OLEH:
RIZKI ZULKARNAIN
03121005033
OLEH:
RIZKI ZULKARNAIN
03121005033
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, dan anugrah-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, adapun pihak
tersebut :
1. Ibu Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi, M.T sebagai Dosen Pembimbing yang
dengan ikhlas dan tulus telah membimbing, mengarahkan, mendidik, dan
memotivasi penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini.
2. Keluarga Penulis, Bapak M. Nazor dan Ibu Sugiro, M. Safren, Marina,
Ahmad Yani, Arianto dan Indra gunawan atas harapan, doa dan dukungannya
hingga memberikan dukungan materil, dan spiritual, serta doa dan kasih yang
berlimpah.
3. Pihak PT. PLTU yang telah memberikan segala data dan bantuan yang
diminta oleh penulis.
4. Bapak Ir. Zahri Kadir, MT sebagai Pembimbing Akademik yang selalu
memberi arahan hingga bisa menyelesaikan kegiatan akademik dan selalu
menjamu ketika berkunjung dirumah.
5. Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Irsyadi Yani
ST,M.Eng.,Ph.D dan Sekretaris Jurusan Amir Arifin, S.T, M. Eng, Ph. D
semoga Teknik Mesin meraih akreditasi “A”.
6. Semua dosen Teknik Mesin Universitas Sriwijaya yang telah mendidik dan
memebagi ilmunya, semoga amal ibadah dan jasa bapak dan ibu berkah,
ilmunya ditambah oleh Allah SWT, dimurahkan riskinya, dimudahkan
urusannya.
7. Teman Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Angkatan 2012.
8. Teman seperjuangan ketika di BEM KM UNSRI Kabinet Bersin 2015, BEM
KM Fakultas Teknik, HIMUKTA (Himpunan Mahasiswa Kecamatan
xiii
Tanjung Batu), UNSRI Mengajar, semoga kita senantiasa berproses untuk
lebih baik dan tetap berjuang untuk hidup yanglebih baik.
9. Teman senasib dalam proses Skripsi yang indah ini Andika Wijaya yang
selalu tetap searah dalam proses ini, pahit awal manis ujung, semoga semua
ini berkah.
10. Semoga kita menjadi makhluk yang sukses dunia dan akhirat.
11. Ya Allah akhirnya skripsi ini selesai. Lanjut S2, S3
Dalam penulisan skripsi ini, mungkin terdapat kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran serta masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh
penulis untuk melengkapi segala kekurangan skripsi ini sehingga dapat berguna
dan memberikan manfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menjadi referensi bagi yang akan mengkaji di masa yang akan datang.
Penulis
xiv
RINGKASAN
RINGKASAN
Komponen pipa memegang peranan penting dalam sistem pembangkit tenaga uap,
yaitu sebagai media penyalur bubuk batu bara yang dihaluskan di pulverizer mill
kemudian disalurkan ke ruang bakar (furnace). Oleh karena itu, jika terdapat
kegagalan (failure) yang terjadi pada pipa dapat menyebabkan proses penyaluran
bubuk batu bara di dalam sistem tersebut tidak efektif. Erosi terjadi sebagai akibat
dari sejumlah mekanisme yang berbeda, tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk
partikel yang mengikis mengikis, kecepatan, sudut dampak, dan komposisi
permukaan materil komponen yang terkikis. Elbow pipa pulverizer tersebut telah
mengalami kerusakan wear akibat abrasive aliran fluida bubuk batu bara yang
mengalir pada pipa dengan material pipa jenis AISI Grade 1026. Analisis yang
dilakukan ialah dengan melakukan pengamatan visual, pengujian kekerasan,
pengamatan metalografi, melakukan simulasi program CFD ANSYS dan perhitungan
secara analitis. Hasil dari simulasi ANSYS menunjukkan bahwa faktor utama
penyebab bocornya elbow pipa pulverizer adalah korosi erosi , pada daerah bocor
konsentrasi korosi lebih tinggi dari daerah lainnya, yang diindikasikan adanya warna
merah pada daerah tersebut. Dari hasil perhitungan ditarik kesimpulan bahwa laju
erosi terbesar terjadi pada sudut dengan nilai sebesar ,
semakian kecil sudut dampak partikel batubara yang menabrak material elbow pipa
pulverizer maka akan semakin besar laju erosi yang terjadi pada material elbow pipa
pulverizer.
Kata Kunci : Analisa Kegagalan, ANSYS, Wear, Korosi Erosi, Elbow, Pipa
Pulverizer, AISI Grade 1026
Kepustakaan : 21 (1960-2016)
xv
SUMMARY
SUMMARY
The plumbing component plays an important role in the steam power plant as a
pulverized coal distribution medium from the pulverizer mill to the furnace.
