Anda di halaman 1dari 186

SKRIPSI

POLA PERILAKU TERITORIAL TERHADAP RUANG


KOMUNAL COMMUNITY HOUSE WISMA BAJI RUPA
MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

ANDI SYAHRANI RAHIM

D51116002

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

POLA PERILAKU TERITORIAL TERHADAP RUANG KOMUNAL COMMUNITY


HOUSE WISMA BAJI RUPA MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

ANDI SYAHRANI RAHIM


D51116002

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian yang dibentuk dalam rangka Penyelesaian
Studi Program Sarjana Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
pada tanggal dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui:

Pembimbing Utama, Pendamping Pembimbing,

Afifah Harisah, S.T., M.T., Ph.D. Dr. Mohammad Mochsen Sir, ST., MT.
NIP. 19700804 199702 2 001 NIP . 19690407 199603 1 003

Ketua Program Studi,

Dr. H. Edward Syarif, S.T., M.T


NIP. 19690612 199802 1 001

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang Bertanda Tangan di bawah ini;


Nama : Andi Syahrani Rahim
NIM : D51116002
Program Studi : Arsitektur
Jenjang : S1

Menyatakan dengan ini bahwa karya tulisan saya berjudul

POLA PERILAKU TERITORIAL TERHADAP RUANG KOMUNAL


COMMUNITY HOUSE WISMA BAJI RUPA MAKASSAR

Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
orang lain bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Sebagian atau
keseluruhan Skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut.

Makassar, 8 januari 2021


Yang menyatakan

Andi Syahrani Rahim

iii
KATA PENGANTAR

Al-hamdu lillahi rabbil 'alamin, skripsi yang disusun sejak tahun 2019 hingga tahun
2021 berjudul "Pola Perilaku Teritorial terhadap Ruang Komunal Community House
Wisma Baji Rupa Makassar", sedikit lagi akan menghantarkan penulis dalam meraih
gelar Sajana Arsitektur. Tidak terasa, 5 tahun yang sangat berarti dalam hidup saya
sebentar lagi akan menjadi memori yang kelak bisa kuceritakan kepada masa depan.
Pada halaman ini, Ijinkan saya mengenang dan menulis beberapa nama sebagai
ungkapan rasa terima kasih karena telah berkontribusi besar dalam perjalanan saya
dalam meraih gelar Sarjana Arsitektur. Mulai dari keluarga, sahabat, pejabat kampus,,
hingga:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Ir. Andi Rahim dan Ibu Andi Fatmawati
Moenta, S. pd, yang selalu menyemangati serta memberi dukunggan atas segala
keputusan yg saya pilih dalam hidup. Kepada kedua adik saya Andi Muthiah
Rahim dan Andi Khalid Rahim yang begitu cepat pertumbuhannya, sehingga
memotivasi saya untuk se-segera mungkin menyelesaikan studi.
2. Orang tua angkat di perantauan Prof. Dr. H. A. Pangerang Moenta S.H., M.H.,
DFM dan Ibu Hj. A. Juniati adinda yg telah menganggap saya seperti anak
kandungnya sendiri. Saudara-saudara sepupu seperjuangan kuliah Andi Khalil
Muslim S.H., M.H, Andi Hizba Muhammad S.T, Andi Qonitah Adilah S.H,
Andi Iqramul Qalam, dan Andi Muh. Fadlurrahman S.S. Terima kasih tim hore.
3. Dosen-Dosen Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
khususnya Bapak Dr. H. Edward Syarif S.T., M.T selaku Ketua Departemen
yang selalu bersikap ramah dan mengayomi mahasiswanya. Dosen-Dosen Labo
Teori, Bapak Abdul Mufti Radja, S.T., M.T., Ph. D, Ibu Andi Karina Deapati,
S. Ars., M.T, Ibu Syahriana Syam S.T., M.T, khususnya Ibu Ir. Ria Wikantari,
M. Arch., Ph. D selaku Kepala Labo, yang sejak awal memasuki Workshop
selalu menyemangati, memberi motivasi, mencari ketika tidak ada kabar, serta
mendampingi Mahasiswa labo dalam memperjuangkan gelar Sarjana
Arsitektur. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan
Ibu beserta Dosen-Dosen Labo Teori.

iv
4. Dosen Pembimbing skripsi Ibu Afifah Harisah, S.T., M.T., Ph. D dan Bapak Dr.
Ir. Moh. Mochsen Sir, S.T., M.T yang senantiasa memberikan arahan,
bimbingan dan dukungan selama proses penyusunan hingga selesainya skripsi
ini. Terima kasih atas kesabaran Bapak dan Ibu dalam membimbing saya yang
merepotkan ini. Semoga segala ilmu pendidikan maupun karakter yang
diberikan dapat saya pergunakan dan sebarkan secara positif ke orang-orang
sekitar saya.
5. Terima kasih kepada Pak John, Ibu Anti, dan kak Indah yang telah membantu
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi
Jurusan. Meskipun kadang terdapat drama-drama tipis yang menguras air mata,
semoga dapat menjadi peringatan dan pembelajaran bagi saya kedepannya
untuk selalu mempersiapkan dan melakukan sesuatu secara matang dan teliti.
6. Kepada keluarga besar HMA FT-UH, PREZIZI 2016 khususnya Navillera
(Intan, Yasmin, Dila dan Lia), Irwan, Wawan , Hilmi, Khiyari, Ucci, Tias, Rafil,
Inar, Alif, Ayu wardani, Vir, Rini, Cipi dan teman teman lainnya yang telah
mewarnai hari-hari penulis selama menjadi mahasiswa, Sedih juga yah,
mengingat kita yang dipertemukan oleh pendidikan akan segera dipisahkan oleh
masa depan masing-masing.
7. Teman-teman seperjuangan skripsi di Labo Teori dan juga pengungsi-
pengungsinya hehe, Terkhusus Amila Mufliha Budi Taufiq S. Ars, Andi Ratu
Walang S. Ars dan Rona Aprilia (calon) S. Ars yang silih berganti saling
menguatkan dan menyemangati selama proses penyusunan skripsi. Kalian luar
biasa, anak pertama perempuan yang ekspektasinya terhadap keluarga setinggi
Burj Khalifa hehe. Semangat Rona !!, sedikit lagi kok jadi S.Ars juga.
8. Sahabat-sahabatku tercinta Dokter Azimar dan Indo Astri yang selalu
mendampingi dan memahami penulis dalam keadaan apapun, tim peneliti Frau
Nandet dan Sabda Sari yang setia mendampingi penulis apabila merasa
kesulitan dalam mengambil data, Yuda dan Ote sobat sadboy bucinku yang
telfonnya di jam-jam genting kadang sangat membantu kalau lagi begadang.
Home Sweet Home (Nopita dan Annu) selaku teman kost yang pernah menjadi
tempat pulang ternyaman selama 2 tahun hidup di Gowa. Desty dan Momon,

v
Rumah samawa, sabrina, rumah Mila, dan kost berlian. Terima kasih sudah
menampung sementara di tempat kalian, kalau saya sudah tidak sanggup bolak-
balik tamalanrea gowa selama urus tugas akhir.
9. Terima kasih Technosid teman seperjuangan di Teknik sejak maba hingga
sekarang. Zaim mesin, Bima dan Wawan tambang, Azki kelautan, Ros, Musda,
dan Vita PWK, Ve, Mario, dan Dedi Industri, Zavira dan Jamal Perkapalan,
Ikhsan sobat pinrang yg kulupa jurusannya, Kak restu Elektro, Cun juga kulupa
Jurusannya, Putik Geologi. Terima kasih sudah menjadi teman pertama di
Teknik, yg tidak bisa dilupa semua pengalaman bersamanya.
10. Seluruh Penghuni Wisma Baji Rupa Makassar khususnya Kak Uya dan kak Sari
yang selama ini memfasilitasi dan mempermudah proses penelitian penulis.
Abbas dan Zokkir yang selalu menghibur dan menemani di Lobi selama
meneliti.
11. Terima kasih juga untuk nama yang masih belum berani kusebut namanya
disini, tapi akan selalu kusebut dalam Doa. Meskipun secara tidak sadar telah
memberi dukungan moril dan motivasi.
12. Dan kamu yang repot-repot baca skripsi ini, bahkan ucapan terima kasihnya
juga dibaca. Semoga kalau juga lagi garap skripsi dimudahkan yah !

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Atas segala
bantuan, dorongan, dan jerih payah dari semua pihak yang terkait semoga
mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Wassalamu Alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 4 Juni 2021

Penulis

vi
ABSTRAK

Teritori dikenal sebagai wilayah yang ditandai atau diklaim dengan sebuah
penandaan dari atribut, perilaku, maupun interaksi terhadap lingkungannya.
Teritorialitas merupakan perilaku teritorial yang dilakukan sebagai upaya dalam
menandakan adanya sebuah teritori. Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasi
bentuk-bentuk perilaku teritorial serta jenis teritori yang terdapat pada ruang
komunal sebuah hunian komunitas. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
observasi partisipatif, time budget, wawancara, serta pelacakan jejak yang
didokumentasikan dalam bentuk foto dan video selama 30 hari. Data yang telah
terkumpul selanjutnya akan dianalisis secara induktif menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis teritori pada
ruang komunal Wisma Baji Rupa Makasaar, yaitu attached territory, central
territory, supporting territory, serta peripheral territory yang terbentuk
berdasarkan fungsi ruang, sifat ruang, pengakses ruang, serta kegiatan yang
berlangsung didalamnya. Terdapat ruang yang memiliki sifat teritori semi-
permanen karena perubahan sifat ruang dalam rentan waktu tertentu, terdapat pula
ruang yang memiliki sifat teritori permanen. Penghuni melakukan upaya berupa
adaptasi dan adjustment sebagai hasil dari kemampuan mereka untuk memahami
hubungan antara kondisi setting fisik pada ruang dan personalisasi perilaku dalam
keinginannya menciptakan teritori.

Kata kunci: Community House, Teritori, Perilaku Teritorial.

vii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................xv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xix
GLOSARIUM ...................................................................................................xx
BAB I ................................................................................................................22
PENDAHULUAN .............................................................................................22
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 22
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 25
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 25
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 25
1.5. Lingkup Penelitian .......................................................................................... 25
1.6. Alur pikir penelitian ........................................................................................ 26
1.7. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 27
BAB II ...............................................................................................................28
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................28
2.1. Community House (Tempat Penampungan Sementara Pengungsi) ............... 28
2.2. Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow (1970) ......... 29
2.3. Hirarki Pemenuhan Kebutuhan Manusia akan Hunian ................................... 32
2.4. Tinjauan terhadap Ruang ................................................................................ 34
2.5. Teritorialitas terhadap Ruang .......................................................................... 38
2.6. Behavioral Setting dalam Arsitektur ............................................................... 44
2.7. Penelitian Terkait .............................................................................................. 2
2.8. Kerangka Konsep Teori .................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................8
METODE PENELITIAN ....................................................................................8

viii
3.1. Paradigma Penelitian ........................................................................................ 8
3.2. Jenis Penelitian.................................................................................................. 8
3.3. Lokasi dan Waktu penelitian ............................................................................ 9
3.3.1. Lokasi Penelitian............................................................................................... 9
3.3.2. Waktu Penelitian ............................................................................................. 10
3.4. Situasi Sosial ................................................................................................... 10
3.5. Fokus Amatan ................................................................................................. 11
3.6. Unit Amatan/ Analisis Amatan ....................................................................... 11
3.7. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 12
3.8. Data dan Jenis Data ........................................................................................ 13
3.8.1. Jenis Data ........................................................................................................ 13
3.8.2. Sumber Data.................................................................................................... 13
3.9. Variabel penelitian .......................................................................................... 13
3.10. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran .................................... 14
3.11. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 15
3.11.1. Data Literatur .................................................................................................. 15
3.11.2. Time budget .................................................................................................... 15
3.11.3. Pengamatan Jejak Fisik (Physical Trace) ....................................................... 16
3.11.4. Dokumentasi ................................................................................................... 16
3.11.5. Observasi (Pengamatan) ................................................................................. 16
3.11.6. Place-Centered Maps ...................................................................................... 17
3.11.7. Wawancara...................................................................................................... 18
3.12. Teknik Pengolahan Data ................................................................................. 18
3.13. Teknik Analisis Data....................................................................................... 19
3.14. Keabsahan Data .............................................................................................. 19
3.15. Sampel ............................................................................................................ 20
BAB IV..............................................................................................................21
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................21
4.1. Gambaran umum Wisma Baji Rupa Makassar ............................................... 21
4.2. Ruang Komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar ........................................ 23
4.3. Denah Setting Ruang Komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar ................ 24
4.4. Penggunaan Ruang Komunal oleh penghuni .................................................. 30
4.4.1. Halaman .......................................................................................................... 33
4.4.2. Parkiran ........................................................................................................... 35

ix
4.4.3. Teras................................................................................................................ 39
4.4.4. Lobi ................................................................................................................. 44
4.4.5. Ruang Resepsionis .......................................................................................... 50
4.4.6. Ruang CCTV .................................................................................................. 52
4.4.7. WC umum ....................................................................................................... 54
4.4.8. Tangga ............................................................................................................ 56
4.4.9. Selasar ............................................................................................................. 61
4.4.10. Dapur .............................................................................................................. 69
4.4.11. Ruang jemur .................................................................................................... 83
4.4.12. Balkon ............................................................................................................. 85
4.4.13. Lantai atap....................................................................................................... 87
4.5. Analisis Teritori pada Ruang Komunal Wisma Baji Rupa Makassar ............. 92
BAB V ...............................................................................................................96
PENUTUP .........................................................................................................96
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 96
5.2. Saran ............................................................................................................... 97
5.3. Hambatan dan Keterbatasan Penelitian........................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................98
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................102
LAMPIRAN 1 (URAIAN DIAGRAM PER-HARI) ................................................. 102
LAMPIRAN 2 (ANALISIS MAPPING AKTIVITAS) ............................................ 129
LAMPIRAN 3 (DOKUMENTASI PELACAKAN JEJAK ) .................................... 136

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hierarki kebutuhan Maslow ................................................................ 30


Gambar 2. hirarki kebutuhan akan rumah berdasarkan Maslow oleh Israel ......... 33
Gambar 3.Wisma Baji Rupa Makassar ................................................................... 9
Gambar 10. Keterangan letak kamar dan karakteristik penghuni ......................... 21
Gambar 11. Ilustrasi letak kamar penghuni .......................................................... 22
Gambar 12. Denah setting ruang komunal pada lantai 1 ...................................... 24
Gambar 13. Denah setting ruang komunal pada lantai 2 ...................................... 25
Gambar 14. Denah setting ruang komunal pada lantai 3 ...................................... 26
Gambar 15. Denah setting ruang komunal pada lantai 4 ...................................... 27
Gambar 16.Denah setting ruang komunal pada lantai 5 ....................................... 28
Gambar 17. Denah setting ruang komunal pada lantai atap ................................. 29
Gambar 18. Aktivitas bermain di halaman ........................................................... 33
Gambar 19. Aktivitas duduk santai di Halaman ................................................... 34
Gambar 20. Kondisi dan setting Halaman ............................................................ 34
Gambar 21. Aktivitas memarkir kendaraan di Parkiran........................................ 36
Gambar 22. Aktivitas mencuci tangan di Parkiran ............................................... 36
Gambar 23. Kondisi dan setting Parkiran ......................................................... 37
Gambar 24. Batas teritori yang tercipta pada Parkiran .................................... 38
Gambar 25. Aktivitas bermain di teras ................................................................. 40
Gambar 26. Pemanfaatan teras sebagai tempat parkir .......................................... 40
Gambar 27. Kondisi dan setting Teras .................................................................. 41
Gambar 28. attached territory pada teras ............................................................. 42
Gambar 29. Penciptaan teritori untuk memperluas wilayah pada teras ................ 42
Gambar 30. Perluasan teritori area Parkiran ke Teras........................................... 43
Gambar 31. Interaksi antara pengungsi dan satpam di lobi .................................. 45
Gambar 32. Aktivitas pengungsi dan pengelola di lobi ........................................ 45
Gambar 33. Lobi sebagai tempat penyimpanan kulkas dan dispenser air ............ 46
Gambar 34. Kondisi dan setting Lobi ................................................................... 46
Gambar 35. Penandaan batas teritori oleh perabot................................................ 47

xi
Gambar 36. Perluasan teritori anak-anak yang sedang bermain di lobi ................ 49
Gambar 37. Perluasan area teritori dengan mengubah posisi tubuh (berbaring). . 49
Gambar 38. Interaksi yang terjadi di Lobi ............................................................ 49
Gambar 39. Meja resepsionis sebagai tempat penyimpanan helm ....................... 51
Gambar 40. Kondisi dan setting Ruang Resepsionis ............................................ 52
Gambar 41. Aktivitas pada Ruang CCTV............................................................. 53
Gambar 42. Kondisi dan setting Ruang CCTV..................................................... 53
Gambar 43. Kondisi dan setting WC Umum ........................................................ 55
Gambar 44. Tangga sebagai penghubung ke teritori lain ..................................... 57
Gambar 45. Tangga sebagai wilayah anak-anak bermain ..................................... 57
Gambar 46. Terdapat tempat sampah pada setiap bordes Tangga. ....................... 58
Gambar 47. Fungsi ruang bawah tangga sebagai Parkiran ................................... 58
Gambar 48. Kondisi dan setting Tangga ............................................................... 59
Gambar 49. Penggunaan area bawah tangga sebagai tempat parkir ..................... 60
Gambar 50. Aktivitas transaksi jual beli pada selasar........................................... 62
Gambar 51. Aktivitas memasak pada selasar lantai 2 ........................................... 62
Gambar 52. Selasar sebagai tempat menyimpan barang pribadi .......................... 63
Gambar 53. Selasar sebagai tempat olahraga ........................................................ 63
Gambar 54. Kondisi dan setting selasar 1 ............................................................. 64
Gambar 55. Kondisi dan setting selasar 2 ............................................................. 65
Gambar 56. Kondisi dan setting selasar 3 ............................................................. 66
Gambar 57. Kondisi dan setting selasar 4 ............................................................. 67
Gambar 58. Kondisi dan setting selasar 5 ............................................................. 68
Gambar 59. Aktivitas merokok di Dapur .............................................................. 71
Gambar 60. Aktivitas duduk santai sambil melihat view di Dapur ...................... 71
Gambar 61. Berbagai aktivitas yang dilakukan secara bersama di Dapur ............ 72
Gambar 62. Aktivitas duduk santai di sekitar jendela dan tangga ........................ 72
Gambar 63. Aktivitas memasak sambil berbincang di dapur ............................... 73
Gambar 64. Kondisi dan setting dapur 1 ............................................................... 73
Gambar 66. Area interaksi yang diciptakan di depan jendela dapur 2.................. 75
Gambar 67. Batas wilayah memasak di dapur 2 ................................................... 75

xii
Gambar 68. Bentuk peringatan tertulis di dapur 2 ................................................ 76
Gambar 69. Kondisi dan setting dapur 3............................................................... 77
Gambar 70. Area interaksi yang diciptakan di depan jendela dapur 3.................. 78
Gambar 71. Batas wilayah memasak di dapur 3 ................................................... 78
Gambar 72. Kondisi dan setting dapur 4............................................................... 79
Gambar 73. Area interaksi yang diciptakan di depan jendela Dapur 4 ................. 80
Gambar 74. Batas wilayah memasak di dapur 4 ................................................... 80
Gambar 75. Kondisi dan setting Dapur 5 .............................................................. 81
Gambar 77. Aktivitas menjemur pakaian di ruang jemur ..................................... 84
Gambar 78. Aktivitas mengambil jemuran di ruang jemur................................... 84
Gambar 79. Kondisi dan setting ruang jemur ....................................................... 85
Gambar 80. Aktivitas membuang sampah di Balkon............................................ 86
Gambar 81. Kondisi dan setting Balkon ............................................................... 86
Gambar 82. Alat pembakaran di lantai atap .......................................................... 88
Gambar 83. Aktivitas mencukur rambur di Lantai Atap....................................... 89
Gambar 84. Aktivitas bersantai di atas Atap ......................................................... 89
Gambar 85. Kondisi dan setting lantai atap .......................................................... 90
Gambar 86. Pelanggaran teritori pada Lantai Atap ............................................... 91
Gambar 87. Penandaan batas berupa demarkasi pada Lantai Atap ...................... 91

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terkait ...................................................................................... 3


Tabel 2. Perencanaan Waktu Penelitian ................................................................ 10
Tabel 3. Definisi Operasional variabel dan skala pengukuran .............................. 14
Tabel 4. Ruang komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar ................................. 23
Tabel 5. Aktivitas Pada Halaman .......................................................................... 33
Tabel 6. Aktivitas Pada Parkiran ........................................................................... 35
Tabel 7. Aktivitas Pada Teras ............................................................................... 39
Tabel 8. Aktivitas Pada Lobi................................................................................. 44
Tabel 9. Aktivitas Pada Ruang Resepsionis .......................................................... 50
Tabel 10. Aktivitas Pada Ruang CCTV ................................................................ 52
Tabel 11. Aktivitas Pada WC Umum.................................................................... 54
Tabel 12. Aktivitas pada tangga ............................................................................ 56
Tabel 13. Aktivitas Pada Selasar ........................................................................... 61
Tabel 14. Aktivitas Pada Dapur ............................................................................ 69
Tabel 15. Aktivitas Pada Ruang Jemur ................................................................. 83
Tabel 16. Aktivitas Pada Balkon........................................................................... 85
Tabel 17. Aktivitas Pada Lantai Atap ................................................................... 87

xiv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal selama 30 hari. ........ 30
Diagram 2. Presentase jumlah ativitas pada ruang komunal selama 30 hari ........ 31
Diagram 3. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-1 ................ 102
Diagram 4. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-2 ................ 102
Diagram 5. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-3 ................ 103
Diagram 6. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-4 ................ 103
Diagram 7. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-5 ................ 104
Diagram 8. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-6 ................ 104
Diagram 9. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-7 ................ 105
Diagram 10. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-8 .............. 105
Diagram 11. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-9 .............. 106
Diagram 12. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-10 ............ 106
Diagram 13. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-11 ............ 107
Diagram 14. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-12 ............ 107
Diagram 15. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-13 ............ 108
Diagram 16. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-14 ............ 108
Diagram 17. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-15 ............ 109
Diagram 18. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-16 ............ 109
Diagram 19. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-17 ............ 110
Diagram 20. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-18 ............ 110
Diagram 21. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-19 ............ 111
Diagram 22. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-20 ............ 111
Diagram 23. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-21 ............ 112
Diagram 24. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-22 ............ 112
Diagram 25. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-23 ............ 113
Diagram 26. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-24 ............ 113
Diagram 27. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-25 ............ 114
Diagram 28. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-26 ............ 114
Diagram 29. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-27 ............ 115

xv
Diagram 30. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-28 ............ 115
Diagram 31. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-29 ............ 116
Diagram 32. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-30 ............ 116
Diagram 33. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal selama 30
hari......................................................................................................................... 32
Diagram 34. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 1
............................................................................................................................. 117
Diagram 35. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 2
............................................................................................................................. 117
Diagram 36. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 3
............................................................................................................................. 118
Diagram 37. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 4
............................................................................................................................. 118
Diagram 38. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-5
............................................................................................................................. 118
Diagram 39. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-6
............................................................................................................................. 119
Diagram 40. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-7
............................................................................................................................. 119
Diagram 41. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-8
............................................................................................................................. 119
Diagram 42. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-9
............................................................................................................................. 120
Diagram 43. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-10
............................................................................................................................. 120
Diagram 44. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-11
............................................................................................................................. 121
Diagram 45. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-12
............................................................................................................................. 121
Diagram 46. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-13
............................................................................................................................. 121

xvi
Diagram 47. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-14
............................................................................................................................. 122
Diagram 48. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-15
............................................................................................................................. 122
Diagram 49. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-16
............................................................................................................................. 123
Diagram 50. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-17
............................................................................................................................. 123
Diagram 51. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-18
............................................................................................................................. 123
Diagram 52. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-19
............................................................................................................................. 124
Diagram 53. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-20
............................................................................................................................. 124
Diagram 54. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-21
............................................................................................................................. 125
Diagram 55. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-22
............................................................................................................................. 125
Diagram 56. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-23
............................................................................................................................. 125
Diagram 57. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-24
............................................................................................................................. 126
Diagram 58. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-25
............................................................................................................................. 126
Diagram 59. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-26
............................................................................................................................. 126
Diagram 60. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-27
............................................................................................................................. 127
Diagram 61. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-28
............................................................................................................................. 127

xvii
Diagram 62. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-29
............................................................................................................................. 127
Diagram 63. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-30
............................................................................................................................. 128

xviii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Alur pikir penelitian ............................................................................... 26


