TRI DIYANI
1621040011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahanirrahim....
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya.
SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Suatu kebahagiaan dan kebanggaan
yang luar biasa bagi penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
AC-WC” proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan
skripsi pada program Strata-1 di Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan dapat selesai dengan baik
tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dan
penyelesaian tugas skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada Orang Tua yang selalu memberikan
skripsi ini, keluarga besar yang selalu memberikan semangat, people boring yang
menyelesaikan tugas akhir ini, tim Uji Bahan PTSP FT UNM yang banyak
membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini, tim ASPAL yang selalu
doa serta seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
penelitian ini, tak lupa juga penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:
Bangunan (S1)
pembimbing I
9. Bapak Ir. Irman sebagai Kepala Laboratorium PT. Sinar Jaya Abadi
10. Serta seluruh dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
semoga naskah skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya,
III
Makassar dimasa yang akan datang. Akhirnya, semoga budi dan bantuan yang
tulus yang telah disumbangkan menjadi amal dan mendapat imbalan yang
Aamiin....
Penulis
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian......................................................................................3
D. Batasan Masalah.......................................................................................4
E. Manfaat Penelitian....................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................5
A. Kajian Teori.............................................................................................5
B. Kajian Penelitian Yang Relevan............................................................33
A. Jenis Penelitian......................................................................................35
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................35
C. Pelaksanaan Penelitian..........................................................................36
D. Desain Peneltian....................................................................................37
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................39
F. Analisi Data...........................................................................................40
G. Diagram Alir..........................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................43
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi darat atau jalan raya mempunyai peranan dan fungsi sangat
bahan baku perkerasan jalan semakin lama semakin meningkat, hal ini salah
terbalik dengan keterbatasan sumber daya alam dan kenaikan harga minyak bumi
yang semakin tinggi, Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi
memberikan solusi, baik dari segi ketersediaan bahan baku maupun penerapan
Pulau Buton (Sulawesi Tenggara) memiliki aspal alam yang terkenal dengan
sebutan Asbuton yang merupakan daerah deposit aspal alam yaitu sekitar 650 juta
ton dengan sebaran deposit terletak antara teluk Sampolawa dan teluk Lawele
(Departemen Pekerjaan Umum dirilis tahun 2007). Asbuton atau Aspal Buton ini
pada umumnya berbentuk padat yang terbentuk secara alami akibat proses
geologi.
2
Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya
secara manual pada tahun-tahun belakangan ini adalah Asbuton butir atau mastic
Asbuton. Aspal Buton dapat digunakan secara langsung pada pembuatan pelapis
jalan. Sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia yang sangat tinggi,
minyak. Sehingga potensi nilai tambah yang dihasilkan dapat lebih optimal
dapat dijadikan suatu bahan tambah yang dapat mengurangi kebutuhan aspal
campuran sehingga tidak dibutuhkan lagi penambahan zat additif dan sebagainya.
meningkat seiring dengan fluktuasi harga minyak bumi dunia yang meningkat.
mengoptimasi kinerja campuran aspal karena merupakan salah satu produk olahan
Asbuton yang mengandung bahan aromatik dan resin tinggi sehingga dapat
cukup untuk menahan beban lalu lintas tanpa mengalami kerusakan di luar
rencana.
