Anda di halaman 1dari 88

TARI PADDUPA KHAS MASYARAKAT SUKU BUGIS MAKASSAR

DALAM PENYAMBUTAN TAMU


(Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Islam)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum) Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
NURRAHMAH
NIM: 40200116104

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurrahmah

NIM : 40200116104

Tempat/Tanggal Lahir : Pinrang, 11 Agustus 1998

Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas/Program : Adab dan Humaniora

Alamat : Samata

Judul : Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku Bugis Makassar sebagai

penyambutan tamu ( Tinjaun Nilai-Nilai Budaya Islam)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan penuh sadar bahwa skripsi ini

benar merupakan hasil karya dari saya sendiri. Apalabila dikemudian hari terbukti bahwa

skripsi ini merupakan hasil dari duplikat, plagiat atau tiruan dari orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 2020

Peneliti

Nurrahmah
NIM : 40200116104

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah membaca dan mengoreksi seluruh isi skripsi mahasiswa An.


Nurrahmah NIM 40200116104 dengan judul “Tari Paddupa Khas Masyarakat
Suku Bugis Makassar Dalam Penyambutan Tamu (Tinjauan Nilai-Nilai Budaya
Islam)” maka kami menyatakan layak untuk diajukan ke Ujian Munaqasyah.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. M. Dahlan M, M.Ag. Dr. Rahmawati, MA


NIP: 19541112 197903 1 002 NIP:19690612 199703 1 005

Diketahui oleh
an. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Ketua Jurusa Sejarah dan kebudayaan Islam

Dr. Abu Haif, M.Hum.


NIP. 19691210 1994403 1 005
KATA PENGANTAR

Assalamu A’laikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi Rabbil Alaamiin Segala puji dan rasa syukur kehadirat


Allah SWT. Yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta
salam tak lupa lupa kita curahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing dan mengajarkan kebenaran kepada umat muslim, dan
keluarga seta sahabat yang setia kepadanya.

Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan Allah SWT, Penulis dapat


menyelesaikan tugas dari penyelesaikan program studi S1 yaitu penyusunan
skripsi dengan judul: Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku Bugis Makassar
dalam Penyambutan Tamu (Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Islam)”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas
dari berbagai macam kendala dan halangan yang dipenuhi dengan drama namun
dengan penuh rasa kesabaran, usaha dan memohon doa kepada Allah SWT serta
niat yang baik dan bantuan doa dari orang tua. Dan juga pasrtisipasi dari berbagai
pihak, skripsi tidak dapat terselesaikan seperti yag diharapkan.

Penulis menguacapkan banyak terima kasih kepada kedua Orang Tua


yang sangat saya sayangi, ini semua saya persembahkan untuk mereka. Ayanda
tercinta Rabasang. S.Ag dan Ibunda saya tercinta Hj. Maryam yang telah banyak
membantu saya baik kebutuhan moral dan materi serta yang tidak pernah berhenti
mendoakan dan memberikan semangat, motivasi, arahan serta dukungan kepada
penulis. I Love You So Much Mom and Dad. Serta penulis juga patut
menyampaikan ucapan terimah kasih yang sebesar-besar kepada :

v
1. Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.,
Ph. D dan para Wakil Rektor UIN Alauddin Makassar. Wakil Rektor I Prof. Dr.
H. Mardan M.Ag. Wakil Rektor II UIN Alauddin Makassar Dr. Wahyuddin,
M.Hum. Wakil Rektor III Prof. Dr. H. Darussalam M. Ag. Dan Wakil Rektor IV
Prof. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag.
2. Dr. Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag sebagai Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Alauddin Makassar serta para Wakil Dekan, Wakil Dekan I
Dr. Andi Ibrahim, S.Ag., S.S., M.Pd, Wakil Dekan II Dr. Firdaus, M.Ag dan
Wakil Dekan III H. Muh. Nur Akbar Rasyid., M.Pd., M.Ed., Ph.D
3. Dr. Abu Haig, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Dr. Syamhari, S.Pd., M.Pd sebagai Sekretaris Jurusan Sejarah
dan Kebudayaan Islam.
4. Prof. Dr. H. M. Dahlan. M., M.Ag sebagai pembimbing I dan Dr.
Rahmawati. S.Ag., M.A., sebagai pembimbing II yang sudah sangat membantu
membimbing dengan ikhlas dan meluangkan waktunya dan mengarahakan penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Susmihara, M.Pd sebagai penguji I dan Dr. Abu Haif, M.Hum.,
sebagai penguji II yang telah memberikan kritik dan masukan untuk memperbaiki
skripsi ini.
6. Segenap dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar terutama seluruh dosen Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam yang telah banyak membagikan ilmunya selama proses
perkuliahan. Beserta para karyawan dan staf Fakultas Adab dan Humaniora yang
telah memberikan kontribusinya selama pengurusan sistem akademik yang ada di
Fakultas Adab dan Humaniora.

vi
7. Terimah kasih kepada partner saya selama ini yang sudah banyak
membantu dan memberikan semangat yang semoga tahun depan bisa wisuda.
Aamiin. Dan Terimah Kasih Juga kepada teman-teman kelas AK 5/6 atas waktu
selama kurang lebih 4 tahun ini. Yang namanya pertemuan akan ada kata selamat
tinggal. Semoga yang sudah jadi alumni semoga diberikan terus kesuksesan dan
yang untuk sementara menyusun semoga dimudahkan dan segera menyusul dan
gelarnya dan wisuda. Aamiin.
8. Teman-teman KKN desa Jipang Angkatan 61 UIN Alauddin
Makassar (Selvi, Yusriani Hamsah, Eska, Andi Saddam Reski dan kordes
Mamad) yang telah menjadi teman bermain selama seatap untuk 45 harinya dan
terimah kasih atas kebersamaan, doa dan dukungannya tentunya moment di lokasi
KKN telah memberikan bekas kenangan yang pastinya bakal dirindukan kelak
dan akan menjadi cerita sejarah yang membekas diingatan.
9. Terimah kasih untuk Komunitas Seni Adab (KisSA) senior-senior,
teman-teman dan adik-adik. Terimah kasih yang juga senantiasa membantu
dalam penulisan skripsi ini

10. Terimah kasih banyak untuk para sahabat yang sudah banyak
membantu dan mendoakan, yang tidak pernah hentinya memberikan dorongan
dan semangat untuk penyelesaian skipris.
11. Terimah kasih banyak untuk informan Bapak Serang, Bapak Tutu,
Kak Dwi dan Kak Ayu yang telah bersedia menyediakan waktunya dan
memberikan banyak pengalaman hidup dan informasi yang sangat berguna bagi
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan oleh karena itu, saran serta kritik dari semua pihak

sangat penulis butuhkan untuk kebaikan penulis dan dalam penulisan skripsi dan

vii
semoga segala dukungan dan bantuan dari semua pihak mendapatkan balasan dan
pahala di sisi Allah SWT. Terkahir semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk
semua.
Wassalamualiakum warahmatullah wabarakut.
Makassar, Juli 2020

NURRAHMAH
NIM : 40200116104

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI .................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi
ABSTRAK ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1-11
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tinjaun Pustaka............................................................................. 8
D. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .......................................... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...............................................................12-27

A. Tinjaun Tentang Kebudayaan ...................................................... 12


B. Tinjaun Tentang Seni Tari ........................................................... 16
C. Simbol .......................................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................28-34
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................... 28
B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 29
C. Sumber Data................................................................................. 30
D. Tehnik Pengumpulan Data........................................................... 31
E. Instrumen Penelitian..................................................................... 33

F. Tehnik Pengolahan Data dan Analisis Data................................. 33

ix
BAB IV TARI PADDUPA KHAS MASYARAKAT SUKU BUGIS
MAKASSAR DALAM PENYAMBUTAN TAMU (TINJAUN
NILAI-NILAI BUDAYA ISLAM) ..............................................35-62
A. Historisitas Tari Paddupa Khas Masyarakat Bugis Makassar
Dalam Penyambutan Tamu ......................................................... 35
B. Makna dan Simbol Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku Bugis
Makassar Dalam Penyambutan Tamu ......................................... 42
C. Nilai-Nilai Budaya Islam dalam Tari Paddupa ............................ 56
BAB V PENUTUP .....................................................................................63-65
A. Kesimpulan .................................................................................. 63
B. Implikasi penelitian...................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Baju Bodo..................................................................................... 43
Gambar 2. Sarung Sutra ................................................................................. 43
Gambar 3. Kalung Panjang ............................................................................ 44
Gambar 4. Gelang Panjang ............................................................................ 44
Gambar 5. Anting-anting .............................................................................. 45
Gambar 6. Bando ........................................................................................... 45
Gambar 7. Simatayya ..................................................................................... 46
Gambar 8. Bunga Sanggul ............................................................................. 46
Gambar 9. Sanggul......................................................................................... 47
Gambar 10. Paddupang ................................................................................. 48
Gambar 11. Dupa ........................................................................................... 49
Gambar 12. Daun Sirih .................................................................................. 49
Gambar 13. Pisang ......................................................................................... 50
Gambar 14. Beras........................................................................................... 51
Gambar 15. Bosara......................................................................................... 51

Gambar 16. Gendang ..................................................................................... 52


Gambar 17. Kecapi........................................................................................ 53
Gambar 18. Gong .......................................................................................... 53
Gambar 19. Suling ......................................................................................... 54
Gambar 20. Pui-pui ........................................................................................ 54

xi
ABSTRAK

Nama : Nurrahmah

NIM : 40200116104

Judul Skripsi : Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku Bugis Makassar


Dalam Penyambutan Tamu (Tinjaun Nilai-Nilai Budaya Islam)

Skripsi ini membahas tentang Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku


Bugis Makassar dalam Penyambutan Tamu (Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Islam)
dengan pokok masalah adalah 1) Bagaimana Historisitas Tari Paddupa Pada
Masyarakat Suku Bugis Makassar, 2) Bagaimana Makna Simbol Yang Ada
Dalam Tari Paddupa Dalam Penyambutan Tamu Di Masyarakat Suku Bugis
Makassar, 3) Apa Nilai-Nilai Budaya Islam Yang Terkandung Dalam Tari
Paddupa Dalam Penyambutan Tamu Di Masyarakat Suku Bugis Makassar.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan induktif. Sumber data yang digunakan adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder. Pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan instrumen penelitian
menggunakan buku catatan, pulpen, kamera dan handpone. Adapun teknik
pengelolaan analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data,
verifikasi atau menarik kesimpulan.
1) Historisitas tari paddupa sebagai penyambutan tamu adalah tari
paddupa mulai diciptakan pada tahun 1964 oleh ibu Andi Hanisapada sebagai tari
tradisional suku bugis makassar. Tarian ini ditarikan untuk menyambutan tamu-
tamu dan pada zaman dulu tari ini wajib harus dipersembahan sebelum acara atau
pesta-pesta besar dimulai. Untuk sipenari yang ingin menari harus dalam keadaan
bersih dan suci agar pada saat berlangsung tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan seperti kesurupan. Jadi tarian ini dianggap dulunya tarian yang cukup
sakral karena adanya pemkaran dupa yang dilakukan masayarakat. Namun
sekarang berbeda tari paddupa ini tidak lagi ditarikan menggunakan paddupang
melainkan bosara. 2) Makna dan simbol yang terdapat dalam tari paddupa, yaitu
kostum yang dikenakan oleh penari merupakan pakaian khas suku bugis makassar
yang sudah menjadi salah satu pakaian tertua didunia yaitu baju bodo. Baju bodo
dulunya setiap perempuan yang memakaian masing-masing memiliki status dari
segi warna yang dikenakan misalkan untuk baju bodo yang berwarna merah tua
dikenakan oleh perempuan yang sudah menikah dan untuk penari sendiri baju
bodo yang dikenakan berwarna putih yang memberikan makna suci. Selain dari
kostum aksesoris yang dikenakan adalah bando, kalung, simatayya, sanggung,
anting-anting. Selanjutnya untuk properti yang digunakan adalah sudah terjadi
perubahan dulunya menggunakan dupa serta paddupang (tempat bakar dupa),
lilin, pisang, daun sirih, benno (beras yang disangrai) sekarang yang gunakan
hanya beras dan bosara. Beras dimaknakan sebagai sumber kehidupan manusia.
Untuk alat musik yang dipakai mengiri tari paddupa ada gendang, pui-pui, suling,
gong dan kecapi. 3) Nilai-nilai budaya Islam yag terdapat dari tari paddupa adalah
adanya nilai-nilai saling menghargai dan menghormati sesama. Di Islam kita
sebagai kaum muslimin sangat dianjurkan untuk memuliakan tamu dna tetap
menjaga silatuhrami serta di tari paddupa juga memberikan nilai-nilai budaya
saling kerja sama atau tolong menolong. Untuk berlangsungnya acara dengan baik
maka dibutuhkan kerja sama yang baik dan untuk menampilkan penampilan tari
paddupa yang baik harus memiliki kerja sama antara penari dan pemusik.
Saran dari penulis dalam skripsi ini adalah dalam tradisi tari paddupa
sebagai khas masyarakat Suku Bugis Makassar, sangat perlu dilestarikan agar
tetap bertahan menjadi tari tradisional dan tidak melenceng dari agama niali-nilai
budaya Islam.

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang bukan hanya memiliki kekayaan alam
saja tetapi juga memiliki banyak suku dan kaya akan kebudayaan serta kesenian.
Dengan adanya kebudayaan membuat kita sebagai masyakat Indonesia memiliki
tanggung jawab untuk tetap melindungi dan melestarikan budaya yang telah ada.
Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang senantiasa kita jaga
dan lestarikan dengan turun temurun merupakan gambaran kekayaan bangsa
Indonesia yang menjadi landasan dan modal untuk pembangunan dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia.
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan kebudayaan
sebagai semua yang mencakup hasil karya rasa dan masyarakat. Karya masyarakat
menghasilakan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya, sehingga menjadi kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untk

keperluan masyarakat. 1
Di dalam kebudayaan terdapat hal yang memilki keterkaitan dengan
agama atau kepercayaan yang dapat mengatur kehidupan manusia. Sehingga
agama menjadi salah satu unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial-
budaya bahkan agama sudah menjadi unsur dari kebudayaan. Agama sering kali
juga disangkut pautkan dengan kepercayaan, sementara di Indonesia mayoritas
dari masyarkat memeluk agama Islam secara otomatis kebudayaan yang ada di
Indonesia tidak boleh keluar dari anjuran agama Islam.