Therefore, if a failure occurred in the pipe, the process of pulverized coal distribution
will be not effective. Erosion occurs as a result of a number of different mechanisms,
depending on the composition, size, shape of the eroding particles, speed, angle of
impact, and surface composition of the eroded components. The pulverizer pipe
elbow has become worn out due to the pulverized coal fluid abrasion flowing on the
pipe, which the type is AISI Grade 1026. The analysis was done by visual
observation, hardness testing, metallographic observation, simulation of ANSYS
CFD program, and analytically calculation. The result of ANSYS simulation showed
that the main factor causing the leakage was erosion corrosion. At the leaking area,
the corrosion concentration was higher than other areas, indicated by the red color in
that area. From the calculation results, it was concluded that the largest erosion rate
occurs at the angle of 200 with the value is 4.9548 x 10- 11 m3 / s, the more smaller the
pulverized coal’s angle of impact crashed the pulverizer pipe elbow, the more greater
the erosion.
xvii
Daftar Isi
xix
2.3.3.3 Kerusakan Akibat Pengaruh Lingkungan .................................... 15
2.3.3.4 Wear ............................................................................................. 17
2.3.3.5 Erosive Wear................................................................................ 20
2.3.3.6 Surface Damage ........................................................................... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................... 27
3.1 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 27
3.2 Alat dan Bahan............................................................................. 28
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 28
3.3.1 Pengumpulan Data dan Informasi................................................ 89
3.3.2 Analisa Data dan Pengujian Awal ............................................... 29
3.3.3 Pengujian Tidak Merusak ............................................................ 30
3.3.4 Pengujian Merusak Bahan ........................................................... 33
3.3.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ....................................... 35
3.4 Sumber Data ................................................................................ 35
3.5 Asumsi Umum ............................................................................. 35
3.6 Analisis dan Pengolahan Data ..................................................... 36
BAB 4 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN......................................... 37
4.1 Data Teknis .................................................................................. 37
4.2 Data Operasi ................................................................................ 38
4.3 Pengamatan Visual ...................................................................... 39
4.4 Pengukuran Ketebalan ................................................................. 41
4.5 Pengujian Kekerasan.................................................................... 44
4.6 Pengujian Metalografi.................................................................. 45
4.7 Pengamatan Serbuk Batubara ...................................................... 53
4.8 Analisa Menggunakan Program CFD ANSYS ........................... 54
4.9 Analisis Laju Korosi Erosi Pada Elbow Pipa Pulverizer ............. 62
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 65
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 65
5.2 Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69
xx
Daftar Gambar
xxi
Gambar 4.7 Pengukuran ketebalan elbow pipa pulverizer sudah dipotong ... 43
Gambar 4.8 Sketsa pengujian kekerasan sempel elbow................................. 44
Gambar 4.9 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X ..................................................................... 46
Gambar 4.10 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X ...................................................................... 46
Gambar 4.11 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X ...................................................................... 47
Gambar 4.12 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X ...................................................................... 47
Gambar 4.13 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X ..................................................................... 48
Gambar 4.14 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X ..................................................................... 48
Gambar 4.15 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sesudah dietsa dengan
pe mbesaran 500X .................................................................... 49
Gambar 4.16 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X ..................................................................... 50
Gambar 4.17 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X .................................................................... 50
Gambar 4.18 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X ..................................................................... 51
Gambar 4.19 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X ..................................................................... 51