3
jenis aspal alam yang jumlahnya melimpah. Oleh sebab itu, untuk mencapai hasil
yang diharapkan perlu dilakukan studi tentang pengujian Aspal buton dengan
B. Rumusan Masalah
berikut :
Lawele
C. Tujuan Masalah
Buton Lawele
4
D. Batasan Masalah
1. Dalam pengujian untuk KAO dengan variasi perkiraan kadar aspal optimum,
E. Manfaat Penelitian
2. Hasil penlitian ini menjadi salah satu masukan bagi kalangan akademis
3. Sebagai referensi dan bahan bagi Mahasiswa Penelitian Teknik Sipil dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Material Aspal
1. Pengertian Aspal
Aspal adalah material berwarna hitam, aspal sering juga disebut bitumen
yang merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaat sebagai
lapisan perkeasan lentur. Aspal berasal dari alam atau dari pengolahan minyak
bumi. Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
gambar material aspal dan penggunaannya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sebelum abad ke-20, istilah asphaltum juga digunakan. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani Kuno asphaltos. Danau Pitch adalah deposit alami aspal
(70%) aspal
6
adalah dalam konstruksi jalan, di mana ia digunakan sebagai perekat atau pengikat
yang dicampur dengan partikel agregat untuk membuat beton aspal. Kegunaan
utama lainnya adalah untuk produk anti air bitumen, termasuk produksi kain felt
a) Cambridge Dictionary, Pengertian aspal adalah zat hitam dan lengket yang
seringkali dicampur dengan batu kecil atau pasir, yang membentuk permukaan
b) Collins Dictionary, Aspal adalah zat hitam yang digunakan untuk membuat
c) Merriam Webster, Definisi aspal adalah zat bitumen gelap yang ditemukan di
lapisan alami dan juga diperoleh sebagai residu dalam penyulingan minyak
Terdapat beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh aspal untuk menjamin
kinerja campuran yang memuaskan yaitu rheologi aspal, sifat kohesif, sifat adhesi
aliran massa. Aspal memiliki dua sifat rheology penting yaitu thermoplastic
struktur aspal
7
mengalami distorsi sebagai mana aliran. Distorsi adalah pergerakan yang dapat
penetrasi tertentu diukur dengan alat uji daktilitas pada temperatur rendah
(suhu ruang).
rheology, kohesi dan adhesi dari aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
aspal yang didasarkan kepada kondisi temperatur, terdapat prinsip dasar yang
diterangkan oleh Krebs dan Walker, 1971 dalam hal pemilihan jenis aspal
yaitu, aspal dengan penetrasi rendah sebaiknya digunakan untuk daerah yang
musim panas dan aspal dengan penetrasi tinggi dapat digunakan pada daerah
beriklim dingin demi mencegah aspal menjadi lebih kaku dan pudah pecah
3. Fungsi Aspal
a. Berfungsi untuk mengikat agregat halus dan baru-batuan agar tidak terlepas
dari permukaan jalan, baik disebabkan oleh beban lalu lintas maupun genangan
air.
b. Aspal berfungsi sebagai bahar pelapis jalan dan, bahan pengikat agregat.
c. Aspal berfungsi sebagai bahan pengisi ruang kosong yang terdapat di antara
Selain dari material aspal, kualitas jalan juga sangat tergantung Metode
a. Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melewati
serangkaian proses pengolahan yang rumit. Aspal alam yang bersifat plastis bisa
wujud aspal murni berada di sekitar Perairan Segitiga Bermuda. Aspal alam di
Indonesia berbentuk batuan atau tanah, banyak diperoleh dari Pulau Buton,
aspal murni, kandungan aspal yang terdapat di Pulau Buton dan Danau Pitch tidak
b. Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang terbuat dari minyak bumi yang diproses
dengan metode tertentu yang relatif rumit. proses pembuatan aspal biasa
9
dilaksanakan di satu industri khusus pembuatan aspal. Produk aspal buatan untuk
1) Aspal keras adalah aspal yang mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi.
Penetrasi dari aspal keras berkisar antara 60-80. Aspal keras ini biasanya
2) Aspal cair adalah aspal yang berbentuk cair. Aspal cair ini juga berfungsi
dengan aspal tipe MC-30, MC-70 atau MC-250. Selain itu juga digunakan
untuk lapis pengikat ( tack coat) dengan tipe RC-70 atau RC-250.
