Anda di halaman 1dari 85

UPAYA PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN SITUS SEJARAH

PENINGGALAN KEPURBAKALAAN SUMPANG BITA


KECAMATAN BALOCCI KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat meraih Gelar Sarjana Humaniora
(S. Hum) Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab Dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar

Oleh
RESKI WAHYUNI
40200117065

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Reski Wahyuni

Nim : 40200117065

Tempat/Tanggal lahir : Sengkae, 16 Juni 1999

Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas : Adab dan Humaniora

Alamat : Sengkae, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep

Judul :Upaya Pemerintah Dalam Pelestarian Situs Sejarah


Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Kecamatan Balocci
Kabupaten Pangkep

Menyatakan dengan sesungguhnya dengan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

adalah benar hasil tulisan dan penyusunan sendiri. jika kemudian hari terbukti bahwa

tulisan ini merupakan duplikat, tiruan , plagiat, atau dibuat oleh orang lain baik itu

sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang telah diperoleh karenanya,
batal dengan ketentuan yang berlaku.
Gowa, 21 Maret 2021
7 Sya’ban1442 H

Penyusun,

Reski Wahyuni
Nim: 40200117065

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
LEMBAR PENGESAHAN

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah swt., atas

segala berkat, rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kita diberi kesehatan dan

kesempatan untuk menyelesaikan laporan hasil penelitian ini yang berjudul “Upaya

Pemerintah Dalam Pelestarian Situs Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita

Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep” meskipun dalam bentuk yang sederhana.

Penyusunan hasil penelitian ini merupakan syarat utama dalam penyelesaian Studi.

Tak lupa pula kita kirimkan salam serta sholawat kepada nabi kita Nabi Muhammad

saw., beserta sahabat dan keluarga-Nya yang tetap istiqomah dalam ajaran islam. Tak

lupa pula penulis ucapkan banyak terimakasih kepada kedua pembimbing bapak Dr.

Nasruddin, Mm dan bapak Nur Ahsan Syakur, S. Ag., M. Si yang telah banyak

membantu dan menberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan

ini tak sedikit rintangan dan halangan yang dilalui oleh penulis mulai dari

pengumpulan data dan halangan yang lainnya. Tapi berkat adanya Allah swt.,

penelitian ini bisa terselesaikan dan semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat dan

pelajaran yang banyak.

Keberhasilan penyusunan hasil penelitian ini dalam bentuk skripsi tak lepas
dari dukungan dan doa dari orang tua saya bapak Kahar dan ibu Rahmatia serta dari

banyak pihak yang senantiasa mendoakan dan membantu saya baik secara langsung

maupun tidak langsung, baik secara moril maupun material. Rasa bangga yang sangat

besar penulis ucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua dan kakak saya

yang telah mendoakan, mendukung serta merawat penulis sehingga menjadi anak

perempuan yang tumbuh dewasa. Terimakasih untuk jeri payah dan usaha bapak
selama ini yang diberikan dengan ikhlas kepada penulis dalam menempuh

v
vi

pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Semoga

Allah swt; selalu melindungi dan mecurahkan rahmat-Nya kepadamu. Terimakasih

juga saya ucapkan kepada saudara Ade Saputra yang telah banyak membantu dalam

penelitian dan mendokan penulis dalam penyelasaian skripsi ini semoga Allah

membalas dengan amalan yang berlipat ganda. Aamiin.

1. Prof. H. Hamdan Jurhanis M. A, Ph. D., Selaku Rektor UIN Alauddin

Makassar, Prof. Mardan, M. Ag., selaku Wakil Rektor I (Satu) Bidang

Akademik Pengembangan Lembaga, Dr. Wahyudin, M. Hum., Selaku Wakil

Rektor II (Dua) Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Prof.

Darussalam, M. Ag., Selaku Wakil Rektor III (Tiga) Bidang Kemahasiswaan

UIN Alauddin Makassar. Atas kepemimpinan dan kebijakan yang telah

memberikan banyak kesempatan dan fasilitas kepada kami demi kelancaran

dalam proses menyelesaiakan studi kami.

2. Dr. Hasyim Haddade, M. Ag.,Selaku Dekan Fakultas adab dan Humaniora

UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Ibrahim, S. Ag.,S. S., M. Pd.,Selaku Wakil

Dekan I (Satu) dalam bidang Akademik, Dr. Firdaus, M. Ag., Selaku Wakil

Dekan II (Dua) dalam Bidang Administrasi, H. Muhammad Nur Akbar


Rasyid, M. Pd, M. Ed, Ph. D. Selaku Wakil Dekan III (Tiga) dalam Bidang

Kemahasiswaan. Atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami

selama proses perkuliahan hingga menyelesaikan studi.

3. Dr. Abu Haif, M. Hum., dan Dr. Syamhari, S. Pd., M. Pd Selaku Ketua dan

Sekertaris Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Alauddin Makassar. Dr. Rahmat, M. Pd. I (Mantan Ketua Jurusan


vii

Sejarah Peradaban Islam), atas ketulusan dan Keikhlasan seta banyak

memberi arahan dan motivasi studi.

4. Bapak/Ibu Dosen Sejarah Peradaban Islam dan Bapak/Ibu selaku Bidang

Akademik, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat kepada kami sehingga kami bisa sampai pada tahap penyusunan

skripsi ini.

5. Sumber informan baik yang ada di Desa Sumpang Bita maupun yang ada di

Balai Pelestarian Cagar Budaya, terimakasih atas kerjasamanya dan atas

informasi yang telah diberikan.

6. Ucapan terimakasi yang tak terhingga kepada saudari Novi Dwi Setiowati,

Pirna dan Mawar atas bantuannya selama ini baik secara moril ataupun

material, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

7. Saudara-saudari teman seangkatan mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban

Islam angkatan 2017. Terimakasih atas perjuangan, doa, motivasi, serta

perjuangannya selama ini.

8. Seluruh Dosen UIN Alauddin Makassar dan seluruh pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu diucapkan banyak terimakasih atas bantuannya

selama ini dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat kepada pembaca. Semoga

segala bantuan yang diberikan kepada penulis bernilai ibadah dan

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah swt., Aamiin Ya Rabbal

Alamin.
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... ii


PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
C. Fokus dan Deskripsi Fokus .............................................................................. 7
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 14
F. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................. 15
A. Sejarah dan Peninggalan Kepurbakalaan ..................................................... 15
B. Arkeologi ......................................................................................................... 17
C. Pelestarian Cagar Budaya .............................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 24
A. Jenis dan lokasi Penelitian ............................................................................. 24
B. Metode Pendekatan ......................................................................................... 26
C. Sumber Data .................................................................................................... 27
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 27
E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 29
F. Metode Analisis Data ...................................................................................... 31

viii
ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 33


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................. 33
B. Sejarah dan Perkembangan Situs Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang
Bita 39
C. Usaha Pemerintah Dalam Pelestarian Situs Peninggalan Kepurbakalan
Sumpang Bita ......................................................................................................... 45
D. Pengaruh Sumpang Bita terhadap Masyarakat Sekitar ............................ 55
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 60
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 60
B. Implikasi ......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 72
DAFTAR TABEL

Tabel 1 1 Luas Wilayah Kabupaten Pangkep Dirinci Berdasarkan Kecamatan ......... 35

Tabel 1 2 Luas Kelurahan di Kecamatan Balocci ....................................................... 36

Tabel 1 3 Banyaknya Lingkungan, Dusun, RK/RW dan RT di Kacamatan Balocci .. 37

Tabel 1 4 Luas daerah dan banyaknya penduduk ....................................................... 37

Tabel 1 5 Banyaknya Fasilitas Untuk Masyarakat Kecamatan Balocci ..................... 38

Tabel 1 6 Banyaknya Fasilitas Sekolah di Kecamatan Balocci .................................. 38

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kabupaten Pangkep ............................................................................ 33

Gambar 2 Peta Kecamatan Balocci ............................................................................. 36

Gambar 3 Cap Tangan Negatif ................................................................................... 43

Gambar 4 Cap Babi Rusa ............................................................................................ 44

Gambar 5 Perahu ......................................................................................................... 44

Gambar 6 Pagar Bagian Depan Sumpang Bita ........................................................... 49

Gambar 7 Taman Sumpang Bita ................................................................................. 50

Gambar 8 Tangga dan Jalan Setapak ......................................................................... 51

Gambar 9 Rumah Informasi Sumpang Bita ................................................................ 52

xi
ABSTRAK

Nama : Reski Wahyuni


Nim : 40200117065
Judul :Upaya Pemerintah Dalam Pelestarian Situs Sejarah
Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita Kecamatan
Balocci Kabupaten Pangkep.

Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana upaya pemerintah


dalam pelestarian situs peninggalan kepurbakalaan Sumpang Bita Kecamatan Balocci
Kabupaten Pangkep. Dengan sub permasalahan, Yaitu: 1) bagaimana sejarah
terbentuk dan perkembangan situs kepurbakalaan Sumpang Bita, 2) Bagaimana usaha
pemerintah dalam melestarikan situs peninggalan kepurbakalaan Sumpang Bita, dan
3) Bagaimana pengaruh Sumpang Bita terhadap masyarakat sekitar situs peninggalan
kepurbakalaan Sumpang Bita.
Jenis metode penelitian ini tegololong dalam metode penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian lapangan yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung
terhadap sebuah objek penelitiannya. Adapun pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sejarah, arkeologi, dan antropologi, selanjutnya metode pengumpulan
data yaitu wawancara, observasi, dokumentasi dan pustaka.
Hasil dari penelitian yang didapatkan peneliti dengan data dan wawancara
mengenai upaya pemerintah dalam pelestarian situs peninggalan kepurbakalaan
Sumpang Bita di Kacamatan Balocci Kabupaten Pangkep bahwa 1) Sumpang Bita
pertama kali ditemukan oleh Lantara Depaduni pada tahun 1982 salah satu
masyarakat yang tinggal di daerah Sumpang Bita. Sumpang Bita berasal dari bahasa
Bugis yaitu “Sumpang” yang artinya pintu dan “Bita” merupakan kampung yang ada
di Kabupaten Maros. Sumpang Bita merupakan jalan yang mereka lalui untuk menuju
ke kampung Bita. Gua Sumpang Bita ini merupakan gua terbesar di Kabupaten
Pangkep bahkan di Sulawesi Selatan. 2) bentuk upaya yang dilakukan pemerintah
dalam Pelestarian Kawasan Sumpang Bita yaitu berdasarkan Undang-undang No.11
tahun 2010 tentang pelestarian cagar budaya, pembuatan pagar sekitar 500 meter,
pengangkatan tenaga kerja, pembuatan taman, pembuatan tangga dan jalan setapak,
pembutan rumah informasi, rumah jaga, dan rumah istirahat. 3) kondisi masyarakat
Sumpang Bita sebelum kawasan itu di tetapkan sebagai benda cagar budaya mereka
menggunakan kawasan tersebut sebagai lahah pertanian, sedangkan guanya mereka
jadikan sebagai sarang burung dan kotorannya mereka jadikan pupuk untuk tanaman
mereka. Namun setelah gua itu ditetapkan sebagai benda cagar budaya keadaan

xii
ekonomi mereka meningkat karena mereka mendapat penghasilan tambahan dari
berjualan disekitar kawasan tersebut.
Implikasi pada penelitian ini adalah Sumpang Bita merupakan peninggalan
prasejarah yang berada di Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Peninggalan ini
perlu peningkatan yang lebih untuk bekerjasama antara para penjaga taman
prasejarah Sumpang Bita, masyarakat, maupun pemerintah dalam melestarikan
peninggalan bersejarah tersebut. Perlu adanya tambahan baik dari segi taman, kolam
renang, tempat ibadah, dan perlu adanya perbaikan fasilitas yang disediakan untuk
pengunjung seperti wc sehingga bisa lebih menarik untuk dikunjungi. Selain itu pula
perlu penambahan tenaga kerja sebagai pemelihara karena dengan 12 orang tersebut
mereka kewalahan.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tempat wisata memiliki karakteristik khas wilayah tersebut, seperti

yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang separuh daerahnya mencakup

pegunungan karts. Bila kabupaten Maros populer dengan tempat wisata Leang-leang

serta Rammang-Rammang hingga kabupaten Pangkep populer dengan halaman

zaman baharinya yaitu Sumpang Bita.