Gambar 4.20 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X ..................................................................... 52
Gambar 4.21 Sempel serbuk batubara sebelum melewati pipa pulverizer ..... 53
Gambar 4.22 Sempel serbuk batubara sesudah melewati pipa pulverizer ...... 54
Gambar 4.23 Desain geometri pipa pulverizer ............................................... 56
Gambar 4.24 Mesh pipa pulverizer ................................................................. 56
Gambar 4.25 Grafik hasil iterasi ..................................................................... 57
Gambar 2.26 Hasil permodelan ANSYS korosi erosi ..................................... 58
Gambar 2.27 Hasil permodelan ANSYS korosi erosi ..................................... 58
Gambar 2.28 Hasil permodelan ANSYS pressure countour ........................... 59
Gambar 2.29 Hasil permodelan ANSYS shear stress countour ..................... 59
xxii
Gambar 4.30 Hasil permodelan ANSYS vektor kecepatan ............................ 60
Gambar 4.31 Laju erosi pada sempel elbow ................................................... 63
xxiii
Daftar Tabel
xxv
Daftar Lampiran
xxvii
Daftar Simbol
Simbol Umum
Tegangan ring
Tegangan memanjang
Tekanan dalam pipa
Diamater pipa
Ketebalan pipa
Korosi
Ketebalan awal pipa
Ketebalan akhir pipa
Tingkat erosi
Konstanta semua efek
Kecepatan partikel
Fungsi dari sudut dampak partikel
Area terkorosi pada elbow
Sudut pengikisan
Konstanta efek ukuran partikel
Ukuran partikel sebelum pipa
Ukuran partikel sesudah pipa
Kecepatan partikel sebelum pipa
Kecepatan partikel sesudah pipa
Konstanta efek kekerasan
H Kekerasan permukaan pipa
Kekerasan partikel
Massa partikel
xxix
BAB 1
PENDAHULUAN
Ketel uap atau generator uap air atau biasa juga dikenal dalam dunia
industri, populer dengan istilah boiler, merupakan suatu alat untuk memindahkan
kalor yang dihasilkan dari proses pemanasan air oleh bahan bakar, dapat dengan
menggunakan batubara, gas bumi ataupun energi listrik hingga menjadi uap atau
steam. Uap atau steam ini biasanya, dimanfaatkan untuk proses-proses industri,
penggerak, pemanas, pembangkit listrik dan lain-lain yang dialirkan melalui tubes
penghantar uap panas untuk menggerakan turbin atau sistem lainnya yang dapat
menunjang proses produksi. Ketel uap (boiler) sangat banyak dipakai dalam
industri seperti kilang minyak, industri gas alam, refrigerasi dan pembangkit
listrik ( Maha Putra, 2012).
Komponen pipa memegang peranan penting dalam sistem pembangkit
tenaga uap, yaitu sebagai media penyalur bubuk batu bara yang dihaluskan di
pulverizer mill kemudian disalurkan ke ruang bakar (furnace). Oleh karena itu, jika
terdapat kegagalan (failure) yang terjadi pada pipa dapat menyebabkan proses
penyaluran bubuk batu bara di dalam sistem tersebut tidak efektif.
1
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
memisahkan uap dari air yang terbawa. selanjutnya uap dialirkan ke superheater
untuk melipat gandakan suhu dan tekanan uap hingga mencapai suhu 570° C dan
tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa akan ikut berpijar menjadi merah.
Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, dilakukan dengan men-setting
steam governor valve secara manual maupun otomatis, uap keluaran dari turbin
mempunyai suhu sedikit di atas titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condenser
agar menjadi air yang siap untuk dimasak ulang, sedangkan air pendingin dari
condenser akan di semprotkan kedalam cooling tower sehingga menimbulkan
asap air pada cooling tower. Air yang sudah agak dingin dipompa balik ke
condenser sebagai air pendingin ulang, gas buang dari boiler diisap oleh kipas
pengisap agar melewati electrostatic precipitator untuk mengurangi polusi dan
gas yang sudah disaring dibuang melalui cerobong (Fendy, 2012).
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
Pulverizer merupakan salah satu komponen vital dari sistem bahan bakar
batubara yang berfungsi untuk menggiling, mengeringkan dan mengirim batubara
ke ruang pembakaran (burner). Batubara digiling/digerus sampai halus lolos
ayakan 70% dengan ukuran 200 mesh. Motor yang beroperasi pada kecepatan
tetap akan menggerakkan bull ring segments yang terpasang pada grinding table.
Bull ring segments merupakan penggabungan bentuk meja penggerus yang terdiri
dari 30 bagian yang dijadikan satu. Dalam sebuah pulverizer terdapat tiga buah
journal dengan kemiringan journal antara 350 - 400 kedalam, hal ini dilakukan
agar penggerusan lebih halus dapat lebih efektif. Journal dibebani dengan pegas
guna mendapatkan tekanan yang dibutuhkan untuk penggerusan (Bukhori, 2016).
Setiap grinding roll ditekan dengan 6 buah pegas yang telah diatur dengan
menggunakan loading cylinder dengan tekanan 170–200 bar. Batubara akan
tergerus antara bull ring segments dan journal sampai ukurannya 200 mesh.
Batubara yang telah halus akan terdorong oleh udara yang di hembuskan oleh
primary air fan melalui difusser plate, udara yang dihembuskan akan membentuk
turbulensi dalam pulverizer, gaya turbulensi ini akan membantu batubara yang
Universitas Sriwijaya
9
halus untuk masuk classifier. Campuran tersebut akan membentuk sudut dan
berputar, sehingga batubara yang belum halus (kurang dari 200 mesh) akan jatuh
dan tergerus oleh journal, standar jarak antara journal dengan bull ring segment
sebesar 5 mm (Bukhori, 2016).