Bagan 2. Interaksi perilaku manusia dengan lingkungan versi Weisman ...... 45
Bagan 3. Atribut atau fenomena perilaku oleh Weisman ..................................... 46
Bagan 5. kerangka konsep teori .............................................................................. 7
Bagan 6. Bagan perilaku teritorial manusia terhadap ruang komunal .................. 92

xix
GLOSARIUM

Adapt : Mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan dengan situasi


baru
Agresivitas : Keagresifan
Community : Kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup
saling berinteraksi di daerah tertentu dan memiliki ikatan
emosional
Demarkasi : Berhubungan dengan masalah privasi
Generalisasi : Perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu
kejadian, hal, dan sebagainya.
Hirarki : Susunan yang secara ber-urut dan teratur.
Identitas : Ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang.
Intervensi : Campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak (orang,
golongan, negara, dan sebagainya)
Involvement : Tindakan mengambil bagian dalam sesuatu atau berurusan
dengan seseorang
Kausalitas : Sebab akibat
Komunal : Bersangkutan dengan komune (wilayah yang ditandai oleh
pemilikan dan hak pemakaian secara kolektif).
Krusial : Genting, perlu ditangani segera
Personalisasi : Proses, cara, perbuatan mengubah atau memodifikasi sesuatu.
Proposisi : Ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau
dibuktikan benar tidaknya
Publik : Orang banyak (umum); semua orang yang datang (menonton,
mengunjungi, dan sebagainya)
Ruang komunal : Ruang yang digunakan secara bersama-sama oleh komunitas
tertentu.
Semi publik : Area lebih tersortir dibandingkan area publik
Setting : Lingkungan di mana sesuatu berada; tempat terjadinya
sesuatu

xx
Spasial : Berkenaan dengan ruang atau tempat.
Substantif : Nyata
Teritori : Mengenai bagian wilayah
Teritorial : Perilaku terkait dengan teritori

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu
kelangsungan hidup manusia. Bencana dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor alam dan dapat pula dipicu oleh manusia itu sendiri. Bencana yang
disebabkan oleh manusia dapat berupa konflik seperti perang etnis, kekerasan
kesukuan, perbedaan pandangan mengenai ras, agama, kebangsaan, pendapat
politik, atau keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu yang berujung pada
penganiayaan, perang, ataupun kekerasan. Karena merasa terancam, seseorang atau
sekelompok orang yang tertimpa bencana dapat secara terpaksa melarikan diri dari
negaranya dengan tujuan menyelamatkan hidup serta memperbaiki kondisi
psikologis. Sekelompok orang yang melarikan diri tersebut disebut sebagai pencari
suaka. Untuk mendapatkan pengakuan serta perlindungan hukum di negara tertentu,
seorang pencari suaka harus mengajukan permohonan kepada UNHCR (United
Nations High Commissioner for Refugees) untuk dapat mendapatkan status
pengungsi.
Masuknya pengungsi dan pencari suaka di Indonesia menjadi isi krusial
yang ditanggapi oleh pemerintah bekerjasama dengan komunitas sosial penanganan
pengungsi IOM (International organization for migration) dengan menyediakan
hunian sementara berupa Community House. Community House merupakan hunian
berupa indekos, pondok, wisma, maupun sejenisnya yang disewa oleh pihak IOM
(International organization for migration) untuk menampung orang asing yang
telah ditetapkan statusnya oleh UNHCR sebagai pengungsi dan berkebutuhan
khusus guna memperbaiki situasi fisik maupun psikologis mereka (Better Shelter,
2017).
Rumah adalah wadah dari ekspresi fisik gaya hidup dimana komponen dari
gaya hidup tersebut merupakan gabungan dari konsep kebudayaan, etika, karakter,
dan pandangan hidup penghuninya (Rapoport, 1969). Rumah lebih dari sekedar
sebuah bangunan tapi sebagai konteks kehidupan sosial keluarga, tempat dimana

22
anggota keluarga tinggal, namun juga merupakan kebutuhan hidup untuk
aktualisasi diri dalam bentuk pewadahan kreatifitas dan memberi makna bagi
kehidupan pribadi. Permasalahan aktualisasi diri melalui tempat tinggal ini juga
menjadi permasalahan pada hunian vertikal karena umumnya hunian bersama
tersebut tidak memberi kesempatan penghuni masing-masing satuan hunian untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya.
Salah satu penelitian rumah susun di Makassar (Amal dkk, 2010),
menunjukkan bahwa ruang bersama dalam rumah susun bagi mahasiswa adalah
yang paling rendah tingkat keefektifitasannya karena pola hidup penghuni yang
individual dan mandiri. Koridor lah yang menjadi sangat potensial sebagai ruang
interaksi karena letaknya sangat mudah dijangkau dari satuan hunian. Sedangkan
dalam rumah susun bagi pegawai industri, ruang bersama cukup efektif karena
keikutsertaan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun yang memang
membutuhkan ruang untuk beraktivitas bagi anggota keluarga yang tidak pergi
bekerja. Pengungsi merupakan kategori yang serupa dengan pegawai industri,
karena kebanyakan aktivitas mereka lakukan di dalam huntara serta terdapat
beberapa pengungsi yang telah berkeluarga.
Suatu area yang dikontrol oleh individu/ kelompok yang dititikberatkan pada
kepemilikan secara fisik disebut dengan teritori.Teritori dikenal wilayah yang
ditandai atau diklaim dimiliki dengan sebuah penandaan dari atribut, perilaku,
maupun lingkungannya. Teritorialitas merupakan upaya individu/kelompok untuk
memberikan pengaruh dengan melakukan pengontrolan terhadap terhadap objek,
manusia, dan relasi yang membatasi dan menegaskan kontrol pada teritori.
Teritorialitas akan dicapai dengan melakukan perilaku-perilaku teritorial. Manusia
memiliki cara yang berbeda-beda dalam melakukan penandaan dan merespon
gangguan berdasarkan tipe-tipe teritori dan bentuk fisiknya. (Laurens, 2004)
mendefinisikan teritorial sebagai salah satu hubungan antar pola tingkah laku
dengan hak kepemilikan seseorang atau kelompok atas suatu tempat. Hal ini yang
menjelaskan mengapa manusia memerlukan teritorialitas dan membangun teritori
dimanapun mereka tinggal dan hidup.

23
Tulisan ini mencoba untuk membahas fenomena tersebut dengan mengangkat
sebuah kasus guna mengidentifikasi jenis-jenis teritori serta perilaku territorial
pada huntara (community house) Wisma Baji Rupa Makassar. Meskipun terdapat
keterbatasan pada lahan, fisik bangunan dan status, community house masih
memiliki eksistensi ruang-ruang sosial budayanya, yaitu ruang komunal yang
diciptakan oleh pengungsi serta ruang yang digunakan penghuni sebagai upaya
memenuhi aktivitas sehari-hari. Penelitian ini merupakan upaya mengkaji lebih
dalam jenis-jenis teritori serta pembentukan teritori yang diwujudkan dalam bentuk
eksistensi ruang komunal. Khususnya pada hunian sementara (Community House)
Wisma Baji Rupa Makassar.

24
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengindentifikasi beberapa hal,
yaitu:
a. Bagaimana perilaku teritorial yang ditunjukan oleh penghuni pada Ruang
Komunal Community House Wisma Baji Rupa Makassar?
b. Jenis teritori apa yang terdapat pada Ruang Komunal Community House
Wisma Baji Rupa Makassar?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan perilaku teritorial yang terdapat pada ruang
komunal Community House Wisma Baji Rupa Makassar.
b. Untuk mengidentifikasi jenis teritori yang terdapat pada ruang komunal
Community House Wisma Baji Rupa Makassar.
1.4. Manfaat Penelitian
Bagi Arsitek atau Praktisi Arsitektur, diharapkan dapat membuka wawasan
dan sudut pandang yang baru tentang pentingnya pengetahuan perilaku manusia
dalam hubungannya dengan lingkungan, sehingga menjadikan manusia sebagai
sentral dalam proses perancangan karena pada dasarnya keberhasilan karya
arsitektur ditandai dengan mampu memberikan kesejahteraan terhadap pemakai
(manusia) dan lingkungannya. Bagi Ilmu Arsitektur, hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan referensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya dengan topik
serupa. Selain bagi arsitek dan ilmu arsitektur, penelitian ini juga diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan dan bahan referensi bagi pemerintah maupun komunitas
sosial lainnya dalam pengambilan kebijakan terhadap bantuan hunian, baik itu
bersifat sementara maupun permanen.
1.5. Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini meliputi perilaku-perilaku
teritorial yang ditunjukkan oleh penghuni (pengungsi, pengelola, satpam) pada saat
beraktivitas di Ruang Komunal Wisma Baji Rupa Makassar. Ditinjau dari setting
fisik (batas antar ruang dan tata layout perabot) serta penggunaan Ruang Komunal.

25
1.6. Alur pikir penelitian

Bagan 1. Alur pikir penelitian


Sumber: Analisis Penulis, 2020.

26
1.7. Sistematika Penulisan
Proposal penelitian ini disusun dalam bentuk penulisan yang terdiri atas lima
bab secara berurutan. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut :

• BAB I
Bab ini menguraikan latar belakang penulisan skripsi, permasalahan yang
dibatasi dan dipilih oleh penulis untuk dibahas, tujuan penulisan, manfaat
yang diperoleh dari hasil penelitian, alur pikir penelitian, serta sistematika
penulisan skripsi.
• BAB II
Bab ini Menguraikan tentang tinjauan teoritik yang berisi yang penulis dasar-
dasar teori, studi kepustakaan atau literatur, serta hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan topik dan fokus penelitian, kemudian dijadikan acuan
dalam proses penyusunan kerangka konsep penelitian.
• BAB III
Bab ini berisi metode penelitian, menguraikan paradigma dan jenis penelitian,
penjelasan kasus yang diangkat berupa tinjauan pengamatan secara umum.
Pembahasannya yakni mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
objek penelitian, fokus amatan, unit amatan dan analisis amatan, instrument
penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
pengelolahan data, teknik analisis data, keabsahan data, situasi sosial, serta
sampel penelitian.
• BAB IV
Bab ini berisi data-data hasil observasi berupa gambaran umum dari lokasi
penelitian, uraian sampel penelitian, interpretasi data penelitian, serta serta
pembahasan hasil penelitian oleh penulis berdasarkan data yang diperoleh
dengan teori-teori yang dijadikan acuan penelitian.
• BAB V
Bab ini berisi penutup, yaitu hasil pemikiran akhir penulis atau kesimpulan
akhir, saran dari penulis berdasarkan hasil yang diperoleh, serta tinjauan
Pustaka

27
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Community House (Tempat Penampungan Sementara Pengungsi)


2.1.1. Definisi Community House
Masuknya pengungsi dan pencari suaka di Indonesia merupakan isi krusial
yang ditanggapi oleh pemerintah bekerjasama dengan komunitas sosial penanganan
pengungsi IOM (International organization for migration) dengan menyediakan
tempat penampungan sementara atau hunian sementara. Penampungan pengungsi
adalah tempat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan orang-orang
yang terlantar akibat konflik bersenjata dan bencana alam (Better Shelter, 2017).
Community house merupakan tempat penampungan sementara berbentuk
Collective Shelter atau penampungan kolektif. Kebanyakan bangunan yang
digunakan sebagai penampungan kolektif merupakan bangunan komunal, namun
bisa juga milik pribadi. Community house yang terdapat di Kota Makassar
merupakan jenis bangunan vertikal berbentuk indekos, pondok, wisma, dan
sejenisnya.
2.1.1. Fungsi Community House
Fungsi Community House dalam UNHCR Emergency Handbook (2015)
adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan lingkungan hidup yang aman dan sehat dengan privasi dan
martabat bagi orang-orang yang memprihatinkan.
b. Untuk melindungi orang-orang yang mendapat perhatian dari berbagai risiko,
termasuk penggusuran, eksploitasi dan pelecehan, kepadatan penduduk yang
berlebihan, akses terhadap layanan yang buruk, dan kondisi kehidupan yang
tidak higienis.
c. Untuk mendukung kemandirian, memungkinkan orang-orang yang memiliki
kepedulian untuk menjalani kehidupan yang konstruktif dan bermartabat.
d. Untuk mengenali, dan mendorong aktor lain untuk mengenali, bahwa setiap
orang, termasuk setiap pengungsi, berhak untuk bergerak bebas, sesuai
dengan hak asasi manusia dan hukum pengungsi.

28
e. Untuk membantu pengungsi memenuhi kebutuhan pokok mereka dan
menikmati hak ekonomi dan sosial mereka dengan bermartabat, memberi
kontribusi pada negara yang menghostingnya dan menemukan solusi jangka
panjang untuk mereka sendiri.
f. Untuk memastikan bahwa semua orang yang memprihatinkan menikmati hak
mereka atas pijakan yang sama dan dapat berpartisipasi dalam keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka (pendekatan age, gender, diversity / AGD)
g. Untuk memastikan bahwa penyelesaian dan kebijakan dan keputusan terkait
didorong terutama oleh kepentingan terbaik para pengungsi.

2.2. Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow (1970)


1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang memiliki prioritas tertinggi
dalam hirarki Maslow. Kebutuhan fisiologis meliputi: kebutuhan
oksigen,cairan, makanan, eliminasi urin, istirahat, aktivitas, kesehatan
temperatur tubuh,dan seksual.
2. Keselamatan dan Rasa Aman
Kebutuhan ini merupakan yang perlu mengidentifikasi jenis ancaman yang
bisa membahayakan bagi manusia. Maslow memberi contoh hal-hal yang
biasa memuaskan kebutuhan keselamatan dan keamanan seperti tempat
dimana orang dapat merasa aman dari bahaya, misalnya rumah yang
memberikan perlindungan dari bencana cuaca
3. Kebutuhan akan Rasa Cinta
Setelah seseorang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka
menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta seperti keinginan untuk
berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk
menjadi bagian sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, dan lingkungan
mayarakat. Cinta dan keberadaan mencakup beberapa aspek, seperti
seksualitas dan hubungan dengan manusia lain, juga kebutuhan untuk
memberi dan mendapatkan cinta.
4. Kebutuhan Harga Diri

29
a) Menghargai diri sendiri (self respect) yang memiliki kekuatan,
penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan
kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri,
bahwa dirinya berharga mampu mengusai tugas dan tantangan hidup.
b) Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others) adalah
kebutuhan penghargaan dari orang lain, ketenaran, dominasi menjadi
orang penting, kehormatan dan apresiasi.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan diri sendiri (self
fulfiment), untuk menyadari smeua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja
yang dia dapat melakukannya dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai
puncak prestasi potensinya. Kebutuhan aktualisasi diri ini yaitu kebutuhan
untuk ingin berkembang, ingin berubah, ingin mengalami transformasi
menjadi lebih bermakna (Alwisol 2004). Kebutuhan ini merupakan puncak
dari hirarki kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan potensi
dan kapasitas secara penuh. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi
untuk menjadi segala sesuatu yang diamampu untuk menjadi yang diinginkan.

Gambar 1. Hierarki kebutuhan Maslow


Sumber: Internet, 2020.

Rumah adalah wadah dari ekspresi fisik gaya hidup dimana komponen dari
gaya hidup tersebut merupakan gabungan dari konsep kebudayaan, etika, karakter,
dan pandangan hidup penghuninya (Rapoport, 1969). Rumah lebih dari sekedar

30
sebuah bangunan tapi sebagai konteks kehidupan sosial keluarga, tempat dimana
anggota keluarga tinggal, namun juga merupakan kebutuhan hidup untuk
aktualisasi diri dalam bentuk pewadahan kreatifitas dan memberi kenyamanan bagi
penghuninya.
Sebagai sebuah rumah, community house harus mampu memenuhi
kebutuhan penghuninya. hirarki pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut
Abraham Maslow (1970) termasuk kedalam lima prioritas. Urutan tingkat prioritas
dari yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa
aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki, kebutuhan harga diri, hingga
kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian Toby Israel dalam bukunya berjudul "Some
Place Like Home, design psychology to create ideal place", membahas mengenai
pemenuhan kebutuhan manusia terhadap hunian mengacu pada hirarki kebutuhan
manusia yang dikemukakan Maslow. Israel menjabarkan bahwa sebuah hunian
dalam tingkatan paling rendahnya harus dapat memenuhi kebutuhan fisik.
Tingkatan keduanya adalah pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Pada tingkat
ketiga, sebuah hunian dituntut untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia,
khususnya belongingness (rasa memiliki-dimiliki). Tingkat keempat adalah
pemenuhan kepuasan estetika, dan tingkat terakhir adalah hunian sebagai
pengaktualisasian diri.

Home as Self-actualization

Home as Satisfaction of Aesthetic


Need

Home as Satisfaction of Social


Need

Home as Satisfaction of
Psychological Need

Home as Shelter

Gambar. hirarki kebutuhan akan rumah berdasarkan Maslow oleh Israel


Sumber: Toby Israel. Some Place Like Home, using Design Psychology to Create Ideal
Places, 2003.

31
1. Pada tingkat pemenuhan kebutuhan fisik, sebuah hunian harus dapat
mengakomodasi penghuninya untuk tidur, beraktivitas, makan dan minum,
serta memfungsikan organ tubuhnya.
2. Pada tingkat kebutuhan akan rasa aman, sebuah hunian harus dapat menjamin
rasa aman dari ancaman dunia luar kepada penghuninya. Hunian adalah
pelingung penghuni dari dunia luar, jika ia sudah berada di dalamnya ia akan
merasa aman.
3. Pada tingkat ketiga yaitu kebutuhan sosial, sebuah hunian dituntut untuk
memenuhi kebutuhan manusia untuk bersosialisasi. Kemudian juga rasa
memiliki dan dimiliki di tempat tersebut, serta rasa tergabung dalam suatu
kelompok, dalam hal ini kelompok orang yang bertinggal di tempat yang
sama.
4. Pada tingkat kepuasan diri, hunian menjadi seting untuk merasakan
nikmatnya keindahan, pencitraan terhadap penghargaan apa saja yang telah
diterima penghuninya.
5. Pada tingkat pengaktualisasian diri, hunian mencerminkan penghuninya,
memiliki ciri khusus yang menyimbolkan penghuninya. Israel berpendapat
bahwa tingkat ini telah dicapai jika empat tahap kebutuhan akan rumah yang
sebelumnya telah tercapai.
2.3. Hirarki Pemenuhan Kebutuhan Manusia akan Hunian
Rumah adalah wadah dari ekspresi fisik gaya hidup dimana komponen dari
gaya hidup tersebut merupakan gabungan dari konsep kebudayaan, etika, karakter,
dan pandangan hidup penghuninya (Rapoport, 1969). Rumah lebih dari sekedar
sebuah bangunan tapi sebagai konteks kehidupan sosial keluarga, tempat dimana
anggota keluarga tinggal, namun juga merupakan kebutuhan hidup untuk
aktualisasi diri dalam bentuk pewadahan kreatifitas dan memberi kenyamanan bagi
penghuninya.
Sebagai sebuah rumah, community house harus mampu memenuhi kebutuhan
penghuninya. Hirarki pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow (1970) termasuk kedalam lima prioritas. Urutan tingkat prioritas dari yang
paling bawah ke atas dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan

32
rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian Toby Israel dalam bukunya Some Place Like
Home, design psychology to create ideal place, membahas mengenai pemenuhan
kebutuhan manusia terhadap hunian mengacu pada hirarki kebutuhan manusia yang
dikemukakan Maslow. Israel menjabarkan bahwa sebuah hunian dalam tingkatan
paling rendahnya harus dapat memenuhi kebutuhan fisik. Tingkatan keduanya
adalah pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Pada tingkat ketiga, sebuah hunian
dituntut untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia, khususnya belongingness (rasa
memiliki-dimiliki). Tingkat keempat adalah pemenuhan kepuasan estetika, dan
tingkat terakhir adalah hunian sebagai pengaktualisasian diri.

Home as Self-actualization

Home as Satisfaction of Aesthetic


Need

Home as Satisfaction of Social


Need

Home as Satisfaction of
Psychological Need

Home as Shelter

Gambar 2. hirarki kebutuhan akan rumah berdasarkan Maslow oleh Israel


Sumber: Toby Israel. Some Place Like Home, using Design Psychology to Create Ideal
Places, 2003.
1. Pada tingkat pemenuhan kebutuhan fisik, sebuah hunian harus dapat
mengakomodasi penghuninya untuk tidur, beraktivitas, makan dan minum,
serta memfungsikan organ tubuhnya.
2. Pada tingkat kebutuhan akan rasa aman, sebuah hunian harus dapat menjamin
rasa aman dari ancaman dunia luar kepada penghuninya. Hunian adalah

33
pelingung penghuni dari dunia luar, jika ia sudah berada di dalamnya ia akan
merasa aman.
3. Pada tingkat ketiga yaitu kebutuhan sosial, sebuah hunian dituntut untuk
memenuhi kebutuhan manusia untuk bersosialisasi. Kemudian juga rasa
memiliki dan dimiliki di tempat tersebut, serta rasa tergabung dalam suatu
kelompok, dalam hal ini kelompok orang yang bertinggal di tempat yang
sama.
4. Pada tingkat kepuasan diri, hunian menjadi seting untuk merasakan
nikmatnya keindahan, pencitraan terhadap penghargaan apa saja yang telah
diterima penghuninya.
5. Pada tingkat pengaktualisasian diri, hunian mencerminkan penghuninya,
memiliki ciri khusus yang menyimbolkan penghuninya. Israel berpendapat
bahwa tingkat ini telah dicapai jika empat tahap kebutuhan akan rumah yang
sebelumnya telah tercapai.
2.4. Tinjauan terhadap Ruang
2.4.1. Jenis-jenis Ruang
Menurut Aristoteles (1995), ruang adalah sebagai tempat (topos), place of
belonging, yang menjadi menjadi lokasi yang tepat dimana setiap elemen fisik
cenderung berada. Sebuah rumah biasanya terdiri dari ruang dalam maupun ruang
luar yang di desain untuk mewadahi segala kebutuhan aktivitas manusia. Ruang
dalam biasanya diolah lebih khusus karena hampir sebagian waktu penghuninya
banyak dihabiskan pada ruang tersebut. Terbentuknya sebuah ruang tergantung dari
kebutuhan atau aktivitas di dalamnya. Berdasarkan sifatnya tata ruang secara umum
dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu ruang publik, ruang privat, dan ruang
semipublik. Berbagai jenis ruang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang untuk umum, tempat berkumpulnya masyarakat.
Ruang publik adalah ruang yang dapat diakses dengan relatif mudah oleh
setiap orang atau diperuntukkan bagi kepentingan publik dan menampung
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang banyak secara bersama
sekalipun. Sifat dari masing-masing ruang publik tersebut berbeda-beda

34
tergantung dari keberadaan dan peruntukkannya. Contoh ruang publik yaitu :
ruang tunggu, ruang tamu, aula, selasar, ruang pameran, lapangan, taman
kota, Lobi dan sebagainya.
2. Ruang Semi publik
Ruang semipublik merupakan perkembangan atau turunan dari ruang publik.
Munculnya istilah ini karena kebutuhan dan sifat ruang mengalami
perkembangan walaupun dalam aplikasinya tidak terlihat cukup signifikan
perbedaannya dengan ruang publik. Perbedaan yang cukup mendasar hanya
terlihat pada jenis aktivitas di dalamnya yang lebih spesifik serta lebih
tersortirnya orang-orang yang berkegiatan di dalamnya.
3. Ruang Privat
Ruang privat merupakan ruang untuk kegiatan yang menuntut privasi lebih
dan terbebas dari gangguan. Aksesnya pun dibuat sedemikian rupa guna
melindungi privasi pengguna dan kegiatan pengguna itu sendiri sehingga
hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu. Aktivitas di ruang individu
biasanya tidak boleh terlihat atau terganggu oleh publik. Ruang individu
umumnya terdapat pada kamar-kamar bangunan dengan fungsi tertentu.
Contoh ruang individu misalnya: kamar tidur, studio, ruang kerja, ruang
kepala, ruang istirahat, ruang menyusui, dan lainnya.Oleh karena itu, suasana
yang terbentuk pada ruang ini seakan-akan lebih privat daripada ruang publik
dan ruang semipublik.
2.3.2. Setting Ruang
Komponen yang berada dalam ruang merupakan elemen-elemen penyusun
terbentuknya sebuah ruang yang di indikasikan dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi psikologi dan aktivitas pelaku. Komponen dalam ruang tersusun
atas:
a. Ukuran dan bentuk / elemen fix
Komponen ini bersifat fix / tetap atau sebagai pembentuk batasan fisik sebuah
ruang, seperti: ukuran luas ruang, bentuk dinding dan atap, besaran kolom-
balok, dan jenis bahan/material penyusun ruang.
b. Perabot dan layout / elemen semi fix

35
Komponen ini bersifat semi-fix (bersifat semi permanen). Dapat menjadi
batas fisik namun masih dapat berubah, berpindah, atau ditata. Elemen fix
dapat berupa perabot seperti meja dan kursi.
c. Warna ruang / elemen non-fix
Komponen ini bersifat non-fix (bersifat tidak tetap). Elemen ini tidak menjadi
penentu batas fisik, dan tidak mengikat ruang dapat dirubah dan diganti,
namun bisa memberi efek pengaruh terhadap ruang.
d. Cahaya, Suara dan Temperatur / Elemen Non-fix
Ketiga komponen ini berpengaruh terhadap kualitas dan kondisi ruang serta
perilaku pemakainya. Pencahayaan ruang difungsikan untuk memenuh
kebutuhan ruang akan cahaya dan estetika, kualitas cahaya pada sebuah ruang
dapat mepengaruhi kondisi psikologi seseorang. Suara berhubungan dengan
tingkat kebisingan dalam sebuah ruang, jika desibelnya terlalu keras maka
akan berdampak buruk bagi pengguna ruang. Temperatur berhubungan
dengan kenyamanan pengguna ruang. Ruang yang memiliki sedikit bukaan
akan menimbulkan temperatur yang panas dan akan menimbulkan
ketidaknyamanan pengguna yang sedang beraktivitas didalamnya.

