Anda di halaman 1dari 175

STUDI ERGONOMI PERABOT DAPUR RUMAH TINGGAL

SEDERHANA DITINJAU DARI ASPEK ANTROPOMETRI


(Kasus Perumnas Antang Kota Makassar)

SKRIPSI PENELITIAN

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


Sarjana Teknik

disusun dan diajukan oleh:

NI’MAH NATSIR

D511 12 251

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSTAS HASANUDDIN
GOWA

2016
PENGESAHAN
SKRIPSI PENELITIAN

PROYEK : TUGAS AKHIR


JUDUL : STUDI ERGONOMI PERABOT DAPUR RUMAH TINGGAL
SEDERHANA DITINJAU DARI ASPEK ANTROPOMETRI
PENYUSUN : NI’MAH NATSIR
STAMBUK : D511 12 251
PERIODE : I – TAHUN 2015/2016

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Syarif Beddu, MT Rahmi Amin Ishak, ST.,MT


NIP. 19580325 198601 1 001 NIP. 19760314 200212 2 005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Prof. Baharuddin Hamzah, ST. M.Arch. Ph.D


NIP. 19690308 199512 1 001

2
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni’mah Natsir

NIM : D511 12 251

Program studi : Arsitektur

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Studi Ergonomi

Perabot Dapur Rumah Tinggal Sederhana Ditinjau dari Aspek

Antropometri” adalah hasil pekerjaan saya. Adapun ide, pendapat, atau

materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang

sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2016


Yang menyatakan

Ni’mah Natsir

3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Suci, Maha mulia, Maha pemberi petunjuk atas berkat dan rahmat-
Nya serta ilmuNya. Shalawat dan salam senantiasa terhaturkan kepada
Nabiullah Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabat yang telah
menuntun umatnya dari lembah kehinaan menuju puncak kebahagiaan,
dari gelapnya kebodohan menuju ilmu yang terang benderang, dari
kesesatan menuju islam yang rahmatanlil alamin.
Betapapun besar usaha yang dilakukan apabila tanpa
kehendakNya maka suatu pekerjaan tidak dapat terlesesaikan dengan
baik. Begitu pula dengan skripsi penelitian ini, atas kehendak dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan
judul ” Studi Ergonomi Perabot Dapur Rumah Tinggal Sederhana
Ditinjau Dari Aspek Antropometri” sebagai salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) di Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, penulis akan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghagaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dan bantuan sehingga skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Bunda dan Ayahanda penulis, Ibu Dra. Nurhidayah Latif dan Bapak
Drs. Muh. Natsir atas segala kebaikan, kesabaran dan dukungan
yang tiada henti kepada penulis, semoga senantiasa dalam
lindungan Allah SWT.
2. Bapak Ir. Syarif Beddu, MT dan Ibu Rahmi Amin, ST, MT. selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam
kesibukannya, memberi arahan dengan sabar dan bijak. Semoga
senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
3. Ibu Dr. Ir. Triyatni Martosenjoyo, MT, Ibu Afifah Harisah, ST. MT,
Ph.D dan Bapak Ir. Muhammad Taufik, MT. selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran serta arahan dengan sabar dan
bijak. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
4. Bapak Prof. Baharuddin Hamzah, ST., M. Arch., Ph.D. selaku
Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Univesitas Hasanuddin. Semoga
senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
5. Bapak Ir. Syamsuddin Amin, MT. selaku penasehat akademik atas
nasehat dan dukungannya kepada penulis. Semoga senantiasa
dalam lindungan Allah SWT.
6. Segenap dosen dan staf Jurusan Teknik Arsitektur Univesitas
Hasanuddin atas ilmu, dukungan dan bantuannya kepada penulis.
Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
7. Keluarga besar penulis yang telah memberikan banyak dukungan
dan motivasi kepada penulis. Semoga senantiasa dalam lindungan
Allah SWT.
8. Ibu Farmawati dan Ibu Mini Farida selaku tante penulis, terima
kasih atas motivasi dan dukungannya selama ini. Semoga
senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
9. Fahmillah selaku kakak, dan Nurfadillah, Atika, Idam selaku adik,
terima kasih atas motivasinya kepada penulis. Semoga senantiasa
dalam lindungan Allah SWT.
10. Ita perdanawati, Muflihatus Shaabirah, Arningsih Nurdin, selaku
sahabat yang senantiasa meluangkan waktunya memberi
dukungan dan bantuan yang tiada henti kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi. Semoga dimudahkan segala urusan
dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
11. Asisten manager dan staf Perumnas Antang serta Ibu-Ibu di
Perumnas Antang khususnya blok 10 yang bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian skripsi ini.

iii
12. Sarah Mayangsari selaku teman yang bersedia meluangkan waktu
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga
dimudahkan studinya dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
13. Segenap sahabat Yuliani, Harmayanti, Andi Yaumil, Mutmainna,
Rifdah, dan Firda atas dukungan dan motivasinya kepada penulis.
Semoga dimudahkan segala urusan dan senantiasa dalam
lindungan Allah SWT.
14. Teman – teman studio akhir Teknik Arsitektur periode I tahun
ajaran 2016/2017 atas saran, dukungan dan bantuan, semoga
dimudahkan segala urusan dan senantiasa dalam lindungan Allah
SWT.
15. Teman – teman studio akhir PWK periode I tahun ajaran 2016/2017
atas saran, dukungan dan bantuan, semoga dimudahkan segala
urusan dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
16. Teman-teman jurusan Arsitektur angkatan 2012 atas bantuan dan
dukungannya kepada penulis.
17. Saudari-saudari dari Pondok Pesantren DDI Lil Banat atas segala
dukungan dan motivasinya. Nurul, Munadirah, Fauziah,
Nurhidayah, Nurfadhilah, Astuti, Ummu, Afifah, Hilmiyah, Mudrika,
Asma, khaeriah, Mutmainnah dan lainnya. Semoga dimudahkan
segala urusan dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
18. Saudara-saudara seperjuangan yang memberikan banyak bantuan
dan dukungannya kepada penulis terutama Andi Saeful Mubarak,
Harlan, Ardikah, Andi Rafika, Dara Fitriani, Andi Yasser dan
lainnya. Semoga dimudahkan segala urusan dan senantiasa dalam
lindungan Allah SWT.
19. Teman-teman KKN Gelombang 90 Kecamatan Soppeng Riaja
Kabupaten Barru yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan
yang tiada henti semoga dimudahkan segala urusan.
20. Semua pihak yang telah memberi saran, dukungan dan motivasi,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk kritik,
saran, bimbingan dan arahan dari semua pihak kepada penulis sangat
diharapkan demi tercapainya penulisan skripsi penelitian yang lebih baik
dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Gowa, Agustus 2016

Penulis

v
ABSTRACT

vi
Abstrak

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..….……i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................................ 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................... x
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................xi
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
F. Lingkup Penelitian ................................................................................................ 7
G. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 7
H. Alur Pikir Penelitian ......................................................................................... 9
BAB II ............................................................................................................................... 10
A. Ergonomi ............................................................................................................. 10
1. Perngertian Ergonomi .................................................................................... 10
2. Tujuan Ergonomi dan Prinsip Ergonomi ..................................................... 13
3. Pendekatan Ergonomi ................................................................................... 15
4. Metode Ergonomi ........................................................................................... 17
5. Ruang Lingkup Studi Ergonomi ................................................................... 18
B. Kajian Antropometri ........................................................................................... 20
1. Pengertian Antropometri ............................................................................... 20
2. Alat yang Digunakan untuk Mengukur Antropometri ................................ 25
3. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas
Kerja ......................................................................................................................... 27

iii
4. Data Antropometri dan Cara Pengukurannya ............................................ 31
5. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Antropometri ..................... 36
6. Data Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
38
7. Data Antropometri Dapur .............................................................................. 39
C. Rumah Sederhana ......................................................................................... 40
D. Dapur Rumah Sederhana ............................................................................. 44
1. Contoh Rumah Sederhana Tipe 36............................................................. 46
2. Contoh Rumah Sederhana Tipe 45............................................................. 48
E. Tinjauan Dapur secara Umum ......................................................................... 50
1. Pengertian Dapur ........................................................................................... 50
2. Aktivitas di Dapur ........................................................................................... 50
3. Konsep Segitiga Dapur ................................................................................. 52
4. Elemen Dapur ................................................................................................. 55
5. Bentuk Layout Dapur .................................................................................... 56
6. Standar Umum Dapur .................................................................................... 59
7. Standar Ukuran Dapur................................................................................... 60
F. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 65
G. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 68
BAB III .............................................................................................................................. 69
A. Jenis Penelitian................................................................................................... 69
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................................ 69
1. Subjek Penelitian ................................................Error! Bookmark not defined.
2. Objek Penelitian .................................................Error! Bookmark not defined.
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 73
1. Populasi ........................................................................................................... 73
2. Sampel ............................................................................................................. 74
3. Teknik Sampling ................................................................................................ 75
D. Variabel Penelitian ......................................................................................... 77
E. Definisi Operasional Variabel ........................................................................... 81
F. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 82
1. Jenis Data........................................................................................................ 82

iv
2. Sumber Data ................................................................................................... 82
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 83
H. Instrumen Penelitan ....................................................................................... 84
I. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 87
J. Kerangka Unit Analisis ...................................................................................... 89
BAB IV.............................................................................................................................. 90
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 90
A. Gambaran Objek penelitian .............................................................................. 90
1. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 90
2. Gambaran Khusus Objek Penelitian ........................................................... 92
B. Analisis Rumah Sederhana Tipe Angsana (T1) ............................................ 99
1. Jenis Perabot .................................................................................................. 99
2. Ukuran Perabot............................................................................................. 103
3. Layout Dapur................................................................................................. 106
C. Analisis Rumah Sederhana Tipe Chrysant (T2) ...................................... 109
1. Jenis Perabot ................................................................................................ 109
2. Ukuran Perabot............................................................................................. 113
2. Layout Dapur................................................................................................. 115
D. Analisis Pengguna Dapur Rumah Sederhana ......................................... 121
1. Karakteristik Pengguna ............................................................................... 121
2. Aktivitas Pengguna ...................................................................................... 122
3. Antropomentri Pengguna ............................................................................ 125
E. Analisis Kesesuaian Antropometri dan Aktivitas Pengguna dengan
Perabot Dapur........................................................................................................... 126
BAB V ............................................................................................................................. 135
PENUTUP ..................................................................................................................... 135
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 135
B. Saran .................................................................................................................. 136
C. Rekomendasi Desain................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 142

v
vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Berbagai ukuran tubuh manusia yang paling sering digunakan oleh
perancang interior .......................................................................................................... 23
Gambar 2 Data antropometri seorang wanita dewasa pada posisi berdiri tegak 24
Gambar 3 Antropometer ............................................................................................... 25
Gambar 4 Batang lengkung .......................................................................................... 26
Gambar 5 Jangka lengkung ......................................................................................... 26
Gambar 6 Jangka sorong ............................................................................................ 27
Gambar 7 Pita ukur ........................................................................................................ 27
Gambar 8 Data Antropometri yang diperlukan untuk perancangan produk atau
fasilitas kerja ................................................................................................................... 30
Gambar 9 Perbedaan tinggi tubuh manusia dalam posisi berdiri tegak untuk
berbagai suku bangsa ................................................................................................... 32
Gambar 10 Pengukuran struktur dimensi tubuh dalam posisi berdiri dan duduk
tegap ................................................................................................................................ 34
Gambar 11 Pengukuran dimensi fungsional tubuh dalam berbagai posisi gerakan
kerja .................................................................................................................................. 35
Gambar 12 Probabilitas distribusi normal dengan Data Antropometri 95-th
pensentil .......................................................................................................................... 37
Gambar 13 Pusat daerah kompor .............................................................................. 39
Gambar 14 Sirkulasi daerah kompor .......................................................................... 40
Gambar 15 Denah Rumah Tipe 36 ............................................................................. 46
Gambar 16 Denah dapur rumah tipe 36 ..................................................................... 46
Gambar 17 Potongan .................................................................................................... 47
Gambar 18 perspektif dapur rumah tipe 36 ............................................................... 47
Gambar 19 Denah rumah sderhana tipe 45 .............................................................. 48
Gambar 20 Denah dapur rumah sederhana tipe 45 ................................................. 48
Gambar 21 Potongan rumah tipe 45 ........................................................................... 49
Gambar 22 Perspektif dapur rumah tipe 45 ............................................................... 49
Gambar 23 Pembagian zona kerja di area dapur ..................................................... 51
Gambar 24 Konsep segitiga pada dapur .................................................................... 53
Gambar 25 Segitiga kerja ............................................................................................. 54
Gambar 26 Dapur single line ........................................................................................ 58
Gambar 27 Dapur double line ..........................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 28 Dapur tipe L ....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 29 Dapur tipe U ...................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 30 dapur tipe G ...................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 31 Dapur model Island .......................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 32 Standar lebar pintu yang mendukung pergerakan penggunanya ..... 60
Gambar 33 Posisi pintu dan kelengkapan dapur lainnya yang saling bertabrakan ........... 61

vii
Gambar 34 Standar segitiga area kerja utama dapur .............................................. 61
Gambar 35 Standar ukuran tinggi counter top .......................................................... 62
Gambar 36 Standar ukuran lebar meja konter .......................................................... 63
Gambar 37 Standar kedalaman kabinet atas ............................................................ 63
Gambar 38 Standar jarak antara counter dan kabinet atas..................................... 64
Gambar 39 Standar jarak antar kabinet bawah ......................................................... 64
Gambar 40 Standar tinggi meja bar dengan barstool............................................... 65
Gambar 41 Peta Kota Makassar ................................................................................ 72
Gambar 42 Peta objek penelitian ................................................................................ 72
Gambar 43 Populasi rumah sederhana tipe 36 ......................................................... 73
Gambar 44 Sampel penelitian ...................................................................................... 75
Gambar 45 Meterline ..................................................................................................... 84
Gambar 46 Alat tulis ...................................................................................................... 84
Gambar 47 Segnometer ................................................................................................ 85
Gambar 48 Kamera digital ............................................................................................ 85
Gambar 49 Alat perekam .............................................................................................. 86
Gambar 50 Kantor Perumnas Antang ...................................................................... 91
Gambar 51 Rumah Sederhana Tipe Angsana (T1) .................................................. 94
Gambar 52 Denah Rumah Sederhana T1 ................................................................. 95
Gambar 53 Potongan A bagian dapur rumah Sederhana T1 ................................. 95
Gambar 54 Perspektif dapur rumah sederhana T1 .................................................. 96
Gambar 55 Rumah Sederhana Tipe Chrysant (T2).................................................. 96
Gambar 56 Denah rumah sederhana T2.................................................................... 97
Gambar 57 Potongan dapur rumah sederhana T2 ................................................... 98
Gambar 58 Perspektif dapur ........................................................................................ 98
Gambar 59 Perspekti dapur dari arah belakang ....................................................... 99
Gambar 60 Denah jenis Perabot RS T1 ................................................................... 100
Gambar 61 Potongan jenis perabot RS T1 .............................................................. 100
Gambar 62 Dapur rumah sederhana tipe Angsana ................................................ 101
Gambar 63 Bak cuci pada rumah tinggal sederhana tipe 1 .................................. 101
Gambar 64 lemari penyimpanan berupa rak ........................................................... 102
Gambar 65 lemari penyimpanan berupa lemari ...................................................... 103
Gambar 66 Tinggi dan panjang meja memasak ..................................................... 104
Gambar 67 Lebar meja memasak ............................................................................. 104
Gambar 68 tinggi bak cuci (sink) ............................................................................... 105
Gambar 69 lebar sink .................................................................................................. 105
Gambar 70 Denah dapur tipe I (memanjang) .......................................................... 106
Gambar 71 Pembagian zona dapur RS Tipe 1 ....................................................... 107
Gambar 72 Pola sirkulasi aktivitas dapur ................................................................. 108
Gambar 73 Segitiga kerja ........................................................................................... 108
Gambar 74 Denah jenis perabot RS 2 ...................................................................... 110

viii
Gambar 75 Potongan jenis perabot dapur RS tipe 2.............................................. 111
Gambar 76 Meja memasak ........................................................................................ 112
Gambar 77 Lemari penyimpanan dan lemari es ..................................................... 113
Gambar 78 tinggi dan lebar meja .............................................................................. 114
Gambar 79 Panjang meja ........................................................................................... 114
Gambar 80 tinggi lemari penyimpanan ..................................................................... 115
Gambar 81 layout dapur ............................................................................................. 116
Gambar 82 Pembagian zona dapur RS Tipe 2 ....................................................... 117
Gambar 83 sirkulasi dalam dapur tipe 2 ................................................................... 118
Gambar 84 Segitiga dapur .......................................................................................... 119
Gambar 85 diagram persentasi usia responden ..................................................... 122
Gambar 86 Grafik frekuensi aktivitas di dapur ........................................................ 124
Gambar 87 Grafik durasi aktivitas di dapur .............................................................. 124
Gambar 88 Diagram persentase keluhan pada bagian tubuh .............................. 131
Gambar 89 postur kerja pengguna dapur tipe 1...................................................... 132
Gambar 90 postur kerja pengguna dapur tipe 2...................................................... 133
Gambar 91 rekomendasi denah dapur rumah sederhana T1 ............................... 137
Gambar 92 Potongan rekomendasi desain rumah sederhana T1 ...................... 138
Gambar 93 Perspektif rekomendasi desain dapur RS T1 ..................................... 138
Gambar 94 Rekomendasi denah dapur rumah sederhana T2 ............................. 139
Gambar 95 Potongan rekomendasi desain Rs T2 .................................................. 140
Gambar 96 Tampak rekomendasi desain dapur RS T2 ....................................... 141
Gambar 97 Perspektif rekomendasi desain dapur RS T2 ..................................... 141

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitian terdahulu ......................................................................................... 66


Tabel 2 Jumlah rumahtangga dan rata-rata anggota rumahtangga menurut
kecamatan di kota Makassar ........................................................................................ 70
Tabel 3 Persebaran perumahan berdasarkan Kecamatan Kota Makassar ......... 71
Tabel 4 Kriteria dalam pemilihan sampel penelitian .....Error! Bookmark not defined.
Tabel 5 Kriteria pemeilihan sampel pengguna dapur ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 6 Variabel Penelitian ........................................................................................... 78
Tabel 7 Batasan Variabel .............................................................................................. 81
Tabel 8 Instrumen dan teknik pengumpulan data ..................................................... 86
Tabel 9 Teknik analisis data ......................................................................................... 87
Tabel 10 Perbandingan RS T1 dan RS T2 .............................................................. 120
Tabel 11 Data Antropometri pengguna dapur ......................................................... 125
Tabel 12 Perbandingan data lapangan dengan antropometri pengguna ............ 129
Tabel 13 rekomendasi jenis dan ukuran perabot T1 .............................................. 136
Tabel 14 rekomendasi jenis dan ukuran perabot T2 .............................................. 139

x
DAFTAR ISTILAH

Antropometri adalah bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan


pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam
perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai denga
pemakainya.
Antropometri dinamis adalah ukuran yang dilakukan terhadap posisi
tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu
yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.
Antropometri statis adalah ukuran tubuh yang diukur dalam berbagai
posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna).
Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau scara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain/perancangan.
Tinggi popliteal adalah jarak yang diambil secara vertikal dari lantai
hingga bagian bawah paha tepat di belakang lutut, ketika orang
berada dalam posisi tegak.
Panjang popliteal adalah jarak horizontal dari permukaan terluar dari
pantat hingga bagian belakang kaki bagian bawah.
Percentile adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase
tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut.
Standar deviasi adalah akar kuadrat variansi sebaran data yang
merupakan bilangan tak-negatif.

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia yang belum


diimbangi dengan pertambahan pembangunan perumahan yang
memadai, pemerintah melalui program pembangunan perumahan atau
yang disebut dengan program Rumah Sederhana (RS), membangun
rumah di berbagai kota di Indonesia. Tujuannya untuk membantu
golongan berpendapatan menengah dan rendah dengan membangun
rumah dengan lingkungan yang sehat, nyaman, aman dan efisien bagi
penghuninya.
Selain itu pemerintah melalui Kementerian PUPR sudah berupaya
mendorong program pembangunan perumahan bagi masyarakat
melalui Program Sejuta Rumah. Dalam program sejuta rumah ini
sebenarnya pemerintah hanya mengalokasikan dana untuk 10 persen
pembangunan rumah. Sedangkan sisanya dibantu oleh pengembang,
masyarakat dan Pemda. Dari angka 1 juta rumah itu dibagi menjadi
dua yakni sekitar 600 ribu rumah untuk MBR (Masyarakat
Berpendapatan Rendah) dan sisanya 400 ribu rumah untuk non MBR.
Untuk rumah non MBR pemerintah sepenuhnya menyerahkan ke
mekanisme pasar sehingga tidak ada subsidi (Kementrian PUPR
2015).
Dalam hal ini pemerintah ingin meningkatkan pembangunan rumah
di Indonesia sehingga dapat mengurangi angka backlog perumahan
yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik sudah mencapai angka
13,5 juta unit.
Sesuai dengan Undang - Undang Republik Indonesia No. 1 tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal 5 ayat 1
yang menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang

1
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah. Setiap warga Negara
berhak memperoleh tempat tinggal yang layak serta dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan. Namun, pada kenyataannya saat ini
pembangunan perumahan yang dilakukan hanya untuk memenuhi
tugas pemerintah dalam membangun perumahan tanpa
memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan kenyamanan
penghuni yang akan menempati rumah tersebut.
Rumah (papan) merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
selain pangan dan sandang. Rumah sebagai sarana penting dalam
memberikan perlindungan berupa keamanan dan kenyamanan. Selain
itu, rumah memiliki fungsi yang sangat strategis dalam perannya
sebagai pusat pendidikan keluarga, pengenalan budaya, dan
peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan
tempat pembentukan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat
ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan
bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pada sektor
perumahan yang layak dan nyaman sesuai dengan kebutuhan
penghuni sebaiknya menjadi prioritas.
Rumah sederhana memiliki ciri khusus baik dari bentuk maupun
desainnya yang sederhana dan standar. Rumah sederhana untuk saat
ini masih banyak diminati karena harganya yang terjangkau dan luas
tanahnya yang cukup atau pas untuk membuat sebuah hunian rumah
sederhana yang ideal dan nyaman dijadikan sebuah tempat tinggal.
Pembangunan pada sektor perumahan biasanya dibangun oleh
pengembang yang bekerja sama dengan bank BTN melalui kredit
pemilikan rumah (KPR). Rumah tinggal biasanya dilengkapi dengan
kamar tamu/ duduk, kamar tidur, ruang makan, kamar mandi/ wc dan
dapur. Sebuah rumah yang baik adalah yang dapat memberikan
kenyamanan dan memberikan lingkungan yang sehat untuk penghuni
dan tamu atau orang yang akan berkunjung.