Penelitian di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Van Heekeren dan Miss

Heren Palm dan menemukan cap tangan negatif dan gambar babi rusa di Gua Pattae

Maros. Tahun berikutnya ditemukan pula berbagai lukisan di Gua lain seperti di Gua

Lambatorang, leang Sampeang, Leang Batu Ejaya, Leang Jarie dan gua lain yang

berada di kawasan Maros. Para peneliti gua juga mengungkapkan bahwa di Daerah

Pangkep juga banyak ditemukan gua-gua yang di dalamnya banyak terdapat lukisan

antara lain, Gua Sumpang Bita, Gua Bulu Sumi, Gua Elle Masiji, Leang Sapiria,

Leang Lompoa, Leang Kassi, dan lain sebagainya.

Peneliti Arkeologi Nasional pada zamannya dinamakan Lembaga

Kepurbakalaan dan Nasional. Kemudian melebarkan energi capaian observasinya

mengenai peninggalan gua yang ada dizaman purbakala pada tahun 1980-an, wilayah

Pangkep ataupun Pangkajene dan Kepulauan setelah itu ikut pula jadi atensi peneliti

gua prasejarah. Atensi ini disodorkan oleh penyelidik masyarakat Indonesia sendiri

1
2

paling utama yang berprofesi dilingkungan lembaga yang berwenang melaksanakan

riset kepurbakalaan.1

Lingkungan prasejarah gua Sumpang Bita, terletak di Desa Sumpang Bita,

Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Kehadiran peninggalan

purbakala di gua prasejarah tersebut, spesialnya yang berbentuk lukisan gua kian

lama kondisinya kian mengkhawatirkan. Dikala ini kian tak terhitung lukisan

prasejarah yang mengalami kehancuran, salah satu sebabnya adalah letak gua
prasejarah di alam terbuka serta sangat rentan terbawa oleh aspek cuaca ataupun alam

sekitarnya. Aspek alam serta cuaca ialah pengaruh yang paling berpengaruh terhadap

kehancuran serta pelapukan bilik gua serta lukisan yang berikutnya bisa jadi ancaman

untuk keselamatan serta keadaan lukisan ini.2

Dalam UU no. 11 tahun 2010 mengenai cagar budaya, kata “konservasi”

memanglah tidak secara akurat dinyatakan. Tetapi, kata kuncinya, ialah “pelstatian”

dijelaskan dengan baik serta melingkupi wujud, tujuan, serta metode konservasi.

Maka dalam pasal 1 dinyatakan pelindungan merupakan upaya menghindari serta

mengatasi dari kehancuran, atau kemusnahan dengan metode evakuasi, perlindungan,

zonasi, pelestarian, serta kesadaran diri sendiri juga mmerupakan upaya dinamis buat
mempertahankan adanya cagar budaya beserta nilainya, dan tercegah dari

kehancuran/kemusnahan sebab aspek manusia atau alam.3

1
Iwan Sumantri, Kepingan Mozaik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, (Cet. 1; Makassar:
Ininnawa, 2004), h. 23-24
2
R. Cecep Eka Permana, “Lukisan Dinding Gua (Rock Art): Keterancaman dan Cara
Konservasinya”, Jurnal Konservasi Cagar Budaya 9, no. 2 (Desember 2015): h. 47
3
R. Cecep Eka Permana, “Lukisan Dinding Gua (Rock Art): Keterancaman dan Cara
Konservasinya”, h. 43.
3

Munculnya seni lukis belum ada yang mengetahuinya secara pasti,

dikarenakan tidak adanya petunjuk yang begitu jelas. Bahkan jauh sebelumnya

manusia telah mengenal lukisan dan sepertinya mereka telah mencurahkan rasa

seninya melalui lukisan cap tangannya sendiri pada benda alam yang ada

disekitarnya.

Lukisan basah ialah lukisan yang terbuat dari bahan basah yang digambarkan

secara menyeluruh pada bidang cadas yang keras. Gambar kering ialah gambar yang
terbuat dari bahan yang kering pula, biasanya ditafsirkan terkonsentrasi dengan

lokasi-lokasi yang spesifik pada bidang bilik cadas. Lukisan basah diprediksi kokoh

digambarkan pada bidang cadas dengan memakai kuas, jari- jemari, ataupun cap.

Kuas biasanya terbuat dari ujung ekor hewan kecil ataupun dari tanaman. Cara ini

relatif lebih gampang untuk memisahkan lukisan yang digambarkan dengan

menggunakan ujung ekor hewan atau tumbuhan di banding jari- jemari yang

biasanya tidak apik. Lukisan yang terbuat dengan memakai ujung jari biasanya

ditemui berbentuk titik- titik yang kemudian disusun jadi motif tertentu. 4

Bagian ekslusif dari pictograph merupakan lukisan tangan yang ditemui

disegala dunia. Lukisan telapak tangan tersebut dibuat dengan cara melekatkan
telapak tangan yang basah dengan pewarna kepada permukaan cadas. Adakalanya

pada telapak tangan tersebut pula motif, diprediksi kokoh dengan menambahkan

pewarna tertentu pada telapak tangan sebelum menempelkannya pada bidang cadas.

Selain itu ada pula lukisan tangan yang terbuat dengan memakai tata cara“ air brush”

4
Yosua Adrian Pasaribu, “Sosial Ekonomi Masyarakat Pendukung Sebi Cadas Leang
Sumpang Bita,Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi-Selatan”, Siddhayatra 21, no 1 (Mei
2016), h. 26
4

ataupun“ cat semprot”. Metode ini memakai pewarna kering yang disemprotkan pada

bidang cadas lewat sejenis tabung ataupun pipa.5

Gua Sumpang Bita Merupakan salah satu pegunungan karst yang ada di

Sulawesi Selatan. Kawasan karst merupakan sebuah ekosistem yang unik bila

dibandingkan dengan tipe ekosistem yang lainnya. Hal ini dikarenakan kawasan eko

karst bersifat kering dan gersang. Gua yang berada kawasan karst memberikan

manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk masyarakat sekitar. Salah
satu manfaatnya yaitu bisa dijadikan sebagai tempat wisata.6

Keberadaan kawasan karst di Indoesia dianggap memiliki nilai yang sangat

strategis. Diseluruh wilayah Kepulauan Indonesia, luas kawasan Karst mencapai

hampir 20% dari total luas wilayah. Nilai-nilai strategis yang dimaksud adalah

sebagai keperluan domestik, sumber daya alam yang melimpah dan lain sebagainya.

Melihat kondisi alam sekitar yang saat ini sedang terjadi yang makin hari kian

banyak yang mengalami kerusakan di akibatkan oleh faktor alam dan faktor manusia.

Maka dari itu didalam Al-Qur’an allah memerintahkan kita agar kita melakukan

perjalanan dimuka bumi ini agar dapat melihat kembali kisah-kisah umat terhadulu

yang celaka karena ingkar kepada Allah. Banyak diantara mereka yang melakukan
kerusakan dimuka bumi ini sampai akhirnya allah memusnahkannya.

Sebagai umat manusia usaha yang dapat kita lakukan agar lingkungan kita

tetap terpelihara dan tetap terlestarikan sebagaimana mestinya diantaranya, rehabilitas

sumber daya alam seperti hutan, tanah, dan air. Menerapkan hidup sehat dan bersih.

5
Yosua Adrian Pasaribu, “Sosial Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang
Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi-Selatan”, Siddhayatra 21, no 1 (Mei
2016): h. 26-27
6
Joko Mujiarto, “Potensi dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Karst Gua Gudawang”,
Media Konservasi 19, no. 1 (April 2014). h. 57
5

“kebersihan adalah sebagian dari iman” maka dari itu kita harus sadar untuk tetap

merawat dan melestarikan lingkungan sekitar kita.

Allah berfirman dalam Qs. Ar-rum/30: 41.

‫ع ِملُ ْىا لَ َعلَّ ُه ْم‬ ْ ‫ض الَّذ‬


َ ٌِ ِ َّ‫ت اَ ْيدِي الن‬
َ ‫اس ِليُ ِذ ْي َق ُه ْم َب ْع‬ َ ‫ساد ُ ِفً ْال َب ِ ّر َو ْال َب ْح ِر ِب َما َك‬
ْ ‫س َب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬
َ

١٤ َ‫يَ ْر ِجعُ ْىن‬

Terjemahnya:

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah Swt., merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali
(kejalan yang benar”7

Berdasarkan dari keterangan di atas kaitannya dengan pelestarian taman

prasejarah yang ada di Kabupaten Pangkep yaitu Allah Swt., memerintahkan kepada

kita umat manusia untuk tidak merusak tetapi memelihara dan tetap melestarikan

lingkungan yang ada karena akan membawa banyak manfaat untuk manusia.

Kabupaten Pangkep mempunyai banyak kawasan eko karst yang perlu di

lestarikan diantaranya di Kecamatan Minasa Te’ne, Kecamatan Bungoro, Kecamatan

Balocci, Kecamatan Labbakang, Kecamatan Tondong Tallasa. Satu diantara gua yang

sangat banyak diteliti serta dilindungi dibagian karst Maros-Pangkep ialah gua

Sumpang Bita yang mempunyai seni cadas serta penemuan benda arkeologi yang

lebih banyak. Gua ini adalah gua dengan lokasi yang terluas serta dan berada

Permasalahan yang peling sering dijumpai untuk lingkungan eko karst yaitu peruhan

7
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 408.
6

iklim cuaca atau perubahan bentang alam, pencemaran air, dan berkurangnya nilai

keaneka ragaman hayati. Jika kawasan eko karst ini rusat atau tidak terpelihara lagi

maka akan mengurangi pula nilai ekonomi untuk yang ada dikawasan tersebut

diposisi sangat tinggi dikawasan tersebut. Pada penelitian ini hendak dibahas

mengenai Leang Sumpang Bita baik gambaran umumnya ataupun metode pemerintah

dan masyarakat dalam melestarikannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut maka pokok permasalah pada

penelitian kali ini adalah bagaimana bentuk pelestarin situs peninggalan

kepurbakalaan Sumpang Bita yang ada di kacamatan Balocci, Kabupten Pangkep.

