dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru
dihasilkan melalui proses destilasii hampa pada temperatur sekitar 480 ºC.
Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang
disulaing atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan.
Untuk menghasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang diinginkan,
proses penyulingan harus ditangani sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol
sifat-sifat aspal keras yang dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan
mencampur berbagai variasi minyak mentah bersama-sama sebelum proses
destilasi dilakukan. Pencampuran ini nantinya agar dihasilkan aspal keras
dengan sifat-sifat yang bervariasi, sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Cara lainnya yang sering dilakukan untuk mendapatkan aspal keras adalah dengan
viskositas menengah, yaitu dengan mencampur berbagai jenis aspal keras
dengan proporsi tertentu dimana aspal keras yang sangat encer dicampur
dengan aspal lainnya yang kurang encer sehingga menghasilkan aspal
dengna viskositas menengah.
Selain melalui proses destilasi hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak
mentah dengan pemanasan dan penghampaan, aspal keras juga dapat dihasilkan
melalui proses ekstraksi zat pelarut. Dalam proses ini fraksi minyak ( bensin,
solar, dan minyak tanah) yang terkandung dalam minyak mentah, dikeluarkan
sehingga meninggalkan aspal sebagai residu.
b. Aspal Cair
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut
berbasis minyak. Aspal ini dapet juga dihasilkan secara langsung dari proses
destilasi, dimana dalam proses ini raksi minyak ringan terkandung dalam minyak
mentah tidak seluruhnya dikeluarkan. Kecepatana menguap dari minyak yang
digunakan sebagai pelarut atau minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu
pada proses destilasi akan menentukan jenis aspal cair yang dihasilkan.
Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu :
• Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya adalah bensin
• Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curing), yaituaspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada
aspal jenis ini biasanya adalah minyak tanah
• Aspal Cair Lambar Mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
adalah solar.
Tingkat kekentalan aspal cair sanagat ditentukan oleh proporsi atau rasio
bahan pelarut yang digunakan terhadap aspal keras atau yang terkandung pada
aspal cair tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang
lebih tinggi dari MC-200.

4
c. Aspal Emulsi

Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi.Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras.
Pada proses ini partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan
dalam airyang mengandung emulsifer (emulgator). Partikel aspal yang
terdispersi ini berukuran sangat kecil bahkan sebagian besar berukuran sangat
kecil bahkansebagian besar berukuran koloid.
Jenis emulsifer yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan
pengikatan aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat
pengemulsi yang digunakan.
Aspal emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi :
• Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
• Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif
• Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk berion (netral)

2.) Aspal Alam


Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Aspal Danau (Lake Asphalt)

5
Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan lewele.
Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organik lainnya. Angka penetrasi
dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek sangat tinggi. Karena aspal ini
dicampur dengan aspal keras yang mempunyai angka penetrasiyang tinggi dengan
perbandingan tertentu sehingga dihasilkan aspal dengan angka penetrasi yang
diinginkan.

b. Aspal Batu ( Rock Asphalt)

Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara alamiah terdeposit di
daerah Kentucky, USA dan di pulau buton, Indonesia. Aspal dari deposit ini
terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung
dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki
persentasi antara 0 – 40. Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditimbang terlebih
dahulu, lalu aspalnya diekstrasi dan dicampur dengan minyak pelunak atau aspal
keras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat ini aspal
batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu dalam
bentuk butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm dan dalam bentuk
mastik.

3.) Aspal Modifikasi


Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan
tambah.Polymer hádala jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini, sehinga
aspal modifikasi sering disebut juga aspal polymer.
Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya
digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
• Aspal Polymer Elastomer dan karet adalah jenis – jenis polyer elastomer yangSBS
(Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (StyreneIsoprene
Styrene), dan karet adalah jenis polymer elastoner yang biasanya digunakan sebagai
bahan pencampur aspal keras. Penambahan polymer jenis ini dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi,kekentalan, titik lembek dan
elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer
elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal
yang dibuat dengan aspal keras.Presentase penambahan bahan tambah ( additive)

6
pada pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian
labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu
memang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi
penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif.

• Aspal Polymer Plastomer, seperti halnya dengan aspal polymer elastomer,


penambahan bahan polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk
meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat sifak campuran
beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah
EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene. Presentase
penambahan polymer ini kedalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan
pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas
tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran
tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif.

2.4. Macam – macam Aspal

1.) Aspal Makadam (macadam penetrasi)

Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk
memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih besar
diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran batuan
terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil, selanjutnya
dipenetrasi agar saling mengikat.

Kesalahan aspal makadam :


a) Penggunaan batuan yang tidak benar
b) Penyebaran aspal yang tidak benar

2.) Beton Aspal


7
Batuan kering yang dipanaskan dicampur dengan aspal panas dengan aspal panas
dalam pabrik pencampur dan diangkut ketempat pekerjaan.