2
Dapur merupakan jantung dari sebuah hunian yang memiliki fungsi
sebagai ruang servis yang menjadi kebutuhan utama sebuah rumah.
Dapur memiliki fungsi yang sangat vital, karena di dapurlah tempat
mengolah dan menyajikan makanan. Perkembangan saat ini
menjadikan dapur sebagai sarana berkumpulnya keluarga. Sehingga
aktivitas yang terjadi tidak hanya masak-memasak tetapi dapat juga
dijadikan sarana interaksi dan tempat komunikasi bagi keluarga
pemakai. Kegiatan di dapur yang banyak dilakukan oleh ibu-ibu dari
pagi hari hingga malam hari, dimulai dengan menyiapkan sarapan
pagi, makan siang dan makan malam. Kegiatan ini diperkirakan
memakan waktu sekitar delapan jam sehari. Kegiatan masak-
memasak dapat dikategorikan pekerjaan setengah berat (ASRI, 1991).
Bekerja di dapur adalah suatu pekerjaan yang melelahkan. Oleh
sebab itu, dapur harus dirancang senyaman mungkin dan sesuai
dengan kaidah ergonomi atau antropometri pengguna dapur. Sikap
kerja paksa akibat peralatan dapur yang tidak sesuai dengan kaidah
ergonomi mengakibatkan pengguna mudah mengalami keluhan saat
bekerja, cepat lelah dan dapat mengganggu kesehatan.
Dapur yang dibangun di rumah tinggal sederhana pada umumnya
telah memenuhi persyaratan dengan adanya dapur yang tersedia,
namun tentang kesesuaian ukuran perabot dengan antropometri dan
aktivitas pengguna dapur belum terpikirkan. Bahkan, tinggi dari meja
kerja dapur dan tinggi lemari untuk peralatan cukup bervariasi menurut
selera tukang kayu ataupun tukang batu. Tidak memperhatikan akibat
terjadinya sikap paksa setiap hari bila dapur rumah tersebut dipakai.
Ergonomi merupakan ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan
alat, cara kerja dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan
yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas
setinggi-tingginya (Manuaba, 1996).
Ergonomi mampu menekan dampak negatif pemanfaatan ilmu

3
pengetahuan dan teknologi. Ergonomi hendaknya dimasukkan sedini
mungkin bahkan dari mulai rancangan sehingga dapat menekan
kesalahan sesedikit mungkin (Manuaba, 1996).
Peralatan kerja telah dipakai sejak peradaban manusia seperti juga
yang terdapat pada alat-alat dapur yang sudah diperbaiki perletakan
dan tinggi meja kerja. Disamping peralatan dapur, layout penempatan
peralatan dan jarak penempatannya agar pemakai tidak cepat lelah
untuk aktifitas memasak juga tidak kalah pentingnya.
Permasalahan yang sering muncul pada dapur rumah sederhana
terletak pada ketinggian meja kerja, meja kerja yang terlalu tinggi yang
mengakibatkan sikap paksa dalam penggunaan peralatan dapur
sehingga menimbulkan keluhan berupa kelelahan saat bekerja.
Tinggi meja dapur/kerja di rumah sederhana pada umumnya sekitar
85 - 90 cm belum temasuk tinggi kompor yang digunakan dan tinggi
perabotan dapur (panci, kukusan penggorengan, dan lain-lain).
Kompor gas duduk mempunyai ketinggian 15 cm, sehingga tinggi
keseluruhan dari lantai sekitar 100-105 cm sedang kompor minyak
tanah setinggi 25 cm, sehingga tinggi keseluruhan adalah 110-115 cm
( Salim, 2014).
Menurut Gilly (2013) idealnya ketinggian area kerja adalah sama
tinggi dengan pinggang. Bahkan, dapat jadi lebih rendah lagi kalau
digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan lebih berat dari sekadar meracik
bumbu, misalnya memasak.
Pada saat memasak, ketinggian meja yang cukup rendah akan
membuat lengan lebih mudah bekerja saat mengaduk atau membolak-
balik makanan di penggorengan atau panci.
Wanita Indonesia mempunyai tinggi badan rata rata 155 cm - 160
cm, tinggi sampai siku wanita rata rata 98 cm sehingga tinggi kerja
berkisar 88-93 cm (Suyatno Sastrowinoto, 1985).
Pengguna dapur terutama ibu-ibu yang bekerja hampir sepanjang
hari di dapur sering mengeluh pada otot lengan dan otot pada betis

4
akibat meja kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pengguna
maupun kaidah ergonomi.
Tinggi meja kerja pada dapur di beberapa rumah tinggal sederhana
yang dibangun oleh pemerintah menurut hasil observasi penulis pada
beberapa dapur rumah tinggal sederhana adalah 90 cm dari
permukaan lantai ditambah dengan ketinggian kompor sehingga tinggi
keseluruhan adalah 110 cm. Sedangkan layout yang sering digunakan
adalah dapur dengan tipe I atau memanjang.
Pekerjaan di dapur sering dilakukan dengan berdiri, hal ini
memerlukan banyak tenaga otot (mengangkat dandang/ penanak nasi
yang besar) maka ketinggian meja kerja harus diturunkan agar dapat
mengurangi keluhan karena kelelahan.
Untuk mengurangi permasalahan pada dapur rumah tinggal
sederhana studi ergonomi dapur dapat menjadi alternatif terutama
kaitannya dengan aspek antropometri pengguna dapur. Sehingga studi
ergonomi dapur ditinjau dari aspek antropometri pengguna dapur perlu
dikaji secara mendalam.

B. Identifikasi Masalah

Perencanaan rumah sederhana sebagaimana kita ketahui sering


menimbulkan masalah tidak terkecuali pada pembangunan dapur,
masalah yang sering di temukan pada pembangunan dapur adalah:
1. Kesesuaian tinggi meja kerja dengan antropometri pengguna
dapur
2. Tinggi kabinet (lemari atas) yang terlalu tinggi sehingga sulit
dijangkau
3. Sirkulasi yang kurang baik dalam penataan layout
4. Bak cuci piring yang terlalu rendah sehingga ketika mencuci
mengharuskan pengguna membungkuk.

5
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penataan dan ukuran perabot pada dapur rumah
tinggal sederhana?
2. Bagaimana kesesuaian penataan dan ukuran perabot dapur
rumah tinggal sederhana dengan antropometri dan aktivitas
pengguna?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini


adalah:
1. Mengetahui penataan dan ukuran perabot pada dapur rumah
tinggal sederhana
2. Mengetahui kesesuaian penataan dan ukuran perabot dapur
rumah tinggal sederhana dengan antropometri dan aktivitas
pengguna

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis,


pembaca, dan pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Manfaat akademis
a. Bagi mahasiswa terutama pada bidang arsitektur dan interior,
penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang
perancangan dapur sehingga dapat menjadi pedoman dalam
merancang dapur rumah tinggal.
b. Bagi peneliti pada bidang arsitektur dan interior, penelitian ini
dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2. Manfaat dalam praktik
Bagi pemerintah dan pengembang (developer), diharapkan

6
penelitian ini dapat menjadi masukan dalam perancangan dapur
rumah tinggal sederhana.

F. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi lingkup arsitektural dan


non-arsitektural. Lingkup arsitektural meliputi ukuran peralatan dapur
rumah tinggal, daya jangkau, penataan layout dapur, dan sirkulasi
dalam dapur. Sedangkan lingkup non-arsitektural yaitu aktivitas dalam
dapur rumah tinggal sederhana.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan suatu uraian mengenai susunan


penelitian secara teratur dalam beberapa bab sehingga memberikan
suatu gambaran yang jelas tentang apa yang ditulis. Sistematika
penulisan terdiri dari dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama (proposal penelitian)


a. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan dan alur pikir penelitian.
b. Bab II Tinjauan Pustaka
Menguraikan tentang dasar-dasar teori dari literatur ilmiah yang
menyangkut teori umum yang menjadi acuan dalam penelitian
dan kerangka konsep.
c. Bab III Metode Penelitian
Meliputi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi
dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional
variabel, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, dan teknik
analisis data.
2. Tahap kedua (hasil penelitian)
a. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menguraikan tahap-tahap pelaksanaan yang telah dilakukan

7
dan dianalisis, serta pembahasan hasil penelitian berdasarkan
data hasil pengukuran yang kemudian diolah.
b. Bab V Kesimpulan dan Saran

8
H. Alur Pikir Penelitian

Latar Belakang
1. Dapur di rumah tinggal sederhana seharusnya memberikan rasa nyaman saat
bekerja.
2. Perancangan dapur rumah tinggal sebaiknya disesuaikan dengan aspek ergonomi
3. Desain dapur disesuaikan dengan antropometri pengguna dapur di rumah tinggal
sederhana
4. Untuk mengurangi keluhan saat bekerja dibutuhkan dapur yang ergonomis
5. Sebaiknya memperhatikan antropometri pengguna sebelum merancang dapur
rumah tinggal
6. Selain itu, perancangan dapur rumah sederhana juga harus memperhatikan aktivitas
serta kebutuhan ruang seperti dapur pada umumnya.

Landasan Teori Permasalahan


1. Ergonomi Dapur yang dibangun oleh pengembang
2. Antropometri pada rumah tinggal sederhana
3. Rumah tinggal sederhana umumnya tidak memperhatikan aspek
4. Dapur ergonomi ataupun antropometri
pengguna sehingga dapat menimbulkan
keluhan saat sedang bekerja di dapur.

Pertanyaan Penelitian

Teknik Analisis
1. Bagaimana penataan dan ukuran
perabot dapur rumah sederhana?
1. Analisis Deskriptif
2. Bagaimana kesesuaian penataan
2. Analisis
dan ukuran perabot dapur rumah
Komparasi
tinggal sederhana dengan
antropometri dan aktivitas
pengguna?

Kajian Awal
- Ukuran bidang
kerja
Konstribusi - Daya jangkau
- Ketinggian alat
Menjadi pedoman desain dapur
bagi pengembang yang ingin kerja
membangun rumah tinggal - Layout dapur
sederhana - Sirkulasi
- Posisi kerja
- Antropometri

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

1. Perngertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan
nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan
lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi
disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan
oleh berbagai macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya:
ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika,
fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Selain itu
ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi,
perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk
bagi wiraswastawan, manajer, pemerintah, militer, dosen dan
mahasiswa. (Nurmianto: 2008)
Ergonomi didefinisikan sebagai studi yang membahas tentang
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain
atau perancang. Ergonomi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
manusia dengan pekerjaannya dan dengan hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan tersebut seperti tata cara kerja, menyerasikan
manusia dengan mesin, desain peralatan dan ruang kerja,
organisasi kemampuan manusia dan keterbatasan manusia
dengan peralatan kerja sehingga dari berbagai hal tersebut dapat

10
diwujudkan tata cara kerja yang baik, peralatan kerja yang efektif,
desain peralatan kerja dan desain ruang yang baik hingga dapat
mengoptimalkan potensi manusia itu sendiri.
Menurut Wignjosoebroto (2008: 54), ergonomi atau ergonomics
sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja
dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian, ergonomi
dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dengan kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih
popular digunakan oleh beberapa Negara Eropa Barat.
Menurut McCormick (1987) pengertian ergonomi terbagi atas
tiga tahap sebagai berikut :
a) Fokus Utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran
manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas dan
lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang digunakan
dalam berbagai aspek kehidupannya.
b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas
dan lingkungan yang dibuat oleh manusia ada 2 hal :
1) Untuk meningkatkan efektivitas fungsional penggunanya
2) Untuk mempertahankan atau meningkatkan human
value tertentu misalnya kesehatan, keselamatan dan
kepuasan.
c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang
sistematik dari informasi yang relevan mengenai
karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain
peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh
manusia.
Pada dasarnya ergonomi adalah suatu ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi – informasi mengenai sifat
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui

11
pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman (Judiari, 2007 : 8).
Menurut Nurmianto (2008), penerapan ergonomi pada
umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun
rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras
seperti perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform,
kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali
(controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu
(doors), jendela (windows) dan lain-lain. Disamping itu, ergonomi
juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem
kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka
dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga (visual
display unit station).
Menurut Nurmianto (2008), ergonomi dapat berperan pula
sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya :
penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu
kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.
Menurut Wignjosoebroto (2008), disiplin ergonomi secara
khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia
dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya.
Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki
batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka
panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem
kerjanya yang berupa perangkat kerja/hardware (mesin, peralatan
kerja dll) dan/atau perangkat lunak/software (metode kerja, sistem
dan prosedur, dll). Disiplin human engineering atau ergonomi
banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk
(man-made objects) ataupun operasi kerja sehari-harinya. Disiplin
ergonomi khususnya yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia (antopometri) telah menganalisa, mengevaluasi dan
membakukan jarak jangkau yang memungkinkan manusia untuk

12
melaksanakan kegiatannya dengan mudah dengan gerakan-
gerakan yang sederhana.
Disamping itu menurut Nurmianto (2008), ergonomi juga
memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem
kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka
dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual
(visualdisplay unit station). Penerapan faktor ergonomi lainnya yang
tidak kalah pentingnya adalah untuk desain dan evaluasi produk.
Sehingga dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan
informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan
karakteristik manusia untuk perancang mesin, peralatan, sistem
kerja, dan lingkungan yang produktif, aman, nyaman dan efektif
bagi manusia.
Ergonomi dapur berarti ilmu yang digunakan untuk menemukan
informasi tentang karakteristik peralatan dapur yang baik dan
nyaman, serta sistem kerja di dapur yang baik sehingga fungsi
dapur dapat dimanfaatkan dengan baik.

2. Tujuan Ergonomi dan Prinsip Ergonomi


Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan
ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah
sebagai berikut (Tarwaka, 2004):

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya


pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan
beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara
tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama

13
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis,
ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup
yang tinggi.
Tujuan yang paling inti dari ergonomi adalah tercapainya suatu
kondisi dimana manusia dengan peralatan dan lingkungan kerjanya
dapat merasa nyaman, aman dan efektif yang dilakukan dengan
pemanfaatan fungsional tubuh secara optimal dan maksimal.
Maksud dan tujuan utama dari disiplin ergonomi adalah
(Wignjosoebroto, 2000: 57):
a. Memperbaiki performansi kerja manusia, seperti menambah
ketepatan kerja dan mengurangi energi yang berlebihan
serta mengurangi kelelahan.
b. Mengurangi waktu pelatihan dan biaya.
c. Memperbaiki kualitas sumber daya manusia melalui
peningkatan keterampilan (skill) yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan
kerusakan peralatan yang disebabkan human error.
e. Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.
Berdasarkan beberapa tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan ergonomi dapur adalah memberikan efektivitas fungsional,
kenyamanan pemakaian serta lingkungan kerja dapur yang
dirancang.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi
setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam
ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang
digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip
ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12
prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:

14
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal
b. Mengurangi beban berlebihan
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam
jangkauan
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
f. Minimalisasi gerakan statis
g. Minimalisasikan titik beban
h. Mencakup jarak ruang
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat
bekerja
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
l. Mengurangi stres

3. Pendekatan Ergonomi
Pendekatan khusus yang dilakukan dalam disiplin ilmu
ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari segala informasi
yang relevan dan berkaitan dengan karakteristik perilaku manusia
di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja
yang dipakai (Wignjosoebroto, 2003). Analisis penelitian ergonomi
meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
a. Anatomi (struktur), fisiologi (cara bekerja) dan antropometri
(ukuran) dimensi tubuh manusia
b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan
sistem saraf yang berperan dalam tingkah laku manusia
c. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam
waktu pendek maupun panjang dan sebaliknya kondisi-
kondisi kerja yang dapat membuat manusia nyaman saat
bekerja.

15
Berdasarkan analisis diatas, dapat dipastikan bahwa penelitian-
penelitian dan pengembangan ergonomi akan memerlukan
dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropologi,
anatomi dan teknologi.
Menurut Wignjosoebroto (1995: 59) ergonomi dikelompokkan
menjadi empat bidang penyelidikan yaitu:
a. Penyelidikan tentang tampilan (display)
Tampilan adalah suatu perangkat (interface) yang mampu
menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan
mengkomunikasikan kepada manusia dalam bentuk tanda-
tanda, angka, lambang, dan sebagainya.
b. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Penyelidikan ini mengukur kekuatan serta ketahanan fisik
manusia pada saat bekerja. Penyelidikan ini juga
mempelajari objek serta peralatan yang sesuai dengan
kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktifitasnya.
c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan perancangan
tempat kerja manusia yang sesuai dengan ukuran tubuh
manusia.
d. Penyelidikan tentang ukuran kerja
Penyelidikan ini meliputi penyelidikan tentang kondisi fisik
lingkungan dan fasilitas kerja. Sebagai contoh adalah
pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur dan lain
sebagainya.
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi
umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja
dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja
yang digunakan oleh pekerja tersebut. Penerapan ergonomi
menurut Manuaba (1997) dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu:

16
a. Pendekatan Kuratif
Dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, perbaikan,
atau modifikasi proses yang sedang atau sudah berjalan.
Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan
kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja
yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.
b. Pendekatan Konseptual
Dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif
dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila
berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan
dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah
sewajarnya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain
yang juga perlu, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial
budaya, hemat energi dan melestarikan lingkungan.
Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat
Guna. Pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan
sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan
adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya,
pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.
Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
antropometri yaitu ukuran dimensi tubuh pengguna dapur dengan
penyelidikan ukuran tempat kerja (dapur) dan penyelidikan ukuran
kerja melalui pendekatan kuratif pada proses yang sudah ada dan
sedang berlangsung.

4. Metode Ergonomi
Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.
Metode-metode tersebut antara lain:
a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan
pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji

17
pencahayaan, ergonomic checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai
dari yang sederhana sampai kompleks.
b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung
data dasar pada saat didiagnosis. Kadang sangat sederhana
seperti merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau
jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan
dimensi fisik pekerja.
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif,
subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan,
bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan,
sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.
Metode ergonomi dalam penelitian ini menggunakan metode
diagnosis melalui kuesioner dan pengukuran lingkungan kerja.

5. Ruang Lingkup Studi Ergonomi


Beberapa bidang studi yang dipelajari dalam ergonomi
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja.
Menurut Asosiasi Internasional Ergonomi terdapat tiga bidang studi
dalam ergonomi. Penjelasan dari ketiga bidang studi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Ergonomi fisik, berkaitan dengan anatomi manusia dan
beberapa karakteristik antropometri, fisiologis, dan bio
mekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
b. Ergonomi kognitif, berkaitan dengan proses mental, seperti
persepsi, memori, penalaran, dan respon motorik, karena
mereka mempengaruhi interaksi antara manusia dan elemen
lain dari sistem. Topik yang relevan meliputi beban kerja
mental, pengambilan keputusan, kinerja terampil, interaksi

18
manusia-komputer, kehandalan manusia, stress kerja, dan
pelatihan yang berhubungan dengan manusia, sistem dan
desain interaksi manusia komputer.
c. Ergonomi organisasi, berkaitan dengan optimalisasi sistem
teknis sosial, termasuk struktur organisasi, kebijakan, dan
proses. Topik yang relevan meliputi komunikasi, manajemen
sumber daya, karya desain, kerja tim, koperasi kerja,
program kerja baru, dan manajemen mutu.
Pengelompokkan bidang kajian ergonomi secara lengkap
dikelompokkan oleh Sutalaksana (1979), bidang-bidang kajian
tersebut meliputi:
a. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti
energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan.
Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan
sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang
dikeluarkan saat bekerja.
b. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang
berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia
untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.
c. Biomekanika, yaitu bidang kajian ergonomi yang
berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam melakukan
suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam
bekerja dan sebagainya.
d. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat
kaitannya dengan masalah penginderaan manusia, baik
indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
e. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan
dengan efek psikologis dari suatu pekerjaan terhadap
pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.
Pada praktiknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja di

19
dapur secara ergonomi, kelima bidang kajian tersebut digunakan
secara sinergis sehingga mendapatkan suatu solusi yang optimal.
Seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi
yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia
pekerjanya. Namun, dalam penelitian ini bidang kajian yang
digunakan hanya bidang kajian antropometri untuk mengetahui
sistem kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia.