1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
2002, Cet. 33), h. 173
2

Kebudayaan yang ada di Indonesia semua merupakan hasil pemikiran dan


karya dari masyarakat dahulu yang terus menerus berproses dan pastinya sekarang
sudah menjadi suatu kebanggan yang dapat disyukuri serta merupakan suatu hal
yang perlu dijaga. Salah satunya suku Bugis-Makassar yang sampai sekarang
masih melestarikan kebudayaan yang mulai ada pada zaman kerajaan dahulu dan
masih bertahan sampai sekarang.
Dalam melestarikan kebudayaan mesti perlu dilakukan agar budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia tidak diklaim oleh budaya dari negara-negara lain.
Selain itu, di era globalisasi saat ini bangsa Indonesia secara perlahan-lahan dapat
meninggalkan ciri-cirinya sebagai bangsa yang berkembang, mulai dari
masyarakat yag tradisional, masyarakat industri hingga menjadi masyarakat yang
lebih maju. Kejadian seperti ini tentunya dapat mempengaruhi perkembangan
kebudayaan itu sendiri, sebab kebudayaan itu dapat bergerak bahkan dapat
berjalan oleh suatu bimbingan tertentu. Agar perkembangan yang lebih bagus,
maka kebudayaan tidak boleh lepas dari peranan anak bangsa khususnya sebagai
mahasiswa sejarah atau sejarawan harus harus ambil andil dalam melestarikan

kebudayaan dan memperkenalkan budaya ke budaya lain.


Kebudayaan Suku Bugis-Makassar yang sudah mulai ada sejak masa
sebelum kemerdekaan sampai pada masa kemerdekaan dan sekarang masih
banyak yang terlestarikan. Bahkan sebelum menyebarnya agama Islam di
Indonesia sudah banyak budaya yang muncul dan masuk di Indoensia namun
sebelum agama Islam itu muncul dan menyebar budaya atau tradisi yang
dilakukan masyarakat masih mengandung unsur-unsur musyrik atau diliuar dari
ajaran Islam. Setelah datangnya Islam maka perlahan-perlahan kebudayaan yang
ada berubah secara berangsur-angsur meninggalkan nilai-nilai diluar kepercayaan

agama Islam. Bisa kita lihat sampai sekarang budaya yang ada baik yang sudah
3

mengalami akulturasi bahkan budaya itu muncul setelah adanya Islam masih
banyak yang dilestariakan salah satunya adalah tradisi dibidang seni tari. Jadi
bukan hanya di daerah Jawa, Bali, Aceh dan derah lain tetapi di Sulawesi-Selatan
sendiri memiliki budaya seni tari yang khas akan suku Bugis-Makassar dan setiap
suku yang ada di Indonesia memeiliki seni tari khas tersendiri.
Seni tari dalam kebudayaan mencakup mengenai ide, aktifitas dan dapat
menjadi simbol sejarah. Seni tari adalah bentuk seni yang dipertunjukkan yang
keberadaannya sudah ada dari zaman dahulu dan masih berkembang sampai saat
ini. Pada zaman dahulu, budaya seni tari ini menjadi suatu hal yang penting dari
berbagai ritual kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan manusia
dan mempertahankan hidup manusia. Berhubungan dengan akhlak, maupun
bentuk ungkapan rasa syukur, menolak ancaman berbahaya yang berbentuk gaib
dan juga suatu bentuk pengakuan bahwa yang bersangkutan sudah menjadi
masyarakat baru dilingkungannya, contohnya seperti tarian dalam ritulan
kelahiran, khitanan, perkawinan sampai kematian. Penjelasan diatas selaras
dengan pemikiran Soedarsono, yang mengatakan bahwa di lingkungan

masyarakat Indonesia yang masih sangat kental nilia-nilai kehidupan agrisnya,


sebagian besar seni budaya tari pentunjukannya memiliki fungsi ritual. 2 Pada
zaman sebelum Islam masuk tarian dapat difungsikan sebagaimana yang sudah
dijelaskan diatas. Namun setelah munculnya agama Islam tarian ini berfungsi
sebagai hiburan dan suatu bentuk keindahan yang memang ada dalam agama
Islam.
Seni dan agama Islam masing-masing bisa mentransendir cahaya
keindahan ilahi dan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada makhluk
ciptaanya. Seni tari Islam dalam mempersembahkan terdapat didalamnya norma-

2
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paddupa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 43.
4

norma Islam. Nilai-nilai ilahiyah dan nilai-nilai yang memiliki makna yang
berkaitan dengan Islam yang dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi
worldview bagi pencipta tari, penari maupun penonton3
Dalam Al-Quran juga sudah dijelaskan mengenai kehidupan manusia
yang diberikan suatu keindahan dimuka bumi ini, sesuai dengan firman Allah
SWT dalam QS. Yunus ayat 24, sebagai berikut:

           

          

           

       

Terjemahan :”Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah


seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah
dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya
ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila
bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya,dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka
pasti menguasasinya,tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di
waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya)
laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-
tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir”.4

Ayat diatas menjelaskan tentang kepada manusialah apa yang Allah


ciptakan apa yang ada dimuka bumi ini dengan cara manusia memandang untuk
menikmati dan melukiskan keindahan itu sesuai dengan perasaannya sendiri.

3
Tri Yuliana Wijayanti, “Seni Tari Dalam Pandangan Islam” Jurnal : Al-Fuad, Vol.2
No.2 (2018), h. 245
4
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quranul Karim, (Surakarta : Ziyad Books,
2014), h.190
5

Dengan itu manusia dapat menciptakan seni boleh dengan perorangan maupun
berkelompok sesuai dengan budayanya, tanpa diberikan batasan kecuali diluar
dari anjuran agama Islam. Bumi berhias sedemikian rupa sebagai buah
keberhasilan manusia yang memperindahnya. Tentu saja ini dorongan nalurinya
untuk menciptkan keindahan. Semua ini merupakan bentuk kebesaran dan
kekuasaan Allah. Mengekspresikan apa yang ada ini merupakan suatu bentuk
pengakuan kita menganai kebesaran Allah salah satunya berbentuk kesenian.
Didalam kesenian terdapat beberapa bagian salah satunya seni tari.

Tari merupakan jenis gerak yang lain dari senam, akrobatik, bela diri.
Didalam seni, tari memiliiki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan seni lainnya.
Seni tari mempunyai unsur-unsur ruang tenaga, dan waktu. Ruang berkaitan
dengan posisi, jangkaun dan tingkatan. Posisi berhubungan dengan arah hadap
dan arah gerak. Sedangkan jangkauan adalah gerak panjang atau pendek, gerak
yang kecil atau besar. Dan tingkatan berhubungan dengan posisi duduk dan level
tinggi posisi kaki dijinjitkan atau cara meloncat-loncat. Untuk tenaga sangat
dibutuhkan dalam seni tari agar tari yang ditampilkan lebih menarik dan kreatif.

Didalam masing-masing daerah yang ada di Indonesia salah satunya


daerah Sulawesi Selatan memiliki seni tari yang berbeda-beda dan telah
mengalami banyak perkembangan dan masih ada sampai sekarang. Tarian daerah
yang ada di suku Bugis-Makassar yang telah ada pada zaman dahulu dan masih
dilestarikan sampai sekarang yang sudah mengalami perkembangan dan memiliki
kemajuan baik dari segi gerakan, perlengkapan, pakaian yang dikenakan, sampai
ke filosofi yang terkandung didalamnya. Tarian tradisional salah satunya yang
masih ada dan masih sering dipentaskan dalam acara-acara kedaerahan sampai

acara-acara nasioanal. Tarian ini sering digunakan dalam penyambutan tamu-tamu


kehormatan, tarian tersebut dikenal dengan Tari Penyambutan atau Tari Paddupa.
6

Tari Paddupa salah satu tarian tradisional yang berasal dari suku Bugis-
Makassar dari Sulawesi-Selatan. Tari paddupa adalah tarian yang dibawakan oleh
gadis-gadis cantik dan diiringi oleh musik tradisional suku Bugis-Makassar
dengan menggunakan musik tradisional. Untuk mengetahui bahwa tarian yang
dipertunjukkan adalah Tari paddupa itu mudah dengan cara memperhatikan
pakaian penarinya.5
Tari Paddupa merupakan tarian yang sangat indah untuk ditonton dan
mempunyai banyak filosofi yang memiliki makna didalamnya, tetapi tidak semua
orang mengetahui akan hal itu. Pemahaman masyarakat mengenai tari paddupa
masih kurang, apalagi untuk kalangan anak remaja masa kini maka disinilah peran
mahasiswa sejarah ataupun sejarawan memperkenalkan mengenai budaya. Zaman
yang sudah modern dengan teknologi yang sangat berkembang dan membuat
tarian tradisoanl tertinggal dengan adanya dance. Tetapi tidak banyak juga
generasi muda yang melestarikan tari-tari tradisonal yang masih juga dibantu oleh
masyarakat-masyarakat dahulu yang masih mampu membantu untuk tetap
menjaga tarian tradisioanl.6 Termasuk dengan budaya tari paddupa.

Pakaian yang dikenakan saat menarikan Tari Paddupa dikenal dengan


pakaian baju Bodo. Jadi baju Bodo merupakan pakaian tradisional khas suku
Bugis-Makassar yang dimana baju Bodo ini sudah ada sejak zaman dahulu kala
dan keberadaannya sudah ada puluhan tahun yang lalu dan sampai sekarang masih
mudah untuk kita dapati. Dalam sejarah pula mencatat bahwa baju Bodo termasuk
merupakan pakaian tertua di dunia. Untuk mengidentifikan Tari paddupa maka
kita lihat pakaian yang dikenakan oleh para penarinya yaitu dengan baju Bodonya

5
Agussalim Djirong, Darmadi.T, Irfan Arifin, “Ilustarsi Fotografi Desai Gerakan Tari
Paddupa Sebagai Buku Panduan Pembelajaran”, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri
Makassar, (2018) : 43
6
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paddupa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 45.
7

dengan dilengkapi dengan hiasan kepala, kalung, gelang dan riasan lainnya dan
yang tidak kalah penting dan tidak boleh tidak ada adalah Bosara.
Tari Paddupa adalah jenis tari yang sering dipertunjukan pada acara
penyambutan tamu kepada tamu kehormatan dalam sebuah acara baik aitu acara
peresmian dapai acara pernikahan, dengan menyuguhkan beberapa hidangan yang
disebut dengan istilah bosara yang diisi dengan kue-kue sebanyak dua kasera.
Bosara merupakan tempat atau wadah yang terbuat dari aluminium dan memiliki
penutup yang terbuat dari kawat yang ditutupi dengan kain. Bosara ini merupakan
ciri khas juga dari daerah suku bugis-makassar yang sudah ada sejak dahulu kala
dan masih banyak didapati sampai sekarang bahkan bosara yang sekarang sudah
mengalami perkembangan pula bahannya bukan hanya dari aluminium namun ada
juga yang terbuat dari plastik.
Dalam tari paddupa ini bosara bukan hanya digunakan sebagai tempat
menyajikan kue-kue tradisional namun juga digunakan di dalam tari paddupa
namun ukuran yang digunakan lebih kecil dan diisi dengan beras. Bosara ini
merupakan bagian terpenting dari tari paddupa pada penyambutan tamu yang ada

di suku bugis-makassar selain dari pakaian baju bodo yang dipakai.


Dengan banyak simbol-simbol yang terdapat dalam tari paddupa maka
perlu untuk mengetahui apa makna dari setiap simbol yang ada pada tari paddupa
yang sebagai bentuk penghormatan kepada tamu-tamu terhormat di suku Bugis-
Makassar. maka dari itu bagi penulis menarik untuk mengangkat sebuah tulisan
yang berjudul “ Tari Paddupa Khas Masyarakat Bugis Makassar sebagai
Penyambutan Tamu (Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Islam)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun pokok masalah bagaimana Tari Paddupa

Khas Masyarakat Bugis Makassar sebagai Penyambutan Tamu dari pokok


8

masalah tersebut. Adapun sub-sub masalah dalam penyusunan skripsi, yaitu


sebagai berikut :
1. Bagaimana historisitas tari paddupa pada masyarakat suku Bugis
Makassar ?
2. Bagaimana makna simbol yang ada dalam tari paddupa pada penyambutan
tamu di suku bugis makassar?
3. Apa nilai-nalai budaya Islam yang terkandung dalam tari paddupa dalam
penyambutan tamu di suku bugis makassar?
C. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan usaha untuk menemukan tulisan yang
mempunya kaitan dengan judul skripsi ini, setrta merupakan tahap pengumpulan
data yang tidak lain tujuannya adalah agar memeriksa apakah sebelumnya sudah
pernah ada yang meneliti masalah ini dan juga untuk membantu penulisan dalam
menemukan data sebagai bahan pertimbangan supaya data yang dikaji bisa lebih
jelas.
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunkan beberapa literatur

sebagai bahan acuan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Adapun yang menjadi
acuan dan dianggap relevan dengan objek penlitian ini antaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaelah dengan judul “makna
simbolik pakaian adat pengantin bugis Sinjai Sulawesi Selatan (tinjaun
Sosial Budaya)” penelitian ini membahas mengenai makna simbol
pakaian adat pengantin yang mempunyai aturan-aturan tertentu dan
model yang memiliki makna serta bagaimana cara memakainya dan
digunakan pada waktu tertentu. Persamaan dengan penelitian penulis
yaitu sama-sama mengungkapkan tentang simbol atau makna dalam

suatu objek kebudayaan namun yang menjadi perbedaannya adalah


9

objek yang diteliti. Peneliti sendiri menungkapkan makna simbol


pakaian adat penganti bugis sinjai yang berkaitan dengan nilai-nilai
budaya dalam tradisi mereka.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhardi Rappe pada tahun 2016 dengan
judul “Nilai-Nilai budaya Pada Upacara Mappacing di Desa Tibona
Kecamatan Bulukumba Kabupaten Bulukumba” penelitian ini
membahas mengenai sebuah tradisi yang mengandung banyak nilai-
nilai budaya yang miliki makna kesucia dan kebersihan bagi
masyarakat.
3. Penelitian yang dilakukan oleh M.Zulham pada tahun 2018 dengan
judul jurnal “Makna Simbol Tari Paddupa (Tari Selamat Datang) Kota
Palopo” penelitian ini membahas tentang makna simbol tari paddupa
yang dimana tari paddupa di kota Palopo diciptakan pada tahun 1961
dan didalam tari memiliki makna yang terlebih dahulu kita lihat dari
segi musik dan lagunya yang dimana memiliki hentakan ceria dan dari
segi penari yang membawakan tari dengan senyuman harapan tamu-

tamu disambut bisa meninggalkan sifat-safat buruk dan hal yang baik
menghampirnya.
4. Penelitian dilakukan oleh Jamilah pada tahun 2018 dengan judul jurnal
“Pertunjukan Paddupa Pada Upacara Perkawinan di Sulawesi Selatan”
penelitian ini membahas tentang tari paddupa yang digunakan untu
menyambut tamu-tamu di acara perkawinan. Tari paddupa ditarikan
untuk menyambut pengantin laki-laki di resepsi mempelai penganti
perempuan dan juga sering ditarikan untuk mengantar kedua mempelai
keatas pelaminan.

D. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus


1. Fokus Penelitian
10

Penelitian ini memfokuskan pada tari paddupa khas masyarakat bugis dan
Makassar sebagai penyambutan tamu untuk memberikan penafsiran mengenai
makna-makna yang terkandung pada tari paddupa dalam penyambutan tamu bagi
masyarakat Bugis Makassar.

2. Deskripsi Fokus

Tari paddupa adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari suku
Bugis-Makassar dari Sulawesi-Selatan. Tari paddupa adalah tarian yang
dibawakan oleh gadis-gadis cantik dan diiringi oleh musik tradisional suku
Bugis-Makassar dengan menggunakan musik tradisional. Untuk mengetahui
bahwa tarian yang dipertunjukkan adalah Tari paddupa itu mudah dengan cara
memperhatikan pakaian penarinya.7

Penyambutan tamu adalah proses cara memberikan suatu penghormatakan


atau menghargainya sesama manusia dengan memberikan sebuah jamuan terhapat
orang yang dapat bertamu atau tamu undangan dalam suatu acara yang
memberikan kesan dan menambah rasa kekeluargaan dengan adanya silurahmi

yang dilakukan.

Suku Bugis-Makassar adalah suku yang ada di Indonesia yang berada di


provinsi sulawesi selatan yang memiliki banyak kebudayaan yang masih banyak
dilestarikan sampai sekarang salah satunya adalah tarian khususnya Tari Paddupa.

E. Tujuan dan Kegunaan penelitian


1. Tujuan Penelitian

7
Agussalim Djirong, Darmadi.T, Irfan Arifin, “Ilustarsi Fotografi Desai Gerakan Tari
Paddupa Sebagai Buku Panduan Pembelajaran”, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri
Makassar, (2018) : 43
11

a. Untuk mengetahui historisitas tari paddupa khas masyarakat Bugis


Makassar sebagai penyambutan tamu.
b. Untuk memahami makna simbol yang ada pada tari paddupa khas
masyarakat Bugis Makassar sebagai penyambutan tamu.
c. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Islam yang terkandung dalam
tari paddupa sebagai penyambutan tamu bagi masyarakat Bugis
Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagai
para pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti
yang lainnya dan semoga dapat menambah ragam penelitian mengenai
kebudayaan, khusunya tradisi yang ada di suku Bugis- Makassar
terlebih lagi dalam penelitian mengenai budaya tari tradisional agar
seni tari tetap terlestarikan dan tidak mati akibat adanya budaya barat
yang semakin merajarela dan dengan zaman yang semakin modern.

b. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam tari Paddupa dalam penyambutan tamu
2) Penelitian ini diharapkan agar dapat berguna bagi masyarakat
khusus generasi muda yang akan tetap melestarikan budaya dan
untuk masyakat yang belum banyak kenal mengenai tari paddupa
bosara dalam penyambutan tamu.
12

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Kebudayaan


1. Pengetian Kebudayaan

Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Innggris, berasal dari kata
kerja dalam bahasa Latin colere yang berarti bercocok tanam dan bahkan dalam
kalangan penulis pemeluk agama Kristen istilah cultura juga bisa diartikan
sebagai sembahyang atau ibadah (worship). Dalam bahasa Indonesia, kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
kata buddhi (budi atau akal), dan ada kalanya juga diartikan bahwa kata budaya
merupakan perkembangan dari kata majemuk ‘budi-daya’ yang artinya daya dari
budi, yaitu berupa cipta, rasa dan karsa. Karenanya ada juga yang mengartikan
bahwa kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa. Lebih lanjut
Koentjaranigrat (1984:180-181) sendiri mengatakan kebudayaan adalah
“keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri mausia dengan belajar”.1

Menurut ilmu antropologi kebudayaan merupakan sistem gagasan,


perilaku dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar (Koentjaranigrat, 2009). Hal demikian berarti
bahwa hampir semua tindakan manusia merupakan kebudayaan karena hanya
sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu
dibiasakan dengan belajar, yaitu beberapa tindakan naluri, beberapa refle atau
kelakuan membabi buta.

1
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000), h.51-52
13

Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang


bersangkutan dengan akal”. Ada juga sarjana lain yang mengungkapkan budi-
daya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan “budaya dan
kebudayaan”. Demikianlah “budaya” merupakan “daya dan budi” yang berupa
cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari cipta , karsa
dan rasa itu. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu dihilangkan. Kata
“budaya” disini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saa dari kata “kebudayaa”
dengan arti yang sama.2

Negara Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak beragam budaya


dan tidak lepas dari budaya lokal. Budaya lokal adalah sebuah budaya asli yang
dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang biasa masyarakat lakukan dan lestarikan
sehingga menjadi ciri khas masyrakat tersebut.

Dalam pemakaian kata kebudayaan dan budaya dianggap mempunya


kesamaan dalam ruang lingkup, sedangkan itu juga sering didapatkan kesalahan
pemakaian kata karena kesalahan dalam menerjemahkan kata kebudayaan dengan

kata budaya. istilahculture diartikan sebagai kebudayaan sedangkan kata cultural


diartikan budaya. padahal arti yang sebenarnya adalah culture diartikan budaya
sedangkan cultural diartikan kebudayaan. Selain itu, sering juga ditemui untuk
pemakaian kata kultur yang seakan-akan sama artinya dengan cultural atau
kebudayaan. Dalam hal ini, menggunakan istilah kultural bukan diterjemahkab
budaya dan istilah kultur tidak juga bida diterjemahkan sebagai kebudayaan.
Sepertinya, pemakaian kedua istilah tadi biasanya masih randu karena istilah
culture lebih diterjemahkan kebudayaan sedangakan cultural diterjemahkan
budaya. sebaliknya ada juga yang menerjemahkan kata culture sebagai budaya

2
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 45-46
14

sedangkan kata cultural dengan kebudayaan karena cultural merupakan ajactive


dari culture.3

Disisi lain mengenai istilah kebudayaan ada pula muncul istilah peradaban.
Istilah tersebut sering digunakan untuk menyebut bagian dan unsur dari
kebudayaan yang halus, indah, dan maju, misalnya :kesenian, ilmu pengetahuan,
adat sopan santun pergaulan, kecerdasan dalam hal menulis, organisasi
kenegaraan dan lain sebagainya. Istilah peradaban sering kali juga dipakai untuk
menyebur suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan,
ilmu pengetahuan, seni rupa dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang
maju dan juga kompleks.4

Konsep kebudayaan yang berkembang di kalangan ahli antropologi, juga


telah mengalami perkembangan diberbagai bidang pemikiran, meskipun masih
sering ditemui belum ada yang konsistensi penggunaanya, terutama dalam
penggunaanya masih terdapat pemikiran yang kurang jelas. Seperti, Roger M.
Keesing (1981) dan Goodenough (1957, 1961) mengungkapkan bahwa dalam

konteks pengertian serta pemakaiannya sering kali masih kabur, contohnya dalam
hal membedakan antara pola untuk perilaku dan pola dari perilaku. Kebudayaan
sebagai pola untuk perilaku merupakan mengacu pada pola kehiudpan suatu
masyarakat yaitu berupa berbagai kegiatan atau bentu-bentuk pengaturan metarial
dan sosial. Pada pengertian yang kedua, merupakan berupa pemikiran yang
mengau pada sistem pengetahuan dan keyakinan, yang menjadi pedoman untuk
mengatur tindakan mereka.5

3
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000), h. 57
4
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 45-46
5
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000), h. 56-57
15

2. Wujud kebudayaan

Seorang ahli sosiologi bernama Talcott Parsons bersama dengan seorang


ahli antropologi A.L Kroeber pernah menganjurkan agar membedakan wujud
kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan
sebagai rangkaian dari tindakan dan aktivitas yang berpola. Ada tiga gejala
kebudayaan, yaitu :

a. Ideas adalah suatu gagasan atau pemikiran maupun rencana


b. Activities adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan
c. Artifacts adalah suatu benda atau barang-barang ari hasil
kercerdasan manusia.

Dalam kebudayan terdapat tiga wujud, yaitu sebagai berikut :

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide, nilai,


norma, aturan serta lain sebagainya.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks mengenai
aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya dari


manusia.6

Jadi untuk mengetahui kebudayaan maka perlu memperhatikan tiga wuju


kebudayaan tersebut untuk lebih memahami apa sebenarnya dari kebudayaan.

6
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 46-47
16

3. Islam dan Kebudayaan

Islam merupakan sebuah hukum agama. Hukum agama yang didatangkan


oleh Allah SWT, lewat wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
dengan tujuan agar kaum muslim melaksanakaanya tanpa terkecuali, dan tidak
dikurangi sedikit pun mengenai perintah Allah Sw, Sehingga sifat dasar dari Islam
merupakan pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang serba legal
formalistik. Islam harusnya diterima secara utuh, dalam arti semua aturan-
aturannya dilakukan dalam kehidupan semua manusia. 7

Dalam Islam terdapat dua pola hubungan yang pertama hubungan kepada
Allah Swt dan yang kedua adalah hubungan kepada sesama manusia. Dari pola
hubungan manusia ini yang menjadi wadah dari kebudayaan.

Jadi aspek Islam terdapat dua bagian, yaitu segi agama dan segi
kebudayaan. Dalam artian, ada agama Islam dan ada kebudayaan Islam. Dalam
pandangan ilmiah, antara agama Islam dan Kebudayaan Islam dapat dibedakan
tetapi dalam pandangan Islam tidak mungkin dipisahkan jadi masing-masing

memiliki keterkaitan. Dari kacamata kebudayaan, dalam melakukan hubungan


masyarakat, berinteraksi terhadap masyarakat dan saling menghargai, ini termasuk
kebudayaan. Dalam hubungan manusia dengan tuhan, manusia mematuhi anjuran
dan larangannya.8

B. Tinjauan Tentang Seni Tari


1. Pengertian Seni

7
Abdurrahman Wahid, Pergaulan Negara,Agama, dan Kebudayaan, (Depok : Desantara,
Cet. II, 2001), h. 10.
8
Fitriyani, Islam dan Kebudayaan, (Jurnal ; Al-Ulum, Institut Agama Islam Negeri
Ambon, Vol.12, No. 1, 2012), h.134.
17

Poespowardojo mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan semua


proses dan hasil perkembangan manusia yang dibawa dari generasi ke generasi
agar kehidupan manusa menjadi lebih baik lagi.9 Jika kebudayaan bisa tumbuh
dan mengalami perkembangan, maka tradisi juga berkembang, tetapi tradisi bukan
suatu hal yang dapat dibongkar atau diingkari dengan mudah. Murgiyanto
mengemukakan bahwa “Kita semua berasal dari tradisi, bahkan seseorang yang
menolak tradisi sekalipun, sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau, pada
akhirnya akan terbawa mengikuti semua perkembangan tradisi. Maka di dalam
tradisi memang dtemui aturan-aturan yang mengikat dan ketat tetapi aturan
tersebut tidak menjadi sebuha perangkap. Seni tradisi memang tidak melimpah
dengan inovas seperti halnya seni modern tetapi tidak berarti bahwa seni tradisi
tidak memberikan kesempatan pada perkembangan daya kreasi.10

Dalam ensiklopedia umum seni merupakan penjelmaan rasa indah yang


terkandung dalam hati orang yang dilahirkan dengan perantaraan alat-alat
komunikasi melalui bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran (seni
suara), penglihatan (seni lukis), atau yang dilahirkan oleh peranteraan gerak (seni

tari atau drama).11

2. Pengetian Tari

Tari merupakan salah satu jenis gerak selain senam, akrobatik, bela diri
atau pantomime. Dalam tari terdapat istilah tari tradisional, tari tradisional
termasuk tari tradisional di Sulawesi Selatan, adalah suatu bentuk tari yang
mengandung nilai-nilai leluhur didalamnya, bermutu tinggi yang di bentuk dalam
pola-pola gerak yang telah ditentukan dan terkait, telah berkembang dari

9
J. Hans Daeng, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2000),
h. 45
10
Murgiyanto, Tradisi dan Inovasi (Jakarta : Wedatama Widya Sastra, 1988), h.11
11
G.A. Pringgodigdo, Ensiklopedia Umum (Jakarta : Kanisius, 1973), h.103
18

generasike generasi dan mengandung pun nilai-nilai filosifi yang dalam, simbol,
religious dan tradisi yang tetap.

Didalam tari tradisional hal yang menjadi dasar utama adalah susunan dan
koreografinya dalam wujud yang sangat indah. Untuk mempelajarinya harus
dihafalkan ragam-ragamnya disisi lain irama music juga harus diperlajari untuk
mengiringi tarian. Pada umumnya tari tradisional di Sulawesi Selatan seperti pui-
pui, gendang, dengkang (gong), anak backing dan lain sebagainya. Daerah ini
karawitan sering disebut bunyi-bunyi karena instrumennya tidak melahirkan bunyi
dalam wujud nada, sehingga sangat berbeda dengan karawitan Jawa yang dimana
gamelan ketika ditabu iramanya terdengar jelas, ada yang larasnya salendro.
Bunyi-bunyian merupakan sebagai pengiring tari tradisional di Sulawesi Selatan
penggunanya sangat dibatasi karena tiap tari tradisional mempunyai irama yang
tersendiri atau cara memukul atau menabuhnya juga berbeda-beda, misalnya cara
tabuhan gendang bagi Tari Pajga berbeda degan cara tabuhan tari patuddu,
demikian juga bagi tari pagellu dan lain sebagainya.

Irama gendang sama keterikannya dengan gerakan-gerakan tarinya,


dimana bunyi yang dilahirkan merupakan suatu ciri khas dari daerah mana tari itu
berasal. Dari perkembangan tari dari generasi ke generasi, khusunya daerah
Sulawesi Selatan, diketahui bermaam-maam tari tradisioanal, yang dimana isi
makna dan tujuannya melambangkan falsafalah kehidupan masyarakat. Itulah
sebabnya hampir seluruh tari tradisional yang ada di daerah Sulawesi Selatan
tidak banyak mengandung unsur bentuk tari pertunjukan karena seluruh
peralihannya berhubungan erat dengan kehidupan tradisional masyarakatnya.12

12
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 48-49
19

Peranan tari sangatlah penting dalam kehidupan manusia, dalam bagai


acara yang ada dalam kehidupan manusia sebagaian memanfaat tarian untuk
medukung prosesi aara sesuai kebutuhannya. Masyarakat membutuhkan bukan
hanya sebagai kepuasan estetis, melainkan juga untuk keperluan upacara agama
dan adat.

