SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum) Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NURRAHMAH
NIM: 40200116104
Nama : Nurrahmah
NIM : 40200116104
Alamat : Samata
Menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan penuh sadar bahwa skripsi ini
benar merupakan hasil karya dari saya sendiri. Apalabila dikemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini merupakan hasil dari duplikat, plagiat atau tiruan dari orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 2020
Peneliti
Nurrahmah
NIM : 40200116104
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
an. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Ketua Jurusa Sejarah dan kebudayaan Islam
Tidak dapat dipungkiri bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas
dari berbagai macam kendala dan halangan yang dipenuhi dengan drama namun
dengan penuh rasa kesabaran, usaha dan memohon doa kepada Allah SWT serta
niat yang baik dan bantuan doa dari orang tua. Dan juga pasrtisipasi dari berbagai
pihak, skripsi tidak dapat terselesaikan seperti yag diharapkan.
v
1. Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.,
Ph. D dan para Wakil Rektor UIN Alauddin Makassar. Wakil Rektor I Prof. Dr.
H. Mardan M.Ag. Wakil Rektor II UIN Alauddin Makassar Dr. Wahyuddin,
M.Hum. Wakil Rektor III Prof. Dr. H. Darussalam M. Ag. Dan Wakil Rektor IV
Prof. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag.
2. Dr. Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag sebagai Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Alauddin Makassar serta para Wakil Dekan, Wakil Dekan I
Dr. Andi Ibrahim, S.Ag., S.S., M.Pd, Wakil Dekan II Dr. Firdaus, M.Ag dan
Wakil Dekan III H. Muh. Nur Akbar Rasyid., M.Pd., M.Ed., Ph.D
3. Dr. Abu Haig, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Dr. Syamhari, S.Pd., M.Pd sebagai Sekretaris Jurusan Sejarah
dan Kebudayaan Islam.
4. Prof. Dr. H. M. Dahlan. M., M.Ag sebagai pembimbing I dan Dr.
Rahmawati. S.Ag., M.A., sebagai pembimbing II yang sudah sangat membantu
membimbing dengan ikhlas dan meluangkan waktunya dan mengarahakan penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Susmihara, M.Pd sebagai penguji I dan Dr. Abu Haif, M.Hum.,
sebagai penguji II yang telah memberikan kritik dan masukan untuk memperbaiki
skripsi ini.
6. Segenap dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar terutama seluruh dosen Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam yang telah banyak membagikan ilmunya selama proses
perkuliahan. Beserta para karyawan dan staf Fakultas Adab dan Humaniora yang
telah memberikan kontribusinya selama pengurusan sistem akademik yang ada di
Fakultas Adab dan Humaniora.
vi
7. Terimah kasih kepada partner saya selama ini yang sudah banyak
membantu dan memberikan semangat yang semoga tahun depan bisa wisuda.
Aamiin. Dan Terimah Kasih Juga kepada teman-teman kelas AK 5/6 atas waktu
selama kurang lebih 4 tahun ini. Yang namanya pertemuan akan ada kata selamat
tinggal. Semoga yang sudah jadi alumni semoga diberikan terus kesuksesan dan
yang untuk sementara menyusun semoga dimudahkan dan segera menyusul dan
gelarnya dan wisuda. Aamiin.
8. Teman-teman KKN desa Jipang Angkatan 61 UIN Alauddin
Makassar (Selvi, Yusriani Hamsah, Eska, Andi Saddam Reski dan kordes
Mamad) yang telah menjadi teman bermain selama seatap untuk 45 harinya dan
terimah kasih atas kebersamaan, doa dan dukungannya tentunya moment di lokasi
KKN telah memberikan bekas kenangan yang pastinya bakal dirindukan kelak
dan akan menjadi cerita sejarah yang membekas diingatan.
9. Terimah kasih untuk Komunitas Seni Adab (KisSA) senior-senior,
teman-teman dan adik-adik. Terimah kasih yang juga senantiasa membantu
dalam penulisan skripsi ini
10. Terimah kasih banyak untuk para sahabat yang sudah banyak
membantu dan mendoakan, yang tidak pernah hentinya memberikan dorongan
dan semangat untuk penyelesaian skipris.
11. Terimah kasih banyak untuk informan Bapak Serang, Bapak Tutu,
Kak Dwi dan Kak Ayu yang telah bersedia menyediakan waktunya dan
memberikan banyak pengalaman hidup dan informasi yang sangat berguna bagi
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan oleh karena itu, saran serta kritik dari semua pihak
sangat penulis butuhkan untuk kebaikan penulis dan dalam penulisan skripsi dan
vii
semoga segala dukungan dan bantuan dari semua pihak mendapatkan balasan dan
pahala di sisi Allah SWT. Terkahir semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk
semua.
Wassalamualiakum warahmatullah wabarakut.
Makassar, Juli 2020
NURRAHMAH
NIM : 40200116104
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI .................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi
ABSTRAK ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1-11
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tinjaun Pustaka............................................................................. 8
D. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .......................................... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...............................................................12-27
ix
BAB IV TARI PADDUPA KHAS MASYARAKAT SUKU BUGIS
MAKASSAR DALAM PENYAMBUTAN TAMU (TINJAUN
NILAI-NILAI BUDAYA ISLAM) ..............................................35-62
A. Historisitas Tari Paddupa Khas Masyarakat Bugis Makassar
Dalam Penyambutan Tamu ......................................................... 35
B. Makna dan Simbol Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku Bugis
Makassar Dalam Penyambutan Tamu ......................................... 42
C. Nilai-Nilai Budaya Islam dalam Tari Paddupa ............................ 56
BAB V PENUTUP .....................................................................................63-65
A. Kesimpulan .................................................................................. 63
B. Implikasi penelitian...................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Baju Bodo..................................................................................... 43
Gambar 2. Sarung Sutra ................................................................................. 43
Gambar 3. Kalung Panjang ............................................................................ 44
Gambar 4. Gelang Panjang ............................................................................ 44
Gambar 5. Anting-anting .............................................................................. 45
Gambar 6. Bando ........................................................................................... 45
Gambar 7. Simatayya ..................................................................................... 46
Gambar 8. Bunga Sanggul ............................................................................. 46
Gambar 9. Sanggul......................................................................................... 47
Gambar 10. Paddupang ................................................................................. 48
Gambar 11. Dupa ........................................................................................... 49
Gambar 12. Daun Sirih .................................................................................. 49
Gambar 13. Pisang ......................................................................................... 50
Gambar 14. Beras........................................................................................... 51
Gambar 15. Bosara......................................................................................... 51
xi
ABSTRAK
Nama : Nurrahmah
NIM : 40200116104
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
keperluan masyarakat. 1
Di dalam kebudayaan terdapat hal yang memilki keterkaitan dengan
agama atau kepercayaan yang dapat mengatur kehidupan manusia. Sehingga
agama menjadi salah satu unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial-
budaya bahkan agama sudah menjadi unsur dari kebudayaan. Agama sering kali
juga disangkut pautkan dengan kepercayaan, sementara di Indonesia mayoritas
dari masyarkat memeluk agama Islam secara otomatis kebudayaan yang ada di
Indonesia tidak boleh keluar dari anjuran agama Islam.
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
2002, Cet. 33), h. 173
2
agama Islam. Bisa kita lihat sampai sekarang budaya yang ada baik yang sudah
3
mengalami akulturasi bahkan budaya itu muncul setelah adanya Islam masih
banyak yang dilestariakan salah satunya adalah tradisi dibidang seni tari. Jadi
bukan hanya di daerah Jawa, Bali, Aceh dan derah lain tetapi di Sulawesi-Selatan
sendiri memiliki budaya seni tari yang khas akan suku Bugis-Makassar dan setiap
suku yang ada di Indonesia memeiliki seni tari khas tersendiri.
Seni tari dalam kebudayaan mencakup mengenai ide, aktifitas dan dapat
menjadi simbol sejarah. Seni tari adalah bentuk seni yang dipertunjukkan yang
keberadaannya sudah ada dari zaman dahulu dan masih berkembang sampai saat
ini. Pada zaman dahulu, budaya seni tari ini menjadi suatu hal yang penting dari
berbagai ritual kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan manusia
dan mempertahankan hidup manusia. Berhubungan dengan akhlak, maupun
bentuk ungkapan rasa syukur, menolak ancaman berbahaya yang berbentuk gaib
dan juga suatu bentuk pengakuan bahwa yang bersangkutan sudah menjadi
masyarakat baru dilingkungannya, contohnya seperti tarian dalam ritulan
kelahiran, khitanan, perkawinan sampai kematian. Penjelasan diatas selaras
dengan pemikiran Soedarsono, yang mengatakan bahwa di lingkungan
2
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paddupa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 43.