B. Kajian Antropometri

1. Pengertian Antropometri
Menurut Wignjosoebroto (2000: 60) istilah antropometri yang
berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti
ukuran. Secara definitif antropometri dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia
dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa,
dan kekuatan tubuh. Kini antropometri berperan penting dalam
bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomi dan
arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut data statistik tentang
distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk
menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya
kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat
dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya
dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya
penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.
Pengertian antropometri menurut Stevenson (1989) adalah satu
kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik
tubuh manusia berupa ukuran, bentuk dan kekuatan, serta
penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
(Human Centerd Design) ergonomi yang merupakan ilmu
perancangan berbasis manusia dirasakan menjadi semakin penting
hingga saat ini, hal tersebut disebabkan:

20
a. Manusia sebagai sumber daya utama dalam sebuah sistem.
b. Adanya regulasi nasional maupun internasional mengenai
sistem kerja dimana manusia terlibat di dalamnya.
c. Para pekerja adalah human being.
Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari
tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-
perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain
sebagainya. Antropometri pertama kali diperkenalkan oleh seorang
ahli matematika berkebangsaan Belgia bernama Quetlet, yang
pada 1870 memperkenalkan karyanya yang berjudul Antropometrie
(Panero, 1979). Hasil dari pengukuran ini dapat menunjukkan
dimensi dan proporsi pada tubuh manusia yang disesuaikan
dengan tujuan pengukuran. Antropometri dapat digunakan untuk
tujuan yang berkaitan dengan perancangan yang membutuhkan
data ukuran-ukuran tertentu pada bagian tubuh manusia. Menurut
Ching (1996) unsur-unsur yang manusia gunakan dalam suatu
bangunan, ukuran-ukuran tubuh manusia juga mempengaruhi
volume ruang yang kita perlukan untuk bergerak, beraktivitas dan
beristirahat. Oleh karena itu, antropometri dapat digunakan secara
lebih luas untuk tujuan perancangan arsitektur maupun interior
untuk menilai seberapa besar ruang yang dibutuhkan untuk
mengakomodasi kebutuhan gerak manusia dalam beraktivitas.
Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan
ergonomis dalam proses produk maupun sistem kerja yang
memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal
perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja
seperti mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-
produk konsumtif seperti pakajian, kursi, meja, dan perancangan
lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa data antropometriakan menentukan bentuk, ukuran, dan

21
dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang
sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau
menggunakan produk tersebut (Nurmianto,2003).
Dengan menggunakan analisis antropometri diharapkan
manusia akan merasa nyaman dalam melakukan aktivitasnya.
Dinyatakan oleh Panero (2003) bahwa antropometri berdasarkan
dimensi tubuh manusia yang mempengaruhi perancangan ruang
terdiri atas dua jenis yaitu:
a. Anthropometry structural, yang juga disebut anthropometry
static, yang mencakup pengukuran bagian-bagian tubuh dan
anggota badan pada posisi standar atau statik.
b. Anthropometry fungsional, yang juga disebut anthropometry
dinamika, yaitu pengukuran yang diambil pada manusia
pada saat posisi beraktivitas atau selama pergerakan yang
dibutuhkan oleh suatu jenis pekerjaan.

22
Gambar 1 Berbagai ukuran tubuh manusia yang paling sering digunakan oleh
perancang interior
Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga

23
Gambar 2 Data antropometri seorang wanita dewasa pada posisi berdiri tegak
Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga

Apabila seseorang memerlukan penelitian terkait ruang dalam


(interior) maka diperlukan sepuluh dimensi utama yang harus
dilibatkan dengan urutan sebagai berikut: tinggi badan, berat
badan, tinggi duduk, panjang dari bagian pantat sampai lipatan
dalam lutut, rentang antara siku sehingga pinggul dalam posisi
duduk, tinggi lutut bagian depan dan bagian belakang, serta tinggi
bersih dari paha (Panero, 1979). Kesepuluh pengukuran ini
digunakan untuk menganalisis kebutuhan ruang manusia sebagai
individu dimana keterjangkaun terhadap sesuatu diluar tubuh
manusia disaat ia bergerak maupun saat diam menciptakan suatu

24
ruang yang disebut ruang gerak. Apabila tercapai suatu kesesuaian
antara volume ruang dengan dimensi manusia maka ruang itu
disebut ruang yang dapat memenuhi ruang gerak manusia.
Kesesuaian antara bentuk dan dimensi ruang terhadap dimensi
tubuh manusia dapat berupa kesesuaian statis seperti ketika duduk
di kursi, bersandar di antara pagar, atau menghuni di suatu tempat
tersembunyi, ada pula yang disebut kesesuaian dinamis seperti
pada saat kita memasuki serambi suatu bangunan, menaiki tangga,
atau bergerak melalui ruangan atau aula suatu bangunan dan
terakhir kesesuaian bagaimana sebuah ruang dapat memenuhi
kebutuhan kita untuk menjaga jarak sosial dan mengatur ruang
pribadi kita (Ching, 1996).

2. Alat yang Digunakan untuk Mengukur Antropometri

Beberapa peralatan antropometri yang sering digunakan untuk


melakukan pengukuran pada bagian-bagian tubuh manusia
diantaranya:
a. Antropometer

Gambar 3 Antropometer
Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang
Interior.
Jakarta : Erlangga

25
b. Batang pengukur lengkung untuk antropometer

Gambar 4 Batang lengkung


Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga

c. Jangka lengkung yang dapat direnggangkan

Gambar 5 Jangka lengkung


Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga

26
d. Jangka sorong

Gambar 6 Jangka sorong


Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga

e. Pita ukur antropometri

Gambar 7 Pita ukur


Sumber: Panero Julius dan Martin Zelnik, 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga

3. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk atau


Fasilitas Kerja

Menurut Wignjosoebroto (2003), agar perancangan suatu


produk dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan

27
mengoperasikannya, maka ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran
yang ekstrim
Agar dapat memenuhi sasaran pokok dalam perancangan
produk maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan
cara:
1) Untuk dimensi minimum, yang harus ditetapkan dari
suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai
persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th
persentil.
2) Untuk dimensi maksimum, yang harus ditetapkan diambil
berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1-th, 5-th,
10-th persentil) dari distribusi data antropometri yang
ada.
b. Prinsip perancangan produk yang dapat dioperasikan di
antara rentang ukuran tertentu
Pada perancangan ini ukuran dapat berubah-ubah sehingga
cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
berbagai macam ukuran tubuh. Untuk mendapatkan
rancangan yang fleksibel, maka data antropometri yang
umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai
dengan 95-th persentil.
c. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan
dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja,
maka ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan
sesuai langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tetapkan anggota tubuh mana yang nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut

28
2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses
perancangan tersebut, dalam hal ini perlu juga
diperhatikan apakah harus menggunakan data dimensi
tubuh statis atau data dimensi tubuh dinamis
3) Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus
diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama
pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal
sebagai “segmentasi pasar” seperti produk mainan anak-
anak, peralatan rumah tangga untuk wanita
4) Tentukan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim,
rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) atau ukuran
rata-rata
5) Pilih persentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th,
99th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki
6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan
selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data
antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan
tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila
diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat
tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator,
pemakaian sarung tangan dan lain-lain.
Selanjutnya untuk memperjelas data antropometri yang dapat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas
kerja maka gambar dibawah ini akan memberikan informasi tentang
berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.

29
Gambar 8 Data Antropometri yang diperlukan untuk perancangan produk atau
fasilitas kerja
Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Tabel II. 2 Keterangan Data Antropometri yang diperlukan untuk perancangan


produk atau fasilitas kerja

NO. KETERANGAN
1 Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai
dengan ujung kepala)
2 Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak
4 Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5 Tinggi kepala tangan yang terjulur lepas dalam dalam posisi
berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan)
6 Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari atas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala
7 Tinggi mata dalam posisi duduk
8 Tinggi bahu dalam posisi duduk
9 Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)
10 Tebal atau lebar paha
11 Panjang paha yang diukur dari ujung pantat sampai dengan ujung
lutut
12 Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian
belakang dari lutut/betis
13 Tinggi lutut yang dapat diukur baik dalam posisi berdiri ataupun
duduk

30
14 Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
dengan paha
15 Lebar dari bahu (dapat diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk)
16 Lebar pinggang/pantat
17 Lebar dari dada dalam keadaan membusung
18 Lebar perut
19 Panjang siku yang diukur dari pergelangan sampai dengan ujung
jari- jari dalam posisi tegak
20 lebar kepala
21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung
jari-jari dalam posisi tegak
22 Lebar telapak tangan
23 Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar
kesamping kiri-kanan
24 Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari
lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau harus
keatas (vertikal)
25 Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti
no.24 tetapi dalam posisi duduk
26 jarak tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung
jari tangan
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003. Ergonomi, studi ruang gerak dan waktu.
Jakarta : Guna Widya.

Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki-laki


dan perempuan, harga rata-rata, standar deviasi serta persentil
tertentu (5th-95th dan sebagainya).

4. Data Antropometri dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk


dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga perancang produk
harus memperhatikan faktor-faktor tersebut, antara lain
(Wignjosoebroto, 2003):
a. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan
bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, yaitu
sejak awal kelahirannya sampai dengan umur 20 tahun.
Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan

31
G.H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa
laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan
usia 21 tahun. Sedangkan permpuan 17 tahun, meskipun
ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai
usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun (perempuan). Setelah
itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan bahkan justru akan
cenderung berubah menjadi penurunan ataupun
penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahun.
b. Jenis kelamin (sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan perempuan, terkecuali untuk
beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan
sebagainya.
c. Suku atau bangsa (etnik)
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki
karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang
lainnya. Gambar berikut menunjukkan perbedaan dimensi
ukuran (tinggi) dari berbagai macam suku bangsa (5-th dan
95-th percentile) tertentu.

Gambar 9 Perbedaan tinggi tubuh manusia dalam posisi berdiri tegak untuk
berbagai suku bangsa
Sumber: Wignjosoebroto, 2008

Catatan: 1. Amerika 6. Italia (militer)

32
2. Inggris 7. Perancis (militer)
3. Swedia 8. Jepang( militer)
4. Jepang 9. Turki (militer)
5. Amerika (pilot)

d. Posisi tubuh (postur)


Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh
terhadap ukuran tubuh seseorang. Oleh seab itu, posisi
tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Dalam kaitannya dengan posisi tubuh dikenal dua cara
pengukuran yaitu:
1) Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body
dimension)
Pada pengukuran ini tubuh diukur dalam berbagai posisi
standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna).
Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini
dikenal dengan “static anthropometry”. Dimensi tubuh
yang diukur dengan posisi tetap anatara lain meliputi
berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri maupun
duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada
saat berdiri dan duduk, panjang lengan dan sebagainya.
Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu
seperti 5 th dan 95 th persentil.

33
Gambar 10 Pengukuran struktur dimensi tubuh dalam posisi
berdiri dan duduk tegap
Sumber: Wignjosoebroto, 2008

2) Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body


dimensions)
Pengukuran ini dilakukan dalam posisi tubuh pada saat
berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal
pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh
yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-
gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda
dengan cara pengukuran tubuh dalam posisi tetap atau
statis, pengukuran ini dilakukan pada saat melakukan
gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi tubuh yang
dinamis. Cara pengukuran ini akan menghasilkan data
dynamic anthropometry. Antropometri dalam posisi

34
tubuh melaksankan fungsinya yang dinamis akan
banyak diaplikasikan dalam proses perancangan
fasilitas ataupun ruang kerja.

Gambar 11 Pengukuran dimensi fungsional tubuh dalam


berbagai posisi gerakan kerja
Sumber: Wignjosoebroto, 2008

Selain faktor-faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor lain


yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia, seperti:
cacat tubuh, diamana antropometri yang akan diperlukan untuk
perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki atau
tangan palsu dan sebagainya). Tebal tipisnya pakaian yang
dikenakan karena faktor iklim yang berbeda sehingga memberikan
variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan
spesifikasi pakaian. Kehamilan juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh khususnya
perempuan, hal tersebut memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segementasi seperti ini
(Wignjosoebroto, 2003).

35
5. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Antropometri
Sebagian besar data antropometri dinyatakan dalam bentuk
persentil. Suatu populasi untuk kepentingan studi dibagi dalam
seratus kategori persentase, dimana nilai tersebut akan diurutkan
dari terkecil hingga terbesar pada suatu ukuran tubuh tertentu.
Persentil menunjukkan suatu nilai persentase tertentu dari orang
yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut
(Wignjosoebroto, 2008). Apabila dalam mendesain produk terdapat
variasi untuk ukuran sebenarnya, maka seharusnya dapat
merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu
menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentang tertentu
(Wignjosoebroto, 2008). Oleh karena itu, untuk penetapan
antropometri dapat menerapkan distribusi normal. Dalam statistik,
distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-
rata dan standar deviasi dari data yang ada dan digabungkan
dengan nilai persentil yang telah ada. Dari nilai yang ada tersebut
maka persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel propabilitas
distribusi normal. Persentil yang dimaksudkan di sini adalah suatu
nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang
memiliki ukuran pada/dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th
persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada
pada/dibawah ukuran tersebut. Besar 5-th persentil akan
menunjukan 5% populasi akan berada pada/dibawah ukuran itu.
Dalam antropometri angka 95-th akan menggambarkan ukuran
manusia yang terbesar dan 5-th persentil sebaliknya akan
menunjukkan ukuran terkecil. Jika diharapkan ukuran yang
mamapu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka
diambil rentang 2,5-th dan 97,5-th persentil sebagai batas-
batasnya, seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini.

36
Gambar 12 Probabilitas distribusi normal dengan Data Antropometri 95-th
pensentil
Sumber: Wignjosoebroto, 2003.

Nilai-nilai distribusi persentil yang umum diaplikasikan dalam


perhitungan data antropometri dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel II. 1 Macam persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal

Persentil Perhitungan
1- St Rata-rata X – 2,325 𝜎x
2,5 – th Rata-rata X – 1,96 𝜎x
5 – th Rata-rata X – 1,645 𝜎x
10 – th Rata-rata X – 1,28 𝜎x
50 – th Rata-rata X
90 – th Rata-rata X + 1,28 𝜎x
95 – th Rata-rata X + 1,645 𝜎x
97,5 – th Rata-rata X + 1,96 𝜎x
99 – th Rata-rata X + 2.325 𝜎x
Sumber: Wignjosoebroto, 2003.

Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki-laki


dan perempuan, harga rata-rata (X), standard deviasi (x), serta
persentil tertentu (5-th, 9-th, dan sebagainya).

37
6. Data Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan
Fasilitas Kerja

Adanya berbagai variabel sangatlah penting untuk memilih data


yang tepat bagi perancangan suatu ruang atau perabot agar sesuai
dengan pemakainya. Oleh karena itu, populasi calon pemakai hasil
perancangan harus terlebih dahulu didefinisikan dengan tepat, yaitu
meliputi beberapa faktor seperti: umur, jenis kelamin, pekerjaan dan
etnis (Panero, 1979).
Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar
dan sebagainya) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan
lainnya. Antropometri secara luas digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam interaksi manusia.
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain (Wignjosoebroto, 2003):
a. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil dan lain-
lain)
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment,
perkakas (tools) dan sebagainya
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi,
meja, komputer dan lain-lain
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan
dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang
sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau
menggunakan produk tersebut. Penerapan data antropometri ini
dapat dilakukan jika terdapat nilai mean (rata-rata) dan SD (standar
deviasi) dari suatu distribusi normal.
Distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata)
dan SD (standar deviasi), sedangkan persentil adalah suatu nilai
yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok

38
orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai
tersebut.
Mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan
dalam lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada
pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di
lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan
berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif
bagi manusia tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek
(short term) maupun jangka panjang (long term).

7. Data Antropometri Dapur

Gambar 13 Pusat daerah kompor


Sumber: Panero, 2003

Gambar diatas menunjukkan jarak bersih kompor. Jarak bersih


minimal antar perabot sebesar 48 inchi atau 121,9 cm. Jarak bersih
zona kerja oven sebesar 40 inci atau 101,6 cm dapat
mengakomodasikan proyeksi pintu oven, selain dari dimensi lebar
tubuh maksimal pemakai.

39
Hal yang sangat penting sebagai pertimbangan antropometri
dalam suatu perancangan dapur, namun seringkali justru diabaikan,
adalah tinggi mata. Sehubungan dengan hal ini, jarak dari
permukaan atas kompor hingga sisi bawah alat penghisap asap
harus memungkinkan bagian belakang sumbu pembakar terlihat
oleh pemakai.

Gambar 14 Sirkulasi daerah kompor


Sumber: Panero,2003

C. Rumah Sederhana
Pengertian rumah sederhana sehat (RSH) mengacu pada
Keputusan Menteri Keuangan No. 393/KMK.04/1996 beserta
perubahan-perubahannya. Keputusan Menteri itu ditetapkan untuk

40
menentukan kriteria rumah yang mendapat fasilitas subsidi bunga dan
uang muka dari pemerintah. Dalam Kepmenkeu tersebut, yang
dimaksud dengan Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah rumah
tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 36 m2
yang dibangun diatas tanah kapeling tidak lebih dari 54 m2. Sedangkan
Rumah Sederhana (RS) adalah rumah tidak susun dengan luas lantai
bangunan tidak lebih dari 70 m2 yang dibangun diatas tanah dengan
luas kaveling dari 54 m2 sampai dengan 200 m2 dan sepanjang nilai
penjualan untuk kedua tipe rumah tersebut tidak lebih dari Rp.
30.000.000,- Batas atas nilai jual RS ini kemudian dinaikkan oleh
pemerintah sesuai dengan tingkat perkembangan harga-harga.
Penentuan harga jual RS ini terkait dengan anggaran pemerintah yang
perlu disediakan sebagai subsidi bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Penerima subsidi adalah warga masyarakat yang
berpenghasilan kurang dari Rp. 2 juta per bulan.
Dengan SK Menkimpraswil No 24/2003 tentang Pengadaan
Perumahan dan Pemukiman dengan dukungan fasilitas subsidi
perumahan, sebutan rumah sederhana dan rumah sangat sederhana
diganti menjadi rumah sederhana sehat (RSH). Kualitas RSH dan
pemukimannya bervariasi. Namun rata-rata, setiap unit RSH dilengkapi
dengan listrik 450 Watt, sumber air bersih, dan jamban. Pemukiman
RSH dilengkapi dengan jalan, saluran pembuangan, tempat sampah,
dan sebagainya. Sebagian RSH ada yang berlantai keramik,
berdinding bata merah atau tanpa diplester. Pada umumnya RSH yang
ada di pasaran terdiri dari berbagai tipe, seperti tipe 21, 27, 30, 36, 39,
45, dan 57. Luas tanah yang ditawarkan juga bervariasi, mulai dari 55
m2, 60 m2, 72 m2, hingga 105 m2.
Ciri-ciri dari rumah sederhana ditinjau dari aspek lokasi, lingkungan,
pengaturan ruang, taman, dapur, kamar mandi, bahan bangunan,
desain dan modifikasinya (Nirwono Joga, 2005):

41
1. Lokasi
Keputusan membeli atau membangun sebuah rumah setidaknya
harus mempertimbangkan faktor lokasi rumah yang strategis,
kemudahan aksesibilitas dan transportasi umum dari dan ke tempat
tujuan rutin (kantor, sekolah, pasar). Suasana teduh dengan pohon
rindang, bentuk topografi alam, tersedia taman lingkungan dan
lapangan olahraga dengan desain menarik. Ketersediaan dan
kualitas air minum, air diperoleh dari PAM, pompa tangan atau
pompa mesin. Pengelolaan dan pengangkutan sampah dikelolah
sendiri atau disediakan penampungan sementara.
2. Lingkungan
Rumah sederhana sehat sangat ditentukan oleh sanitasi
lingkungan yang sehat pula. Ketinggian saluran harus cukup, punya
bidang rembesan cukup luas terhadap luas lahan bangunan, serta
dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah. Septic tank yang
dipasang di setiap rumah dengan jarak dekat (kurang dari 10-12
meter) dengan sumber air (pompa tangan atau pompa air) dapat
mencemari air tanah dalam jangka waktu lama. Untuk itu perlu
diusulkan pembuatan septic tank kolektif dan sumur resapan air di
taman-taman lingkungan. Lebih efektif dan efisien, serta lebih sehat
lingkungan.
3. Pengaturan Ruang
Denah ruang terbuka, meminimalkan dinding pembatas (ruang
terasa lapang), dan penggabungan multifungsi ruang. Sirkulasi
antar ruang menyatu dengan aktivitas orang di dalamnya. Ruang
berkesan lebih hangat dan akrab. Perluasan ruang imajiner
dilakukan dengan membuat pintu dan jendela kaca lebar dan
panjang hingga menyentuh lantai, serta dilengkapi dengan lubang
angin. Pada bagian atap dapat disediakan skylight dari genteng
atau lembaran fiberglass. Bukaan ini membuat setiap ruang

42
mendapatkan cahaya alami secara merata (ruang tidak pengap)
dan sirkulasi udara segar lebih banyak, serta hemat listrik.
4. Taman
Taman dan teras depan serta teras belakang (jika ada)
dioptimalkan. Teras depan dan carport dijadikan ruang tamu formal,
tempat bermain anak-anak, dan parkir kendaraan.
5. Dapur
Dapur adalah ruang serba praktis. Dapur juga dapat disatukan
dengan teras belakang sebagai ruang makan terbuka, ruang
keluarga, dan ruang belajar anak, dengan pengaturan waktu
berbeda.
6. Kamar Mandi
Kamar mandi memerlukan penanganan khusus, seperti utilitas
sanitasi, penggunaan perabotan, pemilihan bahan, hingga tema
warna yang dipakai. Peranti utama kamar mandi meliputi kloset
jongkok, bak mandi atau shower. Bahan lantai dari keramik atau
teraso bertekstur kasar agar tidak terpeleset dan berukuran kecil
untuk memperluas kesan ruang. Kamar mandi bernuansa alam
dengan desain semi terbuka, bak mandi dari gentong, gayung
batok kelapa, dan lantai koral lepas, lubang angin dipasangi glass
block (cahaya), dan tirai bambu juga dapat membuat rumah lebih
artistik. Keterbatasan luas ruang kamar mandi mungil dapat dibuat
kamar mandi kering yang menggunakan shower box tirai plastik.
Kesan ruang akan lebih lega dengan permainan gradasi warna
gelap (lantai), sedangkan perabot sanitair dan dinding terang
(plafon). Plafon harus tinggi (lega). Skylight membantu memasok
cahaya alami dan kesegaran udara.
7. Bahan Bangunan
Bahan bangunan harus kokoh dan tahan lama serta sehat (tidak
menyebabkan penyakit). Atap asbes masih tidak direkomendasikan
oleh para arsitek karena dianggap kurang sehat. Efisiensi dan

43
optimalisasi bahan sangat diperhatikan. Dinding polos (acian atau
semen kaprot) atau ekspos bahan (bata, batako) merupakan pilihan
yang lumrah asalkan dalam pengerjaannya harus rapi. Pemilihan
warna-warna netral atau cenderung cerah (putih dan kombinasinya)
agar ruang tetap terasa lapang dan lega, hindari warna-warna
gelap yang menekan emosional penghuni.
Kusen, pintu, dan jendela tetap memakai bahan kayu. Namun
demikian, kayu yang dipakai harus tahan lama, tidak mudah
dimakan rayap, atau keropos terkena cuaca. Luas lahan yang relatif
sempit membuat penghuni tidak memerlukan pagar masif, luas
lahan terasa sempit, selain itu biayanya relatif mahal. Sebaliknya
pagar dari tanaman hidup dapat memberikan kesegaran tersendiri
dan produktif.
8. Desain
Desain sederhana, mudah pemeliharaan, dan perbaikan. Dengan
desain yang kreatif, berbiaya murah, cepat, dan ramah lingkungan,
RSH dapat tampil menawan bersaing dengan gaya rumah lainnya,
dan akan tetap menjadi pilihan sebagian besar masyarakat umum.
9. Modifikasi
Rumah sederhana sebaiknya disiapkan menjadi rumah tumbuh
yang memberikan kesempatan kepada penghuni untuk
mengembangkan rumah tanpa perlu membongkar rumah, sesuai
penambahan anggota keluarga atau sesuai kebutuhan ruang.
Pembangunan Rumah sederhana bertingkat dengan
memungkinkan pengembangan lantai ke atas, tanpa perlu
membongkar atap dan dinding, cukup menambahkan dak dari kayu
sehingga lebih hemat dan efisien.