2.4.3. Ruang Komunal pada Community House


Ruang komunal adalah wadah bersama yang digunakan kelompok orang yang
hidup bersama. Dalam Barliana (2008) ruang komunal atau ruang publik
merupakan ruang yang berguna untuk menampung kegiatan sosial masyarakat
dengan kriteria yang dijelaskan dalam Sunaryo et.al (2010) sebagai berikut:
1. Ruang tempat masyarakat berinteraksi, melakukan beragam kegiatan secara
berbagi dan bersama, meliputi interaksi sosial, ekonomi dan budaya, dengan
penekanan utama pada aktivitas sosial, menjadi wadah kegiatan komunal
dimana masyarakat berbagi ruang dan waktu untuk aktivitasnya.
2. Ruang yang diadakan, dikelola dan dikontrol secara bersama - baik oleh
instansi publik maupun privat-didedikasikan untuk kepentingan dan
kebutuhan bersama.
3. Ruang yang terbuka dan aksesibel secara visual maupun fisik bagi semua
tanpa kecuali. Pada pengertian ini, ruang komunal diartikan sebagai ruang

36
yang terbuka/outdoor yang memiliki kemudahan pencapaian dan bersifat
visible atau mudah dilihat. Aspek aksesibilitas dan visibilitas ini termasuk hal
yang mendukung fungsi ruang komunal.
4. Ruang dimana masyarakat mendapat kebebasan beraktivitas.

Roger Scrupton (1992) dalam Nugradi (2002) juga menjelaskan bahwa istilah ruang
publik / komunal meujuk pada lokasi yang:

1. Dapat diakses oleh setiap orang


2. Kurang sesuai untuk digunakan secara individual
3. Perilaku pengguna ruang terikat dengan norma sosial yang berlaku

Dalam menghuni sebuah hunian kolektif, ruang komunal merupakan salah


satu fasilitas utama yang disediakan khusus untuk menunjang aktivitas sehari-hari
penghuni, yang dapat diakses dan dimanfaatkan secara bersama baik secara
individu ataupun berkelompok tanpa terkecuali. Ruang komunal erat kaitannya
dengan masyarakat pada suatu tempat, khususnya yang bertempat tinggal dalam
satu hunian. Secara otomatis, orang-orang yang hidup bersama akan memiliki
memiliki Sense of community. Sense of community adalah sesuatu yang mengikat
seseorang pada komunitas mereka (Bell, Greene, Fisher & Baum, 2001). Dengan
adanya suatu rasa komunitas yang kuat, seseorang akan turut menjaga keamanan,
kenyamanan dan ketertiban suatu area di dalam komunitas tersebut.

Kesimpulan :
Pada community house Wisma Baji Rupa Makassar, ruang komunal
dimaknai sebagai ruang yang aktif digunakan penghuni secara bersama-sama
maupun bergantian baik itu untuk bekerja, berinteraksi, serta menunjang aktivitas
sehari-hari. Ruang komunal di Wisma Baji Rupa dikategorikan sebagai ruang
publik dan semi publik. Ruang publik merupakan ruang yang dapat diakses oleh
semua orang baik itu tamu dari luar, pengelola, satpam, maupun pengungsi.
Sedangkan ruang semi publik merupakan ruang yang didalamnya terdapat aktivitas
yang lebih spesifik yang berhubungan dengan aktivitas servis pengungsi dan

37
pengelola, sehingga lebih mensortir orang orang yang akan berkegiatan didalamnya
atau harus melalui izin dengan pihak tertentu.
2.5. Teritorialitas terhadap Ruang
2.5.1. Definisi Teritori
Sebagai makhluk hidup yang sosial, berakal, dan berbudaya, manusia
membutuhkan rasa penguasaan dan pengawasan, yang mana dapat membuat
manusia merasa lebih bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Dalam praktek
merumah, individu/kelompok akan cenderung menciptakan teritori yang dapat
mereka pelihara dan pertahankan saat mereka sudah merasa menjadi bagian dari
suatu lingkungan tersebut. Teritori dikenal wilayah yang ditandai atau diklaim
dimiliki dengan sebuah penandaan dari atribut, perilaku, maupun lingkungannya.
Konsep penandaan dan kepemilikan wilayah ini juga dilakukan oleh manusia
sebagai bentuk mempertahankan atau memperoleh wilayahnya untuk membentuk
kemampuan lingkungan. Haryadi dan B.Setiawan (1995) mengartikan, teritori
sebagai batas dimana organisme hidup menentukan tuntutannya, menandai, serta
mempertahankannya, terutama dari kemungkinan intervensi pihak lain.
Teritori memiliki lima ciri/ karakter sebagai penegas kehadirannya yaitu :
• Ber-ruang, dimana teritori memuat daerah ruang sebagai yang ditempati
(Pastalan, 1970).
• Kepemilikan atau hak atas tempat. Teritori dimiliki, dikuasai, atau
dikendalikan oleh satu individu atau sekelompok manusia.
• Teritori memuaskan beberapa kebutuhan atau dorongan seperti status dsb.
Teritori dapat mengakomodasi beberapa fungsi mulai dari kebutuhan
fisiologis dasar sampai kepuasan kebutuhan kognitif dan estetis (Robert
Sommer, 1966).
• Teritori ditandai secara nyata atau secara simbolik pada suatu wilayah.
• Hak untuk mempertahankan dari gangguan. Teritori mempunyai unsur
kepemilikan yang cenderung harus dipertahankan atau setidaknya lantas
timbul perasaan tidak nyaman bila teritorinya terlanggar oleh orang lain
(Sommer and Becker, 1969).

38
2.4.2. Klasifikasi Teritori
Tiga jenis teritori berdasarkan tingkat kepemilikan dan tingkat kontrol
terhadap penggunaan ruang/tempat dikaitkan dengan keterlibatan personal,
involvement, kedekatan dengan kehidupan sehari hari individu atau kelompok dan
frekuensi penggunaan (Altman, 1975).
1. Teritori Primer
Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya.
Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan
dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini
akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya,
yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Yang termasuk dalam teritorial ini
adalah ruang kerja, ruang tidur, dan sebagainya.
2. Teritori Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh
perorangan. Teritorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam
kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat
teritorial sekunder adalah semi- publik. Yang termasuk dalam teritorial ini adalah
sirkulasi lalu lintas di dalam ruang, toilet, dan sebagainya.
3. Teritori Umum
Teritori umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-
aturan yang lazim di dalam masyarakat di mana teritori umum itu berada. Teritori
umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun
singkat. Contoh teritori umum ini adalah taman kota, tempat duduk dalam bis, dan
sebagainya.
Gagasan Lyman dan Scott (1967) menganggap bahwa fisik seseorang
sebagai teritori, dimana batasnya ada diantara kulit seseorang hingga jarak-jarak
tertentu yang dapat meluas maupun menjadi semakin sempit sesuai kebutuhan
proteksi dan kebutuhan komunikasi seseorang. Jarak tidak nyata pada pada individu
disebut sebagai personal space, jarak tersebut bergerak sesuai pergerakan
manusianya serta jangkauannya tergantung pada seberapa dekat individu tersebut
berinteraksi se cara fisik. Contoh bahwa individu dapat mempersonalisasikan,

39
mempertahankan, serta mengendalikan tubuh mereka adalah ketika akan dioperasi,
tentunya seseorang aakan diminta persetujuan terlebuh dahulu, atau ketika
sseseorang dengan tiba–tiba menyerang tubuh manusia menggunakan senjata tajam
maupun sentuhan yg tidak di inginkan, maka orang tersebut akan merasa terancam
dan berusaha membela diri. Pelanggaran teritori pada personal space biasanya akan
mengakibatkan reaksi positif maupun negatif terhadap masing–masing individu.
Apabila yang melanggar tersebut orang terdekat (keluarga, sahabat, kekasih) justru
akan memberikan respon positif dari individu tersebut. Dari beberapa gagasan
diatas, El-Sharkawy (1979) kemudian mengidentifikasi 4 tipe teritori yang lebih
spesifik, diantaranya:
a) Attached territory yaitu personal space berupa ruang atau batas maya yang
mengelilingi diri seseorang. Pengendalian akses terhadap pelanggaran
attached territory dapat dilihat secara visual melalui perilaku maupun raut
wajah seseorang. Apabila attached territory dilanggar, seseorang akan
cenderung memperlihatkan raut wajah yang tidak senang ataupun malah
sebaliknya, sangat senang. Reaksi positif biasanya ditunjukkan apabila
pelanggaran dilakukan oleh orang terdekat (keluarga, sahabat, kekasih).
b) Central territory personalized atau teritori primer, seperti rumah seseorang,
ruang kelas, ruang kerja.
c) Supporting territory atau teritori sekunder adalah ruang-ruang yang bersifat
semi-privat dan semi-publik. Pada semi-privat terbentuknya ruang terjadi
pada ruang duduk asrama, ruang duduk atau santai di tepi kolam renang, atau
area-area pribadi pada rumah tinggal seperti pada halaman depan rumah yang
berfungsi sebagai pengawasan terhadap kehadiran orang lain. Ruang semi
publik, antara lain adalah salah satu sudut ruangan dalam toko, kedai
minuman. Semi privat cenderung untuk dimiliki, sedangkan semi publik tidak
dimiliki oleh pemakai;
d) Peripheral territory atau teritori publik , yaitu area-area yang dipakai oleh
individu-individu atau suatu kelompok, tetapi tidak dapat memiliki dan
menuntutnya.

40
2.4.3. Faktor-faktor pembentuk teritori
Perbedaan kepentingan akan membentuk teritorilitas yang berbeda pula,
beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman teritori antara lain adalah
karakteristik personal seseorang, perbedaan situasional dan faktor budaya (Laurens,
2005) yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a) Faktor Personal
Faktor personal yang mempengaruhi karakteristik seseorang yaitu jenis
kelamin, usia dan kepribadian yang diyakini mempunyai pengaruh terhadap
sikap teritorialitas. Pada umumnya, pria menganggap dirinya mempunyai
status yang lebih tinggi di tempat kerjanya dan mengklaim teritori yang lebih
besar dari wanita. Sementara itu, pria akan beranggapan bahwa rumah adalah
teritori bersama, tetapi dapur adalah teritori wanita. Dari hal ini disimpulkan
bahwa gender dan kepribadian merupakan dua hal yang saling terkait dalam
penentuan teritori.
b) Faktor Situasional
Perbedaan situasi berpengaruh pada teritorialitas, ada dua aspek situasi yaitu
tatanan fisik dan sosial budaya yang mempunyai peran dalam menentukan
sikap teritorialitas.
b) Faktor Budaya
Faktor budaya mempengaruhi sikap teritorialitas. Secara budaya terdapat
perbedaan sikap teritori hal ini dilatarbelakangi oleh budaya seseorang yang
sangat beragam. Apabila seseorang mengunjungi ruang publik yang jauh
berada diluar kultur budayanya pasti akan sangat berbeda sikap teritorinya.
Sebagai contoh seorang Eropa datang dan berkunjung ke Asia dan dia
melakukan interaksi sosial di ruang publik negara yang dikunjungi, tentu
teritorinya akan sangat berbeda.
2.4.4. Teritorialitas (Perilaku Teritorial)
Teritorialitas merupakan upaya individu/kelompok untuk memberikan
pengaruh dengan melakukan pengontrolan terhadap terhadap objek, manusia, dan
relasi yang membatasi dan menegaskan kontrol pada teritori. Dengan melakukan
teritorialitas, maka individu/kelompok akan mendapatkan penguasaan atas

41
pengontrolan terhadap segala sesuatu yang berada dalam teritorinya. Teritorialitas
akan dicapai dengan melakukan perilaku-perilaku teritorial. Manusia memiliki cara
yang berbeda-beda dalam melakukan penandaan dan merespon gangguan
berdasarkan tipe-tipe teritori dan bentuk fisiknya. Teritorialitas dilakukan sebagai
ekspresi dari identitas (identity), personalisasi (personalization), rasa kepemilikan
dan keamanan (security). Hall (1969) menyatakan bahwa teritorialitas berhubungan
dengan privasi yang berhubungan dengan kepemilikan dan tingkat kontrol bahwa
penghuni memiliki kuasa atas penggunaan suatu tempat. Secara umum, perilaku
dasar teritorialitas dapat diklasifikasikan ke dalam empat bagian, yaitu:
a) Penguasaan Tempat
Tindakan menguasai suatu ruang atau area merupakan perilaku dasar
teritorialitas yang paling utama, yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengklaim suatu ruang dan objek-objek yang ada di dalamnya sebagai bagian
dari teritorinya (Hall, 1969). Tindakan tersebut ditentukan berdasarkan siapa
pihak yang terlebih dahulu menempati wilayah bersangkutan, dengan
menegaskan batas-batas wilayahnya, hingga memberi larangan pada pihak
lain untuk mengakses area tersebut tanpa seijinnya. Tindakan klaim inilah
yang kemudian menjadikan individu atau kelempok tertentu tersebut
mendapat hak kepemilikan secara eksklusif terhadap area tersebut (Goffman,
1963). Penguasan tempat atau klaim tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain;
1) Secara fisik, seperti kehadiran orang, penggunaan ruang maupun
berdirinya sebuah bangunan,
2) Secara simbolik, dengan membuat atau memasang penanda dan pembatas,
3) Secara legal, dengan bukti hukum kepemilikan tanah atau bangunan.
b) Kontrol Akses
Pengendalian akses terhadap suatu area atau ruang merupakan bentuk
perilaku teritorialitas yang lainnya. Tindakan pengendalian akses terhadap
suatu tempat menandakan sebuah strategi dalam menjaga dan memantapkan
privasi pemilik tempat tersebut.Terdapat tiga bentuk pengendalian akses
menurut (Carmona et.al, 2003), yaitu;

42
• Pengendalian akses secara fisik, berupa bukaan yang digunakan untuk
tempat keluar-masuk dari satu ruang ke ruang yang lain. dapat berupa
bukaan atau gerbang, berpintu maupun tidak berpintu,
• Pengendalian akses secara visual, seseorang dapat merasakan dan menilai
nyaman atau tidaknya, disambut atau tidaknya ketika memasuki sebuah
ruang. hal ini sangat ditentukan dari derajat ketertutupan dari unsur
pembatas fisik maupun penempatan atau posisi dari ruang akses, baik pintu
maupun bukaan lainnya;
• Pengendalian akses secara simbolik, simbol dapat kasat atau tidak kasat
mata. Seseorang dapat merasakan dan menilai suatu tempat sebagai
sesuatu yang mengancam atau sebaliknya. Dapat dilihat dari tampilan
bangunan maupun citra/suasana dari sebuah lingkungan.
c) Pelanggaran dan Penjagaan Tempat
Pelanggaran teritori adalah tindakan yang bertujuan mengganggu,
mengintervensi atau mengambil alih kepemilikan/kekuasaan terhadap suatu
teritori. misalnya melalui perluasan spasial maupun perluasan kontrol. Hal ini
kemudian menimbulkan adanya reaksi pertahanan dan penjagaan dari pihak-
pihak yang merasa terancam atas teritorinya, dapat berupa pencegahan
maupun perlawanan .
d) Penandaan Batas
Pemberian tanda batas dilakukan untuk mempertegas bahwa suatu teritori
dikuasai dan dikontrol akses penggunaannya sebagai bukti kepemilikan atau
penguasaan terhadap suatu tempat. Penandaan batas tersebut dapat dibagi ke
dalam dua bentuk, yaitu demarkasi dan personalisasi. Demarkasi
berhubungan dengan masalah privasi, sementara personalisasi berkaitan
dengan masalah identitas. Demarkasi dilakukan dengan menarik suatu garis
pemisah, baik melalui bentuk penandaan, membangun suatu struktur tertentu,
pembedaan antara satu pihak pemilik dengan pihak lainnya melalui tanda atau
simbol-simbol tertentu. Seperti membuat dekorasi, menempatkan kegiatan,
pergerakan dan agresivitas yang nyata (Malmberg, 1980). Sedangkan
personalisasi berkaitan dengan perilaku atau tindakan seseorang/sekelompok

43
orang dengan menempatkan identitas diri baik nilai dan kepribadiannya pada
teritorinya. Dalam penandaan batas, baik demarkasi dan personalisasi dapat
dilakukan secara eksplisit (berupa objek fisik, seperti dinding, pagar, tanaman
dll) maupun secara implisit (berupa ucapan, tindakan, peraturan tertulis, adat-
istiadat, kesepakatan dll).
2.6. Behavioral Setting dalam Arsitektur
Pengertian perilaku menurut Parsons dalam Porteus (1997), adalah motivasi
dasar perilaku manusia dikondisikan dan diwarnai oleh keanekaragaman subsistem
seperti psikologi, kultur, sosial dan personality. Perilaku manusia biasa dilakukan
secara individu atau bahkan secara kelompok. Perilaku individu merupakan
aktivitas atau tindakan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dalam
dirinya seperti kebutuhan dan motivasi dalam berinterkasi dengan lingkungannya
kemudian menggerakkan dirinya untuk bertingkah laku. Sedangkan perilaku
kelompok adalah aktivitas atau atau tindakan beberapa/sekelompok orang dalam
tempat dan waktu yang sama, dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari
luar dirinya yang kemudian menggerakkan untuk bertingkah laku.
Zeisel dalam Hariadi (2010) mendefenisiskan kegiatan/ aktivitas sebagai apa
yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak waktu tertentu. (Rapoport, 1986)
mendefenisikan kegiatan selalu mengandung empat hal pokok: pelaku, macam
kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan. Secara konseptual, sebuah
kegiatan dapat terdiri dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga
terbentuk suatu sistem kegiatan. Kemudian setiap sistem kegiatan selalu terdiri dari
beberapa hal seperti esensinya, cara melaksanakannya, kegiatan sampingannya, dan
arti simbolis kegiatan tersebut. Kegiatan terjadi pada setting sehingga dapat
dikatakan bahwa sistem kegiatan terjadi pada suatu sistem setting tertentu.
Sistem interaksi antara perilaku manusia dan lingkungannya digambarkan
oleh Weisman (1981) sebagai berikut:

44
Bagan 2. Interaksi perilaku manusia dengan lingkungan versi Weisman
Sumber: Weisman, 1981.

Terdapat tiga komponen yang mempengaruhi interaksi antara manusia


dengan lingkungannya, kerangka interaksi tersebut disebut model sistem perilaku
lingkungan, ketiga komponen tersebut yaitu:
a. Setting fisik disebut lingkungan fisik, tempat tinggal manusia. Setting dapat
dilihat dalam dua hal, yaitu komponen dan properti. Properti adalah karakter
atau kualitas dari komponen. Sedangkan komponen terdiri atas 3 katagori,
diantaranya: (1). Komponen Fix, (2). Komponen Semi fix, (3). Komponen
non fix
b. Individu, berupa fenomena perilaku individu manusia yang menggunakan
setting fisik dengan tujuan tertentu menciptakan keadaan atau situasi yang
diinginkan berdasarkan dengan kebutuhan tiap personal.
c. Organisasi, sesuatu yang dapat dipandang sebagai institusi atau pemilik
yang mempunyai hubungan dengan setting. Kualitas hubungan antara setting
dengan organisasi disebut atribut atau fenomena prilaku.

Organisasi, individu dan setting fisik merupakan tiga hal mendasar dalam
sistem interaksi manusia. Seperti yang dijelaskan pada bagan 2, interaksi pengguna
terhadap lingkungannya akan mengacu pada tiga hal, pada penelitian ini yaitu
organisasi yang berarti tujuan dibuatnya ruang-ruang. Hal berikutnya yaitu
individu, berupa perilaku dengan kebutuhan tiap personal, menciptakan keadaan
atau situasi yang diinginkan. Hal terakhir adalah setting fisik dari ruang-

45
ruang itu sendiri, berupa komponen fisik dari ruang tersebut. Proses interaksi antara
manusia dan lingkungan akan menghasilkan sesuatu yang disebut dengan atribut
atau fenomena perilaku. Adapun atribut yang muncul akibat interaksi tersebut
dapat digambarkan dalam skema Atribut atau Fenomena perilaku Weisman (1981).

Bagan 3. Atribut atau fenomena perilaku oleh Weisman


Sumber: Weisman, 1981

Lebih lanjut J. Wiesman (1981), mengemukakan pada fenomena prilaku yang


termasuk wujud atribut secara lengkap adalah sebagai berikut, diantaranya:
Kenyamanan, sosialitas, visibilitas, aksesbilitas, adaptibilitas, rangsangan inderawi,
kontrol, aktivitas, kesesakan, privasi, makna, legibilitas.
Pada penelitian ini hanya beberapa yang dibahas, yang merupakan wujud
minimal utama, mewakili, antara lain:
a. Aktivitas (activity) adalah adanya perilaku diadalam suatu lingkungan yang
berlangsung secara terus menerus. Dalam kelompok informal seperti ini, pola-
pola prilaku yang berbeda akan muncul sejalan dengan waktu sebagai hasil
interaksi kelompok
b. Aksesbilitas (accesbility) adalah kemudahan untuk bergerak dalam rangka
melalui ataupun menggunakan lingkungan. Kemudahan yang dimaksud
adalah

46
memperhatikan aspek kelancaran sirkulasi dalam arti tidak menyulitkan
pemakai dan tidak membahayakan.
c. Kenyamanan (comfort) adalah lingkungan yang memberi rasa nyaman
yang sesuai dengan tuntutan panca indera dan antometrik (menyangkut
proposi, dimensi dan karakteristik fisiologis), serta rasa mampu
memfasilitasi kegiatan untuk mendapatkan produktivitas dan efisiensi
kerja yang berarti suatu penghematan dalam penggunaan ruang (space).
d. Keamanan (safety) adalah lingkungan yang memberi rasa aman yang
sesuai dengan tuntutan pancaindera wujud dari dorongan psikis manusia
yang merasa terlindungi, karena pola prilakunya serta kebebasan
bergerak dan tidak merasa diawasi
e. Visibilitas (visibility) adalah kemampuan suatu lingkungan untuk
memberikan suatu efek sehingga dapat dengan mudah untuk melihat
secara visual dan mengenali benda-benda yang diinginkan dalam jarak
tertentu, pada sudut pandang 60o untuk setiap arah, akan diperoleh
bayangan yang amat tajam untuk ditransmisikan ke otak sehingga
memuculkan persepsi yang dalam.
f. Sosialitas merupakan tingkat kemampuan seseorang dalam
melakukan hubungan sosial pada suatu setting.
g. Privasi
h. Kontrol adalah kondisi suatu lingkungan yang mendukung untuk
mewujudkan personalitas, menciptakan teritori serta membatasi ruang.
i. Kesesakan adalah situasi dimana seseorang atau suatu kelompok orang
sudah tidak mampu mempertahankan personal spacenya.

1
j. Adaptabilitas adalah kemampuan suatu lingkungan untuk menampung
perilaku yang berbeda yang belum ada sebelumnya.
2.7. Penelitian Terkait
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak terinspirasi dan mereferensi
dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang
masalah serta fenomena yang serupa. Adapun penelitian yang berhubungan dengan
skripsi ini dapat dilihat pada tabel berikut:

2
Tabel 1. Penelitian Terkait
Judul Penelitian Fokus Penelitian Metode Elemen Metode Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Amatan
(Penulis, Tahun)
TERITORI DALAM mengidentifikasi teritori Kualitatif - jejak aktivitas Deskriptif teritori dalam ruang publik di kampung
RUANG PUBLIK primer, teritori sekunder, dan -Physical warga Cina terkait dengan budaya dan
MASYARAKAT teritori publik pada ruang Trace - perilaku warga kepercayaan yang mereka bawa. Teritori
KAMPUNG CINA DI publik masyarakat kampung ( pengamatan - setting perabot. primer terletak pada area perdagangan jasa
KOTA MANADO Cina di kota Manado dan jejak fisik ) - teritorialitas dan pertokoan.Teritori sekunder di area
( Erlin Nansy dalam mengungkap -Behavioral pedestrian, parkir, tempat ibadah atau di
fenomena sosial yang terjadi Mapping area-area peralihan. Sedangkan teritori
Bawembang)
secara alamiah. (pemetaan publik ditemukan di semua kawasan
perilaku). kampung Cina.
PROSES Teritori Pkl DI Kota Kualitatif -Pengguna teritori Deskriptif Pembentukan teritorinya ada yang bersifat
TERBENTUKNYA Makassar sebagai sebuah -Penandaan spontan dan perlahan. Penandaan kekuatan
TERITORI PKL DI bagian memahami PKl secara teritori teritorinya ada yang bersifat sementara,
MAKASSAR menyeluruh dalam kerangka semi permanen, dan permanen.
( Afifah Harisah, 2014 ) membangun konsep kota Pelaku/pengguna teritorinya bias secara
yang lebih akomodatif individual ,berkelompok, atau kombinasi
terhadap Pkl di Kota keduanya.
Makassar

KAJIAN PERILAKU mengkaji upaya penandaan, Kualitatif -Selasar bioskop Deskriptif Proses interaksi manusia terhadap
DAN TERITORI PADA klaim wilayah yang dengan place - Perilaku lingkungan pada kasus selasar bioskop
SELASAR BIOSKOP dilakukan di selasar bioskop center map dan pengunjung cinema XXI ini tercipta tidak hanya karena
EMPIRE XXI Empire XXI serta time budget keinginan pengguna untuk menciptakan
YOGYAKARTA mengkategori dan keadaan yang diinginkannya, melainkan
(Hendro Trieddiantoro mengklasifikasi zona yang karena keadaan lingkungan binaan yang
Putro, 2014) terbentuk oleh pengguna menunjang untuk terciptanya keadaan
tersebut. tersebut.

