SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI
Dosen Pembimbing
Rudianto Rahario.ST.,MT.
NIP. 19820225 201212 1
002
hui,
9J tudi SI
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Mahasiswa,
KOMISI PEMBIMBING :
Dosen Pembimbing I : Rudianto Raharjo, ST.,MT.
Dosen Pembimbing II : Rudianto Raharjo, ST.,MT.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
”Pengaruh Tebal Plat dan Kuat Arus Las Titik pada Sambungan Stainless Steel
A304 terhadap Kekuatan Tarik” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
studi di Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya dan sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :
1. Mama dan bapak saya tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang, cinta,
doa, motivasi, kepercayaan, dan dukungan kepada penulis. Jatuh, bangun, susah,
senang, menang, kalah, tetap pengabdianku hanya untuk keluarga.
2. Bapak Dr. Eng. Nurkholis Hamidi, ST.,M.Eng. selaku Ketua Jurusan Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang dan yang telah membantu
memberikan pengarahan selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Eng. Widya Wijayanti, ST.,MT. selaku Ketua Program Studi SI Jurusan
Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
4. Bapak (Alm) Ir.Endi Sutikno,MT. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini
5. Bapak Rudianto Raharjo ST.,MT. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Tjuk Oerbandono,Msc.CSE selaku ketua kelompok dasar konsentrasi
produksi.
7. Bapak Dr.Eng Anindhito Purnowidodo,ST.,M.Eng selaku dosen wali yang telah
membimbing selama menempuh perkuliahan pada setiap semesternya.
8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Jurusan Mesin dan Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat mendukung baik dalam perkuliahan maupun selama penyusunan
skripsi ini.
9. Ilham Ayu Putri Pratiwi yang selalu memberi motivasi, dukungan, semangat,
kasih sayang nasehat dan doa kepada penulis
10. Keluarga Besar “Rumah Kesesatan Permata Jingga” Adi, Ahong, Merda, Djarot,
Mbito, Bila, Oye, Mamat, Jiban, Surep, Cabul, Bowek, Ridwan, Dobol, Dll yang
i
ii
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................vii
RINGKASAN............................................................................................................viii
SUMMARY.................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................3
iii
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1. Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Stainless Steel A304
dengan Tebal Pelat 0,8 mm
Lampiran 2. Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Stainless Steel A304
dengan Tebal Pelat 1,0 mm
Lampiran 3. Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Stainless Steel A304
dengan Tebal Pelat 1,2 mm
Lampiran 4. Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Stainless Steel A304
dengan Tebal Pelat 1,4 mm
Lampiran 5. Foto Spesimen Uji Tarik dan Pengelasan
vii
RINGKASAN
viii
SUMMARY
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang sangat tinggi stainless steel mampu mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap
oksidasi dan korosi.
Dalam penelitian ini digunakan stainless steel seri austenitic, karena memiliki daya
tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan lingkungan laut,
kemampuan mengelas yang sangat bagus, kemampuan untuk dapat dibentuk dan sifat
kenyal yang sangat bagus, kekuatannya paling baik dan mempunyai shock resistant yang
tinggi. Salah satu jenis stainless steel seri austenitic yaitu stainless steel 304.
Sifat mekanik logam adalah suatu sifat terpenting karena sifat mekanik logam
menyatakan kemampuan suatu logam untuk menerima beban atau gaya dari luar tanpa
mengalami kerusakan pada logam tersebut. Kekuatan tarik merupakan kekuatan untuk
menerima beban tanpa mengalami kerusakan dan dinyatakan sebagai tegangan maksimum
bahan sebelum patah. Kekuatan tarik dapat diperoleh dengan melakukan pengujian tarik
Kekuatan Kejut (Impact test) adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan beban
dinamis atau mendadak yang dapat menyebabkan rusak atau patah.