3) Aspal emulsi adalah aspal yang berbentuk keras yang didispersikan ke dalam
air atau aspal cair yang dikeraskan memakai bahan pengemulsi. Hasil dari
emulsi dari aspal yang lain adalah mudah digunakan, memiliki daya ikat yang
Jenis aspal yang digunakan sangat tergantung dari kondisi dan kebutuhan
proyek. Penggunaan aspal harus sesuai dengan prosedur agar tidak menimbulkan
Pengertian perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak diatas tanah
dasar yang telah mendapatkan pemadatan, yang berfungsi untuk memikul beban
lalu lintas kemudian menyebarkan beban, baik kearah horisontal maupun vertikal
1
dan akhirnya meneruskan beban ketanah dasar (Subgrade) sehingga beban pada
material batuan dan bahan ikat. Bahan batuan dapat terdiri dari berbagai fraksi
dituntut.
melintas diatasnya. Umumnya perkerasan lentur terdiri dari tiga lapisan utama,
1
yaitu lapis permukaan (surface course), lapis pondasi (base course) dan lapis
b. Perkerasan kaku, perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut
perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan
lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi
perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena
sebagai lapis permukaan. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus
elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang
diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur
dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan. Karena yang paling penting adalah mengetahui
kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas.
Untuk ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar
mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari
homogen antara agregat (agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi atau
filler) dan aspal sebagai bahan pengikat yang mempunyai gradasi tertentu,
dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu untuk menerima beban
lalu lintas yang tinggi. Aspal beton (Asphalt Concrete) di Indonesia dikenal
dengan Laston (Lapisan Aspal Beton) yaitu lapis permukaan struktural atau lapis
pondasi atas. Aspal beton terdiri atas 3 (tiga) macam lapisan, yaitu Laston Lapis
Permukaan Antara ( Asphalt Concrete- Base Course atau AC-BC) dan Laston
a. Lapisan AC-WC
terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non
perkerasan. Laston sebagai lapis aus (Wearing Course) adalah lapisan perkerasan
kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang disyaratkan
muatan kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda
1
kendaraan (getaran). Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima
Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan permukaan ini
berfungsi sebagai :
2) Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
3) Lapis aus (wearing course), lapisan ulang yang langsung menderita gesekan
b. Lapisan AC-BC
Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis
permukaan dinamakan lapis pondasi atas (Base Course). (Silvia Sukirman, 1999).
Fungsi lapisan pondasi atas antara ini, antara lain sebagai berikut :
1) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
4) Bahan-bahan alam seperti : batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen dan
lapis pondasi atas dan tanah dasar (Sukirman, 1999). Lapisan pondasi bawah ini
berfungsi sebagai :
dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan Plastisitas
6) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas. Bahan untuk lapis ini diambil dari bahan yang tidak memenuhi
persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas
senjang,
1
maka paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8, harus lolos ayakan No.30.
tabel dibawah ini, pengerjaan dapat memenuhi gradasi tersebut asalkan sifat-sifat
mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan (Departemen Pekerjaan Umum –
Direktorat Jendral Bina Marga. 1998). Menurut spesifikasi Bina Marga untuk
pekerjaan campuran beraspal panas, persyaratan bahan agregat secara umum yang
b. Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 mm
9. Agregat
a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm).
Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih,
kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing
lainnya serta mempunyai permukaan tekstur yang kasardan tidak bulat agar dapat
dapat memberikan sifat interlocking yang baik yang baik dengan material yang
permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan menurunnya daya
b. Agregat Halus
Agregat halus pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus adalah material
yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Agregat dapat menigkatkan stabilitas
campuran dengan penguncian antara butiran. Selain itu agregat halus juga mengisi
ruang antara butir Bahan ini dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir
alam atau campuran dari keduanya. Agregat halus pada umumnya harus
memenuhi
1
persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera
atau 75%- 85% agregat berdasarkan presentase volume. Sifat agregat yang
kebrsihan, kekerasn
1
a. Ukuran butiran maksimum dan grdasi, Seluruh lapisan perkerasan dengan aspal
b. Kebersihan, agregat harus dibersihkan dari zat organic, lempung dan lainnya
pembersihan makai katan antara agregat dan aspal akan berkurang yang
c. Kekuatan dan kekerasan, agregat harus tahan terhadap abrasi dan degradasi
selama masa layan perkerasan dengan beban lalu lintas. Karena lapisan bagian
paling atas akan menerma tekanan penuh dan langsung measakan beban maka
d. Keawetan, agregat harus cukup dan tahan lama sehigga tidak mudah
pori untuk dialiri air. Agregat dengan porositas tinggi akan memepengaruhi
perbandingan berat. Agregat dengan jenis yang kecil mempunyai volume yang
besar sihingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak.
