“PENGGUNAAN ASPAL”
DOSEN : Dr.Ir.Rajiman,ST,MT,MM
Kelompok 2
Dhaffa kresna gama (23313025)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“PENGGUNAAN ASPAL SEBAGAI BAHAN PERKERASAN JALAN” ini dengan baik.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu bahan bangunan.
Kami berterima kasih pada Ibu Dra. Kristina Sembiring, ST,MT selaku Dosen mata
kuliah ilmu bahan baguanan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai informasi-informasi yang berhubungan dengan Aspal.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Untuk mendapatkan mutu aspal yang baik, dalam proses perencanaan campuran harus
memperhatikan karakteristik campuran aspal , yang meliputi:
1. Stabilitas
Stabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban lalu lintas
tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari gayagesekan
antar partikel (internal friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi
yang baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan
permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat
kepadatan campuran.
2. Durabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap
cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang mendukung durabilitas
meliputi
kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi lendutan
akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami perubahan
bentuk.Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan menggunakan gradasi yang
relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah
ketahanan terhadap pembebanan.
∑ Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya
adalah bensin
∑ Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curing), yaituaspal cair yang bahan
pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis
ini biasanya adalah minyak tanah
∑ Aspal Cair Lambar Mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini adalah
solar.
Tingkat kekentalan aspal cair sanagat ditentukan oleh proporsi atau rasio bahan
pelarut yang digunakan terhadap aspal keras atau yang terkandung pada aspal cair
tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang lebih tinggi dari
MC-200.
C. Aspal Emulsi
Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara alamiah terdeposit di
daerah Kentucky, USA dan di pulau buton, Indonesia. Aspal dari deposit ini
terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang
terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut
dan memiliki persentasi antara 0 – 40. Untuk pemakaiannya, deposit ini harus
ditimbang terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstrasi dan dicampur dengan
minyak pelunak atau aspal keras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang
diinginkan. Pada saat ini aspal batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga
menghasilkan aspal batu dalam bentuk butiran partikel yang berukuran lebih
kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik.
3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.
Polymer hádala jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini, sehinga aspal
modifikasi sering disebut juga aspal polymer.
Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya
digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk
memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih besar
diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran batuan
terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil, selanjutnya
dipenetrasi agar saling mengikat.
Batuan kering yang dipanaskan dicampur dengan aspal panas dengan aspal panas
dalam pabrik pencampur dan diangkut ketempat pekerjaan.
Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau buton,
sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam Kesalahan pada
butas :
a. waktu pengeraman terlalu singkat / lama
b. pengadukan tidak homogen
c. terjadi segregasi
d. komposisi campuran tidak benar.
Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi yang
digunakan terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik yang telah berumur ribuan
tahun dibawah tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.Susunan struktur internal aspal
sangat ditentukan oleh susunan kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut.
Susunan molekul aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90 -95% dari berat aspal)oleh unsur
karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut sebagai senyawa
hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%), dari dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan
logam.
Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat menggantikan
kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur molekul aspal. Hal inilah yang
menyebabkan aspal memiliki rantai kimia yang unik dan interaksi antar atom tom ini dapat
menyebabkan perubahan pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung
didalam aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan dan
tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada karbon dan hidrogen
untuk mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna kandungan sulfur yang tinggi akan
mengalami penuaan yang lebih cepat dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur.
Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya terkandung
di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya mengandung satu
persen atom logam dalam bentuk garam organik dan hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia aspal sangat
sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang canggih, dan data yang
dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung an dengan sifat rheologi aspal.Analisa kimia
yang dihasilkan biasanya hanya dapat memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu
aspalten dan malten. Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin.
Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena adanya sifat
saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.
v Aspalten
v Malten
Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal selain aspalten. Unsur
malten ini dapat dibagi lagi menjadi 3 :
a) Resin
Resin secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon, dan sedikit mengandung
oksigen, sulfur dan nitrogen. Rasio kandungan unsur hidrogen terhadap karbn di
dalam resin berkisar antara 1,3 – 1,4. Resin ini memiliki ukuran antara 1-5 nanometer,
berwarna cokelat, berbentuk semi padat, bersifar sangat polar dan memberikan sifat
adesif pada aspal. Didalam aspal, resin berperan sebagai zat pendispersi aspaltene.
Sifat aspal, SOL ( larutan ) atau GEL ( jeli) sangat ditentukan oleh proporsi
kandungan resin terhadap kandungan aspalten yang terdapat pada aspal tersebut.
b) Aromatik
Aromatik adalah unsur pelaryt aspalten yang paling dominan di dalam aspal.
Aromatik berbentuk cairan kental yang berwarna cokelat tua dan kandungan di dalam
aspal bersifat antara 40% - 60% terhadap berat aspal. Aromatik terdiri dari rantai
karbon yang bersifat non polar yang didominasi oleh unsur tak jenuh ( un saturated)
dan memiliki daya larut yang tinggi terhadap molekul hidrokarbon.
c) Saturated
Saturated adalah bagian dalam molekul malten yang berupa minyak kental yang
berwarna putih atau kekuning-kuningan dan bersifat non polar. Saturated terdiri dari
parafin ( wax) dan non parafin, kandungannya di dalam aspal berkisar antara 5% 20%
terhadap berat aspal.
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran
beraspal antara lain adalah:
1. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai bahan
pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan
karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan
yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal
di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah
atau dengna kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk
menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat
proses penuaan. Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas
yang baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif
yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi,
titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang
telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling
Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan
yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama
Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
Setelah bejana pipa dan bejana lain dengan pemanasan pada suhu tertentu dalam proses yang
kemudian di hasilkan destilat ringan, destilat sedang, destilat berat, dan destilat residu, dari
destilat-destilat ini dalam suatu prosesing yang di hasilkan :
- Bensin
- Minyak tanah, minyak bakar ringan
- Minyak diesel
- Minyak Pelumas
Dari bahan residu di hasilkan minyak bakar residu. Bahan residu setelah diproses lagi di
hasilkan : - Aspal padat
- Semen aspal
Dengan penetrasi tertentu dari aspal akan di hasilkan bahan aspal cair, di alirkan ke instalasi
emulsi di hasilkan aspal emulsi.
Perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus
yang bersifat baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri. Berdasarkan bahan pengikat yang
menyusunnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas beberapa jenis antara lain :
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis
pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban,
maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen
adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau
pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan,
yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi,
kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai
kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Disebabkan :
1) Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2) Pelapukan permukaan.
3) Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4) Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Metode Perbaikan :
1) Ditambal atau di tutup sesuai dengan ukuran dan tingkat kerusakannya.
Disebabkan :
1) Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .
2) Sokongan bahu samping kurang baik.
3) Drainase kurang baik.
4) Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya
retak tepi
Metode Perbaikan :
1) Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu jalan tidak mendukung
pinggir perkerasan maka material yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan
material baik yang dipadatkan.
2) Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka harus dibuatkan drainase.
3) Penambahan parsial
Disebabkan :
1) Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan
bahu.
Metode Perbaikan :
1) Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan
emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan pengisi 2)
Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay)
Disebabkan :
1) Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Metode Perbaikan :
1) Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir kedalam
celah yang terjadi
Disebabkan :
1) Ikatan sambungan yang kurang baik.
2) Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan lama.
Metode Perbaikan :
1) Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal
cair+pasir
3. Blok (block)
a. Retak refleksi (reflection cracks)
Disebabkan :
1) Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay) sebagai
akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .
2) Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan dengan
struktur perkerasan.
Disebabkan :
1) Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan
penetrasi rendah.
2) Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Metode Perbaikan :
1) Mengisi celah dengan campuran aspal cair dan butas (aspal batu)
Disebabkan :
1) Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2) Pelapukan permukaan.
3) Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4) Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Metode Perbaikan :
1) Melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm
sebaiknya bagian yang telah mengalami retak akibat air yang merembes
masuk ke lapisan fondasi tanah dibongkar terlebih dahulu dan dibuang bagian
yang basah, kemudian dilapisi lagi dengan bahan yang sesuai.
5. Parabola (crescent)
a. Retak selip (slipage cracks)
Disebabkan :
1) Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu 2) Pengunaan agregat
halus terlalu banyak.
Metode Perbaikan :
1) Melakukan pembongkaran aspal yang rusak kemudian dilakukan penambalan
permukaan
Metode Perbaikan :
1) Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan dengan
mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir
2) Untuk retak berbentuk kotak perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapisi
kembali dengan bahan yang sesuai
Metode Perbaikan :
1) Perbaikan yang paling baik dilakukan adalah dengan menambal di seluruh
kedalaman. Jika perkerasan mempunyai agregat fondasi (base) dengan lapisan
tipis
perawatan permukaan maka permukaan dikasarkan kemudian dicampur dengan
material fondasi, dan dipadatkan lagi sebelum meletakkan lapisan
Metode Perbaikan :
1) Jika penyebabnya adalah lemahnya lapis pondasi atau tanah dasar, pembangunan
kembali perkerasan secara total mungkin diperlukan, termasuk juga penambahan
drainase
3. Penurunan/Amblas
Disebabkan :
1) Beban lalu lintas berlebihan.
2) Akibat lapisan dibawah perkerasan mengalami penurunan.
3) Penurunan konsolidasi tanah di bawah timbunan menyebabkan distori perkerasan.
Metode Perbaikan :
1) mengisi bagian jalan yang amblas dengan agregat, kemudian dengan pemadatan
dengan campuran aspal. Untuk amblas < 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan
bahan sesuai seperti lapen, lataston, laston. Untuk amblas yang > 5 cm, bagian
yang amblas dibongkar dan dilapisi kembali dengan lapis yang sesuai.
4. Mengembang (Swell)
Disebabkan :
1) Mengembangnya material lapisan di bawah perkerasan atau tanah dasar, biasanya
berupa tanah lempung yang mudah mengembang akibat kenaikan kadar air.
Metode Perbaikan :
1) Menambal di seluruh kedalaman.
2) Pembongkaran total area yang rusak dan menggantikannya dengan material baru.
3) Perataan permukaan dengan cara menimbunnya dengan material baru.
Kenaikan anggaran dari Dirjend Bina Marga pada Tahun 2008 hingga 2 kali lipat dari
Tahun 2007 menjadi 19 Trilyun merupakan komitmen pemerintah untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. Hal itu merupakan peluang bagi produsen
Aspal Buton untuk turut mendukung program percepatan pembangunan dan pemeliharaan
jalan dengan menggunakan material aspal Buton.
Mastic Asbuton
AMP mini
Latasir Asbuton
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat, yang terbuat dari komposisi carbon, Hidrogen,
Oksigen dan Nitrogen. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk
campuran perkerasan jalan. Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan
atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama material lain.
Proses perencanaan campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal,
yang meliputi:
1. Stabilitas
2. Durabilitas
3. Fleksibilitas
Sumber Aspal
1. Aspal Hasil Destilasi
a. Aspal Keras
b. Aspal Cair
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan
https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal
civilkitau.co.id/2016/11/jenis-jenis-aspal.html?m=1
www.ilmudasardanteknik.com/2016/11/pengertiandanjenisaspal.html?m=1
http://muchrahman.blogspot.co.id/2011/11/pemeliharaan-jalan-raya.html
http://training.ce.washington.edu/wsdot/modules/03_materials/033_body.html?m=1
Sukirman, Silvia, 1999, Aspal Beton, Nova, Bandung.
Supranto, M.A.J, 1987, Statistik, Teori dan Aplikasi Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga.
Surabaya.