Kelebihan pada aspal beton :


c) Kepadatan tinggi dengan ruang kosong yang rendah (3-8 %)
d) Kadar aspal rendah (4-6%)
e) Permukaan lapisan lebih tahan lama
f) Mampu menahan gesekan
g) Permukaannya rata
h) Pencampurannya saggat merata
i) Kekuatan dan stabilitasnya yang tinggi

Kesalahan pada aspal beton :


j) Gradasi batuan tidak benar
k) Terlalu banyak aspal
l) Pencampuran aspal terlalu sedikit
m) Batuan tidak cukup kering
n) Kesalahan pelaksanaan penghamparan
o) Kesalahan membuat sambungan
3.) Butas (Buton aspal)

Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau buton,
sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam

Kesalahan pada butas :


p) Waktu pengeraman terlalu singkat / lama

8
q) Pengadukan tidak homogen
r) Terjadi segregasi
s) Komposisi campuran tidak benar
2.5. Klasifikasi Aspal

Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan (grade) atau kelas


berdasarkan sistem yang berbeda, yaitu:
1.) Viskositas
Viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing sistem
mengelompokan aspal dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula.Dalam
pengklasifikasian aspal yang ada, yang paling banyak digunakan adalah sistem
pengklasifikasin berdasarkan viskositas dan penetrasi.
Dalam sistem viskositas, satuan poise adalah estándar pengukuran viskositas
absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal makin kental aspal tersebut. AC-25 (
aspal keras dengan viskositasnya 250 pose pada temperature 60°C) adalah jenis aspal
keras yang bersifat lunak, AC-40 (aspal keras dengan 400 poise pada temperature
60ºC) adalah jenis aspal keras yang bersifat keras.
Beberapa Negara mengelompokan aspal berdasarkan viskositas estela penuaan.
Ide ini untuk mengidentifikasikan viskositas aspal estela penghamparan di lapangan.
Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran, aspal segar yang akan
digunakan dituangkan terlebihdahulu dalam oven melalui pengujian Thin Film Oven
Test (TFOT) dan Rolling Film Oven Test (RTFOT). Sisa aspal yang tertinggal
(residu) kemudian ditentukan tingkatannya (grade) berdasarkan fiskositasnya dalam
satuan poise.
2.) Uji Penetrasi
Pengujian kekerasan aspal dilakukan dengan pengujian penetrasi, yaitu dengan
menggunakan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dan beban 50 gram. Berat jarum
dan beban menjadi 100 gram. Nilai penetrasi jarum beserta beban, yang masuk ke
dalam contoh aspal selama 5 detik dan dilakukan pada temperatur 25˚ C dibaca
pada arloji pengukur, dalam satuan 0,1 mm.

2.6. Sifat-sifat Aspal

Sifat-sifat aspal ada dua macam, yaitu :

9
1. Sifat Kimia Aspal
2. Sifat Fisik Aspal

1.) Sifat-sifat Kimia Aspal


Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi yang
digunakan terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik yang telah berumur
ribuan tahun dibawah tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.Susunan struktur
internal aspal sangat ditentukan oleh susunan kimia molekul-molekul yang terdapat
dalam aspal tersebut. Susunan molekul aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90 -95%
dari berat aspal)oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal
seringkali disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%), dari
dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan logam.
Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat
menggantikan kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur molekul aspal.
Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia yang unik dan interaksi antar
atom tom ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah
heteroatom yang terkandung didalam aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak
tanah mentah yang digunakan dan tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur
lebih reaktif daripada karbon dan hidrogen untuk mengikat oksigen. Oleh sebab itu,
aspal degna kandungan sulfur yang tinggi akan mengalami penuaan yang lebih cepat
dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur.
Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya
terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya
mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam organik dan hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia aspal sangat
sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang canggih, dan data yang
dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung an dengan sifat rheologi aspal.Analisa
kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat memisahkan molekul aspal dalam dua
grup, yaitu aspalten dan malten. Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated,
aromatik dan resin. Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara
jelas karena adanya sifat saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.
• Aspalten
Aspalten adalah unsur kimia aspla yng padat yang tidak larut dalam n- penten.
Aspalten berwarna cokelat sampai hitam yang mengandung karbon dan hidrogen
dengan perbandungan 1 : 1, dan kadang-kadang juga mengandung nitrogen, sulfur,
dan oksigen. Aspalten biasanya deanggap sebagai material yang bersifat polar
danmemiliki bau yang khas dengan berat molekul yang cukup berat. Molekul
aspalten ini memiliki ukuran antara 5-30 nano meter. Besar kecilnya kandungan
aspalten dalam aspal sangat mempengaruhi sifat rheologi aspal tersebut.
Peningkatan kandungan aspalten dalam aspal menghasilkan aspal yang lebih keras
dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek yang tinggi dan tingkat kekentalan
aspal yang tinggi pula.