Batubara bongkah yang masuk kedalam pulverizer melalui feeder
dihancurkan diantara grinding roll dan meja putar grinding table dan kemudian
dibawa ke alat pemisah (classifier) oleh udara primer (primary air). Batubara
yang telah dihancurkan, dibawa keluar pulverizer melalui coal pipe dan dibakar
kedalam ruang bakar. Udara primer masuk kedalam daerah grinding (grinding
zone) dengan kecepatan yang cukup untuk mencegah jatuhnya batubara melalui
leher pembuangan pyrites.
Serbuk batubara (pulverizer coal) yang lolos akan dialirkan ke burner.
Ukuran batubara dipertahankan sebesar 200 mesh dengan suhu sekitar 650C. Hal
ini ditetapkan agar pembakaran yang optimum dan mencegah terjadinya self
combustion batubara didalam pulverizer.
Gambar 2.4 skema siklus dari batu bara didalam mill pulverizer
(Bukhori, 2016)
Universitas Sriwijaya
10
Setelah melewati mill pulverizer batu bara dialirkan melalui pipa menuju
ruang bakar ( furnace). Pipa adalah media tempat mengalirnya fluida proses dari
suatu unit yang satu ke unit lainnya, dalam hal ini pipa pulverizer mengalirkan
batu bara yang berbentuk halus seperti tepung . Secara umum karakteristiknya
pipa ditentukan berdasarkan material (bahan) penyusunnya. Ukuran diameter pipa
didasarkan pada diameter ”Nominal” antara diameter luar (OD) atau diameter
dalam (ID). Pipa merupakan alat yang banyak digunakan dalam dunia industri,
yang menghubungkan komponen ke komponen yang lain.
Pipa pada umumnya terbagi tiga jenis yaitu gathering, jalur transmisi, dan
jalur distribusi. Gas atau minyak mentah memiliki pipa penghubung yang berada
diantara sebuah pabrik pengolahan dan tempat pengumpulan. Ini biasanya relatif
berdiameter kecil (51-203 mm) dan beroperasi pada berbagai tekanan, biasanya
3490-8376 kPa (500-1200 psi). Pipa transmisi lintas negara lebih dari 1600 km
(1000 mil) mengalirkan gas alam, gas alam cair, produk petroleum cair, amoniak
anhidrat, atau minyak mentah. Pada umumnya pipa transmisi beroperasi pada
tekanan sampai 6895 kPa (1000 psi) dan terbuat dari pipa baja yang dilas (R.J.
Elber and J.f. Kiefner, 2002 ).
Chemical Composition
Fe % Si % Zn % S% Mn % P% Cu % Ti % Sb %
92.02 4.10 1.62 1.58 0.21 0.18 0.13 0.09 0.07
0.228 0.077 0.037 0.017 0.025 0.018 0.015 0.019 0.016
Universitas Sriwijaya
11
Gambar 2.5 Sampel elbow pulverized (diambil pada rabu, 22 Februari 2017)
(2.1)
(2.2)
Universitas Sriwijaya
12
Gambar 2.6 Arah tegangan ring (hoop stress), longitudinal dan radial
(G.Antaki, 2003)
(2.3)
Universitas Sriwijaya
13
Pipa adalah komponen yang digunakan untuk menyalurkan uap hasil dari
boiler ke turbin. Pada suatu pembangkit listrik pipa adalah suatu komponen yang
sangat riskan peranannya, ketika pipa penghubung mengalami kerusakan maka
harus segera mengambil tindakan penanganan supaya sistem bisa beroprasi lagi.
Pipa belokan (elbow) ini mengalami kebocoran, tidak menutup kemungkinan
terjadi degradasi bahan elbow yang beroprasi akibat wear, sehingga diperlukan
adanya pengujian untuk mengidentifikasi jenis cacat dan penyebab kerusakan
pada elbow.
Universitas Sriwijaya
14
Elbow 90° merupakan jenis fitting yang sering digunakan. Fitting jenis ini
digunakan ketika pipa mengalami perubahan orientsi, baik ketika pipa harus naik,
turun, berbelok kekiri, ataupun kekanan. Elbow 90° biasanya diklasifikasikan
menjadi long-radius elbow, short-radius elbow, reducing elbow dan mitered
elbow. Dari keempat jenis elbow 90° tersebut, long-radius elbow merupakan jenis
yang banyak digunakan (Parisher, 2002).