4
norma Islam. Nilai-nilai ilahiyah dan nilai-nilai yang memiliki makna yang
berkaitan dengan Islam yang dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi
worldview bagi pencipta tari, penari maupun penonton3
Dalam Al-Quran juga sudah dijelaskan mengenai kehidupan manusia
yang diberikan suatu keindahan dimuka bumi ini, sesuai dengan firman Allah
SWT dalam QS. Yunus ayat 24, sebagai berikut:
3
Tri Yuliana Wijayanti, “Seni Tari Dalam Pandangan Islam” Jurnal : Al-Fuad, Vol.2
No.2 (2018), h. 245
4
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quranul Karim, (Surakarta : Ziyad Books,
2014), h.190
5
Dengan itu manusia dapat menciptakan seni boleh dengan perorangan maupun
berkelompok sesuai dengan budayanya, tanpa diberikan batasan kecuali diluar
dari anjuran agama Islam. Bumi berhias sedemikian rupa sebagai buah
keberhasilan manusia yang memperindahnya. Tentu saja ini dorongan nalurinya
untuk menciptkan keindahan. Semua ini merupakan bentuk kebesaran dan
kekuasaan Allah. Mengekspresikan apa yang ada ini merupakan suatu bentuk
pengakuan kita menganai kebesaran Allah salah satunya berbentuk kesenian.
Didalam kesenian terdapat beberapa bagian salah satunya seni tari.
Tari merupakan jenis gerak yang lain dari senam, akrobatik, bela diri.
Didalam seni, tari memiliiki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan seni lainnya.
Seni tari mempunyai unsur-unsur ruang tenaga, dan waktu. Ruang berkaitan
dengan posisi, jangkaun dan tingkatan. Posisi berhubungan dengan arah hadap
dan arah gerak. Sedangkan jangkauan adalah gerak panjang atau pendek, gerak
yang kecil atau besar. Dan tingkatan berhubungan dengan posisi duduk dan level
tinggi posisi kaki dijinjitkan atau cara meloncat-loncat. Untuk tenaga sangat
dibutuhkan dalam seni tari agar tari yang ditampilkan lebih menarik dan kreatif.
Tari Paddupa salah satu tarian tradisional yang berasal dari suku Bugis-
Makassar dari Sulawesi-Selatan. Tari paddupa adalah tarian yang dibawakan oleh
gadis-gadis cantik dan diiringi oleh musik tradisional suku Bugis-Makassar
dengan menggunakan musik tradisional. Untuk mengetahui bahwa tarian yang
dipertunjukkan adalah Tari paddupa itu mudah dengan cara memperhatikan
pakaian penarinya.5
Tari Paddupa merupakan tarian yang sangat indah untuk ditonton dan
mempunyai banyak filosofi yang memiliki makna didalamnya, tetapi tidak semua
orang mengetahui akan hal itu. Pemahaman masyarakat mengenai tari paddupa
masih kurang, apalagi untuk kalangan anak remaja masa kini maka disinilah peran
mahasiswa sejarah ataupun sejarawan memperkenalkan mengenai budaya. Zaman
yang sudah modern dengan teknologi yang sangat berkembang dan membuat
tarian tradisoanl tertinggal dengan adanya dance. Tetapi tidak banyak juga
generasi muda yang melestarikan tari-tari tradisonal yang masih juga dibantu oleh
masyarakat-masyarakat dahulu yang masih mampu membantu untuk tetap
menjaga tarian tradisioanl.6 Termasuk dengan budaya tari paddupa.
5
Agussalim Djirong, Darmadi.T, Irfan Arifin, “Ilustarsi Fotografi Desai Gerakan Tari
Paddupa Sebagai Buku Panduan Pembelajaran”, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri
Makassar, (2018) : 43
6
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paddupa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 45.
7
dengan dilengkapi dengan hiasan kepala, kalung, gelang dan riasan lainnya dan
yang tidak kalah penting dan tidak boleh tidak ada adalah Bosara.
Tari Paddupa adalah jenis tari yang sering dipertunjukan pada acara
penyambutan tamu kepada tamu kehormatan dalam sebuah acara baik aitu acara
peresmian dapai acara pernikahan, dengan menyuguhkan beberapa hidangan yang
disebut dengan istilah bosara yang diisi dengan kue-kue sebanyak dua kasera.
Bosara merupakan tempat atau wadah yang terbuat dari aluminium dan memiliki
penutup yang terbuat dari kawat yang ditutupi dengan kain. Bosara ini merupakan
ciri khas juga dari daerah suku bugis-makassar yang sudah ada sejak dahulu kala
dan masih banyak didapati sampai sekarang bahkan bosara yang sekarang sudah
mengalami perkembangan pula bahannya bukan hanya dari aluminium namun ada
juga yang terbuat dari plastik.
Dalam tari paddupa ini bosara bukan hanya digunakan sebagai tempat
menyajikan kue-kue tradisional namun juga digunakan di dalam tari paddupa
namun ukuran yang digunakan lebih kecil dan diisi dengan beras. Bosara ini
merupakan bagian terpenting dari tari paddupa pada penyambutan tamu yang ada
sebagai bahan acuan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Adapun yang menjadi
acuan dan dianggap relevan dengan objek penlitian ini antaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaelah dengan judul “makna
simbolik pakaian adat pengantin bugis Sinjai Sulawesi Selatan (tinjaun
Sosial Budaya)” penelitian ini membahas mengenai makna simbol
pakaian adat pengantin yang mempunyai aturan-aturan tertentu dan
model yang memiliki makna serta bagaimana cara memakainya dan
digunakan pada waktu tertentu. Persamaan dengan penelitian penulis
yaitu sama-sama mengungkapkan tentang simbol atau makna dalam
tamu disambut bisa meninggalkan sifat-safat buruk dan hal yang baik
menghampirnya.
4. Penelitian dilakukan oleh Jamilah pada tahun 2018 dengan judul jurnal
“Pertunjukan Paddupa Pada Upacara Perkawinan di Sulawesi Selatan”
penelitian ini membahas tentang tari paddupa yang digunakan untu
menyambut tamu-tamu di acara perkawinan. Tari paddupa ditarikan
untuk menyambut pengantin laki-laki di resepsi mempelai penganti
perempuan dan juga sering ditarikan untuk mengantar kedua mempelai
keatas pelaminan.
Penelitian ini memfokuskan pada tari paddupa khas masyarakat bugis dan
Makassar sebagai penyambutan tamu untuk memberikan penafsiran mengenai
makna-makna yang terkandung pada tari paddupa dalam penyambutan tamu bagi
masyarakat Bugis Makassar.
2. Deskripsi Fokus
Tari paddupa adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari suku
Bugis-Makassar dari Sulawesi-Selatan. Tari paddupa adalah tarian yang
dibawakan oleh gadis-gadis cantik dan diiringi oleh musik tradisional suku
Bugis-Makassar dengan menggunakan musik tradisional. Untuk mengetahui
bahwa tarian yang dipertunjukkan adalah Tari paddupa itu mudah dengan cara
memperhatikan pakaian penarinya.7
yang dilakukan.
7
Agussalim Djirong, Darmadi.T, Irfan Arifin, “Ilustarsi Fotografi Desai Gerakan Tari
Paddupa Sebagai Buku Panduan Pembelajaran”, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri
Makassar, (2018) : 43
11
b. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam tari Paddupa dalam penyambutan tamu
2) Penelitian ini diharapkan agar dapat berguna bagi masyarakat
khusus generasi muda yang akan tetap melestarikan budaya dan
untuk masyakat yang belum banyak kenal mengenai tari paddupa
bosara dalam penyambutan tamu.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Innggris, berasal dari kata
kerja dalam bahasa Latin colere yang berarti bercocok tanam dan bahkan dalam
kalangan penulis pemeluk agama Kristen istilah cultura juga bisa diartikan
sebagai sembahyang atau ibadah (worship). Dalam bahasa Indonesia, kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
kata buddhi (budi atau akal), dan ada kalanya juga diartikan bahwa kata budaya
merupakan perkembangan dari kata majemuk ‘budi-daya’ yang artinya daya dari
budi, yaitu berupa cipta, rasa dan karsa. Karenanya ada juga yang mengartikan
bahwa kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa. Lebih lanjut
Koentjaranigrat (1984:180-181) sendiri mengatakan kebudayaan adalah
“keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
1
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000), h.51-52
13
2
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 45-46
14
Disisi lain mengenai istilah kebudayaan ada pula muncul istilah peradaban.