• Malten

10
Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal selain aspalten.
Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi 3 :
a) Resin
Resin secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon, dan sedikit mengandung
oksigen, sulfur dan nitrogen. Rasio kandungan unsur hidrogen terhadap karbn
di dalam resin berkisar antara 1,3 – 1,4. Resin ini memiliki ukuran antara 1-5
nanometer, berwarna cokelat, berbentuk semi padat, bersifar sangat polar dan
memberikan sifat adesif pada aspal. Didalam aspal, resin berperan sebagai zat
pendispersi aspaltene. Sifat aspal, SOL ( larutan ) atau GEL ( jeli) sangat
ditentukan oleh proporsi kandungan resin terhadap kandungan aspalten yang
terdapat pada aspal tersebut.

b) Aromatik
Aromatik adalah unsur pelaryt aspalten yang paling dominan di dalam aspal.
Aromatik berbentuk cairan kental yang berwarna cokelat tua dan kandungan di
dalam aspal bersifat antara 40% - 60% terhadap berat aspal. Aromatik terdiri
dari rantai karbon yang bersifat non polar yang didominasi oleh unsur tak jenuh
(unsaturated) dan memiliki daya larut yang tinggi terhadap molekul
hidrokarbon.

c) Saturated
Saturated adalah bagian dalam molekul malten yang berupa minyak kental yang
berwarna putih atau kekuning-kuningan dan bersifat non polar. Saturated terdiri
dari parafin ( wax) dan non parafin, kandungannya di dalam aspal berkisar
antara 5% - 20% terhadap berat aspal. P a g e | 15 Ilmu Bahan Bangunan – Aspal

2.) Sifat – sifat Fisik Aspal

Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja


campuran beraspal antara lain adalah:

• Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan
sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini
di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi
dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan
penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini akan
menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspal telah
mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut
durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk
mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak
faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang baik akan menghasilkan
campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan
untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek,
kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah
mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling

11
Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses
penuaan yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat
aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami
pemanasan atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami
perubahan.

• Adesi dan Kohesi


Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi
dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal
Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal
adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras.Aspal keras dengna nilai
daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik
dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji
penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang
digunakan untuk mengetahui daya lekat (kohesi) aspal terhadap batuan. Pada
pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam aspal air
dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat
akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi
sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat
kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

• Kepekaan aspal terhadap temperature


Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperature meningkat.Kepekaan aspal untuk berubah
sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap
temperatur.
• Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan
fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan
oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor
yang paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.

2.7. Pembuatan Aspal

Bahan dasar aspal di peroleh dari Tambang / Alam yang dapat terjadi dari aspal
danau, batu kapur aspal, dan batu pasir aspal serta mastik aspal hasil sampingan dari
proses pemurnian minyak. Dalam proses pembuatan aspal minyak bumi, mula-mula
dari suatu sumur minyak yang masih bercampur pasir dan air. Minyak bumi di sedot
keluar, di tempatkan dalam tanki , kemudian di alirkan ke gardu pompa untuk
selanjutnya di pompa untuk selanjutnya di pompa ke dalam tangki pengilangan .

12
Gambar Pengolahan Aspal Minyak ( Penyulingan )

Setelah bejana pipa dan bejana lain dengan pemanasan pada suhu tertentu dalam
proses yang kemudian di hasilkan destilat ringan, destilat sedang, destilat berat, dan
destilat residu, dari destilat-destilat ini dalam suatu prosesing yang di hasilkan :
t) Bensin
u) Minyak tanah,
v) minyak bakar ringan
w) Minyak diesel
x) Minyak Pelumas

Dari bahan residu di hasilkan minyak bakar residu. Bahan residu setelah diproses
lagi di hasilkan :
y) Aspal padat
z) Semen aspal

Dengan penetrasi tertentu dari aspal akan di hasilkan bahan aspal cair, di alirkan ke
instalasi emulsi di hasilkan aspal emulsi.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Konstruksi Aspal Sebagai Bahan Perkerasan Jalan

Perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus
yang bersifat baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri. Berdasarkan bahan pengikat
yang menyusunnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas beberapa jenis antara
lain :

1.) Struktur Konstruksi Perkerasan


Pada umumnya,Kontruksi perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
a) Lapisan tanah dasar (sub grade)
b) Lapisan pondasi bawah (subbase course)
c) Lapisan pondasi atas (base course)
d) Lapisan permukaan / penutup (surface course)

2.) Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan


Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu
sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang
berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu
temperatur tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun,
aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis).
Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh
sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini
dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-
langkah yang baik dalam proses pelaksanaan. Konstruksi perkerasan lentur terdiri
atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
menyebarkan ke lapisan yang ada dibawahnya, sehingga beban yang diterima
oleh tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan
lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