Selanjutnya peneliti membagi tiga sub permasalahan agar penelitian tersebut lebih

terarah.

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan penginggalan purbakala Sumpang

Bita yang ada di Kecamatan Balocci, Kabupten Pangkep?

2. Bagaimana usaha pemerintah dalam melestarikan situs Peninggalan

Kepurbakalaan Sumpang Bita yang ada di Kecamatan Balocci, Kabupten

Pangkep?
3. Bagaimana pengaruh Sumpang Bita terhadap masyarakat yang ada disekitar

kawasan Sumpang Bita?


7

C. Fokus dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Penelitian kali ini memfokuskan pada pelestarian situs peninggalan

kepurbakalaan Sumpang Bita yang ada di Desa Sumpang Bita, kecematan Balocci,

Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Deskripsi Fokus

Bersumber pada fokus penelitian yang diatas sehingga peneliti dapat

mendeskripsikan menurut pokok permasalahan dalam penelitian ini bahwa Sumpang

Bita merupakan sebuah situs peninggalan kepurbakaalan yang ada di Kacamatan

Balocci Kabupaten Pangkep. Situs memiliki makna tempat dimana terdapat sebuah

informasi mengenai benda peninggalan atau wasiat bersejarah yang mempunyai

makna warisan yang sangat tinggi. Sama halnya dengan peningalan yang ada di

Sulawesi Selatan khusunya di Kabupaten Pangkep, Kecamatan Balocci yang biasa

dikenal dengan nama situs Sejarah Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita. Situs

Sumpang Bita merupakan salah satu situs yang harus tetap dilestarikan agar tetap

terjaga nilainya, dan tetap memberikan banyak manfaat baik untuk masyarakat sekitar

maupun masyarakat pendatang. Sumpang bita merupakan tempat bersejarah yang


dulunya dijadikan sebagai pintu oleh masyarakat terdahulu atau manusia untuk

berhubungan dengan masyaraka lainnya.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk


mengungkapkan sumber-sumber apa saja yang telah digunakan dalam penelitian ini
baik itu dari buku, artikel, skripsi, jurnal ataupun sumber yang lainnya. Adapun
8

beberapa karya yang dijadikan sebagai rujukan oleh peneliti yang mengangkat tema
tentang situs kepurbakalaan Sumpang Bita yaitu diantaranya:

1. Yudi Suhartono, “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lukisan Gua Prasejarah

Di Maros Pangkep dan Upaya penagananya ”, Jurnal Konservasi Cagar

Budaya Borobudur 6, No. 1, 2012. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa faktor

terjadinya kerusakan pada lukisan gua adalah faktor alam dan faktor manusia.

Dari hasil penelitian Yudi Suhrtono ini menunjukkan bahwa kerusakan dan
pelapukan gua diakibatkan oleh adanya kontak dengan atmosfer yang berbeda

seccara signifikan seperti pada musim hujan dan musim kemarau. Pada musim

hujan mulut gua ini karena tidak dilindung dengan apapun maka akan terkena

air hujan secara terus menerus. Dari air hujan tersebut maka tejadilah

pelapukan biologi dan pelapukan kimia pada lapisan permukaan gua.

Selanjutnya untuk musim kemarau pelapukan itu akan secara otomatis terkena

langsung oleh sinar matahati yang menyebabkan terjadinya penguapan air

serta tumbuhan dan akan mengalami perubahan yang sangat besar. Sedangkan

kerusakan lukisan yang di akibatkan manusia adalah manusia dalam usaha

memenuhi kebutuhan hidupnya telah melakukan beberapa aktivitas baik dari

bentuk sederhana, besar, sampai dengan yang kecil yang dapat menimbulkan

kerusakan yang besar. Salah satu bentuk kerusakan yang dilakukan oleh

manusia adalah penebangan pohon secara liar yang mengakibatkan pula

perubahan lingkunga. Perubahan lingkungan ini memang tidak terlalu nampak

akan tetapi apa bila dilakukan secara terus menerus maka akan menimbulkan

kerusakan yang besar. Adapun cara penanggulangannya yaitu dilakukan

konservasi yang bersifat menghambat laju kerusakan dan pelapukan yang


9

terjadi. Maka dari itu diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak

untuk tetap melestarikan Sumpang Bita tersebut.

2. Buku yang ditulis pada tahun 2011 yang berjudul “Zonasi Gua-Gua

Prasejarah Kabupaten Pangkep 2011”. Pada buku ini dijelaskan mengenai

leang Sumpang Bita yang berada kompleks taman prasejarah Sumpang Bita.

Tata guna lahan di sekitar kompleks dikelilingi oleh hutan lindung. Sekitar 2

km dibagian Barat dijadikan area tambang batu gamping dan marmer. Dalam
tinjauan arkeologi didalam gua ini ditemukan berupa lukisan dinding, artefak

batu, cangkang moluska, fragmen gerabah, serta fragmen tulang dan gigi.

Kemudian pada tahun 1985 dilakukan studi kenservasi lalu kemudian

dilanjutkan pada tahun 1986 dengan melakukan konservasi tahap awal berupa

pengalihan air hujan yang merupakan penyebab utuama kerusakan gambar

yang ada di gua. Selain itu dibahas pula mengenai Leang Lamperangang gua.

Gua ini berada tepat disebuah yang tidak diketahui namanya dalam peta

topografi Pangkajene. Aksebilitas menuju pelataran gua ini relatif muda

dengan melewati pematang tambak dari jalan raya. Namun jika ingin sampai

kemulut gua maka harus melakukan pemajatan vertikal setinggi 4 meter


dengan bantuan bamboo, dan yang terakhir dijelaskan pula mengenai konsep

pelestarian cagar budaya dan pelaksanaanya.

3. Yosua Adrian Pasaribu, “Sosial Ekonomi Pendukung Seni Cadas Leang

Sumpang Bita Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan” ,

Sidhayatra 21, no. 1, tahun 2016. Pada jurnal ini jelaskan mengenai gambaran

tentang sosial ekonomi pendukung seni cadas di leang Sumpang Bita dan

memberikan gambaran mengenai fungsi seni cadas bagi masyarakat


10

pendukungnya. Dalam memahami tipe masyarakat pendukung seni cadas

dapat memberi pandangan yang lebih jernih terhadap upaya rekontruksi fungsi

bahkan makna dari sni cadas tersebut bagi masyarakat pendukungnya. Pada

jurnal ini dijelaskan bahwa masyarakat pendukung seni cadas di Leang

Sumpang Bita dan gua-gua prasejarah di kawasan Maros Pangkep secara

umum adalah masyarakat pemburu makanan sejahtra, masyarakat pemburu

dan pengumpul makanan sederhana, dan masyarakat pemburu dan pengumpul


makanan kompleks. Seni cadas di gua ini diperkirakan kuat karena merupakan

tempat ritual keagamaan masyarakat setempat. Banyaknya gambar binatang di

gua ini menjelaskan simbol binatang dalam religi masyarakat prasejarah

pendukung seni cadas. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap motif

gambar binatang di gua-gua prasejarah bagian Maros-Pangkep dan gua di

bagian Kabupaten Bone.

4. Yosua Adrian Pasaribu, “Konteks Budaya Gambar Binatang Pada Seni Cadas

di Sulawesi Selatan”, Paradigma Jurnal Kajian Budaya 6, no.1, tahun 2016.

Dalam jurnal ini dijelaskan struktur seni cadas motif binatang pra-Austronesia

di Sulawesi Selatan yang didominasi oleh satu spesies binatang, yaitu babi
liar. Penggambaran babi di seni cadas priode pra-Austronesia di Sulawesi

Selatan memiliki banyak bentuk variasi maupun ukuran. Struktur seni cadas

memiliki daerah persebaran yang luas di tiga kabupaten yang terkenal dengan

kawasan eko karst-nya yaitu, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, dan

Kabupaten Bone. Motif binatang pada seni cadas Autronesia di Sulawesi

Selatan terdisi dari sepiluh motif gambar binatang yaitu, ubur-ubur (9%),

ikan (50%), teripang (4,5%), anjing (6,8%), burung (2,2%), pari manta
11

(4,5%), kuda (6,8%), biawak (4,5%), dan yang motif yang paling sering di

gambarkan yaitu babi sebanyak (71,4%), sedangkan motif kedua yang paling

sering yaitu anoa sebanyak (21,5%). Pada seni cadas priode Autronesia

diduga dikembangkan oleh masyarakat yang telah yang telah mengenal budi

daya dan struktur sosial yang hierarkis. Penggambaran motif binatang

berkaitan masa kawasan karst Maros-Pangkep yang terletak digaris pantai

Barat Sulawesi Selatan.


5. Ahmad Aidin, “Identifikasi dan Arahan Pemerintah Kawasan Eko Karts di

Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep”, Skripsi, Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2017.

Pada skripsi dijelaskan mengenai bagaimana potensi pemanfaatan kawasan

eko karts Sumpang Bita di Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Kawasan

eko karst Kecamatan Balocci dibagi menjadi tiga zona yaitu, zona inti, zona

budidaya, dan yang terakhir zona penyangga. Zona inti adalah zona yang

dimanfaatkan untuk konservasi dan perlindungan. Zona budidaya adalah

dijelaskan dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2007 yaitu kawasan yang

sudah ditetapkan untuk dibudidayakan sesuai potensi pemanfaatannya. Zona


penyangga adalah kawasan yang memiliki sumber daya alam yang terbatas

serta memiliki fungsi untuk penyangga daerah kawasan lindung. Potensi di

kawasan ini berupa alam, hutan, flora dan fauna, dan yang terakhir air terjuna.

Pada skripsi ini dijelaskan pula mengenai potensi kawasan eko karst baik itu

potensi fisik, lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial.

Berdasarkan analisi SWOT, hasil analisis mengenai strategi kebijakan

pengembangan Kawasan Eko Karst di Kecamatan Balocci yaitu


12

pengembangan potensi mata air pada kawasan eko karst sebagai sumber

kehidupan masyarakat Kecamatan Balocci secara berkelanjutan,

memanfaatkan gua sebagai kawasan cagar budaya serta prasejarah,

mengembangkan potensi wisata secara berkelanjutan dengan memanfaatkan

masyarakat setempat untuk sebagai tenaga kerja untuk meningkatkan

perekonomian, peningkatan stategis antara pemerintah, pihak swasta dan

masyarakat setempat dalam meningkatkan pendapatan ekonomi wilayah, dan


pembuatan Home Industry sebagai upaya dalam memanfaatkan karst sebagai

bahan baku perbuatan karajinan tangan seperti keramik, gici, dan lain

sebagainya dengan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber daya

manusianya.