Di dalam konteksnya, terdapat beberapa unsur gerak tari yang tampak


meliputi gerak, ritme dan bunyi music, dan unsur pendukung lainnya. Di tari
dapat menjadi bentuk pengalam gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia,
dengan kata lain suau media ungkapan tari yang berupa keinginan atau hasrat
berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata dan
gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh atau gesture. Makna yang
diungkapkan dapat diartikan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan
tubuh memungkin penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari yang
elemen utamanya berupa geraka tubuh yang didukug oleh banya unsur yang
secara langsung dapat ditonton atau dinikmati diatas panggung.

3. Seni tari

Seni tari adalah salah satu bentuk seni pertunjukkan yang sudah ada sejak
lama keberadaanya atau telah muncul dari zaman dahulu dan mengalami
perkembangan hingga saat ini. Pada zaman dahulu kala, seni tari menjadi bagian
terpenting dari berbagai ritual kehidupan masyarakat yang berkaitan penting
dengan siklus hidup manusia dan bagimana mempertahankan kehidupan hidup
manusia. Hubungan dengan tingkah laku atau perilaku,khususnya individu
maupun sebagai ungkapan syukur, menolak ancaman bahaya gaib baik dari luar
maupun lingkungan sekitar mereka, dan sebagai pengakuaan bahwa yang

bersangkutan telah menjadi warga baru dalam lingkungan sosialnya, misalya


20

seperti tarian dalam ritual kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian.


Ungkapan diatas selaras dengan pendapat Soedarsono, yang mengatakan bahwa
lingkungan masyarakat Indonesia yang masih sangat kental nilai-nilai kehidupan.

Seni tari secara umum mempunyai beberapa aspek gerak, ritmis,


keindahan dan ekspresi. Selain itu juga, seni tari mempunyai unsur-unsur ruang,
tenaga dan waktu. Dimana ruang berkaitan dengan posisi, tingkatan dan
jangkauan. Sedangkan posisi berkaitan dengan arah hadap dan arah gerak. Arah
hadap, misalkan menghadap ke depan , kebelakang serong kanan dan serong kiri,
arah gerak, contohnya menuju kedapan, ke belakang, memutar atau zigzag.
Tingkatan berkaitan dengan tinggi rendahnya gaya duduk dan level tinggi dengan
posisi kaki dijinjitkan atau dengan meloncat-loncat. Jangkauan berkaitan dengan
gerak yang panjang atau pendek, gerak lebar atau keil. Tenaga sangat dibutuhkan
dalam seni tari karena engan tenaga, tari yang ditampilkan lebih kreatif. 13

Dalam setiap definisi berbeda-beda mengenai seni tari, tergantung dari


berbagai maam sudut pandang sesorang. Sei tari dapat mewujudkan kesenian dan

kesenangan, namun keduanya meiliki hubungan dan perbedaan, seperti yang


diungkapkan oleh K.H. Dewantoro, seni tari adalah mengajarkan anak-anak pada
kehalusan , ketekunan, keterampilan dan penguasaan diri. Semua ini berguna bagi
kehiudapan mereka dikemudian hari. Kesenian dan kesenangan itu sangat erat
kaitannya tetapi kesenian dapat menghaluskan jiwa seseorang oleh karena itu
haruslah bisa dibedakan.14

13
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 46-47
14
Anida, Tari Kreasi Bau Sulawesi Selatan, (Ujung Pandang : PT. Sarana Paa Karya,
1975) h. 3
21

Seni tari juga sangat berhubugan dengan rasa danemosi, tidak dengan
kekuatan otot. Gerakan yang dikendalikan dan diatur dengan tenaga yang
berbeda-beda yang akan memberikan kesan yang lebih mendalam atau kesannya
langsung sampai dihati penonton, bukan hanya bagi penonton namun juga bagi si
penari. Jenis dan peran seni tari dalam konteks masyarakat dan budaya seni tari
sagat berkaitan dengan kondisi masyarakat dan budaya setempat.

Oleh sebab itu, fungsi peranan dan jenis-jenisnya pun sangat berkaitan
dengan masyarakat dan budaya setempat. Bahkan pada perkembangannya, seni
tari tetap dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dan budayanya sendiri.
Peranan dan fungsi seni tari sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki beberapa
fungsi, yaitu seni tari sebagai sarana upacara, seni tari sebagai media pergaulan,
seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari sebagai
penyaluran terapi, seni tari sebagai pertunjukan dan seni tari sebagai media
katarsis.

a. Seni tari sebagai hiburan. Tari sebagai hibur an mesti bervariasi

sehingga tidak menjemukan dan menjenuhkan. Oleh sebab itu, jenis tari
ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk,
diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan dan kostum serta tata
penggungnya dipersiapkan dengan cara semenarik mungkin.
b. Seni tari sebagai sarana upacara. Tari dapat juga digunakan sebagai
sarana upacara. Jenis tari ini mempunyai banyak jenisnya, seperti tari
untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan
manusia.15

15
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018), h. 47-48
22

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan seni tari adalah salah
satu cabang seni yang cukup mengalami perkembangan diberbagai kebudayaan
Indonesia dalam mengekspresikan jiwa manusia melalui gerak-gerak yang sejalan
dengan music. Dimana upacara dapat ditampilkan pada upacara adat, religi,
sekedar hiburan maupun dalam hal lainlain.

4. Seni Tari dalam pandangan Islam

Seni tari dalam Islam berdeda dengan seni tari barat. Seni tari Islam dalam
aplilkasinya selalu berpijak pada norma-norma Islam. Tarian dalam Islam
memberikan nilai kepuasan bathiniah bagi manusia yang bernilai positif dan dapat
melihat kekuasaan Allah.

Di dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa Islam adalah agama fitrah. Hal


hasil dari ini, bahwa islam mendukung kesenian selama ekspresi dari kesenian dan
manifestasi kesenian tersebut lahir dan mendukung firtah manusia yang suci. Oleh
sebab itu, islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia. Fungsi dan tujuan snei
dalam islam adalah sebagai penopang serta pembantu ajaran Al-Quran yang

membawa pada diri manusia untuk menyadari kesadarannya terhadap kebesaran


dan kuasa Allah melalui keindahan yang berbentuk bunyi, warna yang menarik.
Sehingga, seni mampu membawa manusia pada yang tak ada batasnya dan
berperilaku sebagai sarana untuk mendapatkan yang benar.

Peradaban Islam dengan berbagai wujudnya termasuk seni tari tersusun dari
unsur-unsur tauhid yang saling memiliki hubungan dan saling berkesinambungan,
23

baik itu nilai-nilai insaniyah (antropologi) dan alamiah (kosmologis) sebagai basis
praksis operasionalnya. 16

5. Tari Paddupa

Tari paduppa adalah salah satu tarian yang menggambarkan orang suku
bugis makassar sedang kedatangan tamu atau bisa dikatakan dengan sebagai tarian
selamat datang bagi suku bugis makassar. bagi masyarakat bugis makassar apabila
melakukan sebuah acara dan tradisi dan kedatangan tamu maka mereka akan
menyuguhkan bosara yang merupapakan sebagai tanda kehormatan yang diisikan
kue khasnya sedangkan bosara yang digunakan untuk menari diisi dengan beras.
Tarian paduppa biasanya dibawakan oleh wanita-wanita manis dengan
menggunakan pakaian baju bodo dan hiasan rambut atau bando, anting, dan
pingiran lengan pergelangan tangan yang sangat glamor. Baju bodo merupakan
pakaian yang sangat tua di dunia yang memiliki lengan pendek dan persegi empat.
Tarian ini dibawakan oleh gadis-gadis cantik yang diiringi dengan musik khas
Sulawesi Selatan dengan alat musik gendang Makassar, pui-pui, suling dan
kecapi.17

C. Simbol

Setiap tradisi yag ada pada suku bangsa kebanyakan mempuyai berbagai
macam simbol-simbol yang disertakan di dalam tradisi tersebut, dari berbagai
macam simbol biasanya memiliki makna. Disini makna dapat di artikan sebagai
arti dari sebuah kata dan benda. Makna ada pada saat bahasa kita pergunakan,
karena fungsi bahasa dalam berkomunikasi dan proses berfikir, serta khususnya
dalam persoalan yang berhubungan dengan bagaimana mengidentifakasi,

16
Tri Yuliana Wijayanti, “Seni Tari Dalam Pandangan Islam” Jurnal : Al-Fuad, Vol.2
No.2 (2018), h. 247-248
17
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018), h. 49
24

menyakini dan memahami. Makna juga dapat diartikan sebagai kata yang
terselubung dari sebuah benda atau kata, sehingga makna pada dasarnya lebih
dari sekedar arti. Makna tidak hanya terlihat dari bentuk benda atau katanya,
karena makna yang ada dalam kata ataupun benda sifatnya terselubung.18

Dari sudut etimologi simbol berasal dari kata symbollein (Yunani) yang
artinya bertemu, kata ini kemudian diartikan lebih luas menjadi kata symbola
yang artinya tanda yang mengidentifikasi yang membandingkan atau
mencocokan sesuatu kepada bagian yang telah ada. Sedangkan simbol dalam
pengertian yang sederhana adalah istilah umum untuk berbagai hal yang
diperoleh melalui berbagai pengalaman yang dimaa suatu objek, kata, tindakan,
gambar atau perilaku yang kompleks dipahami yang tidak terbatas pada makna
yang dimilikinya tetapi juga dalam berbagai gagasan atau perasaan yang lain.
Dengan demikian, keberadaan simbol tidak hanya dapaat diartikan sebagai
sebuah gambar atau lambang kosong saja.19

Makna adalah arti atau pengertian yang sangat erat kaitanya dengan antara

tanda atau bentuk yang berupa bunyi, lambang, ujaran dengan hal atau benda
yang dimaksudkan, menurut Ariftanto dan Maimunah. Sedangkan simbol
menurut arti kamus, yaitu :

a. Sesuatu seperti tanda (lukisan, kencana dan sebagainya ) yang


mengandung suatu makna tertentu, misalnya warna putih itu
lambangnya kesucian sedangkan gambaran padi sebagai lambang
kemakmuran.

18
Sumaryono, “Sebuah Metode Filsafat ( Yogyakarta : Kansius, 1999), h. 131
19
Suhardi, Nilai-nilai Budaya Pada Upacara Mappaccing di desa Tibona Kecamatan
Bulukumba Kabupaten Bulukumba, skripsi Gowa : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin
Makassar , 2016). h. 12-13.
25

b. Tanda pengenal yang tetap (maksudnya yang menyatakan sifat,


keadaan dan sebagianya) misalnya pei putih dan sorban adalah lambang
haji.

Simbol adalah tanda yang penanda atau petandanya tidak menunjukkan


adanya hubungan alamiah. Hubungan yaitu bersifat arbitrer (sewenang-wenang
semau-maunya) berdasarkan konvensi (kebiasaan atau perjanjian masyarakat).
Jadi hubungan antara petanda dengan penanda bersifat konvensional, maksudnya
ditentukan oleh konvensi.

Jikalau suatu tanda atau lambang maupun benda langsung memiliki


pengertian, maka simbol akan langsung menghendaki pemikiran terlebih dahulu
untuk mengetahuinya atau memahaminya, itulah alasannya lambang dapat
ditafsirkan bermacam-macam dan terikat pada konteksnya, contohnya kalau
seseorang memperhatikan lambang atau simbol, tentu dia tidak lansung mengerti,
ia harus berfikir dan mempertanyakan apa maksud dan makna dari simol dan
lambang tersebut.

Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa lambang atau simbol
mempunyai hubungan tidak langsung dengan realita. Tanda dalam bentuk huruf-
huruf disebut lambang atau simbol. Lambang adalah fakta ayng dapat didudukan
secara isolative terlepas dari kaitannya dengan penafsiran pemakaiannya. Selain
itu, lambang juga berpau pada gejala yang lebih luas dari pada simbol verbal
(secara lisan). Dengan ini lambang biasanya dimaknai sebagai bentuk yang
mempunyai implikasi.

Rujukan dapat berbentuk apapun yang dapat dipikirkan dalam pengalaman

manusia. Misalkan kita dapat menunjuk pohon ataupun bintang sebagai simbol,
26

tetapi kita juga bisa menunjuk makhluk-makhluk mistis yang belum pernah
dirasakan sebelumnya. Kita bahkan merujuk simbol-simbol lainnya dan
menjadikan rujukan dalam rantai makna yang tidak ada hentinya.20

Turner dalam Wartaya melihat begitu penting peranan simbol dalam


masyarakat karena sistem simbol merupakan simbol dimana sipemilik
kebudayaan menciptakan dan mewariskan kebudayaannya dari generasi ke
generasi berikutnya. Dari penggunakan simbol inilah yang mampu membedakan
proses belajar manusia dengan binatang karena manusia memiliki kemapuan
untuk menciptakan dan memanfaatkan berbagai simbol dalam kehidupannya. 21
Dalam menafsirkan suatu simbol, Tuner mengungkapkan adanya tiga
dimensi arti simbol, yaitu :
1. Tingkat dimensi eksegenetik, interprestasi masyrakat bumi pemakai
simbol.
Tingkat ini diistilahkan juga sebagai tingkat penafsiran makna.
Penafsiran makna didapatkan dari informan-informan pemilik simbol tentang
tingkah laku tradisinya. Disini harus mampu dibedakan lagi yang mana

informasi yang diberikan oleh meraka yang ahli dan orang yang awam, dan
dibutuhkan kehati-hatian agar memastikan apakah suatu penjelasan yang
diberikan benar-benar mewakili atau hanya pemahaman personal saja.
2. Tingkat makna operasional
Dalam tingkat ini kita tidak diperbolehkan hanya mendengar apa yang
dikatakan oleh sipemilik simbol saja tentang makna suatu simbol, tetapi perlu juga
mengamati apa yang sedang mereka lakukan. Peranan interprestasi dari pihak

20
M.Zulham, “Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo, Jurnal
Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2 (2018): h. 50-51
21
Wartaya Winagun, Masyarakat Bebas Struktur (Yogyakarta : Kanisius, 1990 ), h. 18-19
27

peneliti diperlukan hal ini karena ada hal-hal yang kadang tidak diungkapkan
secara sebenar-benarnya, sebab kadang-kadang mereka tidak sungguh
melakukannya, namun bisa saja orang dapat memanipulasi simbol-simbol yang
mereka ciptakan. Tingkat makna operasional ini berhubungan dengan masalah-
masalah dinamika sosial.
3. Tingkat makna posisional.
Pada tingkat ini makna dalam suatu simbol dapat dilihat secara totalitas,
berhubungan dengan simbol yang lain dan elemen-elemennya mampu
memperoleh arti dari sitem sebagai suatu keseluruhan, ini berkaitan dengan sifat
simbol yang polisemi atau multi vocal, yaitu bahwa dalam suatu simbol
mempunyai keanekaan makna, tapi berdasarkan atas konteksnya mungkin penting
untuk menekankan suatu atau beberapa makna saja.
Ketiga tingkatan simbol ini dipakai semuanya, karna ketiganya saling
menunjang dan melengkapi. Pendekatan lain juga digunakan oleh Turner yang
disebut sebagai “Procesual symbology” , yaitu kajian tentag bagaimana simbol
mampu menggerakan tindakan sosial dan melalui proses yang bagaimana simbol

memdapatkan dan memberikan arti kepada masyrakat dan pribadi, dengan cara
lewat pendekatan ini kita dapat melihat bagaimana masyrakat menjalankan,
melanggar dan memanipulasi norma-norma dan nilai-nilai yang diberikan oleh
simbol untuk kepentingan mereka.22 Pendekatan ini mampu memberikan atau
mengungkapkan arti-arti simbol dan selanjutnya mengetahui pikiran atau ide-ide
mereka.