Aspal Buton adalah aspal alam yang terdapat di Pulau Buton, Sulawesi
Tenggara yang selanjutnya dikenal dengan istilah Asbuton. Asbuton atau Aspal
batu Buton ini berbentuk padat bercampur dengan mineral-mineral lain dari tanah
dan batuan secara alami akibat proses geologi. Proses terbentuknya Asbuton
antara batuan yang porous (lengkapi gambar). Jenis-jenis Asbuton yang telah
belakangan ini adalah Asbuton butir atau mastic Asbuton, Aspal yang
dimodifikasi.
tidak meresap tetapi menempel di batuan sebanyak 20-35%, sehingga lebih mudah
diaktifkan (tidak perlu pemeraman seperti pada proses pengaktifan aspal di aspal
ditakar menurut jumlah yang dibutuhkan. Lawele Granular Aspal (LGA) adalah
salah satu jenis produk dari Asbuton Lawele Granular, LGA digunakan sebagai
2
sifat- sifat yang sangat baik sebagai additive maupun substitusi untuk mengurangi
asphalten, resin dan minyak alami yang memelihara sifat lengket, stabilitas
7) Punya titik lembek tingi sangat sesusai bila dicampur dengan aspal minyak
yang parafing akan mengurangi j8umlah paraffin dalam campuran (aspal akan
lebih lengket)
c. Kelemahan Asbuton
kelemahan seperti mineral yang tidak homogen, dan mudag pecah akibat
rendahnya penetrasi dan daktalitas dari Asbuton. Meskipun telah melewati proses
Marga
5) Pola kerja sama anatar produsen dan konsumen yang belum menemukan titik
harmonis.
Bentuk = Granular
RMA 70-80%
sifat aspal harus selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat-
syarat yang telah ditetapkan dapat digunakan sebagai bahan bahan pengikat
perkerasan lentur.
a. Penetrasi
dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian penetrasi
penetrasinya, semen aspal dibagi menjadi lima kelompok jenis aspal, yaitu aspal
40-50, aspal 60-70, aspal 80-100, aspal 120-150, dan aspal 200-300. Di indonesia,
2
aspal yang umum digunakan untuk perkerasan jalan adalah aspal pen 60/70 dan
b. Titik Lembek
Titik lembek adalah suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin yang
diletakkan horisontal didalam larutan air atau gliserin yang dipanaskan secara
teratur menjadi lembek karena beban bola baja. Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk menentukan suhu/angka titik lembek aspal yang berkisar antara 30℃ sampai
200℃ dengan cara ring dan ball. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan
untuk menentukan kepekaan aspal terhadap suhu. Adapun hasil yang dilaporkan
c. Titik Nyala
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5
detik pada suatu titik diatas permukaan aspal. Tujuan dari pengujian titik nyala
aspal adalah untuk menentukan batas temperatur tertinggi dimana aspal mulai
menyala sehingga menjaga keselamatan agar pada waktu pemanasan aspal tidak
d. Daktilitas
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak
terpanjang, apabila diantara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum
putus pada suhu 25oC dan dengan kecepatan 50 mm/menit (SNI 06-2432-1991).
Jarak minimal benang aspal hasil tarikan adalah minimal 100 cm.