Istilah tersebut sering digunakan untuk menyebut bagian dan unsur dari
kebudayaan yang halus, indah, dan maju, misalnya :kesenian, ilmu pengetahuan,
adat sopan santun pergaulan, kecerdasan dalam hal menulis, organisasi
kenegaraan dan lain sebagainya. Istilah peradaban sering kali juga dipakai untuk
menyebur suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan,
ilmu pengetahuan, seni rupa dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang
maju dan juga kompleks.4
konteks pengertian serta pemakaiannya sering kali masih kabur, contohnya dalam
hal membedakan antara pola untuk perilaku dan pola dari perilaku. Kebudayaan
sebagai pola untuk perilaku merupakan mengacu pada pola kehiudpan suatu
masyarakat yaitu berupa berbagai kegiatan atau bentu-bentuk pengaturan metarial
dan sosial. Pada pengertian yang kedua, merupakan berupa pemikiran yang
mengau pada sistem pengetahuan dan keyakinan, yang menjadi pedoman untuk
mengatur tindakan mereka.5
3
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000), h. 57
4
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 45-46
5
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000), h. 56-57
15
2. Wujud kebudayaan
6
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 46-47
16
Dalam Islam terdapat dua pola hubungan yang pertama hubungan kepada
Allah Swt dan yang kedua adalah hubungan kepada sesama manusia. Dari pola
hubungan manusia ini yang menjadi wadah dari kebudayaan.
Jadi aspek Islam terdapat dua bagian, yaitu segi agama dan segi
kebudayaan. Dalam artian, ada agama Islam dan ada kebudayaan Islam. Dalam
pandangan ilmiah, antara agama Islam dan Kebudayaan Islam dapat dibedakan
tetapi dalam pandangan Islam tidak mungkin dipisahkan jadi masing-masing
7
Abdurrahman Wahid, Pergaulan Negara,Agama, dan Kebudayaan, (Depok : Desantara,
Cet. II, 2001), h. 10.
8
Fitriyani, Islam dan Kebudayaan, (Jurnal ; Al-Ulum, Institut Agama Islam Negeri
Ambon, Vol.12, No. 1, 2012), h.134.
17
2. Pengetian Tari
Tari merupakan salah satu jenis gerak selain senam, akrobatik, bela diri
atau pantomime. Dalam tari terdapat istilah tari tradisional, tari tradisional
termasuk tari tradisional di Sulawesi Selatan, adalah suatu bentuk tari yang
mengandung nilai-nilai leluhur didalamnya, bermutu tinggi yang di bentuk dalam
pola-pola gerak yang telah ditentukan dan terkait, telah berkembang dari
9
J. Hans Daeng, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2000),
h. 45
10
Murgiyanto, Tradisi dan Inovasi (Jakarta : Wedatama Widya Sastra, 1988), h.11
11
G.A. Pringgodigdo, Ensiklopedia Umum (Jakarta : Kanisius, 1973), h.103
18
generasike generasi dan mengandung pun nilai-nilai filosifi yang dalam, simbol,
religious dan tradisi yang tetap.
Didalam tari tradisional hal yang menjadi dasar utama adalah susunan dan
koreografinya dalam wujud yang sangat indah. Untuk mempelajarinya harus
dihafalkan ragam-ragamnya disisi lain irama music juga harus diperlajari untuk
mengiringi tarian. Pada umumnya tari tradisional di Sulawesi Selatan seperti pui-
pui, gendang, dengkang (gong), anak backing dan lain sebagainya. Daerah ini
karawitan sering disebut bunyi-bunyi karena instrumennya tidak melahirkan bunyi
dalam wujud nada, sehingga sangat berbeda dengan karawitan Jawa yang dimana
gamelan ketika ditabu iramanya terdengar jelas, ada yang larasnya salendro.
Bunyi-bunyian merupakan sebagai pengiring tari tradisional di Sulawesi Selatan
penggunanya sangat dibatasi karena tiap tari tradisional mempunyai irama yang
tersendiri atau cara memukul atau menabuhnya juga berbeda-beda, misalnya cara
tabuhan gendang bagi Tari Pajga berbeda degan cara tabuhan tari patuddu,
demikian juga bagi tari pagellu dan lain sebagainya.
12
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 48-49
19
3. Seni tari
Seni tari adalah salah satu bentuk seni pertunjukkan yang sudah ada sejak
lama keberadaanya atau telah muncul dari zaman dahulu dan mengalami
perkembangan hingga saat ini. Pada zaman dahulu kala, seni tari menjadi bagian
terpenting dari berbagai ritual kehidupan masyarakat yang berkaitan penting
dengan siklus hidup manusia dan bagimana mempertahankan kehidupan hidup
manusia. Hubungan dengan tingkah laku atau perilaku,khususnya individu
maupun sebagai ungkapan syukur, menolak ancaman bahaya gaib baik dari luar
maupun lingkungan sekitar mereka, dan sebagai pengakuaan bahwa yang
13
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 46-47
14
Anida, Tari Kreasi Bau Sulawesi Selatan, (Ujung Pandang : PT. Sarana Paa Karya,
1975) h. 3
21
Seni tari juga sangat berhubugan dengan rasa danemosi, tidak dengan
kekuatan otot. Gerakan yang dikendalikan dan diatur dengan tenaga yang
berbeda-beda yang akan memberikan kesan yang lebih mendalam atau kesannya
langsung sampai dihati penonton, bukan hanya bagi penonton namun juga bagi si
penari. Jenis dan peran seni tari dalam konteks masyarakat dan budaya seni tari
sagat berkaitan dengan kondisi masyarakat dan budaya setempat.
Oleh sebab itu, fungsi peranan dan jenis-jenisnya pun sangat berkaitan
dengan masyarakat dan budaya setempat. Bahkan pada perkembangannya, seni
tari tetap dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dan budayanya sendiri.
Peranan dan fungsi seni tari sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki beberapa
fungsi, yaitu seni tari sebagai sarana upacara, seni tari sebagai media pergaulan,
seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari sebagai
penyaluran terapi, seni tari sebagai pertunjukan dan seni tari sebagai media
katarsis.
sehingga tidak menjemukan dan menjenuhkan. Oleh sebab itu, jenis tari
ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk,
diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan dan kostum serta tata
penggungnya dipersiapkan dengan cara semenarik mungkin.
b. Seni tari sebagai sarana upacara. Tari dapat juga digunakan sebagai
sarana upacara. Jenis tari ini mempunyai banyak jenisnya, seperti tari
untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan
manusia.15
15
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018), h. 47-48
22
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan seni tari adalah salah
satu cabang seni yang cukup mengalami perkembangan diberbagai kebudayaan
Indonesia dalam mengekspresikan jiwa manusia melalui gerak-gerak yang sejalan
dengan music. Dimana upacara dapat ditampilkan pada upacara adat, religi,
sekedar hiburan maupun dalam hal lainlain.
Seni tari dalam Islam berdeda dengan seni tari barat. Seni tari Islam dalam
aplilkasinya selalu berpijak pada norma-norma Islam. Tarian dalam Islam
memberikan nilai kepuasan bathiniah bagi manusia yang bernilai positif dan dapat
melihat kekuasaan Allah.
Peradaban Islam dengan berbagai wujudnya termasuk seni tari tersusun dari
unsur-unsur tauhid yang saling memiliki hubungan dan saling berkesinambungan,
23
baik itu nilai-nilai insaniyah (antropologi) dan alamiah (kosmologis) sebagai basis
praksis operasionalnya. 16
5. Tari Paddupa
Tari paduppa adalah salah satu tarian yang menggambarkan orang suku
bugis makassar sedang kedatangan tamu atau bisa dikatakan dengan sebagai tarian
selamat datang bagi suku bugis makassar. bagi masyarakat bugis makassar apabila
melakukan sebuah acara dan tradisi dan kedatangan tamu maka mereka akan
menyuguhkan bosara yang merupapakan sebagai tanda kehormatan yang diisikan
kue khasnya sedangkan bosara yang digunakan untuk menari diisi dengan beras.