14
Gambar Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur

Dalam susunannya, lapisan konstruksi perkerasan lentur terdiri dari beberapa


lapisan, yaitu :
1) Lapisan permukaan (Surface Course)
Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas campuran mineral
agregat dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan
biasanya terletak di atas lapis pondasi. Fungsi lapis permukaan antara lain :
• Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.
• Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari
kerusakan akibat cuaca.
• Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis
pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal
sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya
dukung lapisan terhadap beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan
perlu mempertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan
konstruksi agar dicapai manfaat sebesar besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
2) Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak
langsung di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis
pondasi bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung
di atas tanah dasar. Fungsi lapis pondasi antara lain :

15
• Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda.
• Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk
digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan
pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat
digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah
yang distabilisasi dengan semen, aspal, pozzolan, atau kapur.
3) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang
terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas lapisan dari
material berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun
tidak, atau lapisan tanah yang distabilisasi. Fungsi lapis pondasi bawah antara
lain :
• Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebar
beban roda
• Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan di atasnya dapat dikurangi ketebalannya (penghematan biaya
konstruksi).
• Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
• Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi berjalan lancar.
Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu lemahnya daya
dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat (terutama pada saat
pelaksanaan konstruksi) atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus
segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam jenis
tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar
dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland, dalam beberapa hal sangat
dianjurkan agar diperoleh bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi
perkerasan.
4) Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada
sifatsifat dan daya dukung tanah dasar. Dalam pedoman ini diperkenalkan
modulus resilien (MR) sebagai parameter tanah dasar yang digunakan dalam
perencanaan Modulus resilien (MR) tanah dasar juga dapat diperkirakan dari
CBR standar dan hasil atau nilai tes soil index. Korelasi Modulus Resilien
dengan nilai CBR (Heukelom & Klomp) berikut ini dapat digunakan untuk
tanah berbutir halus (fine-grained soil) dengan nilai CBR terendam 10 atau
lebih kecil. MR (psi) = 1.500 x CBR Persoalan tanah dasar yang sering ditemui
antara lain :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu
sebagai akibat beban lalu-lintas.
• Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air.

16
• Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau
akibat pelaksanaan konstruksi.
• Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas
untuk jenis tanah tertentu.
• Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan konstruksi.

b. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigit Pavement),


Yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan
pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah
dasat dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat.

Gambar . Lapisan Konstruksi Perkerasan Kaku

17
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
(bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya
lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal
ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari
tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena yang paling
penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka
faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen
adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan
atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural
perkerasannya. Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena
beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping,
kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi
pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk
pekerjaan konstruksi.

Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :


− Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
− Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction
= k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
− Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
− Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
− Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu
lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

1) Kelebihan Jalan Beton


• Dapat menahan beban kendaraan yang berat
• Tahan terhadap genangan air dan banjir
• Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal

18
• Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur
tanahnya terlebih dahulu
• Pengadaan material lebih mudah didapat

2) Kekurangan jalan beton Kualitas jalan beton


Sangat bergantung pada proses pelaksanaannya misal pengeringan yang terlalu
cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk mengatasi hal ini dapat
menambahkan zat kimia pada campuran beton atau dengan menutup beton
pasca pengecoran dengan kain basah untuk memperlambat proses pengeringan
Untuk penggunaan pada jalan rayadengan kapasitas berat kendaraan yang
tinggi, maka biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan aspal,
namun lebih murah pada masa perawatan.
Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses
pengecoran sehingga diperlukan pengawasan yang ketat. Proses perbaikan
jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan beton yang lama,
sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga terkadang elevasi jalan
lebih tinggi dibanding rumah di sampingnya. Warna beton membuat suasana
jalan menjadi keras dan gersang shingga menimbulkan efek kehati-hatian bagi
pengendara di atasnya

3.2. Jenis Kerusakan dan Metode Perbaikan Perkerasan Jalan

Kerusakan pada struktur perkerasan jalan dapat terjadi dengan kondisi yang
berbedabeda sesuai dengan tingkat kerusakannya; berat, sedang, ataupun ringan.
Disarankan pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara
pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih lanjut atau semakin parah
yang berakibat semakin mahal biaya untuk perbaikannya. Sesuai dengan jenis
perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka kerusakan yang terjadi umumnya
mengikuti jenis perkerasan itu masing-masing.

1.) Pada perkerasan lentur (Aspal)


a. Lapis Permukaan (Berdasarkan Bentuk Retak)
1. Meander (Meandering)
a.) Retak Halus (Hair Cracks)
Disebabkan :
− Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
− Pelapukan permukaan.
− Air tanah pada badan perkerasan jalan.
− Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Metode Perbaikan :
− Ditambal atau di tutup sesuai dengan ukuran dan tingkat kerusakannya.