22
Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi ( Jakarta : Salemba
Humanika, 2008), h.44
28

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Metodologi merupakan suatu cara atau aturan yang kita gunakan untuk
mendekati promblem dan mencari jawaban atau informasi. Dengan ini,
metodologi penelitian merupakan bentuk pendekatan umum untuk mengkaji suatu
topik penelitian. Rangkaian yang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dipenelitian ini adalah jika dilihat dari
bidang kajian adalah penelitian budaya, dilihat dari sisi tempat adalah penelitian
lapangan sedangkan diliat dari aspek yang dikaji adalah deskripsi kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur dalam meneliti yang menghasilkan data deskriptif yang
berbentuk tulisan ataupun ucapan dan perilaku orang-orang yang telah diamati.

Pendekatan kualitatif mampu menghasilkan uraian yang lebih mendalam tentang


ucapan, tulisan, dan sampai perilaku orang-orang yang diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam suatu keadaan
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan
holistik.1
Jadi dalam penelitian ini bermaksud untuk meneliti persoalan nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam tari Paddupa yang menjadi tradisi masyarakat suku

1
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian(Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2014,
Cet I), h. 19.
29

Bugis-Makassar pada penyambutan tamu dan menggambarkan tari paddupa yang


terdapat didaerah suku Bugis-Makassar sebagai penyambutan tamu.
2. Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul skripsi yang diajukan, maka penelitian kali ini akan
dilakukan di Sombaopu Kabupaten Gowa.
B. Pendekatan Penelitian
Ada beberapa pendekatan penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan History
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang sesuai dengan studi
penelitian. Tentu dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian history
atau pendekatan sejarah. Sejarah merupakan suatu ilmu yang didalamnya
membahas berbagi peristiwa dengan memperhatikan unsur, waktu, objek, tempat,
latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. 2 Pendekatan history merupakan
salah satu pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian tentang objek
sejarah agar mampu mengungkapkan banyak dimensi dari peristiwa tersebut.3

Pendekatan history digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memudahkan


dalam pencarian sejarah tradisi budaya tari.
2. Pendekatan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dalam
masyrakat dan menyelidiki hubungan manusia yang menguasi kehidupan ini.
Dalam penelitian ini memfokuskan penelitian pada pola-pola perubahan ataupun
perkembangan dalam masyarakat yang bersifat perilaku, tradisi, kepercayaan
maupun interaksi sosial.

2
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 46
3
Rahmat, Buku Dasar Praktek Penelusuran Sumber Sejarah dan Budaya (Jakarta:
Gunadarma Ilmu, Cet I),h. 135.
30

3. Pendekatan Seni

Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam hati orang yang
dilahirkan dengan perantaraan alat-alat komunikasi melalui bentuk yang dapat
ditangkap melalui pancra indra yang memiliki nilai estetika. 4 Pendekatan seni
merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang mengukur
indah atau tidaknya secara langsung atau tidak langsung yang berkaitan erat
dengan wujud realitas yang sebenarnya. Pendekatan ini diarahkan pada segi
makna, isi atau pesan yang sesuai dengan realitas kehidupan.

4. Pendekatan Cultural

Kebudayaan atau cultural adalah sebuah gagasan, perilaku dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan cultural atau kebudayaan
adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian
mengenai objek kebudayaan yang mampu memberikan informasi mengenai
kebiasaan masyarakat dalam melaksakan budaya mereka.

C. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dari mana asal data penelitian itu
diperoleh. Pada penelitian kualitatif sumber data yang didapat dari hasil
wawancara, observasi, dokumentasi maka disebut dengan data primer sedangkan
sumber data yang diperoleh dengan data yang telah ada seperti dokumen yang
telah tersedia disebut dengan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan lansung dari sumber yang
berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti yang berbentuk wawancara lansung

4
G.A. Pringgodigdo, Ensiklopedia Umum, (Jakarta : Kanisius, 1973), h. 103.
31

terhadap narasumber dan turun lansung untuk melakukan observasi. Sumber data
yang lansung memberikan data kepada pengumpul data dan data yang diperoleh
dari data primer ini harus diolah lagi. Dalam penelitian ini yang akan menjadi
narasumber adalah : Tokoh masyarakat yang paham akan tradisi tari paduppa.
Dari informasi diatas, itu merupakan unsur terpenting yang dapat
menunjang keberhasilan dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan data yang
betul-betul akurat maka perlu melakukan pendekatan wawancara yang mendalam
terhadap sumber-sumber yang berkaitan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan, buku, jurnal,
artikel, majalah, koran, internet dan sumber lain yang bisa dijadikan sebagai data
pelengkap yang pengumpulan data ini sebagai pendukung dari data primer. Data
yang diperoleh dari data sekunder tidak perlu dioleh kembali dan sumber tidak
lansung memberikan data kepada pengumpul data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi. Oleh karena itu, tahap ini
tidak boleh salah dan harus dilakukan sesuai dengan prosedur. Jikalau teknik
pengumpulan data yang dilakukan salah maka akan berakibat fatal dengan hasil
penelitian yang dilakukan dan penelitiannya tidak dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
32

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia yang menggunakan


pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancainra lainnya. 5 Observasi
merupakan salah satu proses yang mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menyiadakan data yang benar menganai suatu kejadian atau peristiwa yang
menjawab problem-prombel penelitian dan untuk membantu memahami perilaku
manusia.6Hasil observasi didapatkan secara lansung yang berupa aktivitas,
kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu.

2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara memberikan pertanyaan dan jawaban atas informasi apa
yang dibutuhkan dengan lansung bertatapan muka antara pewawancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informasi terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Sehingga, kekhasan wawancara mendalam

adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.7


Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam yang dimana peneliti terlibat lansung secara mendalam dengan subjek
yang diteliti dengan cara menggali data secara lisan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sebagai pendukung bagi
penelitian yang dilakukan dan untuk memperkuat dalam melakukan penelitian,
yang sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk foto-

5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana, 2008),h.118.
6
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian(Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2014,
Cet I), h. 32
7
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, edisi kedua ( Jakarta :Kencana, 2007 ), h. 111
33

foto. Dokumentasi ini memilki sifat utama yang tidak terbatas pada ruang dan
waktu sehingga bisa digunakan untuk mencari informasi yang telah terjadi pada
masa lalu.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian yaitu semua informasi yang
diperlukan untuk menjelaskan semua sumber dari mana informasi tersebut
diperoleh, dan teknik pengumpulan informasi, serta berapa lama kerja dilapangan.
Dengan kata lain, instrumen adalah atau atau cara menjaring informasi yang
diinginkan dan yang dibutuhkan.8
Wujud atau alat ukur yang digunakan dalam instrumen pentilitan dalam
melakukan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti
adalah pedoman wawancara kemudian pendukung yang digunakan untuk
merekam hasil observasi dan alat untuk mendapatkan dokumentasi foto yaitu
kamera.
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Proses


analisis data dimulai dari menelah semua data yang tersedia dari berbagai macam
sumber yaitu melalui wawancara, observasi, gambar, foto dan lain sebagainya.
Setelah melakukan penelitian dibaca, dipelajari dan ditelaah selanjutnya ialah
mengadakan reduksi data dengan cara melakukan abstraksi. Abstraksi adalah yang
merupakan rangkuman inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu
diperhatikan sehingga tetap berada didalamnya tidak keluar dari pembahasan.9

8
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kulaitatif dan
R&L), h. 149
9
Lexy. J. Moleong, “ Metode Penelitian Kualitatif (Bandung Rosdakarya, 2005 ), h. 247.
34

Selanjutnya, proses yang diambil adalah penyajian data yaitu penyusunan


informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga
mampu menjadi lebih selektif dan sederhana juga memungkin adanya penarikan
kesimpulan data. dan berikutnya penulis mengutarakan kesimpulan dari data-data
atau informasi yang diperoleh dari lapangan.
35

BAB IV
TARI PADDUPA KHAS MASYARAKAT SUKU BUGIS MAKASSAR
SEBAGAI PENYAMBUTAN TAMU
(TINJAUAN NILAI-NILAI BUDAYA ISLAM)

A. Historisitas Tari Paddupa Khas Masyarakat Bugis Makassar sebagai


Penyambutan Tamu

Budaya ataupun tradisi yang masih banyak terlestarikan sampai sekarang


oleh masyarakat maupun generasi muda tentunya memiliki sebuh cerita sejarah
yang perlu wajib kita ketahui. Apalagi dalam sebuah budaya seni terkhusus seni
tari ada banya hal menarik dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang sejarah
seni tari itu sendiri. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh lagi mengenai tari
paddupa maka penulis akan menjelaskan mengenai sejarah adanya tari paddupa.
Tari paddupa yang merupakan sebuah budaya tradisi khas masyarakat suku bugis
makassar yang mulai ada pada zaman dulu dan sampai sekarang yang masih
sering kita jumpai di daerah suku bugis makassar untuk melakukan penyambutan-
penyambutan. Dari hasil wawancara saya dengan informan menyatakan sebagai

berikut :
“Untuk melakukan penyambutan tamu dilakukan penyambutan sebelum
membuka acara yaitu dengan membakar dupa dan lilin atau mattunu
dupa maka itu yang disebut tari paddupa. paddupang adalah wadah
tempat bakar dupa yang terbuat dari tanah liat. Setelah dibakar dan
mengeluarkan bau harum maka dibentuk posisi duduk seperti
melakukan tudang sipulung. Jadi tari paddupa adalah tari tradisional
yang diciptakan pada tahun 1964 oleh ibu andi anisapada.”1

Pada tahun 1964 tari paddupa ini mulai diciptakan oleh seorang

seniman yang bernama ibu Andi Nani Sapada. Beliau adalah seniman yang tidak
sedikit berperan dalam menciptakan seni tari di suku bugis makassar. Karya-karya
beliau begitu banyak mulai dari tari tradisional hingga tari kreasi tidak hanya itu

1
Bapak Serang (70 Tahun), Maestro Gendang Makassar, Wawancara, di Sanggar Seni
Alam, 11 Juli 2020
36

karya ibu Andi Nani Sapada ini juga sudah mendunia salah satunya adalah tari
pakarena. Selain dari tari pakarena yang merupakan tari tradisional beliau juga
menciptakan tari tradisional yaitu tari paddupa.

Tari paddupa ini merupakan tari tradisional yang pada zaman dulu
masyarakat suku bugis makassar sebelum melakukan pesta besar-besaran maka
terlebih dahulu masyarkat melakukan penyambutan dengan tari paddupa ini dan
acara tidak dapat dilanjutkan apabila tidak ada persembahan tari paddupa. Jadi,
tari paddupa ini pada zaman dulu merupakan sebuah tarian yang sakral dan
memiliki nilai-nilai mistis. Dari hasil wawancara dengan informan mengatakan
bahwa :
“Tari paddupa ini tari tradisional. Nakana tau rioloyya tena najadi
acarayya punna tena narambu injo duppaia nasaba appabattu mai rasa
baji, paccini baji, pallenggere baji, baba baji, ati baji. Ada empat sara’
yang terdapat dalam tari paddupa yaitu sifatnya angin, tanah, api dan air.
Di tari paddupa apabila angin ketemu api maka akan semakin baik
nyalanya dupa. Yang mematikan api adalah air. Setelah api padam turun
ke tanah. Jadi empat arah mata angin yang menjadi sara’ di tari
paddupa”2

Artinya :

“ Tari tradisional adalah tari tradisional. Kata orang dulu acara atau pesta
tidak dapat dilaksanakan apabila sebelumya tidak membakar dupa karena dengan
membakar dupa dapat memberikan perasaan yang baik, penglihatan baik,
pendengar yang baik, perkataan yang baik dan hati yang baik”.

Jadi masyarakat suku bugis makassar mempercaryai bahwa dengan adanya


pembakaran dupa ini akan memberikan hal yang baik makanya tari paddupa pada
zaman dulu dikatakan tari yang sakral dan memiliki nilai-nilai misitis. Sebelum

2
Bapak serang (70 Tahun), Maestro Gendang Makassar, Wawancara, di Sanggar Seni
Alam, 11 Juli 2020
37

tari paddupa ini dipersembahkan maka seorang penari tidak boleh sembarang
perempuan yang bisa menarikan. Perempuan yang boleh menarikan tari paddupa
ini harus dalam keadaan bersih atau suci, maka ketika penari ini saat menarikan
tari paddupa tidak dalam keadaan suci maka akan terjadi sesuatu yang tidak baik
misalkan pada saat menari perempuan akan mengalami kesurupan.

Dalam tari paddupa ada juga dikenal dengan aru. Aru adalah persembahan
sebelum tari paddupa ini ditarikan. Jadi aru ini dibawakan oleh laki-laki dengan
memakai pakaian adat suku bugis makassar dengan menggunakan badi atau kris
sebagai simbol suku bugis makassar. Aru ini merupakan budaya tradisional yang
dimana sang aru memberikan sebuah janji. Tetapi aru ini tidak harus selalu ada
sebelum di tarikan tari paddupa itu sendiri.

Makna tari paddupa adalah yang berasal dari bahasa bugis duppa artinya
ketemu, menjemput atau berjumpa. Dan pada zaman dulu menggunakan
paddupang. Paddupang adalah proporti yang digunakan dalam tari paddupa yang
berasal dari makassar. Jadi, Tari paddupa ini adalah tari kebesaran suku bugis

makassar. Dulunya perempuan dianggap bahwa letak malunya itu atau siri ada
dibagian wajahnya makanya perempuan dulu yang menarikan tari paddupa
kecantikan bukanlah hal utama yang terpenting dalam mempersembahkan tari
paddupa melainkan dari hati atau wirasa yang dipancarkan oleh sipenari. Seiring
perkembangannya waktu hal itu memudar, bagi sipenari yang menjadi hal utama
dan terpenting adalah dari segi kecantikan.