3
(Lanjutan tabel 1)
Judul Penelitian Fokus Penelitian Metode Elemen Metode Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Amatan
(Penulis, Tahun)
TIPE SETTING Membahas terciptanya Kualitatif - Pelaku Deskriptif Terdapat empat tipe setting teritori teras
TERITORI TERAS setting teritori teras yang (placed- -Waktu beserta karakteristik yang berbeda. Yaitu
AKIBAT AKTIVITAS dipengaruhi kebiasaan atau centered (intensitas) - teras pribadi terbuka yang melambangkan
TAMBAHAN perilaku pemilik rumah dan mapping dan Setting (tempat. sifat keterbukaan pemiliknya. Yang kedua
PENGHUNI DI peruntukan teras sebagai time budget) elemen fix, non teras pribadi tertutup yang mengesankan
PERMUKIMAN ruang aktivitas tambahan. fix, semi fix) tingkat privasi atau ke protektifan yang
- Aktivitas tinggi dari pemilik rumah. Yang ketiga
PESISIR SUNGAI
(kegiatan) adalah teras umum terbuka yang dapat
KAPUAS
diakses langsung tanpa harus masuk ke
ruang transisi dari bangunan. Dan tipe yang
(M. Nurhamsyah dan terakhir merupakan teras umum tertutup
Nicko Maindra Saputro, yang tidak tampak dari luar sehingga perlu
2016) masuk ke suatu ruang untuk dapat
mengaksesnya.

TERITORIALITAS mengetahui gambaran Kualitatif -Ruang publik Deskriptif dengan teridentifikasi sebanyak sembilan pola
PADA RUANG PUBLIK karakteristik pemanfaatan dan semi publik physical trace territory yang terbentuk berdasarkan
DAN SEMI PUBLIK DI ruang dan teritorialitas yang place centered -Fasilitas ruang pemanfaatan ruang dan perletakan benda
RUMAH SUSUN terdapat di ruang publik dan map -setting ruang pribadi yang sebagian besarnya ternyata
semi publik sebagai fasilitas - pola teritori terjadi pada area territory yang terdekat
(Ratriana Said dan rumah susun. dengan unit hunian penghuni.
Alfiah, 2017)

4
(Lanjutan tabel 1)
Judul Penelitian Fokus Penelitian Metode Elemen Metode Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Amatan
(Penulis, Tahun)
TANDA TERITORI penggunaan tanda sebagai Kualitatif -tanda teritori Deskriptif dengan masih ada kesadaran untuk memenuhi
PRIMER RUMAH- upaya pemaknaan (fisik/simbolik) pendekatan ilmu kebutuhan teritori primer keluarga, baik
RUMAH DI keberadaan zona teritori -setting halaman rasionalistik bagi keluarga mereka sendiri maupun
KAMPUNG JAWA primer keluarga pada rumah- antara keluarga/tetangga lainnya dengan
TONDANO (Studi Kasus rumah di Lingkungan III penggunaan tanda-tanda sebagai
Lingkungan III Kampung Jawa Tondano, pemaknaan keberadaan teritori tersebut.
guna mengidentifikasi sejauh tanda-tanda tersebut berupa elemene-lemen
Kampung Jawa
mana kesadaran memenuhi lingkungan alami seperti
Tondano)
rasa teritori primer keluarga towaang/tumbuhan merambat, pohon
(Dwars Soukotta) terhadap pola hidup mereka. besar, palawija, batu, dan elemen-elemen
lingkungan binaan seperti benda-benda
interior/perabot dan tindakan intervensi
keluarga atasnya dalam hal perletakan dan
posisi.
PEMANFAATAN mengetahui pola Kualitatif -Kondisi Fisik dekriptif Pola pemanfaatan ruang bersama
RUANG BERSAMA DI pemanfaatan ruang-ruang Ruang Bersama komparatif menunjukkan bahwa ruang yang dekat
RUSUNAWA bersama yang ada di -Pemanfaatan dengan hunian warga, seperti selasar depan
KALIGAWE, Rusunawa Kaligawe sebagai Ruang Bersama hunian (koridor) lebih sering dikunjungi
SEMARANG. wadah interaksi sosial dan -Faktor Sosial dan digunakan untuk berinteraksi
(Zuyyina Laksita Dewi faktor apa sajak yang Ekonomi sedangkan ruang bersama yang terletak di
mempengaruhi pemanfaatan Penghuni lantai dasar kurang diminati. Pemanfaatan
dan NanyYuliastuti,
ruang-ruang bersama ruang bersama di Rusunawa Kaligawe
2015)
tersebut. tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik
ruang, tetapi juga faktor nonfisik yaitu
karakteristik masyarakat sebagai pengguna
dari ruang tersebut

5
(Lanjutan tabel 1)
Judul Penelitian Fokus Penelitian Metode Elemen Metode Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Amatan
(Penulis, Tahun)
PERILAKU DAN mengkaji interaksi perilaku Kuantitatif dan -Penggunaan Deskriptif dalam membentuk teritori penghuni
TERITORI PENGHUNI dengan lingkungan, mengkaji kualitatif Ruang komunal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
PADA RUANG perilaku manusia dalam -perilaku dasar perilaku teritorial, pengalaman
KOMUNAL KOS upaya membentuk setting penghuni keruangan, dan kapasitas psikologi, serta
PUTRI CASA SOFIA perilaku yang dilakukan pada terhadap ruang lama waktu. Proses interaksi pengguna
(Ni Putu Ratih ruang komunal Kost Putri - setting ruang pada kasus ini adalah sebagai hasil dari
Casa Sofia. kemampuan pengguna untuk memahami
Pradnyaswari Anasta
hubungan antara lingkungan fisik (physical
Putri) environment) dan perilaku manusia (human
behavior) dalam keinginannya
menciptakan teritori (behavioral territory).

Sumber : Penulis, 2020.

Dari penelitian terkait diatas, peneliti mengutip beberapa tinjauan teori mengenai teritori dan ruang bersama. Peneliti juga belajar
banyak mengenai metode penelitian serta analisis yang digunakan dalam mempelajari hubungan interaksi perilaku dengan lingkungan
dalam upaya membentuk setting perilaku, khususnya pada ruang komunal Community House. Metode penelitian yang akan digunakan
yaitu metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif, Berdasarkan penelitian diatas, hampir semua elemen amatan membahas
hal yang sama yaitu setting ruang, ruang bersama, serta perilaku teritori yang akan penulis angkat kedalam penelitian penulis itu sendiri.

6
2.8. Kerangka Konsep Teori

POLA PERILAKU TERITORIALITAS TERHADAP RUANG KOMUNAL


COMMUNTY HOUSE WISMA BAJI RUPA MAKASSAR

PENGHUNI TERITORIALITAS
RUANG KOMUNAL (Hall, 1969) (Goffman, 1963)
(Barliana, 2008) (Malmberg, 1980)
• Penguasaan Tempat
Pengelola Pengungsi Satpam • Kontrol akses
Elemen fisik dan spasial • Pelanggaran dan penjagaan tempat
ruang • Penandaan Batas
Tingkatan kebutuhan manusia dari tingkat terbawah ke JENIS TERITORI
atas, yaitu: kebutuhan fisiologis, keselamatan dan rasa (El-Sharkawy,1979)
aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki,
• Attached territory
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri
• Central territory personalized
(Maslow,1970).
• Supporting territory
• Peripheral territory

BEHAVIORAL SETTING

KAJIAN ARSITEKTUR TENTANG PERILAKU TERITORIAL


TERHADAP RUANG KOMUNAL

(Weismann, 1987)
Bagan 4. kerangka konsep teori
Sumber: Penulis, 2020
7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Paradigma Penelitian


Menurut Harmon dalam Moleong (2004), paradigma adalah cara mendasar
untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan
sesuatu secara khusus tentang realitas. Paradigma juga bisa dikatakan sebagai cara
pandang seseorang dalam melihat suatu gejala sosial (Prasetyo, dkk 2005).
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasionalistik.
Rasionalisme sendiri memahami ilmu berasal dari pemahaman intelektual yang
dibangun atas kemampuan argumentasi secara logis bukan pengalaman empirik
didukung dengan data yang relevan. Paradigma rasionalistik memandang bahwa
realitas sosial itu sebagaimana dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang
ada dan didialogkan dengan pemahaman subjek yang diteliti/data empirik
Penelitian rasionalistik bertolak dari kerangka teoritik yang dibangun dari
pemaknaan hasil penelitian terdahulu, teori-teori yang dikenal, buah-buah pikiran
para pakar, dan masih menimbulkan berbagai permasalahan yang masih perlu
diteliti lebih lanjut. Penelitian kualitatif rasionalistik ini berangkat dari pendekatan
holistik berupa grand concepts yang dijabarkan menjadi teori substantif, obyek
diteliti dengan tanpa dilepaskan dari konteksnya dan hasil penelitian didudukkan
pada grand concept-nya.
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif
merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme dan digunakan pada kondisi alamiah, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif yang hasilnya lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.

Peneliti berharap memperoleh data yang relatif lengkap dan mendalam, juga
bisa dilakukan interpretasi terhadap berbagai fenomena yang ditemui di lapangan

8
sesuai fokus penelitian yang mengamati suatu tempat untuk memperoleh informasi
mengenai jenis teritori serta perilaku teritorial yang terjadi pada ruang komunal
community house Wisma Baji Rupa Makassar.
3.3. Lokasi dan Waktu penelitian
3.3.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
akan dilakukan. Dalam Penelitian ini, penulis telah melakukan observasi awal
terhadap beberapa community house dan memilih salah satu yang dianggap dapat
mewakili seluruh community house yang berada di kota Makassar. Wisma Baji
Rupa terletak di Jl. Andi Mappaodang No.17, Bongaya, Kec. Tamalate, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Bangunan ini berdiri diatas lahan sebesar 240 sqm
dengan memiliki 5 lantai bangunan dan 1 lantai lantai Atap.

Gambar 3.Wisma Baji Rupa Makassar


Sumber : Penulis, 2020.

Wisma Baji Rupa memiliki 46 unit kamar tidur (1 kamar pengelola, 45


kamar pengungsi), dan beberapa ruang komunal antara lain: 5 buah dapur umum, 5
buah selasar, lobi, ruang resepsionis, tangga, balkon, ruang CCTV, 2 buah ruang
jemur, WC umum, parkiran, serta halaman.

9
3.3.2.Waktu Penelitian
Waktu tahapan kegiatan penelitian ini secara keseluruhan direncanakan selama 6
bulan yaitu terhitung sejak bulan juni 2020 sampai November 2020. Untuk waktu
pengambilan observasi awal penelitian dilaksanakan dengan tahap:
a. Observasi penentuan sampel Community House
b. Wawancara singkat dengan pemilik dan pengelola serta pengamatan di
lapangan
c. Pengukuran dan penggambaran denah Community House
Waktu dan prosedur pelaksanaan penelitian dialokasikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Perencanaan Waktu Penelitian


3.4. Situasi Sosial
Populasi atau dikenal sebagai “social situation” (situasi sosial) oleh Spradley
terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity)
yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai
objek penelitian. Pada situasi sosial atau objek penelitian, peneliti dapat mengamati
secara mendalam aktivitas orang–orang yang ada pada tempat tertentu (Sugiyono,
2015).
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus dan situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak

10
akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada kasus yang
dipelajari.
1. Tempat
Tempat yang dimaksud disini adalah lokasi pelaksanaan penelitian yaitu pada
ruang komunal community house Wisma Baji Rupa Makassar.
2. Pelaku
Pelaku kegiatan adalah pemakai atau pengguna ruang. Penelitian ini
mengidentifikasi pengguna ruang komunal itu sendiri, baik itu pengungsi,
pengelola, maupun satpam. Pelaku dalam penelitian ini adalah penghuni
community house Wisma Baji Rupa Makassar yang melakukan aktivitas di
ruang bersama. Penghuni community house sendiri terdiri dari 89 orang
penghuni tetap dan tidak tetap yang berasal dari berbagai asal negara dan latar
belakang. Penghuni tetap merupakan para pengungsi dan pengelola,
sedangkan penghuni tidak tetap merupakan satpam yang berjaga secara
bergantian.
3. Aktivitas
Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
teritoritorialitas

3.5. Fokus Amatan


Fokus amatan diterjemahkan sebagai elemen-elemen amatan. Elemen-elemen
amatan yang dimaksud yaitu hasil pendataan objek amatan yaitu jenis teritori serta
perilaku yang timbul dalam mempersonalisasikan teritori di ruang komunal
Community house Wisma Baji Rupa Makassar.
3.6. Unit Amatan/ Analisis Amatan
Unit Analisis adalah sumber informasi mengenai variabel yang akan diolah
pada tahap analisa data, unit analisis dapat berupa individu, kelompok, organisasi
atau artefak sosial (social artifacts). Unit analisis dari penelitian ini adalah:
1. Setting fisik ruang komunal
2. Aktivitas pada ruang komunal
3. Pelaku aktivitas pada ruang komunal

11
4. Rentan waktu terjadinya aktivitas pada ruang komunal
3.7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik, cermat, lengkap
dan sistematis sehingga akan memudahkan proses olah data. Dalam penelitian ini,
peneliti juga berperan sebagai perencana penelitian, pelaksana pengambilan data,
penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian yang dibantu dengan alat bantu
berupa perekam suara, segnometer, laptop, alat tulis, kamera, kamera cctv, serta
alat tulis yang digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang ditemui dalam
penelitian. Beberapa alat penelitian tersebut sebagai berikut:
a. Segnometer
Segnometer atau meteran yang digunakan untuk mengukur dimensi ruang
komunal serta membantu dalam proses penggambaran setting ruang
b. Alat Tulis
Digunakan untuk mengumpulkan data berupa , sketsa layout eksisting, sketsa
setting ruang komunal, mencatat jenis jenis perilaku yang teridentifikasi, serta
mencatat hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
c. Kamera
Kamera merupakan instrumen yang digunakan untuk mengambil data visual
setting ruang, suasana, serta mengabadikan perilaku-perilaku yang
teridentifikasi, terutama saatt melaksanakan pengumpulan data menggunakan
metode time budget.
d. Alat perekam
Instrumen lain yang dibutuhkan adalah aplikasi perekam suara yang
digunakan untuk merekam hasil wawancara ketika sedang mengumpulkan
data di lapangan. Alat yang digunakan adalah handphone peneliti sendiri.
e. Laptop
Laptop digunakan untuk mengolah data serta menggambarkan setting ruang
yang telah di amati langsung oleh peneliti
f. Kamera cctv

12
Kamera cctv dan rekamannya digunakan untuk mengamati ruangan yang
berada di lantai berbeda dalam satu tempat. Rekaman dari kamera CCTV juga
dapat digunakan dalam validasi data.
3.8. Data dan Jenis Data
3.8.1. Jenis Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi (Arikunto, 1997). Yang dimaksud sumber data dalam
penelitian ini adalah subjek dari mana dapat diperoleh baik secara langsung maupun
tidak langsung (Arikunto, 1997).
Data yang digunakan oleh peneliti adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif umumnya berupa data verbal yang bisa dideskripsikan dengan
penjabaran kata, sedangkan data kuantitatif berupa data numerik yang deskripsinya
menggunakan angka-angka dan tidak menjelaskan hubungan. Data kualitatif pada
penelitian ini merupakan data dari hasil aktivitas visual penghuni serta kondisi
ruang yang dijelaskan secara deskripsi. Sedangkan data kuantitatif yang digunakan
merupakan hasil dari data kualitatif yang diolah menjadi angka untuk memperoleh
jumlah frekuensi aktivitas serta penggunaan ruang.
3.8.2. Sumber Data
Sumber data ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan, artinya peneliti
dalam menentukan objek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti
dari pengamatan di lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diambil dari saat observasi berupa data hasil wawancara dan pengamatan
langsung dilapangan berupa mengamati suasana serta setting ruang komunal di
community house. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur berupa
buku, jurnal penelitian terkait, serta melalui internet .
3.9. Variabel penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

13
Pada sebagian besar penelitian ini secara umum variabel yang digunakan sebagai
berikut:
• Variabel bebas atau variabel independen. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen atau terikat (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini variabel bebas (X)
yang digunakan adalah kebutuhan dasar pengguna (penghuni community house)
(X1) dan setting ruang bersama (X2).
• Variabel terikat atau variabel dependen. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2011). Pada penelitian ini variable terikat (Y) yang digunakan yaitu jenis teritori
dan perilaku teritorial
3.10. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
Untuk menghindari pengertian yang berbeda dari variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu dibuat batasan atau definisi dari masing-masing
variabel sebagai berikut :

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran


Teknik
Variabel Instrumen
Indikator Sub-Indikator Pengumpulan
Penelitian Penelitian
Data
Bebas (Independent)
Kebutuhan Biologis Makan dan minum Alat perekam Wawancara,
Penggguna dan udara, istirahat, berinteraksi suara , alat Observasi,
(X1) fisiologis dengan penghuni lain, tulis, kamera Studi literatur
menjemur, memasak, cctv,
membuat roti, berolahraga
Cinta dan -interaksi sosial
rasa -kepercayaan
memiliki -kekeluargaan
-kepemilikan
Harga diri Rasa hormat dari orang lain,
privasi, personal space
Kognitif Keingintahuan, pemahaman,
eksplorasi, dll.

14
Teknik
Variabel Instrumen
Indikator Sub-Indikator Pengumpulan
Penelitian Penelitian
Data
Ruang Fasilitas Dapur umum, Lobi, selasar, Segnometer, Dokumentasi,
Komunal Ruang ruang belajar, resepsionis, Alat tulis, Pelacakan jejak
(X2) Komunal ruang kontrol cctv, ruang laptop, dan
jemur, ruang cuci, wc umum, kamera.
parkiran, balkon dan halaman
Perletakan Batas antar perabot, bentuk
perabot penandaan batas

Terikat (Dependent)
Teritori (Y) Jenis Attached territory Kamera, alat Time budget,
teritori serta Central territoty tulis, kamera Observasi
personalisa Supporting territory cctv. partisipatif,
si teritorial Peripheral territory Pelacakan jejak
pada ruang
Perilaku teritorial
komunal

Sumber : Analisis Penulis, 2020.

3.11.Teknik Pengumpulan Data


3.11.1.Data Literatur
Data literatur merupakan data yang digunakan sebagai sumber referensi agar
memperoleh informasi-informasi yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
Data tersebut meliputi jurnal,buku,laporan, skripsi, dan tesis yang berkaitan dengan
topik penelitian ini. Data literatur merupakan sumber untuk mendapatkan data-data
sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data literatur dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja saat data tersebut dibutuhkan.
3.11.2.Time budget
Time budget memungkinkan orang mengurai/ mendekomposisikan suatu
aktivitas sehari-hari, aktivitas mingguan,atau musiman, kedalam seperangkat
behavior setting yang melliputi hari kerja mereka atau gaya hidup mereka
(Michelson dan Reed, 1975). Fungsi dari time budget adalah untuk
memperlihatkan bagaimana seorang individu mengkonsumsi atau menggunakan
waktunya. Informasi tersebut meliputi hal-hal berikut:
• Jumlah waktu yang dialokasikan untuk kegiatan tertentu dengan variasi waktu
dalam sehari,seminggu, atau semusim.
• Frekuensi dari aktivitas dan jenis aktivitas yang dilakukan

15
• Pola tipikal dari aktivitas yang dilakukan
Melalui informasi diatas, selain dapat diketahui fasilitas apa saja yang sering
digunakan, peneliti juga dapat melihat perilaku yang terjadi dalam setiap frekuensi
waktu.
3.11.3. Pengamatan Jejak Fisik (Physical Trace)
Mengamati jejak fisik artinya melihat secara sistemasis lingkungan sekitar
untuk menemukan refleksi dari aktivitas yang terjadi sebelumnya (Zeisel, 1981).
Jenis pengamatan jejak fisik yang akan diamati yaitu :
1. Product uses, mengamati aktivitas seseorang yang terjadi di suatu tempat
dengan cara mengamati bekas jejak pengikisan, buangan seperti sampah yang
ditinggal seseorang.
2. Adaptation for uses, mengamati upaya penyesuaian atau perubahan yang
dilakukan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya untuk mendukung
aktivitasnya.
3. Display of self, mengamati lewat pernyataan identitas diri yang dibuat
seseorang secara simbolik.
4. Public message, mengamati jejak yang ditinggal lewat pesan publik seperti
coretan-coretan di dinding dan papan iklan
3.11.4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengabadikan gambar dan video melalui
kamera handphone peneliti maupun kamera khusus seperti kamera dslr atau kamera
cctv. Dokumentasi dilakukan dari observasi awal hingga proses pengambilan data
dilapangan selesai.

3.11.5. Observasi (Pengamatan)


Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data
observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan
untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data
observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari
perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat

16
dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode
pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1. Observasi partisipasi
Dalam observasi partisipasi, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan
sehari- hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
2. Observasi non-partisipasi
Observasi non pastisipan merupakan penelitian yang penelitinya tidak ikut
secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Pada penelitian perilaku teritorial di ruang bersama community house Wisma
Baji Rupa Makassar, Peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi,
Pengamatan akan dilakukan dalam waktu 30 hari mulai dari pagi hari mulai pukul
10.00 hingga malam hari pukul 22.00. Waktu amatan tersebut ditentukan
berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola serta observasi awal yang
dilakukan dalam kurun waktu yang berbeda.
3.11.6. Place-Centered Maps
Dalam penelitian ini digunakan metode place centered map untuk melihat
bagaimana manusia mengatur dirinya dalam suatu lokasi tertentu (Sommer dkk,
1980). Teknik ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok
manusia memanfaatkan, menggunakan atau mengakomodasikan perilakunya dalam
suatu situasi waktu dan tempat tertentu. Dalam teknik ini, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah membuat sketsa suatu tempat atau setting, meliputi suatu
unsur fisik yang diperkirakan mempengaruhi perikalu pengguna ruang tersebut.
Peneliti dapat meng-gunakan peta dasar yang telah dibuat sebelumnya. Akan tetapi,
yang perlu diingat adalah bahwa peneliti harus akrab dengan situasi tempat atau
area yang akan diamati serta menentukan simbol atau tanda sketsa atas setiap
perilaku. Kemudian dalam satu kurun waktu tertentu, peneliti mencatat berbagai
perilaku yang terjadi dalam tempat tersebut dengan menggambarkan simbol –
simbol pada peta dasar yang telah disiapkan.
Pengambilan data place-centered maps dilakukan selama 30 hari proses
penelitian melalui observasi langsung dan bantuan dokumentai video CCTV mulai
pukul 09.00 pagi hingg 22.00 malam. Place centered maps digunakan untuk

17
memudahkan penulis dalam memetakan aktivitas penghuni serta menganalisis
jangkauan wilayah pengakses teritori.
3.11.7.Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan
pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber. Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari narasumber
yaitu pihak pengelola serta sebagai validasi data lapangan, sehingga dapat
membantu serta melengkapi keterangan-keterangan dalam penelitian. Pengambilan
data wawancara dilakukan saat observasi awal dan juga setelah proses observasi
dilakukan. Metode wawancara yang digunakan yaitu metode wawancara tidak
terstruktur atau wawancara bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-
poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.
3.12. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah. Semua data yang telah
terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk yang sistematis dan rapi. Tahap-tahap
pengolahan data menggunakan 3 cara menurut mile dan Huberman, yaitu reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion drawing and verification).
• Reduksi Data (Data Reduction),
Semua data dokumentasi, observasi, wawancara, time budget, serta data
pendukung lain dikumpulkan untuk diperiksa dan kemudian dilakukan
kategorisasi dan pemilihan terhadap data yang dibutuhkan dan yang tidak
dibutuhkan .
• Penyajian Data (Data Display),
Data yang telah dikelompokkan kemudian dikembangkan dan disajikan
dalam bentuk teks naratif, tabel, dan grafis. Penyusunan data dilakukan
dengan menggunakan bantuan aplikasi auto cad, corel Draw, Microsoft
Word, serta aplikasi pendukung lainnya.
• Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing and Verification).

18
Pada tahap ini peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan
verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari
lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur
kausalitas dari fenomena, dan proposisi.
3.13. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data berdasarkan tahap pencapaian tujuan penelitian adalah
metode atau cara yang digunakan dalam menganalisis sejumlah data yang diperoleh
di lapangan guna merumuskan jawaban dari rumusan masalah. Analisis data
dilakukan secara Induktif. Analisis data induktif bertujuan untuk memperjelas
informasi yang masuk, melalui proses unitisasi dan kategorisasi. Unitisasi artinya
data mentah ditransformasikan secara sistematis menjadi unit-unit. Sedangkan
kategorisasi adalah upaya membuat identifikasi atau memilah-milah sejumlah unit
agar jelas (Endraswara, 2003).
Analisis induktif digunakan untuk menilai dan menganalisis data yang telah
difokuskan dalam penelitian. Analisis data dilakukan selama dan sesudah
pengumpulan data selesai dengan menggunakan kategorisasi dan perbandingan
berkelanjutan. Analisis dimulai dengan menelaah data sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan dari berbagai sumber, pengamatan langsung,
dokumentasi, wawancara, time budget, maupun literatur yang telah di olah. Setelah
data-data tersebut dipelajari, dibaca, dan ditelaah, selanjutnya membuat abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pertanyaan-
pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah
selanjutnya adalah menentukan satuan-satuan data yang kemudian
dikategorisasikan. Kategorisasi itu dilakukan sambil mengadakan perbandingan
berkelanjutan untuk menentukan kategorisasi selanjutnya. Setelah selesai tahap ini,
kemudian mulai dengan menafsirkan data dan membuat kesimpulan akhir.
3.14. Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
menggunakan sesuatu yang ada di luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding data yang diperoleh (Moleong, 2006).