Tarian paduppa biasanya dibawakan oleh wanita-wanita manis dengan
menggunakan pakaian baju bodo dan hiasan rambut atau bando, anting, dan
pingiran lengan pergelangan tangan yang sangat glamor. Baju bodo merupakan
pakaian yang sangat tua di dunia yang memiliki lengan pendek dan persegi empat.
Tarian ini dibawakan oleh gadis-gadis cantik yang diiringi dengan musik khas
Sulawesi Selatan dengan alat musik gendang Makassar, pui-pui, suling dan
kecapi.17
C. Simbol
Setiap tradisi yag ada pada suku bangsa kebanyakan mempuyai berbagai
macam simbol-simbol yang disertakan di dalam tradisi tersebut, dari berbagai
macam simbol biasanya memiliki makna. Disini makna dapat di artikan sebagai
arti dari sebuah kata dan benda. Makna ada pada saat bahasa kita pergunakan,
karena fungsi bahasa dalam berkomunikasi dan proses berfikir, serta khususnya
dalam persoalan yang berhubungan dengan bagaimana mengidentifakasi,
16
Tri Yuliana Wijayanti, “Seni Tari Dalam Pandangan Islam” Jurnal : Al-Fuad, Vol.2
No.2 (2018), h. 247-248
17
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018), h. 49
24
menyakini dan memahami. Makna juga dapat diartikan sebagai kata yang
terselubung dari sebuah benda atau kata, sehingga makna pada dasarnya lebih
dari sekedar arti. Makna tidak hanya terlihat dari bentuk benda atau katanya,
karena makna yang ada dalam kata ataupun benda sifatnya terselubung.18
Dari sudut etimologi simbol berasal dari kata symbollein (Yunani) yang
artinya bertemu, kata ini kemudian diartikan lebih luas menjadi kata symbola
yang artinya tanda yang mengidentifikasi yang membandingkan atau
mencocokan sesuatu kepada bagian yang telah ada. Sedangkan simbol dalam
pengertian yang sederhana adalah istilah umum untuk berbagai hal yang
diperoleh melalui berbagai pengalaman yang dimaa suatu objek, kata, tindakan,
gambar atau perilaku yang kompleks dipahami yang tidak terbatas pada makna
yang dimilikinya tetapi juga dalam berbagai gagasan atau perasaan yang lain.
Dengan demikian, keberadaan simbol tidak hanya dapaat diartikan sebagai
sebuah gambar atau lambang kosong saja.19
Makna adalah arti atau pengertian yang sangat erat kaitanya dengan antara
tanda atau bentuk yang berupa bunyi, lambang, ujaran dengan hal atau benda
yang dimaksudkan, menurut Ariftanto dan Maimunah. Sedangkan simbol
menurut arti kamus, yaitu :
18
Sumaryono, “Sebuah Metode Filsafat ( Yogyakarta : Kansius, 1999), h. 131
19
Suhardi, Nilai-nilai Budaya Pada Upacara Mappaccing di desa Tibona Kecamatan
Bulukumba Kabupaten Bulukumba, skripsi Gowa : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin
Makassar , 2016). h. 12-13.
25
Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa lambang atau simbol
mempunyai hubungan tidak langsung dengan realita. Tanda dalam bentuk huruf-
huruf disebut lambang atau simbol. Lambang adalah fakta ayng dapat didudukan
secara isolative terlepas dari kaitannya dengan penafsiran pemakaiannya. Selain
itu, lambang juga berpau pada gejala yang lebih luas dari pada simbol verbal
(secara lisan). Dengan ini lambang biasanya dimaknai sebagai bentuk yang
mempunyai implikasi.
manusia. Misalkan kita dapat menunjuk pohon ataupun bintang sebagai simbol,
26
tetapi kita juga bisa menunjuk makhluk-makhluk mistis yang belum pernah
dirasakan sebelumnya. Kita bahkan merujuk simbol-simbol lainnya dan
menjadikan rujukan dalam rantai makna yang tidak ada hentinya.20
informasi yang diberikan oleh meraka yang ahli dan orang yang awam, dan
dibutuhkan kehati-hatian agar memastikan apakah suatu penjelasan yang
diberikan benar-benar mewakili atau hanya pemahaman personal saja.
2. Tingkat makna operasional
Dalam tingkat ini kita tidak diperbolehkan hanya mendengar apa yang
dikatakan oleh sipemilik simbol saja tentang makna suatu simbol, tetapi perlu juga
mengamati apa yang sedang mereka lakukan. Peranan interprestasi dari pihak
20
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 50-51
21
Wartaya Winagun, Masyarakat Bebas Struktur (Yogyakarta : Kanisius, 1990 ), h. 18-19
27
peneliti diperlukan hal ini karena ada hal-hal yang kadang tidak diungkapkan
secara sebenar-benarnya, sebab kadang-kadang mereka tidak sungguh
melakukannya, namun bisa saja orang dapat memanipulasi simbol-simbol yang
mereka ciptakan. Tingkat makna operasional ini berhubungan dengan masalah-
masalah dinamika sosial.
3. Tingkat makna posisional.
Pada tingkat ini makna dalam suatu simbol dapat dilihat secara totalitas,
berhubungan dengan simbol yang lain dan elemen-elemennya mampu
memperoleh arti dari sitem sebagai suatu keseluruhan, ini berkaitan dengan sifat
simbol yang polisemi atau multi vocal, yaitu bahwa dalam suatu simbol
mempunyai keanekaan makna, tapi berdasarkan atas konteksnya mungkin penting
untuk menekankan suatu atau beberapa makna saja.
Ketiga tingkatan simbol ini dipakai semuanya, karna ketiganya saling
menunjang dan melengkapi. Pendekatan lain juga digunakan oleh Turner yang
disebut sebagai “Procesual symbology” , yaitu kajian tentag bagaimana simbol
mampu menggerakan tindakan sosial dan melalui proses yang bagaimana simbol
memdapatkan dan memberikan arti kepada masyrakat dan pribadi, dengan cara
lewat pendekatan ini kita dapat melihat bagaimana masyrakat menjalankan,
melanggar dan memanipulasi norma-norma dan nilai-nilai yang diberikan oleh
simbol untuk kepentingan mereka.22 Pendekatan ini mampu memberikan atau
mengungkapkan arti-arti simbol dan selanjutnya mengetahui pikiran atau ide-ide
mereka.
22
Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi ( Jakarta : Salemba
Humanika, 2008), h.44
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi merupakan suatu cara atau aturan yang kita gunakan untuk
mendekati promblem dan mencari jawaban atau informasi. Dengan ini,
metodologi penelitian merupakan bentuk pendekatan umum untuk mengkaji suatu
topik penelitian. Rangkaian yang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dipenelitian ini adalah jika dilihat dari
bidang kajian adalah penelitian budaya, dilihat dari sisi tempat adalah penelitian
lapangan sedangkan diliat dari aspek yang dikaji adalah deskripsi kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur dalam meneliti yang menghasilkan data deskriptif yang
berbentuk tulisan ataupun ucapan dan perilaku orang-orang yang telah diamati.
1
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian(Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2014,
Cet I), h. 19.
29
2
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 46
3
Rahmat, Buku Dasar Praktek Penelusuran Sumber Sejarah dan Budaya (Jakarta:
Gunadarma Ilmu, Cet I),h. 135.
30
3. Pendekatan Seni
Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam hati orang yang
dilahirkan dengan perantaraan alat-alat komunikasi melalui bentuk yang dapat
ditangkap melalui pancra indra yang memiliki nilai estetika. 4 Pendekatan seni
merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang mengukur
indah atau tidaknya secara langsung atau tidak langsung yang berkaitan erat
dengan wujud realitas yang sebenarnya. Pendekatan ini diarahkan pada segi
makna, isi atau pesan yang sesuai dengan realitas kehidupan.