Organisasi kesenian yang pertama kali ada di daerah sulawesi adalah IKS
(Institut Kesenian Sulawesi) disinilah terhimpun para seniman-seniman baik seni

tari maupun musik daerah, namun anggota-anggotanya masih sedikit. Setelah


masuk tahun 70-an sudah banyak lembaga-lembaga kesenian yang berdiri
38

misalnya batara gowa, makassar art, sanggar seni katangka dan lain sebagainya
dan sampai sekarang makin banyak lembaga-lembaga kesenian yang berdiri dan
bidang seninya pun sudah banyak bukan hanya seni tari, musik tapi sudah muncul
sastra dan teater.

Untuk nama tari paddupa ada beberapa versi. Hasil wawancara saya
dengan informan mengatakan bahwa :

“Tari paddupa mulai dikenal pada masa kerajaan dengan tujuan untuk
menyambut tamu-tamu raja terdahulu, dengan penari dari pihak dalam
istana kerajaan. Tari paddupa berasal dari bahasa bugis yang memiliki
arti menyambut. Untuk perbuhan nama, ada kemudian beberapa versi
yang mengatakan nama-nama tari paddupa seperti tari batara, tari
marellau pamase dewata, namun jika ingin dipetakan kedua tari
tersebut bisa dikategorikan sebagai tari yang lahir pada masa
animisme yaitu masa yang belum mengetahui sistem, tatanan dan
aturan dalam bermasyarakat dan lebih menitikberatkan pada makna
kepercayaan. Jadi pada dasarnya tidak terjadi perubahan nama, namun
karena adanya pergeseran makna sehingga muncullah nama baru yaitu
tari paddupa.3

Jumlah penari dalam tari paddupa berjumlahkan ganji yaitu tiga, lima
atau tujuh. Mengenai makna kenapa berjumlahkan ganjil karena filosofinya Allah
SWT satu, langit terdapat tujuh tingkat, tanah berjumlah tujuh lapis dan semuanya
berjumlahkan ganjil dan dari jumlah penari tari paddupa yang berjumlahkan ganjil
diharapakan agar semuanya baik dari segi rezeki dan lain sebagaianya lebih tidak
pas-pasan atau diharapkan semuanya lebih.

Dalam perkembangan tari paddupa sebagai penyambutan tamu di


masyarakat suku bugis makassar tari paddupa dalam kondisi kekinian tidak pada
dasarnya mengalami pergeseran makna namun dalam segi fungsi sudah mulai
meluas seperti diacara hajatan, kegiatan sosial dan lain-lain karna dizaman
sekarang yang namanya kerjaan sudah mulai hilang maka tari paddupa ini bukan

3
Dwi Lestari Johan (28 Tahun), Seniman , Wawancara, 18 Mei 2020
39

hanya ditarikan untuk tamu-tamu raja namun sekarang ditarikan pada acara
pernikahan dan lain sebagainya.

Tari yang sudah membudaya sudah banyak mengalami perkembangan


dan kemajuan baik dari busana, gerakan, musik bahkan sampai pada makna
simbol yang terdapat dalam tarian. Tari paddupa merupakan salah satu ciri khas
tarian tradisional dari suku bugis Makassar yang ada sudah ada pada zaman
kerajaan-kerajaan dan masih tetap dilestarikan sampai sekarang dan mengalami
perkembangan akibat zaman yang modern. Tarian ini ditarikan oleh gadis-gadis
cantik dalam melakukan penyambutan tamu dengan tujuan agar memberikan
kesan yang baik kepada tamu yang datang dan merupakan salah satu bentuk
pernghormatan dan saling menghargai. Dari zaman dulu sampai sekarang tari
paddupa masih sering digunakan dan salah satu tari tradisional yang mempunyai
keunikan baik dari segi properti, gerakan, busana, musik dan makna yang
terkandung didalamnya. Namun seiring perkembangannya zaman banyak hal
yang sudah berubah dari tari paddupa salah satunya adalah properti yang
digunakan.

Mengenai makna tari paddupa dalam penyambutan tamu sebagai


simbol penghormatan mengingat kondisi sosial, watak dan budaya suku bugis
makassar pada dasarnya menghormati tamu, hal ini diwujudkan secara visual
dalam ragam tari yang didalamnya mengisyaratkan simbol dalam menghormati
tamu yang akan disambut.

Tarian ini memberikan gambaran bahwa di daerah suku bugis


makassar apabila kedatangan tamu kerhormatan selalu menyajikan bosara.

Bosara sendiri disini piring khas yang di suku bugis makassar yang sudah lama
juga keberadaanya. Piring ini digunakan untuk menyajikan kue-kue tradisional
40

yang disuguhkan kepada tamu-tamu. Selain fungsinya sebagai tempat kue bosara
ini juga digunakan pada saat menari dengan diisi beras yang akan ditaburkan
nantinya kepada tamu-tamu. Dari pengaruh perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat yang dulunya para penari menggunakan dupa sebagai properti dalam
tari paddupa sekarang sudah jarang ditemukan bahkan hampir sudah tidak ada
yang ada sekarang hanya menggunakan bosara yang diisikan beras ataupun
kembang.

1. Ragam gerak tari paddupa

Seorang penari bukan hanya menggerakkan badan ataupun tangan


melainkan terdapaat kriteria yang mesti dimiliki agar apa yang ditarikan
maknanya bisa tersampaikan kepada penonton. Pernyataan informan :
“Pada saat menari ada lima kriteria yang harus dimiliki oleh seorang
penari yaitu wiraga, wirasa, wirama, komposisi dan harmoni. Di tari
paddupa ini sudah banyak yang berubah termasuk pola lantai bahkan bagi
si penari lima kriteria ini sudah jarang didapatkan”.4

Dalam mempersembahkan sebuah tarian seorang penari harus mempunyai


lima kriteria yang harus mesti ditanamkan dalam jiwa penari, yaitu yang pertama
wiraga, wiraga adalah bagaimana perpaduan antara makna gerakan tarian yang
meliputi seperti kakinya, tanga, wajah seta yang lain-lain. Selajutnya kedua
wirasa, wirasa merupakan cara penari menyampaikan rasa dari isi tarian tersebut
maksudnya bagaimana hubungan antara penari memberikan penghayatan tarian
melalui ekspresi wajah agar penari dapat menggambarkan makna dari tarian,
meskipun penonton hanya menyaksikan penampilan tarian tapi apa yang
disaksikan atau pertunjukkan tari para penonton ikut juga merasakan rasa yang
dikeluarkan oleh si penari.

4
Syarifuddin Tutu (65 Tahun), Passilliri, wawancara, di Sanggar Seni Bontoramba, 7 Juli
2020
41

Ketiga wirama adalah suatu gerakan tari yang dilakukan penari mengikuti
irama sehingga menciptakan gerakan yang selaras dengan musik atau irama.
Selanjutnya komposisi adalah suatu proses menciptakan sturktur atau alur tari
sehingga menjadi sebuah pola lantai gerakan tari. Dan terakhir harmoni
merupakan suatu hal yang terpentng didalam sebuah seni tari karena dari harmoni
tari dapat memberikan nilai keindahan pada gerakan penari dan bagaimana
memberikan nuansa keselarasan penari dalam melakukan gerakan tarian yang
ditampilkan.

Sebuah tarian selain dari kriteria yang dimiliki penari maka dalam tari ada
yang dinamakan ragam gerak tari. Ragam gerak tari adalah pola lantai, gerakan
tari sampai proses tarian. Dari hasil wawancara saya dengan informan, sebagai
berikut :
Ragan gerak tari paddupa terdapat empat ragam gerak tari, yaiut ammula
gau atau gerakan awal, selanjutnya marellau doa atau memohon doaa dan
selanjutnya menampo benno atau menabur dan terakhir ragam
mappakaraja atau proses menghormati tamu.5

Di tari Paddupa ada terdapat ragam tari yang dimulai dengan ragam
penghormatan kepada tamu kerhormatan yang datang atau dalam acara
pernikahan perhormatan kepada perngantian. Selanjutnya, dilanjutkan dengan
ragam Mareallu doa (meminta doa) yang dimana gerakannya dimulai dengan
mengambil posisi duduk secara perlahan kemudian menyimpan bosara kebawah
dan tangan kanan ditarik ke depan dada.

Adapun ragam gerak selanjutnya adalah menempo benno. Menempo


benno adalah ragam gerak yang menabur beras atau kembang kepada tamu atau
yang sedang berkunjung. Selajutnya ragam gerak Mappakaraja yang dimana

5
Ayu Angreini (24 Tahun), Guru Tari, Wawancara, di Somba Opu, 3 Juli 2020
42

ragam gerak ini merupakan suatu proses yang bermaksud menghormati atau
menganggungkan tamu yang datang dan dianggap penting.

Dalam tari paddupa salah satu bentuk gerakan tarian yang


mempertunjukkan bahwa menghormati tamu adalah gerakan yang
membungkukkan badan ini termasuk gerakan awal tarian paddupa.

B. Makna Simbol Tari Paddupa Khas Masyarakat Bugis Makassar sebagai


Penyambutan Tamu

Setiap tradisi atau adat yang ada masing-masing memiliki simbol dan
makna yang terdapat didalamnya salah satunya seni tari. Berbicara mengeani Seni
tari terdapat dua macam tarian yaitu tari tradisional dan tari kreasi, untuk bisa
dikatakan tari tradisional apabila keberadaannya sudah mencapai 100 tahun, selain
dari itu tarian yang umurnya atau keberadaanya belum cukup 100 tahun maka
dikatakan tari kreasi. Mengenai tari paddupa kadang kala penikmat seni ataupun
pekerja seni sendiri kurang mengetahui makna dan simbol-simbol apa saja yang
terdapat dalam tari paddupa itu sendiri. Adapun simbol-simbol yang terdapat

dalam tari paddupa adalah sebagai berikut :

1. Kostum dan Aksesoris Tari Paddupa

Tari paddupa merupakan tari tradisional yang memiliki keunikan pada


kostum dan aksesorisnya. Setiap suku yang memiliki tradisi baik itu tarian
maupun adat tidak dapat lepas yang namanya ciri khas dari masing-masing suku
seperti halnya masyarakat suku bugis makassar. Suku bugis makassar dalam
setiap tradisi tariannya memiliki ciri khas, keunikan dan makna serta simbol yang

berbeda-beda salah satunya adalah tari paddupa. Tari paddupa salah satu dari
tarian yang masih tetap terlestarikan dan masih sering ditemui di masyarkat suku
43

bugis makassar dan menjadi daya tarik bukan hanya pada gerakan tariannya
namun dari segi kostum dan aksesoris yang digunakan memiliki daya tarik unik
tersendiri. Diciptakannya tari paddupa ini sudah mencapai sekitar puluhan tahun
dan sudah mengalami banyak perubahan termasuk dari kostum dan aksesoris yang
digunakan penari ataupun pemusik. Perbedaan antara zaman dulu dengan
sekarang sangat mengalami perubuhan yang sangat jauh salah satu alasannya
adalah pengaruh perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Pada zaman
dulu untuk kostum dan aksesoris yang digunakan para penari tari paddupa masih
sangat terbatas beda halnya di zaman yang sekarang ini semakin canggih dan
sudah banyak yang bisa produksi. Berikut merupakan kostum dan aksesoris di tari
paddupa, antara lain :

a. Baju Bodo

Baju bodo merupakan pakaian khas suku bugis makassar yang menjadi ciri
khas dari tari paddupa. Baju bodo ini adalah salah satu pakaian yang termasuk
pakaian tertua didunia. Pada zaman kerajaan baju bodo bukan hanya sekedar

pakaian untuk para perempuan suku bugis makassar namun memiliki makna dan
status pada setiap warna yang dikenakan perempuan suku bugis makassar
dulunya. Berikut berupakan wawancara saya dengan informasn :
“Pada zaman dulu baju bodo ini dikenakan sesuai statusnya. Adapun
warna pakaian baju bodo ada merah tua dan muda, hitam, ungu dan putih .
Untuk baju bodo yang berwarna merah tua dikenakan pada perempuan
yang sudah bersuami, ungu pada perempuan yang sudah janda, warna
putih dikenakan pada untuk perempuan sebagai pinang pengasuh. Untuk
merah muda kenakan untuk perempuan yang masih gadis. Sedangkan
warna hitam dipakai oleh nenek-nenek atau yang sudah lanjut usia”6

6
Syafaruddin Tutu (65 Tahun), Passilliri, Wawancara, di Sanggar Seni Bontoramba, 7
Juli 2020
Untuk tari paddupa pada zaman dulu menggunakan pakaian baju bodo
yang berwarna putih dengan memberikan makna suci. Baju bodo yang dikenakan
berukuran panjang 80 cm namun sekarang sudah mengalami banyak perubahan
baik dari segi model dan warna sudah bermacam-macam. Baju bodo yang
sekarang tidak mewah sekarang dulunya baju bodo hanya polos dan sangat
sederhana.

Gambar 1. Baju Bodo

b. Sarung Sutra

Sarung sutra atau lipa’ sabbe adalah bawahan dari baju bodo dari segi
warna dikreasikan tergantung dari warna baju bodo yang dikenakan. Sarung sutra
ini diikat dipinggang sebalang kiri penari dengan cara dilipat-lipat agak lebar.

Gambar 2. Sarung Sutra


c. Kalung panjang

Kalung panjang merupakan aksesoris yang digunakan oleh sipenari yang


terbuat dari kuningan. Kalung panjang ini di suku bugis makassar dikenal dengan
geno ma’bule.

Gambar 3. Kalung Panjang

d. Gelang Panjang

Gelang panjang atau dikenal dengan nama tigerro tedong merupakan


aksesoris yang dikenakan oleh penari dibagian tangan kana kiri yang terbuat dari
kuningan, sama halnya dnegan kalung panjang masing-masing terbuat dari
kuningan. Gelang panjang ini digunakan sebagai pelengkap dari kostum tari
paddupa.

Gambar 4. Gelang Panjang


e. Anting-anting

Anting-anting atau dikenal dengan nama bangkara’ yang terbuat juga dari
kuningan. Anting-anting ini memiliki model yang panjah ke bawah dengan dihiasi
manik-manik.

Gambar 5. Anting-anting

f. Bando

Bando merupakan aksesoris yang disebut dengan pateppo’ jakka. Bando


ini terbuat dari beri dan bahan kuningan yang memiliki keuningan dengan
modelnya.

Gambar 6. Bando
g. Simatayya (diikat dilengan)

Simatayya adalah pengikat dilengan baju bodo yang terbuat dari kain
dengan model persegi panjang serta kedua ujungnya terdapat tali untuk mengikat
di ujung lengan baju bodo.

Gambar 7. Simatayya

h. Bunga sanggul

Bunga sanggul atau disebut bunga simpolong yang merupakan aksesoris


dibagain kepala tepatnya disimpan didekat sanggul yang berfungsi untuk
memperindah penampilan sanggul yang digunakan.