dapat ditarik antara 2 cetakan yang berisi aspal keras sebelum putus pada
temperatur dan kecepatan tarik tertentu. Pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui bahan aspal mengandung bahan lain yang tidak menyatu dengan
aspal, karena bila ada bahan asing yang lain maka benang aspal hasil tarikan
mesin tidak akan mencapai panjang 100 cm. Pendapat lain mengatakan bahwa tes
dakilitas dimaksudkan untuk melihat kekuatan kohesi aspal, bila tarikan tidak
mencapai 100 cm maka dikhawatirkan bahan tidak punya kelenturan cukup dan
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25oC atau 15,6oC. Pengujian ini
ditujukan untuk memperoleh nilai berat jenis aspal keras denga menggunakan
rumus berat jenis hasil pengujian. Batasan minimal yang dicantumkan dalam
Spesifikasi ini mensyaratkan berat jenis diatas 1,0 gram/cc, kalau terlalu ringan
berarti bahan aspal tersebut kekurangan asphaltene dan terlalu banyak minyak
(flow) dari campuran aspal dan agregat. Kelelehan plastis adalah keadaan
2
perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas
ring (cincing penguji) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pon. Proving ring
campuran. Di samping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur
hammer ( penumbuk) dengan berat 10 pon ( 4,536 kg ) dan tinggi jatuh inch (45,7
a. Stabilitas (stability)
Stabilitas adalah beban yang dapat ditahan campuran beton aspal sampai
terjadi kelelahan plastis atau dengan arti lain yaitu kemampuan lapis keras untuk
menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja diatasnya tanpa
(rutting).
gradasi agregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friction) dan
bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar
justru akan menurunkan stabilitas campuran itu sendiri sehingga lapis perkerasan
menjadi kaku dan bersifat getas. Nilai stabilitas berpengaruh pada fleksibilitas
Syarat nilai stabilitas adalah lebih dari 800 kg. Lapis perkerasan dengan
nilai stabilitas kurang dari 800 kg akan mudah mengalami rutting , karena
retak karena sifat perkerasan menjadi kaku. Nilai stabilitas benda uji diperoleh
𝑠 = 𝜌 × 𝑞 ........................................................................................... (2.2)
Dimana :
S = angka stabilitas sesungguhnya
P = pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat
q = angka koreksi benda uji
b. Kelelahan (Flow)
Flow adalah besarnya penurunan atau deformasi vertikal benda uji yang
besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban
yang diterima. Deformasi yang terjadi erat kaitannya dengan sifat-sifat Marshall
yang lain seperti stabilitas VIM dan VFA. Nilai VIM yang besar menyebabkan
deformasi. Nilai VFA yang berlebihan juga menyebabkan aspal dalam campuran
berubah konsistensinya menjadi pelican antar batuan. Nilai flow dipengaruhi oleh
kadar dan viskositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan temperatur pemadatan.
Akan tetapi campuran yang memiliki angka kelelahan rendah dengan stabilitas
rendah cenderung plastis dan mudah berubah bentuk apabila mendapat beban lalu
lintas. Kerapatan campuran yang baik, aspal yang cukup dan stabilitas yang baik
Syarat nilai flow adalah minimal 3 mm. Nilai flow yang rendah akan
retak, sedangkan campuran dengan nilai flow tinggi akan menghasilkan lapis
c. Kerapatan (density)
kerapatannya semakin baik. Nilai density dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
2
: gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan susun, factor pemadatan dan jumlah
yang tinggi akan mampu menahan beban yang lebih besar dibanding dengan
campuran yang dimiliki nilai density yang rendah, karena butiran agregat
mempunyai bidang kotak yang luas sehingga gaya gesek (friction) antara
butiran agregat menjadi besar. Selain itu density juga mempengaruhi kekedapan
campuran, semakin besar nilai density campuran, maka campuran tersebut akan
semakin kedap terhadap air dan udara. Nilai kepadatan/density dihitung dengan
VIM (Void In The Mix) merupakan persentase rongga yang terdapat dalam
semakin tinggi nilai VIM menunjukan semakin besar rongga dalam campuran
menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah memasuki rongga-rongga
terus berkurangnya kadar aspal dalam campuran. Penurunan kadar aspal dalam
perkerasan.
Syarat dari nilai VIM adalah 3,5% - 5%. Nilai VIM yang terlalu rendah
akan menyebabkan bleeding karena pada suhu yang tinggi viskositas aspal
menurun sesuai sifat termoplastisnya. Pada saat itu apabila lapis perkerasan
menerima beban lalu lintas maka aspal akan terdesak keluar permukaan karena
tidak cukupnya rongga bagi aspa luntuk melakukan penetrasi dalam lapis
keawetan lapis perkerasan, karena rongga yang terlalu besar akan mudah terjadi
oksidasi.