Berdasarkan uraian di atas yang berpengaruh pada pengelasan titik adalah waktu dan
ketebalan pelat. Sehingga penulis ingin meneliti pengaruh kuat arus dan tebal plat terhadap
kekuatan tarik berbahan stainless steel A304 . Penulis mengharapkan hasil penelitian ini
bisa menjadi referensi di dunia industri untuk meningkatkan kualitas hasil pengelasan,
terutama pada pengelasan titik.
aluminium dengan tebal 0,8 mm; 1 mm, dan 1,2 mm dengan sambungan tindih ( lap
joint ), dengan arus las 26 A dan voltase output 1,75 volt waktu penekanan selama 1 detik;
1,5 detik dan 2 detik . Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tebal pelat
dan semakin lama waktu penekanan maka nilai kekerasan dan keuletanya semakin tinggi.
Dari uraian di atas, penulis ingin meneliti pengaruh kuat arus dan tebal plat terhadap
kekuatan tarik stainless steel A304, dengan memvariasikan kuat arus 75 A, dan 100 A dan
ketebalan plat 1 mm; 1,2 mm dan 1,4 mm.
2.2 Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada
prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung.
Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi,
mudah pelaksanaannya serta ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah
terjadinya perubahan mikro struktur bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat
mekanis dari bahan yang dilas.
Selama pendinginan dari logam cair sampai mencapai suhu kamar, logam las
mengalami serangkaian perubahan (transformasi) fasa. Baja karbon rendah (C kurang dari
0,1%) akan mengalami perubahan fasa cair menjadi ferit δ ketika pembekuan kemudian
menjadi austenit (γ) dan akhirnya menjadi ferite α dan perlite. Proses pendinginan pada las
kondisi umum berlangsung secara gradual tanpa penurunan suhu secara mendadak
(quenching).
Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun
terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk
dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya
berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las). Pada proses
las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu
cekungan yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membentuk deposit logam
lasan, cara seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding),
lihat gambar 2.1.
7
Gambar 2.2 merupakan skema las titik. Cara kerja las titik, transformator yang
terdapat dalam mesin las merubah tegangan arus bolak-balik dari 110 volt atau 220 volt
menjadi 4 volt sampai 12 volt dan arusnya menjadi cukup besar sehingga dapat
menimbulkan panas yang diperlukan kemudian pelat yang dilas dijepit pada tempat
sambungan dengan sepasang elektroda dari paduan tembaga dan kemudian dialiri arus
listrik yang cukup besar dalam waktu yang singkat, maka pada tempat jepitan timbul
panas karena tahanan listrik yang menyebabkan logam di tempat tersebut mencair dan
tersambung.
8
Panas ini juga timbul di tempat kontak antara elektroda dan pelat, tetapi tidak sampai
mencairkan logam, karena ujung-ujung elektroda didinginkan dengan air. Ketika
aliran listrik dihentikan, logam yang mencair tadi akan menjadi dingin dan terbentuk
sambungan dibawah tekanan gaya elektroda agar tidak terjadi busur antara elektroda dan
sambungan. Siklus pengelasan titik dimulai ketika elektroda menekan plat dimana arus
belum dialirkan. Waktu proses ini disebut waktu tekan (squeeze time). Setelah itu arus
dialirkan ke elektroda sehingga timbul panas pada pelat di posisi elektroda sehingga
terbentuk sambungan las. Waktu proses ini disebut waktu pengelasan (heat or weld
time).
Dalam pengelasan titik dikenal siklus las, gambar 2.3 merupakan siklus selama proses
pengelasan. Pada las titik dikenal empat siklus pengelasan :
1. Squeeze Time, selang waktu antara awal pemberian gaya (penekanan) pada logam dasar
sampai awal pemberian arus. Squeeze time diperlukan untuk menunda pemberian arus
pengelasan hingga gaya tekan elektroda mencapai tekanan yang telah diatur.
2. Weld Time, selang waktu pemberian arus ke benda kerja dengan gaya elektroda konstan.
3. Hold Time, waktu pemberian gaya elektroda konstan pada titik hasil las (manik las)
dimana arus sudah tidak mengalir. Saat ini manik las membeku, sampai memiliki
kekuatan yang cukup.
4. Off Time, waktu elektroda tidak bekerja pada logam induk dan siap pada lokasi las
lainnya.
Setelah itu arus dihentikan namun tekanan tetap ada dan proses ini disebut waktu
tenggang (hold time). Kemudian logam dibiarkan mendingin sampai sambungan menjadi
9
kuat dan tekanan di hilangkan dan plat siap dipindahkan untuk selanjutnya proses
pengelasan dimulai lagi untuk titik yang baru.