D. Dapur Rumah Sederhana

Meskipun bukan ruangan utama yang dilihat oleh banyak orang,


tetapi dapur tetaplah bagian dari rumah yang harus terlihat nyaman.

44
Dapur pada rumah sederhana biasanya letaknya berada di bagian
belakang rumah, bahkan seringkali terletak diteras belakang rumah
sehingga dapur tidak berada dalam ruangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dari dapur diantaranya
penggunaan lantai, pemilihan warna, dan pencahayaan. Lantai dapur
sebaiknya menggunakan keramik bertekstur dan gelap. Biasanya
kotoran saat masak memang kerap mengotori lantai dapur sehingga
sudutnya berubah warna atau ada kotoran yang menempel. Untuk
bagian lantai atas yang digunakan untuk memasak tentu saja bebas
asalkan tidak memilih warna putih.
Untuk pemilihan warna dapur sebaiknya hindari warna krem, putih
atau kuning yang merupakan warna cerah dan mudah sekali terlihat
kotor.
Selain lantai dan warna pada dapur, pencahayaan juga merupakan
faktor utama yang harus diperhatikan dalam menempatkan sebuah
dapur. Pencahayaan yang baik membuat dapur terasa nyaman dan
tidak sumpek. Pencahayaan dapur pada rumah sederhana umumnya
baik jika dapur tersebut terletak di teras belakang. Namun, jika rumah
telah mengalami renovasi dengan menutupi semua area teras maka
dapat dipastikan dapur tidak mendapatkan pencahayaan yang baik.

45
1. Contoh Rumah Sederhana Tipe 36

Gambar 15 Denah Rumah Tipe 36


Sumber: Peneliti, 2016

Pada rumah tipe 36 ini dapur rumah terletak di teras belakang


sehingga dapat memperoleh pencahayaan dan penghawaan yang
baik. Namun, jika dapur terletak di teras belakang akan sulit untuk
dijangkau oleh pemilik rumah karena untuk menuju ke dapur harus
melewati pintu belakang.

Gambar 16 Denah dapur rumah tipe 36


Sumber: Peneliti, 2016

Dapur pada rumah tipe 36 ini tidak menyediakan meja untuk zona
meracik dan memasak yang tersedia hanya bak cuci. Sehingga untuk
memasak dan meracik menggunakan meja yang tidak bersifat
permanen.

46
Gambar 17 Potongan
Sumber: Peneliti, 2016

Ukuran dapur pada rumah tipe 36 ini sangat terbatas. Lebar sink 60
cm dan tinggi 78 cm dari permukaan lantai sehingga memungkinkan
pengguna membungkuk saat bekerja.

Gambar 18 perspektif dapur rumah tipe 36


Sumber: Peneliti, 2016

47
2. Contoh Rumah Sederhana Tipe 45

Gambar 19 Denah rumah sderhana tipe 45


Sumber: Peneliti, 2016

Pada rumah tipe 36 ini dapur rumah terletak bagian belakang dan
terletak di samping jendela belakang sehingga dapat memperoleh
pencahayaan dan penghawaan yang baik.

Gambar 20 Denah dapur rumah sederhana tipe 45


Sumber: Peneliti, 2016

48
Dapur pada rumah tipe 36 ini tidak menyediakan meja untuk zona
meracik, yang tersedia hanya bak cuci dan area memasak. Sehingga,
untuk meracik menggunakan meja yang tidak bersifat permanen.

Gambar 21 Potongan rumah tipe 45


Sumber: Peneliti, 2016

Gambar 22 Perspektif dapur rumah tipe 45


Sumber: Peneliti, 2016

49
Ukuran dapur pada rumah tipe 45 ini sangat terbatas. Lebar meja
70 cm dan tinggi 80 cm dari permukaan lantai sehingga
memungkinkan pengguna membungkuk saat bekerja. Meja memasak
pada dapur ini rata dengan sink sehingga jika ditambah dengan tinggi
kompor sekitar 15 cm maka ketinggiannya adalah 95 cm dari
permukaan lantai.

E. Tinjauan Dapur secara Umum

1. Pengertian Dapur
Dapur secara harfiah berarti suatu tempat, biasanya di dalam
rumah, di mana seseorang melakukan suatu aktivitas mengolah
dan menyediakan bahan makanan atau pangan. Aktivitas seperti
ini dinamakan dengan kegiatan memasak. Di sisi lain, kata dapur
juga dapat mengacu pada aktivitas memasak maupun hasil
daripada aktivitas ini.
Dapur memiliki peran yang penting sebagai tempat dimana
makanan dibersihkan, dicampur, diolah sebelum makanan
disajikan. Dapur merupakan tempat kerja yang primer dan
digunakan dalam jangka panjang sehingga perancangan dapur
menjadi hal yang penting (Baiche dan Walliman eds., 1998). Maka
dari itu, dapur harus didesain secara efisien dan fungsional
sehingga mudah untuk dikelolah serta menghindari kecelakaan
atau masalah kesehatan akibat kelalaian kerja.

2. Aktivitas di Dapur
Pengertian dapur boleh saja berubah seiring berjalannya waktu
serta kemajuan teknologi, namun pada hakikatnya ada tiga fungsi
kegiatan utama dalam dapur, yaitu kegiatan mempersiapkan dan
membersihkan, meracik serta memasak. Dalam dunia desain,
ketiga kegiatan tersebut dikenal sebagai konsep “segitiga kerja”
atau the work triangle dan dibagi ke dalam tiga zona besar yang
kemudian dijadikan acuan dalam membuat standar dapur secara

50
umum.

Gambar 23 Pembagian zona kerja di area dapur


Sumber : Menata Dapur Minimalis (2010)

a. Mempersiapkan dan Membersihkan


Mempersiapkan bahan dan membersihkan bahan
makanan adalah awal semua aktivitas kerja di dapur
(memasak). Berbagai aktivitas yang merupakan awal
kegiatan memasak dilakukan di area ini, mulai dari aktivitas
mempersiapkan bahan-bahan masakan dari lemari
penyimpanan (kulkas) hingga kegiatan membersihkan
peralatan dan perlengkapan memasak sampai kegiatan
membersihkan sayur-mayur maupun bahan masakan
lainnya.
Jika dapur memiliki ruang yang cukup luas, ada baiknya
zona mempersiapkan dan membersihkan diletakkan pada
island. Model dapur ini memungkinkan berbagai aktivitas
persiapan dapat dilakukan di area tersendiri sehingga lebih
leluasa dalam pengerjaannya.

51
Adapun fasilitas yang biasanya dapat dijumpai
meliputi sink (tempat cuci piring), tempat untuk piring kotor,
kran, tempat sabun, dan tempat piring, sendok dan gelas
untuk kebutuhan rutin. Selain itu, fasilitas yang hendaknya
berdekatan dengan kegiatan bersih-bersih adalah kulkas
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan.
b. Meracik Bahan
Aktivitas selanjutnya setelah mempersiapkan adalah
meracik bahan-bahan masakan di area meracik (mixing
zone) yang nantinya masuk ke proses memasak. Kegiatan
lain yang biasa dilakukan adalah mengupas, memotong,
mengiris, dan mencampur bahan-bahan sehingga area ini
harus ditata dengan baik dan cukup dekat dengan alat
masak yang paling sering dibutuhkan seperti pisau, talenan,
mangkuk, dan sebagainya. Pastikan pula di area ini tersedia
lahan yang cukup luas untuk mengakomodasi semua bahan
makanan yang hendak diracik.
c. Memasak
Terakhir dan yang paling utama adalah memasak
dilakukan di cooking zone atau area memasak. Area ini
adalah area yang paling panas yang dilengkapi dengan
kompor serta tempat sementara untuk makanan panas.
Fasilitas lain yang seharusnya ada yaitu kabinet untuk
meletakkan bumbu, panci, dan penggorengan yang letaknya
tidak jauh dari kompor. Selain itu, sebaiknya diletakkan pula
microwave dan oven yang dimiliki di area ini.

3. Konsep Segitiga Dapur


Sebuah dapur yang ideal selalu berada pada layout konsep
'segitiga' atau triangle concept. dan selalu memiliki pola pergerakan
ke arah kanan atau kiri pengguna dan melingkar terus (biasanya
digunakan pola pergerakan ke arah kanan, kecuali untuk beberapa

52
kasus kebiasaan yang dapat menjadi pengecualian).
Konsep segitiga memungkinkan bagi pengguna dapur untuk
bergerak dinamis di dalam dapur, juga memungkinkan
mendapatkan segala keperluann dalam jangkauan tangan dan kaki
yang cepat, sehingga tidak mengakibatkan masakan menjadi
gosong atau tumpah dan sebagainya. Penerapan konsep segitiga
juga berguna agar tidak terjadi cross circulation (tabrakan sirkulasi)
antara dua orang yang bekerja pada satu dapur. Selain itu, konsep
segitiga juga memberikan solusi mengenai peletakan kompor dan
sink yang ideal tanpa harus membuat pusing.
Konsep segitiga atau triangle concept pertama kali
dikembangkan tahun 1940 di University of Illinois School of
Architecture. Konsep segitiga kemudian dijadikan dasar bagi
arsitek dan desainer interior dalam merancang dapur.
Konsep segitiga merupakan konsep pergerakan flow pekerjaan
di dapur yang sekaligus membagi area dapur menjadi tiga area
utama yang terletak pada sudut-sudut segitiga, karenanya disebut
konsep segitiga. Area tersebut adalah storage-cleaning-cooking.

Gambar 24 Konsep segitiga pada dapur


Sumber: Peneliti, 2016

Area Storage biasa direpresentasikan dengan


refrigerator, Area cleaning direpresentasikan dengan sink, dan
area cooking direpresentasikan dengan stove. Pada kenyataannya,

53
storage-cleaning-cooking lebih tepat diaplikasikan sebagai area,
yakni storage area dengan fungsi penyimpanan yang dapat berupa
kulkas untuk makanan basah dan kabinet untuk makanan kering,
dan penyimpanan alat-alat makan dan memasak.
Area Cleaning merupakan area dengan fungsi pencucian, baik
pencucian bahan makanan maupun pencucian alat-alat bekas
masak dan makan. Sedangkan area cooking merupakan area
dengan fungsi memasak makanan. dapat terdiri dari kompor,
microwave, oven, atau alat memasak lainnya.
Pergerakan storage-cleaning-cooking ini urutannya tidak boleh
diganti dan harus terus membentuk lingkaran agar alur pergerakan
pada dapur tidak bertabrakan. Storage-cleaning-cooking-cleaning-
storage-cleaning-cooking begitu seterusnya. Seperti terlihat pada
gambar berikut:

Gambar 25 Segitiga kerja


Sumber : http://dapurarsitek.blogspot.com/2012_02_01_archive.html (diakses
tanggal 17 november 2015)

Pada perkembangannya, beberapa desainer kitchen kemudian


menambahkan dua poin lagi pada alur konsep 'segitiga' yakni
storage – preparation (cleaning) – cooking - cooking stuff cleaning -

54
serving (storage) untuk memudahkan pembagian area pada dapur
berukuran besar.
Untuk menghasilkan sebuah dapur yang nyaman, ada beberapa
hal yang harus dipenuhi yaitu (Pribadi, 2012) :
a. Jarak masing-masing di antara ketiga komponen diatas
adalah antara 4-9 feet (100-228 cm)
b. Total jarak ketiga komponen dalam pola segitiga tersebut
maksimal adalah 12-26 feet (305-660 cm).
c. Pola segitiga gerak tersebut tidak terganggu di jalur sirkulasi
ruangan.
Bila terlalu dekat dari jarak diatas, maka dapur akan terasa
sempit, sementara bila terlalu jauh akan menimbulkan kelelahan
bagi pengguna dapur.

4. Elemen Dapur

Dapur memiliki beberapa elemen penting diantaranya (Pribadi,


2012):
a. Lower Unit
Lower unit biasanya berupa meja dapur. Ketinggian
bidang kerja yang nyaman adalah sekitar 20 cm dibawah
lengan/siku, untuk ukuran orang indonesia kira-kira 70-80cm.
Untuk itu, apabila akan menggunakan kompor yang
diletakkan diatas meja, sebaiknya meja dapur pada bagian
tersebut lebih rendah sekitar 15 cm. Meja dapur umumnya
menggunakan material beton. menggunakan pembesian
diameter 8 – 10 mm, untuk membuat cor meja dapur beton
dengan ketebalan 8-10 cm. Lebar meja dapur sendiri
biasanya sekitar 60 cm. Karena tebal cor-coran cukup tipis,
maka sebaiknya menggunakan semen dengan kualitas yang
baik, serta campuran pasir dan air yang tepat dalam
pengecoran meja dapur untuk menghasilkan meja dapur

55
yang kuat menopang beban-beban alat-alat yang nanti akan
berada diatas meja dapur.
Bagian atas meja dapur harus dilapisi dengan material
yang kuat, tahan gores, tahan panas, dan sekaligus mudah
dibersihkan. Secara estetis, granit alam mungkin pilihan
yang terbaik. Tetapi granit alam mempunyai pori-pori yang
cukup besar sehingga akan sangat mudah meresapkan
berbagai bahan masakan yang tertumpah dan akan
menimbulkan noda yang sangat sulit untuk dihilangkan.
Untuk itu, penggunaan granit alam harus disertai dengan
filler dan coating sebagai finishing.
Dibawah meja dapur, biasanya digunakan sebagai
tempat penyimpanan berbagai perkakas yang sering
dipergunakan, misalnya panci, piring , sendok, garpu, dan
berbagai peralatan memasak lainnya. Sebagai penutup
bagian bawah meja dapur yang terbuka.
b. Upper Unit
Upper unit biasanya berupa rak penyimpanan perkakas
yang relatif jarang dipakai. Unit atas biasanya mempunyai
tinggi 70 cm dan lebar 35 cm, dengan jarak 50-60 cm diatas
meja dapur. Sebagai material upper unit yang paling banyak
dipergunakan adalah multipleks dengan berbagai finishing
seperti halnya dengan rak dibawah meja dapur. Desain pintu
penutup rak yang mempunyai kaca lebih menguntungkan
karena kita dapat melihat perkakas apa saja yang ada di
dalam rak tanpa harus membuka pintunya.

5. Bentuk Layout Dapur


Dewasa ini, desain ruang dapur sudah berkembang sedemikian
rupa. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya manusia,
kreatifitas para desainer interior khususnya dapur semakin diuji.

56
Membuat dapur yang nyaman, sehat, dan fungsional syarat mutlak
dalam desain dapur. Namun, meletakkan desain tersebut pada
ruang-ruang dapur pada tiap-tiap rumah yang pasti berbeda adalah
tantangan yang harus ditaklukkan oleh desainer, sehingga akan
terjadi banyak inovasi dalam setiap desain yang pada dasarnya
hanya berawal dari beberapa desain layout.
Desain layout ruang dapur sampai saat ini dapat dibagi menjadi
6 desain dasar, yaitu: dapur model G (G-shape), dapur dengan
model I (single line), Double Line (Galley Kitchen) dapur dengan
model L (L-shape), dapur model U (U-shape) dan dapur model
pulau (Island). Dari keenam tipe dapur tersebut yang kebanyakan
terdapat pada rumah sederhana adalah dapur tipe layout I (I-line)
dan L (L-shape).
a. Single Line (I-Line)
Dapur dengan model I (single line) adalah bentuk dapur
yang paling sederhana, hanya berupa susunan kabinet
memanjang yang menampung seluruh fungsi dapur pada
satu garis lurus. keuntungan model ini amat menghemat
tempat. Dapur dapat digabungkan dengan ruangan lain
seperti ruang makan atau ruang keluarga. Minimal
membutuhkan tempat sekitar 3-4 m panjang dinding.
Namun yang perlu diperhatikan pada desain ini adalah
penempatan kompor dan sink, karena salah peletakan dapat
mengakibatkan tidak praktisnya kegiatan di dapur.
Disamping itu, salah peletakan kompor dapat
mengakibatkan polusi udara di dalam rumah apabila dapur
bergabung dengan ruangan lain. Keuntungannya tentu saja
aroma makanan mudah menyebar sehingga membangkitkan
selera penghuni rumah. Dapur tipe ini sangat cocok untuk
apartemen tipe studio.

57
Gambar 26 Dapur single line
Sumber: Peneliti, 2016

b. L-Shape (Letter L)
Dapur bentuk L (L-shape) adalah bentuk dapur yang
paling awal dikenal. Rata-rata dapur rumah tinggal zaman
dahulu menggunakan basic desain model ini. Namun seiring
berjalannya waktu, dapur model ini mulai ditinggalkan dan
tergantikan oleh bentuk dapur double line dan dapur dengan
Island. Kelemahan utama yang membuat desainer dapur
modern jarang menyarankan bentuk seperti ini adalah
terbentuknya ruang mati pada sudut L, sebaiknya ruang
tersebut digunakan untuk area penyimpanan. Namun, masih
banyak masyarakat yang terpesona oleh dapur dengan
model L seperti ini, padahal disamping terbentuk ruang mati
pada sudut L, juga terdapat beberapa kelemahan yang
sangat tidak menguntungkan pengguna dapur seperti:
beban yang terlalu berat bagi kabinet sudut sehingga
mengakibatkan kabinet lebih cepat rusak. Dari segi biaya
pembuatan, biaya pembuatan kabinet sudut hampir dua kali
lipat biaya pembuatan kabinet biasa sehingga otomatis
biaya pembuatan dapur akan lebih mahal.

58
Gambar 27 Dapur tipe L
Sumber: Peneliti, 2016

6. Standar Umum Dapur


Tidak seperti ruangan-ruangan lain di dalam rumah tinggal,
dapur memiliki kompleksitas yang lebih, sehingga dalam
perancangannya perlu memperhatikan berbagai standar yang telah
ditetapkan. Standar-standar tersebut dibuat untuk memudahkan
pengguna, dan memberikan kenyamanan serta keamanan dalam
melakukan berbagai kegiatan di dapur.
Standar tersebut antara lain mencakup pembagian area kerja
dan penyediaan fasilitas pendukung aktivitas dalam dapur antara
lain:
a) Area persiapan memasak,
b) Area memasak,
c) Area mencuci/membersihkan,
d) Fasilitas penyimpanan kering,
e) Fasilitas penyimpanan basah atau lemari pendingin,
f) Fasilitas penanganan sampah dapur

59
7. Standar Ukuran Dapur
Ukuran dapur tidak dapat ditentukan secara global, namun
harus didasarkan pada besar area yang diperlukan untuk
mengakomodasi berbagai kegiatan di dalamnya. Hal terpenting
dalam menentukan ukuran minimal sebuah dapur yaitu dengan
mempertimbangkan beberapa faktor seperti pintu, akses ke dalam
dapur dan area sekitarnya, jarak dan pembagian bidang kerja,
sirkulasi antar bidang kerja, serta fasilitas penyimpanan.
a. Akses Masuk dan Masalah Pintu
Akses menuju dapur tidak harus berbentuk pintu dengan
daun pintu berbentuk pivot yang membuka 90º, namun harus
memiliki lebar minimal 80 cm. Lebar pintu yang
direkomendasikan adalah sekitar 85 cm agar mampu
menampung pergerakan pengguna dapur dengan berbagai
kelengkapan yang dibawahnya.

Gambar 28 Standar lebar pintu yang mendukung pergerakan penggunanya


Sumber: National Kitchen and Bath Association

Bila lebar bidang kerja yang berada tepat di samping pintu


mencapai 60 cm, maka lebar pintu minimal ditingkatkan menjadi
90 cm. Selain itu, gerakan daun pintu jangan sampai
menghalangi bidang kerja atau bertabrakan dengan pergerakan
perlengkapan dapur, misalnya pintu lemari es atau oven. Posisi
pintu dari kelengkapan dapur lainnya jangan sampai saling

60
bertabrakan ketika dibuka. Misalnya pintu lemari es atau oven.

Gambar 29 Posisi pintu dan kelengkapan dapur lainnya yang saling bertabrakan
Sumber: National Kitchen and Bath Association

b. Jarak Bidang Kerja


Sebutan bidang kerja ditujukan untuk area tempat aktivitas
dalam dapur dilakukan, persiapan memasak, proses memasak,
hingga mencuci peralatan dapur. Bidang kerja tersebut dibagi
berdasarkan tiga kegiatan utama, yaitu area memasak, area
mencuci atau persiapan memasak, dan lemari penyimpanan.
Tiga area tersebut membentuk segitiga kerja dengan
standar ukuran jarak total (keliling) segitiga tersebut disarankan
tidak melebihi 8 m dengan panjang kaki segitiga masing-masing
tidak kurang dari 1,2 m dan tidak lebih dari 2,7 m.

Gambar 30 Standar segitiga area kerja utama dapur


Sumber: Peneliti, 2016

61
8. Standar Ergonomi Perabot Dapur
Standar kenyamanan pergerakan manusia pada umumnya
didasarkan pada ukuran tubuh manusia pada umumnya yang
berkisar antara 1,6 -1,8 m dan lebar 40-60 cm. Untuk ukuran yang
lebih besar atau lebih kecil akan terdapat beberapa penyesuaian.
Ukuran tinggi counter top (meja dapur) dari lantai adalah 80-90 cm
tergantung jenis kompor dan ukuran tinggi badan pengguna.