VIM adalah persentase antara rongga udara dengan volume total campuran
setelah dipadatkan. Nilai VIM akan semakin kecil apabila kadar kadar aspal
semakin cepat, berupa alur dan retak.Nilai VIM dihitung dengan rumus (2.4) –
( 100− 𝑏× 𝑔
𝑗= 𝐵𝐽 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 ............................................................. .......... (2.8)
Dimana :
𝑎 = Persentase aspal terhadap batuan
gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VFA berpengaruh pada sifat kekedapan
campuran terhadap air dan udara serta sifat elasitas campuran. Dengan kata lain
VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga
kekedapan campuran terhadap air dan udara juga akan semakin tinggi, tetap inilai
terhadap air dan udara karena lapisan film aspal akan menjadi tipis dan akan
mudah retak bila menerima penambahan beban sehingga campuran aspal mudah
teroksidasi yang akhirnya menyebabkan lapis perkerasan tidak tahan lama. Nilai
VFA yang disyaratkan adalah minimal 65%. Nilai ini menunjukkan persentase
rongga campuran yang berisi aspal, nilainya akan naik berdasarkan naiknya kadar
3
campuran telah terisi penuh oleh aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi
rongga adalah persen kadar aspal maksimum. Nilai VFA dihitung denganrumus di
bawahini :
100
𝑉𝐹𝐴 = 100 × .............................................................. ........................... (2.9)
𝑗
Void In Mineral Agregate (VMA) adalah rongga udara antar butir agregat
aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, yang dinyatakan
berpengaruh terhadap kinerja suatu campuran karena jika VMA terlalu kecil
maka campuran bisa mengalami masalah durabilitas, dan jika VMA terlalu besar
maka campuran bisa memperlihatkan masalah stabilitas dan tidak ekonomis untuk
diproduksi.
temperatur pemadatan, gradasi agregat, dan kadar aspal. Nilai VMA ini
berpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat
elastis campuran. Dapat juga dikatakan bahwa nilai VMA menentukan nilai
15%.
Marshall Quotient adalah hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Nilai
besar nilai Marshall Quotient berarti campuran semakin kaku, sebaliknya bila
semakin kecil nilainya maka campuran semakin lentur. Nilai Marshall Quotient
dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow. Nilai Marshall Quotient yang
dari Marshall Quotient (MQ) diperoleh dengan rumus (2.10) di bawah ini :
MQ =S / F......................................................................................................(2.10)
Dimana :
S = Nilai stabilitas
F = Nilai flow
MQ = Nilai Marshall Quotient (kg/mm)
Setelah dilakukan analisis dari pengujian Marshall, dan didapat nilai- nilai
karakteristik Marshall, dibuat grafik hubungan antara kadar aspal terhadap nilai
yang diisyaratkan oleh Bina Marga, ditentukan kadar aspal optimum campuraan.
Rock Asphalt (Bra) Sebagai Filler Pada Campuran Laston Lapis Aus (Ac-
Wc)”. Semakin besar kadar aspal dalam campuran, nilai VFA dan flow
cenderung meningkat, sedangkan nilai density, VMA dan VIM tidak terjadi
perubahan nilai
3
yang besar. Semakin besar kadar bitumen dalam campuran AC-WC, semakin
menurun nilai MQ. Campuran aspal dengan penambahan buton rock asphalt ini
Asphalt (Lga) Sebagai Bahan Substitusi Agregat Pada Campuran Beton Aspal
karena KAO pada campuran asbuton terletak pada persentase yang lebih kecil
Penggunaan Aspal Minyak Dengan Aspal Buton Lawele Pada Campuran Aspal
untuk Jalan dengan MST Lebih Dari 10 Ton Akan tetapi untuk Efisiensi Biaya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
uji yang akan dibuat yaitu lapisan AC-WC. Penelitian ini dimulai dengan
pengambilan sampel aspal yang berasal dari Pulau buton yaitu aspal Buton
Lawele. Dilanjutkan dengan persiapan agregat campuran aspal yaitu agregat halus
(abu batu atau pasir), dan agregat kasar (batu pecah ukuran 10-20 mm dan 0,5-10
agregat.