6. Nur Syamsurya Alam, “Makna Ekspresi Simbolik pada Dinding Gua Taman

Prasejarah Sumpang Bita Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep”, Skripsi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar, tahun 2016. Pada skripsi ini dibahas mengenai struktur gua dan

makna yang terkandung disetiap gambar yang ada pada dinding gua Sumpang

Bita di Kacamatan Balocci. Berdasarkan hasil penelitian penulis struktur


geologi Gua Sumpang Bita kekar, baik berupa kekar tiang, maupun kekar

lembaran. Pada umumnya gua Sumpang Bita memiliki ukuran ruang yang

tidak luas, memiliki jarak dari lantai ke langit-langit gua, memiliki lantai yang

sedikit miring atau bergelombang dan mempunyau mulut gua yang tidak

begitu lebar melainkan tinggi. Struktur dari gua yang paling menonjol adalah

lukisan dinding gua seperti lukisan babi rusa, cap tangan negatif, cap kaki

negatif, dan perahu. Hampir semua lukisan di dinding gua berwarna merah
13

yang memiliki makna kekuatan magis. Warna merah ini berasal dari oker

yang dikunyah kemudian disemprotkan ketelapak tangan. Warna merah

sebagai simbol kekuatan untuk mencegah rih-roh jahat. Adapun makna dari

gambar telapak tangan negative yaitu sebagai simbol malapetaka dan cap

tangan yang kurang lengkap atau jarinya kurang dari lima itu berarti keadaan

berduka salah satu dari kerabat mereka meninggal dunia. Lukisan cap kaki

negatif memiliki makna sebagai simbol dan doa dalam menemupuh perjalanan
yang jauh untuk mendapat keselamatan. Lukisan babi rusa dimaknai sebagai

sebuah pengharapan agar dimudahkan dalam melalukan berburu dan akan

mendapat hasil yang banyak. Yang terakhir lukisan perahu atau sampan

memiliki arti sebagai sarana yang digunakan dalam melakukan perjalana

dalam mencapai tujuan.

Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian yang lainnya yaitu penelitian

ini lebih berfokuskan mengenai upaya yang telah dan yang akan dilakukan oleh

penerintah maupun masyarakat agar situs ini lebih menarik dan lebih bisa memberi

manfaat yang banyak untuk masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar. Selain

itu penelitian ini juga membahas mengenai sejarah dan perkembagannya. Sedangkan
pada penelitian yang lain lebih berfokus pada makna yang terkandung dalam gambar

yang ada di dinding gua tersebut dan penyebab kerusakannya.


14

E. Tujuan Penelitian

Mengenai tujuan penelitian akan dibahas mengenai apa saja yang akan dicapai

dari penelitian tersebut dan biasanya selalu menuliskan hal apa yang ingin dicapai

dari rumusan masalah. Adapun tujuan penelitiannya yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan sejarah terbentuk dan perkembangan situs

peninggalan kepurbakalaan Sumpang Bita yang ada di Kecamatan Balocci,

Kabupten Pangkep.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa usaha pemerintah dalam

melestarikan situs peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita yang ada di

Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep.

3. Untuk mendeskripsikan pengaruh Sumpang Bita terhadap masyarakat sekitar

kawasan Sumpang Bita

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Peneliti berharap agar hasil penelitiannya tersebut bisa bermanfaat dan

berguna untuk menambah ilmu pengetahuan sejarah, arkeologi, dan bisa menjadi
dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap agar hasil penelitiannya bisa berguna untuk mahasiswa

ataupun untuk masyarakat sebagai sumber informasi tentang situs sejarah

peninggalan kepurbakalaan Sumpang Bita ini. Selain itu bisa juga bermanfaat untuk

meningkatkan kesadaran dalam melestarikan tempat bersejarah di kampung halaman.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sejarah dan Peninggalan Kepurbakalaan

Sejarah merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu, yang

mencakup waktu, tempat, dan pelaku. Sejarah dalam bahasa Arab yaitu ”Syajaratun”

yang artinya pohon. Pohon yang dimaksud disini adalah pohon kehidupan. Selain itu

sejarah juga bisa didefinisikan sebagai sebuah pengalaman yang pernah terjadi atau

pernah dialami seseorang yang bisa menjadi pelajaran sekaligus motivasi untuk lebih

baik lagi. Sedangkan sejarah dalam bahasa Inggris berarti “History “dan dalam

bahasa Jerman berarti “Gesicthe.”

Gilbert J. Garraghan, S. J., sejarah bisa dibedakan jadi 1) kejadian masa lalu

Sejarah menurut para ahli

1. manusia, bentuk masa lalu; 2) Tulisan aktualitas masa lalu; serta 3) proses

serta metode pembuatan catatan.1

2. Danil dan Banks menyatakan bahwa sejarah menurutnya adalah kejadian yang

menjadi pengetahuan manusia pada masa lalu. Lain halnya dengan Banks

yang mengatakan bahwa sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau

dan peristiwa itu adalah aktualitas .2

1
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010), h. 2
2
Garraghan Gibert J, Pendekatan A Guide to Historical Method East Fordhan Road, (New
York: Fordham University Pres: 1996), h. 6

15
16

3. Sidi Gazalba mengatakan sejarah ini adalah sebagai masa lampau manusia

serta sekelilingnya yang diatur secara ilmiah serta mencakup secara

menyeluruh.

4. Keseluruhan mengenai rentetan kebenaran dengan versi yang dapat

memberikan pemahaman mengenai apa yang seharusnya.3

5. Gustafson menyatakan pendapatnya bahwa arti kata sejarah adalah hal

tertinggi dari sebuah ilmu pengetahuan seorang mahasiswa.4


6. Sejarah menurut Kartodirdjo ialah sebuah ilustrasi pengetahuan yang kolektif

dimasa lau. Pengetahuan atau keahlian ini merupakan pondasi untuk

membentuk sebuah identitasnya.5

Dari beberapa pengertian sejarah menurut para ahli di atas maka dapat di tarik

tiga kesimpulan mengenai pengertian pokok sejarah, yaitu:

1) Sejarah bagaikan metode kehidupan manusia, perilaku serta jawaban dari

kegiatan yang diujarkan kebudayaan. hal tersulit diserahkan kepada manusialah

yang menyejarah serta menciptakan kebudayaan.

2) Sejarah sebagai cerita atau jawaban dari pemulihan kehidupan manusia dalam

bermasyarakat.
3) Sejarah sebagai sumber dari ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang

bagaimana berusaha menangkap sebuah arti dan menyusun kisah manusia

secara akurat dan benar.6

3
Sidi Ghasalba, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bharatara, 1981), h.223
4
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Benteng, 1995), h.33
5
Dwi Susanto, Pengntar Ilmu Sejarah, (Surabaya: Government Of Indonesia dan Islamic
Development Bank), h. 8
6
Maskun, M. H, Manusia dan Sejarah, (Yogyakarta: Suluh Media, 2016), h. 26-27
17

Kepurbakalaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai

manusia zaman kuno yang belum mengenal tulisan atau manusia prasejarah yang

dikaji secara sistematis berdasarkan benda-benda yang mereka tinggalkan. Benda-

benda kepurbakaan ini sangat membutuhkan pelesterian dari masyarakat sekitar

karena dengan dilestarikannya benda-benda tersebut bisa menjadi sumber informasi

atau sumber data yang akurat.

Sejarah kepurbakalaan ini adalah sebuah ilmu pengetahuan yang membahas

mengenai manusia baik itu dari budayanya, peninggalannya berupa candi, bebatuan,

maupun ekofak.

Didalam prodesasi prasejarah masa ini disebut sebagai masa berburu dan

mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Keadaan lingkungan. Keadaan lingkungan

pada waktu itu tidak jauh berbeda dengan keadaan sekarang ini yaitu mereka hidup

sebagai pemburu dan pengumpul makanan yang ada di sekitarnya. Usaha tetap untuk

bertempat tinggal tetap telah dilakukan di Gua-Gua perlindungan.

Kehidupn masyarakat waktu itu masih sangat sederhana. Mereka sangat

tergantung pada alam bahkan pengetahuan dan tknologi mereka belum

mengetahuinya. Bencana alam, penyakit, hamper tak dapat mereka tangani.

B. Arkeologi

Kata arkeologi berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang artinya“ kuna’ serta

logos,“ ilmu”. Nama alternative arkeologi merupakan pengetahuan sejarah

kebudayaan material. Arkeologi merupakan ilmu yang menekuni kebudayaan

(manusia). Kemudian lewat kajian yang terstruktur atas informasi bendawi yang

diwariskan. Kajian yang terstruktur tersebut diantanya temuan, pengarsipan, analisis,


18

serta interpretasi informasi berbentuk penemuan berupa bendawi, semacam kapak

batu serta bangunan candi serta ekofak (barang area, semacam batuan, serta fosil)

ataupun fitur penemuan yang tak bisa dihilangkan dari posisi awalnya (arkeologi).

Metode riset yang khas merupakan penggalian arkeologis, ataupun survey pula

memperoleh jatah yang lumayan besar.7

Stuart Piggot dalam Approach to Archaeology mengatakan arkeologi ialah

sesuatu disiplin ilmu yang membahas mengenai suatu peristiwa ataupun kejadian

yang tidak diketahui. Selanjutnya dibenarkan dengan munculnya suatu aset

berbentuk benda-benda yang masih tersimpan, baik itu berbentuk barang kekunoan

dan produk dari suatu warga dengan memakai catatan tertulis ataupun tanpa tulisan.8

Pengertian arkeologi menurut pandangan para ahli :

1. Gharame Clark berpendapat bahwa arti arkeologi adalah wujud tinjauan yang

sempurna terhadap bendawi yang kuno untuk menghasilkan sebuah catatan

sejarah. Selain itu Cottrell Leonar menyatakan pendapatnya mengenai

pengertia arkeologi yaitu sebagai satu gambaran terhadap manusia dengan

terfokuskan pada peninggalan atau warisan berupa perlengkapan atau alat-

alat yang digunakan, monumen, kerangka tubuh manusia serta semua hasil
karya cipta dari inovasinya.

2. Stuart Piggot mengatakan bahawa arkeologi adalah suatu ilmu pengetahuan

yang membahas tentang kejadian yang tidak pernah di ketahui atau tidak

7
Benson Manalu, “Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi”, Jurnal Online Mahasiswa
Arsitektur Lengkau Betang 1, no. 2 ( November 2013): h. 17
8
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia), 2009), h. 1-2
19

disadari yang kemudia dibuktikan oleh adanya penemuan benda-benda kuno

yang merupakan haasil produksi dari masyarakat dengan menggunakan

catatan tertulis ataupun tanpa tulisan.

3. Bagi Ihromi, arkeologi merupakan suatu upaya memulihkan atau

memperbaiki serta menyusun kembali metode hidup tiap hari serta adat-

istiadat dari bangsa masa sebelum sejarah, dan menelusuri pergantian

kebudayaan serta mengajukan penjelasan tentang mungkin karena dari


pergantian kebudayaan itu.

4. Selanjutnya Frank Hole dan Robert F. heizer mengatakan bahwa arkeologi ini

merupakan suatu pembahasan mengenai masa lalu manusia yang diteliti dari

bahan-bahan yang ditinggalkan.