19
2. Garis (Line)
a.) Retak Tepi (Edge Cracks)
Disebabkan :
− Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat
jenis ekspansif clay pada tanah dasar .
− Sokongan bahu samping kurang baik.
− Drainase kurang baik.
− Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.
Metode Perbaikan :
− Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu jalan tidak
mendukung pinggir
− perkerasan maka material yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan
material baik yang dipadatkan.
− Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka harus dibuatkan
drainase.
− Penambahan parsial.

b.) Retak Pertemuan Perkerasan Bahu (Edge Joint Cracks)


Disebabkan :
− Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat
penurunan bahu.
− Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
− Drainase kurang baik.
− Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
− Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
Metode Perbaikan :
− Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan
larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau
larutan pengisi
− Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay)

c.) Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)


Disebabkan :
− Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Metode Perbaikan :
− Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan
pasir kedalam celah yang terjadi.

d.) Retak Sambungan Pelebaran (Widening Cracks)


Disebabkan :
− Ikatan sambungan yang kurang baik.
− Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan
jalan lama.

20
Metode Perbaikan :
− Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan
campuran aspal cair+pasir

3. Block ( Block )
a.) Retak Refleksi (Reflection Cracks)
Disebabkan :
− Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)
sebagai akibat
− perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .
− Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan
dengan struktur perkerasan.
Metode Perbaikan :
− Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan
larutan
− Emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan.
− Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay)

b.) Retak Susut (Shrinkage Cracks)


Disebabkan :
− Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal
dengan penetrasi rendah.
− Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Metode Perbaikan :
− Mengisi celah dengan campuran aspal cair dan butas (aspal batu)

4. Kulit Buaya (Crocodile)


a.) Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks)
Disebabkan :
− Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
− Pelapukan permukaan.
− Air tanah pada badan perkerasan jalan.
− Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Metode Perbaikan :
− Melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm
sebaiknya bagian yang telah mengalami retak akibat air yang merembes
masuk ke lapisan fondasi tanah dibongkar terlebih dahulu dan dibuang
bagian yang basah, kemudian dilapisi lagi dengan bahan yang sesuai.

5. Parabola (Crescent)
a.) Retak selip (Slipage Cracks)
Disebabkan :
− Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
− Pengunaan agregat halus terlalu banyak.

21
− Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal.
− Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak
oleh mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Metode Perbaikan :
− Melakukan pembongkaran aspal yang rusak kemudian dilakukan
penambalan permukaan.

b. Berdasarkan Penyebab Retak


1. Retak Struktural (Structural Cracking)
Di sebabkan oleh pembebanan yang berulang dari roda kendaraan.
2. Retak melintang akibat suhu ( transverse thermal cracking)
Di sebabkan karena perubahan suhu pada material perkerasan jalan .
3. Retak refleksi (reflection cracking)
Disebabkan :
− Terjadi ketika retak pada lapisan aspal yang lama tidak benar diperbaiki
sebelum di overlay.
Metode Perbaikan :
− Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan
dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir
− Untuk retak berbentuk kotak perbaikan dilakukan dengan membongkar dan
melapisi dengan membongkar dan melapisi kembali dengan bahan yang
sesuai.

c. Kerusakan Pondasi Atas, Bawah , dan Sub Grad


1. Bergelombang
Disebabkan :
− Karena campuran lapisan aspal yang buruk.
− Kadar air dalam lapis pondasi granu-ler (granular base) terlalu tinggi
sehingga tidak stabil.
Metode Perbaikan :
− Perbaikan yang paling baik dilakukan adalah dengan menambal di seluruh
kedalaman. Jika perkerasan mempunyai agregat fondasi (base) dengan
lapisan tipis perawatan permukaan maka permukaan dikasarkan kemudian
dicampur dengan material fondasi, dan dipadatkan lagi sebelum meletakkan
lapisan

2. Alur (Rutting)
Disebabkan :
− Pemadatan lapis permukaan dan pondasi (base) kurang.
− Kualitas campuran aspal rendah.
− Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis.
− Tanah dasar lemah atau agregat pondasi kurang tebal.
Metode Perbaikan :
− Jika penyebabnya adalah lemahnya lapis pondasi atau tanah dasar,
pembangunan kembali perkerasan secara total mungkin diperlukan, termasuk
juga penambahan drainase.

22
3. Penurunan/Amblas
Disebabkan :
− Beban lalu lintas berlebihan.
− Akibat lapisan dibawah perkerasan mengalami penurunan.
− Penurunan konsolidasi tanah di bawah timbunan menyebabkan distori
perkerasan.
Metode Perbaikan :
− Mengisi bagian jalan yang amblas dengan agregat, kemudian dengan
pemadatan dengan campuran aspal. Untuk amblas < 5 cm, bagian yang
rendah diisi dengan bahan sesuai seperti lapen, lataston, laston. Untuk amblas
yang > 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapisi kembali dengan
lapis yang sesuai.

4. Mengembang (Swell)
Disebabkan :
− Mengembangnya material lapisan di bawah perkerasan atau tanah dasar,
biasanya berupa tanah lempung yang mudah mengembang akibat kenaikan
kadar air.
Metode Perbaikan :
− Menambal di seluruh kedalaman.
− Pembongkaran total area yang rusak dan menggantikannya dengan material
baru.
− Perataan permukaan dengan cara menimbunnya dengan material baru.
− Sembarang cara, untuk perbaikan permanen, pada prinsipnya harus
ditunjukan untuk menstabilkan kadar air dalam struktur perkerasan.