19
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan melalui kumpulan data
literatur, rekaman CCTV, dan meminta penjelasan berulang kepada informan
mengenai data yang telah peneliti diperoleh untuk mengetahui kesamaan
informasinya. Triangulasi metode dilakukan dengan cara metode time budget,
pengamatan jejak fisik, serta observasi partisipatif.
3.15. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang akan diselidiki. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
akan diteliti (Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian kualitatif adalah semua
orang, dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang ditetapkan oleh peneliti) untuk
diamati, diobservasi atau diwawancarai sebagai sumber informasi yang dianggap
ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling (non-probability) yaitu dengan menggunakan kriteria yang
telah peneliti pilih sesuai dengan tujuan penelitian dan kondisi di lapangan. Sampel
pada penelitian ini meliputi penghuni Community House (pengungsi, pengelola,
satpam) serta setting fisik pada ruang komunal.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Wisma Baji Rupa Makassar


Wisma Baji Rupa Makassar merupakan sebuah rumah komunitas
penampungan pengungsi berbentuk vertikal yang terdiri dari 6 lantai. 5 lantai berisi
unit kamar hunian dan 1 lantai merupakan lantai atap yang digunakan sebagai
tempat menjemur, menyimpan tandon air dan juga mesin AC. Wisma Baji Rupa
menampung 89 orang penghuni tetap dan penghuni tidak tetap. Penghuni tetap
merupakan penghuni yang memiliki unit kamar pribadi serta hidup menetap selama
24 jam di wisma, sedangkan penghuni tidak tetap merupakan satpam yang
ditugaskan berjaga secara bergantian dari pukul 08:00 a.m hingga pukul 22:00 p.m.
Penghuni tetap terbagi atas 2 kategori, yaitu pengungsi dan pengelola. Pengungsi
merupakan orang yang memperoleh hak hidup sementara serta perlindungan hukum
yang berlaku di Indonesia sebelum diberangkatkan menuju negara ketiga.
Pengelola merupakan orang yang ditugaskan mengawasi serta bertanggung jawab
terhadap kehidupan pengungsi selama menghuni wisma. Adapun karakteristik serta
letak kamar hunian penghuni dapat dilihat pada ilustrasi gambar berikut:

Gambar 4. Keterangan letak kamar dan karakteristik penghuni


Sumber: Penulis, 2020.

21
Gambar 5. Ilustrasi letak kamar penghuni
Sumber: Penulis, 2020.

Pada gambar ilustrasi diatas, dapat dilihat bahwa jumlah total penghuni
lantai 1 sebanyak 16 orang yang terdiri 13 orang penghuni tetap serta 3 orang
penghuni tidak tetap. Penghuni tetap merupakan pengelola dan pengungsi.
Pengungsi berasal dari negara Myanmar, Somalia, dan Iraq yang terdiri dari 4 orang
laki-laki dewasa, 3 orang perempuan dewasa, dan 4 orang anak-anak. Pengelola
berasal dari negara Indonesia yang terdiri dari satu orang laki-laki dewasa serta satu
orang perempuan dewasa. Penghuni tidak tetap merupakan 3 orang satpam yang
berasal dari negara Indonesia. Satpam terdiri dari 3 orang laki-laki dewasa.
Jumlah total penghuni lantai 2 sebanyak 19 orang pengungsi. Pengungsi
berasal dari negara Iraq, Myanmar, Afghanistan, Iran, dan Yaman yang terdiri dari
10 orang laki-laki dewasa, 3 orang perempuan dewasa, dan 6 orang anak-anak.
Jumlah total penghuni lantai 3 sebanyak 24 orang pengungsi. Pengungsi berasal
dari negara Afghanistan, Somalia, dan Iran yang terdiri dari 14 orang laki-laki
dewasa, 3 orang perempuan dewasa, dan 7 orang anak-anak. Jumlah total penghuni
lantai 4 sebanyak 23 orang pengungsi. Pengungsi berasal dari negara Myanmar, dan
Afghanistan yang terdiri dari 8 orang laki-laki dewasa, 6 orang perempuan dewasa,
dan 9 orang anak-anak. Jumlah total penghuni lantai 5 sebanyak 13 orang
pengungsi. Pengungsi berasal dari negara Myanmar, Afghanistan dan Iran yang

22
terdiri dari 6 orang laki-laki dewasa, 5 orang perempuan dewasa, dan 2 orang anak-
anak.

4.2. Ruang Komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar


Ruang Komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar di interpretasikan sebagai
ruang milik bersama yang disediakan khusus untuk bekerja dan menunjang
aktivitas sehari-hari penghuni. Dapat diakses secara bersama-sama maupun
bergantian, baik itu secara individu maupun berkelompok. Hasil penelitian
menunjukkan berbagai jenis ruang komunal beserta fungsinya yang berbeda-beda
dalam menunjang aktivitas penghuni. Adapun ruang-ruang yang dimaksud adalah:

Tabel 4. Ruang komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar


No Nama Ruang Tipe Ruang
1 Halaman Publik
2 Parkiran Publik
3 Teras Publik - Semi Publik
4 Lobi Publik - Semi Publik
5 Ruang Resepsionis Publik - Semi Publik
6 Ruang CCTV Semi Privat - Semi publik
7 WC Umum Publik - Semi Publik
8 Tangga Semi Publik
9 Selasar Semi Publik
10 Dapur Semi Publik
11 Ruang Jemur Semi Publik
12 Balkon Semi Publik
13 Lantai Atap Semi Publik

Sumber: Analisis penulis, 2020.

23
4.3. Denah Setting Ruang Komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar

Gambar 6. Denah setting ruang komunal pada lantai 1


Sumber: Penulis, 2020.

24
Gambar 7. Denah setting ruang komunal pada lantai 2
Sumber: Penulis, 2020.

25
Gambar 8. Denah setting ruang komunal pada lantai 3
Sumber: Penulis, 2020.

26
Gambar 9. Denah setting ruang komunal pada lantai 4
Sumber: Penulis, 2020.

27
Gambar 10.Denah setting ruang komunal pada lantai 5
Sumber: Penulis, 2020.

28
Gambar 11. Denah setting ruang komunal pada lantai atap
Sumber: Penulis, 2020.

29
4.4. Penggunaan Ruang Komunal oleh penghuni
Pengamatan penggunaan ruang dilakukan selama 30 hari mulai tanggal 1
September 2020 – 30 September 2020 menggunakan metode observasi partisipatif,
time budget serta pelacakan jejak. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pola
kegiatan (pattern) penghuni yang dapat memberikan gambaran frekuensi
penggunaan ruang bersama dalam rentan waktu pagi, siang, sore dan malam hari.
Untuk mengetahui karakteristik pengguna ruang, pelaku dikategorikan menjadi 3
kategori, yaitu A (Laki-laki dewasa), B (Perempuan dewasa), dan C (anak-anak).
Berdasarkan hasil pengamatan, maka diperoleh data pada ruang-ruang dengan
jumlah aktivitas penghuni terbanyak diantara rentan waktu pagi hari, siang hari,
sore hari, dan malam hari serta kategorisasi penghuni yang paling sering mengakses
ruang komunal. Data jumlah aktivitas penghuni yang terjadi pada ruang komunal
dapat dilihat pada diagram di bawah:

Diagram 1. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal selama 30 hari.


Sumber: Analisis penulis, 2020.

30
Diagram 2. Presentase jumlah ativitas pada ruang komunal selama 30 hari
Sumber: Analisis penulis, 2020.

Pada kedua diagram diatas, dapat dilihat bahwa ruang komunal pada Wisma
Baji Rupa Makassar diakses setiap hari oleh penghuni dengan intensitas kunjungan
yang berbeda-beda berdasarkan jumlah aktivitas yang terjadi. Urutan ruang yang
memiliki jumlah aktivitas terpadat atau yang paling sering diakses adalah; lobi
dengan total aktivitas berulang sebayak 972 atau 25%, dapur dengan total aktivitas
berulang sebayak 762 atau 19%, selasar dengan total aktivitas berulang sebayak
526 atau 13%, teras dengan total aktivitas berulang sebayak 414 atau 11%, tangga
dengan total aktivitas berulang sebayak 333 atau 8%, ruang CCTV dengan total
aktivitas berulang sebayak 291 atau 7%, lantai atap dengan total aktivitas berulang
sebayak 140 atau 4%, parkiran dengan total aktivitas berulang sebayak 115 atau
3%, WC umum dengan total aktivitas berulang sebayak 99 atau 3%, ruang
resepsionis dengan total aktivitas berulang sebayak 95 atau 3%, halaman dengan

31
total aktivitas berulang sebayak 94 atau 2%, ruang jemur dengan total aktivitas
berulang sebayak 79 atau 2%, dan yang terakhir adalah balkon dengan total
aktivitas berulang sebanyak 51 atau 1%.

Berdasarkan aktivitas yang terjadi pada ruang bersama selama 12 jam,


terdapat perbedaan kepadatan aktivitas pada setiap rentan waktu pagi hari, siang
hari, sore hari, serta malam hari. Sehingga menunjukkan perbedaan frekuensi
kunjungan pada rentan waktu tersebut. Waktu kunjungan terpadat terjadi pada sore
hari yaitu antara pukul 15.00-18.00, kemudian pagi hari yaitu antara pukul 09.00-
12.00, kemudian malam hari yaitu antara pukul 18.00-22.00, dan yang terakhir
yaitu siang hari antara pukul 12.00-15.00.
Kategori penghuni yang paling sering mengakses ruang bersama adalah
laki-laki dewasa, kemudian perempuan dewasa, dan yang terakhir adalah anak-
anak. Jumlah waktu dan pelaku aktivitas pada ruang bersama selama 30 hari dan
setiap hari dapat dilihat pada diagram-diagram di bawah:

DI AG RA M WA K T U DA N PE LA KU A K T I VI TA S PA DA RUA NG
KO MUN A L SE LA MA 3 0 HA RI
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak
674
538

509

488
441
435

405

325

288
199

188

162
101

98
92

35

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 3. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal selama
30 hari
Sumber: Analisis penulis, 2020.

32
4.4.1. Halaman

Tabel 5. aktivitas pada halaman


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Bermain Lantai A, C
2 Menerima paket Lantai A
3 Melihat view Lantai A
4 Duduk santai Lantai A
5 Mencari angin Lantai A
6 Merokok Lantai A
7 Menelpon Lantai A

Sumber: Analisis penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di halaman


sebanyak 7 aktivitas dengan setting lantai halaman itu sendiri sebagai penunjang
aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas merupakan pengungsi laki-laki dewasa dan
anak-anak. Halaman merupakan salah satu tempat favorit bagi penghuni untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis seperti mencari udara segar, melihat view, maupun
sekedar mencari suasana dengan duduk santai khususnya di waktu pagi dan sore
hari. Alasan penggunaan ruang bagi penghuni adalah untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis, view yang baik, serta terdapat suasana yang nyaman.

Gambar 12. Aktivitas bermain di halaman


Sumber: Penulis, 2020.

33
Gambar 13. Aktivitas duduk santai di Halaman
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 14. Kondisi dan setting Halaman


Sumber: Penulis, 2020.

Halaman merupakan ruang terbuka yang terletak pada bagian terluar bangunan.
Penanda batas teritori berupa jalan raya serta pagar besi menuju Parkiran. Identitas
teritori berupa lantai rabat beton yang berbatasan langsung dengan jalan raya.
Karena berada pada bagian terluar bangunan, Halaman dapat dengan mudah diakses
oleh pengguna jalan, penjual keliling, maupun tetangga tanpa diperlukan intruksi
khusus dari pengelola maupun satpam karena dianggap sebagai wilayah publik.
Jenis teritori adalah peripheral territory.

34
Tabel 18. Analisis teritori pada Halaman
Identitas Teritori Lantai rabat beton
Pengakses Teritori Penghuni (laki-laki dewasa, anak-anak), pengguna jalan,
penjual keliling, tetangga, serta tamu yang berkunjung.
Jenis Aktivitas Bermain, menerima paket, melihat view, duduk santai,
mencari angin, merokok, menelpon.
Perilaku Teritorial -
Sifat Ruang Publik
Jenis Teritori Peripheral territory.
Sifat Teritori Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.


4.4.2. Parkiran

Tabel 6. Aktivitas pada Parkiran


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Memarkir sepeda Lantai A,B
2 Memarkir motor Lantai A
3 Mencuci tangan Ember cuci tangan A,B,C
4 Menyapu Lantai B

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di parkiran


sebanyak 4 aktivitas dengan setting lantai parkiran dan ember cuci tangan sebagai
penunjang aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa,
Perempuan dewasa dan anak-anak. Parkiran merupakan ruang yang digunakan
penghuni, pengelola, maupun tamu yang berkunjung untuk memarkir
kendaraannya. Selain digunakan sebagai Parkiran, terdapat juga wilayah yang
digunakan untuk meletakkan ember pencucian tangan. Ruang parkir pada Wisma
Baji Rupa Makassar merupakan ruang peralihan menuju ruang wisma yang lebih
tertutup, akses utama memasuki wilayah wisma berupa pagar besi. Kondisi setting
parkiran yang dibatasi oleh pagar besi menjulang tinggi membuat wilayah parkiran
terhindar dari gangguan atau intervensi wilayah luar wisma. Alasan penggunaan

35
ruang oleh penghuni adalah untuk memenuhi kebutuhan akan keselamatan dan rasa
aman, serta kemudahan akses.

Gambar 15. Aktivitas memarkir kendaraan di Parkiran


Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 16. Aktivitas mencuci tangan di Parkiran


Sumber: Penulis, 2020.

36
Gambar 17. Kondisi dan
setting Parkiran
Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori berupa lantai yang terbuat dari paving block, dinding
bata pada sisi kanan dan kiri, serta pagar besi yang berfungsi sebagai pembatas antar
teritori. Pagar besi merupakan kontrol akses utama menuju wilayah luar hunian.
Parkiran merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan teras. Batas teritori
menuju teras berupa perbedaan material dan ketinggian lantai. Identitas teritori
berupa sepeda, sepeda motor, ember pencuci tangan, serta bangku besi. Wilayah ini
dapat diakses oleh tamu yang berkunjung hanya pada pukul 07.00 a.m hingga pukul
22.00 p.m, sehingga sifat teritori dapat berubah dari teritori publik menjadi semi
publik. Jenis teritori adalah peripheral territory dan supporting territory.
Berdasarkan pola aktivitas penghuni serta penambahan fungsi ruang,
penghuni melakukan upaya adjustment dengan meletakkan ember pencucian
tangan di wilayah parkiran, sehingga terbentuk sebuah teritori baru. Terdapat
wilayah parkir yang digunakan sebagai area cuci tangan serta terdapat perbedaan
zona dalam memarkir kendaraan berjenis sepeda dan sepeda motor. Pengguna
sepeda cenderung menyukai wilayah parkiran di bagian tepi (sekitar pagar besi,

37
dinding, dan bangku besi). Sedangkan pengendara sepeda motor cenderung
membentuk pola pada bagian tengah area parkir dan dekat teras.

Gambar 18. Batas teritori yang tercipta pada Parkiran


Sumber: Penulis, 2020.

Pada gambar di atas, terlihat bahwa area berwarna biru merupakan area
pencucian tangan, area berwarna merah merupakan area parkir yang sering
digunakan oleh pengendara sepeda motor, sedangkan area berwarna kuning
merupakan area parkir yang sering digunakan oleh pengendara sepeda. Pola
kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam memarkir kendaraan penghuni,
cenderung menciptakan klaim ruang antara pengendara sepeda dan pengendara
sepeda motor yang ditandai dengan terbentuknya area favorit. Area favorit yang
terbentuk ditunjukkan melalui kegiatan penghuni dalam memarkir kendaraannya,
dimana terdapat keinginan untuk memarkir kendaraan di tempat yang sama setiap
harinya.

Tabel 7. Analisis teritori pada Parkiran


Identitas Teritori Sepeda, sepeda motor, ember pencuci tangan, serta bangku
besi.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, pengelola, satpam) dan tamu yang
berkunjung.
Jenis Aktivitas Memarkir sepeda, memarkir motor, mencuci tangan,
menyapu
Perilaku Teritorial • Menciptakan area favorit dalam memarkir kendaraan
pada area yang sama setiap hari.

38
• Mengubah setting perabot dengan menambahkan
ember pencucian tangan, sehingga terjadi
penambahan fungsi ruang dan tercipta teritori baru.
Sifat Ruang Publik-Semipublik
Jenis Teritori Supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2020.


4.4.3. Teras

Tabel 8. Aktivitas pada Teras


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Duduk santai Kursi A,B,C
2 Bermain Lantai, kursi C
3 Merokok Tempat sampah, Kursi A
4 Minum Kopi Kursi A
5 Menyapu Lantai A,B
6 Mengepel Lantai A,B
7 Berbincang Kursi, sepeda motor A
8 Berinteraksi Tubuh manusia A,B,C
9 Memarkir Sepeda Lantai A
10 Memarkir Motor Lantai A

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di teras sebanyak
10 aktivitas dengan setting lantai teras, kursi, tempat sampah, sepeda motor, dan
tubuh manusia itu sendiri sebagai penunjang aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas
merupakan laki-laki dewasa, perempuan dewasa dan anak-anak. Teras merupakan
ruang yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara, pencahayan alami dan tempat
singgah tamu atau area tunggu sebelum tamu memasuki lobi. Karena keterbatasan
ruang parkir serta lokasi teras yang berbatasan langsung dengan parkiran, Beberapa
penghuni sering menggunakan teras diluar fungsi aslinya, yaitu digunakan sebagai
wilayah parkiran. Penghuni mengaku senang menghabiskan waktu di teras karena
mudah diakses serta dapat bersantai sambil melihat view jalan raya tanpa merasa
kepanasan di siang hari. Alasan penggunaan ruang bagi penghuni adalah untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman,

39
suasana yang nyaman, tersedianya perabot yang mendukung, serta terdapat view
yang baik.

Gambar 19. Aktivitas bermain di teras


Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 20. Pemanfaatan teras sebagai tempat parkir


Sumber: Penulis, 2020.

40
Gambar 21. Kondisi dan setting Teras
Sumber: Penulis, 2020.

Teras merupakan ruang yang berbatasan langsung dengan tangga, parkiran


dan lobi. Penanda batas teritori berupa pintu kaca menuju lobi, perbedaan
ketinggian dan material lantai ke parkiran, serta keset kaki menuju tangga. Identitas
teritori berupa kursi, tempat sampah yang juga berfungsi sebagai asbak, serta keset
kaki yang berfungsi sebagai penanda batas antar wilayah parkiran dan tangga.
Pengakses teritori adalah penghuni wisma dan tamu, Seperti halnya dengan
parkiran, wilayah teras hanya dapat diakses oleh tamu yang berkunjung pada pukul
07.00 a.m hingga pukul 22.00 p.m. sehinga sifat ruang dapat berubah dari ruang
publik menjadi ruang semi publik. Jenis teritori yang terdapat pada teras adalah
attached territory, supporting territory dan peripheral territory.

41
Gambar 22. attached territory pada teras
Sumber: Penulis, 2020.

Attached territory seringkali terjadi apabila seseorang dengan orang lainnya


sedang berinteraksi sehingga menciptakan sebuah jarak intim ataupun bersentuhan.
Perletakan kursi pada bagian sudut teras dan tempat sampah yang berfungsi sebagai
asbak merupakan salah satu bentuk dari behavioral setting yang terjadi pada teras.
Seperti dan gambar 51, penciptaan teritori untuk memperluas wilayahnya
ditunjukkan dengan cara mengubah posisi kursi dan mengubah posisi duduk, Hal
ini menjadikan orang lain enggan duduk di wilayah tersebut atau masuk ke dalam
teritori yang telah diciptakan.

Gambar 23. Penciptaan teritori untuk memperluas wilayah pada teras


Sumber: Penulis, 2020.

42
Gambar 24. Perluasan teritori area Parkiran ke Teras
Sumber: Penulis, 2020.

Penggunaan teras sebagai wilayah parkir merupakan salah satu bentuk dari
klaim teritori. Letak teras yang berada tepat disamping parkiran serta keadaan
dimana lahan parkir tidak dapat memenuhi kebutuhan akan ruang parkir
mengakibatkan penghuni melakukan adaptasi dengan memanfaatkan wilayah teras
sebagai area parkir.

Tabel 9. J Analisis teritori pada Teras


Identitas Teritori Kursi, tempat sampah, dan keset kaki.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, pengelola, satpam) dan tamu yang
berkunjung
Jenis Aktivitas Duduk santai, bermain, merokok, minum kopi, menyapu,
mengepel, berbincang, berinteraksi, memarkir sepeda,
memarkir motor.
Perilaku Teritorial • Mengubah posisi kursi
• Mengubah posisi tubuh, posisi duduk
• Meletakkan kopi di kursi
• Membentuk ruang informal dengan saling
berhadapan untuk mengobrol.
Sifat Ruang Publik-Semipublik
Jenis Teritori Attached territory, supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-permanen

Sumber: Analisis penulis, 2020.

43
4.4.4. Lobi

Tabel 10. Aktivitas pada Lobi


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Mengepel Lantai A,B
2 Bermain Lantai, meja, kursi A,B,C
3 Menyapu Lantai A,B
4 Mengecas hp Kursi A
5 Berbincang Kursi A,B
6 Menerima tamu Kursi,meja A
7 Makan Meja,kursi A
8 Menelpon Kursi A
9 Minum Kursi A
10 Main game Kursi,meja A
11 Mengambil minum Dispenser A
12 Menyimpan buku Meja A
13 Berinteraksi Tubuh manusia A,B
14 Menyalakan kipas Kipas angin A
15 Minum kopi Kursi, meja A
16 Merokok Kursi, meja A
17 Bermain hp Kursi A,B
18 Berbaring Kursi A
19 Membuang sampah Tempat sampah A,B,C

Sumber: Analisis Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di lobi sebanyak
18 aktivitas dengan setting lantai lobi, kursi, meja, tempat sampah, dispenser,
kulkas, kipas angin, dan tubuh manusia itu sendiri sebagai penunjang aktivitas
tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa, perempuan dewasa dan
anak-anak.
Lobi merupakan ruang yang umumnya berfungsi sebagai ruang duduk atau
ruang tunggu. Lobi pada Wisma Baji Rupa Makassar digunakan sebagai tempat
untuk menerima tamu, tempat berjaga bagi satpam, tempat penyimpanan makanan,
dispenser, serta digunakan sebagai ruang berkumpul. Lobi merupakan ruang yang
paling sering diakses penghuni untuk menghabiskan waktu atau sekedar mengusir
rasa bosan selama berada di kamar. Letak lobi yang mudah diakses serta memiliki
lokasi yang strategis menyebabkan lobi menjadi tujuan utama berkumpulnya

44
penghuni dari lantai 1 hingga penghuni lantai 5. Penghuni lebih sering
menghabiskan waktu di lobi karena penghuni merasa membutuhan satu ruang yang
dapat digunakan untuk bersosialisasi atau memperkuat tali silaturahmi antar
penghuni wisma. Mereka senang menghabiskan waktu di lobi karena dapat
berinteraksi dengan penghuni lain yang sudah mereka anggap seperti keluarga
sendiri. Alasan penggunaan ruang bagi penghuni adalah untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa
cinta, memiliki dan dimiliki, serta terdapat suasana yang nyaman.

Gambar 25. Interaksi antara pengungsi dan satpam di lobi


Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 26. Aktivitas pengungsi dan pengelola di lobi

45
Sumber: Penulis, 2020

Gambar 27. Lobi sebagai tempat penyimpanan kulkas dan dispenser air
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 28. Kondisi dan setting Lobi


Sumber: Penulis, 2020.

Lobi pada wisma baji rupa terbagi atas beberapa wilayah. Wilayah jaga
satpam, wilayah menerima tamu, serta wilayah yang digunakan menyimpan kulkas
dan dispenser sebagai penunjang aktivitas memasak, makan dan minum. Penanda
batas teritori berupa dinding bata, dinding kayu, pintu kaca, serta perabot berupa

46
meja resepsionis. Lobi berbatasan langsung dengan teras, selasar, ruang CCTV,
serta ruang resepsionis. Identitas teritori berupa kursi tunggu dan meja kaca untuk
tamu, sepasang meja dan kursi tempat satpam berjaga, kursi plastik, pot bunga,
tempat sampah, dispenser, serta kulkas. Jenis teritori adalah attached territory,
supporting territory, dan peripheral territory. Teritori pada lobi dapat meluas
bahkan menyempit sesuai dengan jumlah pengakses serta jumlah kegiatan yang
sedang berlangsung dalam satu waktu. Apabila terdapat banyak orang yang
berkumpul dan beraktifitas, maka batas teritori akan mengecil, sedangkan jika
hanya terdapat satu atau dua orang pengakses, wilayah teritori dapat saja meluas
sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pengakses teritori.