Makassar.
tabel 3.3 dapat dilakukann alokasi waktu kegiatan yang penulis lakukan.
3
Bulan
No. Jenis Kegiatan
Agst Sep Okt Nov Mar Apr
1. Persiapan Penulisan Proposal
2. Penulisan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Pelaksanaan Penelitian
6. Analisis Data
7. Penulisan Laporan/Skripsi
Pelaksanaan Ujian Skripsi
8. dan Revisi
C. Pelaksaan Penelitian
Metode pengujian ini mengacu pada Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
2018. Dalam pelaksanaan pengujian pengaruh bahan subtitusi aspal buton Lawele
terhadap karakteristik campuran pada lapisan aspal ini menggunakan alat tekan
(Marshall) alat ini digunakan untuk mengukur nilai stabilitas dan untuk mengukur
kelelehan plastis atau flow pada benda uji. Adapun bahan yang akan digunakan
yaitu abu batu, batu pecah dan aspal buton Lawele yang berasal dari pulau buton.
aspal buton Lawele, variasi kadar aspal buton Lawele yang digunakan sebanyak
syarat Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Gradasi gabungan ditunjukkan dalam
3
persen terhadap berat agregat. Dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 gradasi
gabungan untuk campuran aspal harus memenuhi batas-batas gradasi. Selain itu
aspal yang digunakan dalam pengujian ini yaitu aspal penetrasi 60/70 untuk
lapisan AC-WC.
D. Desain Penelitian
1. Persiapan Bahan
Untuk memulai pembuatan benda uji hal yang pertama kita lakukan ialah
mempersiapkan bahan. Pada tahap ini kita akan menyiapkan seluruh bahan dan
peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu agar proses penelitian dapat
berlajar dengan lancar kedepannya. Adapan bahan yang akan dipersiapan yaitu:
No Material Ket.
bahan-
3
bahan yang memenuhi spesifikasi. Adapun pengujian yang akan dilakukan terdapat
1. Pengujian aspal
B50/30 digunakan sebanyak 7-10% dari berat total campuran beraspal panas
dengan aspal pen 60/70. Adapun rencana variasi benda uji yang akan dibuat
No. Sampel Penambahan Aspal Buton Lawele (%) Jumlah Benda Uji
1. AC-WC AM 0% 3
2. AC-WC AL7 7% 3
3. AC-WC AL8 8% 3
4. AC-WC AL9 9% 3
5. AC-WC AL10 10% 3
TOTAL 15
berlangsung dan mencatat data yang dianggap penting dalam suatu pengujian.
F. Analisis Data
yang telah diperolah akan diolah dan analisa dengan memasukkan hasil dari
aspal buton Lawele dengan berdasarkan parameter sifat-sifat Marshall Test yang
akan dianalisa yaitu kepadatan (density), rongga terisi aspal (VFA), rongga dalam
Quotion (MQ).
4
G. Diagram Alir
MULAI
Pemeriksaan
Pemeriksaan Agregat Halus: aspal
Pemeriksaan Agregatkasar: Pemeriksaan FillerBerat
: jenis
Analisa Saringan Analisa Saringan Penetrasi
Berat Jenis dan Penyerapan Analisa Saringan Titik nyala dan titik bakarSubtitusi aspal buton Lawele
Berat Jenis dan Penyerapan
Kadar Lumpur Kadar Titik lembek
Berat Jenis dan Penyerapan
pemeriksaan keausan Dktabilitas
Viskositas
Memenuhi
Spesifikasi?
A
4
Rancangan Campuran
Pembuatan Briket
Kesimpulan
Selesai
4
Daftar Pustaka
Interim Seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas Dengan Aspal Asbuton Lawel
Pengaruh Penambahan Buton Rock Asphalt (BRA) Sebagai Filler Pada Campuran
Filler”.
Studi Perbandingan Penggunaan Aspal Minyak Dengan Aspal Buton Lawele Pada
Marshall Test”.