Peralatan mesin las titik ada tiga jenis yaitu :
1) mesin las titik tunggal stasioner
2) mesin las titik tunggal yang dapat dipindahkan
3) mesin las titik ganda.
Mesin las stasioner dapat dibagi lagi atas jenis lengan ayun dan jenis tekanan
langsung. Jenis lengan ayun merupakan jenis yang sederhana dan mempunyai kapasitas
kecil. Las titik menggunakan panas dari arus listrik dan besarnya panas dapat di hitung
dengan menggunakan rumus : (Katie McMenamin,2013:141 )
H = I² x R x t / 4,1868.........................................................................................(2.1)
dengan:
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = kuat arus listrik (Ampere)
R = resistansi (Ohm)
t = waktu pengelasan (detik)
Energi panas yang dihasilkan pada suatu lokasi yang dialiri arus listrik yang
sama, besarnya proporsional terhadap tahanan listrik yang terjadi. Pada daerah
antara elektroda dan benda kerja, terdapat zona - zona yang memilki tahanan
listrik yang berbeda, seperti terlihat pada gambar 2.5. Dengan demikian secara
otomatis akan menimbulkan distribusi panas selama proses pengelasan
berlangsung. Zona-zona tersebut umumnya adalah :
1. Elektroda bagian atas (R1).
2. Kontak antara elektroda dengan benda kerja bagian atas (R3)
3. Tumpukan kerja bagian atas (R6)
4. Kontak antara permukaan benda kerja (R5).
5. Tumpukan benda kerja bagian bawah (R7).
6. Kontak antara elektroda dengan benda kerja bagian bawah (R4)
7. Elektroda bagian bawah (R2)
11
o
logam tersebut. Logam lasan mengalami pemanasan hingga termperatur 1500 C dan
daerah HAZ bervariasi mulai 200°C hingga 1100°C (lihat Gambar 2.4). Temperatur
1500°C pada logam lasan menyebabkan pencairan dan ketika membeku membentk
struktur mikro columnar. Temperatur 200°C hingga 1100°C menyebabkan perubahan
struktur mikro pada logam dasar baik ukuran maupun bentuknya.
12
Gambar 2.9 Pengaruh Arus pada Las Resistansi Titik terhadap Kuat Geser
Sumber : Teknologi Pengelasan Logam, 2008
satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang lain
dihubungkan dengan tang penjepit batang las / elektrode las. Jika elektrode las
tersebut didekatkan pada benda kerja maka terjadi kontak yang menimbulkan panas
yang dapat melelehkan baja ,dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut melebur
ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi pada celah sambungan las. Karena elektroda
/ batang las ikut melebur maka lama-lama habis dan harus diganti dengan
elektroda yang lain. Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai
ukuran diameter yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm. Untuk
konstruksi baja yang bersifat strukturil (memikul beban konstruksi) maka sambungan
las tidak diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus dikerjakan dengan las listrik
dan harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang profesional.
Keuntungan sambungan las :
a. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan
menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1–1,5% dari berat konstruksi, sedang
dengan paku keling / baut berkisar 2,5–4% dari berat konstruksi.
e. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubang-lubang baut,
tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
Kekurangan sambungan las :
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika
pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya
jelek / tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan
membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat
laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya bangunan dapat
runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban
jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan
raya/ kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.
16
Tabel 2.1
Klasifikasi Baja Karbon
Baja paduan adalah paduan yang memiliki karakteristik dari sifat unsur paduannya
selain dari karbon. Fungsi dari paduan ini yaitu untuk meningkatkan kekerasan,
meningkatkan kekuatan pada suhu ruang, meningkatkan ketahanan aus, meningkatkan
ketahanan terhadap korosi , dll. Baja paduan dibagi menjadi 3 yaitu :
18
Tabel 2.2
Sifat Fisik stainless steel
Physical Properties Metric English
Density 8.03 g/cc 0.29 lb/in³
Electrical Resistivity 0.000116 ohm-cm 0.000116 ohm-cm
Thermal Conductivity 21.4 W/m-K 149 BTU-in/hr-ft²-°F
Modulus of Elasticity 193 GPa 28000 ksi
Sumber : Elgin Fastener Group
Tabel 2.3
Sifat Mekanik Stainless Steel
Mechanical Properties Metric Englis
Hardness, Rockwell B 80 80
Tensile Strength, 586 MPa 85000 psi
Ultimate Tensile 241 MPa 35000 psi
Strength, Yield 0.55 0.55
Sumber: Elgin Fastener Group
Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi. Pada
pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi tegangan tekan,
begitu pula pada pembebanan yang lain:
a. Tegangan Normal
Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika
gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m 2, maka satuan
tegangan adalah N/m2.
b. Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan lain- lain.
Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung
pada beratnya.
........................................................................................................ (2.2)
Keterangan :
F = Gaya tarik ( N )
A = Luas penampang (mm2)
22
c. Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling berlawanan dan
terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum
mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis :
(Callister,2009:154).
…………………………………………………………………...(2.3)
Keterangan :
F = Gaya tarik ( N )
A = Luas penampang (mm2)
d. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak
terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan
keling, gunting, dan sambungan baut.
Pada gambar diatas, dua gaya F sama besar berlawanan arah. Gaya F bekerja merata
pada penampang A. Pada material akan timbul tegangan gesernya sebesar :
………………………………………………………………(2.4)
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda
diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah apabila pada konstruksi
mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini tegangan
gesernya adalah :
……………………………………………………………………(2.5)
Keterangan :
D = Diameter ( mm )
e. Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan ditumpu.
Jadi, merupakan tegangan tangensial.
………………………………………………….(2.6)
Keterangan :
Mb = Momen Lengkung
Wb = Momen Tahanan Lengkung
24
f. Tegangan Puntir
Tegangan puntir merupakan tegangan yang diakibatkan oleh gaya putar. Tegangan
puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang torsi pada mobil, juga saat
melakukan pengeboran.
Benda yang mengalami beban puntir akan menimbulkan tegangan puntir sebesar
: (Asyari, 2000:137)
……………………………………………………………………… (2.7)
Keterangan :
Mt = momen puntir (torsi)
Wp = momen tahanan polar (pada puntir)
2.10Hipotesa
Kesimpulan sementara dari rumusan masalah dan dasar teori di atas adalah apabila
arus pengelasan semakin besar dengan ketebalan pelat yang tetap maka nilai kekuatan
tariknya (tensile) akan meningkat, dan jika arus pengelasannya tetap dengan semakin besar
ketebalan pelat maka kekuatan tariknya (tensile) juga akan meningkat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
27
28
3.4.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Masin Las Titik
Mesin las titik yang digunakan adalah jenis las titik pedal. Pengelasan dengan las
titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda penekan terbuat dari
batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda
sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak
menekan pelat yang akan disambung.
2. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan
penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter
sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah
tabung.
3. Mikroskop Logam
Alat ini digunakan untuk membesarkan penampakan struktur mikro spesimen pada
titik tertentu. Seberkas cahaya horizontal dipantulkan oleh plane glass reflektor ke
permukaan spesimen.
Spesifikasi mikroskop logam :
Merk : Olympus
Buatan : Jerman
Pembesaran : 10x, 50x, 100x, 200x
Mulai
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Persiapan Penelitian
Pengelasan Titik
Benda Uji
Ya
UjiUTjairTikarGikeser
Kekuatan Tarik
Pembahasan
Selesai
Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan membahas mengenai hasil dari percobaan uji tarik yang
dilakukan pada spesimen stainless steel A304 dengan variasi arus pengelasan 50 A, 75A
dan 100A dengan variasi tebal plat 0,8 mm, 1 mm, 1,2 mm dan 1,4 mm. Setelah
melakukan tahapan– tahapan seperti pada metodologi penelitian maka diperoleh hasil nilai
kekuatan tarik.