Ketika menentukan panjang dari sebuah elbow, terlebih dahulu kita harus
menentukan panjang center-to-end merupakan panjang garis tengah(centerline)
fitting sampai bagian ujung fitting. Pada long-raditus 90° elbow, panjang elbow
adalah 1 ⁄ kali nominal pipe size (NPS) pipa. Sedangkan untuk short-radius
elbow, panjang elbow adalah 1 kali dari NPS. 90° short-radius elbow
menghasilkan perubahan aliran yang cukup tajam dibandingkan dengan long-
radius elbow. Selain itu, short-radius elbow menghasilkan pressure drop yang
cukup tinggi dan aliran yang tidak mulus. Hal ini membuat shoer-radius elbow
jarang digunakan. Sementara itu, mitered elbow merupakan fitting yang dibuat
dengan cara memotong pipa secara angular dan kemudian disambung dengan cara
dilas dengan sudut-sudut tertentu (Parisher, 2002).
Universitas Sriwijaya
15
Jenis fitting lain yang cukup sering digunakan adalah 45° elbow. Elbow
jenis ini biasanya digunakan untuk merubah aliran fluida didalam pipa. Perbedaan
antara 90° elbow dan 45° elbow adalah besarnya sudut yang bentuk. Karena 45°
elbow setengah dari 90° elbow, maka panjangnya juga lebih pendek. Penggunaan
45° elbow lebih menguntungkan dibandingkan dengan 45° elbow. Selain
keuntungan biaya, penggunaan dua buah 45° elbow akan menghemat area yang
dibutuhkan dibandingkan menggunakan dua buah 90 (Parisher, 2002).
2.3.3.1 Fracture
Universitas Sriwijaya
16
Gambar 2.10 Tearing shear fracture. (a) material getas. (b) material ulet
(Sumber : Bayer, R. & Becker, W. T., 2002)
1. hydrogen-stress cracks
Kegagalan Pipa yang disebabkan oleh lingkungan, ada beberapa kegagalan
pipa yang diebabkan oleh pengaruh lingkungan. Salah satunya yaitu
Universitas Sriwijaya
17
2. Korosi
Korosi merupakan proses kerusakan ataupun penurunan sifat material (logam)
oleh reaksi elekrokimia karena berinteraksi dengan lingkungan. Pada
kebanyakan situasi praktis, serangan korosi ini tidak dapat dicegah, dan upaya
yang dapat dilakukan adalah pengendalian sehingga struktur ataupun
komponen mempunyai masa pakai lebih panjang. Pada Gambar 2.9 berikut
menunjukkan terjadinya korosi pada pipa yang disebabkan oleh adanya
kandungan oksigen yang berlebihan di dalam pipa.
Universitas Sriwijaya
18
2.3.3.4 Wear
Gambar 2.13 Hubungan antara kekakuan dan ukuran densitas dari partikel
(J.D.A. Bitter, 1963)
Universitas Sriwijaya
19
Gambar 2.14 Pola terjadinya wear akibat kecepan partikel pada elbow
(J.D.A. Bitter, 1963)
Universitas Sriwijaya
20
Erosive wear adalah hilangnya progresif bahan asli dari permukaan padat
karena interaksi mekanis antara yang permukaan dan partikel padat. Erosi adalah
masalah serius dalam berbagai sistem rekayasa , termasuk uap dan jet turbin, pipa
dan katup yang digunakan dalam transportasi material bubuk, dan sistem
pembakaran fluidized (S.B. Mishra, S. Prakash and K. Chandra, 2006). Erosi
partikel padat merupakan masalah serius bagi industri tenaga listrik, biaya sekitar
US $ 150million pertahun kehilangan efisiensi, pemadaman paksa, dan biaya
perbaikan (Kevin J. Stein, Brien S. Schorr and Arnold R. Marder, 1999). Erosif,
suhu tinggi keausan tabung penukar panas dan bahan struktural lainnya di boiler
berbahan bakar batubara diakui sebagai penyebab utama downtime pada
pembangkit listrik, yang dapat menjelaskan 50-75% dari mereka total waktu
penangkapan ( V. Higuera and J. Belzunce, 2001). Biaya pemeliharaan untuk
mengganti tabung yang rusak di instalasi yang sama juga sangat tinggi, dan dapat
diperkirakan sampai dengan 54% dari total biaya produksi.
Erosi terjadi sebagai akibat dari sejumlah mekanisme yang berbeda,
tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk partikel yang mengikis mengikis,
kecepatan, sudut dampak, dan komposisi permukaan materil komponen yang
terkikis. Kecenderungan terjadi erosi untuk bahan ulet di sekitar 20° sampai 30°
tidak seluruhnya diamati, tergantung pada faktor-faktor seperti bentuk partikel dan
fragmentasi. Ketika bahan ulet dipengaruhi oleh partikel berbentuk bola yang
tidak fragmen, tingkat erosi maksimum dapat terjadi pada 90°. Erosi bahan
tertentu sebagai fungsi waktu sering mengikuti Pola yang terdiri dari masa
inkubasi dengan sedikit atau tanpa removal material, diikuti oleh tingkat
peningkatan, dan akhirnya steady state, kebanyakan model mekanistik prihatin
hanya dengan steady state (J.G.A. Bitter, 1963)..