Gambar 31 Standar ukuran tinggi


counter
Sumber: Datatop
Arsitek I

Ukuran lebar meja dapur maksimal 60 cm. Ukuran ini


sesuai untuk kenyamanan tangan pengguna untuk dapat
menjangkau ujung meja yang langsung berbatasan dengan
dinding, dan masih memiliki ruang yang cukup bebas untuk
berkegiatan diatas meja.

62
Gambar 32 Standar ukuran lebar meja konter
Sumber: Architect Data I

Ukuran kedalaman lemari kabinet atas 30-40 cm. Ini


berdasarkan pada kenyamanan saat bekerja di meja dapur agar
kepala pengguna tidak terbentur kabinet atas.

Gambar 33 Standar kedalaman kabinet atas


Sumber: Architect Data I

Jarak antara counter top (meja dapur) dan batas bawah kabinet
atas 50-65 cm disesuaikan dengan tinggi badan pengguna. Agar
pengguna tidak kesusahan dalam mengambil bahan yang disimpan
di kabinet atas. Tinggi maksimal kabinet atas 2 m disesuaikan
dengan kebutuhan dapur dan tinggi badan pengguna.

63
Gambar 34 Standar jarak antara counter dan kabinet atas
Sumber: Architect Data I
Pada dapur double line, jarak antar kabinet bawah minimal 120
cm untuk kenyamanan pekerjaan di kabinet bawah seperti oven
bawah, dan lain-lain. Namun, untuk bekerja bersama 2 orang pada
dapur double line jarak minimal 150-160 cm, disesuaikan dengan
ukuran ruang.

Gambar 35 Standar jarak antar kabinet bawah


Sumber: Architect Data I
Tinggi meja bar dengan penggunaan barstool 100-110 cm.

64
Gambar 36 Standar tinggi meja bar dengan barstool
Sumber: Architect Data I

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan penelitian-penelitian terdahulu
sebagai acuan dari segi metode ataupun teori pendukung lainnya.
Penelitian terkait merupakan kumpulan dari hasil-hasil penelitian dari
peneliti sebelumnya dalam kaitannya dengan topik yang akan diteliti.
Di Indonesia ada beberapa penelitian yang memfokuskan aspek
ergonomis, antropometri, dan dapur yang telah dilakukan beberapa
oleh peneliti.
Dibawah ini akan dirincikan penelitian ergonomi dapur rumah
tinggal sederhana ditinjau dari aspek antropometri berikut:
Nama : Ni’mah Natsir
Tahun : 2016
Judul : Studi Ergonomi dapur rumah tinggal sederhana
ditinjau dari aspek antropometri
Fokus : Penataan dan ukuran perabot pada dapur rumah tinggal
sederhana serta kesesuaian penataan dan ukuran
perabot pada dapur rumah tinggal sederhana dengan
antropometri pengguna dapur
Kasus : Perumnas Antang Kota Makassar
Metode: kuantitatif deskriptif

65
Tabel 1 Penelitian terdahulu

NO. PENELITI JUDUL PENELITIAN FOKUS/ HASIL KETERKAIATAN METODE


PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN
1. Aik Soerwano Dapur Ergonomis Sikap paksa yang terjadi Ergonomi dapur Pra ekperimental.
Rumah Tinggal Bagi akibat penggunaan dapur rumah tinggal Memakai
Penghuninya yang tidak ergonomis bagi rancangan dengan
penghuni subyek yang
sama.
2. Baroto Tavip I, Ellya Studi Desain Dapur Permasalahan Aspek ergonomi Metode kuantitatif
Zulaikha, dan Eko Ergonomis Untuk keterbatasan proses dapur. dan kualitatif
Nurmianto Hunian Kecil interaksi dalam desain Pedoman desain
Menggunakan dapur yang sudah ada dapur rumah
Konsep Interaksi sekarang, serta beberapa tinggal
Keluarga. aspek ergonomi seperti
aspek kesehatan,
kenyamanan, keamanan
dan efisiensi. Serta
pedoman desain dapur

66
rumah tinggal.
3. Polniwati Salim Intervensi Ergonomi Intervensi ergonomi Ergonomi dapur Metode kualitatif
Terhadap Kenyaman berupa perbaikan sikap dan antropometri dengan
Bekerja di Dapur kerja dan perbaikan pendekatan studi
Rumah Tinggal ukuran bidang kerja. kasus
Ergonomi pengguna dalam
menjaga keharmonisan
kondisi kerja.
4. Eko Nurmianto, Peningkatan Area yang menjadi bahan Aspek ergonomis Metode kuantitatif
Naning Aranti Kenyamanan Staf analisis adalah area berupa dan kualitatif
wessiani, Belinda Rumah Sakit melalui persiapan, masak, dan antropometri
aprilia, Lukki Studi Desain Tata pencucian. Aspek
lukitawati, Bayu Letak Dapur yang ergonomis berupa
Siswanto Ergonomis antropometri dan
pencahayaan.

67
G. Kerangka Konsep Penelitian

68
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah maka jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif, dimana pengambilan data berdasarkan hasil survei,
kuisoner dan pengukuran antropometri pengguna dapur rumah
sederhana kemudian dideskripsikan berdasarkan teori dan literatur
yang berkaitan.
Pada penelitian ini berdasarkan pada metode ergonomi yaitu
metode Diagnosis yaitu metode yang dapat dilakukan melalui wawancara
dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya.
Jenis penelitian ini berdasarkan data yang dikumpulkan selama
penelitian yang dianalisis dan kemudian dijelaskan atau dideskripsikan
berdasarkan teori-teori dan literatur yang berhubungan.

B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Objek penelitian juga
merupakan situasi sosial penelitian yang ingin diketahui. Adapun objek
dalam penelitian ini terbagi atas 2 objek, yaitu objek 1 ibu rumah
tangga dan anak perempuan yang merupakan penghuni rumah tinggal
sederhana di kompleks Perumnas Antang Makassar diasumsikan
berdasarkan gender yaitu perempuan produktif dengan usia 15 – 65
tahun. Sedangkan Objek ke 2 adalah dapur rumah tinggal sederhana
di kompleks Perumnas Antang Makassar berupa peralatan dapur
seperti meja kerja dapur, bak cuci dan lemari penyimpanan.
Dalam menentukan objek ke 2 dalam penelitian ini diambil dari
jumlah persebaran rumahtangga dan rata-rata anggota rumahtangga

69
setiap Kecamatan di Kota Makassar menurut data Makassar dalam
angka. Data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2 Jumlah rumahtangga dan rata-rata anggota rumahtangga
menurut kecamatan di kota Makassar

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar (2014)

Dari data tersebut diatas, dapat dilihat bahwa ada beberapa


Kecamatan yang memiliki jumah rumahtangga dan rata-rata
rumahtangga dengan kepadatan tinggi diantaranya Kecamatan Ujung
Tanah, Bontoala, Wajo, Ujung Pandang, Tallo dan Manggala.
Selanjutnya, untuk mendapatkan objek penelitian berdasarkan data
tersebut di korelasikan dengan data persebaran perumahan di kota
Makassar.

70
Tabel 3 Persebaran perumahan berdasarkan Kecamatan Kota Makassar

No Kecamatan Jumlah

1. Tamalate 28

2. Rappocini 11

3. Ujung Tanah 1

4. Bontoala 1

5. Tallo 2

6. Panakkukang 15

7. Manggala 33

8. Biringkanaya 27

9. Tamalanrea 13

Sumber : Direktorat Pengembangan Permukiman

Dari data tersebut diatas, dapat dilihat bahwa persebaran


perumahan terbesar ada di Kecamatan Manggala. Sehingga dalam
penelitian ini Kecamatan Manggala dipilih sebagai lokasi penelitian.
Adapun secara spesifik lokasi yang diambil untuk memperoleh
beberapa sampel penelitian adalah kompleks Perumahan Antang
yang merupakan salah satu dari perumahan yang dibangun oleh
pemerintah Makassar untuk kelompok masyarakat menengah ke
bawah yang dianggap dapat mewakili Perumnas lain yang ada di
Makassar.

71
Gambar 37 Peta Kota Makassar
Sumber: Seksi Telematika – Kantor PDE Kota Makassar

Gambar 38 Peta objek penelitian


Sumber: Peneliti, 2016

72
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan subjek,
variabel, konsep atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota
populasi untuk mengetahui sifat populasi bersangkutan. Proses
meneliti setiap anggota ini dinamakan sensus (Morissan, 2012).
Populasi dalam penelitian ini ada 2 yaitu populasi objek 1 dan
populasi objek 2. Populasi objek 1 adalah penghuni rumah tinggal
sederhana tipe 36 di Perumnas Antang. Sedangkan populasi
objek 2 adalah dapur rumah tinggal sederhana tipe 36 kompleks
Perumnas Antang Kelurahan Manggala Kecamatan Manggala Kota
Makassar.

Gambar 39 Populasi rumah sederhana tipe 36


Sumber: Perumnas Antang, 2016

73
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan
anggota populasi yang bersifat representatif. Suatu sampel yang
tidak representatif terhadap setiap anggota populasi, berapa pun
ukuran sampel itu, tidak dapat digeneralisasi untuk menjelaskan
sifat populasi di mana sampel itu diambil (Morissan, 2012).
Sampel pada penelitian ini adalah rumah tinggal sederhana tipe
36 yang ada di kompleks Perumnas Antang khususnya di Blok 10
yang merupakan rumah asli dengan dapur yang dibangun oleh
pengembang. Jumlah sampel rumah yang diambil sebanyak 22
rumah dan jumlah sampel pengguna 22 orang sama dengan jumlah
rumah, dalam 1 rumah yang menjadi sampel hanya 1 orang
pengguna dapur yang dominan.
Sampel yang berjumlah 22 rumah terdiri dari 2 tipe yaitu rumah
sederhana tipe Angsana yang dikategorikan sebagai T1 dimana
dapur rumah terletak di dalam rumah dan rumah sederhana tipe
Chrysant dikategorikan T2 dengan dapur yang terletak di teras
belakang rumah. Jumlah rumah sederhana T1 sebanyak 8 rumah
dan rumah sederhana T2 sebanyak 14 rumah. Untuk letak masing-
masing sampel dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

74
Gambar 40 Sampel penelitian
Sumber: Perumnas Antang, 2016

3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan metode pemilihan unit populasi
untuk digunakan sebagai sampel secara representatif mewakili
populasi tersebut.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik non - probability sampling, baik untuk
populasi objek 1 maupun populasi objek 2.

75
Teknik sampling non - Probability Sampling untuk populasi
objek dimana pemilihan sampel dengan cara ini melihat setiap unit
populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk diangkat menjadi
sampel dimana pengambilan sampel didasarkan oleh suatu kriteria
tertentu. Teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam teknik non-
probability sampling. Namun, yang akan digunakan pada
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus
yaitu peneliti membuat kriteria tertentu dalam pengambilan sampel.
Dalam hal ini pertimbangan dalam pemilihan sampel populasi objek
1 dipengaruhi oleh beberapa kriteria yang dapat dilihat pada dtabel
dibawah ini:

Tabel 4 Kriteria pemiilihan sampel populasi objek 2


No. Kriteria Skala
1. Gender Perempuan pengguna dapur yang
dominan
2. Usia Produktif (15-65 tahun)
Sumber: Peneliti, 2016
Sampel objek 1 pada penelitian ini sama dengan jumlah
populasi objek 1 yaitu 22 orang dimana diasumsikan bahwa dalam
1 rumah tipe 36 terdapat 1 perempuan pengguna dapur yang
dominan dan dapat mewakili pengguna dapur yang lainnya.
Sedangkan untuk pengambilan sampel pada populasi objek 2
memiliki kriteria sebagai berikut:

76
Tabel 5 Kriteria pemiilihan sampel populasi objek 2
No. Kriteria Skala
1. Bentuk Fisik -Rumah tipe 36 yang memiliki dapur
Bangunan masih asli dibangun oleh pengembang
(belum direnovasi)
2. Bentuk Fisik Memiliki dapur yang permanen
Dapur
3. Rumah yang Pengguna dapurnya adalah
sudah dihuni perempuan
Sumber: Peneliti, 2016
Berdasarkan kriteria diatas, maka sampel dalam penelitian ini
adalah 22 rumah tinggal sederhana tipe 36, yaitu terdiri dari rumah
tinggal sederhana tipe Angsana sebagai T1 sebanyak 8 rumah
dengan dapur yang berada di dalam rumah dan tipe Chrysant
sebagai T2 sebanyak 14 rumah dengan dapur yang berada di teras
belakang rumah, kedua tipe rumah tersebut memiliki dapur masih
asli dibangun oleh pengembang (belum direnovasi).

D. Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi penekanan pada penelitian ini terdiri dari


variabel objek 1 (pengguna dapur) dan variabel objek 2 (peralatan
dapur). Variabel objek 1 meliputi pengguna yang mencakup kelamin
perempuan usia produktif, dan data antropometri pengguna dapur.
Sedangkan variabel objek 2 meliputi meja kerja (tinggi meja dan luas
bidang meja), bak cuci (tinggi dan luas bak cuci) dan lemari (tinggi
lemari). Adapun variabel bebas meliputi: karakteristik dapur dan
karakteristik pengguna dapur. Sedangkan variabel terikat adalah
kesesuaian antara ergonomi dapur dengan antropometri pengguna.

77
Tabel 6 Variabel Penelitian

Aspek Variablel Sub Variabel Indikator Sub Indikator Parameter


1. Dapur Penataan a. Perabot Jenis Perabot 1. Meja meracik Tinggi meja
Perabot meracik ≤ 70
Asli RS T1 dan
cm, 70 – 80
RS T2 cm, 80-90 cm,
≥90 cm
2. Meja Tinggi meja
memasak memasak ≤
60cm, 60-70
cm, 70 – 80
cm, 80-90 cm,
≥90 cm
3. Bak cuci Tinggi bak
cuci ≤ 70 cm,
70 – 80 cm,
80-90 cm, ≥90
cm
4. Lemari ( Tinggi kabinet
kabinet) ≤ 160, 160 -
180 cm, 180 -
200 cm, ≥200
cm
b. Tipe Layout 1. Tipe I (linear)
c. Zona 1. Meracik Meja persiapan
2. Memasak Meja memasak
3. Mencuci Bak cuci (sink)

78
d. Jarak/ 1. Akses dalam
Sirkulasi dapur
2. Jarak antar
zona
Karakteristik Perempuan Ibu dan Anak Usia 15-65 tahun
Pengguna
Antropometri Tinggi badan
berdiri
Tinggi mata berdiri
Tinggi bahu berdiri
Tinggi siku berdiri
Tinggi pinggang
berdiri
Jangkauan vertikal
berdiri
Jangkauan
horizontal
Panjang lengan
bawah
Tinggi lutut berdiri
Lebar bahu

79
Rentangan tangan
Aktivitas 1. Persiapan Mengambil bahan, Zona persiapan
Pengguna mencuci bahan,
memotong,
mencampur bahan
dll
2. Memasak Memasukkan bahan Zona memasak
ke dalam panci,
memanaskan
kompor, mengaduk
bahan dll
3. Mencuci Membersihkan Zona mencuci
peralatan masak dll

80
E. Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan proses penguraian variabel


penelitian ke dalam sub variabel, indikator dan sub indikator.
Selengkapnya mengenai uraian batasan variabel meliputi:

Tabel 7 Batasan Variabel

NO. Variabel Batasan Variabel


1. Jenis Perabot 1. Meja memasak
2. Meja meracik
3. Bak cuci
4. Lemari penyimpanan
2. Ukuran Perabot 1. Tinggi meja
2. Luas bidang meja
3. Tinggi bak cuci
4. Luas bak cuci
5. Tinggi lemari penyimpanan
3. Layout Dapur 1. Tipe layout I (linear)
2. Sirkulasi
3. Zona
4. Aktivitas Pengguna 1. Memasak
2. Meracik
3. Mencuci
5. Antropometri 1. Tinggi badan berdiri
pengguna 2. Tinggi mata berdiri
3. Tinggi bahu berdiri
4. Tinggi siku berdiri
5. Tinggi pinggang berdiri
6. Jangkauan vertical berdiri
7. Jangkauan horizontal
8. Panjang lengan bawah
9. Tinggi lutut berdiri

81
10. Lebar bahu
11. Rentangan tangan
Sumber: Peneliti, 2016

F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi (Suharismi, 1997:99-100).
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana dapat diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung
(Suharismi, 1997:144).
Data yang diperoleh dari penelitan ini berupa data kuantitatif
dari hasil pengukuran perabot dapur dan antropometri pengguna
dapur rumah tinggal sederhana serta data yang kemudian
dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di dalam dapur dan
ergonomi dapur sehingga dapat menjadi suatu standar dalam
penggunaan dapur pada rumah tinggal sederhana.

2. Sumber Data
Sumber data ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan,
artinya peneliti dalam menentukan objek penelitian berdasarkan
informasi yang diperoleh peneliti dari pengamatan pengukuran di
lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diambil dari saat observasi berupa data hasil
pengukuran perabot dapur, layout dapur dan antropometri.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan
melalui searching di internet mengenai data yang terkait dalam
penelitian ini.

82
G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti


untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Selanjutnya
dijelaskan oleh Sugiyono dalam Dewi (2012) bahwa pengumpulan
data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi,
dan gabungan/triangulasi. Pengumpulan data merupakan pencatatan
peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-keterangan, atau karekteristik-
karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan
menunjang atau mendukung penelitian. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utamanya adalah mendapatkan data guna terlaksananya
sebuah penelitian terkait. Adapun Langkah-langkah pengumpulan data
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pendekatan teoritis
Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan dasar teori
mengenai ergonomi dan antropometri kemudian dikhususkan
pada penjelasan mengenai ergonomi dan antropometri
pengguna dapur di rumah tinggal sederhana.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan ada dua macam, yaitu untuk
mengamati elemen-elemen interior dapur rumah sederhana dan
perilaku pengguna dapur selama berada di dapur.
3. Kuisioner
Kuisioner dalam penelitian ini digunakan kuisioner berstruktur,
dan peneliti telah menyusun daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada responden sebelum membagikan kuisioner
agar memudahkan pengamatan, pembagian kuisioner dilakukan
kepada pengguna dapur rumah tinggal sederhana.
4. Pengukuran Antropometri

83
Pengukuran antropometri pada penelitian ini menggukan alat
ukur meterline untuk mengetahui ukuran tubuh pengguna dapur
rumah tinggal sederhana.

H. Instrumen Penelitan
Dalam penelitian ini, dibutuhkan beberapa instrumen penunjang
untuk mengambil data di lapangan. Berdasarkan pengambilan data
instrumen tersebut antara lain adalah :
1. Data Antropometri, alat yang digunakan adalah :
a. Meterline
Meterline digunakan untuk mengukur antropometri tubuh
pengguna dapur.

Gambar 41 Meterline
Sumber: Internet, diakses pada 27 November 2015
b. Alat tulis
Digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil
pengukuran, sketsa layout eksisting, sketsa suasana,
mencatat hal-hal penting dalam proses pengumpulan data
penelitian.

Gambar 42 Alat tulis


Sumber: Internet, diakses pada 27 November 2015

c. Lembar tabel pengukuran

84
Tabel digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.Tabel
pengukuran ini terdiri atas :
1) Pengukuran dimensi perlatan kerja dapur, yaitu : meja
kerja, bak cuci dan lemari
2) Pengukuran antropometri tubuh pengguna dapur.
2. Observasi kondisi lapangan, instrument yang digunakan adalah:
a. Segnometer
Segnometer atau meteran ini digunakan untuk mengukur
dimensi perabot yaitu ukuran meja kerja, bak cuci dan
lemari.

Gambar 43 Segnometer
Sumber: Internet, diakses pada 27 November 2015
b. Kamera
Kamera merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengambil data visual tentang jenis dan besaran ruang serta
momen aktivitas yang diteliti.

Gambar 44 Kamera digital


Sumber: Internet, diakses pada 27 November 2015

3. Wawancara
a. Alat perekam

85
Instrumen lainnya yang dibutuhkan adalah alat perekam
yang digunakan untuk merekam hasil wawancara ketika
mengumpulkan data dari responden mengenai aktivitas
terkait lokus penelitian.