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Kekuatan Tarik
Tebal Pelat Arus Listrik F max D Kekuatan Tarik Max Regangan
(mm) (Ampere) (N) (mm) (N/mm2) (%)
50 843.00 2.292 60.21 7%
0.8 75 852.00 1.782 76.07 4%
100 1126.00 1.371 80.43 3%
50 1017.00 3.861 72.50 7%
1.0 75 1115.00 2.762 79.64 6%
100 1224.00 1.681 87.43 3%
50 1223.00 1.021 72.80 2%
1.2 75 1352.00 2.022 80.48 4%
100 1603.00 2.6 95.42 5%
50 1535.00 1.485 78.32 3%
1.4 75 1658.00 1.608 84.59 3%
100 4588.00 1.608 234.08 3%
Sumber : Dokumentasi Pribadi
33
34
Tabel 4.2
Hasil Pengukuran Luas Permukaan Hasil Pengelasan
Tebal Pelat Arus Listrik Luas Permukaan Hasil Pengelasan
(mm) (Ampere) (mm2)
50 10.79
0.8 75 11.22
100 11.79
50 13.01
1.0 75 13.68
100 14.31
50 16.11
1.2 75 16.8
100 17.23
50 19.21
1.4 75 19.62
100 20.13
Sumber : Dokumentasi Pribadi
35
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Modulus Young
Arus Kekuatan Tarik
Modulus Young
Tebal Pelat Listrik Max Regangan
(mm) (Ampere) (N/mm2) (%) (N/mm2)
50 60.21 7% 836.31
0.8 75 76.07 4% 2134.44
100 80.43 3% 2933.21
50 72.50 7% 1035.71
1.0 75 79.64 6% 1441.76
100 87.43 3% 2600.49
50 72.80 2% 3565.02
1.2 75 80.48 4% 1990.01
100 95.42 5% 1834.94
50 78.32 3% 2636.91
1.4 75 84.59 3% 2630.34
100 234.08 3% 7278.66
Sumber : Dokumentasi Pribadi
𝑭
σ=
𝑨
𝟏𝟏𝟏𝟓,𝟎𝟎 𝑵
σ=
𝟏𝟑𝟔𝟖 𝒎𝒎𝟐
σ = 79,64 N/mm2
2. Regangan
Contoh perhitungan yang digunakan adalah pada tebal pelat 1.0 mm dengan arus
pengelasan sebesar 75 A.
𝜟𝑳
ε= x 100 %
𝑳
Keterangan :
Ε : Regangan (%)
𝜟𝑳 : Pertambahan Panjang (mm)
L : Panjangan awal (mm)
�
� x 100 %
�
�
ε=
�
�
𝟐,𝟕
𝟔𝟐
𝒎 x 100 %
ε=
𝟓𝟎
𝒎
𝒎
ε=𝟔 %
E=𝝈
𝜺
Keterangan :
E : Modulus young (N/mm2)
𝜺 : Regangan (%)
37
E=𝝈
𝜺
𝟕𝟗,𝟔𝟒 𝐍/𝐦𝐦𝟐
E=
𝟔 %
E = 1441,76 N/mm2
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengukuran Luas Permukaan Daerah Pengelasan
Pada gambar di bawah ini dapat dibedakan hasil pengelasan setelah mengalami uji
tarik . Secara garis besar penambahan arus pengelasan yang diberikan menyebabkan
pembesaran rata – rata ukuran dari luasan hasil lasan.
Peningkatan ini disebabkan karena semakin lama waktu pengelasan yang dipakai,
maka semakin banyak pula heat input yang masuk dan semakin besar daya tembus dan
kemampuan untuk meleburkan logam yang akan berdifusi. Sehingga bagian dalam logam
yang melebur dan berdifusi juga semakin banyak . Dalam menghitung luas permukaan
daerah lasan ini digunakan software komputer, yaitu AutoDesk AutoCAD 2015. Langkah–
langkah dalam penggunaanya yaitu :
1) Membuka lembar kerja AutoCAD 2015, kemudian kemudian klik Format – Unit. Diatur
decimal dan Units to scale.
2) Gambar yang akan diukur luas permukaan hasil pengelasannya di drag menuju lembar
kerja dengan ukuran sesuai aslinya.
3) Lalu klik polyline dan sesuaikan garisnya dengan permukaan yang terkena pengelasan,
sehingga menjadi seperti gambar berikut ini.