Universitas Sriwijaya
21
Gambar 2.15 Efek dari dampak sudut erosi pada aluminium dan kaca
kondisi 300 µm iron spheres pada 10 m/s (34 ft/s)
(J.G.A. Bitter, 1963).
Gambar 2.16 Kurva karakteristik volume-loss terhadap waktu. (a) Tipe I. (b) Tipe
II. (c) Tipe III. (d) Tipe IV
(P.V. Rao and D.H. Buckley, 1983)
Universitas Sriwijaya
22
(2.4)
(2.5)
Universitas Sriwijaya
23
(2.6)
[ ( ) ( )] (2.7)
Universitas Sriwijaya
24
[ ( )] (2.8)
(2.9)
Universitas Sriwijaya
25
Universitas Sriwijaya
26
Structural changes
Kerusakan oleh perubahan struktural,
seperti penuaan perubahan fasa
transformasi rekristalisasi dan sebagainy
Plastic deformation
kerusakan deformasi plastik ditandai
dengan deformasi residual dari lapisan
permukaan, baik secara lokal atau luas.
Surface cracking damage
disebabkan oleh tegangan kontak lokal
yang berlebihan atau variasi siklus termal
atau tegangan mekanis. Kasus terakhir
dapat menyebabkan pola padat retak
paralel sedangkan laju thermal
menyebabkan retak jaringan
Corrosion
degradasi material akibat proses kimia
dengan unsur-unsur lingkungan atau
elemen dari countersurface
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Simulasi Ansys
Persiapan
Spesimen
Analis dan
Pembahasan
Kesimpulan
29
30
Bahan dan peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut :
1. Material elbow
2. Peralatan Non-Destruktive Test (NDT)
- Alat uji ultrasonic
- Alat Uji temperatur
3. Couplant Gel Type
4. Kamera digital
5. Circumstance
6. Alat Uji Kekerasan
7. Mikroskop Optik
8. Alat uji temperatur
9. Alat keselamatan kerja
Kegiatan ini diawali dengan studi literatur tentang pipa elbow yang
kemudian akan dilakukan assessment peralatan secara metalurgi dan juga akan
digunakan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan serta pencegahan
yang harus dilakukan berdasarkan hasil pengkajian.
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
1. Ultrasonic test
Dalam penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan pada pipa elbow dengan
menggunakan metode pengujian non-destructive test (pengujian tanpa
merusak specimen uji) salah satunya yaitu dengan menggunakan pengujian
ultrasonik test. UT (ultrasonik test) merupakan metode untuk mendeteksi
kemungkinan adanya catat (failure) pada pipa elbow. Ultrasonic test
merupakan pengujian yang mengunakan frekuensi suara untuk mendeteksi
cacat pada benda padat. Hal ini didasari kenyataan bahwa benda padat
merupakan penghantar gelombang yang baik.
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
34
D
C
E
G F
Universitas Sriwijaya
35
1. Pengujian Metalografi
Pengujian struktur mikro ini dilakukan untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi akibat dari pemakaian elbow pipa pulverizer. Awal
dari pengujian ini adalah dengan pengahalusan permukaan specimen.
Universitas Sriwijaya
36
2. Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan Vickers menggunakan indentor piramid intan yang
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antara piramid yang saling
berhadapan adalah 136 . Mesin uji kekerasan Vickers yang ada adalah
Vickers Hardness dengan tipe VKH-2E. Mesin mengacu pada JIS B7725
dan standart pengujian JIS Z 2244. Berikut rumus perhitungan kekerasan:
( )
(3.1)
Dimana:
P : Beban yang digunakan (kgf)
D : Panjang diagonal rata-rata (kgf)
: Sudut piramida intan (kgf)
Universitas Sriwijaya
37
Gambar 3.7 Mesin Uji Kekerasan Vickers (Lab. Teknik Material Jurusan
Teknik Mesin Universitas Sriwijaya)
1. Data operasi elbow pipa pulverizer di PLTU pada saat performance test.
Meliputi data komponen-komponen/sub sistem instalasi selama 24 jam.
2. Parameter data teknis PLTU meliputi : tekanan operasi, tekanan desain,
temperatur, dimensi, dan data teknis lainnya yang diperlukan dalam
penelitian ini.
3. Buku pedoman operasi dan maintenance pipa elbow PLTU (Manual
Design).