Gambar 29. Penandaan batas teritori oleh perabot


Sumber: Penulis, 2020

Area berwarna merah merupakan area jaga satpam, area berwarna kuning
merupakan area duduk dan tunggu yang disediakan untuk tamu, sedangkan area
berwarna biru merupakan area yang digunakan untuk menyimpan kulkas dan
dispenser penghuni. Penandaan batas area berdasarkan fungsinya merupakan salah
satu bentuk dari behavioral setting. Penandaan area pada lobi sesungguhnya tidak
bersifat permanen melainkan dapat berubah-ubah fungsi dan pemakainya. Area
jaga satpam seringkali diakses oleh penghuni, baik itu untuk duduk santai maupun

47
tempat anak-anak bermain. Begitu pula sebaliknya, area tamu seringkali diakses
oleh satpam dan penghuni untuk menghabiskan waktu bersantai, menunggu,
menelfon, bermain, bahkan berbaring. Hal ini diakibatkan oleh penambahan fungsi
ruang lobi sebagai ruang interaksi dan ruang berkumpul.
Interaksi pengguna terhadap lingkungannya ditunjukkan dengan
memperluas wilayah teritori melalui beberapa kegiatan seperti melakukan interaksi
satu sama lain, mengubah posisi duduk dan letak kursi serta meletakkan barang-
barang pribadi. Melalui perilaku tersebut, terbentuk sebuah ruang informal yang
menyebabkan orang lain enggan memasuki wilayah teritori tersebut. Untuk
memperkuat keberadaan pengguna pada setiap kegiatan ditunjukkan melalui
tindakan seperti:
a. Duduk menyamping saling berhadapan
b. Merebahkan tangan diatas meja
c. Membentuk forum dengan mengobrol
d. Meletakkan barang pribadi, makanan dan minuman.
e. Bermain
f. Berbaring
g. Mengubah posisi kursi
Interpretasi dan pemaknaan ruang yang sama terhadap penambahan fungsi
lobi ini menimbulkan rasa toleransi yang tinggi antar penghuni, pengelola dan
satpam sehingga tidak mudah terjadi konflik atas klaim wilayah teritori.

48
Gambar 30. Perluasan teritori anak-anak yang sedang bermain di lobi
Sumber: Penulis, 2020

Gambar 31. Perluasan area teritori dengan mengubah posisi tubuh


(berbaring).
Sumber: Penulis, 2020

Gambar 32. Interaksi yang terjadi di Lobi


Sumber: Penulis, 2020.

Tabel 11. Analisis teritori pada Lobi

49
Identitas Teritori Kursi tunggu dan meja kaca, meja dan kursi satpam, kursi
plastik, pot bunga, tempat sampah, dispenser, serta kulkas.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, pengelola, satpam) dan tamu yang
berkunjung
Jenis Aktivitas Mengepel, bermain, menyapu, mengecas hp, berbincang,
menerima tamu, makan, menelpon, minum, main game,
mengambil minum, menyimpan buku, berinteraksi,
menyalakan kipas, minum kopi, merokok, bermain hp,
berbaring, membuang sampah.
Perilaku Teritorial • Berbaring untuk memperoleh zona yang lebih luas
• Membentuk ruang informal dengan saling
berhadapan
• Meletakkan kopi di atas meja
• Merebahkan tangan di atas meja
• Menambah fungsi ruang.
• Mengubah posisi tubuh
• Berinteaksi
• Bermain
Sifat Ruang Publik-Semipublik
Jenis Teritori Attached territory, supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-permanen

Sumber: Analisis penulis, 2020.


4.4.5. Ruang Resepsionis

Tabel 12. Aktivitas Pada Ruang Resepsionis


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Menyimpan Barang Meja Resepsionis A
2 Mengambil Barang Meja Resepsionis A

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari pada ruang
resepsionis sebanyak 2 aktivitas dengan setting lantai meja resepsionis sebagai
penunjang aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa. Fungsi
utama resepsionis pada umumnya adalah sebagai penghubung antara area publik
bangunan dengan area privat bangunan. Pada Wisma Baji Rupa Makassar, ruang
resepsionis menghubungkan ruang publik dan semi publik. Resepsionis sebenarnya
berfungsi sebagai pusat informasi mengenai pengungsi, namun tamu lebih sering
memperoleh informasi di meja satpam yang berjaga maupun di kursi tunggu pada

50
lobi. Meja resepsionis juga digunakan oleh beberapa penghuni untuk menyimpan
barang pribadi mereka seperti helm. Menurut mereka, menyimpan helm di meja
resepsionis lebih terjamin keamanannya daripada menyimpan helm di parkiran.
Alasan penggunaan ruang adalah untuk memenuhi kebutuhan akan keselamatan
dan rasa aman, perabot yang mendukung, serta kemudahan akses.

Gambar 33. Meja resepsionis sebagai tempat penyimpanan helm


Sumber: Penulis, 2020.

51
Gambar 34. Kondisi dan setting Ruang Resepsionis
Sumber: Penulis, 2020.

Fungsi utama resepsionis pada umumnya adalah sebagai penghubung antara


area publik bangunan dengan area privat bangunan. Pada Wisma Baji rupa
Makassar, ruang resepsionis menghubungkan ruang publik dan ruang semi publik.
Pembatas teritori berupa meja resepsionis yang memisahkan antara teritori lobi dan
selasar. Identitas teritori berupa meja, komputer, print, serta meja resepsionis. Jenis
teritori yang terdapat pada ruang resepsionis adalah Peripheral territory dan
supporting territory.

Tabel 13. Analisis teritori pada Ruang Resepsionis


Identitas Teritori Meja, komputer, helm, print, serta meja resepsionis.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi dan pengelola)
Jenis Aktivitas Menyimpan barang, mengambil barang
Perilaku Teritorial Mengubah peruntukan ruang
Sifat Ruang Publik-Semipublik
Jenis Teritori Supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2020.


4.4.6. Ruang CCTV

Tabel 14. Aktivitas Pada Ruang CCTV


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Istirahat Kasur A
2 Mengambil piring Meja B
3 Menyimpan makanan Meja B
4 Makan Meja, kasur A
5 Mengontrol CCTV Monitor A
6 Berbincang Kasur A

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari pada ruang
CCTV sebanyak 6 aktivitas dengan setting lantai, meja, monitor, dan kasur sebagai
penunjang aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa dan
perempuan dewasa. Ruang CCTV merupakan ruang kerja yang digunakan oleh
satpam beristirahat dan memantau CCTV. Namun pada jam istirahat, ruang ini

52
berfungsi sebagai ruang istirahat untuk satpam. Ruangan ini sebenarnya hanya
dapat diakses oleh pengelola dan satpam, namun ada beberapa pengungsi yg sering
mengakses ruangan ini karena merasa memiliki hubungan yang dekat dengan
satpam. Alasan penggunaan ruang bagi penghuni adalah untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis serta kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman serta perabot
yang mendukung.

Gambar 35. Aktivitas pada Ruang CCTV


Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 36. Kondisi dan setting Ruang CCTV

53
Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori berupa dinding bata dan dinding kaca. Ruang CCTV
berbatasan langsung dengan lobi dan tangga. Identitas teritori berupa Kasur lantai
yang digunakan satpam untuk beristirahat, monitor yang digunakan untuk
mengontrol CCTV, meja plastik untuk makan, serta meja untuk menyimpan piring
dan perlengkapan makan lainnya. Ruang CCTV merupakan ruang yang digunakan
oleh 3 orang satpam dan pengelola, sehingga teritori pada ruang ini juga dapat
berubah. Apabila telah masuk jam istirahat, satpam akan melakukan konrrol akses
dengan menutup pintu ruangan, seolah menjadikan ruang tersebut sebagai ruang
pribadi. Hal ini mengakibatkan orang lain canggung memasuki ruangan tersebut.
Satpam akan kembali membuka pintu apabila jam istirahat telah selesai, kemudian
pengelola dan beberapa pengungsi yang sering berinteraksi dengan satpam dapat
mengakses ruang CCTV kembali. Jenis teritori yang terdapat pada ruang CCTV
adalah central territory personalized dan supporting territory.

Tabel 15. Analisis teritori pada Ruang CCTV


Identitas Teritori Kasur lantai, monitor, meja plastik untuk makan, serta meja
untuk menyimpan piring dan perlengkapan makan lainnya.
Pengakses Teritori Pengelola, satpam, Penghuni (laki-laki dewasa)
Jenis Aktivitas Istirahat, mengambil piring, menyimpan makanan, makan,
mengontrol cctv, berbincang.
Perilaku Teritorial • Menutup pintu
• Menambah fungsi ruang
Sifat Ruang Semipublik-Semiprivat
Jenis teritori Central territory, supporting territory.
Sifat teritori Semi-Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.


4.4.7. WC umum

Tabel 16. Aktivitas Pada WC Umum


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Buang Air WC A
2 Wudhu WC A

Sumber: Penulis, 2020.

54
Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari pada WC umum
sebanyak 2 aktivitas dengan setting kloset sebagai penunjang aktivitas tersebut.
Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa. WC umum biasanya hanya digunakan
bagi tamu yang berkunjung dan satpam, karena pengungsi dan pengelola memiliki
WC pribadi di kamar masing-masing. Alasan penggunaan ruang oleh penghuni
adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis serta perabot yang mendukung.

Gambar 37. Kondisi dan setting WC Umum


Sumber: Penulis, 2020.

WC umum merupakan ruang yang hanya digunakan oleh satpam dan tamu yang
berkunjung, karena penghuni memiliki WC pribadi masing-masing. Penanda batas
teritori berupa dinding bata dan pintu kayu. Identitas teritori berupa kloset duduk,
wastafel, dan kran shower. Jenis teritori adalah supporting territory dan peripheral
territory.

Tabel 17. Analisis teritori pada Wc Umum


Identitas Teritori Kloset duduk, wastafel, dan kran shower.
Pengakses Teritori Penghuni (satpam) dan Tamu yang berkunjung.
Jenis Aktivitas Buang air, wudhu.
Perilaku Teritorial -
Sifat Ruang Publik-Semipublik

55
Jenis Teritori Supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.

4.4.8. Tangga

Tabel 18. Aktivitas pada tangga


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Bermain Tangga A,B
2 Melihat view Jendela A
3 Membuang sampah Tempat Sampah A,B,C
4 Menyapu Lantai B
5 Memarkir Sepeda Lantai A,B

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di Tangga


sebanyak 5 aktivitas dengan setting lantai, Jendela, dan Tempat Sampah sebagai
penunjang aktivitas tersebut. Tangga merupakan salah satu ruang aktif yang diakses
untuk menghubungkan ke teritori lain. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki
dewasa, Perempuan dewasa dan anak-anak. Pada tangga lantai 1 yang
menghubungkan dapur setiap lantai ke teras, terdapat pemanfaatan ruang bawah
tangga sebagai wilayah parkiran sepeda. Seperti halnya dengan teras, ruang bawah
tangga pada lantai 1 merupakan ruang yang berbatasan langsung dengan parkiran,
sehingga mudah diakses bagi penghuni yang akan memarkirkan kendaraannya. Hal
ini merupakan upaya penghuni memanfaatkan ruang kosong tersebut mengingat
kondisi parkiran yang sudah tidak mampu menampung seluruh kendaraan penghuni
maupun tamu yang berkunjung. Alasan penggunaan ruang oleh penghuni adalah
untuk memenuhi kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta,
memiliki dan dimiliki, serta terdapat view yang baik.

56
Gambar 38. Tangga sebagai penghubung ke teritori lain
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 39. Tangga sebagai wilayah anak-anak bermain


Sumber: Penulis, 2020.

57
Gambar 40. Terdapat tempat sampah pada setiap bordes Tangga.
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 41. Fungsi ruang bawah tangga sebagai Parkiran


Sumber: Penulis, 2020.

58
Gambar 42. Kondisi dan setting Tangga
Sumber: Penulis, 2020.

Tangga merupakan teritori penghubung antar teritori teras dengan dapur


lantai atas serta selasar lantai bawah dengan selasar lantai atas. Tangga yang
menghubungkan antar selasar lantai satu dengan selasar lantai atas terletak pada
bagian dalam wisma. Sedangkan tangga yang menghubungkan teras dapa dapur
lantai atas merupakan tangga yang terletak pada bagian luar. Penanda batas teritori
beripa railing dan dinding bata. Identitas teritori adalah model tangga itu sendiri
dan tempat sampah yang terletak pada setiap bordes tangga. Selain digunakan
sebagai penghubung antar selasar, tangga memiliki beberapa fungsi seperti tempat
menjemur lap dan karpet, tempat membuang sampah, serta tempat memarkir
sepeda. Tangga juga merupakan tempat favorit bagi anak-anak bermain serta
tempat pengungsi melihat view selain jendela, khususnya tangga pada bagian
Dapur. Pengakses teritori adalah penghuni wisma dan tamu yang berkepentingan
dengan penghuni seperti penjual dan tukang servis bangunan. Jenis teritori adalah
supporting territory.

59
Gambar 43. Penggunaan area bawah tangga sebagai tempat parkir
Sumber: Penulis, 2020.

Penggunaan area bawah tangga sebagai wilayah parkir merupakan salah satu
bentuk dari klaim teritori. Letak tangga yang berada tepat disamping parkiran serta
keadaan dimana lahan parkir tidak dapat memenuhi kebutuhan akan ruang parkir
mengakibatkan penghuni melakukan adaptasi dengan memanfaatkan wilayah
bawah tangga sebagai area parkir. Pola kegiatan yang dilakukan setiap hari dalam
memarkir sepeda mengakibatkan terbentuknya area favorit bagi masing-masing
penghuni dalam memarkir sepeda mereka. Area favorit yang terbentuk ditunjukkan
melalui kegiatan penghuni dalam memarkir sepedanya, dimana terdapat keinginan
untuk memarkir sepeda di tempat yang sama setiap harinya.

Tabel 19. Analisis teritori pada Tangga


Identitas Teritori Tangga, tempat sampah, sepeda.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, pengelola) dan tamu (penjual)
Jenis Aktivitas Bermain, melihat view, membuang sampah, menyapu,
memarkir sepeda, menjemur lap.
Perilaku Teritorial • Menambah fungsi ruang
• Menciptakan area favorit dengan memarkir sepeda
pada tempat yang sama setiap hari.
Sifat Ruang Publik-Semipublik

60
Jenis Teritori Supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-permanen
Sumber: Analisis penulis, 2021.
4.4.9. Selasar

Tabel 20. Aktivitas Pada Selasar


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Bermain Barbel A,B
2 Merokok Lantai A
3 Menyapu Lantai A,B,C
4 Mengepel Lantai A
5 Berinteraksi Lantai A,B
6 Olahraga Barbel A
7 Menelepon Kursi, lantai A
8 Menyimpan sendal/sepatu Rak sepatu A,B,C
9 Transaksi jual beli Lantai A,B
10 Menyimpan barang Lemari penyimpanan, rak gantung B
11 Mengantar galon Lantai A
12 Membuang sampah Tempat sampah B

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di selasar


sebanyak 12 aktivitas dengan setting lantai teras, kursi, tempat sampah, sepeda
motor, dan tubuh manusia itu sendiri sebagai penunjang aktivitas tersebut. Pelaku
aktivitas merupakan laki-laki dewasa, perempuan dewasa dan anak-anak. Pada
umumnya, selasar dibangun sebagai akses dari satu ruang ke ruang yang lain.
Selasar yang esensi awalnya hanya berfungsi sebagai ruang sirkulasi bagi penghuni,
bertambah fungsinya menjadi ruang persinggahan untuk berbagai aktivitas
menetap. Salah satu penyebabnya adalah tidak difungsikannya lift pada bangunan
sehingga tercipta ruang kosong pada selasar di depan lift. Momen ini dimanfaatkan
beberapa pengungsi untuk menciptakan ruang baru atau teritori baru pada wilayah
tersebut.
Selasar yang umumnya berfungsi sebagai jalur sirkulasi tereproduksi
menjadi ruang pause atau perhentian untuk melakukan aktivitas yang lebih
fleksibel. Alasan penggunaan ruang oleh penghuni adalah untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan
dimiliki, tersedianya perabot, serta kemudahan akses.

61
Gambar 44. Aktivitas transaksi jual beli pada selasar
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 45. Aktivitas memasak pada selasar lantai 2


Sumber: Penulis, 2020.

62
Gambar 46. Selasar sebagai tempat menyimpan barang pribadi
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 47. Selasar sebagai tempat olahraga


Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori pada selasar adalah bentuk selasar itu sendiri. Selasar
merupakan ruang bersama yang terletak paling dekat dengan unit kamar pengungsi
dan pengelola. sehingga selasar dijadikan sebagai tujuan utama bagi mereka untuk
menyimpan barang pribadi seperti rak sepatu, galon, lemari penyimpanan, kompor,
kursi, barbel, dan mesin cuci.

63
Gambar 48. Kondisi dan setting selasar 1
Sumber: Penulis, 2020.

Identitas teritori pada selasar lantai 1 berupa rak sepatu, rak gantung, kursi,
tempat sampah, chest freezer, lemari penyimpanan, sapu, dan sendok sampah.
Pengakses teritori adalah pengungsi, satpam dan pengelola. Penandaan batas teritori
dilakukan secara simbolik dengan meletakkan elemen penanda berupa barang
pribadi penghuni di sepanjang sisi selasar dan di ujung selasar. Jenis pemanfaatan
ini diakibatkan oleh kebutuhan akan teritori primer penghuni yang tidak tercukupi.
Penghuni melakukan upaya adjustment dengan meletakkan rak sepatu, tempat
sampah, serta rak gantung di depan unit hunian. Ruang kosong yang terbentuk pada
ujung selasar juga menjadi lokasi favorit bagi pengungsi meletakkan perlengkapan
rumah tangga lainnya seperti kursi, chest freezer, lemari penyimpanan, serta

64
beberapa barang yang tidak terpakai. Perletakan barang pribadi pada wilayah
selasar 1 tidak menimbulkan konfik yang cukup berarti karena tingginya rasa
toleransi antar penghuni serta tidak mengganggu jalur sirkulasi.

Gambar 49. Kondisi dan setting selasar 2


Sumber: Penulis, 2020.

Identitas teritori pada selasar lantai 2 berupa rak sepatu, galon, kursi, chest
freezer, lemari penyimpanan, meja dan kompor. Pengakses teritori adalah
pengungsi dan pengelola. Penandaan batas teritori dilakukan secara simbolik
dengan meletakkan elemen penanda berupa barang pribadi penghuni di sepanjang
sisi selasar dan pembentukan ruang baru pada ujung selasar. Jenis pemanfaatan ini
diakibatkan oleh kebutuhan akan teritori primer penghuni yang tidak tercukupi.
Penghuni melakukan upaya adjustment dengan meletakkan rak sepatu dan galon di
depan unit hunian. Ruang kosong yang terbentuk dialih fungsikan menjadi dapur
oleh pengungsi asal negara Iran serta tempat menyimpan perlengkapan rumah

65
tangga lainnya seperti chest freezer. Pembentukan ruang baru dan perletakan barang
pribadi pada wilayah selasar 2 tidak menimbulkan konfik yang cukup berarti karena
tingginya rasa toleransi antar penghuni serta tidak mengganggu jalur sirkulasi.

Gambar 50. Kondisi dan setting selasar 3


Sumber: Penulis, 2020.

Identitas teritori pada selasar lantai 3 berupa rak sepatu, galon, kursi, chest
freezer dan lemari penyimpanan. Pengakses teritori adalah pengungsi dan
pengelola. Penandaan batas teritori dilakukan secara simbolik dengan meletakkan
elemen penanda berupa barang pribadi penghuni di sepanjang sisi selasar dan di
ujung selasar. Jenis pemanfaatan ini diakibatkan oleh kebutuhan akan teritori
primer penghuni yang tidak tercukupi. Penghuni melakukan upaya adjustment
dengan meletakkan rak sepatu dan galon di depan unit hunian. Ruang kosong yang

66
terbentuk pada ujung selasar juga menjadi lokasi favorit bagi pengungsi meletakkan
perlengkapan rumah tangga lainnya seperti kursi, chest freezer, serta beberapa
barang yang tidak terpakai. Perletakan barang pribadi pada wilayah selasar 3 tidak
menimbulkan konfik yang cukup berarti karena tingginya rasa toleransi antar
penghuni serta tidak mengganggu jalur sirkulasi.

Gambar 51. Kondisi dan setting selasar 4


Sumber: Penulis, 2020.

Identitas teritori pada selasar lantai 4 berupa rak sepatu, galon, kursi, chest
freezer, lemari penyimpanan dan kereta bayi. Pengakses teritori adalah pengungsi
dan pengelola. Penandaan batas teritori dilakukan secara simbolik dengan
meletakkan elemen penanda berupa barang pribadi penghuni di sepanjang sisi
selasar dan di ujung selasar. Jenis pemanfaatan ini diakibatkan oleh kebutuhan akan
teritori primer penghuni yang tidak tercukupi. Penghuni melakukan upaya
adjustment dengan meletakkan rak sepatu dan galon di depan unit hunian. Ruang

67
kosong yang terbentuk pada ujung selasar juga menjadi lokasi favorit bagi
pengungsi meletakkan perlengkapan rumah tangga lainnya seperti kursi, lemari
penyimpanan, chest freezer, serta beberapa barang yang tidak terpakai. Perletakan
barang pribadi pada wilayah selasar 4 tidak menimbulkan konfik yang cukup berarti
karena tingginya rasa toleransi antar penghuni serta tidak mengganggu jalur
sirkulasi.

Gambar 52. Kondisi dan setting selasar 5


Sumber: Penulis, 2020.

Identitas teritori pada selasar lantai 5 berupa rak sepatu, galon, kursi, barbel
dan mesin cuci. Pengakses teritori adalah pengungsi dan pengelola. Penandaan
batas teritori dilakukan secara simbolik dengan meletakkan elemen penanda berupa
barang pribadi penghuni di sepanjang sisi selasar dan di ujung selasar. Jenis
pemanfaatan ini diakibatkan oleh kebutuhan akan teritori primer penghuni yang
tidak tercukupi. Penghuni melakukan upaya adjustment dengan meletakkan rak

68
sepatu dan galon di depan unit hunian. Ruang kosong yang terbentuk pada ujung
selasar dialih fungsikan menjadi ruang olahraga serta tempat menyimpan barang
yang tidak terpakai. Pembentukan ruang baru dan perletakan barang pribadi pada
wilayah selasar 5 tidak menimbulkan konfik yang cukup berarti karena tingginya
rasa toleransi antar penghuni serta tidak mengganggu jalur sirkulasi. Jenis teritori
yang terdapat pada selasar adalah supporting territory.

Tabel 21. Analisis teritori pada Selasar


Identitas Teritori Rak gantung, tempat sepatu, tempat sampah, lemari
penyimpanan, kompor, mesin cuci, chest freezer, kursi,
kereta bayi, galon, barbel, lemari.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, pengelola) dan tamu (penjual)
Jenis Aktivitas Bermain, merokok, menyapu, mengepel, berinteraksi,
olahraga, menelepon, menyimpan sendal/sepatu, transaksi
jual beli, menyimpan barang, mengantar galon, membuang
sampah.
Perilaku Teritorial • Mengubah setting perabot pada selasar lantai 2 untuk
membentuk ruang dapur khusus pengungsi Iran.
• Menambah fungsi ruang
• Meletakkan tempat sepatu dan galon di depan pintu
hunian
• Meletakkan barang pribadi maupun milik bersama di
depan lift.
• Berinteraksi
• Bermain
Sifat Ruang Semipublik
Jenis Teritori Attached territory, supporting territory, peripheral territory.
Sifat Teritori Semi-permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.


4.4.10. Dapur

Tabel 22. Aktivitas pada Dapur


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Menyapu Lantai B
2 Berinteraksi Lantai A,B,C
3 Memasak Kompor A,B
4 Melihat view Jendela, kursi A,B,C
5 Berbincang Kursi A,B,C
6 Mencuci piring Wastafel A,B

69
7 Memanaskan roti Kompor A,B,C
8 Menyiapkan makanan Meja A,B
9 Bermain Lantai,tangga C
10 Membersihkan meja Meja kompor B
11 Membersihkan kompor Kompor B
12 Duduk santai Kursi A,B
13 Bermain hp Kursi A
14 Mengambil barang Meja kompor, Rak penyimpanan A,B
15 Mengepel Lantai A
16 Mengambil makanan Meja A,B
17 Bermain Lantai, jendela C

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di Dapur


sebanyak 17 aktivitas dengan setting lantai, kompor, meja kompor, kursi, wastafel,
tempat sampah, sepeda motor, dan tubuh manusia itu sendiri sebagai penunjang
aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa, Perempuan dewasa
dan anak-anak.
Dapur merupakan tempat untuk menyiapkan bahan makanan sehingga dapat
diolah sebagaimana makanan tersebut dapat disajikan sesuai dengan standar yang
dapat dikonsumsi. Dapur pada Wisma Baji Rupa Makassar merupakan ruang yang
juga digunakan sebagai area penyimpanan perlengkapan memasak dan juga area
interaksi oleh penghuni. Letak jendela yang menyajikan pemandangan luar wisma
serta berfugsi sebagai penghawaan alami menambah daya tarik bagi penghuni
untuk melakukan aktivitas di sekitar jendela. Berbagai aktivitas yang dilakukan
secara bersama-sama dan bergantian menjadikan dapur sebagai salah satu area
favorit untuk beraktivitas sekaligus bersosialisasi. Alasan penggunaan ruang adalah
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki,
kebutuhan harga diri, view, perabot yang mendukung, serta kemudahan akses.