Gambar 45 Alat perekam


Sumber: Internet, diakses pada 27 November 2015
b. Kuesioner
Metode kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi beberapa
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2011:142). Kuesioner ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang pengguna ruang.
Kuesioner diberikan kepada pengguna dapur rumah tinggal
sederhana di kompleks Perumnas Antang yang berupa
pertanyaan mengenai karakteristik dapur rumah tinggal yang
nyaman pengguna.
Adapun instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data sesuai
dengan fokus penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Instrumen dan teknik pengumpulan data

Data yang Fokus Instrumen Teknik Jenis


diperlukan penelitian penelitian pengumpulan data
Untuk Karakteristik Kamera, Oberservasi Primer
mendapatkan data dapur rumah perekam, pengukuran
mengenai tinggal segnometer, dapur
karakteristik sederhana field note
existing dapur Perumnas
rumah tinggal Antang
sederhana
Untuk Ukuran meja, Segnometer, Pengukuran Primer
mendapatkan data bak cuci dan field note, peralatan dapur

86
mengenai lemari. Zona sketchbook,
penataan perlatan dan Layout lembar tabel
dan ukuran dapur dapur. pengukuran.
di rumah tinggal
sederhana
kompleks
Perumnas
Untuk Pengguna Kamera, Pengisian Primer
mendapatkan data dapur rumah perekam, field kuisioner,
mengenai tinggal note wawancara dan
karakteristik dan sederhana pengamatan
aktivitas pengguna Perumnas aktivitas kerja di
dapur Antang dapur
Untuk Ukuran Segnometer, Pengukuran Primer
mendapatkan data peralatan dan meterline, field antropometri
mengenai dapur dan note, lembar pengguna,
antropometri ukuran tabel
pengguna dapur antropometri pengukuran,
pengguna perekam dan
kamera
Sumber: Peneliti, 2016

I. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif


dan analisis komparatif. Yaitu mendeskriptifkan apa yang ditemui
dilapangan dan hasil pengukuran selama penelitian. Kemudian data
yang ditemukan di lapangan dikomparasikan antara rumah yang masil
asli dan rumah yang dapurmya telah direnovasi.
Kemudian untuk menjawab rumusan masalah penelitian, maka
analisis data dapat diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 9 Teknik analisis data

Fokus Analisis Teknik Analisis Data


Untuk analisis penataan perlatan Menjelaskan secara deskriptif
dan ukuran dapur di rumah tinggal kondisi dan ukuran peralatan di
sederhana kompleks Perumnas lapangan. Disajikan dalam tabel
Antang. frekuensi data, foto dan gambar
kondisi yang ada di lapangan
Untuk analisis antropometri dan Teknik ekploratif (pengukuran

87
aktivitas pengguna. kembali) peralatan dapur yang
sudah ada serta data antropometri
pengguna. Data tersebut disajikan
dalam bentuk tabel kemudian
mencari nila mean, maximum dan
minimum yang kemudian akan
digunakan untuk mencari nilai
percentile tertinggi hingga
terendah. Adapun pengolahan
data masing-masing variabel
diproses dengan menggunakan
software Mcrosoft Excel dalam
bentuk penyajian dengan tabel,
histogram (grafik batang) serta
piechart (diagram lingkaran) yang
kemudian akan diuraikan secara
deskriptif.
Untuk analisis kesesuaian ukuran Data-data data antropometri dan
dan penataan perabot dapur aktivitas pengguna akan
rumah tinggal sederhana dengan dibandingkan dengan ukuran
antropometri dan aktivitas perabot yang ada kemudian akan
pengguna. diuraikan secara deskriptif.
Analisis akan dikaitkan dengan
Nordic Body Map dan Ergonomi
Angle kemudian diuraikan secara
deskriptif.
Sumber: Peneliti, 2016

88
J. Kerangka Unit Analisis

89
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Profil Perumahan Nasional (Perumnas)

Perumahan Nasional atau disingkat Perumnas adalah Badan


Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum
(Perum) dimana keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah.
Perumnas didirikan sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan
perumahan yang layak bagi masyarakat menengah ke bawah.
Perusahan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1974, diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
1988, dan disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah No. 15
Tahun 2004 tanggal 10 Mei 2004. Sejak didirikan tahun 1974,
Perumnas selalu tampil dan berperan sebagai pioneer dalam
penyediaan perumahan dan permukiman bagai masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah.
Perumnas terdiri dari 8 Regional yang salah satunya adalah
Perumnas Regional 7, Perumnas Regional 7 memiliki wilayah
operational paling luas diantara kantor regional Perumnas yang lain
yakni meliputi seluruh wilayah indonesia bagian tengah dan timur.
Dalam kegiatan operationalnya Perumnas Regional 7 memiliki 9
cabang yaitu :
1) Cabang Sulawesi Selatan 1 meliputi lokasi Antang, Takalar,
Selayar dan Maros
2) Cabang Sulawesi Selatan 2 melupiti lokasi Pare-Pare, Majene,
Wajo, Bone, Soppeng, Sinjai, dan Palopo
3) Cabang Sulawesi Utara meliputi lokasi Kendari, Kolaka, Bau-
Bau dan Boton Utara

90
4) Cabang Sulawesi Tengah meliputi lokasi Palu, Kawatuna, Silae,
Tinggede, dan Toli-Toli
5) Cabang Gorontalo meliputi lokasi Gorontalo, Tilamuta dan
Tomulabutao
6) Cabang Sulawesi Utara meliputi lokasi Manado, Sangir Talaud,
Kotamobagu, Bitung, dan Tondano
7) Cabang Maluku meliputi lokasi Maluku, Tual, Wayame, Ternate,
dan Waiheru
8) Cabang Papua meliputi lokasi Biak dan Universitas
Cendrawasih
Lokasi penelitian dalam penelitian ini mengambil Perumnas
regional 7 dengan cabang Sulsel yaitu Perumnas Antang yang
berlokasi di Kota Makassar Kecamatan Manggala Kelurahan
Manggala.

Gambar 46 Kantor Perumnas Antang


Sumber: Dokumentasi penulis, 2016

b. Visi dan Misi Perumnas


1) Visi Perumnas
Menjadi Pelaku Utama Penyedia Perumahan dan Permukiman
di Indonesia

91
2) Misi Perumnas
a) Menyediakan perumahan dan permukiman yang berkualitas
dan bernilai bagi masyarakat.
b) Memberikan kepuasan pelanggan secara berkesinambungan
melalui layanan prima.
c) Mengembangkan dan memberdayakan profesionalisme serta
meningkatkan kesejahteraan karyawan.
d) Menerapkan manajemen perusahaan yang efisien dan efektif.
e) Mengoptimalkan sinergi dengan Pemerintah, BUMN dan
instansi lain.

d. Organisasi Perumnas Antang


Organisasi Perumnas Antang terdiri dari mananger cabang dijabat
oleh Andi Arman kemudian dibawahnya ada asisten manager
penjualan dan Jnt yaitu H. Dasri Mas’ud, asisten manager
keuangan dan Administrasi yaitu Hadi Waluyu, asisten manager
produksi dan pertanahan, asiten lokasi Takalar yaitu Hamka.
Masing-masing asisten memiliki beberapa officer dan staff.

e. Produk Perumnas Antang


Perumnas Antang menyediakan beberapa jenis unit rumah
diantaranya yang terbaru adalah rumah tipe 45 (Cendana) dengan
luas tanah 105 cm ², rumah tipe 36 ( tipe Chrysant dengan luas
tanah 105 cm², Angsana dengan luas tanah 98 cm², Lili dengan
luas tanah 84 cm²) . Selain itu Perumnas Antang juga menyediakan
ruko tipe 49 dengan luas tanah 85 cm².
Adapun yang yang menjadi objek 2 dalam penelitian ini adalah
rumah sederhana tipe 36 tipe Angsana (T1) dan tipe Chrysant (T2).

2. Gambaran Khusus Objek Penelitian


Perolehan data diawali dengan persiapan pengumpulan data,
yaitu persiapan surat ijin penelitian terhadap pihak terkait dan

92
persiapan alat penelitian berupa alat pencatatan (kertas dan alat
tulis), daftar kuesioner, meterline, segnometer, Nordic Body Map
serta kamera. Setelah persiapan selesai, maka pelaksanaan
penelitian dimulai. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada
bulan juni 2016. Adapun waktu tersebut disesuaikan dengan jadwal
yang telah disepakati antara peneliti dengan pemilik rumah. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode observasi, kuesioner, dan dokumentasi untuk memperoleh
data-data yang bersifat fisik dan non fisik dari objek yang diteliti.
Objek dalam penelitian ini difokuskan di blok 10 Perumnas
Antang tepatnya pada jalan Seruling Raya, karena pada blok ini
terdapat rumah tipe 36 yang masih asli dari pengembang. Rumah
tipe 36 pada blok ini memiliki 2 tipe rumah yaitu rumah sederhana
tipe Angsana (T1) dengan dapur yang berada di dalam rumah dan
rumah sederhana tipe Chrysant (T2) dengan dapur yang berada di
teras belakang rumah.

93
1. Rumah Sederhana Tipe Angsana (T1)

Gambar 47 Rumah Sederhana Tipe Angsana (T1)


Sumber: Dokumentasi Peneliti (2016)

Rumah Sederhana tipe Angsana (T2) terletak di Blok 10 jalan


Seruling Raya no E/6 Perumnas Antang Kelurahan Manggala
Kecamatan Manggala. Rumah ini terdiri dari ruang tamu, 2 kamar
tidur, 1 kamar mandi dan dapur yang berada di dalam rumah yang
dilengkapi dengan meja dapur dari beton untuk menyimpan
kompor dan sink tempat cuci piring dengan ukuran ruang 150 cm
x 150 cm.

94
Gambar 48 Denah Rumah Sederhana T1
Sumber: Peneliti (2016)

Gambar 49 Potongan A bagian dapur rumah Sederhana T1


Sumber: Peneliti (2016)

95
Gambar 50 Perspektif dapur rumah sederhana T1
Sumber: Peneliti (2016)

2. Rumah Sederhana Tipe Chrysant (T2)

Gambar 51 Rumah Sederhana Tipe Chrysant (T2)


Sumber: Dokumentasi Peneliti (2016)

96
Rumah sederhana tipe Chrysant terletak di Blok 10 jalan Seruling
Raya no F/15 Perumnas Antang Kelurahan Manggala
Kecamatan Manggala. Rumah ini terdiri dari ruang tamu, 2 kamar
tidur, 1 kamar mandi dan dapur yang berada di teras belakang
rumah yang dilengkapi dengan meja dapur dari beton namun
tidak terdapat sink untuk mencuci piring dengan ukuran ruang 250
cm x 280 cm.

Gambar 52 Denah rumah sederhana T2


Sumber: Peneliti (2016)

97
Gambar 53 Potongan dapur rumah sederhana T2
Sumber: Peneliti (2016)

Gambar 54 Perspektif dapur


Sumber: Peneliti (2016)

98
Gambar 55 Perspekti dapur dari arah belakang
Sumber: Peneliti (2016)

B. Analisis Rumah Sederhana Tipe Angsana (T1)


1. Jenis Perabot
Ada beberapa perabot yang terdapat di dapur rumah tinggal
sederhana tipe 1 terdiri dari perabot yang bersifat permanen dan
bersifat sementara dan dapat dipendahkan. Perabot di dapur ini
cukup lengkap terdapat meja memasak, bak cuci berupa sing,
lemari penyimpanan berupa rak piring dan rak penyimpanan kecil,
lemari es di ruang tengah dan beberapa perlengkapan dapur yang
lainnya. Jenis-jenis perabot dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

99
Gambar 56 Denah jenis Perabot RS T1
Sumber: Peneliti (2016)

Gambar 57 Potongan jenis perabot RS T1


Sumber: Peneliti (2016)

a. Meja Memasak
Pada rumah sederhana tipe ini terdapat meja yang digunakan
untuk memasak yang terbuat dari beton dan bersifat
permanen. Sedangkan meja untuk meracik tidak tersedia, jadi
proses meracik bahan masakan hanya dilakukan diatas meja

100
memasak. Kompor yang digunakan adalah kompor gas yang
diletakkan diatas meja memasak sedangkan gasnya diletakkan
dibawah meja sehingga tidak menghalangi pengguna dapur
saat beraktivitas.

Gambar 58 Dapur rumah sederhana tipe Angsana


Sumber: Dokumentasi peneliti, 2016
b. Bak Cuci
Dapur rumah sederhana tipe Angsana telah menyediakan bak
cuci berupa sink dengan tipe single. Semua aktivitas mencuci
peralatan dapur dilakukan disini karena tidak terdapat tempat
cuci selain sink. Bak cuci (sink) terletak berdampingan dengan
meja memasak sehingga peralatan memasak seperti panci jika
sudah digunakan dapat langsung disimpan di bak cuci begitu
pula jika ingin mencuci bahan makanan sebelum memasaknya.

Gambar 59 Bak cuci pada rumah tinggal sederhana tipe 1


Sumber: Dokumentasi peneliti, 2016

101
c. Lemari Penyimpanan
Pada dapur rumah sederhana tidak tersedia lemari khusus atau
kabinet atas maupun bawah untuk penyimpanan, sehingga
pengguna mengunakan rak-rak penyimpanan bumbu yang
diletakkan diatas bak cuci dan rak penyimpanan piring dan alat
masak yang digunakan sehari-hari di depan meja memasak.
Sedangkan untuk peralatan yang tidak digunakan sehari-hari
diletakkan di lemari penyimpanan yang terletak di ruang tamu.
Untuk lemari es, pengguna meletakkannya di tengah rumah
diantara dapur dan ruang tamu. Tidak terdapat tempat
penyimpanan khusus beras sehingga pengguna menyimpan
beras dibawah meja memasak, namun hal itu memudahkan
pengguna dalam beraktivitas ketika hendak memasak nasi.
Begitu juga dengan letak tempat sampah yang berada dibawah
bak cuci untuk memudahkan membuang sampah sisa-sisa
makanan saat mencuci.

Gambar 60 lemari penyimpanan berupa rak


Sumber: Dokumentasi peneliti, 2016

102
Gambar 61 lemari penyimpanan berupa lemari
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2016

2. Ukuran Perabot
a. Ukuran Meja
Tinggi meja memasak adalah 80 cm dari permukaan tanah,
sedangkan panjangnya 85 cm dan lebar 60 cm. Terbuat dari
beton yang dilapisi keramik berwarna putih. Sedangkan tinggi
kompor dan panci atau wajan 25 cm sehingga tinggi bidang
kerja pada saat memasak adalah 105 cm.

103
Gambar 62 Tinggi dan panjang meja memasak
Sumber: Peneliti (2016)

Gambar 63 Lebar meja memasak


Sumber: Peneliti (2016)
b. Ukuran Bak Cuci
Ukuran bak cuci meliputi tinggi bak cuci adalah 80 cm dari
permukaan tanah, dengan luas bak cuci (sink) 50 x 50 cm.
Tinggi kran air 30 cm dari bak cuci dengan tipe kran air
sederhana.

104
Gambar 64 tinggi bak cuci (sink)
Sumber: Peneliti (2016)

Gambar 65 lebar sink


Sumber: Peneliti (2016)

105
3. Layout Dapur
a. Tipe Dapur
Dapur rumah sederhana menggunakan tipe dapur I dimana
zona memasak terdiri dari meja untuk memasak diatasnya
diletakkan kompor tipe ganda dan zona mencuci terdiri dari sink
tipe single berada pada satu garis memanjang. Adapun zona
penyimpanan terletak di depan zona memasak. Denah dapur
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 66 Denah dapur tipe I (memanjang)


Sumber: Peneliti (2016)

Bak cuci (sink) terletak berdampingan dengan meja memasak


sehingga jangkauan pengguna saat memasak dan mencuci
peralatan tidak begitu jauh. Namun, perletakan rak piring yang
cukup jauh dari bak cuci (sink) dapat membuat lantai basah
karena jangkauan setelah mencuci peralatan ke rak piring
cukup jauh.
b. Zona
Zona dapur terdiri dari zona memasak yaitu area untuk aktivitas
meracik bahan makanan kemudian memasak dan menyajikan
alat yang ada pada zona ini adalah kompor sebagai alat

106
memasak. Zona kedua adalah zona mencuci yaitu area untuk
mencuci bahan makanan sebelum diolah dan mencuci
peralatan dapur pada sink. Zona ketiga adalah zona
penyimpanan terdiri dari rak-rak penyimpanan piring, bumbu
dan bahan-bahan makanan serta perlengkapan dapur lainnya.

Gambar 67 Pembagian zona dapur RS Tipe 1


Sumber: Peneliti (2016)

Dari gambar diatas dapat dilihat area kerja yaitu area yang
digunakan saat beraktivitas di dapur kemudian area sirkulasi
area bebas kerja untuk sirkulasi pengguna digunakan untuk
berjalan menuju ke ruangan lain di area ini tidak boleh ada
perabot atau furnitur karena akan menghalangi jalannya
pengguna.

c. Sirkulasi
Sirkulasi dapur dapat dilihat berdasarkan aktivitas pengguna
dapur dimulai dari zona penyimpanan ke zona memasak
kemudian ke zona mencuci lalu kembali lagi ke zona
penyimpanan dengan pola sirkulasi seperti ini terbentuk segitiga
kerja. Pergerakan sirkulasi pengguna dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

107
Gambar 68 Pola sirkulasi aktivitas dapur
Sumber: Peniliti (2016)

Luas zona kerja 85 cm sedangkan zona sirkulasi 115 cm, jarak


antar zona memasak dan zona penyimpanan 75 cm, jarak antar
zona memasak dan zona mencuci 50 cm dan jarak antar zona
mencuci dan zona penyimpanan 100 cm. Dengan jarak seperti
ini memudahkan pengguna untuk menjangkau semua area
dengan cepat sehingga memudahkan pekerjaan.

Gambar 69 Segitiga kerja


Sumber: Peniliti (2016)

108
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa zona dapur rumah
tinggal sederhana tipe 1 telah memenuhi konsep segitiga kerja
sehingga memudahkan pergerakan kerja di dapur.
Dari analisis jenis dan ukuran perabot serta layout dapur dapat
disimpulkan bahwa dapur rumah sederhana T1 memiliki meja
memasak dengan ketinggian meja 80 cm, lebar 60 cm, panjang
85 cm terbuat dari beton dan bersifat permanen. Bak cuci
berupa sing berukuran 50 x 50 cm dengan tinggi kran 30 cm
dari sing. Zona pada dapur rumah sederhana T1 terdiri dari
zona memasak, mencuci penyimpanan, sirkulasi dan zona
kerja dengan membetuk segitiga kerja dapur. Tidak terdapat
kesulitan saat menjangkau perabotan karena jarak antar zona
sangat dekat.

C. Analisis Rumah Sederhana Tipe Chrysant (T2)


1. Jenis Perabot
Ada beberapa perabot yang terdapat di dapur rumah tinggal
sederhana tipe 2 terdiri dari perabot yang bersifat permanen dan
bersifat sementara dan dapat dipendahkan. Perabot di dapur ini
termasuk lengkap terdapat meja memasak, bak cuci lemari
penyimpanan berupa rak piring dan lemari penyimpanan atas
(Kabinet), lemari es dan beberapa perlengkapan dapur yang
lainnya. Jenis-jenis perabot dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

109
Gambar 70 Denah jenis perabot RS 2
Sumber: Peneliti (2016)

110
Gambar 71 Potongan jenis perabot dapur RS tipe 2
Sumber: Peneliti (2016)

a. Meja Memasak
Pada rumah sederhana tipe ini hampir sama dengan tipe
sebelumnya terdapat meja yang digunakan untuk memasak
yang terbuat dari beton dan bersifat permanen. Sedangkan
meja untuk meracik tidak tersedia, jadi proses meracik bahan
masakan hanya dilakukan diatas meja memasak, di samping
meja masak terdapat mesin cuci diatas mesin cuci sering
digunakan pengguna sebagai tempat untuk meracik atau
menyajikan sementara makanan yang telah diolah. Kompor
yang digunakan adalah kompor gas yang diletakkan diatas
meja memasak sedangkan gasnya diletakkan di depan meja
masak karena dibawah meja berisi tumpukan barang bekas
sehingga gas tersebut dapat menghalangi pengguna dapur
saat beraktivitas. Begitu pula dengan penempatan 2 galon di
depan meja masak dapat menghalangi aktivitas kerja pengguna

111
karena letaknya berada pada area yang sering dilalui pengguna
saat beraktivitas.

Gambar 72 Meja memasak


Sumber: Dokumentasi Peneliti (2016)

b. Bak Cuci
Dapur rumah sederhana tipe Chrysant belum menyediakan bak
cuci berupa sink. Aktivitas mencuci peralatan dapur dilakukan
dibak cuci berupa baskom yang terletak di depan lemari es dan
pintu menuju dapur, sehingga pengguna harus duduk jongkok
saat mencuci peralatan dapur maupun bahan makanan.
c. Lemari Penyimpanan
Pengembang rumah sederhana ini tidak menyediakan lemari
khusus atau cabinet atas maupun bawah untuk penyimpanan
peralatan dapur. Namun, pengguna membuat sendiri rak-rak
penyimpanan bumbu yang diletakkan di depan meja masak
tepatnya sebelah kiri zona memasak. Sedangkan untuk
peralatan makan seperti piring, gelas dan lainnya yang
digunakan sehari-hari diletakkan di lemari penyimpanan yang
terletak di sebelah kanan zona memasak. Untuk lemari es,

112
pengguna meletakkannya di sebelah lemari penyimpanan
piring. Sedangkan tempat penyimpanan khusus beras dan rice
cooker terletakkan di dalam rumah tepatnya di antara kamar
mandi dan pintu menuju dapur.

Gambar 73 Lemari penyimpanan dan lemari es


Sumber: Dokumentasi Peneliti (2016)

2. Ukuran Perabot
a. Ukuran Meja
Tinggi meja memasak adalah 66 cm dari permukaan tanah,
sedangkan panjangnya 90 cm dan lebar 62 cm. Terbuat dari
beton yang belum dilapisi keramik.

113
Gambar 74 tinggi dan lebar meja
Sumber: Peneliti (2016)

Gambar 75 Panjang meja


Sumber: Peneliti (2016)

114
b. Lemari penyimpanan
Tinggi lemari penyimpan 147 cm dari permukaan tanah dan rak
penyimanan 110 cm dari permukaan tanah.

Gambar 76 tinggi lemari penyimpanan


Sumber: Peneliti (2016)

2. Layout Dapur
a. Tipe Dapur
Dapur rumah sederhana menggunakan tipe dapur I dimana
zona memasak dan zona mencuci berada pada satu garis
memanjang

115
Gambar 77 layout dapur
Sumber: Peneliti (2016)

b. Zona
Zona dapur terdiri dari zona memasak yaitu area untuk aktivitas
meracik bahan makanan kemudian memasak dan menyajikan
alat yang ada pada zona ini adalah kompor sebagai alat
memasak. Zona kedua adalah zona mencuci yaitu area untuk
mencuci bahan makanan sebelum diolah dan mencuci
peralatan dapur, di dapur rumah sederhana tipe 2 tidak di
sediakan sink untuk mencuci sehingga untuk mencuci peralatan
dapur dilakukan di baskom atau ember yang sudah disediakan
penggunanya. Letak baskom berada di dekat lemari es di
depan pintu menuju dapur. Zona ketiga adalah zona
penyimpanan terdiri dari rak-rak penyimpanan piring, bumbu
dan bahan-bahan makanan serta perlengkapan dapur lainnya.

116
Gambar 78 Pembagian zona dapur RS Tipe 2
Sumber: Peneliti (2016)

Dari gambar diatas dapat dilihat area kerja yaitu area yang
digunakan saat beraktivitas di dapur kemudian area sirkulasi
area bebas kerja untuk sirkulasi pengguna digunakan untuk
berjalan menuju ke ruangan lain di area ini tidak boleh ada
perabot atau furnitur karena akan menghalangi jalannya
pengguna.

b. Sirkulasi
Sirkulasi dapur dapat dilihat berdasarkan aktivitas pengguna
dapur dimulai dari zona penyimpanan ke zona memasak
kemudian ke zona mencuci lalu kembali lagi ke zona
penyimpanan dengan pola sirkulasi seperti ini terbentuk segitiga
kerja. Pergerakan sirkulasi pengguna dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

117
Gambar 79 sirkulasi dalam dapur tipe 2
Sumber: Peneliti (2016)

Luas zona kerja 1 m x 1, 5 cm, luas sirkulasi 50 cm, jarak antar


zona memasak dan zona penyimpanan 60 cm, jarak antar zona
memasak dan zona mencuci 120 cm dan jarak antar zona
mencuci dan zona menyimpanan 100 cm.