2.) Pada Perkerasan Kaku (Beton),


Jenis-jenis kerusakan pada perkerasan kaku :
Disebabkan :
− Kerusakan pengisi celah lubang.
− Penurunan slab dan slab pecah/retak pada sambungan.
Metode Perbaikan :
− Perbaikan celah.
− Penyuntikan.
− Penambahan.

23
3.3. Aplikasi Aspal

1.) Program Aspal Buton

Direktorat Jenderal Bina Marga baru selesai mengadakan kegiatan evaluasi


sekaligus sosialisasi Program Aspal Buton diTahun 2007 dan 2008. Pada kegiatan
tersebut hadir para Satker dari berbagai daerah di Indonesia untuk mendengarkan
pemaparan dari para pejabat Departemen PU serta para pakar Aspal Buton dari Pusjatan
Departemen PU. Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana hasil pelaksanaan dari
program pemanfaatan Aspal Buton di Tahun 2007 ini termasuk berbagai masalah yang
dihadapi baik oleh produsesn, satker, maupun para kontraktor pemenang tender.
Sosialisasi dilakukan untuk memberikan informasi dan pemahaman lebih mendalam
tentang produk aspal buton, persyaratan yang ditetapkan serta berbagai aplikasi yang
dapat dipergunakan dalam program pembangunan dan pemeliharaan jalan.
Direktorat Jenderal Bina Marga selaku lembaga yang bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan jalan di Indonesia pada berbagai kesempatan menyatakan
kesungguhannya dalam mendorong pemanfaatan Aspal Buton secara maksimal. Hal itu
tentunya harus didukung para produsen aspal buton yang memiliki peran dan tanggung
jawab untuk menhasilkan produk-produk aspal buton sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
Kenaikan anggaran dari Dirjend Bina Marga pada Tahun 2008 hingga 2 kali lipat
dari Tahun 2007 menjadi 19 Trilyun merupakan komitmen pemerintah untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. Hal itu merupakan peluang
bagi produsen Aspal Buton untuk turut mendukung program percepatan pembangunan
dan pemeliharaan jalan dengan menggunakan material aspal Buton.

24
2.) Mastic Asbuton

Adalah jenis aspal buton yang memiliki kandungan bitumen kualitas tinggi dengan
kadar ± 30-40% dan telah keluar di permukaan butiran batuan. Selain itu Mastic
Asbuton juga mengandung filler batu kapur (limestone) yang juga dipergunakan dalam
proses pencampuran aspal untuk jalan-jalan kelas tinggi. Pengunaan Mastic asbuton
juga dapat dikerjakan dengan cara yang mudah serta menggunakan banyak tenaga kerja
(padat karya). Harga mastic asbuton relatif lebih murah dibandingkan harga aspal
minyak sehingga pemanfaatannya dapat menghemat anggaran. Aplikasi Mastic
Asbuton untuk beberapa jenis pembangunan jalan dapat menggantikan sebagian besar
pemakaian aspal minyak (substitusi) sehingga dapat mengurangi ketergantungan
terhadap aspal minyak.
Keuntungan dari penggunaan Mastic Asbuton antara lain:
a. Penggunaan Mastic Aspal dalam campuran meningkatkan Stabilitas Dinamis
dari kontruksi jalan
b. Campuran bahan jalan dengan Mastic Aspal lebih kuat, tahan lentur, tahan aus
dan cuaca.
c. Mastic Aspal secara ekonomis lebih murah sehingga dapat mengurangi
konsumsi aspal minyak dan filler
d. Campuran Mastic Aspal telah berhasil diaplikasikan di wilayah jabotabek
dengan hasil memuaskan dan kendala teknis cukup kecil.
e. Dengan potensi cadangan yang cukup besar, proyeksi kedepan penggunaan
Mastic Aspal akan meningkat sehingga menghemat biaya konstruksi jalan

25
3.) Buton Granular Asphalt

Adalah aspal Buton jenis berbutir yang digunakan sebagai additive dalam campuran
aspal.Pemakaian aspal buton jenis ini dapat dipergunakan dalam campuran panas,
campuran hangat dan campuran dingin. Jenisnya yang kering dan sudah terselimuti oleh
bitumen dengan ukuran maksimal 1,2 mm.
Aspal Buton Granular dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat bersama-sama
dengan aspal minyak sehingga bersinergi membentuk suatu bahan pengikat yang lebih
baik dan handal. Fungsi dari aspal Buton jenis granular ini adalah untuk meningkatkan
kualitas campuran. Keuntungan dari penggunaan Aspal Buton Granular antara lain:
a. Lebih tahan terhadap deformasi
b. Nilai modulus resilient lebih tinggi
c. Tahan terhadap temperatur tinggi
d. Lebih tahan lama (durable)
e. Sangat baik untuk digunakan pada Konstruksi Jalan kelas I, Highway, Jalan Tol,
dll