5. Walter Tylor mengatakan arkeologi tidak melebihi suatu metode serta

kumpulan metode yang spesial buat memperoleh uraian menimpa budaya.9

C. Pelestarian Cagar Budaya

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pelestarian

merupakan proses, metode, tindakan melestarikan; proteksi dari kemusnahan ataupun

kehancuran, pengawetan dan konservasi.10

Islam memiliki konsep mengenai betapa berartinya konvervasi, penyelamatan,

serta pelestarian area. Konsep islam mengenai area ini nyatanya Sebagian sudah

diadopsi serta jadi pokok penting suatu arkeologi yang dibesarkan oleh para

9
Benson Manalu, “Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat”, Jurnal Online
Mahasiswa Arsitektur Langkau Betang 1, no. 2( November 2013): h. 17
10
Istiani Nur Hafiza, Pelestarian Lingkungan Hidup, Skripsi (Purwakerto: Fakultas Agama
Islam UMP, 2018), h.12
20

sejarawan area. Didalam beberapa ayat Al- Quran serta Hadist cukup banyak yang

menarangkan, menyarankan, apalagi mengharuskan tiap manusia buat tetap

melindungi kelangsungan hidupannya serta kelangsungan makhluk hidup

disekitarnya. 11

Suatu Prinsip simpel serta sangat baik yang diberikan oleh ajaran islam, dalam

ikatan manusia dengan area sekitarnya dan dengan segala alam semesta, merupakan

upaya buat meningkatkan rasa cinta serta lebih menumbuhkan rasa peduli dan kasih

sayangya dengan kehidupan sekelililingnya yang terdiri dari berbagai macam mahluk

hidup serta mahluk mati, wajib dilihat sebagaimana seperti mahluk semacam kita

pula.12

Cagar budaya adalah sebuah warisan yang sifatnya benda seperti bangunan

candi, makam, prasasti batu nisan situs ataupun yang bersifat bendawi lainnya. Syarat

dikatakan sebuah cagar budaya adalah apabila benda tersebut mengandung ilmu

pengetahuan, nilai keagamaan, nilai pendidikan dan nilai kebudayaan. Selaian itu

syarat menjadi sebuah cagar budaya apabila sudah ditetapkan oleh pemerintah

setempat.

Dalam hal cagar budaya pelestarian ini diartikan sebagai cara atau bentuk
pengelolaan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap sumber budaya yang bisa

bermanfaat untuk masyarakat baik dari dalam maupun masyarakat dari luar. Selain

11
Ahmad Suri, “Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia: Study Perbandingan
Etika Islam dan Etika Ekofisminisme”, Fikrah 2, no. 1 (Juli 2014): h. 108
12
Ahmad Suri, Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia: Study Perbandingan
Etika Islam dan Etika Ekofiminisme, h. 110-111
21

itu bisa tetap menjaga nilai yang terkandung dan meningkatkan kualitas benda

sebagai cagar budaya tersebut.

Pelestarian cagar budaya tidak hanya terkait dengan objek dari cagar

budayanya saja, tetapi juga meliputi aspek-aspek lain baik yang terkait langsung

maupun yang tidak langsung. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa cagar budaya

tidaklah berdiri sendiri. dalam kajian arkeologis, jelas terlihat bahwa cagar budaya

terikat dengan konteksnya baik berupa lingkungan, maupun budaya secara umum.

Oleh sebab itu, pelestarian cagar budaya harus mencakup pelestarian cagar budaya itu

sendid termasuk lingkungan.

Selain itu, pelestarian merupakan upaya agar suatu karya budaya baik yang

berupa gagasan, tidakan atau perilaku, maupun budaya bendawi tetap berada dalam

sistem budaya yang masih berlaku. Seringkali, karya budaya yang hendak

dilestarikan pernah terbuang atau ditinggalkan, tetapi kemudian ditemukan kembali.

Selanjutnya, karena nilai-nilai karya budayaitu dianggap penting maka kerya budaya

itu dimasukkan kembali kedalam sistem budaya yang berlaku saat ini dengan tujuan

untuk membangkitkan semangat dan kebanggan masyarakat masa kini, atau juga

sebagai tujuan wisata. Dengan demikian, pelestarian pada dasarnya tidak bersifat
statis melainkan dinamis. Implikasi dari kegiatan pelestarian yang sifatnya dinamis

ini adalah adanya peluang perubahan, dan hal inilah yang harus terkendali.

Pelestarian yang terkendali menjadi syarat mutlak agar nilai-nilai yang terkandung

didalam cagar budaya itu tetap lestari dan kegiatan pelestarian cagar budaya dapat

bejalan searah dan bahkan saling mendukung dengan kegiatan pembangunan. Situs

sinergis ini akan terjadi apabila perencanaan pelestarian dan pengembangan diarea
yang mengandung cagar budaya dapat dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi.
22

Bahkan, pembangunan dan pengembangan area dapat menjadi faktor pendukung

penyajian dan pelestarian nilai-nilai penting dan cagar budaya yang ada disekitarnya.

Sehubung dengan itu, maka kajian nilai penting merupakan keharusan bagi

setiap upaya pelestarian kajian ini harus menemukan dan menentukan nilai penting

apa saja yang dikandung oleh cagar budaya yang hendak dilestarikan. Hasil kajian

nilai penting akan menentukan apakah suatu karya budaya harus dilestarikan dan

bagaimana cara pelestariannya. Dengan mengetahui nilai penting yang ada, dapat

ditentukan kebijakan pelestarian yang dapat diterapkan terhadap karya budaya yang

dimaksud.

Perlu dipahami pula bahwa pelestarian tidak hanya beriorentasi masa lampau.

Sebaliknya, pelestarian harus berwawasan kemasa kini dan masa depan. Karena nilai-

nilai penting itu sendiri dipentukkan bagi kepentingan masa kini dan masa depan.

Mengacu pada aspek pemanfaatan cgar budaya, tujuan pelestarian dapat diarahkan

untuk mencapai nilai manfaat, nilai pilihan dan nilai keberadaan. Dalam hal ini, nilai

manfaat lebih ditunjukkan untuk pemanfaatan cagar budaya pada saat ini, baik untuk

ilmu pengetahuan, sejarah, agama, jatidiri, kebudayan, mupun ekonomi melalui

pariwisata yang keuntungannya dapat dirasakan oleh generasi saat ini. Hal yang perlu
dipahami dengan baik adalah, bahwa manfaat ekonomi ini bukanlah menjadi tujuan

utama dalam pemanfaatan cagar budaya sebagai objek wisata, tetapi merupakan

dampak positif dari keberhasilan pemanfaatan cagar budaya dalam periwisata.

Adapun nilai pilihan, mengasumsikan cagar budaya sebagai simpanan untuk

generasi mendatang, sehingga cagar budaya dilestarikan demi generasi mendatang.

Karena itu, pilihan pemanfaatannya diserahkan kepada generasi mendatang dan


23

generasi saat ini bertugas menjawab stabilitasnya agar cagar budaya tidak akan

mengalami perubahan sama sekali. sedangkan nilai keberadaan lebih mengutamakan

pelestarian yang bertujuan untuk memastikan bahwa karya budaya akan dapat

bertahan atau tetap ada walaupun tidak merasakan manfaatnya.

Sebagaimana uraian diatas, bahwa upaya pelestarian tidak hanya dilakukan

terhadap bukti bendawi atau yang tampak fisik yang ada, tetapi juga nilai-nilai

penting yang terkandung didalamnya agar kedua hal tersebut dapat tercapai maka

pelestarian bukti bendawi harus dapat dipertahankan, kerena tanpa bukti bendawi

nilai-nilai penting yang ada hanya akan menjadi wacana saja atau bahkan dapat

dianggap sebgai cerita dongeng saja. Oleh karena itu, untuk menjamin agar bukti-

bukti bendawi dapat mempresentasikan nilai-nilai, bukti-bukti itu harus terjaga

kondisinya yang mencakup dua aspek fisik yaitu keaslian dan keutuhan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan ilmu pengetahuan tentang bagaimana

langkah-langkah yang dilakukan secara ilmiah dalam melakukan penelitian.1 Metode


yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan sebuah riset

yang dicoba secara keseluruhan pada suatu objek dengan tujuan untuk menguasai

suatu fenomena ataupun indikasi sosial yang terjalin.2

Penelitian kualitatif juga merupakan sesuatu strategi inquiry yang lebih

memfokuskan pada pencarian arti, penafsiran konsep, ciri, indikasi, simbol, ataupun

deskripsi tentang sesuatu fenomena..3

A. Jenis dan lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian atau riset yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dan

jenis penelitian pustaka dengan disiplin ilmu humaniora dengan kajian sejarah

kebijakan publik.

Riset atau penelitian lapangan ini merupakan riset yang menggunakan

observasi ataupun pengamatan alam serta wawancara untuk mengenali atau

1
Widodo, Metodologi Penelitian Populer dan Praktik, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 66
2
I Made Laut Mertha Jaya, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet. I;
Yogyakarta: Quadrant, 2020), h. 110
3 3
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), h. 329

24
25

mengetahui apa arti dari Sumpang Bita tersebut yang dijadikan sebagai objek

penelitian. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana metode masyarakat dan

pemerintah sekitar dalam melestarikan tempat bersejarah sekaligus tempat wisata ini

agar tetap terjaga. Observasi atau pengamatan adalah sebuah riset yang dilakukan

dengan cara mengamati secara keseluruhan suatu objek pada kondisi tertentu.4

Tidak hanya itu, dalam merampungkan data serta mendapatkan informasi,

periset pula memakai riset kepustakaan. Riset kepustakaan ialah aktivitas menekuni,

mendalamidan melansir teori-teori ataupun konsep dari beberapa literatur baik,

majalah, koran ataupun karya tulis yang lain yang sesuai dengan topik, fokus,

variabel penelitian.5 Salah satu tipe riset apabila dilihat dari lokasi pengambilan

informasi merupakan riset kepustakaan (Library research). Sutrisno Hadi diucap riset

kepustakaan sebab data-data ataupun bahan-bahan yang yang dibutuhkan dalam

menuntaskan riset tersebut bersumber dari perpustakan baik berbentuk novel,

ensiklopedia, kamus, harian, dokumen, majalah serta lain sebagainya.6

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah Desa Sumpang Bita, Kecamatan

Balocci, Kabupaten Pangkep dan kantor pelestarian cagar budaya yang ada di
Benteng Roterdam Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu peneliti juga

mengumpulkan sumber baik itu berupa buku, jurnal, maupun artikel.

4
Widodo, Metodologi Penelitian Populer dan Praktis, (Cet. 3 ; Depok: Rajawali Pres, 2019),
h. 121
5
Widodo, Metodologi penelitian Popeler dan Prakti, h. 75
6
Nursapia Harahap, “Penelitian Kepustakan”, Jurnal Iqra’ 8, no. 01 ( 2014): h. 68
26

B. Metode Pendekatan

Pendekatan adalah sebuah sudut pandang yang terdapat dalam bidang

pengetahuan yang bertujuan untuk memehami sebuah penelitian. Berdasarkan judul

penelitian maka metode pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah:

1. Pendekatan Sejarah

Pendekatan sejarah atau pendekatan historis adalah pendekatan yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan informasi. Pendekatan sejarah ini sangat dibutuhkan

dalam penelitian karena dengan pendekatan ini peneliti bisa mengungkap sebuah

sejarah atau kejadian masala lampau secara sistematis tentang peninggalan

kepurbakaan Sumpang Bita ini.

2. Pendekatan Antropologi

Pendekatan antropologi ini adalah salah satu pendekatan yang dilakukan oleh

peneliti untuk mendapatkan informasi terkait dengan bagaimana perilaku manusia

yang bertindak sebagai masyarakat disekitar situs sejarah Sumpang Bita untuk

melestarikan situs tersebut. Karena pada dasarnya antropologi ini adalah ilmu

pengetahuan yang membahas tentang manusia baik itu sikap atau perilaku ataupun

tentang keaneka ragaman manusia.