70
Gambar 53. Aktivitas merokok di Dapur
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 54. Aktivitas duduk santai sambil melihat view di Dapur


Sumber: Penulis, 2020.

71
Gambar 55. Berbagai aktivitas yang dilakukan secara bersama di Dapur
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 56. Aktivitas duduk santai di sekitar jendela dan tangga


Sumber: Penulis, 2020.

72
Gambar 57. Aktivitas memasak sambil berbincang di dapur
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 58. Kondisi dan setting dapur 1

Sumber: Penulis, 2020.

73
Penanda batas teritori dapur 1 berupa dinding bata dan pintu. Klaim wilayah teritori
ditunjukkan dengan elemen penanda berupa keberadaan kompor sesuai dengan
pemiliknya. Pemilik kompor biasanya membuat sebuah tempat penyimpanan alat
memasak berupa penggantungan yang diletakkan disekitar kompor masing-masing.
Upaya tersebut dilakukan untuk memperjelas wilayah memasak serta mengurangi
konflik yang akan terjadi. Terdapat pembagian beberapa wilayah berdasarkan
fungsi dan penggunaannya. Daerah yang dibatasi oleh garis putus-putus berwarna
biru merupakan wilayah memasak, daerah yang ditandai dengan kotak berwarna
merah merupakan wilayah untuk menyiapkan makanan, sedangkan daerah yang
ditandai dengan kotak berwarna kuning merupakan wilayah mencuci piring.

Gambar 65. Kondisi dan setting dapur 2


Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori dapur 2 berupa dinding unit hunian pengungsi, selasar,
dinding bata, jendela, dan tangga. Klaim wilayah teritori ditunjukkan dengan
elemen penanda berupa keberadaan kompor sesuai dengan pemiliknya. Upaya
tersebut dilakukan untuk memperjelas wilayah memasak serta mengurangi konflik
yang akan terjadi. Terdapat pembagian beberapa wilayah berdasarkan fungsi dan
penggunaannya. Daerah yang dibatasi oleh garis berwarna biru merupakan wilayah

74
memasak, daerah yang ditandai dengan kotak berwarna merah merupakan wilayah
untuk menyiapkan makanan, daerah yang ditandai oleh kotak berwarna hijau
merupakan ruang santai dan ruang interaksi yang diciptakan penghuni, sedangkan
daerah yang ditandai dengan kotak berwarna kuning merupakan wilayah mencuci
piring.

Gambar 59. Area interaksi yang diciptakan di depan jendela dapur 2


Sumber: Penulis,2020.

Gambar 60. Batas wilayah memasak di dapur 2


Sumber: Penulis,2020.

75
Gambar 61. Bentuk peringatan tertulis di dapur 2
Sumber: Penulis, 2020.

Dapur merupakan ruang komunal yang memiliki frekuensi kunjungan


tetinggi setelah lobi. Hal ini disebabkan oleh tersedianya setting ruang yang
mendukung penambahan fungsi ruang sebagai ruang interaksi dan bersantai bagi
penghuni. Aktivitas interaksi yang terjadi di dapur seringkali mengakibatkan
kebisingan yang terdengar hingga ke unit hunian pengungsi yang berada disekitar
dapur. Hal ini mengakibatkan salah satu penghuni merasa terganggu dan membuat
penandaan batas secara implisit berbentuk peringatan tertulis yang bertuliskan “Ini
adalah sepotong nasihat untuk manusia, bukan untuk binatang. Tolong jangan
membuat keributan di tempat ini setelah pukul 11 malam, kami butuh tidur dan
menenangkan pikiran. Tolong hormati kami semua”. Dalam peringatan tersebut,
mengindikasikan terjadinya aktivitas yang dianggap merugikan pada rentan waktu
tertentu, sehingga mengakibatkan salah satu penghuni berupaya mengontrol
aktivitas yang berlangsung di ruang tersebut.

76
Gambar 62. Kondisi dan setting dapur 3
Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori dapur 3 berupa dinding unit hunian pengungsi, selasar,
dinding bata, jendela, dan tangga. Klaim wilayah teritori ditunjukkan dengan
elemen penanda berupa keberadaan kompor sesuai dengan pemiliknya. Pemilik
kompor biasanya menyimpan alat memasak mereka dibawah kompor masing-
masing. Upaya tersebut dilakukan untuk memperjelas wilayah memasak serta
mengurangi konflik yang akan terjadi. Terdapat pembagian beberapa wilayah
berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Daerah yang dibatasi oleh garis berwarna
biru merupakan wilayah memasak, daerah yang ditandai dengan kotak berwarna
merah merupakan wilayah untuk menyiapkan makanan, daerah yang ditandai oleh
kotak berwarna hijau merupakan ruang santai dan ruang interaksi yang diciptakan
penghuni, sedangkan daerah yang ditandai dengan kotak berwarna kuning
merupakan wilayah mencuci piring.

77
Gambar 63. Area interaksi yang diciptakan di depan jendela dapur 3
Sumber: Penulis,2020.

Gambar 64. Batas wilayah memasak di dapur 3


Sumber: Penulis,2020.

78
Gambar 65. Kondisi dan setting dapur 4
Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori dapur 4 berupa dinding unit hunian pengungsi, selasar,
dinding bata, jendela, dan tangga. Klaim wilayah teritori ditunjukkan dengan
elemen penanda berupa keberadaan kompor sesuai dengan pemiliknya. Upaya
tersebut dilakukan untuk memperjelas wilayah memasak serta mengurangi konflik
yang akan terjadi. Daerah yang dibatasi oleh garis berwarna biru merupakan
wilayah memasak, daerah yang ditandai dengan kotak berwarna merah merupakan
wilayah untuk menyiapkan makanan, daerah yang ditandai oleh kotak berwarna
hijau merupakan ruang santai dan ruang interaksi yang diciptakan penghuni,
sedangkan daerah yang ditandai dengan kotak berwarna kuning merupakan wilayah
mencuci piring.

79
Gambar 66. Area interaksi yang diciptakan di depan jendela Dapur 4
Sumber: Penulis,2020.

Gambar 67. Batas wilayah memasak di dapur 4


Sumber: Penulis,2020.

80
Gambar 68. Kondisi dan
setting Dapur 5
Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori dapur 5 berupa dinding unit hunian pengungsi, ruang jemur,
balkon, dan selasar lantai 5. Tata layout perabot pada dapur 5 berbeda dengan dapur
1,2,3, dan 4. Dapur 5 memiliki ukuran dan desain yang lebih luas, sehingga terdapat
beberapa sekat ruang. Daerah yang ditandai dengan garis berwarna biru merupakan
wilayah memasak, daerah yang ditandai dengan kotak berwarna merah merupakan
wilayah untuk menyiapkan makanan, daerah yang ditandai oleh kotak berwarna
kuning merupakan tempat memasak dan menyiapkan makanan. Sedangkan daerah
yang ditandai dengan kotak berwarna hijau merupakan wilayah mencuci piring

81
Gambar 76.
Pembagian area teritori dapur 5
Sumber: Penulis, 2020.

Dilihat pada gambar 78, terdapat 3 sekat wilayah pada layout dapur 5. area
berwarna kuning menunjukkan setting perabot berupa kompor yang tersusun
membentuk huruf u mengelilingi meja. Klaim wilayah teritori ditunjukkan
dengan elemen penanda berupa keberadaan kompor sesuai dengan
pemiliknya. Pemilik kompor biasanya menyimpan perlengkapan memasak
dibawah kompor masing-masing untuk memperjelas wilayah teritori mereka
serta mengurangi konflik yang dapat terjadi. Meja yang digunakan sebagai
area menyiapkan makanan diletakkan tepat ditengah, dikelilingi oleh kompor
dan lemari penyimpanan makanan basah dan beku untuk memudahkan proses
memasak. Area berwarna merah terdapat wastafel yang digunakan sebagai
area cuci. Sedangkan area berwarna hijau merupakan dapur yang digunakan
khusus oleh penghuni kamar 508. Jenis teritori yang terdapat pada dapur
adalah attached territory dan supporting territory.
Tabel 23. Analisis teritori pada Dapur
Identitas Teritori Kompor, wastafel, meja, rak penyimpanan, chest freezer,
kulkas, perlengkapan memasak.
Pengakses Teritori Pengungsi, Pengelola
Jenis Aktivitas Menyapu, berinteraksi, memasak, melihat view, berbincang,
mencuci piring, memanaskan roti, menyiapkan makanan,
bermain, membersihkan meja, membersihkan kompor, duduk
santai, bermain hp, mengambil barang, mengepel, mengambil
makanan, bermain.
Perilaku Teritorial • Menyiapkan makanan secara bergantian untuk
kenyamanan ruang gerak
• Mengobrol, bercanda
• Berinteraksi dengan anak-anak.

82
• Melakukan penjagaan dengan menetap pada posisi
yang dalam rentan waktu tertentu untuk
mempertahankan wilayah teritori.
• Menandai wilayah memasak dengan batas kompor
masing-masing.
• Penandaan batas dalam bentuk implisit berupa
peringatan tertulis di jendela.
Sifat Ruang Semipublik
Jenis Teritori Attached territory, supporting territory.
Sifat Teritori Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.


4.4.11. Ruang jemur

Tabel 24. Aktivitas Pada Ruang Jemur


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Menjemur Pakaian Tali Jemuran A,B
2 Mengambil Jemuran Tali Jemuran A,B,C

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di Ruang Jemur
sebanyak 2 aktivitas dengan setting tali jemuran sebagai penunjang aktivitas
tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa, Perempuan dewasa dan
anak-anak. Ruang Jemur merupakan ruang tertutup dan ruang terbuka yang
digunakan seluruh penghuni secara bersama-sama maupun bergantian untuk
mejemur pakaian mereka. Ruang Jemur merupakan ruang yang digunakan hampir
setiap hari. Alasan penggunaan ruang oleh penghuni adalah untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri, kemudahan akses serta terdapat setting yang tersedia
untuk kegiatan menjemur pakaian.

83
Gambar 69. Aktivitas menjemur pakaian di ruang jemur
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 70. Aktivitas mengambil jemuran di ruang jemur


Sumber: Penulis, 2020.

84
Gambar 71. Kondisi dan setting ruang jemur
Sumber: Penulis, 2020.

Terdapat dua buah ruang jemur yang terletak di lantai 5. Penanda batas teritori
pada ruang jemur 1 berupa dinding kamar unit hunian penghuni, dinding kalsiboard,
dan dinding kaca. Sedangkan ruang jemur kedua terletak pada balkon samping unit
hunian penghuni yang dibatasi oleh pagar beton dan pagar besi. Identitas teritori
berupa tali jemuran yang dipasang secara beraturan. Pengakses teritori adalah
pengungsi dan pengelola. Jenis teritori adalah supporting territory. Tidak terdapat
klaim wilayah tertentu pada teritori ruang jemur. Penghuni menggunakan ruang
berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan ruang kosong.
Tabel 25. Analisis teritori pada Ruang Jemur
Identitas Teritori Tali jemuran, pakaian, mesin cuci.
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, pengelola)
Jenis Aktivitas Menjemur pakaian, mengambil jemuran.
Perilaku Teritorial Menjemur pakaian secara bergantian
Sifat Ruang Semipublik
Jenis Teritori Supporting territory
Sifat Teritori Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.


4.4.12. Balkon

Tabel 26. Aktivitas Pada Balkon


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Membuang Sampah Tempat Sampah A,B

85
Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari pada Selasar
sebanyak 1 aktivitas dengan setting tempat sampah sebagai penunjang aktivitas
tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki dewasa dan Perempuan dewasa.
Balkon merupakan ruang yang dekat dengan area cuci piring pada dapur, sehingga
mudah dijangkau dan digunakan penghuni untuk menyimpan tempat sampah yang
sering digunakan untuk membuang limbah industri dari Dapur. Alasan penggunaan
ruang oleh penghuni adalah kemudahan akses.

Gambar 72. Aktivitas membuang sampah di Balkon


Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 73. Kondisi dan setting Balkon

86
Sumber: Penulis, 2020.
Balkon merupakan ruang yang berbatasan langsung dengan dapur lantai 5
dan unit hunian pengungsi. Penanda batas teritori berupa dinding bata dan pintu
menuju dapur. Identitas teritori berupa tempat sampah, mesin AC dan kursi.
Pengakses teritori merupakan pengungsi yang menghuni lantai 5. Jenis teritori
adalah supporting territory.

Tabel 27. Analisis teritori pada Balkon


Identitas Teritori Tempat sampah
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi lantai 5)
Jenis Aktivitaskkk Membuang Sampah
Perilaku Teritorial Menambah fungsi ruang sebagai area membuang sampah
bekas limbah dapur karena kemudahan akses.
Sifat Ruang Semipublik
Jenis Teritori Supporting territory
Sifat Teritori Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.


4.4.13. Lantai atap

Tabel 28. Aktivitas Pada Lantai Atap


No Aktivitas Setting Pelaku
1 Bakar ayam Alat pembakaran A
2 Mengambil jemuran Tali jemuran, Pagar besi, Atap A,B,C
3 Menelepon Kursi, atap A
4 Menjemur pakaian Tali jemuran, Pagar besi, Atap A,B
5 Duduk Santai Kursi, atap A
6 Melihat View Atap A,B,C
7 Mencukur Rambut Kursi A
8 Merokok Atap, kursi A

Sumber: Penulis, 2020.

Jumlah total aktivitas berulang yang terjadi selama 30 hari di Lantai Atap
sebanyak 8 aktivitas dengan setting kursi, tali Jemuran, pagar besi, alat pembakaran,
dan atap sebagai penunjang aktivitas tersebut. Pelaku aktivitas merupakan laki-laki
dewasa, Perempuan dewasa dan anak-anak.
Lantai Atap digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tandon air, mesin
AC, tempat jemuran, maupun tempat melakukan beberapa aktivitas lainnya. Lantai

87
atap digunakan sebagai tempat menjemur pakaian pada musim kemarau karena
kondisi eksisting yang sangat mendukung. Sebagian besar lantai Atap terdiri atas
area terbuka sehingga sinar matahari langsung dan angin dapat masuk dengan
mudah. Selain digunakan sebagai area jemur, lantai atap juga kerap digunakan
sebagai ruang yang menunjang aktitivitas santai seperti membakar ayam,
menelpon, merokok, mencukur rambut, bahkan bermain tiktok. Pada bagian atap,
Terdapat sebuah area yang tidak seharusnya diakses oleh penghuni, namun justru
dijadikan sebagai area favorit untuk menghabiskan waktu, khususnya bagi laki-laki
dewasa. Hal ini dikarenakan area tersebut memiliki suasana yang nyaman dan
berbeda dari ruangan lainnya. Alasan penggunaan ruang oleh penghuni adalah
suasana yang nyaman, view yang menarik, memenuhi kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan aktualisasi diri, serta
kemudahan akses.

Gambar 74. Alat pembakaran di lantai atap


Sumber: Penulis, 2020.

88
Gambar 75. Aktivitas mencukur rambur di Lantai Atap
Sumber: Penulis, 2020

Gambar 76. Aktivitas bersantai di atas Atap


Sumber: Penulis, 2020.

89
Gambar 77. Kondisi dan setting lantai atap
Sumber: Penulis, 2020.

Penanda batas teritori berupa pagar besi dan tangga. Identitas teritori berupa
tandon air, mesin AC, alat pembakaran, tali jemuran dan kursi. Pengakses teritori
merupakan pengungsi dan pengelola. Pola kegiatan yang dilakukan setiap hari oleh
pengungsi menyebabkan terbentuknya area favorit yang terletak diatas atap. Area
ini sebenarnya tidak memiliki akses berupa tangga atau pintu, namun pengungsi
berusaha mendapatkan akses melalui memanjat pada pagar sehingga cenderung
terjadi sebuah pelanggaran teritori. Terjadinya beberapa kegiatan yang tidak
seharusnya dilakukan pada area tersebut dianggap sebagai gangguan oleh pengelola
dan pemilik, sehingga pemilik melakukan upaya penandaan batas melalui
demarkasi. Demarkasi dilakukan dengan membangun struktur pagar pembatas,
sehingga area tersebut tidak dapat lagi diakses oleh pengungsi. Jenis teritori adalah
supporting territory.

90
Gambar 78. Pelanggaran teritori pada Lantai Atap
Sumber: Penulis, 2020.

Gambar 79. Penandaan batas berupa demarkasi pada Lantai Atap


Sumber: Penulis, 2020.

Tabel 29. Analisis teritori pada Lantai Atap


Identitas Teritori Tempat sampah
Pengakses Teritori Penghuni (pengungsi, teknisi bangunan)
Jenis Aktivitas Bakar ayam, mengambil jemuran, menelepon, menjemur
pakaian, duduk santai, melihat view, mencukur rambut,
merokok
Perilaku Teritorial • Menambah fungsi ruang karena setting yang
mendukung.
• Melanggar teritori dengan menciptakan teritori baru
sebagai ruang santai pada area yang dilarang.

91
• Membuat demarkasi berupa pagar besi sebagai
penanda batas terhadap area yang dilarang.
• Penjagaan dalam bentuk implisit berupa ucapan
teguran terhadap pelanggar teritori.
Sifat Ruang Semipublik
Jenis Teritori Supporting territory
Sifat Teritori Permanen

Sumber: Analisis penulis, 2021.

4.5. Analisis Teritori pada Ruang Komunal Wisma Baji Rupa Makassar
Ruang komunal pada Wisma Baji Rupa Makassar dapat di interpretasikan
sebagai ruang milik bersama yang disediakan khusus untuk menunjang aktivitas
sehari-hari penghuni. Dapat digunakan secara bersama-sama maupun secara
bergantian. Teritori dipahami sebagai suatu bentuk batasan yang ditentukan oleh
keputusan individu maupun kelompok. Bentuknya dapat berubah baik itu
bertambah luas maupun bertambah sempit berdasarkan keputusan yang disepakati.
Proses terjadinya perilaku teritorialitas pada ruang komunal Wisma Baji Rupa
Makassar manusia dapat digambarkan melalui bagan berikut:

Bagan 5. Bagan perilaku teritorial manusia terhadap ruang komunal

92
Sumber: Analisis penulis, 2021.

Pembentukan teritori pada ruang komunal Wisma Baji Rupa Makassar


merupakan bentuk dari perilaku teritorial yang didasari oleh kebutuhan serta
keinginan penghuni. Kebutuhan akan ruang untuk mengakomodasi kegiatan sehari-
hari penghuni serta personal space penghuni merupakan faktor awal dari
terbentuknya teritori. Dalam pelaksanaannya, kemudian muncul faktor lain berupa
motivasi atau keinginan penghuni untuk memperoleh area memenuhi
keinginannya. Kebutuhan dan keinginan tersebut kemudian disesuaikan dengan
setting fisik yang tersedia pada ruang komunal. Penghuni kemudian melakukan
berbagai upaya adaptasi dan adjustment sebagai hasil dari kemampuan mereka
untuk memahami hubungan antara lingkungan fisik dan perilaku manusia dalam
keinginannya menciptakan teritori.
Adaptasi merupakan upaya yang dilakukan penghuni untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya dengan merubah perilaku menyesuaikan lingkungan
yang tersedia. Tindakan tersebut muncul dari hasil pemikiran, kepercayaan, dan
perasaan untuk menjaga atau mempertahankan. Contoh upaya adaptasi ditunjukkan
melalui beberapa kegiatan seperti:
a. Mengobrol, bercanda, bermain, berpelukan
b. Mengubah posisi tubuh (berbalik badan, berhadapan, berbaring,
merebahkan tangan diatas meja, berpindah tempat)
c. Menambah fungsi ruang
d. Mengubah peruntukan ruang dari fungsi sebenarnya
e. Menciptakan area favorit
f. Melakukan penjagaan
g. Melakukan pelanggaran teritori dengan mengakses area yang di larang
h. Memberi teguran langsung dalam bentuk ucapan
i. Mempertahankan posisi dalam rentan waktu tertentu
Adjustment merupakan upaya pengaturan fisik ruang menyesuaikan pola
perilaku penghuni sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Tindakan tersebut meliputi pengaturan setting fisik untuk memperoleh zona yang
luas dan nyaman, mencegah orang lain masuk ke teritori tertentu serta

93
mempermudah aktivitas sehari-hari. Contoh upaya adjustment ditunjukkan melalui
beberapa kegiatan seperti:
a. Meletakkan barang pribadi, makanan dan minuman.
b. Membentuk ruang baru
c. Mengubah posisi dan perletakan perabot
d. Membuat demarkasi atau penandaan batas fisik
e. Memasang peringatan tertulis
Klaim atas ruang merupakan bagian dari hak manusia dalam menggunakan
sebuah ruang. Klaim ruang dimaknai sebagai kombinasi antara hak akses dan
kebebasan bertingkah laku dalam menyatakan kepemilikan suatu teritori. Klaim
ruang biasanya disasari oleh kepentingan pribadi maupun kepentingan sosial.
Klaim ruang yang didasari oleh kepentingan sosial pada ruang komunal biasanya
bukan merupakan sebuah ancaman atau gangguan karena bersifat saling
menguntungkan. Sedangkan klaim ruang yang didasari oleh kepentingan pribadi
pada ruang komunal dapat bersifat mengganggu atau tidak mengganggu. Teritori
pengguna dalam penelitian ini telah mengalami perubahan bentuk maupun dimensi
yang terjadi akibat interpretasi terhadap pemaknaan ruang serta rasa toleransi yang
timbul akibat rasa persamaan nasib maupun persamaan keadaan.
Ruang akan bertumbuh seiring dengan kebutuhan serta inovasi penghuni
dalam memanfaatkan ruang kosong tersebut. Hal ini mengakibatkan adanya
beberapa fenomena menyimpang dari peruntukan ruang sebenarnya. Adanya
keterjangkauan ruang mengakibatkan rasa kesadaran atau keinginan memiliki dapat
timbul pada ruang tersebut dan secara tidak langsung menyebabkan pengguna ikut
menjaga keberadaannya. Meskipun terdapat peruntukan yang tidak sesuai dengan
fungsinya, tetapi penghuni menganggap itu bukan sebagai gangguan selama tidak
merugikan atau menimbulkan sebuah ancaman.
Berdasarkan pola aktivitas penghuni serta wawancara tidak terstruktur yang
dilakukan terhadap penghuni, frekuensi penggunaan ruang komunal menghasilkan
pola-pola seperti pola dengan intensitas penggunaan tinggi ke rendah. Ruang yang
memiliki intensitas kunjungan yang tinggi seperti lobi, teras, selasar, dan dapur
dianggap sebagai ruang favorit. Ruang favorit biasanya memiliki intensitas

94
kunjungan yang tinggi karena terdapat penambahan fungsi diluar peruntukan ruang
yang sebenarnya. Penghuni dapat merubah peruntukan ruang secara terencana
maupun tidak terancana baik itu untuk pemenuhan kepuasan personal maupun
kebutuhan interaksi sosial. Perbedaan intensitas penggunaan ruang oleh penghuni
tersebut didasari oleh beberapa faktor seperti:
• kebutuhan akan pemenuhan aktivitas sehari-hari
• kemudahan akses
• view
• suasana
• setting fisik ruang.
Seluruh ruang komunal di akses setiap hari dengan frekuensi kunjungan yang
berbeda-beda pada setiap rentan waktu. Sore hari merupakan waktu penghuni lebih
sering menghabiskan aktivitas di ruang komunal. Penghuni laki laki dewasa
merupakan pemilik wilayah teritori terluas pada ruang komunal. Hal ini disebabkan
oleh jumlah populasi yang lebih dominan serta perilaku penghuni wanita yang lebih
sering berinteraksi dan menghabiskan waktu di dalam kamar.

Terdapat 4 jenis teritori yang terbentuk pada ruang komunal Wisma Baji
Rupa Makasaar, yaitu attached territory, central territory, supporting territory,
serta peripheral territory yang terbentuk berdasarkan fungsi ruang, sifat ruang,
pengakses teritori, serta kegiatan yang berlangsung didalamnya.

95
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
• Pembentukan teritori pada ruang komunal Wisma Baji Rupa Makassar
merupakan bentuk dari perilaku teritorial yang didasari oleh
motivasi/keinginan dan kebutuhan penghuni. Kebutuhan akan ruang untuk
mengakomodasi kegiatan sehari-hari penghuni serta personal space penghuni
merupakan faktor awal dari terbentuknya sebuah teritori. Dalam
pelaksanaannya, kemudian muncul faktor lain berupa motivasi atau keinginan
penghuni untuk memperoleh area memenuhi keinginannya. Kebutuhan dan
keinginan tersebut kemudian disesuaikan dengan setting fisik yang tersedia
pada ruang komunal. Penghuni melakukan upaya berupa adaptasi dan
adjustment sebagai hasil dari kemampuan mereka untuk memahami
hubungan antara kondisi setting fisik pada ruang dan personalisasi perilaku
dalam keinginannya menciptakan teritori.
• Terdapat 4 jenis teritori yang terbentuk pada ruang komunal Wisma Baji
Rupa Makasaar, yaitu attached territory, central territory, supporting
territory, serta peripheral territory yang terbentuk berdasarkan fungsi ruang,
pengakses ruang, sifat ruang, serta kegiatan yang terjadi didalamnya.
Attached territory umumnya terjadi pada ruang-ruang yang memiliki
intensitas kunjungan aktivitas yang tinggi serta penambahan fungsi ruang
sebagai tempat interaksi seperti lobi, dapur, selasar, dan teras. Terdapat ruang
yang memiliki sifat teritori semi-permanen karena perubahan sifat ruang
dalam rentan waktu tertentu seperti teras, lobi, parkiran, tangga, selasar,
dapur, ruang resepsionis, WC umum, dan ruang CCTV. Terdapat pula ruang
yang memiliki sifat teritori permanen seperti balkon, ruang jemur, lantai atap,
dan halaman.