118
Gambar 80 Segitiga dapur
Sumber: Peneliti (2016)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa zona dapur rumah


tinggal sederhana tipe 2 telah memenuhi konsep segitiga kerja
sehingga memudahkan pergerakan kerja di dapur.
Dari analisis jenis dan ukuran perabot serta layout dapur dapat
disimpulkan bahwa dapur rumah sederhana T2 memiliki meja
memasak dengan ketinggian meja 66 cm, lebar 62 cm, panjang
90 cm terbuat dari beton dan bersifat permanen. Tidak terdapat
sing untuk mencuci sehingga pengguna harus duduk jongkok
saat mencuci menggunakan baskom atau ember. Zona pada
dapur rumah sederhana T2 terdiri dari zona memasak, mencuci
penyimpanan, sirkulasi dan zona kerja dengan membetuk
segitiga kerja dapur. Tidak terdapat kesulitan saat menjangkau
perabotan karena jarak antar zona sangat dekat.
Perbandingan kedua rumah tinggal sederhana tipe 36 dapat
dilihat pada table dibawah ini:

119
Tabel 10 Perbandingan RS T1 dan RS T2

Rumah sederhana T1 Rumah sederhana T2


Jenis perabot Jenis perabot
1. Meja memasak 1. Meja memasak
2. Bak cuci (sing) 2. Lemari penyimapanan atas
3. Rak penyimpanan 3. Lemari penyimpanan piring
4. Lemari es 4. Lemari es
5. Lemari penyimpanan 5. mesin cuci

Ukuran Ukuran
1. Meja memasak 1. Meja memasak
Tinggi 80 cm Tinggi 66 cm
Lebar 60 cm Lebar 62 cm
Panjang 85 cm Panjang 90 cm
2. Bak cuci (sing) 2. Lemari penyimpanan atas
Tinggi 80 cm -Tinggi 200 cm dari
Lebar 50 cm permukaan lantai sampai
Panjang 50 cm atas.
3. Rak penyimpanan -tinggi rak dalam lemari 147
Tinggi 80 cm cm dari permukaan lantai
Lebar 50 cm -Tinggi rak penyimpanan
bumbu 110 cm dari
permukaan tanah

120
Layout Layout
1. Zona 1. Zona
Zona memasak, zona mencuci, Zona memasak, zona
zona penyimpanan, zona kerja mencuci, zona penyimpanan,
dan sirkulasi zona kerja dan sirkulasi
2. Sirkulasi 3. Sirkulasi
Luas zona kerja 85 cm Luas zona kerja 1 m x 1, 5
sedangkan zona sirkulasi 115 cm, luas sirkulasi 50 cm,
cm, jarak antar zona memasak jarak antar zona memasak
dan zona penyimpanan 75 cm, dan zona penyimpanan 60
jarak antar zona memasak dan cm, jarak antar zona
zona mencuci 50 cm dan jarak memasak dan zona mencuci
antar zona mencuci dan zona 120 cm dan jarak antar zona
penyimpanan 100 cm. mencuci dan zona
menyimpanan 100 cm.
Sumber: Peneliti, 2016

D. Analisis Pengguna Dapur Rumah Sederhana


1. Karakteristik Pengguna
Pengguna dapur yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah pengguna dengan rentan usia 15-25 tahun, 26-45 tahun dan
46-65 tahun. Berdasarkan pengukuran antropometri dari 22
responden yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel,
pengguna dapur dengan usia termuda adalah 17 tahun dan usia
tertua adalah 63 tahun.
Adapun persentasi usia responden dapat dilihat pada diagram
dibawah ini:

121
Persentase usia responden

18% 18%

15-25
26-45
46-65

64%

Gambar 81 diagram persentasi usia responden


Sumber: Peneliti, 2016

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa responden yang


paling dominan menggunakan dapur adalah dengan rentang usia
26-45 tahun, sedangkan rentang usia 15-25 tahun dan 46-63 tidak
dominan sebagai pengguna dapur.

2. Aktivitas Pengguna
Aktivitas pengguna dapur rumah sederhana tipe 36 di
Perumnas Antang kota Makassar di dapur pada umumnya terdiri
dari menyiapkan bahan makanan, membersihkan bahan, meracik
bahan yang telah disediakan kemudian memasak, setelah itu
menyiapkan masakan di meja prasaji atau di meja makan
kemudian setelah makan mencuci peralatan makan. Pengguna
menyediakan makanan dengan olahan sendiri. Dengan rata-rata
lama beraktivitas di dapur sekitar 30-45 menit dalam dua kali
sehari.
Mempersiapkan bahan dan membersihkan bahan makanan
adalah awal semua aktivitas kerja di dapur (memasak). Berbagai
aktivitas yang merupakan awal kegiatan memasak dilakukan di
area ini, mulai dari aktivitas mengambil bahan-bahan masakan dari

122
lemari penyimpanan (kulkas) hingga kegiatan membersihkan
peralatan dan perlengkapan memasak sampai kegiatan
membersihkan sayur-mayur maupun bahan masakan lainnya.
Adapun fasilitas yang digunakan meliputi sink (tempat cuci
piring), tempat untuk piring kotor, kran, tempat sabun, dan tempat
piring, sendok dan gelas untuk kebutuhan rutin. Selain itu, fasilitas
yang hendaknya berdekatan dengan kegiatan memebersihkan
adalah kulkas yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan.
Aktivitas selanjutnya setelah mempersiapkan adalah meracik
bahan-bahan masakan di area meracik (mixing zone) yang
nantinya masuk ke proses memasak. Kegiatan lain yang biasa
dilakukan adalah mengupas, memotong, mengiris, dan mencampur
bahan-bahan sehingga area ini harus ditata dengan baik dan cukup
dekat dengan alat masak yang paling sering dibutuhkan seperti
pisau, talenan, mangkuk, dan sebagainya.
Terakhir dan yang paling utama adalah memasak dilakukan di
cooking zone atau area memasak. Area ini adalah area yang paling
panas yang dilengkapi dengan kompor. Fasilitas lain yang
seharusnya ada yaitu kabinet untuk meletakkan bumbu, panci, dan
penggorengan yang letaknya tidak jauh dari kompor.
Adapun frekuensi aktivitas di dapur dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:

123
Frekuensi Aktivitas di Dapur
14
12
10
Jumlah

8
6
4
2
0
2 Kali 3 Kali > 3 Kali
Frekuensi

Gambar 82 Grafik frekuensi aktivitas di dapur


Sumber: Peneliti, 2016
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pengguna dapur
rumah tinggal sederhana Perumnas Antang paling banyak
beraktivitas di dapur hanya 2 kali dalam sehari, sangat sedikit
pengguna yang beraktivitas di dapur lebih dari 3 kali sehari.
Durasi atau lama beraktivitas di dapur dapat di lihat pada grafik
di bawah ini:

Durasi Aktivitas di Dapur


14
12
10
Jumlah

8
6
4
2
0
15-30 menit 30-45 menit > 45 menit
Durasi

Gambar 83 Grafik durasi aktivitas di dapur


Sumber: Peneliti, 2016

124
Dari grafik diatas diketahui bahwa pengguna dapur rumah
tinggal sederhana paling lama menggunakan dapur selama lebih
dari 45 menit dan paling sebentar 15-30 menit. Berdasarkan hasil
penelitian pengguna dapur rumah tinggal sederhana paling banyak
beraktivitas dengan durasi lebih dari 45 menit.

3. Antropomentri Pengguna
Data antropometri pengguna diambil dari pengukuran anggota
tubuh tertentu yang berhubungan dengan aktivitas di dapur rumah
tinggal sederhana di Perumnas Antang. Berikut adalah data
pengukuran antropometri pengguna dapur rumah sederhana
Perumnas Antang.

Tabel 11 Data Antropometri pengguna dapur


Dimensi tubuh N MIN MAX RANGE MEAN SD PERSENTIL (%)
5 50 95
Tinggi badan
22 145 163 18 153,5 5,68 144,16 153,5 162,84
berdiri
Tinggi mata
22 132 157 25 143 5,30 134,79 143,5 152,21
berdiri
Tinggi bahu
22 115 138 13 127,5 4,7 119,27 127 134,73
berdiri
Tinggi siku
22 87 105 18 99 3,61 91,7 97,63 103,26
berdiri
Tinggi
pinggang 22 85 100 15 93,5 3,43 87,22 92,86 98,5
berdiri
Jangkauan
vertikal 22 180 202 22 192,5 7,1 179,87 191,54 203,21
berdiri
Jangkauan
22 60 75 15 66,5 3,93 60,22 66,68 73,14
horizontal
Panjang
lengan 22 34 47 13 42 1,93 38,83 42 45,17
bawah
Tinggi lutut 22 33 48 15 44 2,0 40,21 43,5 46,79
Lebar bahu 22 30 43 13 40 2,33 35,80 39,63 43,46
Tinggi
22 23 28 5 25 1,17 23,62 25,54 27,46
panggul
Rentangan
22 142 168 26 154 9,10 139,5 154,31 169,27
tangan
Sumber: peneliti, 2016

Berdasarkan tabel hasil analisis pengukuran antropometri 22


orang pengguna dapur rumah tinggal sederhana Perumnas

125
Antang tipe 36 terhadap dapat diketahui rata-rata tinggi badan
pengguna dapur adalah 153,5 cm. Untuk tinggi siku berdiri
diketahui memiliki nilai rata-rata 97,63 cm digunakan untuk
mengukur ketinggian meja kerja agar pengguna tidak terlalu
membungkuk dan agar siku pengguna tidak terangkat dan
menggantung sehingga mengakibatkan cedera saat bekerja. Untuk
tinggi pinggang berdiri diketahui memiliki nilai rata-rata 92,86 cm
juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian meja.
Jangkauan vertikal berdiri diketahui memiliki nilai rata-rata
191,54 cm dapat digunakan untuk perancangan lemari
penyimpanan atas. Untuk jangkauan horisontal diketahui memiliki
nilai rata-rata 66,68 cm digunakan untuk perancangan lebar meja.
Begitu juga dengan rentangan tangan diketahui yang memiliki nilai
rata-rata 154,31 cm, dan yang digunakan adalah persentil 95%
adalah 169,27 cm.
Berdasarkan nilai pada tabel pengukuran antropometri dapat
disimpulkan bahwa nilai persentil 5%, 50% dan 95% yang tertinggi
yaitu pada pengukuran antropometri jangkauan vertikal berdiri
dengan nilai pada persentil 5% adalah 179,87 cm, pada persentil
50% adalah 191,54 cm dan persentil 95% adalah 203,21 cm.
Sedangkan persentil 5%, 50% dan 95% yang terendah yaitu pada
pengukuran tinggi panggul dengan nilai pada persentil 5% adalah
23,62 cm, pada persentil 50% adalah 25,54 cm dan persentil 95%
adalah 27,46 cm. untuk range antara nilai maximum dan nilan
minimum yang terbesar yaitu pada range rentangan rangan
pengguna dapur sebesar 26 cm.

E. Analisis Kesesuaian Antropometri dan Aktivitas Pengguna


dengan Perabot Dapur
Pada perancangan meja kerja dapur untuk mengetahui tinggi
permukaan meja yang sesuai dengan antropometri pengguna maka

126
ukuran yang digunakan adalah tinggi siku berdiri. Untuk tinggi permukaan
meja dari lantai menggunakan percentil 50% agar meja kerja tidak terlalu
tinggi bagi pengguna yang berbadan pendek dan agar pengguna yang
berbadan tinggi tidak membungkuk saat bekerja. Berdasarkan data dari
tabel pengukuran antropometri nilai persentil 50% untuk tinggi siku berdiri
adalah 91,7 cm. Tinggi meja kerja yang ada di lapangan adalah rumah
sederhana tipe 1 adalah 80 cm ditambah dengan tinggi kompor dan panci
25 cm sehingga tingginya 105 cm, sedangkan rumah sederhana tipe 2
adalah 66 cm ditambah dengan tinggi kompor 25 cm sehingga tingginya
91 cm. Menurut teori tinggi meja kerja untuk konter dapur yang disarankan
antara 35-36 inci atau 88,9-91,4 cm (Panero, 1979).
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tinggi meja kerja pada
dapur rumah sederhana tipe 1 lebih tinggi dibandingkan dengan
antropometri pengguna, sehingga posisi siku saat memasak akan
terangkat, sedangkan rumah sederhana tipe 2 dengan ketinggian n meja
beton 66 cm sudah sesuai dengan antropometri pengguna sehingga
pengguna tidak perlu membungkuk ataupun mengangkat siku saat
memasak.
Perancangan bak cuci pada rumah sederhana T1 sama dengan tinggi
meja memasak, perancangannya menggunakan persentil 50%. Jika pada
meja memasak mendapat penambahan tinggi kompor dan panci sebesar
25 cm pada bak cuci dikurangi dengan kedalaman sing 14 cm jadi
tingginya hanya 66 cm dari permukaan tanah ke permukaan sing sehingga
tinggi bak tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Permukaan meja pada dasarnya merupakan area kerja horizontal.
Area kerja horizontal terbagi menjadi dua batas yaitu area kerja normal
dan area kerja maksimum. Area kerja normal merupakan area kerja
dimana aktivitas menjangkau hanya menggunakan lengan bawah
sedangkan area kerja maksimum adalah area kerja horizontal dimana
aktivitas menjangkau dengan meregangkan lengan atas dan bawah,

127
namun masih dalam batas kenyamanan dalam menjangkau (Purnomo,
2013).
Rancangan permukaan kerja yang sifatnya jangkauan, dalam hal ini
adalah lebar permukaan meja, perancangannya menggunakan
antropometri panjang lengan atas dan bawah atau jangkauan horizontal
dengan menggunakan percentil 5% sehingga memudahkan pengguna
dengan ukuran lengan atas dan lengan bawah atau jangkauan horizontal
yang rendah. Berdasarkan tabel pengukuran antropometri jangkauan
horizontal pada persentil 5% adalah 60,22 cm, lebar permukaan meja di
lapangan untuk rumah sederhana tipe 1 adalah 60 cm dan rumah
sederhana tipe 2 adalah 62 cm, menurut teori lebar permukaan meja kerja
(konter) yang disarankan antara 24-26 inci atau 61,0 – 66,0 cm (Panero,
1979), sehingga lebar meja kerja dapur rumah sederhana tipe 1 dan tipe 2
sesuai dengan antropometri pengguna.
Panjang permukaan meja kerja perancangannya menggunakan
antropometri rentangan tangan dengan menggunakan percentile 5%
sehingga memudahkan pengguna dengan ukuran rentangan tangan yang
rendah. Berdasarkan tabel pengukuran antropometri jangkauan horizontal
pada persentil 5% adalah 139,5 cm, lebar permukaan meja di lapangan
pada rumah sederhana tipe 1 adalah 135 cm ( meja memasak dan meja
mencuci), dan rumah sederhana tipe 2 adalah 90 cm (meja kerja).
sehingga panjang meja kerja dapur rumah sederhana tipe 1 dan tipe 2
sesuai dengan antropometri pengguna.
Tinggi lemari penyimpanan pada dapur rumah sederhana tipe 2 terdiri
dari rak pertama dengan tinggi 147 cm dari permukaan tanah, tinggi rak
kedua 172 cm dan tinggi lemari 200 cm dari permukaan tanah.
Perancangan tinggi lemari penyimpanan menggunakan pengukuran
jangakauan vertikal berdiri dengan persentil 5% agar pengguna yang
memiliki jangkauan rendah dapat menjangkau lemari penyimpanan. Nilai
persentil 5% jangkauan vertikal berdiri adalah 197,87 cm, menurut teori
tinggi lemari penyimpanan (wanita) yang disarankan maksimal 72 inci atau

128
182,9 cm (Panero, 1979), sehingga tinggi lemari penyimpanan di dapur
rumah sederhana tipe 2 sesuai antropometri pengguna dengan tinggi rak
kedua 172 cm dibawah dari batas maksimal tinggi lemari penyimpanan.
Hasil dari uraian diatas menunjukkan hasil perbandingan data
lapangan dengan antropometri pengguna pada tabel dibawah:
Tabel 12 Perbandingan data lapangan dengan antropometri pengguna

Dimensi
Bagian Data Lapangan Perhitungan Keterangan
Teori
1 2 Antrpometri
RS T1 kurang
Tinggi meja
105 cm 91 cm 91,7 cm 88,9-91,4 cm sesuai,
kerja
RS T2 sesuai
Lebar meja RS T1 & RS T2
60 cm 62 cm 60,22 cm 61-66 cm
kerja sesuai
Panjang RS T1 & RS T2
135 cm 90 cm 139,5 cm 106,7 cm
meja kerja sesuai
Tinggi
172 cm 197,87 cm 182,9 cm RS T2 sesuai
lemari
Sumber: Peneliti, 2016

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 bagian tersebut hanya tinggi


meja kerja pada rumah sederhana tipe 1 yang tidak sesuai dengan
antropometri pengguna karena terlalu tinggi sehingga pengguna
cenderung akan mengangkat siku saat sedang bekerja sedangkan lebar
dan panjang meja sesuai dengan antropometri, begitu juga dengan tinggi
lemari di rumah sederhana tipe 2.
Layout pada dapur rumah sederhana di kompleks Perumnas Antang
blok E umumnya sama yaitu layout memanjang dengan perletakan
masing-masing zona membentuk segitiga kerja terdiri dari zona memasak-
penyimpanan-mencuci. Menurut teori untuk menghasilkan sebuah dapur
yang nyaman, ada beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu Jarak masing-
masing di antara ketiga komponen diatas adalah antara 4-9 feet (100-228
cm) (Pribadi, 2012). Rumah sederhana T1 memiliki jarak antara zona
memasak dan zona penyimpanan 75 cm, jarak antar zona memasak dan
zona mencuci 50 cm dan jarak antar zona mencuci dan zona
penyimpanan 100 cm, pada rumah sederhana T2 jarak antar zona

129
memasak dan zona penyimpanan 60 cm, jarak antar zona memasak dan
zona mencuci 120 cm dan jarak antar zona mencuci dan zona
penyimpanan 100 cm. Dari analisis tersebut diketahui bahwa rumah
sederhana T1 memiliki jarak yang terlalu dekat dan sempit sehingga
dalam beraktivitas di dapur ini tidak boleh lebih dari 1 orang. Sedangkan
rumah sederhana T2 hanya zona memasak dan zona penyimpanan saja
yang terlalu dekat untuk jarak antara zona memasak dan mencuci cukup
luas begitu juga jarak antar zoba mencuci dan zona penyimpanan
sehingga kemungkinan bertabrakan saat 2 orang sedang bekerja di dapur
sangat kecil.
Aktivitas di dapur seperti memasak, meracik, mencuci dan lainnya
melibatkan anggota tubuh bagian atas seperti lengan, siku, bahu,
pinggang dan lain-lain, anggota tubuh bagian tengah seperti pinggang dan
punggung, anggota tubuh bagian bawah seperti betis dan lutut. Sehingga
jika aktivitas di dapur memakan waktu yang lama dan perabotnya kurang
memberikan rasa nyaman dapat menimbulkan keluhan pada tubuh bagian
atas dan bagian bawah. Untuk mengetahui keluhan pada anggota tubuh
setelah bekerja di dapur dilakukan pengukuran menggunakan Nordic Body
Map Questioner dan analisis postur kerja
a. Nordic Body Map Questioner
Berdasarkan hasil penelitian ini melalui Nordic Body Map
Questioner anggota tubuh yang mengalami keluhan setelah
bekerja di dapur adalah pada bagian bahu, pinggang, punggung,
lutut, paha, betis dan betis.

130
Persentase keluhan pada bagian tubuh

9%
18% pinggang
punggung
23%
bahu
18% betis
lengan
9% paha
23%

Gambar 84 Diagram persentase keluhan pada bagian tubuh


Sumber: peneliti, 2016

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa bagian tubuh yang


paling banyak mengalami keluhan setelah bekerja di dapur adalah
bahu dan lengan dengan persentase 23%, kemudian punggung dan
pinggang 18%, paha dan betis 9%.

c. Analisis Postur Kerja


Untuk mengetahui potensi cidera akibat postur kerja yang kurang
baik dapat dianalisis dengan metode Rapid Upper Limb Assesment
(RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA), dimana akan
dihasilkan skor akhir yang dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki
kondisi tersebut. Penyesuaian komponen sistem kerja terhadap fisik
manusia yang menggunakan komponen tersebut akan sangat
membantu kerja manusia tersebut sehingga sistem akan berjalan
optimal (Arifuddin, 2015).

131
Gambar 85 postur kerja pengguna dapur tipe 1
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2016

Gambar diatas menunjukkaan penggunaan otot saat


brekerja di dapur. Identifikasi sudut, jenis pekerjaan,
penggunaan otot dan tenaga (beban).

a. Identifikasi Sudut
Dari gambar tersebut, kita bisa lihat bahwa sudut yang
terbentuk pada lengan atas adalah 45° dan sudut yang
terbentuk pada bagian lengan bawah adalah 1355°
berada pada posisi diatas normal sehingga pengguna
dengan posisi tangan seperti ini menggunakan perabot
dapur cenderung akan mengalami cedera jika
berlangsung lama dan berulang karena posisi siku dan
lengan yang terangkat.
b. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan responden yaitu memasak
c. Penggunaan otot dan tenaga (beban)
Tidak memiliki penggunaan otot, dan tenaga beban.