Universitas Sriwijaya
38
Hal yang harus pertama kali dilakukan dalam pengolahan data ialah :
Universitas Sriwijaya
BAB 4
39
40
Adapun data teknis mengenai elbow pada pipa pulverizer dilihat pada
Tabel 4.1 sebagai berikut.
Data operasi pada pipa pulverizer PLTU dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Universitas Sriwijaya
41
Gambar 4.2 Kondisi pipa pulverized yang sedang beroperasi ( diambil pada
Kamis, 29 Desember 2016 )
Universitas Sriwijaya
42
Daerah
bocor Daerah
Terkorosi
Daerah
bocor
Universitas Sriwijaya
43
mengalir pada pipa dan berdsarkan kronologi pipa pulverized telah mengalami
pergantian pipa (re-piping) dan perbaikan dengan cara dilakukan penampalan
menggunakan silicon sehingga pipa tetap bisa beroperasi. Kondisi-kondisi
tersebut jelas terlihat dari ringkasan kronologi seperti terlihat pada gambar.
Gambar 4.6 Pengukuran ketebalan elbow pipa pulverizer yang tidak terpasang
(diambil pada Rabu, 22 Februari 2017 )
Universitas Sriwijaya
44
Universitas Sriwijaya
45
Gambar 4.7 Pengukuran ketebalan elbow pipa pulverizer yang sudah dipotong
(diambil pada Rabu, 22 Februari 2017 )
Universitas Sriwijaya
46
Longitudinal
Cross Section Section
X1 x6
X2 x7
x x x x x x x x x x X3 x8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X4 x9
X5 x10
Universitas Sriwijaya
47
Dilihat dari table diatas nilai kekerasan pada sampel memiliki nilai
nominal kekerasan minimum 155,01 HV pada cross section dan 170,59 HV
pada longitudinal section. Jika nilai kekerasan Material elbow lebih keras dari
pada nilai kekerasan partikel batubara, maka material elbow akan lebih tahan
terhadap keabrasifan. Sedangkan nilai kekerasan batubara adalah 59 HGI, hal
ini menunjukkan material permukaan elbow lebih keras dari partikel batubara
yang mengalir didalam pipa pulverizer. Dalam pipa lurus di mana aliran partikel
batubara pada dasarnya sejajar dengan dinding pipa, sehingga partikel batubara tidak
berkontak langsung dengan permukaan, berbeda dengan elbow partikel batubara
terkena kontak langsung dengan batubara.
Universitas Sriwijaya
48
Gambar 4.9 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X (diambil pada jum´at, 16 Juni 2017)
Gambar 4.10 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X (diambil pada jum´at, 16 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
49
Gambar 4.11 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X (diambil pada jum´at, 16 Juni 2017)
Gambar 4.12 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X (diambil pada jum´at, 16 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
50
Gambar 4.13 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X (diambil pada jum´at, 16 Juni 2017)
Gambar 4.14 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sebelum dietsa dengan
pembesaran 100X (diambil pada jum´at, 16 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
51
Gambar 4.15 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X (diambil pada Senin, 19 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
52
Gambar 4.16 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X (diambil pada Senin, 19 Juni 2017)
Gambar 4.17 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X (diambil pada Senin, 19 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
53
Gambar 4.18 Struktur mikro sempel elbow dititik 1 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X (diambil pada Senin, 19 Juni 2017)
Gambar 4.19 Struktur mikro sempel elbow dititik 2 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X (diambil pada Senin, 19 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
54
Gambar 4.20 Struktur mikro sempel elbow dititik 3 sesudah dietsa dengan
pembesaran 500X (diambil pada Senin, 19 Juni 2017)
Universitas Sriwijaya
55
Ultimate Analysis
Carbon (%) Hydrogen (%) Nitrogen (%) Oxygen (%) HGI
63,56 4,86 0,87 13,01 59
Universitas Sriwijaya
56
Universitas Sriwijaya
57
fase yaitu dalam hal ini partikel batubara dan udara yang ditiup menggunakan
blower, Sehingga fluida memiki viskositas dan densitas yang berbeda antara
partikel batubara dan udara. Data komputerisasi simulasi fluida dapat di table
4.7
FLUID PROPERTIES
Temperatur (° C) 80
Tekanan (Pa) 300
Kecepatan ( m/s) 1,914
Densitas Batubara (kg/m3) 121,315
Viskositas Batubara (kg/m.s) 59,860
3)
Densitas Udara ( kg/m 1,225
Viskositas Udara (kg/m.s) 1,7894 x 10-5
4.9.1 Geometri
Universitas Sriwijaya
58
4.9.2 Meshing
OUTLET
INLET
Universitas Sriwijaya
59
Universitas Sriwijaya
60
Universitas Sriwijaya
61
Universitas Sriwijaya
62
Hasil dari simulasi ANSYS pada gambar diatas terlihat bahwa faktor
utama penyebab bocornya elbow pipa pulverizer adalah korosi erosi seperti
yang terlihat pada gambar 4.25 dan gambar 4.26 , pada daerah bocor
konsentrasi korosi lebih tinggi dari daerah lainnya, yang diindikasikan adanya
warna merah pada daerah tersebut. Area yang terkena dampak korosi erosi
ditandai dengan warna biru muda, hijau, kuning dan merah, besarnya nilai
korosi erosi maksimum yang terjadi pada elbow pipa pulverizer dengan laju
erosi sebesar .