3. Pendekatan Arkeologi

Pendekatan arkeologi adalah sebagai ilmu yang membantu peneliti sejarah dalam

merenkontruksi sebuah benda purbakala sebagai peninggalan bersejarah. Seperti

artefak maupun situs peninggalan kepurbakalaan. Selain itu pendekatan arkeologi

juga bisa menggali sisa-sisa peninggalan manusia pada masa lampau.


27

C. Sumber Data

Dalam mengumpulkan sumber peneliti menggabungkan informasi yang sejalan

dengan aset situs sejarah kepurbakalan Sumpang Bita dimana informasi tersebut

bersumber dari sumber sejarah yang sesungguhnya. Sumber sejarah merupakan suatu

baik itu langsung ataupun tidak langsung yang mengantarkan ataupun membagikan

data kepada kita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjalin pada masa lampau.

Dalam proposal ini peneliti memakai sumber sejarah ialah:

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sesuatu sumber informasi yang dicatat oleh seseorang yang

bersangkutan langsung dengan kejadian dan seseorang itu menyaksikan lansung

kejadiannya. Sumber primer didapatkan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah tulisan sejarah sebagai pendukung dari sumber

primer yang ditelusuri melalui buku-buku dengan tujuanuntuk melengkapi informasi

yang dibutuhkan.7 Selain buku sumber juga bisa diperoleh dari buku, jurnal, skripsi

dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan apa yang ada didalam penelitian.8

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu metode yang dilakukan agar seorang

peneliti bisa mengungkap dan mendapatkan sebuah informasi yang akurat sesuai

dengan keadaan sekitar lokasi penelitian.9

7
Ramadani Wahyu, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), h. 156
8
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011), h. 41-
42
9
I Made Laut Mertha Jaya, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet. I;
Yogyakarta: Quadrant, 2020), h. 88
28

1. Metode Kepustakaan

Kepustakaan merupakan pengumpulan data melalui tulisan sejarah yang

berkaitan dengan objek penelitian seperti buku, jurnal, skripsi dan lain sebagainya.

2. Metode Observasi

Observasi merupakan proses peninjauan langsung yang dilakukan peneliti

terhadap objek yang akan diteliti. Dari observasi ini dapat mengungkapkan gambaran

sistematis mengenai peristiwa, tingkah laku, benda atau karya yang dihasilkan dan

peralatan yang digunakan. Dalam observasi ini ada beberapa hal penting yang sangst

perlu untuk diperhatikan diantaranya pelaku, tempat, waktu, peristiwa dan yang

terakhir adalah tujuan. Dalam penelitian ini pengumpulan data secara obserwasi lebih

difokuskan pada upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam pelestarian Taman

Prasejarah Sumpang Bita ini. Observasi ini dilakukan secara langsung oleh peneliti

agar mendapatkan data primer yang jelas dan observasi ini dilakukan sebelum

pencarian data melalui wawancara narasumber.

3. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu peristiwa dimana adanya suatu pertemuan antara dua
orang atau lebih. Salah satu dari mereka bertindak sebagai sumber informasi dan yang

satunya sebagai pencari informasi. Wawancara ini bertujuan untuk saling bertukarnya

informasi melalui tanya jawab sehingga mendapatkan sebuah makna dan informasi

yang akurat dalam sebuah topik tertentu.10 Adapun yang menjadi sasaran wawancara

dari penelitian ini adalah penanggung jawab dari Taman Prasejarah Sumpang Bita itu

sendiri, staf dari balai arkeologi, tokoh masyarakat setempat, dan orang yang bekerja

10
Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian, (Cet, II; Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 83
29

di Balai Pelestarian Cagar Budaya yang banyak mengetahui tentang Taman

Prasejarah Sumpang Bita tersebut.

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan catatan kejadian yang pernah terjadi dimasa

lalu dan biasanya berbentuk gambaran, tulisan, ataupun bentuk karya-karya yang

lainnya dari seseorang.11 Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan


informasi lewat aset arsip-arsip serta pula tercantum buku-buku tentang komentar,

teori, dalil ataupun hukum-hukum serta yang berhubungan dengan permasalahan

penelitiaan. Dalam riset kualitatif metode pengumpulan informasi yang utama sebab

perivikasi tanggapan yang diberikan secara logis serta rasional lewat komentar, teori,

ataupun hukum- hukum yang menunjang ataupun menolak tanggapan tersebut.

Teknik dokumentasi ini bertujuan untuk memperkuat data-data sebelumnya.

Tujuan dari dokumentasi ini adalah mencari data-data mengenai variable yang

berbentuk catatan, buku, transkip, majalah, prasasti notulen, agenda dan lain

sebagainya sehingga bisa mendukung berjalannya penelitian. 12

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah sebuah alat pengumpul data yang digunakan

seorang peneliti untuk mendapatkan sebuah informasi secara valid atau secara ilmiah

karena kebenaran sebuah data informasi tergantung dari instrumen penelitiannya.

Instrument penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data harus mampu

11
Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian, h. 84
1212
Basri, Metode Penelitian Sejarah “ pendekatan teori dan Praktik”, (Jakarta: Restu Agung
2006), h. 60-63
30

menampung semua data yang diperlukan peneliti dalam menganalisis data. Intrumen

data dikatakan baik apabila mampu memenuhi unsur-unsur seperti reabilitas

(ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran), validitas (keaslian suatu fakta atau

informasi), sensifitas (mampu dengan cepat menerima ransangan), jujur dalam

mengambil pendapat dan pertimbangan, kelayakan, daya yang terakhir analisis aitem.
13
Instrument penelitian yang digunakan peneliti diantaranya:

1. Instrumen Interview

Instrumen ini meliputi suatu wawancara ataupun dilog antara periset serta

narasumber buat mendapatkan suatu data. Kapaitas inteview ini berlandaskan pada

pewawancara dalam melakukan tugasnya ia harus membuat kondisi sekeliling yang

tenang nyaman dan bersahabat sehingga sumber data dapat memberikan informasi

yang jujur. Narasumber harus dibuat terpancing demi menciptakan informasi yang

akurat dengan catatan tidak dengan dimohon secara paksa.

2. Instrument Observasi

Instrumen ini dicoba dengan memusatkan diri kepada topik yang hendak

diteliti dengan memakai seluruh indra yang terdapat pada diri kita semacam, indra
penelihatan, indra rungu, indra penciuman serta indra yang yang lain. Perihal ini

dicoba buat memperoleh suatu data yang akurat serta terpercaya. Instrument ini

memusatkan pada pengamatan dekat tidak hanya itu pengamatan pula dicoba

terhadap rekaman, foto, ataupun tulisan yang terdapat. Umumnya pada instrumen ini

13
Husain Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. (Jakarta Cet. 13, PT
Rajawali Pers, 2015). h. 8
31

diperlukan kamera ataupun hp buat merekam cocok dengan kondisi dekat serta

perlengkapan tulis buat mencatat data informasi yang didapatkan.

F. Metode Analisis Data

Miles and Hubermen menjelaskan kalau kegiatan dalam analisis informasi

kualitatif dicoba dengan metode interaktif serta secara berturut-turut tanpa berhenti

pada tiap tahapan periset hingga tuntas, sehingga informasinya telah jenuh.14 Adapun
metode analisis data yang dilakukan peneliti adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses kegiatan dalam mengumpulkan data hasil

penelitian, dengan catatan disini sorang peneliti bisa kapan saja dan dimana saja

untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan topik penelitiannya. Jika peneliti

mampu menerapkan metode observasi, metode wawancara, atau berbagai macam

dokumen maka iya akan mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi yang

berhubungan dengan situs penelitiannya yaitu peninggalan kepurbakalaan Sumpang

Bita di Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Kemudian selama proses reduksi ini

berjalan peneliti bisa meneruskan ringkasan, memberi tanda, dan bisa menemukan
tema sampai dengan penelitian ini selesai.

2. Melaksanakan Penyajian Data

Informasi atau data yang sudah selesai direduksi, selanjutnya data diatut

dalam bentuk deskripsi yang sesuai dengan sudut pandang penelitian. Pada umumnya

dalam penelitian seorang peneliti memperoleh informasi yang banyak, dari informasi

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Elfabeta, 2007), h. 337
32

data itulah biasanya penulis menyusunnya secara sisematis atau simultan sehingga

informasi itu bisa menjawab dari permasalahan yang dibuat oleh peneliti dan data ini

merupakan data yang sudah dipilih karena penulis tidak mungkin bisa

menjelaskannya secara keseluruhan.

3. Penarikan Kesimpulan

Untuk penarikan kesimpulan awal bisa diuji dengan informasi yang


dilapangan dengan menggunakan metode mempertimbangkan kembali. Disini yang

bertindak sebagai peneliti bisa meminta pendapat dari teman-temanya sehingga ia

bisa memperoleh data yang benar-benar ilmiah dan terbukti kebenarannya. Dengan

itu riset atau penelitian kualitatif ini bisa menjawab semua permasalahan yang ada

pada penelitian dengan catatan rumusan yang awalnya dibuat bisa berbah bahkan

berkembang pada saat penelian itu berlangsung dilapangan.15

15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Elfabeta, 2007), h. 224
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1 Peta Kabupaten Pangkep


Sumber: Google

Kabupaten Pangkep merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Sulawesi Selatan yang wilayahnya terbagi menjadi tiga yaitu daratan tinggi atau
pegunungan, pesisir, dan kepulauan. Secaraa stronomis Pangkajene dan Kepulauan

berada diantara 4º40’ LS-8º00’ LS dan 110º BT-119º48’67”BT. Kabupaten pangkep

memiliki luas 1.112,29 km2 dengan kawasan kecamatan terluas adalah Kecamatan
1
Balocci dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Mandalle. Berdasarkan letak

geografis daerah pangkep terdiri dari tiga dimensi, yaitu, dimensi pegunugan, dimensi

1
[t.p], Kabuparen Pangkajene dan Kepulauan dalam angka 2020, (Pangkep: Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Pangkep, 2020), h. 3-4

33
34

perairan yang memiliki pulau-pulau kecil yang banyak, dan yang terakhir dimensi

daratan. Hal tersebut yang menjadi alasan sehingga penamaan kota ini “Pangkajene

dan Kepulauan” karena daerah pemerintahannya terdiri dari daratan dan lautan.2

Kabupaten Pangkep terdiri dari 13 Kecamatan, 65 Desa dan 38 Kelurahan.

Sembilan kecamatan yang ada di daratan yaitu, Pangkajene, Balocci, Bungoro,

Segeri, Labbakkang, Ma’rang, Tondong Tallasa, dan yang terakhir Mandalle.

Selanjutnya ada tiga kecamatan di kepulauan yaitu, Liukang Tuppabiring, Liukan


Tupabiring utara, Liukang Tangaya, dan Liukan Kalmas. Ibu kota Kabupaten

Pangkep adalah Pangkajene yang dimana letaknya berada dijantung kota. Kota ini

biasanya dijadikan sebagai tempat persinggahan atau tempak beristirahat jika hendak

pergi ke Makassar karena letaknya yang strategis.