4.) Evaluasi Program Aspal Buton

26
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia pada Tahun ini telah memprogramkan pemakaian Aspal Buton
Berbutir untuk dipergunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan di 14
Provinsi. Adapun jenis perkerasan jalan yang dipergunakan adalah jenis campuran
panas (hotmix) dan campuran hangat (warm mix). Jenis aspal buton berbutir yang
dipakai antara lain tipe 5/25, 10/25, 15/25.
Sebagai bahan campuran aspal buton dipergunakan sebagai additive yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas campuran. Campuran aspal dan Aspal Buton Berbutir
akan lebih tahan terhadap deformasi dan nilai modulus resilient lebih tinggi. Selain itu
campuran Aspal Buton Berbutir memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi serta
lebih tahan lama (durable).
Evaluasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Bina Marga menyatakan bahwa
Program Aspal Buton pada ini kurang berhasil. Bahkan hampir sebagian besar produsen
mengalami kegagalan sehingga target kuantitas sebesar 80.000 tidak dapat terpenuhi
baik secara kuantitas, kualitas maupun time delivery. Berbagai faktor dikemukakan
oleh para produsen antara lain material Lawele yang memiliki karakteristik berbeda
dengan material Kabungka yang selama ini biasa digunakan oleh para produsen. Secara
jujur dan terbuka produsen juga mengungkapkan kesulitan yang dihadapi terkait dengan
waktu persiapan yang sangat singkat untuk mempersiapkan peralatan produksi dengan
kapasitas skala penuh.

5.) AMP Mini

Pada tahun 2007 Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia mengadakan program bantuan alat
pengolah aspal. Alat tersebut dikenal juga dengan AMP mini yang sekilas bentuknya
sama dengan Pan Mixer. Beberapa provinsi seperti di Kalimantan Timur mendapatkan
bantuan alat tersebut untuk selanjutnya di distribusikan ke seluruh sub dinas bina marga
Pekerjaan Umum di Kabupaten dan Kota.
Fungsi alat tersebut adalah untuk mengolah campuran material batu dan pasir
dengan aspal. Hasil campuran tersebut dapat langsung dipergunakan di lapangan
dengan cara digelar baik untuk campuran hangat, campuran dingin, atau jenis latasir/

27
sandsheet. Keunggulan alat ini dapat dipindahkan (movable) menuju lokasi pengerjaan
jalan sehingga menghemat biaya pengangkutan produk jadi dari AMP (base camp) ke
lokasi tersebut.
Kepraktisan alat ini juga memungkinkan pembangunan jalan dapat dilakukan
dilokasi-lokasi yang terpencil dan jauh dari tempat AMP. Sebagaimana diketahui
bahwa ada jarak maksimal yang harus dipenuhi antara lokasi AMP dengan lokasi
pembangunan jalan. Maksudnya adalah agar kualitas campuran panas yang digelar
tidak berkurang karena jaraknya terlalu jauh dan menyebabkan suhu campuran sudah
tidak memenuhi persyaratan pada saat digelar di lapangan.
Sebagai alat pembakarnya mengunakan kompor tekan dengan bahan bakar minyak
tanah.

6.) Latasir Asbuton

Salah satu jenis pekerjaan jalan adalah Latasir singkatan dari lapisan atas pasir. Jenis
ini dikenal juga dengan pekerjaan jenis sandsheet. Biasanya kedua jenis pekerjaan ini
dilaksanakan dengan menggunakan komponen aspal minyak sebagai bahan pengikat
material pasir atau juga dikenal dengan abu batu.
Pola pengerjaan jenis ini dapat dilakukan di lokasi pekerjaan atau secara manual
yakni dengan menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk mencampur
material abu batu dengan aspal minyak. Atau dilaksanakan di Asphalt Mixing Plant
(AMP) sehingga produk akhirnya akan menjadi seperti campuran hotmix.
Latasir atau sand sheet termasuk dalam jenis lapis tipis yang bertujuan memberikan
lapisan tipis diatas permukaan jalan yang telah mengalami segregasi sehingga
bentuknya menjadi kasar dan tidak nyaman untuk dilewati. Umur perencanaan dari
lapisan tipis ini biasanya direncanakan satu sampai dengan dua tahun.
Perkembangan teknologi pengolahan aspal buton menghasilkan temuan bahwa
aspal buton dapat dipergunakan sebagai material pengganti aspal minyak dalam jenis
pekerjaan Latasir. Bahkan kualitasnya lebih baik dari segi performance dan daya tahan
serta harga yang jauh kompetitif apabila dibandingkan aspal minyak.