96
5.2. Saran
• Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang lebih
mendalam terhadap kasus-kasus serupa mengenai perilaku manusia dan
hubungannya dengan lingkungan, karena pada dasarnya keberhasilan karya
arsitektur ditandai dengan mampu memberikan kesejahteraan terhadap
pemakai (manusia) dan lingkungannya.
• Diharapkan pemerintah Indonesia maupun negara lainnya yang bekerjasama
dengan komunitas sosial juga mempertimbangkan pemenuhan akan
kebutuhan personal pengguna terhadap pengambilan kebijakan terhadap
bantuan hunian, baik itu bersifat sementara maupun permanen
5.3. Hambatan dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil survey dan proses penelitian, Penelitian ini memiliki
beberapa hambatan dan keterbatasan yaitu :
• Sulitnya akses informasi dan izin masuk ke beberapa community house
mengakibatkan hanya beberapa community house yang dapat diperoleh
datanya pada observasi awal.
• Penelitian yang dilakukan ditengah wabah covid-19 menuntut penulis untuk
mengefisienkan dan mencari waktu yang kondusif untuk meneliti disamping
harus memaksimalkan data yang diperoleh di lapangan.

97
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Altman, I. 1975. Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space,
Territory, and Crowding. Monterey, California: Brooks Cole.
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah.
Malang Press.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi.
Revisi IV. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bambang, Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Haryadi B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Jakarta: Dirjen. Dikti.


Israel. 2003. Some Place Like Home: Using Design Psychology to Create Ideal
Places. New York: Academy Press.
J. Zeisel. 1981. Inquiry By Design-Tools for Environment-Behaviour. Cambridge:
Cambridge University Press
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta:
Grasindo.
Laurens, Joyce Marcella. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta:
Grasindo.
Lang, J. 1987. Creating the Architectural Theory. New York: Van Nostrand
Reinhold Company.
Lyman, S. M., & Scott, M. B. 1967. Territoriality: A neglected sociological
dimension. Social Problems. Washington: American Psychological
Association.
Maslow, Abraham H. 1943. A Theory of Human Motivation. New York: Harrper
and Row.
Maslow, Abraham H. 2010. Motivation and Personality. Jakarta: Rajawali.
Michelson, William dan Reed, Paul. 1975. "The Time Budget”. dan Michelson, W.
(Eds) Behavioral Research Methods in Environmental Design.
Pennsylvania: Dowden, Hutchinson & Ross, Inc. 180234.

98
Moleong Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya.
Moleong.Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Psikologi Sastra: Teori.
Langkah dan Penerapannya. Yogyakarta: Media Pressindo.
Rapoport, Amos. 1969. House Form and Culture. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Pastalan. 1970. Privacy, Territoriality, and Personal Space – Proxemic Theory.
New York: Van Nonstrand Reinhold.

JURNAL
Sommer, R., & Becker, F. D. 1969. Territorial defense and the good neighbor:
Journal of Personality and Social Psychology, Vol.11: 85–92.
Raffestin, Claude. 2012 . Space, territory, and territoriality, Environment and
Planning D: Society and Space, Vol. 30: 121 – 141.
Nur’aini, Ratna Dewi, dkk. 2019. Teritorialitas Dalam Tinjauan Ilmu Arsitektur.
Inersia. Vol. XV No. 1.
Ratriana, Alfiah. 2017. Teritorialitas Pada Ruang Publik Dan Semi Publik Di
Rumah Susun. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin : Makassar.
Rossa, Annisa Putri.(2017). Menelaah Teritorialitas Kelompok Sosial Penghuni
Di Rusunawa: Proses Home-Making Warga Relokasi,Universitas
Indonesia:Depok
Ni Putu Ratih. Perilaku Dan Teritori Penghuni Pada Ruang Komunal Kos Putri
Casa Sofia, Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.
Nurhamsyah M.(2016).Tipe Setting Teritori Teras Akibat Aktivitas Tambahan
Penghuni Di Permukiman Pesisir Sungai Kapuas,Universitas
Tanjungpura : Pontianak.

99
Zuyyina, Nany Yuliastuti.(2015) Pemanfaatan Ruang Bersama di Rusunawa
Kaligawe, Semarang, Universitas Diponegoro,:Semarang.
Erlin Nansy.Teritori Dalam Ruang Publik Masyarakat Kampung Cina Di Kota
Manado. Universitas Sam Ratulangi : Manado.
Soukotta.Tanda Teritori Primer Rumah-Rumah Di Kampung Jawa Tondano
(Studi Kasus Lingkungan III Kampung Jawa Tondano), Universitas Sam
Ratulangi : Manado.
Ir. DWI LINDARTO HADINUGROHO. RUANG DAN PERILAKU: SUATU
KAJIAN ARSITEKTURAL. 2002 digitized by USU digital library.

INTERNET
Darmawan, R. 2014. Pengertian Refugees (Pengungsi) di
https://www.academia.edu/9834490/Pengertian_Refugees_Pengungsi
(akses 24 September 2019).
Organization of African Unity Convention. 1969. Organization of African Unity
Convention di https://doi.org/10.1163/9789004227729 (akses 25
September 2019).
Oxford Dictionary. 2017. Definition of Shelter di
https://en.oxforddictionaries.com/definition/shelter (akses 25 September
2019).
United Nations Convention Relating to the Status of Refugees. 1951. United
Nations Convention Relating to the Status of Refugees di
https://doi.org/10.1093/iclqaj/10.2.255 (akses 24 September 2019).
United Nations High Commissioner for Refugees. 2012. Guideline for Collective
Shelter and Small Shelter Units in Lebanon di
https://www.sheltercluster.org/sites/default/files/docs/Guideline for
Collective Shelter and Small Shelter Units in Lebanon.pdf (akses 24
September 2019).
United Nations High Commissioner for Refugees. 2017. Sheltering Refugees
Around The World di http://www.unhcr.org/3fcb57bf2.pdf (akses 25
September 2019).
United Nations High Commissioner for Refugees. 2017. Shelter di

100
http://www.unhcr.org/shelter.html (akses 24 September 2019).
UNHCR global website of Indonesia. 2019. Pengertian Pengungsi Dan Pencari
Suaka di https://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia UNHCR global
website (akses 25 September 2019).
UNHCR Emergency Handbook. 2015. Shelter Solutions. Di
https://emergency.unhcr.org/entry/60043 (akses 24 September 2019).
USA for UNHCR. 2017. What is a refugee di http://www.unrefugees.org/what-is-
a-refugee/ (akses 24 September 2019).
USA for UNHCR. (2018). What is a Refugee? di
https://www.unrefugees.org/refugee-facts/what-is-a-refugee/ (akses 10
januari 2020).

101
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 (URAIAN DIAGRAM PER-HARI)


PRESENTASE JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL
SELAMA 30 HARI BERTURUT-TURUT SELAMA 30 HARI

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-1


L MA B
J K
2% 1%3% 2% C
2%2%
11%
KETERANGAN
I
A Parkiran
B Halaman 18%
C Teras
D Lobi
E Selasar
F Ruang CCTV
D
G Ruang Resepsionis 24%
H
H Tangga
10%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 2%
L Ruang Jemur F E
M Balkon 8% 15%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 9 20 13 7 2 8 15 2 2 2 1

Diagram 4. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-1


Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-2


L M A B
J K 1% 4% 2%
3%
3%3% C
KETERANGAN
10%
A Parkiran
B Halaman
I
C Teras 19%
D Lobi
E Selasar
F Ruang CCTV D
G Ruang Resepsionis 22%
H Tangga H
I Dapur
8%
J Lantai Atap
K WC Umum
G
L Ruang Jemur 3% F E
M Balkon 8% 14%

A B C D E F G H I J K L M
3 2 8 17 11 6 2 6 15 2 2 2 1

Diagram 5. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-2


Sumber: Analisis penulis, 2020.

102
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-3
K L M A B
J 1% 2% 1% 3% 2% C
9% 11%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman
C Teras I
D Lobi 18%
E Selasar D
F Ruang CCTV 22%
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur H
J Lantai Atap 7%
K WC Umum G
L Ruang Jemur 2% F E
M Balkon 7% 15%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 9 18 12 6 2 6 15 7 1 2 1

Diagram 6. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-3


Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-4


K L M A B
J
3% 3% 1% 4% 1% C
4%
10%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman I
C Teras 20%
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 22%
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur H
J Lantai Atap 8%
K WC Umum G
L Ruang Jemur 2% F E
M Balkon 8% 14%

A B C D E F G H I J K L M
3 1 8 17 11 6 2 6 16 3 2 2 1

Diagram 7. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-4


Sumber: Analisis penulis, 2020.

103
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-5

L M A
J K 1% 5%
B
2% 2% 3%
2% C
10%
KETERANGAN
A Parkiran I
B Halaman 19%
C Teras
D Lobi
E Selasar
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis D
H 26%
H Tangga
I Dapur
8%
J Lantai Atap G
K WC Umum 2% F
L Ruang Jemur E
7% 13%
M Balkon

A B C D E F G H I J K L M
4 2 8 22 11 6 2 7 16 2 2 2 1

Diagram 8. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-5


Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-


6

K L M A B
J 3% 3% 1% 2% 3%
C
5%
KETERANGAN
12%
A Parkiran
B Halaman
C Teras I
D Lobi 18%
E Selasar
F Ruang CCTV D
G Ruang Resepsionis 20%
H Tangga
I Dapur H
J Lantai Atap 8%
K WC Umum G
L Ruang Jemur 3% F E
M Balkon 6% 16%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 9 15 12 5 2 6 14 4 2 2 1

Diagram 9. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-6


Sumber: Analisis penulis, 2020.

104
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-7
K LM A B
J
3% 1%1% 4% 1% C
3%
11%

I
KETERANGAN
18%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV
23%
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 10%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 3% F
L Ruang Jemur 4% E
M Balkon 18%

A B C D E F G H I J K L M
3 1 8 17 13 3 2 7 13 2 2 1 1

Diagram 10. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-7
Sumber: analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-8

LM AB
J K C
1%1% 3%0%
3% 3% 9%

KETERANGAN
A Parkiran I
B Halaman 23%
C Teras
D Lobi
D
E Selasar
28%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur H
J Lantai Atap 8%
K WC Umum G
L Ruang Jemur 1% F E
M Balkon 8% 12%

A B C D E F G H I J K L M
2 0 7 21 9 6 1 6 17 2 2 1 1

Diagram 11. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-8
Sumber: Analisis penulis, 2020.

105
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-9

LM AB
J K C
3% 1%1% 3%0%
3% 10%

KETERANGAN I
A Parkiran 19%
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 30%
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 9%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 3% F E
L Ruang Jemur
M Balkon
8% 10%

A B C D E F G H I J K L M
2 0 8 23 8 6 2 7 15 2 2 1 1

Diagram 12. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-9
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-10


K LM A B
J
3% 1%1% 2% 1% C
4% 10%

I
KETERANGAN 19%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 29%
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 9%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 3% F
L Ruang Jemur E
M Balkon
7% 11%

A B C D E F G H I J K L M
2 1 8 23 9 6 2 7 15 3 2 1 1

Diagram 13. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-10
Sumber: Analisis penulis, 2020.

106
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-11
L M A B
J K
3% 1% 2% 2%
3%1% C
10%

I
19%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
D
E Selasar
25%
F Ruang CCTV H
G Ruang Resepsionis
9%
H Tangga
I Dapur
G
J Lantai Atap
3%
K WC Umum F
L Ruang Jemur E
8%
M Balkon 14%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 8 20 11 6 2 7 15 2 1 2 1

Diagram 14. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-11
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-12


K L M A B
J
3% 3% 1% 4% 1% C
3%
11%

KETERANGAN I
A Parkiran
19%
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 22%
G Ruang Resepsionis
H Tangga H
I Dapur 8%
J Lantai Atap
G
K WC Umum
3% F E
L Ruang Jemur
M Balkon 8% 14%

A B C D E F G H I J K L M
3 1 8 16 10 6 2 6 14 2 2 2 1

Diagram 15. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-12
Sumber: Analisis penulis, 2020.

107
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-13
K L M A B
J 3% 2% 1% 3% 4%
6% C
11%

KETERANGAN
I
A Parkiran
17%
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 22%
G Ruang Resepsionis
H Tangga
H
I Dapur 7%
J Lantai Atap G
K WC Umum 3%
L Ruang Jemur
F E
M Balkon 7% 14%

A B C D E F G H I J K L M
2 3 9 18 11 6 2 6 14 5 2 2 1

Diagram 16. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-13
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-14


M A B
K L
J 3% 3% 1% 3% 3%
C
4%
11%

KETERANGAN
I
A Parkiran
B Halaman
20%
C Teras
D Lobi D
E Selasar 22%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur H
J Lantai Atap 8%
K WC Umum G
L Ruang Jemur F E
3%
M Balkon 8% 11%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 8 16 8 6 2 6 15 3 2 2 1

Diagram 17. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-14
Sumber: Analisis penulis, 2020.

108
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-15
K L M A B
J
2% 2% 1% 3% 3% C
2%
10%

I
KETERANGAN 20%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi D
E Selasar 26%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 9%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 1% F
L Ruang Jemur E
7% 14%
M Balkon

A B C D E F G H I J K L M
2 2 8 21 11 6 1 7 16 2 2 2 1

Diagram 18. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-15
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-16


K LM A B
J
3% 1%1% 2% 4%
4% C
10%

I
19%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV
H 27%
G Ruang Resepsionis
H Tangga 9%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 3% F
L Ruang Jemur E
7% 10%
M Balkon

A B C D E F G H I J K L M
2 3 8 22 8 6 2 7 15 3 2 1 1

Diagram 19. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-16
Sumber: Analisis penulis, 2020.

109
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-17
K LM A B
J
2% 1%1% 3% 1% C
4% 10%

I
KETERANGAN 19%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
D
E Selasar
F Ruang CCTV 28%
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 9%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 3%
F
L Ruang Jemur E
7%
M Balkon 12%

A B C D E F G H I J K L M
2 1 8 23 10 6 2 7 15 3 2 1 1

Diagram 20. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-17
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-18


K LM A B
J
3% 1%1% 3% 3%
4% C
13%

KETERANGAN I
A Parkiran 21%
B Halaman
C Teras
D Lobi D
E Selasar 18%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur
H
J Lantai Atap 9%
K WC Umum G
L Ruang Jemur 3% F E
M Balkon 7% 14%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 9 13 10 5 2 6 15 3 2 1 1

Diagram 21. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-18
Sumber: Analisis penulis, 2020.

110
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-19
LM A B
J K
1%1% 4% 1%
3% 3% C
11%
I
17%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
D
E Selasar
F Ruang CCTV
H 24%
G Ruang Resepsionis 10%
H Tangga
I Dapur G
J Lantai Atap 1% F
K WC Umum
5% E
L Ruang Jemur
M Balkon 19%

A B C D E F G H I J K L M
3 1 8 18 14 4 1 7 13 2 2 1 1

Diagram 22. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-19
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-20


LM A B
J K
1%1% 2% 2% C
3% 3%
9%

KETERANGAN I
A Parkiran 21%
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 27%
G Ruang Resepsionis
H Tangga H
I Dapur 8%
J Lantai Atap G
K WC Umum
2% F E
L Ruang Jemur
M Balkon 8% 13%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 7 21 10 6 2 6 17 2 2 1 1

Diagram 23. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-20
Sumber: Analisis penulis, 2020.

111
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-21
K L M A B
J
2% 2% 1% 3% 3% C
2%
10%

KETERANGAN I
A Parkiran 20%
B Halaman
C Teras
D Lobi
D
E Selasar
F Ruang CCTV
25%
G Ruang Resepsionis
H Tangga
H
I Dapur 9%
J Lantai Atap G
K WC Umum
2% F E
L Ruang Jemur
M Balkon 7% 14%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 8 20 11 6 2 7 16 2 2 2 1

Diagram 24. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-21
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-22


K L M A B
J 3% 3% 1% 3% 3% C
5%
12%

KETERANGAN
A Parkiran
I
B Halaman
C Teras
20%
D Lobi D
E Selasar 17%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur
H
J Lantai Atap
K WC Umum 8%
G F E
L Ruang Jemur
M Balkon
3% 7% 15%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 9 13 11 5 2 6 15 4 2 2 1

Diagram 25. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-22
Sumber: Analisis penulis, 2020.

112
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-23
LM A
J K B
1%1% 4%
3% 3% 4%
C
11%
I
17%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar
F Ruang CCTV
H D
G Ruang Resepsionis 9% 23%
H Tangga
I Dapur G
J Lantai Atap 3% F
K WC Umum
L Ruang Jemur 5% E
M Balkon 16%

A B C D E F G H I J K L M
3 3 8 17 12 4 2 7 13 2 2 1 1

Diagram 26. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-23
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-24


LM A B
J K
1%1% 2% 2%
3% 3% C
9%

I
KETERANGAN 21%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi D
E Selasar 27%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H
H Tangga
I Dapur
8%
J Lantai Atap G
K WC Umum 2% F E
L Ruang Jemur
M Balkon 8% 13%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 7 21 10 6 2 6 17 2 2 1 1

Diagram 27. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-24
Sumber: Analisis penulis, 2020.

113
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-25
LM A
J K B
1%1% 2%
3% 3% 4%
C
10%
I
19%
KETERANGAN
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar
F Ruang CCTV H D
G Ruang Resepsionis 9% 29%
H Tangga
I Dapur G
J Lantai Atap 2%
K WC Umum F
L Ruang Jemur E
7%
M Balkon 10%

A B C D E F G H I J K L M
2 3 8 23 8 6 2 7 15 2 2 1 1

Diagram 28. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-25
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-26


K LM A B
J
3% 1%1% 3% 1% C
4%
10%

I
KETERANGAN 19%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 29%
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 9%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 1% F
L Ruang Jemur E
8%
M Balkon 11%

A B C D E F G H I J K L M
2 1 8 23 9 6 1 7 15 3 2 1 1

Diagram 29. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-26
Sumber: Analisis penulis, 2020.

114
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-27
K L M A B
J
2% 2% 1% 3% 3% C
2%
10%

I
KETERANGAN 18%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi D
E Selasar 24%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H
H Tangga 9%
I Dapur
G
J Lantai Atap
K WC Umum
3%
F
L Ruang Jemur E
7%
M Balkon 16%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 8 20 13 6 2 7 15 2 2 2 1

Diagram 30. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-27
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-28


M A B
K L
J 3% 1% 4% 1%
3% C
3%
11%

I
KETERANGAN
19%
A Parkiran
B Halaman
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 24%
G Ruang Resepsionis H
H Tangga 8%
I Dapur
J Lantai Atap G
K WC Umum 3%
L Ruang Jemur
F E
M Balkon 8% 12%

A B C D E F G H I J K L M
3 1 8 18 9 6 2 6 14 2 2 2 1

Diagram 31. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-28
Sumber: Analisis penulis, 2020.

115
DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-29
K L M A B
J 3% 3% 1% 2% 4%
6% C
11%

KETERANGAN
A Parkiran I
B Halaman 18%
C Teras
D Lobi
E Selasar D
F Ruang CCTV 22%
G Ruang Resepsionis
H Tangga H
I Dapur 8%
J Lantai Atap G
K WC Umum
L Ruang Jemur
3% F E
M Balkon 7% 12%

A B C D E F G H I J K L M
2 3 9 18 10 6 2 6 14 5 2 2 1

Diagram 32. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-29
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM JUMLAH AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL HARI KE-30


K L M A B
J 3% 3% 1% 2% 3%
C
4%
11%

KETERANGAN I
A Parkiran
20%
B Halaman
C Teras
D Lobi D
E Selasar
23%
F Ruang CCTV
G Ruang Resepsionis
H Tangga
I Dapur
H
J Lantai Atap 8%
K WC Umum G
F E
L Ruang Jemur 3%
M Balkon 8% 11%

A B C D E F G H I J K L M
2 2 8 17 8 6 2 6 15 3 2 2 1

Diagram 33. Diagram jumlah aktivitas pada ruang komunal hari ke-30
Sumber: Analisis penulis, 2020.

116
LAMPIRAN 2.
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA RUANG KOMUNAL
SELAMA 30 HARI BERTURUT-TURUT

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -1
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak
22

21
16

16
15

13
12
10

10

10

10
5
4

3
2

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 34. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 1
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -2

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


22

18
17

15
14

11
11
10
8

5
4

4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 35. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 2
Sumber: Analisis penulis, 2020.

117
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS
P A D A R U A N G K O M U N A L H A R I K E- 3

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

23

17
17

16

16
14

11
9

9
7

5
4
3

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 36. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 3
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


P A D A R U A N G K O M U N A L H A R I K E- 4

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


22

21

16
15
14

14
12
12

9
8

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 37. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke- 4
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


P A D A R U A N G K O M U N A L H A R I K E- 5

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


23
19

17
16

16
15
14
11

11
7
6

5
4

4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 38. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-5
Sumber: Analisis penulis, 2020.

118
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS
P A D A R U A N G K O M U N A L H A R I K E- 6

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

20

17
16

16
14

11

11
11
10
7

5
3

3
2

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 39. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-6
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -7

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


22
17

16
15

15

15
15
12

8
7

7
5

4
2

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 40. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-7
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA


RUANG KOMUNAL HARI KE-8
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak
23
18

17
17
16
14

14

12
11
7

4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 41. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-8
Sumber: Analisis penulis, 2020.

119
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA
RUANG KOMUNAL HARI KE-9

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

24
18

17
16
15

15
14
11

9
6
6

5
4
3

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 42. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-9
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA


RUANG KOMUNAL HARI KE- 10
23

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


19
18

18
16
15

15
11

10
7
6

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 43. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-10
Sumber: Analisis penulis, 2020.

120
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS
PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -11
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

24
20

17
16
15

14
13
11

10
9

5
4

3
2

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 44. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-11
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -12

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


22
17

17

15
14

14

14
11

8
7
6

5
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 45. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-12
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -13

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


25
17

17

17
16
14

12
10

10
7

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 46. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-13
Sumber: Analisis penulis, 2020.

121
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA
RUANG KOMUNAL HARI KE-14

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

22

18
17
15

14

13
12

11

10
7

6
4
3

2
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 47. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-14
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA


RUANG KOMUNAL HARI KE-15

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


23
18

18
17
16

15
14
11

11
7
6

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 48. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-15
Sumber: Analisis penulis, 2020.

122
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA
RUANG KOMUNAL HARI KE-16

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

24
18

16
15

15

15
12

10
9
6

5
4
3

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 49. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-16
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -17

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


24
22

19
18
17
15

13
10

10
6

5
4
3

18 SIANG SORE MALAM

Diagram 50. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-17
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


P A D A R U A N G K O M U N A L H A R I K E- 1 8

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


22
17

16

16
16
15

15
12

8
7

7
5

4
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 51. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-18
Sumber: Analisis penulis, 2020.

123
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA
RUANG KOMUNAL HARI KE-19

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

22
18

16

16
16
15

15
12

8
7

7
4

4
3

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 52. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-19
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA


RUANG KOMUNAL HARI KE-20
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak
25
18

18
18
15

15
14
11

9
7

4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 53. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-20
Sumber: Analisis penulis, 2020.

124
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS PADA
RUANG KOMUNAL HARI KE-21
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

23
20

18
17

17
15
14
11

10
7

5
4
3

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 54. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-21
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -22

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


21

19
18
16
14

13

11
11
10
8

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 55. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-22
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -23

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


18
16

16

16
16
14

14
12

7
7
5

4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 56. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-23
Sumber: Analisis penulis, 2020.

125
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS
PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -24

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

23
17

17
17
15

15
14

12

10
7
6

4
3

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 57. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-24
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -25

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


22
20

17
17

16
14

14
11

9
7

5
4

3
2

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 58. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-25
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


P A D A R U A N G K O M U N A L H A R I K E- 2 6
Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak
22
19

19
18
16

16
13
10

10
6

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 59. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-26
Sumber: Analisis penulis, 2020.

126
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS
PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -27

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

21

21

18
17
16

12

12
10

10
9

6
4

3
2

1
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 60. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-27
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -28

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


21
16

16

15
14

14
13

12

8
7
6

5
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 61. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-28
Sumber: Analisis penulis, 2020.

DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS


PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -29

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak


25
18

17

17
16
15

13
11

10
7

5
4
3

PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 62. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-29
Sumber: Analisis penulis, 2020.

127
DIAGRAM WAKTU DAN PELAKU AKTIVITAS
PADA RUANG KOMUNAL HARI KE -30

Jumlah aktivitas Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Anak-anak

23

17
16
15

14

14
12

11

8
7

5
4
3

2
PAGI SIANG SORE MALAM

Diagram 63. Diagram waktu dan pelaku aktivitas pada ruang komunal hari ke-30
Sumber: Analisis penulis, 2020.

128
LAMPIRAN 2 (ANALISIS MAPPING AKTIVITAS)
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

129
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

130
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

131
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

132
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

133
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

134
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

135
LAMPIRAN 3 (DOKUMENTASI PELACAKAN JEJAK )
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

136
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

137
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

138
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

139
(TERLAMPIR PADA KERTAS A3)

140

Anda mungkin juga menyukai