Kabupaten Pangkep memiliki luas bagian daratan sebesar 1.112,29 km2 dan

17.100 km2 daerah lautan. Sedangkan wilayah pegunungan memiliki ketinggian

mencapai 50-100 meter dari permukaan laut. Wilayah daratan Kabupaten Pangkep

terdiri dari sawah, rawa-rawa, tambak dan empang yang dijadikan sebagai sumber

mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.

Batas wilayah administrasi Kabupaten Pangkep adalah:


1. Bagian Utara bersebelahan dengan Kabupaten Barru

2. Bagian Selatan bersebelahan dengan Kabupaten Maros

3. Bagian Timur bersebelahan dengan Kabupaten Bone

4. Bagian Barat bersebelahan dengan Selat Makassar.3

2
Aminullah Lewa, Sejarah Kelahiran Pangkep, (Pangkajene: Pemerintah Kabupaten
Pangkep, 2008), h. 2
3
Sulfida, Profil Sumber Daya Alam Kabupaten Pangkajene dan Kepula1uan tahun 2019,
(Pangkajene: Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam, 2019), h. 31
35

Tabel 1 1 Luas Wilayah Kabupaten Pangkep Dirinci Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah Persentase Jumlah


(Km2) (%) Kelurahan
1 Liukang Tangaya 1200,00 10,80 9
2 Liukang Kalmas 91,50 8,23 7
3 Liukang 54,44 4,89 9
Tupabbiring
4 Liukang 85,56 7,69 7
Tupabbiring Utara
5 Pangkajene 47,39 4,26 9
6 Minasatene 76,48 6,88 8
7 Balocci 143,49 12,90 5
8 Tondong Tallasa 111,20 10,00 6
9 Bungoro 90,12 8,10 8
10 Labbakang 89,46 8,85 13
11 Ma’rang 75,22 6,76 10
12 Segeri 78,28 7,4 6
13 Mandalle 40,16 3,61 6
Jumlah 1.112,29 100,00 104
Sumber: BPS Kabupaten Pangkep Dalam Angka Tahun 2016.
36

Didalam wilayah Kabupaten Pangkep terdapat salah satu kecamatan

yaitu Kecamatan Balocci.

Gambar 2 Peta Kecamatan Balocci

Sumber: Google

Kecamatan Balocci merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

pangkep yang memliki kawasan eko karst salah satunya yaitu Sumpang Bita. Luas

wilayah Balocci mencapai 143,48 Km2 dengan jumlah kelurahan sebanyak 5 yaitu,

Kassi, Tonasa, Balocci Baru, Balleangin, dan yang terkhir Tompobulu. Kecamatan

Balocci ini terletak di sebuah daratan tinggi atau pegunungan yang jaraknya sekitar ±
200 sampai dengan 700 meter dari permukaan laut. Dataran tinggi atau

pegununangan sudah menjadi sebuah ciri khas untuk Kecamatan Balocci karena

semua area pemukiman atau pedesaan terletak di daratan tinggi.

Tabel 1 2 Luas Kelurahan di Kecamatan Balocci


No Nama Kelurahan Luas km2 Jarak dari ibu Ketinggian Dari
kota Perukaan Laut (m)
1 Kassi 19,23 15 15
2 Tonasa 4, 33 15 5
37

3 Balocci Baru 39,00 21 400


4 Balleangin 23,40 21 150
5 Tompo Bulu 57,52 35 700

Sumber: BPS Kabupaten Pangkep 2019

Tabel 1 3 Banyaknya Lingkungan, Dusun, RK/RW dan RT di Kacamatan


Balocci
No Desa/ Kelurahan Lingkungan Dusun RW/RK RT
1 Kassi 2 - 4 12
2 Tonasa 2 - 6 13
3 Balocci Baru 2 - 5 15
4 Balleanging 2 - 6 23
5 Tompo Bulu - 2 - 12
Jumlah 8 2 21 75
Sumber: Kantor Kecamatan Balocci

Tabel 1 4 Luas daerah dan banyaknya penduduk


Kelurahan Luas Daerah Laki-laki Perempuan
Kassi 19,23 Km2 1802 1888
Tonasa 4,3 Km2 1576 1526
Balocci Baru 39,00 Km2 1540 1577
Balleangin 23,40 Km2 2231 2417
Tompo Bulu 57,52 Km2 808 835
Sumber: Kantor Kecamatan Balocci
38

Tabel 1 5 Banyaknya Fasilitas Untuk Masyarakat Kecamatan Balocci


Kelurahan Mesjid Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Mushollah
Kassi 4 - 2 4 -
Tonasa 3 - 1 3 -
Balocci Baru 7 - 1 5 1
Balleangin 6 - 2 4 3
Tompo Bulu 7 - 2 3 -
Sumber: Kantor Camat Kecamatan Balocci

Tabel 1 6 Banyaknya Fasilitas Sekolah di Kecamatan Balocci


Kelurahan Sekolah
SDN MI SMP SMA/SMK MTS MA
Kassi 3 - 1 - - -
Tonasa 4 - 1 1 - -
Balocci Baru 4 - - - - -
Balleangin 4 - 1 1 1 -
Tompo Bulu 4 - 1 1 - -
Sumber: Kantor Camat Kecamatan Balocci

Didalam kawasan Kecamatan Balocci terdapat satu kelurahan atau satu desa

yang menonjol yaitu Kelurahan Balocci Baru. Di Kelurahan ini terdapat sebuah

tempat peninggalan bersejarah sekaligus dijadikan tempat wisata. Tempat bersejarah

itu adalah Sumpang Bita. Sumpang Bita sangat mudah dicapai baik menggunakan
kendaraan beroda dua maupum beroda empat akan tetapi akses jalanan sedikit sempit
39

apabila sudah dekat dari kawasan Sumpang Bita. Sedangkan untuk menuju gua kita

harusberjalan kaki dan menaki tangga yang cukup banyak karena letaknya di puncak

pegunungan yang ketinggiannya sekitar 280 meter.

B. Sejarah dan Perkembangan Situs Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita

Leang Sumpang Bita berada di kompleks taman prasejarah Sumpang Bita

yang berada dalam wilayak kampung Sumpang Bita, Kelurahan Balocci Baru. Di
dalam kompleks ini terdapat 2 buah gua prasejarah yaitu Leang Bulu Sumi dan Leang

Sumpang Bita. Kedua situs ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya dengan

nomor surat: 158/M/1998, tanggal 1 juli 1998 oleh mentri pendidikan dan

kebudayaan, yaitu bapak Prof. Dr. Juwono Sudarsono, M. A. lahan ditaman

prasejarah Sumpang Bita juga telah dibebaskan dan memiliki sertifikat sebagai tanah

negara dengan luas 225.203 m2. 4

Sumpang Bita barasal dari bahasa bugis yaitu Sumpang dan Bita. Sumpang

artinya pintu sedangkan Bita adalah nama sebuah kampung yang ada di Kabupaten

Maros. Jadi Sumpang Bita ini merupakan jalan ataupun pintu menuju ke kampung

bita. Karena dahulu kala di Sumpang Bita inilah mereka berlalu lalang untuk mencari

makanan dan untuk berhubungan dengan yang lainnya. Gua Sumpang Bita terletak
persis diperbatasan antara Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Maros.

4
[t.p], Zona Gua-Gua Prasejarah Kabupaten Pangkep 2011, (Makassar: Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar, 2011), h. 82.
40

Menurut Bapak Muhammad Arsyad (57 tahun) menjelaskan:


“Gua Sumpang Bita ini menghadap ke bagian Kabupaten Pangkep maka dari
itu gua ini menjadi wilayah kawasan Kabupaten Pangkep. Seandainya gua ini
menghadap ke bagian selatan yaitu Kabupaten Maros maka gua ini masuk ke
wilayah cagar budaya Kabupaten Maros bersama dengan leang-leang.”5

Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis dapat mengasumsikan bahwa gua

sumpang bira ini menjadi bagian wilayah Kabupaten Pangkep karena guanya sendiri

mengahadap ke bagian pangkep. Akan tetapi berada di tepat perbatsana antara


Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.

Sumpang Bita pertama kali ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin dari Swiss

pada tahun 1902. Kemudian pada tahun 1972 seorang masyarakat sekitar kawasan

tersebut bernama Latara Dg. Paduni menemukan gua tersebut dan pada tahun 1982

diadakan konservasi dan pendataan terhadap gua dan kawasannya. Setelah penemuan

gua ini beliau melaporkan kepada pihak pemerintah. Perwakilan dari pihak

pemerintah adalah kementrian pendidikan dan kebudayaan yang bekerja sama dengan

mahasiwa Universitas Hasanuddin dan menjadikan Sumpang Bita sebagai taman

Purbakala. Pada hakekatnya orang yang bertempat tinggal di gua tersebut merupakan

orang toala atau dalam bahasa Bugis toale. Toala atau toala ini merupakan orang

yang bertempat tinggal didalam gua dan jauh dari kata kehidupan seperti sekarang ini.
Mereka menggunakan alat-alat dari batu bahkan mencari makanan untuk bertahan

hidup pun meraka harus berburu.6 Kebudayaan Toala yang berciri tradisi serpih bilah,

5
Muhammad Arsyad (Polisi Khusus BPCB Sul-sel) wawancara oleh penulis pada tanggal 22
Maret 2021 pukul 09:00 WITA
6
Darmawan, dkk. Taman Purbakala Sumpang Bita di kabupaten Pangkajene dan
Kepulauaun. (Ujung Pandan: Pemda Tingkat I Prop. Sulawesi Selatan, 1994), h. 14
41

mata panah bergrigi, alat-alat tusuk dari tulang dan kerang merupakan peninggalan

nenek moyang orang Sulawesi Selatan.

Kehidupan masyarakat pada waktu itu masih terbilang sangat sederhana

mereka masih sangat tergantung pada alam sekitarnya bahkan penyakit pun hampir

tidak bisa mereka tanggulangi. Mereka hanya percaya bahwa ada kekuatan dari roh

nenek moyang yang dapat menolong mereka. Maka dari itu bisa disimpulkan

berdasarkan lukisan yang ada didinding gua mengenai latar belakang dan sosial

ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di gua tersebut.

Secara fisik, gua Sumpang Bita memiliki karakteristik yang sama degan gua-

gua pada umumnya yang ada di Kabupaten Pangkep. Pada bagian bawah gua tersebut

terdapat gundukan-gundukan dan bagian atas gunung berbentuk tumpul dan

berdinding terjal. Kemudian untuk bagian depannya mengarah kelaut yang saat ini

berupa sawah, lading, pemukiman, dan lain sebagainya.

Kawasan Gua Sumpang Bita merupakan gua terbesar di Kabupaten Pangkep

atau bahkan di Sulawesi Selatan dengan luas keseluruhan sekitar 125 ha sudah

termasuk dengan taman dan hutan lindung. Mulut gua menghadap ke bagian Timur

dan terletak di 150 meter dari permukaan tanah dengan ukuran mulut gua 10 m dan
lebar 14 m . Adapun batas wilayah kawasan Sumpang bita yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

2. Sebelah Selatan wilayah Kabupaten Pangkep

3. Sebelah Timur pemukikan Masyarakat Kampung Sumpang Bita

4. Sebelah Barat Pabrik PT. Semen Tonasa.


42

Gua Sumpang Bita terbagi menjadi dua bagian atau dua ruang, ruang

pertama terletak di sebelah Utara dan bagian ke dua terletah di sebelah Selatan

dengan ukuran yang lebih besar di banding ruang yang pertama.7 Yang paling

menonjol dari gua Sumpang Bita adalah lukisan yang terdapat didalam gua yang

sangat banyak. Karena gua ini temuannya didominasi oleh gambar lukisan maka

tempat ini bisa dikatakan sebagai tempat upacara bukan untuk gua operasional

mencari dan mengelolah makanan.