28
7.) Dampak Kenaikan Minyak Bumi

Kenaikan minyak dunia hingga melebihi 90 US$ per barrel telah mendorong
kenaikan berbagai produk industri. Salah satunya adalah aspal minyak yang dihasilkan
dari proses produksi minyak bumi. Sebagaimana yang terjadi dipenghujung pada tahun
2006 kenaikan harga minyak telah mendorong kenaikan aspal minyak hingga 200%
dari periode Januari s/d Desember 2006.
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan kenyataan proyek-proyek
pembangunan dan pemeliharaan jalan terutama yang didanai oleh APBD masih belum
banyak yang belum berjalan. Pengerjaan proyek sebagaimana waktu-waktu terdahulu
akan terkonsentrasi di akhir tahun yang berarti akan ada permintaan aspal dalam jumlah
besar. Sesuai dengan hukum pasar manakala permintaan tinggi dan suplai terbatas maka
harga akan meningkat.

8.) Lapisan Penetrasi Macamdam Asbuton

• Perkerasan jalan tanpa menggunakan AMP (Asphalt Mixing Plant);


• Proses pengerjaannya dilakukan dengan cara manual di lokasi penghamparan dan
tidak bisa dilaksanakan pada permukaan yang basah / hujan;
• Lapisannya hanya terdiri dari lapisan agregat pokok dan pengunci bergradasi
seragam yang diikat oleh Mastik Aspal Buton;

29
• Aspal hanya berfungsi untuk bahan pengikat / binder dan dilakukan dengan cara
dihampar diatas agregat pokok;
• Pemadatan pada saat pengerjaan dilakukan lapis demi lapis;
• Perkerasan yang hanya dapat diukur kinerjanya dengan banyaknya lalu lintas yang
melewatinya.

9.) Program Bantuan Aspal Buton untuk Pedesaan

Pembangunan pra sarana infrastruktur jalan di berbagai daerah memerlukan


material aspal untuk menghasilkan jalan yang berkualitas. Namun meningkatnya harga
minyak bumi telah mendorong kenaikan harga aspal minyak. Hal itu berpotensi
menghambat program pembangunan dan pemeliharaan jalan oleh pemerintah daerah.
Kondisi tersebut perlu dicarikan solusinya dengan memgunakan produk
alternatif yang dapat menggantikan aspal minyak. Salah satu produk alternatif
pengganti aspal minyak adalah Aspal Buton yang harganya relatif lebih murah namun
kualitasnya sudah setara dengan aspal minyak. Untuk mendorong terlaksananya
program pembangunan dan pemeliharaan jalan tingkat kecamatan dan desa/kelurahan
di daerah perlu di laksanakan ”Program Bantuan Aspal Buton bagi kabupaten dan kota
di daerah untuk pembangunan serta pemeliharaan jalan kecamatan dan jalan
desa/kelurahan.
Program tersebut pernah dilaksanakan secara sukses di Provinsi Jawa Barat
pada Tahun 2005 lalu dengan menggunakan pola Lapis Penentrasi Macadam Asbuton
(LPMA). Pemanfaatan Aspal Buton dengan menggunakan metode tersebut telah
berhasil dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di Indonesia seperti: Kuningan,
Subang, Ciamis, Cirebon, Pacitan, dan terbukti dapat menghemat anggaran biaya
pembangunan dan pemeliharaan jalan antara 20 s/d 30 persen.

30
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, berwarna hitam atau coklat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, yang terbuat dari komposisi
carbon, Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Bersama dengan agregat, aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Aspal terbuat dari minyak mentah,
melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai
bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama material lain.
Proses perencanaan campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal,
yang meliputi:
a) Stabilitas
b) Durabilitas
c) Fleksibilitas
Sumber Aspal
a) Aspal Hasil Destilasi
• Aspal Keras
• Aspal Cair
• Aspal Emulsi
b) Aspal Alam
• Aspal Danau ( Lake Asphalt)
• Aspal Batu ( Rock Asphalt)
c) Aspal Modifikasi
• Aspal Polymer Elastomer
• Aspal Polymer Plastomer
Sifat-sifat kimia aspal
a) Aspalten
b) Malten
c) Resin
d) Aromatik
e) Saturated
Sifat-sifat fisik aspal
a) Durabilitas
b) Adesi dan Kohesi
c) Kepekaan aspal terhadap temperature
Kelemahan Jalan beraspal:
Umurnya pendek dan air dapat meresap dari permukaan karena tidak ada lapisan penutupnya.
Mengakibatkan stabilitas jalan cepat berkurang dan biaya yang tinggi.

31
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan

https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal

civilkitau.co.id/2016/11/jenis-jenis-aspal.html?m=1
www.ilmudasardanteknik.com/2016/11/pengertiandanjenisaspal.html?m=1
http://muchrahman.blogspot.co.id/2011/11/pemeliharaan-jalan-raya.html
http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/033_body.html?m=1

Sukirman, Silvia, 1999, Aspal Beton, Nova, Bandung.

Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga. Surabaya

32

Anda mungkin juga menyukai