Berikut ini adalah foto struktur makro dari hasil pengelasan dengan perbesaran 5x.
a. Ketebalan Pelat 0,8 mm
b. Ketebalan Pelat 1 mm
Semakin tebal pelat maka kekakuan pelat akan semakin bertambah, apabila semakin
kaku kemungkinan terjadi defleksi kecil. Selain itu semakin tebal pelat terjadi
kecenderungan nilai luasan daerah las bertambah. Hal ini dikarenakan jika semakin tebal
pelat maka membutuhkan panas yang lebih besar atau arus pengelasan yang lebih besar
untuk meleburkan logam agar berdifusi sedangkan arus pengelasan yang digunakan tetap
pada setiap pengujian yaitu 50 A, 75 A dan 100 A.
Pada hasil pengelasan diatas daerah HAZ dapat dilihat pada daerah lingkaran terluar
daerah las, daerah tersebut ditandai dengan pinggir kecoklatan akibat dari pengaruh panas.
Selain itu dari beberapa hasil pengelasan setelah mengalami pengujian tarik terdapat
beberapa sobekan yang membuat hasil pengelasan tidak terlihat sempurna, dikarenakan
ketika ditarik dari mesin tarik daya rekat daerah las yang lebih kuat.
4.4.2 Analisis Grafik Hubungan Arus Pengelasan dan Tebal Pelat terhadap
Kekuatan Tarik
240.00
220.00
200.00
180.00
Kekuatan Tarik (N/mm2)
160.00
140.00
120.00
Tebal 0,8 mm
100.00
Tebal 1,0 mm
80.00
Tebal 1,2 mm
60.00
Tebal 1,4 mm
40.00
20.00
0.00
50 75 100
Arus Pengelasan (Ampere)
Gambar 4.9 Grafik Hasil Kekuatan Tarik pada Stainless Steel A304 dengan Tebal Pelat 0,8
mm ; 1,0 mm ; 1,2 mm dan 1,4 mm terhadap Variasi Arus Pengelasan
Dapat dilihat bahwa pada grafik di atas kekuatan tarik akan meningkat diiringi dengan
meningkatnya arus pengelasan pada masing-masing ketebalan. Kekuatan tarik tertinggi
42
didapatkan pada tebal pelat 1,4 mm pada arus pengelasan 100 A dengan kekuatan tarik
sebesar 234,08 N/mm2. Sedangkan kekuatan tarik terendah didapatkan pada tebal pelat 0,8
mm pada arus pengelasan 50 A dengan kekuatan tarik sebesar 60,21 N/mm2. Pada dasar
teori dijelaskan bahwa nilai kekuatan tarik akan meningkat apabila arus pengelasannya
semakin besar dengan tebal pelat yang semakin besar pula.
Hal ini menunjukkan bahwa jika arus pengelasan terlalu rendah akan menyebabkan
sukarnya mencapai titik panas yang dibutuhkan sehingga panas yang terjadi tidak cukup
baik untuk melelehkan material pelat sehingga hasilnya menjadi rigi-rigi las yang kecil dan
penembusan kurang dalam. Maka untuk dapat memanaskan elektrode dan pelat yang dapat
menembus bahan dasar benda uji dengan baik dibutuhkan besaran arus pengelasan yang
semakin tinggi.
Pada rumus V = I.R dijelaskan bahwa jika kuat arus listrik (ampere) pada mesin las
semakin tinggi maka voltase (volt) juga akan semakin tinggi yang nantinya akan
mempengaruhi besarnyaheat input. Jika heat input semakin tinggi maka temperatur pada
daerah las akan semakin besar sehingga menyebabkan kekerasannya semakin meningkat.
Sehingga akan menghasilkan kekuatan tarik yang tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dengan
rumus :
H = I2.R.t
Keterangan :
H = Panas yang dihasilkan (Joule)
I = Kuat Arus Listrik (Ampere)
R = Resistansi Listrik (Ohm)
t = Waktu Penekanan (sekon)
Dimana dengan arus pengelasan yang sama akan tetapi waktu penekanannya berbeda
akan mempengaruhi nilai heat input. Semakin lama waktu penekanan menyebabkan heat
input semakin besar pula. Apabila nilai heat input semakin besar maka nilai kekuatan tarik
akan semakin besar pula.