4. Pendekatan Cultural
Kebudayaan atau cultural adalah sebuah gagasan, perilaku dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan cultural atau kebudayaan
adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian
mengenai objek kebudayaan yang mampu memberikan informasi mengenai
kebiasaan masyarakat dalam melaksakan budaya mereka.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dari mana asal data penelitian itu
diperoleh. Pada penelitian kualitatif sumber data yang didapat dari hasil
wawancara, observasi, dokumentasi maka disebut dengan data primer sedangkan
sumber data yang diperoleh dengan data yang telah ada seperti dokumen yang
telah tersedia disebut dengan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan lansung dari sumber yang
berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti yang berbentuk wawancara lansung
4
G.A. Pringgodigdo, Ensiklopedia Umum, (Jakarta : Kanisius, 1973), h. 103.
31
terhadap narasumber dan turun lansung untuk melakukan observasi. Sumber data
yang lansung memberikan data kepada pengumpul data dan data yang diperoleh
dari data primer ini harus diolah lagi. Dalam penelitian ini yang akan menjadi
narasumber adalah : Tokoh masyarakat yang paham akan tradisi tari paduppa.
Dari informasi diatas, itu merupakan unsur terpenting yang dapat
menunjang keberhasilan dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan data yang
betul-betul akurat maka perlu melakukan pendekatan wawancara yang mendalam
terhadap sumber-sumber yang berkaitan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan, buku, jurnal,
artikel, majalah, koran, internet dan sumber lain yang bisa dijadikan sebagai data
pelengkap yang pengumpulan data ini sebagai pendukung dari data primer. Data
yang diperoleh dari data sekunder tidak perlu dioleh kembali dan sumber tidak
lansung memberikan data kepada pengumpul data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi. Oleh karena itu, tahap ini
tidak boleh salah dan harus dilakukan sesuai dengan prosedur. Jikalau teknik
pengumpulan data yang dilakukan salah maka akan berakibat fatal dengan hasil
penelitian yang dilakukan dan penelitiannya tidak dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
32
1. Observasi
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara memberikan pertanyaan dan jawaban atas informasi apa
yang dibutuhkan dengan lansung bertatapan muka antara pewawancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informasi terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Sehingga, kekhasan wawancara mendalam
5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana, 2008),h.118.
6
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian(Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2014,
Cet I), h. 32
7
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, edisi kedua ( Jakarta :Kencana, 2007 ), h. 111
33
foto. Dokumentasi ini memilki sifat utama yang tidak terbatas pada ruang dan
waktu sehingga bisa digunakan untuk mencari informasi yang telah terjadi pada
masa lalu.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian yaitu semua informasi yang
diperlukan untuk menjelaskan semua sumber dari mana informasi tersebut
diperoleh, dan teknik pengumpulan informasi, serta berapa lama kerja dilapangan.
Dengan kata lain, instrumen adalah atau atau cara menjaring informasi yang
diinginkan dan yang dibutuhkan.8
Wujud atau alat ukur yang digunakan dalam instrumen pentilitan dalam
melakukan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti
adalah pedoman wawancara kemudian pendukung yang digunakan untuk
merekam hasil observasi dan alat untuk mendapatkan dokumentasi foto yaitu
kamera.
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
8
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kulaitatif dan
R&L), h. 149
9
Lexy. J. Moleong, “ Metode Penelitian Kualitatif (Bandung Rosdakarya, 2005 ), h. 247.
34
BAB IV
TARI PADDUPA KHAS MASYARAKAT SUKU BUGIS MAKASSAR
SEBAGAI PENYAMBUTAN TAMU
(TINJAUAN NILAI-NILAI BUDAYA ISLAM)
berikut :
“Untuk melakukan penyambutan tamu dilakukan penyambutan sebelum
membuka acara yaitu dengan membakar dupa dan lilin atau mattunu
dupa maka itu yang disebut tari paddupa. paddupang adalah wadah
tempat bakar dupa yang terbuat dari tanah liat. Setelah dibakar dan
mengeluarkan bau harum maka dibentuk posisi duduk seperti
melakukan tudang sipulung. Jadi tari paddupa adalah tari tradisional
yang diciptakan pada tahun 1964 oleh ibu andi anisapada.”1
Pada tahun 1964 tari paddupa ini mulai diciptakan oleh seorang
seniman yang bernama ibu Andi Nani Sapada. Beliau adalah seniman yang tidak
sedikit berperan dalam menciptakan seni tari di suku bugis makassar. Karya-karya
beliau begitu banyak mulai dari tari tradisional hingga tari kreasi tidak hanya itu
1
Bapak Serang (70 Tahun), Maestro Gendang Makassar, Wawancara, di Sanggar Seni
Alam, 11 Juli 2020
36
karya ibu Andi Nani Sapada ini juga sudah mendunia salah satunya adalah tari
pakarena. Selain dari tari pakarena yang merupakan tari tradisional beliau juga
menciptakan tari tradisional yaitu tari paddupa.
Tari paddupa ini merupakan tari tradisional yang pada zaman dulu
masyarakat suku bugis makassar sebelum melakukan pesta besar-besaran maka
terlebih dahulu masyarkat melakukan penyambutan dengan tari paddupa ini dan
acara tidak dapat dilanjutkan apabila tidak ada persembahan tari paddupa. Jadi,
tari paddupa ini pada zaman dulu merupakan sebuah tarian yang sakral dan
memiliki nilai-nilai mistis. Dari hasil wawancara dengan informan mengatakan
bahwa :
“Tari paddupa ini tari tradisional. Nakana tau rioloyya tena najadi
acarayya punna tena narambu injo duppaia nasaba appabattu mai rasa
baji, paccini baji, pallenggere baji, baba baji, ati baji. Ada empat sara’
yang terdapat dalam tari paddupa yaitu sifatnya angin, tanah, api dan air.
Di tari paddupa apabila angin ketemu api maka akan semakin baik
nyalanya dupa. Yang mematikan api adalah air. Setelah api padam turun
ke tanah. Jadi empat arah mata angin yang menjadi sara’ di tari
paddupa”2
Artinya :
“ Tari tradisional adalah tari tradisional. Kata orang dulu acara atau pesta
tidak dapat dilaksanakan apabila sebelumya tidak membakar dupa karena dengan
membakar dupa dapat memberikan perasaan yang baik, penglihatan baik,
pendengar yang baik, perkataan yang baik dan hati yang baik”.
2
Bapak serang (70 Tahun), Maestro Gendang Makassar, Wawancara, di Sanggar Seni
Alam, 11 Juli 2020
37
tari paddupa ini dipersembahkan maka seorang penari tidak boleh sembarang
perempuan yang bisa menarikan. Perempuan yang boleh menarikan tari paddupa
ini harus dalam keadaan bersih atau suci, maka ketika penari ini saat menarikan
tari paddupa tidak dalam keadaan suci maka akan terjadi sesuatu yang tidak baik
misalkan pada saat menari perempuan akan mengalami kesurupan.
Dalam tari paddupa ada juga dikenal dengan aru. Aru adalah persembahan
sebelum tari paddupa ini ditarikan. Jadi aru ini dibawakan oleh laki-laki dengan
memakai pakaian adat suku bugis makassar dengan menggunakan badi atau kris
sebagai simbol suku bugis makassar. Aru ini merupakan budaya tradisional yang
dimana sang aru memberikan sebuah janji. Tetapi aru ini tidak harus selalu ada
sebelum di tarikan tari paddupa itu sendiri.
Makna tari paddupa adalah yang berasal dari bahasa bugis duppa artinya
ketemu, menjemput atau berjumpa. Dan pada zaman dulu menggunakan
paddupang. Paddupang adalah proporti yang digunakan dalam tari paddupa yang
berasal dari makassar. Jadi, Tari paddupa ini adalah tari kebesaran suku bugis
makassar. Dulunya perempuan dianggap bahwa letak malunya itu atau siri ada
dibagian wajahnya makanya perempuan dulu yang menarikan tari paddupa
kecantikan bukanlah hal utama yang terpenting dalam mempersembahkan tari
paddupa melainkan dari hati atau wirasa yang dipancarkan oleh sipenari. Seiring
perkembangannya waktu hal itu memudar, bagi sipenari yang menjadi hal utama
dan terpenting adalah dari segi kecantikan.