Gambar 8. Bunga Sanggul


i. Sanggul

Sanggul atau dikenal di suku bungis makassar simboleng merupakan


aksesoris yang terbuat dari rambut palsu yang dimodel sanggul. Namun sekarang
sudah mengalami perubahan sanggul ini biasanya jarang digunakan karena para
penari sudah lebih sering menggunakan jilbab.

Gambar 9. Sanggul

2. Properti tari paddupa

Properti yang digunakan pada tari paddupa berbeda dengan pada


awalmulanya tari paddupa ini ada dan sampai sekarang karena seiring
berkembangnya zaman dan kebutuhan masyarakat yang menyebabkan salah satu
alasan adanya perubahan properti yang digunakan dalam tari paddupa. Awalnya
disaat mempertunjukkan tari paddupa orang-orang dulu memakai paddupang dan
dupa yang dibakar bukan hanya itu properti yang digunakan juga dulunya pisang,
beras atau bente, daun sirih dan lilin. Namun pada tahun 2000 an dan seiring
perkembangannya zaman serta kebutuhan masyarakat properti yang digunakan
berubah menjadi bosara dan beras atau kembang saja yang digunakan. Sekarang
sudah kurang bahkan hampir punah pertunjukan tari paddupa menggunakan dupa
dan lain-lain yang digunakan pada zaman dulu. Adapun beberapa simbol properti
yang digunakan di tari paddupa adalah sebagai berikut :

a. Paddupang

Paddupang adalah salah satu khas suku bugis makassar yang berfungsi
sebagai wadah yang diisikan bara api untuk membakar dupa dan terbuat dari tanah
liat. Paddupang ini berbentuk seperti mangkuk namun memiliki kaki dan lubang-
lubang dipinggirnya.

Gambar 10. Paddupang

b. Dupa

Dupa atau kemeyang yang merupakan sebauah harum-haruman yang


digunakan dalam tari paddupa dulunya. Dulunya kenapa dupa digunakan sebagai
bagian dari tari paddupa karena dengan dupa ini memberikan keharuman untuk
orang-orang disekitar dan kata orang dulu tidak dapat dilanjutkan pesta-pesta
besar apabila dupa ini tidak dibakar. Dari adanya pembakaran dupa ini
membreikan nuasansa tari yang sakral pada persembahan tari paddupa. Namun
sekarang di tari paddupa ini sudah jarang dan hampir tidak sudah tidak ada lagi
yang membakar dupa menyambut para tamu-tamu.
Gambar 11. Dupa

c. Daun sirih

Daun sirih atau leko yang digunakan dulunya tidak boleh sembarang daun
sirih. Jadi, daun sirih yang digunakan harus urat daun yang masing-masing sejajar
dengan makna agar kita berjumpa dengan orang-orang yang sepemahan dengan
kita atau sejalan pikiran dengan kita.

Gambar 12. Daun Sirih

d. Pisang

Pisang merupakan buah yang ada dipersembahkan pada tari paddupa


dulunya. Pisang ini bermakna bahwa buah yang memiliki banyak manfaat
kesehatan. Selain dari manfaat kesehatan yang begitu banyak pisang juga ini
merupakan buah-buah yang hampir bisa tumbuh dimana saja dan merupakan
tanaman yang tidak pernah habis buahnya yang sering kali diambil. Untuk jenis
buah pisang yang digunakan yang menggunakan pisang raja karena yang namanya
raja selalu menunjukkan tahta yang paling atas jadi itu merupakan makna dari
pisang raja yang digunakan.

Gambar 13. Pisang

e. Beras

Dari lima yang digunakan pada saat tari paddupa sekarang sudah berkurang
yang menggunakannya. Sekarang dalam tari paddupa hanya menggunakan beras
dan bosara. Beras dimaknakan sebagai sumber kehidupan masyarakat. Dari hasil
wawancara dengan informan sebagai berikut :

“Makna beras yang ditaburkan pada saat tari paddupa supaya rezeki kita
seperti beras yang dihamburkan atau nipakioro”7

Selain dari beras yang berupakan sumber kehidupan masyarakat beras juga
yang dihamburkan memiliki makna agar rezeki melimbah dan dapat saling
berbagi.

7
Bapak Serang (70 Tahun), Maenstro, Wawancara, di Sanggar Seni Alam Dakko, 11 Juli
2020
Gambar 14. Beras

f. Bosara

Bosara merupakan piring masyarakat suku bugis makassar. Bosara ini


bentuk piring yang memiliki kaki dan terbuat dari almunium ataupun sekarang
dapat kita jumpai yang berbahan plastik. Awalnya di tari paddupa menggunakan
paddupang jadi bosara dulunya hanya digunakan sebagai tempat kue-kue
tradisional bukan yang dipakai dalam tari paddupa namun berkembangnya zaman
paddupang ini digantikan dengan bosara. Pada masa kerajaa-kerajaan bosara juga
merupakan sebuah piring yang cukup sakral mengapa demikian karena di masa
kerajaan bosara ini memiliki nilai strata sosial. Jadi semakin tinggi bentuk strata
sosialnya maka akan semakin tinggi bentuk kaki bosara yang digunakan.

Gambar 15. Bosara


3. Alat Musik Tari Paddupa

Dalam seni tari, musik sangatlah penting dan harus ada dalam sebuah
tarian. Mengenai alat yang digunakan dalam tari paddupa tentunya menggunakan
alat musik tradisional khas suku bugis makassar. Tari paddupa adalah tarian khas
suku bugis makassar yang musiknya musik bugis makassar namun untuk lagi
dalam tari paddupa tidak mempunya lirik jadi tari paddupa hanya berisikan irama
alat-alat musik tradisional. Berikut adalah alat musik yang digunakan dalam tari
paddupa, antara lain :

a. Gendang

Gendang adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu yang berukuran
bulat memanjang yang dililiti rotan sehingga kayu atau dengang tersebut kuat dan
juga memakai kulit binatang yaitu kulit kerbau atau kulit kambing yang
dikeringkan. Kedua bagian gendang itu boleh dipukul atau ditabuh untuk
mendapat fungsi dari gendang.

Gambar 16. Gendang


b. Kecapi

Kecapi adalah alat musik yang digunakan di tari paddupa dan merupakan
alat musik perik tradisional yag mempunyai dua senar dan bentuknya menyerupai
perahu serta kecapi ini berasal dari derah bugis.

Gambar 17. Kecapi

c. Gong

Gong adalah alat musik yang bahannya terbuat dari logam dan berbentuk
bulat yang pada bagian tengahnya menonjol ke depan sebagai tempat jatuhnya
pemukul untuk memberikan bunyi yang sebagai pengiring di tari paddupa.

Gambar 18. Gong


d. Suling

Suling adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu dan memiliki enam
lubang. Suling merupakan alat musik tradisional yang digunakan untuk
mengiringi tari paddupa.

Gambar 19. Suling

e. Pui-pui

Pui-pui merupakan alat musik tradisional yang ditiup dan terdapat enam
lubang namun ini berbeda dengan suling. Yang menjadi pembeda dari pui-pui dan
suling adalah dari bunyinya.

Gambar 20. Pui-pui


56

C. Nilai-Nilai Budaya Islam dalam Tari paddupa

Adat adalah segala sesuatu yang dilakukan masyarakat secara terus


menerus yang memiliki aturan atau nilai dalam lingkungan tersendiri. Di dalam
adat terdapat didalamnya simbol-simbol. Di suku bugis makassar terdapat istilah
sara’. Sara’ merupakan simbol-simbol atau harapan dan doa-doa. Di dalam
agama Islam tidak memaksakan dan tidak menitik beratkan karena dengan adanya
adat istiadat menjadi satu identitas dan bisa saling mengenal serta saling
menghargai. Dari hasil wawancara saya dengan informan sebagai berikut:

“Dalam pandangan Islam mengenai tari paddupa diperbolehkan karena


didalam kebudayaan islam bertola pada adat, adat bersendi sara, Sara
bersendi agama, dan agama bersendi kitabullah”8

Dalam Al-Qur’an juga sudah di jelaskan bahwa Allah menciptakan


manusia dan menjadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling
mengenal. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujarat ayat 13 :

            

         

Terjemahanya : “ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”9

8
Syafaruddin Tutu (65 Tahun), Passiliri, Wawancara, di Sanggar Seni Bontoramba, 7
Juli 2020
9
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya
(Surabaya : Halim, 2013), h. 516
57

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT menyampaikan bahwa


seluruh manusia merupakan satu keturunan yakni adam dan hawa. Siapapun yang
masih dalam kata manusia mereka adalah sesungguhnya setara. Dari keturunan
yang sama, kemudian Allah jadikan manusia berkembang dan menjadi sangat
banyak sehingga menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Dari semakin
berkembangnya yang menjadi kita sebagai manusia berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku sehingga menjadi identitas agar kita mudah dalam saling mengenal.
Jadi sesungguhnya semua manusia setara dihadapan Allah SWT yang menjadi
pembeda diantara manusia adalah ketaqwaannya.

Dalam adat terdapat di dalamnya sara’ atau simbol-simbol. Dari sara ini
memiliki hubungan dengan agama. Di dalam agama juga memiliki aturan. Agama
merupakan bahasa sansekerta yang dimana A artinya tidak dan Gama artinya tidak
kacau jadi di tidak kacau. Adanya agama semuanya memiliki aturan-aturan. Dari
agama bersendi kitabullah. Jadi agama berhubungan dengam kitabullah.
Kitabullah adalah pedoman umat manusia yaitu Al-Qur’an dan Hadis.

Di suku bugis makassar sebelum masuknya agama Islam sudah terdapat


nilai-nilai yaang berhubungan dengan Islam yang dikenal dengan istilah siri
napacce. Siri napacce merupakan sebuah falsafat yang tertinggi di suku bugis
makassar. Yang mana siri’ ini berhubungan dengan Allah maksudnya
menyangkut dengan harga diri dan kehormatan sedangkan pacce hubungannya
dengan manusia. Dari Tari paddupa juga terdapat nilai-nilai siri napacce.

Nilai-nilai budaya lainya yang terkandung dalam tari paddupa adalah


saling menghargai sesama dan saling menghormati sesuai dengan tujuan tari

paddupa adalah tari untuk menyambut tamu-tamu yang sebagai bentuk saling
menghargai dan memuliakan tamu yang dituangkan dalam bentuk seni agar
58

terdapat nilai estitika yang menjadi ciri khas dan identitas dari masyarkat suku
bugis makassar. Cara masyarakat suku Bugis Makassar yang menjamu tamu-tamu
yang mereka kemas dalam bentuk seni agar nilai keindahannya tetap ada dan
Allah SWT sangat menyukai yang namanya keindahan.

Dalam hadis Nabi Saw : “Sesungguhnya Allah SWT itu maha indah dan
menyukai keindahan” jika dihubungkan dengan sabab wurud-nya dapat diambil
faidah bahwa menggunakan pakaian yang bagus dan indah, membuat suatu karya
seeni selama tidak disertai dengan kekaguman pada diri sendiri (‘ujub) dan
kesombongan baiks secara lahiriyah maupun batiniyaah, maka hal tersebut tidak
tergolong dalam kategori mengingkari keberanaan dan merendahkan manusia
sebab Allah SWT sendiri.

Di dalam Islam ada dua hal yang perlu diperbaiki yaitu hubungan dengan
Allah SWT dan hubungan sesama manusia. Masyarakat suku Bugis Makassar
dengan dilestarikannya Tari paddupa kita bisa melihat bahwa terdapat nilai-nilai
budaya islam yang mereka tetap jaga yaitu dengan memperbaiki hubungan sesama

manusia dengan cara menghormati dan memuliakan tamu.

Dalam Al-Qur’an juga sudah dijelaskan bahwa berdamailah kalian sesama


saudaramu dan saling menghargailah kalian sesama manusia. Firman Allah SWT
dalam QS. Al-Hujarat 49/10 :

           
59

Terjemahannya : “ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu


damaikan (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”10

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang yang


beriman dan bersaudara hendak tetap menjaga persaudaraanya dengan berdamai
tanpa ada pertikaian dan setiap kaum muslimin hendak memperbaiki hubungan
sesama manusia agar mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa


yang ingin dilapangkan resekinya dan diakhirkan ajalnya (diperpanjangkan
umurya), maka hendaklah ia menyambung (tali silaturahmi)”11

Menghormati serta memuliakan tamu dalam budaya tari paddupa sudah


menjadi suatu yang sangat dianjurkan dan sangat islami karena di dalam agama
Islam kita diwajibkan bagi kaum muslimin menghormati tamu. Apalagi pada
zaman dulu orang-orang yang ikut serta dalam tari paddupa mereka mengambil
posisi duduk yang berbentuk seperti melakukan tudang sipulung atau
bermusyawarah jadi ini memberikan gambaran bahwa suku bugis makassar

memberikan nuansa kedamaian sesama manusia dan saling menghormati dengan


sesama manusia. Dengan itu tidak lepas juga dengan suguhan makanan yang
disajikan diatas bosara yang berisikan kue-kue tradisional khas suku bugis
makassar seperti onde-onde, kue lapis dan lain-lain sebagai bentuk kesenangan
dan rasa syukur atas kedatangan tamu.

Di dalam Islam, tamu adalah sosok yang harus dilayani dan dihormati serta
dimuliakan karena dengan memuliakan tamu juga akan mendatangkan rahmat

10
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Al-Karim dan Terjemahannya
(Surabaya : Halim, 2013),
11
Muttafaq ‘Aliah. HR Bukhari (5986), lafal ini berasal dari Bukhari. HR Muslim (2557).
60

serta rezeki dari Allah SWT. Bahkan Islam memiliki aturan tata cara menyambut
tamu. Menyambut tamu bukan hanya sedekar berbicara, bercanda gurau,
menikmati santapan tetapi harus dengan perasaan gemberi, syukur dan ramah agar
semuanya bernilai pahala selain itu juga dapat tetap menjaga tali silaturahmi
sesama manusia yang Allah SWT perintahkan.

Syahminan Zaina mengatakan bahwa untuk memiliki kesempurnaan


hubungan manusia dengan Allah adalah dalam melakukan ibadah yang sempurna
sedangkan untuk memiliki kesempurnaan dengan manusia adalah bagaimana
kesempurnaan dalam membantu orang lain.12 Menjamu tamu dengan baik juga
termasuk membatu orang lain karena dari bentuk perilaku tuan sudah memberikan
bantuan kepada tamu.