Universitas Sriwijaya
63
[ ( ) ( )]
[ ( ) ( )]
[ ]
[ ( ) ]
[ ( ) ]
[ ]
Universitas Sriwijaya
64
Sehingga,
Universitas Sriwijaya
65
Tabel 4.8 Data hasil perhitungan sudut dampak dari partikel pada elbow
No
1 20 0,04606
2 30 0,03912
3 45 0,02608
4 60 0,01304
5 80 0,00157
Tabel 4.9 Data hasil perhitungan laju erosi abrasif pada elbow
No
1 20
2 30
3 45
4 60
5 80
Universitas Sriwijaya
66
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan yang terfokus pada pipa pulverized dilapangan yang
tidak dipakai lagi menunjukkan bahwa secara umum pipa tersebut telah
mengalami kerusakan wear akibat abrasive aliran fluida bubuk batu bara
yang mengalir pada pipa dan berdsarkan kronologi pipa pulverized telah
mengalami pergantian pipa (re-piping) dan perbaikan dengan cara dilakukan
penampalan menggunakan silicon sehingga pipa tetap bisa beroperasi.
67
68
6. Dari hasil perhitungan ditarik kesimpulan bahwa laju erosi terbesar terjadi
pada sudut dengan nilai sebesar , semakian
kecil sudut dampak partikel batubara yang menabrak material elbow pipa
pulverizer maka akan semakin besar laju erosi yang terjadi pada material
elbow pipa pulverizer. Sudut damapak partikel batubara pada elbow pipa
pulverizer mempengaruhi laju erosi yang menyebabkan kerusakan pada
material.
Universitas Sriwijaya
69
5.2. Saran
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Harbor Park 2007. Improving Coal Pulverizer Performance and Reliability Port .
Washington, NY 11050
I.M. Hutchings, 1981. A Model for the Erosion of Metals by Spherical Particles at
Normal Incidence, Wear, Vol 70, p 269–281
Kevin J. Stein, Brien S. Schorr, Arnold R. Marder, 1999. Erosion of thermal spray
MCr- Cr3C2, Wear, Vol. 224, pp 153-159
Maha Putra Jf, Rendra. Aplikasi Metode Larson Miller Parameter Untuk Creep-
Rupture Superheater Tubes Package Boiler PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang. Jurnal Teknik Mesin. 2012. Universitas Sriwijaya.
71
72
MAT/PRO 2.0, 2007. Material Properties Software based on ASME 2007 Section
II, Part D Table 1A
Parisher, Roy A. 2002. Book: Pipe Drafting and Design. Waburn, MA. Gulf
Profesional Publishing
Port, Robert D. 1991 The Nalco guide to boiler failure analysis / the Nalco
Chemical. McGraww-Hill Book.
P.V. Rao and D.H. Buckley, 1983. Time Effects of Erosion by Solid Particle
Impingement on Ductile Materials, Proc. Sixth Int. Conf. Erosion by Liquid
and Solid Impact, University of Cambridge
R.G. Bayer. 2002. Wear Analysis for Engineers, HNB Publishing, New York.
R.J. Elber and J.f. Kiefner. 2002. Failure Analysis and Prevention. ASM Metal
Handbook Vol. 11. 2002. 9th Edition American Society for Metal.
R.S. Lynn, K.K. Wong, and H. McI. Clark, On the Particle Size Effect in Slurry
Erosion, Wear of Materials 1991, K.C. Ludema, Ed., American Society of
Mechanical Engineers, 1991, p 77–82
Universitas Sriwijaya
Lampiran A.1 Gambar Desain coal mill pulverizer
Lampiran A.2 Data Operasi pada coal mill dan furnace
Lampiran A.3 . Data kondisi desain dan fineness test batubara PLTU
Lampiran A.4. Data desain pipa pulverizer
Lampiran A.5 Sertifikat Analisa kualitas batubara PLTU
Lampiran A.6 Hasil Uji komposisi kimia elbow