43
8000.00
7000.00
Modulus Young (N/mm2)
6000.00
5000.00
Tebal 0,8 mm
4000.00 Tebal 1,0 mm
Tebal 1,2 mm
3000.00 Tebal 1,4 mm
2000.00
1000.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120
Arus Pengelasan (Ampere)
Gambar 4.10 Grafik Modulus Young pada Stainless Steel A304 dengan Tebal Pelat 0,8 mm
; 1,0 mm ; 1,2 mm dan 1,4 mm terhadap Variasi Arus Pengelasan
Modulus young (E) menjelaskan elastisitas tarik atau kecenderungan suatu benda
untuk berubah bentuk sepanjang sumbu ketika tegangan (stress) berlawanan diaplikasikan
sepanjang sumbu itu. Modulus young didefinisikan sebagai rasio tegangan dalam sistem
koordinat kartesius terhadap regangan sepanjang aksis jangkauan tegangan dimana Hukum
Hooke berlaku. Modulus young dirumuskan dengan :
E=𝝈
𝜺
Keterangan :
E : Modulus young (N/mm2)
𝜺 : Regangan (%)
Grafik di atas menjelaskan tentang hubungan antara Modulus young terhadap variasi
arus pengelasan pada masing-masing tebal pelat. Semakin tinggi arus pengelasannya maka
semakin tinggi pula kekuatan tarik yang dimiliki oleh pelat. Hal ini menyebabkan semakin
44
tingginya Modulus young dari benda tersebut, karena kekuatan tarik dengan modulus young
adalah berbanding lurus.
Maka, dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jika semakin besar tebal pelat
maka semakin besar pula arus pengelasan yang dibutuhkan untuk memanaskan elektrode
mesin las titik. Namun untuk menghasilkan kekuatan tarik (dimana dalam pengujian ini
adalah nilai tegangan (σ) dan regangan (ε)) yang optimal, proses pengelasan harus
disesuaikan dan memperhatikan standar hubungan kuat arus pengelasan dan tebal pelat
yang digunakan
Selain pemanasan dan pendinginan besar butir struktur mikro dipengaruhi oleh
masukan panas, yang berarti dipengaruhi juga oleh arus las. Pengaruh arus las terhadap
ukuran butir struktur mikro di HAZ di perlihatkan pada perbandingan gambar di atas,
artinya makin tinggi arus las yang digunakan pada saat pengelasan, maka butiran struktur
mikro makin halus. Dengan butiran yang kasar maka kekuatan dan ketangguhan HAZ
menjadi rendah, sedangkan dengan arus pengelasan yang rendah maka masukan panas
tidak terlalu besar, nampak dari besar butiran yang terjadi, dengan demikian daerah
pengaruh las atau HAZ juga tidak terlalu luas, sehingga ketangguhan logam cukup baik.
Setiap logam didalamnya terjadi pertumbuhan atom yang teratur dan dari
pertumbuhan atom membentuk kristal yang kemudian membentuklah dedenrit. Apabila
45
pertumbuhan dedenrit ini saling bersentuhan satu dengan yang lain maka terbentuklah
butiran logam dan batas butiran. Butiran dan batas butiran akan berpengaruh terhadap;
kekerasan, kekuatan, harga impact (kegetasan), sifat magnetis, mampu permesinan,
mampu deep drawing, ketahanan, kekerasan, dan mampu lelah. Apabila pemberian
panas terhadap logam melewati suhu rekristalisasi logam, maka kristal-kristal baru
akan tumbuh membesar dengan melenyapkan kristal lama (cannibal fashion). Dengan
meningkat terus suhu pemanasan, kristal-kristal baru tumbuh terus membesar sehingga
akan didapatkan butiran kristal yang besar-besar. Dengan demikian dari hasil pengujian
struktur mikro ini menunjukkan bahwa hasil pengelasan titik Stainless Steel A304
dengan preheat pada arus pengelasan 50 A mempunyai butiran logam lebih halus
dibandingkan hasil pengelasan pengelasan titik Stainless Steel A304 dengan arus 75 A dan
100 A.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan analisa data, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin tebal pelat yang digunakan maka semakin besar pula arus pengelasan yang
dibutuhkan untuk memanaskan elektrode. Namun untuk menghasilkan kekuatan tarik
yang optimal, proses pengelasan harus disesuaikan dan memperhatikan standar
hubungan kuat arus pengelasan dan tebal pelat yang digunakan.