Organisasi kesenian yang pertama kali ada di daerah sulawesi adalah IKS
(Institut Kesenian Sulawesi) disinilah terhimpun para seniman-seniman baik seni
misalnya batara gowa, makassar art, sanggar seni katangka dan lain sebagainya
dan sampai sekarang makin banyak lembaga-lembaga kesenian yang berdiri dan
bidang seninya pun sudah banyak bukan hanya seni tari, musik tapi sudah muncul
sastra dan teater.
Untuk nama tari paddupa ada beberapa versi. Hasil wawancara saya
dengan informan mengatakan bahwa :
“Tari paddupa mulai dikenal pada masa kerajaan dengan tujuan untuk
menyambut tamu-tamu raja terdahulu, dengan penari dari pihak dalam
istana kerajaan. Tari paddupa berasal dari bahasa bugis yang memiliki
arti menyambut. Untuk perbuhan nama, ada kemudian beberapa versi
yang mengatakan nama-nama tari paddupa seperti tari batara, tari
marellau pamase dewata, namun jika ingin dipetakan kedua tari
tersebut bisa dikategorikan sebagai tari yang lahir pada masa
animisme yaitu masa yang belum mengetahui sistem, tatanan dan
aturan dalam bermasyarakat dan lebih menitikberatkan pada makna
kepercayaan. Jadi pada dasarnya tidak terjadi perubahan nama, namun
karena adanya pergeseran makna sehingga muncullah nama baru yaitu
tari paddupa.3
Jumlah penari dalam tari paddupa berjumlahkan ganji yaitu tiga, lima
atau tujuh. Mengenai makna kenapa berjumlahkan ganjil karena filosofinya Allah
SWT satu, langit terdapat tujuh tingkat, tanah berjumlah tujuh lapis dan semuanya
berjumlahkan ganjil dan dari jumlah penari tari paddupa yang berjumlahkan ganjil
diharapakan agar semuanya baik dari segi rezeki dan lain sebagaianya lebih tidak
pas-pasan atau diharapkan semuanya lebih.
3
Dwi Lestari Johan (28 Tahun), Seniman , Wawancara, 18 Mei 2020
39
hanya ditarikan untuk tamu-tamu raja namun sekarang ditarikan pada acara
pernikahan dan lain sebagainya.
Bosara sendiri disini piring khas yang di suku bugis makassar yang sudah lama
juga keberadaanya. Piring ini digunakan untuk menyajikan kue-kue tradisional
40
yang disuguhkan kepada tamu-tamu. Selain fungsinya sebagai tempat kue bosara
ini juga digunakan pada saat menari dengan diisi beras yang akan ditaburkan
nantinya kepada tamu-tamu. Dari pengaruh perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat yang dulunya para penari menggunakan dupa sebagai properti dalam
tari paddupa sekarang sudah jarang ditemukan bahkan hampir sudah tidak ada
yang ada sekarang hanya menggunakan bosara yang diisikan beras ataupun
kembang.
4
Syarifuddin Tutu (65 Tahun), Passilliri, wawancara, di Sanggar Seni Bontoramba, 7 Juli
2020
41
Ketiga wirama adalah suatu gerakan tari yang dilakukan penari mengikuti
irama sehingga menciptakan gerakan yang selaras dengan musik atau irama.
Selanjutnya komposisi adalah suatu proses menciptakan sturktur atau alur tari
sehingga menjadi sebuah pola lantai gerakan tari. Dan terakhir harmoni
merupakan suatu hal yang terpentng didalam sebuah seni tari karena dari harmoni
tari dapat memberikan nilai keindahan pada gerakan penari dan bagaimana
memberikan nuansa keselarasan penari dalam melakukan gerakan tarian yang
ditampilkan.
Sebuah tarian selain dari kriteria yang dimiliki penari maka dalam tari ada
yang dinamakan ragam gerak tari. Ragam gerak tari adalah pola lantai, gerakan
tari sampai proses tarian. Dari hasil wawancara saya dengan informan, sebagai
berikut :
Ragan gerak tari paddupa terdapat empat ragam gerak tari, yaiut ammula
gau atau gerakan awal, selanjutnya marellau doa atau memohon doaa dan
selanjutnya menampo benno atau menabur dan terakhir ragam
mappakaraja atau proses menghormati tamu.5
Di tari Paddupa ada terdapat ragam tari yang dimulai dengan ragam
penghormatan kepada tamu kerhormatan yang datang atau dalam acara
pernikahan perhormatan kepada perngantian. Selanjutnya, dilanjutkan dengan
ragam Mareallu doa (meminta doa) yang dimana gerakannya dimulai dengan
mengambil posisi duduk secara perlahan kemudian menyimpan bosara kebawah
dan tangan kanan ditarik ke depan dada.
5
Ayu Angreini (24 Tahun), Guru Tari, Wawancara, di Somba Opu, 3 Juli 2020
42
ragam gerak ini merupakan suatu proses yang bermaksud menghormati atau
menganggungkan tamu yang datang dan dianggap penting.
Setiap tradisi atau adat yang ada masing-masing memiliki simbol dan
makna yang terdapat didalamnya salah satunya seni tari. Berbicara mengeani Seni
tari terdapat dua macam tarian yaitu tari tradisional dan tari kreasi, untuk bisa
dikatakan tari tradisional apabila keberadaannya sudah mencapai 100 tahun, selain
dari itu tarian yang umurnya atau keberadaanya belum cukup 100 tahun maka
dikatakan tari kreasi. Mengenai tari paddupa kadang kala penikmat seni ataupun
pekerja seni sendiri kurang mengetahui makna dan simbol-simbol apa saja yang
terdapat dalam tari paddupa itu sendiri. Adapun simbol-simbol yang terdapat
berbeda-beda salah satunya adalah tari paddupa. Tari paddupa salah satu dari
tarian yang masih tetap terlestarikan dan masih sering ditemui di masyarkat suku
43
bugis makassar dan menjadi daya tarik bukan hanya pada gerakan tariannya
namun dari segi kostum dan aksesoris yang digunakan memiliki daya tarik unik
tersendiri. Diciptakannya tari paddupa ini sudah mencapai sekitar puluhan tahun
dan sudah mengalami banyak perubahan termasuk dari kostum dan aksesoris yang
digunakan penari ataupun pemusik. Perbedaan antara zaman dulu dengan
sekarang sangat mengalami perubuhan yang sangat jauh salah satu alasannya
adalah pengaruh perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Pada zaman
dulu untuk kostum dan aksesoris yang digunakan para penari tari paddupa masih
sangat terbatas beda halnya di zaman yang sekarang ini semakin canggih dan
sudah banyak yang bisa produksi. Berikut merupakan kostum dan aksesoris di tari
paddupa, antara lain :
a. Baju Bodo
Baju bodo merupakan pakaian khas suku bugis makassar yang menjadi ciri
khas dari tari paddupa. Baju bodo ini adalah salah satu pakaian yang termasuk
pakaian tertua didunia. Pada zaman kerajaan baju bodo bukan hanya sekedar
pakaian untuk para perempuan suku bugis makassar namun memiliki makna dan
status pada setiap warna yang dikenakan perempuan suku bugis makassar
dulunya. Berikut berupakan wawancara saya dengan informasn :
“Pada zaman dulu baju bodo ini dikenakan sesuai statusnya. Adapun
warna pakaian baju bodo ada merah tua dan muda, hitam, ungu dan putih .
Untuk baju bodo yang berwarna merah tua dikenakan pada perempuan
yang sudah bersuami, ungu pada perempuan yang sudah janda, warna
putih dikenakan pada untuk perempuan sebagai pinang pengasuh. Untuk
merah muda kenakan untuk perempuan yang masih gadis. Sedangkan
warna hitam dipakai oleh nenek-nenek atau yang sudah lanjut usia”6
6
Syafaruddin Tutu (65 Tahun), Passilliri, Wawancara, di Sanggar Seni Bontoramba, 7
Juli 2020
Untuk tari paddupa pada zaman dulu menggunakan pakaian baju bodo
yang berwarna putih dengan memberikan makna suci. Baju bodo yang dikenakan
berukuran panjang 80 cm namun sekarang sudah mengalami banyak perubahan
baik dari segi model dan warna sudah bermacam-macam. Baju bodo yang
sekarang tidak mewah sekarang dulunya baju bodo hanya polos dan sangat
sederhana.
b. Sarung Sutra
Sarung sutra atau lipa’ sabbe adalah bawahan dari baju bodo dari segi
warna dikreasikan tergantung dari warna baju bodo yang dikenakan. Sarung sutra
ini diikat dipinggang sebalang kiri penari dengan cara dilipat-lipat agak lebar.
d. Gelang Panjang
Anting-anting atau dikenal dengan nama bangkara’ yang terbuat juga dari
kuningan. Anting-anting ini memiliki model yang panjah ke bawah dengan dihiasi
manik-manik.