Selain dari itu di tari paddupa juga terdapat nilai budaya Islam yaitu
membangun gotong royong atau kerja sama. Untuk penari dan pemusik
dibutuhkan kerja sama agar apa yang ditampilkan dapat memberikan nilai
kepuasan terhadap tamu yang dijamu bukan hanya itu pada zaman dulu tari

paddupa ini sangat wajib dipersembahkan apabila masyarakat suku bugis


makassar ingin melakukan pesta besar maka dari itu orang-orang memerlukan
kebersamaan yang baik agar acara dapat berjalan lancar. Didalam agama Islam
juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa hendaklah kita sesama umat Islam
untuk saling membantu membangun kerja sama. Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Nahl ayat 10:

12
Syahminan Zaini, Tinjauan Analitis tentang iman, islam dan amal, (Jakarta : Kalam
Mulia, 1985), h.22
61

           

      

Terjemahannya: “ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebaikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia
melarang berbuat perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”.13

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada umatnya


yaitu kita selaku manusia untuk saling membantu kepada kerabat dan sesama

kaum muslimin dan melarang umatnya untuk melakukan perbuatan keji serta
permusuhan sesama manusia agar kita dapat mengambil hikmah dibalik itu
semua. Di tari paddupa ini sendiri dengan tradisi orang-orang terdahulu yang
memberikan contoh kepada generasi muda untuk tetap menjaga tali persaudaraan
dan memberi bantuan kepada sesama kerabat seperti yang dianjurkan oleh Allah
SWT. Dengan baiknya kerja sama serta mudahnya kita memberi bantuan kepada
sesama kerabat sehingga terjalin tali silaturahmi.

Dalam tari paddupa dengan adanya nilai- nilai gotong royong atau kerja
sama sehingga silatuharami dengan sesama dapat terjaga. Menjaga silaturahmi
sesama manusia memberikan suatu pelajaran tetap menjaga hubungan sesama
manusia. Silahturahmi adalah tradisi yang saling mengunjungi kepada saudara,
kerabat ataupun rekan agar hubungan kekeluargaan, persahabatan dan kekerabatan
tidak putus kasih sayang dengan cara saling berkunjung terutama kepada saudara
ataupun anggota keluarga sendiri dan bahkan terhadap tetangga. 14 Jadi selain dari

13
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Al-Karim dan Terjemahannya,
(Surabaya : Halim, 2013
14
Seputar pengertian. Blongspot. Com, akses pada hari Minggu 20 Juli 2020 pukul 20.02
Wita.
62

saling membantu ada di dalam tari paddupa juga dapat menjaga silaturahmi
sesama saudara bahkan kepada orang lain tetap terjaga.

Orang yang memutuskan tali silaturahmi sesama manusia adalah orang


yang merugi dan mendapatkan dosa karena telah memutuskan hubungan dengan
manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain. Silaturahmi dalam Islam adalah sebagai penghubung tali persaudaraan
dan kerabat. Salah satu contoh menjaga silaturahmi adalah berkunjung dan
mengunjungi, di suku Bugis Makassar dalam melakukan sebuah acara atau
penyambutan di persembahkan tarian paddupa agar memberikan kesan yang baik
kepada tamu. Dari saling mengunjungi dapat menjaga silaturahmi seperti ajran
Rasulullah SAW.

Untuk konstum sendiri yang dikenakan dalam tari paddupa juga terjadi
akulturasi yang perubahannya bisa kita lihat dari awal tari paddupa ini diciptakan
yang pakaian yang digunakan adalah baju bodo. Baju bodonya tidak berubah
melainkan perubahannya terletak di bagaian kain baju bodo itu. Pada zaman dulu

baju bodo yang dikenakan sangatlah tipis dan transparan dan dulunya peneri tidak
mengenakan hijab namun seiring perkembangan islam dan zaman terjadi
perubahan pada kainnya yang semakin tebal dan penarinya sudah mengenakan
hijab. Dari sini juga dapat kita lihat mengenai nilai-nilai budaya islam yang
terdapat dalam tari paddupa tidak lepas dari anjunran agama Islam itu sendiri.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah disampaikan pada


bab sebelumnya, maka berikut akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang
dapat diambil tentang Tari Paddupa Khas Masyarakat Suku Bugis Makassar
Dalam Penyambutan Tamu ( Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Islam).

1. Historisitas tari paddupa khas suku bugis makassar, yaitu tari paddupa ini
diciptakan pada tahun 1964 oleh ibu Andi Hanisapada yang merupakan tarian
tradisional masyarakat suku bugis makassar sebagai penyambutan tamu. Tarian
ini dianggap tarian yang sakral karena acara ataupun pesta-pesta besar
masyarakat suku bugis makassar tidak dapat dilaksanakan apabila tidak ada
pembakaran dupa sebelumnya namun seiring perkembangan zaman hal itu sudah
memudar tarian ini boleh di tarikan kapan saja baik itu pesta pernikahan,

penerimaan tamu, acara hajatan dan lain sebagainya. Untuk makna tari paddupa
berasal dari bahasa bugis yaitu duppa atau ketemu dan berjumpa. Tari paddupa
merupakan tarian yang sakral pada zaman dulu karena gadis-gadis yang ingin
menarikan harus dalam keadaan bersih dan suci agar tidak terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan seperti kesurupan. Seiring berkembangnya zaman tari paddupa
ini tidak lagi memakai paddupang melainkan bosara yang merupakan piringan
khas suku bugis makassar yang memiliki kaki.
2. Makna dan simbol yang terdapat di dalam tari paddupa, yaitu dari segi

kostum yang dikenakan adalah baju bodo dan sarung sutra. Baju bodo merupakan
pakaian khas suku bugis makassar dan menjadi keunikan dalam tari paddupa.

63
Umur dari baju bodo sudah menjadi pakaian yang tertua didunia. Dari segi
maknanya baju bodo dulunya dari warna yang dikenakan memiliki status
misalkan baju bodo yang berwarna merah tua dikenakan untuk perempuan yang
sudah bersuami sedangkan dulunya warna baju bodo yang dikenakan untuk penari
berwarna putih yang memberikan makna suci. Untuk aksesoris yang dikenakan
adalah bando, gelang panjang, kalung panjang, anting-anting, sitamyya (pengingat
dilengan) Bunga simboleng, dan sanggul. Sedangkan properti yang digunakan
adalah dupa sebagai pengharum, paddupang, lilin yang dimakna sebagai
penerang agar memberikan penerang dalam kehidupan, pisang yang memberikan
banyak manfaat untuk kesehatan, beras sebagai makna kesuburan masyarakat dan
simbol kehidupan, daun sirih dan benno atau padi yang disangrai yang
memberikan makna agar kehidupan mekaa. Namun seiring berkembangnya zaman
terjadi perubahan properti yang sekarang digunakan di tari paddupa adalah beras
dan bosara. Untuk alat musik yang digunakan sebagai pengiring merupakan alat
musik tradisional khas suku Bugis Makassar adalah gendang, gong, kecapi, pui-
pui, dan suling.

3. Nilai-nilai budaya islam yang terdapat dalam tari paddupa, diantaranya


adalah saling menghargai atau memuliakan tamu serta gotong royong (kerja sama)
dapat ditemukan di tari paddupa. Tari paddupa adalah tari penyambutan tamu dari
segi fungsinya memberikan gambaran bahwa masyarakat suku bugis makassar
sangat memghargai dan menghormati tamu. Di agama Islam sendiri kita sebagai
kaum muslimin dianjurkan untuk saling menghargai dan memuliakan tamu. Selain
dari itu terdapat nilai kerja sama untuk berjalannya acara maka dibutuhkan kerja
sama yang baik.

64
B. Implikasi

Dari pembahasan skripsi yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya,


maka penulis dapat memberikan saran :

1. Dalam hal historisitas tari paddupa khas suku bugis makassar masyarakat
dalam penyambutan tamu, sangat perlu untuk dipublikasikan regenerasi muda
paham sejarah dan filosi yang ada dalam tari paddupa.
2. Makna dan simbol yang ada di dalam tari paddupa harus tetap dilestarikan
dan membudaya agar budaya tari paddupa ini bukan hanya dikenal sebagai
budaya lokal karena tari tradisionalnya.
3. Nilai-nilai budaya islamnya tidak boleh hilang dan lepas di dalam tari
paddupa sebagai penyambutan tamu di masyarakat suku bugis makassar.

65
DAFTAR PUSTAKA

Aliah ,Muttafaq. HR Bukhari (5986), lafal ini berasal dari Bukhari. HR Muslim (2557)
Anida.Tari Kreasi Bau Sulawesi SelataN. Ujung Pandang : PT. Sarana Paa Karya,
1975.
Budiono ,Herusatato.Simbolisme Dalam Budaya Jawa.Yogyakarta : PT.
Hanindita Graha Widi, 2001.
Bungin,Burhan .Penelitian Kualitatif .Jakarta : Kencana, 2008.
Bungin,Burhan .Penelitian Kualitatif, edisi kedua .Jakarta :Kencana, 2007 .
Daeng,J,Hans Manusia.Kebudayaan dan Lingkungan .Jakarta : Pustaka Pelajar,
2000.
Djirong ,Agussalim.T,Darmadi. Arifin,Irfan .Ilustarsi Fotografi Desai Gerakan
Tari Paduppa Sebagai Buku Panduan Pembelajaran.Fakultas Seni dan
Desain Universitas Negeri Makassar,2018.
Fitriyani, Islam dan Kebudayaan, (Jurnal ; Al-Ulum, Institut Agama Islam Negeri
Ambon, Vol.12, No. 1, 2012)
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif .Bandung Rosdakarya, 2005 .
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quranul Karim, (Surakarta : Ziyad Books,
2014)
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Al-Karim dan
Terjemahannya, (Surabaya : Halim, 2013)
Manis, Siti.Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial .Makassar : Alauddin
University Press, 2013.
Murgiyanto. Tradisi dan Inovasi .Jakarta : Wedatama Widya Sastra, 1988.
Nata,Abuddin.Metodologi Studi Islam .Jakarta : Rajawali Press, 2010.
Poerwanto,Hari.Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
.Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet I, 2000.
Pringgodigdo, G,A. Ensiklopedia Umum .Jakarta : Kanisius, 1973.
Rahmat, Buku Dasar Praktek Penelusuran Sumber Sejarah dan Budaya.Jakarta:
Gunadarma Ilmu, Cet I.
Sugiyono.Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kulaitatif
dan R&L.
Suhardi.Nilai-nilai Budaya Pada Upacara Mappaccing di desa Tibona
Kecamatan Bulukumba Kabupaten Bulukumba, skripsi Gowa : Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar , 2016.
Sujarweni,V. Wiratna.Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Baru Press,
2014, Cet I.
Sumaryono.Sebuah Metode Filsafat .Yogyakarta : Kansius, 1999
Soekanto,Soerjono.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada,2002, Cet. 33
Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi . Jakarta : Salemba
Humanika, 2008.
Winagun,Wartaya Masyarakat Bebas Struktur.Yogyakarta : Kanisius, 1990.
Yuliana Wijayanti .Tri, “Seni Tari Dalam Pandangan Islam” Jurnal : Al-Fuad, Vol.2
No.2 (2018)
Zulham,M.Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat datang) Kota Palopo,
Jurnal Onama : Pendidikan, Bahasa dan sastra, Vol 3 no. 2,2018.
Zaini,Syahminan, Tinjauan Analitis tentang iman, islam dan amal. Jakarta : Kalam
Mulia, 1985.
Seputar pengertian. Blongspot. Com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian

A. Dokumentasi Wawancara

Menstro Bapak serang dan salah satu pemusik pada awal mula diciptakan
tari paddupa yang sedang melakukan wawancara dengan penulis

Passilliri sekaligus seniman yang sedang melakukan wawancara dengan


penulis
Guru sekaligus penari yang sedang wawancara dengan penulis

B. Dokumentasi Kostum, Aksesoris, Properti dan Alat musik

Kostum yang dikenakan Penari Tari Paddupa


Aksesoris Yang Dikenakan Penari Tari Paddupa

Alat Musik sebagai Pengiring Tari Paddupa


C. Dokumentasi Persembahan Tari Paddupa dalam Penyambutan Tamu

Penghormatan Terhadap tamu atau mempelai pengantin

Meminta doa dengan meletakkan bosara ke lantai


Gerakan Menabur Beras Kepada Tamu atau mempelai pengantin

Penghormatan Terakhir Kepada Tamu atau ke mempelai Pengantin


PEDOMAN WAWANCARA
TARI PADDUPA KHAS MASYARAKAT SUKU BUGIS MAKASSAR
DALAM PENYAMBUTAN TAMU
(Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Islam)

A. Bagaimana historisitas tari paddupa dalam penyambutan tamu bagi


masyarakat bugis makassar?
1. Tolong jelaskan bagaimana sejarah tari papaddu !
2. Apakah makna tari paddupa dalam penyambutan tamu bagi
masyarakat bugis makassar?
3. Apakah terdapat akultuasi dalam seni tari paddupa?
4. Bagaimana Ragam gerak tari paddupa?
5. Bagaimana perkembangan tari paddupa?
6. Apakah dalam menarikan tari paddupa ada batasan-batasan mengenai
siapa-siapa saja yang boleh menarikan tari paddupa?
7. Apakah ada perbedaan tari paddupa pada zaman dahulu dan sekarang?
8. Kenapa bisa dikatakan tari paddupa dan apa maknanya. Dan apakah

pernha ada perubahan nama?


9. Apa perbedaan tari paddupa dengan tari bosara?
B. Bagaimana simbol dan makna pada tari paddupa dalam
penyambutan tamu bagi masyarkat bugis makassar?
1. Apa simbol-simbol yang terdapat dalam tari paddupa dan maknanya
apa dari segi kostum?
2. Musik-musik apa saja yang digunakan dalam mengiringi tari
paddupa?

3. Makna bosara dan beras dalam tari paddupa


4. Bagaiaman bentuk Perubahan kostum pada zaman dulu dan sekarang
dalam tari paddupa?
C. Apa nilai-nilai budaya Islam yang terdapat dalam tari paddupa ?
1. Bagaimana pandangan islam mengenai tari paddupa
2. Apa nilai-nilia budaya yang terkandung dalam tari paddupa
NURRAHMAH, Lahir di Pinrang, 11 Agustus 1998.
Merupakan buah hati dari pasangan Rabasang., S.Ag, dan Hj.
Maryam anak kelima dari Tujuh (7) bersaudara. Penulis memulai
pendidikan di SD Negeri 16 Pinrang pada Tahun 2004 namun pada
tahun 2006 pindah ke SD Inpres Kanang-Kanang dan tamat pada
tahun 2011, kemudian melanjutkan pendidikan di MTS DDI
Parangsialla pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2013.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1
Bantaeng pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016. Dan
selanjutnya penulis melanjutkan pendidika di Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar pada awal tahun 2016 dengan jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora melalui jalur UMK (Ujian Masuk Khusus). Selama
menjalankan aktifitas selaku mahasiswa, penulis bergabung di lembaga seni Fakultas Adab
dan Humaniora yaitu Komunitas Seni Adab (KisSSA) dan berkesempatan menjabat sebagai
Bendahara Umum periode 2018-2019 dan selanjutnya menjabat sebagai Sekretaris Umum
periode 2019-2020.

Anda mungkin juga menyukai