2. Semakin besar arus pengelasan makan heat input yang masuk ke dalam material pelat
akan semakin besar, jika semakin besar heat input maka temperatur pada daerah las
akan semakin besar sehingga menyebabkan perubahan struktur dan butiran pada
daerah las yang menyebabkan kekerasannya meningkat dan tegangan juga meningkat.
3. Semakin tebal pelat terjadi kecenderungan nilai luasan daerah las bertambah. Hal ini
dikarenakan jika semakin tebal pelat maka membutuhkan panas yang lebih besar atau arus
pengelasan yang lebih besar untuk meleburkan logam agar berdifusi sedangkan arus
pengelasan yang digunakan tetap pada setiap pengujian yaitu 50 A, 75 A dan 100 A.
4. Semakin tinggi arus pengelasannya maka semakin tinggi pula kekuatan tarik yang dimiliki
oleh pelat. Hal ini menyebabkan semakin tingginya Modulus young dari benda tersebut,
karena kekuatan tarik dengan modulus young adalah berbanding lurus.
5. Semakin tinggi arus las yang digunakan pada saat pengelasan, maka butiran struktur mikro
makin kasar. Dengan butiran yang kasar maka kekuatan dan ketangguhan HAZ menjadi
rendah, sedangkan dengan arus pengelasan yang rendah maka masukan panas tidak terlalu
besar, nampak dari besar butiran yang terjadi, dengan demikian daerah pengaruh las atau
HAZ juga tidak terlalu luas, sehingga ketangguhan logam cukup baik.
5.2 Saran
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Pengelasan yang dilakukan sebaiknya lebih teliti agar elekrode yang masuk ke daerah
titik pengelasan merata sehingga menghasilkan kekuatan tarik yang lebih baik.
2. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian
tentang pengelasan ini agar dapat mendapatkan hasil lasan yang lebih baik lagi seiring
47
48
Amsted, B.H.Sriati Djapri (Alih Bahasa).1995. Teknologi Mekanik. Edisi Ke-7 Jilid 1. PT
Erlangga: Jakarta.
Denis,Erry.2010. Tugas Akhir : Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat pada Las Titik
terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
Dieter, Georger. 1993. Metalurgi Mekanik. Jilid I, Edisi ke-3. PT Erlangga : Jakarta.
Faisal. 2007. Tugas Akhir : Meneliti tentang Pengaruh Ketebalan Plat dan Jumlah Nugget
pada Pengelasan Titik (Spot Welding) pada ST 37 terhadap Kekuatan Mekanik
Berupa Kekuatan Tarik dengan Metode Tarik dan Kekerasan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
Hidayat, S. N,. 2006. Tugas Akhr : Pengaruh Jenis Elektroda Las terhadap Kekuatan
Sambungan pada Baja Stainless Steel, Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Surakarta.
Kahraman, N., 2005. The Influence of Welding Parameter on The Joint Strength of
Resistence Spot-Welding Titanium Sheet. SPE Jurnal (November 2005).
Koicho Ohno,. 2009. Kestabilan Kimia dan Kereaktifan Gas Mulia. Jurnal Nasional.
Shamsul, J.B. dan Hasyam, M.M,. 2007. Penelitian tentang Hubungan Diameter Nugget
dan Arus Listrik pada Pengelasan Titik Baja Stainless Steel 304 dan Pengaruh
Besar Arus Listrik pada Distribusi Kekerasan Mikro. Jurnal Teknik Mesin
Universitas Hasanudin : Makasar.
Surdia, T. dan S, Saito. 1991. Pengetahuan Bahan Teknik. PT Pradnya Paramita : Jakarta.
Susanto, T. A,. 2006. Tugas Akhir : Pengaruh Penggunaan Jenis Fluks Pembungkus
terhadap Kekuatan Tarik pada Baja ST 37 dengan Kampuh X, Universitas
Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.