Gambar 5. Anting-anting
f. Bando
Gambar 6. Bando
g. Simatayya (diikat dilengan)
Simatayya adalah pengikat dilengan baju bodo yang terbuat dari kain
dengan model persegi panjang serta kedua ujungnya terdapat tali untuk mengikat
di ujung lengan baju bodo.
Gambar 7. Simatayya
h. Bunga sanggul
Gambar 9. Sanggul
a. Paddupang
Paddupang adalah salah satu khas suku bugis makassar yang berfungsi
sebagai wadah yang diisikan bara api untuk membakar dupa dan terbuat dari tanah
liat. Paddupang ini berbentuk seperti mangkuk namun memiliki kaki dan lubang-
lubang dipinggirnya.
b. Dupa
c. Daun sirih
Daun sirih atau leko yang digunakan dulunya tidak boleh sembarang daun
sirih. Jadi, daun sirih yang digunakan harus urat daun yang masing-masing sejajar
dengan makna agar kita berjumpa dengan orang-orang yang sepemahan dengan
kita atau sejalan pikiran dengan kita.
d. Pisang
e. Beras
Dari lima yang digunakan pada saat tari paddupa sekarang sudah berkurang
yang menggunakannya. Sekarang dalam tari paddupa hanya menggunakan beras
dan bosara. Beras dimaknakan sebagai sumber kehidupan masyarakat. Dari hasil
wawancara dengan informan sebagai berikut :
“Makna beras yang ditaburkan pada saat tari paddupa supaya rezeki kita
seperti beras yang dihamburkan atau nipakioro”7
Selain dari beras yang berupakan sumber kehidupan masyarakat beras juga
yang dihamburkan memiliki makna agar rezeki melimbah dan dapat saling
berbagi.
7
Bapak Serang (70 Tahun), Maenstro, Wawancara, di Sanggar Seni Alam Dakko, 11 Juli
2020
Gambar 14. Beras
f. Bosara
Dalam seni tari, musik sangatlah penting dan harus ada dalam sebuah
tarian. Mengenai alat yang digunakan dalam tari paddupa tentunya menggunakan
alat musik tradisional khas suku bugis makassar. Tari paddupa adalah tarian khas
suku bugis makassar yang musiknya musik bugis makassar namun untuk lagi
dalam tari paddupa tidak mempunya lirik jadi tari paddupa hanya berisikan irama
alat-alat musik tradisional. Berikut adalah alat musik yang digunakan dalam tari
paddupa, antara lain :
a. Gendang
Gendang adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu yang berukuran
bulat memanjang yang dililiti rotan sehingga kayu atau dengang tersebut kuat dan
juga memakai kulit binatang yaitu kulit kerbau atau kulit kambing yang
dikeringkan. Kedua bagian gendang itu boleh dipukul atau ditabuh untuk
mendapat fungsi dari gendang.
Kecapi adalah alat musik yang digunakan di tari paddupa dan merupakan
alat musik perik tradisional yag mempunyai dua senar dan bentuknya menyerupai
perahu serta kecapi ini berasal dari derah bugis.
c. Gong
Gong adalah alat musik yang bahannya terbuat dari logam dan berbentuk
bulat yang pada bagian tengahnya menonjol ke depan sebagai tempat jatuhnya
pemukul untuk memberikan bunyi yang sebagai pengiring di tari paddupa.
Suling adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu dan memiliki enam
lubang. Suling merupakan alat musik tradisional yang digunakan untuk
mengiringi tari paddupa.
e. Pui-pui
Pui-pui merupakan alat musik tradisional yang ditiup dan terdapat enam
lubang namun ini berbeda dengan suling. Yang menjadi pembeda dari pui-pui dan
suling adalah dari bunyinya.
8
Syafaruddin Tutu (65 Tahun), Passiliri, Wawancara, di Sanggar Seni Bontoramba, 7
Juli 2020
9
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya
(Surabaya : Halim, 2013), h. 516
57
Dalam adat terdapat di dalamnya sara’ atau simbol-simbol. Dari sara ini
memiliki hubungan dengan agama. Di dalam agama juga memiliki aturan. Agama
merupakan bahasa sansekerta yang dimana A artinya tidak dan Gama artinya tidak
kacau jadi di tidak kacau. Adanya agama semuanya memiliki aturan-aturan. Dari
agama bersendi kitabullah. Jadi agama berhubungan dengam kitabullah.
Kitabullah adalah pedoman umat manusia yaitu Al-Qur’an dan Hadis.
paddupa adalah tari untuk menyambut tamu-tamu yang sebagai bentuk saling
menghargai dan memuliakan tamu yang dituangkan dalam bentuk seni agar
58
terdapat nilai estitika yang menjadi ciri khas dan identitas dari masyarkat suku
bugis makassar. Cara masyarakat suku Bugis Makassar yang menjamu tamu-tamu
yang mereka kemas dalam bentuk seni agar nilai keindahannya tetap ada dan
Allah SWT sangat menyukai yang namanya keindahan.
Dalam hadis Nabi Saw : “Sesungguhnya Allah SWT itu maha indah dan
menyukai keindahan” jika dihubungkan dengan sabab wurud-nya dapat diambil
faidah bahwa menggunakan pakaian yang bagus dan indah, membuat suatu karya
seeni selama tidak disertai dengan kekaguman pada diri sendiri (‘ujub) dan
kesombongan baiks secara lahiriyah maupun batiniyaah, maka hal tersebut tidak
tergolong dalam kategori mengingkari keberanaan dan merendahkan manusia
sebab Allah SWT sendiri.
Di dalam Islam ada dua hal yang perlu diperbaiki yaitu hubungan dengan
Allah SWT dan hubungan sesama manusia. Masyarakat suku Bugis Makassar
dengan dilestarikannya Tari paddupa kita bisa melihat bahwa terdapat nilai-nilai
budaya islam yang mereka tetap jaga yaitu dengan memperbaiki hubungan sesama
59
Di dalam Islam, tamu adalah sosok yang harus dilayani dan dihormati serta
dimuliakan karena dengan memuliakan tamu juga akan mendatangkan rahmat
10
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Al-Karim dan Terjemahannya
(Surabaya : Halim, 2013),
11
Muttafaq ‘Aliah. HR Bukhari (5986), lafal ini berasal dari Bukhari. HR Muslim (2557).
60
serta rezeki dari Allah SWT. Bahkan Islam memiliki aturan tata cara menyambut
tamu. Menyambut tamu bukan hanya sedekar berbicara, bercanda gurau,
menikmati santapan tetapi harus dengan perasaan gemberi, syukur dan ramah agar
semuanya bernilai pahala selain itu juga dapat tetap menjaga tali silaturahmi
sesama manusia yang Allah SWT perintahkan.
Selain dari itu di tari paddupa juga terdapat nilai budaya Islam yaitu
membangun gotong royong atau kerja sama. Untuk penari dan pemusik
dibutuhkan kerja sama agar apa yang ditampilkan dapat memberikan nilai
kepuasan terhadap tamu yang dijamu bukan hanya itu pada zaman dulu tari
12
Syahminan Zaini, Tinjauan Analitis tentang iman, islam dan amal, (Jakarta : Kalam
Mulia, 1985), h.22
61
kaum muslimin dan melarang umatnya untuk melakukan perbuatan keji serta
permusuhan sesama manusia agar kita dapat mengambil hikmah dibalik itu
semua. Di tari paddupa ini sendiri dengan tradisi orang-orang terdahulu yang
memberikan contoh kepada generasi muda untuk tetap menjaga tali persaudaraan
dan memberi bantuan kepada sesama kerabat seperti yang dianjurkan oleh Allah
SWT. Dengan baiknya kerja sama serta mudahnya kita memberi bantuan kepada
sesama kerabat sehingga terjalin tali silaturahmi.