132
Gambar 86 postur kerja pengguna dapur tipe 2
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2016

Gambar diatas menunjukkaan penggunaan otot saat


brekerja di dapur. Identifikasi sudut, jenis pekerjaan,
penggunaan otot dan tenaga (beban).

d. Identifikasi Sudut
Dari gambar tersebut, kita bisa lihat bahwa sudut yang
terbentuk pada lengan atas adalah 32° dan sudut yang
terbentuk pada bagian lengan bawah adalah 95° berada
pada posisi normal sehingga pengguna dengan posisi
tangan seperti ini menggunakan perabot dapur
cenderung kurang mengalami cedera karena posisi siku
tidak terangkat dan mengalami perputaran.
e. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan responden yaitu memasak
f. Penggunaan otot dan tenaga (beban)
Tidak memiliki penggunaan otot, dan tenaga beban.
Kecuali jika dilakukan

133
Dari analisis posisi kerja sudut tangan pengguna rumah sederhana T1 dan
T2 dapat disimpulkan bahwa penggguna rumah sederhana T1 dengan
ketinggian meja kerja 80 cm ditambah dengan tinggi kompor dan panci 25
cm setinggi 105 cm lebih cenderung mengalami cedera dikarenakan
lengan dan siku tidak berada dalam posisi normal atau terangkat sehingga
dapat menimbulkan kelelahan saat bekerja. Sedangkan rumah sederhana
T2 dengan ketinggian meja kerja 66 cm ditambah dengan tinggi kompor
dan panci 25 cm setinggi 91 cm lebih cenderung tidak mengalami cedera
dikarenakan lengan dan siku berada dalam posisi normal saat bekerja
dapat terminimalisir.

134
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab IV , maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jenis perabot yang ada pada dapur rumah sederhana tipe 1 terdiri
dari meja memasak dari beton dan bak cuci berupa sink yang
bersifat permanen, sedangkan lemari penyimpanan berupa rak
piring dan lemari yang tidak bersifat permanen serta tidak terdapat
lemari penyimpanan atas (kabinet). Jenis perabot yang ada pada
dapur rumah sederhana tipe 2 terdiri dari meja memasak dari beton
yang bersifat permanen, lemari penyimpanan atas (kabinet) dan
lemari penyimpanan yang tidak bersifat permanen dan tidak
terdapat bak cuci berupa sink.
2. Penataan perabot di dapur rumah tinggal sederhana di Perumnas
Antang khususnya di blok 10 menggunakan tipe dapur I
(memanjang) dan sesuai dengan konsep segitiga kerja dapur.
3. Hasil dari pengamatan di lapangan menunjukan aktivitas pengguna
dapur rumah tinggal sederhana terdiri dari menyediakan bahan
makanan, mencuci bahan, meracik bahan yang telah disediakan
kemudian memasak, setelah itu menyiapkan masakan di meja
prasaji atau di meja makan kemudian setelah makan mencuci
peralatan makan. Pengguna menyediakan makanan dengan
olahan sendiri. Dengan rata-rata lama beraktivitas di dapur sekitar
30-45 menit dalam dua kali sehari.
4. Hasil pengukuran perabot di lapangan dengan antropometri
pengguna dapur rumah tinggal sederhana di Perumnas Antang
khususnya di blok 10 menunjukkan 80% kesesuaian dan 20%
ketidaksesuaian yaitu pada ketinggian meja kerja pada dapur
rumah tinggal sederhana tipe 1.

135
5. Hasil pengukuran perabot di lapangan dengan ergonomi angle
diketahui adanya ketidaksesuaian pada ketinggian meja kerja pada
dapur rumah tinggal sederhana tipe 1 dengan pengguna dapur.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di dapur rumah tinggal sederhana
Perumnas Antang untuk memberikan kenyamanan pengguna dapur
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Perancangan ukuran perabot dan layout disesuaikan antara
antropometri dengan kebutuhan pengguna dapur
2. Perancangan bak cuci pada dapur rumah sederhana tipe chrysant
di Perumnas Antang perlu mendapat perhatian. Sehingga
pengguna tidak perlu duduk jongkok saat mencuci peralatan
dapur.
3. Penataan ulang tinggi meja kerja pada dapur rumah sederhana
tipe Angasana di Perumnas Antang.
4. Luas dapur sebaiknya mendapat perhatian agar jarak antar zona
dapat terpenuhi dengan baik.

C. Rekomendasi Desain
1. Rumah tinggal sederhana tipe 1 (T1)
Jenis dan ukuran perabot di rumah sederhana T1

Tabel 13 rekomendasi jenis dan ukuran perabot T1


No. Jenis Perabot Ukuran
1. Meja memasak Tinggi 66 cm
Lebar 60 cm
Panjang 90 cm
2. Bak cuci Tinggi 66 cm
Lebar 60 cm
Panjang 50 cm
3. Lemari penyimpanan Tinggi 200 cm dari
permukaan tanah
Tinggi rak dalam
147 cm
Lebar 50 cm
Panjang 90 cm

136
Perabot yang dapat diletakkan di dapur berupa meja
memasak, bak cuci berupa sing, lemari penyimpanan berupa rak
piring,rak penyimpanan atas, perlengkapan dapur yang lainnya.
Jenis-jenis perabot dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 87 rekomendasi denah dapur rumah sederhana T1

Tipe layout dapur menggunakan tipe I dimana bak cuci dan


meja memasak berada dalam 1 garis. Zona dapur terdiri dari
zona memasak-mencuci dan penyimpanan. Zona memasak
dilengkapi dangan kompor dan gas yang berada dibawah meja
sehingga tidak menghalangi pengguna. Zona mencuci dilengkapi
dengan sing tipe single dengan ukuran 50x40 cm. zona
penyimpanan terdiri dari lemari penyimpanan atas, rak piring, dan
lemari penyimpanan kebutuhan dapur lainnya. Penempatan rak
piring berada di dekat bak cuci agar lantai tidak basah saat
memindahkan piring yang sudah dicuci ke rak penyimpanan piring
dan tempat sampah diletakkan di bawah bak cuci agar sampah
dan sisa makanan dapat langsung dibuang ke bawah.

137
Gambar 88 Potongan rekomendasi desain rumah sederhana T1

Gambar 89 Perspektif rekomendasi desain dapur RS T1

138
2. Rumah tinggal sederhana tipe 2 (T2)
Jenis dan ukuran perabot di rumah sederhana T2

Tabel 14 rekomendasi jenis dan ukuran perabot T2


No. Jenis Perabot Ukuran
1. Meja memasak Tinggi 66 cm
Lebar 60 cm
Panjang 90 cm
2.. Lemari penyimpanan Tinggi 200 cm dari
permukaan tanah
Tinggi rak dalam
147 cm
Lebar 50 cm
Panjang 90 cm

Perabot yang dapat diletakkan di dapur ini sama dengan


dapur rumah sederhana T1 berupa meja memasak, lemari
penyimpanan berupa rak piring,rak penyimpanan atas,
perlengkapan dapur yang lainnya. Jenis-jenis perabot dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 90 Rekomendasi denah dapur rumah sederhana T2

Tipe layout dapur menggunakan tipe I Zona dapur terdiri dari


zona memasak-mencuci dan penyimpanan. Zona memasak

139
dilengkapi dangan kompor dan gas yang berada dibawah meja
sehingga tidak menghalangi pengguna. Zona mencuci
menggunakan ember atau baskom untuk mencuci dan posisi
kerja adalah duduk menjongkok. Zona penyimpanan terdiri dari
lemari penyimpanan atas, rak piring, dan lemari penyimpanan
kebutuhan dapur lainnya. Penempatan lemari berada di dekat
meja memasak untuk memudahkan menjangkau peralatan dapur
kemudian lemari es di depan lemari penyimpanan dan tempat
cuci untuk memudahkan mencuci bahan makanan, kemudian
perletakan tempat sampah diletakkan dekat tempat cuci agar
sampah dan sisa makanan dapat langsung dibuang.

Gambar 91 Potongan rekomendasi desain Rs T2

140
Gambar 92 Tampak rekomendasi desain dapur RS T2

Gambar 93 Perspektif rekomendasi desain dapur RS T2

141
DAFTAR PUSTAKA

Adityas, Daru. 2003. Penataan Dapur Pada Hunian Modern.


Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Anonim. 2009. Dapur, Serial Rumah. Yogyakarta: PT Prima Infosarana
Media Anonim. 2012. Standar Ukuran Perabot Dapur.
www.dapurarsitek.blogspot.com/2012/02/ukur-ukur.html, 18
November 2015.
Anonim. 2014. Kitchen and Bath Planning Guidelines
http://www.nkba.org/Design/Professionals/Guidelines.aspx, 6
November 2015

Azwar, 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ching, F. D. (1996). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta:


Erlangga.
Guzairi,2010. Desain Tata Ruang Kamar di Pesantren. Malang: UIN-Maliki
Press
Manuaba, A. Upaya Membudayakan Ergonomi di PTP XXI-XXII.
Denpasar: Laboratorium Fisiologi F.K.UNUD.
Manuaba, A. 1997. Ergonomics of Seating. Denpasar: Laboratorium
Fisiologi F.K. UNUD.
Morissan, 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Prenamedia
Group
Nainggolan, Freddy Marihot. 2013. Dapur, Perkembangan Bentuk Dan
Pergeseran Makna Dalam Adaptasi Dapur Rumah Tinggal Di Kawasan
Pinggiran Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Neufert, Ernst, Jilid 1. Data Arsitek. Jakarta : Erlangga.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Surabaya: Guna Widya
Panero, J. (1979). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Erlangga.

142
Rahmatia, Anita & Putri Dwimimarni. 2010. Menata Dapur Minimalis.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Salim,2014. Intervensi Ergonomi Terhadap Kenyamanan Bekerja di
Dapur Rumah Tinggal. Jakarta : Humaniora

Sanders, M.S.; McCormick, E.J. 1987. Human Faktors in


Engineering and Design. New York: McGraw-hill Book.
Sandjaya, Imelda. 2005. Dapur. Jakarta: Gramedia.

Soewarno, 2013. Dapur Rumah Tinggal Yang Ergonomis Bagi


Penghuninya.Denpasar: Laboratorium Fisiologi F.K. UNUD.
Solihah.Sofiatus, 2012. Sejarah ergonomi. http://12650124-
imk.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-ergonomi.html. Diakses pada
tanggal 27 november 2015
Solihah.Sofiatus, 2012. Aplikasi Penerapan Ergonomi.
http://12650124- imk.blogspot.co.id/2012/12/aplikasi-penerapan-
ergonomi.html. Diakses pada tanggal 27 november 2015
Sutalaksana, Iftikar Z. dkk.. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja Edisi
Kedua. Bandung: Penerbit ITB.
Tarwaka, Solichul HA Bakri, Lilis Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk
keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta:
Universitas Brawijaya Press.
Wignjosoebroto, 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Guna
Widya

Wilkening, 2004. Tata Ruang. Yogyakarta: Kanisius

143
DATA OBSERVASI

1. DAPUR

Aspek/objek pengamatan Identifikasi Keterangan

A. Zona

1. Zona Memasak

 tersedia  tidak
a. tempat meracik bahan
tersedia
 tersedia  tidak
b. meja prasaji
tersedia

c. Sifat meja  permanen  sementara

d. Material meja  beton  kayu

 tersedia  tidak
e. Kompor gas
tersedia
 dibawah meja
f. Letak kompor
 di depan meja

g. Lainnya

2. Zona Mencuci

 tersedia  tidak
a. Tempat mencuci (sink)
tersedia
b. tipe sink yang
 single  ganda
digunakan
c. Tempat mencuci selain  tersedia  tidak
sink tersedia

d. Lainnya

3. Zona Penyimpanan

 tersedia  tidak
a. Lemari es
tersedia

144
 tersedia  tidak
b. Lemari penyimpanan
tersedia
 tersedia  tidak
c. Rak piring
tersedia
 tersedia  tidak
d. Penyimpanan Beras
tersedia
e. Peralatan kerja yang  tersedia  tidak
mendukung tersedia

f. Penyimpanan lainnya

B. Layout

 Tipe L

 Tipe I

 Tipe U
1. Tipe Layout
 Tipe Island

 tipe G

 lainnya

2. Sirkulasi

a. Luas Zona kerja

b. Luas Zona sirkulasi

c. Jarak antar zona masak


dan zona penyimpanan
d. Jarak antar zona
memasak dan zona
mencuci

145
e. Jarak antar zona
mencuci dan zona
penyimpanan

2. UKURAN PERABOT

Variabel Ukuran (cm) Keterangan

Tinggi meja kerja

Lebar meja kerja

Tinggi bak cuci

Lebar bak cuci

Tinggi lemari dari meja

Tinggi lemari dari permukaan


tanah

Lainnya

3. Perilaku pengguna

Perilaku Identifikasi

 tegak  sedikit membungkuk


a. Postur tubuh saat memasak  membungkuk  lainnya

 tegak  sedikit membungkuk


b. Postur tubuh saat mencuci
 membungkuk  lainnya

 menyiapkan-memasak-mencuci piring
c. Pola aktivitas di dalam  mencuci piring-memasak-menyiapkan
dapur  memasak-menyiapkan-mencuci piring

146
d. Cara menyediakan  masak sendiri  beli (catering)
makanan
e. Bahan makanan  olahan sendiri  bumbu instan

f. Keluhan setelah bekerja  ada keluhan  tidak ada keluhan

Gambar pola aktivitas

147
4. Data Antropometri Pengguna
Data Antropometri UKURAN ( cm)
No
Responden
1 Tinggi badan berdiri

2 Tinggi mata berdiri

3 Tinggi bahu berdiri

4 Tinggi siku berdiri

5 Tinggi pinggang berdiri

6 Jangkauan vertikal berdiri

7 Jangkauan horizontal

8 Panjang lengan bawah

9 Tinggi lutut

12 Lebar bahu

13 Tinggi panggul

14 Rentangan tangan

148
STUDI ERGONOMI PADA DAPUR RUMAH TINGGAL
SEDERHANA DITINJAU DARI ASPEK ANTROPOMETRI
(Kasus Perumnas Antang Kota Makassar)
KUESIONER

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan wawancara ini dilakukan adalah untuk mengetahui pola


penataan dan ukuran perabot yang ada pada dapur rumah tinggal
sederhana, aktivitas di dapur dan kesesuaian penataan perabot dengan
antropometri pengguna dan aktivitas pengguna dapur. Atas waktu yang
Ibu luangkan, kami ucapkan terima kasih.

DATA UMUM RESPONDEN


ALAMAT :
USIA :

PERTANYAAN KUESIONER
Pertanyaan dibawah ini adalah pertanyaan mengenai aktivitas anda
di dapur rumah tinggal Anda.
i. Apa saja jenis aktivitas yang Anda dilakukan di dapur?
 Menyiapkan bahan, Memasak dan mencuci piring
 Menyiapkan bahan dan masak
 Memasak saja
 Mencuci piring saja
ii. Berapa rata-rata lama Anda beraktivitas di dapur?
 ≤ 15 menit  30 – 45 menit
 15- 30 menit  >45 menit
3. Berapa kali Anda beraktivitas di dapur dalam sehari?
 1 kali  2 kali
 3 kali  >3 kali
4. Apakah ada keluhan yang terjadi setelah bekerja di dapur ?
 selalu  sering
 tidak pernah  jarang

PENUTUP
Terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu. Bila ada
informasi yang kurang, saya harap diisinkan kembali menghubungi Ibu.

149
NORDIC BODY MAP QUESTIONER

Anda diminta untuk menilai apa yang anda rasakan pada bagian tubuh
yang ditunjukan pada gambar. Apakah bagian tubuh yang sudah diberikan
nomor tersebut tidak terasa sakit (pilih A), sedikit sakit (pilih B), sakit
(pilih C) dan sangat sakit (pilih D). Pilih dengan memberikan tanda ()
pada kolom huruf pilihan anda.

TINGKAT PETA BAGIAN TUBUH


NO LOKASI (SAKIT) KESAKITAN
A B C D
0 Kaku pada leher atas
1 Pada Leher bawah
2 Pada Bahu kiri
3 Pada Bahu kanan
4 Pada Lengan atas kiri
5 Pada Punggung
6 Pada lengan atas kanan
7 Pada pinggang
8 Pada pantat (buttock)
9 Pada pantat (bottom)
10 Pada siku kiri
11 Pada siku kanan
12 Pada lengan bawah kiri
13 Pada lengan bawah kanan
14 Pergelangan tangan kiri
15 Pergelangan tangan kanan
16 Pada tangan kiri
17 Pada tangan kanan
18 Pada paha kiri
19 Pada paha kanan
20 Pada lutut kiri
21 Pada lutut kanan
22 Pada betis kiri
23 Pada betis kanan
24 Pergelangan kaki kiri
25 Pergelangan kaki kanan
26 Pada kaki kiri
27 Pada kaki kanan
. Perhitungan Persentil

150
1. Tinggi badan berdiri
b. Perhitungan
𝑉
𝑥 = 𝑥
100
𝑥= 3,7
153,5
100
= 5,68

c. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 153,5 – 1,645 (5,68)
= 153,5 – 9,34
= 144,16

d. Persentil 50
P5 = 153,5

e. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 153,5 + 1,645 (5,68)
= 153,5 + 9,34
= 162,84

2. Tinggi mata berdiri


g. Perhitungan
𝑥 = 𝑉 𝑥
100
𝑥= 3,7
143,5
100
= 5,30

h. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 143,5 – 1,645 (5,30)
= 143,5 – 8,71
= 134,79

i. Persentil 50
P5 = 143,5

j. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx

151
= 143,5 + 1,645 (5,68)
= 143,5 + 8,71
= 152,21

3. Tinggi bahu berdiri


a. Perhitungan
𝑉
𝑥 = 𝑥
100
𝑥= 3,7
127
100
= 4,7

b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 127 – 1,645 (4,7)
= 127 – 7,73
= 119,27

c. Persentil 50
P5 = 127

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 127 + 1,645 (4,7)
= 127 + 7,73
= 134,73

4. Tinggi siku berdiri


e. Perhitungan
𝑥 = 𝑉 𝑥
100
𝑥= 3,7
97,63
100
= 3,61

f. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 97,63 – 1,645 (3,61)
= 97,63 – 5,93
= 91,7

g. Persentil 50
P5 = 97,63

152
h. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 97,63 + 1,645 (3,61)
= 97,63 + 5,93
= 103,26

5. Tinggi pinggang berdiri


i. Perhitungan
𝑉
𝑥 = 𝑥
100
𝑥= 3,7
92,86
100
= 3,43

j. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 92,86– 1,645 (3,43)
= 92,86 – 5,64
= 87,22

k. Persentil 50
P5 = 92,86

l. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 92,86+ 1,645 (3,43)
= 92,86+ 5,64
= 98,5

6. Jangkauan vertikal berdiri


a. Perhitungan
𝑥 = 𝑉 𝑥
100
𝑥= 3,7
191,54
100
= 7,1

b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 191,54– 1,645 (7,1)
= 191,54 – 11,67
= 179,87

153
c. Persentil 50
P5 = 191,54

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 191,54+ 1,645 (7,1)
= 191,54+ 11,67
= 203,21

7. Jangkauan horisontal
a. Perhitungan
𝑉
𝑥 = 𝑥
100
𝑥= 5,9
66,68
100
= 3,93

b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 66,68 – 1,645 (3,93)
= 66,68 – 6,46
= 60,22

c. Persentil 50
P5 = 66,68

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 66,68 + 1,645 (3,93)
= 66,68 + 6,46
= 73,14

8. Jangkauan horisontal
a. Perhitungan
𝑥 = 𝑉 𝑥
100
𝑥= 4,6
42
100
= 1,93

b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 42 – 1,645 (1,93)

154
= 42 – 3,17
= 38,83

c. Persentil 50
P5 = 42

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 42 + 1,645 (1,93)
= 42 + 3,17
= 45,17

9. Tinggi lutut
a. Perhitungan
𝑉
𝑥 = 𝑥
100
𝑥= 4,6
43,5
100
= 2,0

b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 43,5 – 1,645 (2,0)
= 43,5 – 3,29
= 40,21

c. Persentil 50
P5 = 43,5

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 43,5 + 1,645 (2,0)
= 43,5 + 3,29
= 46,79

10. Lebar bahu


a. Perhitungan
𝑥 = 𝑉 𝑥
100
𝑥= 5,9
39,63
100
= 2,33

155
b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 39,63 – 1,645 (2,33)
= 39,63 – 3,83
= 35,8

c. Persentil 50
P5 = 39,63

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 39,63 + 1,645 (2,33)
= 39,63 + 3,83
= 43,46
11. Tinggi panggul
a. Perhitungan
𝑉
𝑥 = 𝑥
100
𝑥= 4,6
25,54
100
= 1,17

b. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 25,45 – 1,645 (1,17)
= 25,54 – 1,92
= 23,62

c. Persentil 50
P5 = 25,54

d. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 25,54 + 1,645 (1,17)
= 25,54 + 1,92
= 27,46

12. Rentangan tangan


e. Perhitungan
𝑥 = 𝑉 𝑥
100
𝑥= 5,9
154,31
100
= 9,10

156
f. Persentil 5
P5 = 𝑥̅ – 1,645 σx
= 154,31 – 1,645 (9,10)
= 154,31 – 14,96
= 139,35

g. Persentil 50
P50 = 154,31

h. Persentil 95
P95 = 𝑥̅ + 1,645 σx
= 154,31+ 1,645 (9,10)
= 154,31+ 14,96
= 169,27

PERSENTIL (%)
Dimensi tubuh N MIN MAX RANGE MEAN SD
5 50 95

Tinggi badan berdiri 22 145 163 18 153 5,68 144,16 153,5 162,84

Tinggi mata berdiri 22 132 157 25 143 5,30 134,79 143,5 152,21

Tinggi bahu berdiri 22 115 138 13 127,5 4,7 119,27 127 134,73

Tinggi siku berdiri 22 87 105 18 99 3,61 91,7 97,63 103,26

Tinggi pinggang berdiri 22 85 100 15 93,5 3,43 87,22 92,86 98,5

191,54
Jangkauan vertikal berdiri 22 180 202 22 192,5 7,1 179,87 203,21

Jangkauan horizontal 22 60 75 15 66,5 3,93 60,22 66,68 73,14

Panjang lengan bawah 22 34 47 13 42 1,93 38,83 42 45,17

Tinggi lutut 22 33 48 15 44 2,0 40,21 43,5 46,79

Lebar bahu 22 30 43 13 40 2,33 35,8 39,63 43,46

Tinggi panggul 22 23 28 5 25 1,17 23,62 25,54 1,92

Rentangan tangan 22 142 168 26 154 139,5 154,31 169,27 9,10

157

Anda mungkin juga menyukai