Dalam tari paddupa dengan adanya nilai- nilai gotong royong atau kerja
sama sehingga silatuharami dengan sesama dapat terjaga. Menjaga silaturahmi
sesama manusia memberikan suatu pelajaran tetap menjaga hubungan sesama
manusia. Silahturahmi adalah tradisi yang saling mengunjungi kepada saudara,
kerabat ataupun rekan agar hubungan kekeluargaan, persahabatan dan kekerabatan
tidak putus kasih sayang dengan cara saling berkunjung terutama kepada saudara
ataupun anggota keluarga sendiri dan bahkan terhadap tetangga. 14 Jadi selain dari
13
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Al-Karim dan Terjemahannya,
(Surabaya : Halim, 2013
14
Seputar pengertian. Blongspot. Com, akses pada hari Minggu 20 Juli 2020 pukul 20.02
Wita.
62
saling membantu ada di dalam tari paddupa juga dapat menjaga silaturahmi
sesama saudara bahkan kepada orang lain tetap terjaga.
Untuk konstum sendiri yang dikenakan dalam tari paddupa juga terjadi
akulturasi yang perubahannya bisa kita lihat dari awal tari paddupa ini diciptakan
yang pakaian yang digunakan adalah baju bodo. Baju bodonya tidak berubah
melainkan perubahannya terletak di bagaian kain baju bodo itu. Pada zaman dulu
baju bodo yang dikenakan sangatlah tipis dan transparan dan dulunya peneri tidak
mengenakan hijab namun seiring perkembangan islam dan zaman terjadi
perubahan pada kainnya yang semakin tebal dan penarinya sudah mengenakan
hijab. Dari sini juga dapat kita lihat mengenai nilai-nilai budaya islam yang
terdapat dalam tari paddupa tidak lepas dari anjunran agama Islam itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Historisitas tari paddupa khas suku bugis makassar, yaitu tari paddupa ini
diciptakan pada tahun 1964 oleh ibu Andi Hanisapada yang merupakan tarian
tradisional masyarakat suku bugis makassar sebagai penyambutan tamu. Tarian
ini dianggap tarian yang sakral karena acara ataupun pesta-pesta besar
masyarakat suku bugis makassar tidak dapat dilaksanakan apabila tidak ada
pembakaran dupa sebelumnya namun seiring perkembangan zaman hal itu sudah
memudar tarian ini boleh di tarikan kapan saja baik itu pesta pernikahan,
penerimaan tamu, acara hajatan dan lain sebagainya. Untuk makna tari paddupa
berasal dari bahasa bugis yaitu duppa atau ketemu dan berjumpa. Tari paddupa
merupakan tarian yang sakral pada zaman dulu karena gadis-gadis yang ingin
menarikan harus dalam keadaan bersih dan suci agar tidak terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan seperti kesurupan. Seiring berkembangnya zaman tari paddupa
ini tidak lagi memakai paddupang melainkan bosara yang merupakan piringan
khas suku bugis makassar yang memiliki kaki.
2. Makna dan simbol yang terdapat di dalam tari paddupa, yaitu dari segi
kostum yang dikenakan adalah baju bodo dan sarung sutra. Baju bodo merupakan
pakaian khas suku bugis makassar dan menjadi keunikan dalam tari paddupa.
63
Umur dari baju bodo sudah menjadi pakaian yang tertua didunia. Dari segi
maknanya baju bodo dulunya dari warna yang dikenakan memiliki status
misalkan baju bodo yang berwarna merah tua dikenakan untuk perempuan yang
sudah bersuami sedangkan dulunya warna baju bodo yang dikenakan untuk penari
berwarna putih yang memberikan makna suci. Untuk aksesoris yang dikenakan
adalah bando, gelang panjang, kalung panjang, anting-anting, sitamyya (pengingat
dilengan) Bunga simboleng, dan sanggul. Sedangkan properti yang digunakan
adalah dupa sebagai pengharum, paddupang, lilin yang dimakna sebagai
penerang agar memberikan penerang dalam kehidupan, pisang yang memberikan
banyak manfaat untuk kesehatan, beras sebagai makna kesuburan masyarakat dan
simbol kehidupan, daun sirih dan benno atau padi yang disangrai yang
memberikan makna agar kehidupan mekaa. Namun seiring berkembangnya zaman
terjadi perubahan properti yang sekarang digunakan di tari paddupa adalah beras
dan bosara. Untuk alat musik yang digunakan sebagai pengiring merupakan alat
musik tradisional khas suku Bugis Makassar adalah gendang, gong, kecapi, pui-
pui, dan suling.
64
B. Implikasi
1. Dalam hal historisitas tari paddupa khas suku bugis makassar masyarakat
dalam penyambutan tamu, sangat perlu untuk dipublikasikan regenerasi muda
paham sejarah dan filosi yang ada dalam tari paddupa.
2. Makna dan simbol yang ada di dalam tari paddupa harus tetap dilestarikan
dan membudaya agar budaya tari paddupa ini bukan hanya dikenal sebagai
budaya lokal karena tari tradisionalnya.
3. Nilai-nilai budaya islamnya tidak boleh hilang dan lepas di dalam tari
paddupa sebagai penyambutan tamu di masyarakat suku bugis makassar.
65
DAFTAR PUSTAKA
Aliah ,Muttafaq. HR Bukhari (5986), lafal ini berasal dari Bukhari. HR Muslim (2557)
Anida.Tari Kreasi Bau Sulawesi SelataN. Ujung Pandang : PT. Sarana Paa Karya,
1975.
Budiono ,Herusatato.Simbolisme Dalam Budaya Jawa.Yogyakarta : PT.
Hanindita Graha Widi, 2001.
Bungin,Burhan .Penelitian Kualitatif .Jakarta : Kencana, 2008.
Bungin,Burhan .Penelitian Kualitatif, edisi kedua .Jakarta :Kencana, 2007 .
Daeng,J,Hans Manusia.Kebudayaan dan Lingkungan .Jakarta : Pustaka Pelajar,
2000.
Djirong ,Agussalim.T,Darmadi. Arifin,Irfan .Ilustarsi Fotografi Desai Gerakan
Tari Paduppa Sebagai Buku Panduan Pembelajaran.Fakultas Seni dan
Desain Universitas Negeri Makassar,2018.
Fitriyani, Islam dan Kebudayaan, (Jurnal ; Al-Ulum, Institut Agama Islam Negeri
Ambon, Vol.12, No. 1, 2012)
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif .Bandung Rosdakarya, 2005 .
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quranul Karim, (Surakarta : Ziyad Books,
2014)
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Al-Karim dan
Terjemahannya, (Surabaya : Halim, 2013)
Manis, Siti.Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial .Makassar : Alauddin
University Press, 2013.
Murgiyanto. Tradisi dan Inovasi .Jakarta : Wedatama Widya Sastra, 1988.
Nata,Abuddin.Metodologi Studi Islam .Jakarta : Rajawali Press, 2010.
Poerwanto,Hari.Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
.Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000.
Pringgodigdo, G,A. Ensiklopedia Umum .Jakarta : Kanisius, 1973.
Rahmat, Buku Dasar Praktek Penelusuran Sumber Sejarah dan Budaya.Jakarta:
Gunadarma Ilmu, Cet I.
Sugiyono.Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kulaitatif
dan R&L.
Suhardi.Nilai-nilai Budaya Pada Upacara Mappaccing di desa Tibona
Kecamatan Bulukumba Kabupaten Bulukumba, skripsi Gowa : Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar , 2016.
Sujarweni,V. Wiratna.Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Baru Press,
2014, Cet I.
Sumaryono.Sebuah Metode Filsafat .Yogyakarta : Kansius, 1999
Soekanto,Soerjono.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada,2002, Cet. 33
Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi . Jakarta : Salemba
Humanika, 2008.
Winagun,Wartaya Masyarakat Bebas Struktur.Yogyakarta : Kanisius, 1990.
Yuliana Wijayanti .Tri, “Seni Tari Dalam Pandangan Islam” Jurnal : Al-Fuad, Vol.2
No.2 (2018)
Zulham,M.Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo,
Jurnal Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2,2018.
Zaini,Syahminan, Tinjauan Analitis tentang iman, islam dan amal. Jakarta : Kalam
Mulia, 1985.
Seputar pengertian. Blongspot. Com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
A. Dokumentasi Wawancara
Menstro Bapak serang dan salah satu pemusik pada awal mula diciptakan
tari paddupa yang sedang melakukan wawancara dengan penulis