Hasil dari pendataan yang terungkap pada tahun 1982 adalah temuan

arkeologi berupa lukisan dinding, cangkang moluska, tulang dan gigi manusia yang

ditemuka tersebar dipemukiman lantai gua. Lukisan dinding berbentuk captangan

anak sebanyak 42 buah, cap kaki anak-anak sebanyak 2 buah, gambaran menyerupai

babi rusa sebanyak 7 buah yang berukuran besar dan 3 buah yang brukuran kecil.

Secara keseluruhan lukisan ini ditemukan didinding gua sebelah kiri. Selain itu

ditemukan pula lukisan berupa perahu yang berwarna merah dan kira-kira panjangnya

sekitar 2 mter.

Sesuai dengan keterangan para ahli bahwa arti dari warna merah yaitu

melambangkan keberanian, harapan dan kehidupan. Para pendukung budaya tersebut


mengharapkan keselamatan, kehidupan meupun kesejahtraan. Begitu pula dengan

makna yang baik seperti cap tangan negativ, cap kaki dan sampan merupakan harapan

akan keselamatan terbebas dari marabahaya dalam menempuh kehidupan.

7
Darmawan, dkk. Taman Purbakala Sumpang Bita di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauaun, h. 24
43

Adapun makna dari berbagai lukisan tersebut menurut bapak Budi (59 tahun)

adalah:

Gambar 3 Cap Tangan Negatif


Sumber: Google

“Cap tangan negatif sebagai bentuk ekspresi masyarakat padai masa itu
sebagai penolak bala atau penyelamat dari malpetaka. Akan tetapi untuk cap
tangan yang sudah tidak sempurna atau tidak lengkap menandakan bahwa
kedukaan atau berduka cita atas meninggalnya salah satu anggota dari
keluarga mereka. Cap tangan ini banyak ditemukan disetiap gua. Adapun
jumlah cap tangan negatif yaitu tangan kanan dewasa sebanyak 15, tangan kiri
dewasa sebanyak 21, tangan kanan anak-anak 12, dan tangan kiri anak-anak
sebanyak 4 buah”.
44

Gambar 4 Cap Babi Rusa


Sumber: Google

“Lukisan babi dan rusa bermaknakan sebagai ritual perburuan mereka pada
saat itu dan hal yang dipercaya untuk dimudahkan dalam perburuan mereka
dan mendapat hasil yang banyak”.

Gambar 5 Perahu
Sumber: Google

“Lukisan perahu memiliki makna sebagai sarana atau angkutan yang mereka
gunakan dalam melakukan perjalanan untuk sampai ketujuan. Perahu juga
45

digunakan apabila ada salah satu dari mereka yang meninggal dunia maka ia
dinaikkan ke perahu dan diantar ke laut untuk dibuang”.8

Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat mengasumsikan bahwa setiap

gambar yang ada di dinding memiliki makna tersendiri seperti gambar telapak tangan

memiliki arti sebagai penolak bala agar mereka terhindar dari roh mahluk jahat.

Apabila ada jari tangan yang tidak lengkap atau tidak mencukupu jari pada umumnya

itu berarti mereka sedang mengalami kedukaan salah satu dari keluarga mereka ada

yang meniggal dunia. Selanjutnya gambar babi rusa memili arti ritual pemburuan

mereka agar mendapat hewan buruan yang banyak, dan yang terakhir gambar perahu,

gambar ini memiliki arti bahwa itu adalah alat transportasi yang mereka gunakan agar

bisa sampai ke tujuan mereka.

C. Usaha Pemerintah Dalam Pelestarian Situs Peninggalan Kepurbakalan

Sumpang Bita

1. Konsep Pelestarian Cagar Budaya

Dalam konteks cagar budaya, pelestarian dimaknai sebagai upaya pengolahan

sumber daya budaya yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksan serta menjamin

kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

nilai dan keanekaragamnnya. Hal yang berkaitan dengan dengan pemanfaatannya,

cagar budaya tersebut dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang dapat

mengangkat sebuah nilai yang terkandung, seperti nilai sejarah, arsitektur, dan lain

sebainya. Cagar budaya tersebut dapat dijadikan sebagai tempat pembeljaran sejarah,

arkeologi, sekalikus memperkenal kan kesemua masyarakat sebuah peninggalan

8
Budi (Staf Balai Arkeologi) wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 07 April 2021
pukul 09:25 WITA
46

9
orang-orang terdahulu. Upaya pelestarian ini dilakukan dalam tiga kegiatan utama

yaitu, perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan. Perlindungan yang dilakukan

oleh beberapa tenaga kerja yang telah dibentuk berupa menjaga keaslian situs,

pelarangan melakukan penebangan hutan secara liar, menjaga kebersihan sekitar, dan

pelarangan membawa hewan ternak kedalam kawasan. Untuk bagian pemanfaatan

Sumpang Bita ini jadikan sebagai kepariwisataan, karya wisata, study arkeologi,

study kebudayaan, sport, seringkali dijadikan sebagai tempat arisan dan bahkan
dijadikan juga sebagai tempat pengkaderan untuk para mahasiswa dalam merekrut

anggota baru dan yang terakhir sebagai rekreasi edukasi dan asosiasi. Sedangkan

untuk pengembangannya dikelolah langsung oleh pemerintah pusat seperti

pengembangan pada potensi mata air secara berkelanjutan dikawasan Sumpang Bita,

dan pengembangan wisata alam pada Kawasan Eko Karst.

2. Undang-Undang Mengenai Pelestarian Cagar Budaya

Dalam upaya perlindungan sebagai benda cagar budaya Sumpang Bita perlu

dilakukan pendataan ulang secara menyeluruh terhadap gua-gua yang ada di

Kabupaten Maros dan Pangkep. Dalam pelestarin Sumpang Bita ini diatur dalam

Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 10 Dalam undang-undang


tersebut di jelaskan mengenai perlindungan untuk sebuah cagar budaya. Dalam

Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa pelestarian adalah upaya yang dinamis

untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara

melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya sesuai dengan porsinya sediri.

9
Nurul Fadilah. Dkk, “Pelestarian Roterdam Pos Perjanjian Bongaya di Makassar”, Jurnal
Diskursus Islam 9, no. 1 (2021): h. 11
10
Yudi Suhartono, “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lukisan Gua Prasejarah di Maros dan
Pangkep”, Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur 6, No. 1,(2012): h. 21.
47

Sedangkan perlindungan adalah sebuah upaya guna dalam mencegah sebuah benda

cagar budaya dari kehancuran, kemusnahan, ataupun kerusakan dengan melakukan

pengamanan, zonazi, pemeliharaan maupun bentuk pemugaran cagar budaya tersebut.

Pelestarian cagar budaya ini berasaskan pancasila, Bhineka Tunggal ika,

kenusantaraan, keadilan, ketertiban, kemanfaatan, partisipasi, dan tranparasi.

Kawasan gua peninggalan prasejarah Sumpang Bita ini masuk kedalam benda cagar

budaya yang wajib untuk dilestarikan. Seperti yang dalam UU No.11 Tahun 2010

mengenai benda cagar budaya dalam pasal 5 dan 6


“Pasal 5: Benda, Bangunan, atau Struktur dapat diusulkan sebagai benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apa bila
memenuhi Kriteria
a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. Mewakili masa gaya paling singkat 50 (limapiluh) tahun;
c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan;
d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa;

Pasal 6: Benda Cagar Budaya dapat:


a. berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yang dimanfaatkan
oleh manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan
kegiatan manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah
manusia;
b. bersifat bergerak atau tidak bergerak;
c. dan merupakan kesatuan atau kelompok.”11

Adapun tujuan di lestarikannya Gua Sumpang Bita ini sebagai benda cagar

budaya adalah agar warisan benda arkeologi tersebut bisa tetap bertahan dan

memberikan manfaat untuk masyarakat luas terhusus deengan masyarakat disekitar

kawasan resebut. Selain itu bisa juga sebagai bahan utama dalam meningkatkan

kesejahtraan rakyat.

11
Republik Indonesia, “Undang-Udang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya”
(Jakarta: 2010), h. 2-9
48

3. Bentuk Usaha Pemerintah Dalam Pelestarian Sumpang Bita

a. Pengangkatan Tenaga Kerja Sumpang Bita

Salah satu bentuk usaha pemerintah dalam melestarikan Sumpang Bita

dibawa naungan balai pelestarian cagar budaya mereka mengangkat tenaga kerja

yang ditunjuk lngsung oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan agar bisa

merawat dan menjaga kawasan Sumpang Bita tersebut. Adapun jumlah tenaga kerja

yang bertindak sebagai pemelihara sebanyak 12 orang dan 1 orang sebagai polisi

khusus atau penjaga Sumpang Bita. Jadi jumlah keseluruhannya sebanyak 13 orang.

Adapun syarat untuk menjadi tenga kerja di kawasan eko karst Sumpang Bita sebagai

berikut:
a. Minimal pendidikan SMA

b.Untuk pemelihara bertempat tinggal di sekitar Sumpang Bita

c. Memiliki jiwa kemauan dan mampu mengembangkan kawasan Sumpang Bita

menjadi lebih baik

d.Mempunyai pola pikir yang baik, keterampilan, sikap dan perilaku yang baik

pula yang mampu menunjang pencapaian sasaran kedepannya

e. Memiliki rasa tanggung jawab dan pemahaman yang mendalam atau baik atas

pekerjaannya.

b. Periode Renovasi

Gua Sumpang Bita merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Kabupaten

Pangkep yang memiliki nilai tinggi untuk dilestarian dan dilindungi. Pelaksanaan

pelestarian gua Sumpang Bita direnovasi yang pertama kali pada tahun 1982 oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan yang kedua pada tahun 2010 oleh
49

Mentri Pariwisata dan Kebudayaan. Kegiatan pelestarian pertama ini mendapat

dukungan dan dorongan langsung dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah

tingkat II Kabupaten Pangkep seperti pembebasan lahan, konservasi dan pendataan

sampai dengan dana untuk pelestarian. Dalam pelestarian ini masyarakat dilibatkan

langsung seperti meraka yang dipekerjakan sebagai buruh bangunan dan mereka juga

menjaga kebersihan lingkungan kawasan cagar budaya tersebut sampai saat ini. Pada

periode renovasi kedua pada tahun 2010-2011 diadakanlah pembaruan yang telah
dibuat pada tahun 1982 seperti pagar, rumah informasi, tangga menuju gua, jalan

setapak dan lain sebagainya.

1) Pembuatan Pagar

Gambar 6 Pagar Bagian Depan Sumpang Bita


Sumber: Google

Di sekitar kaki gunung kawasan Sumpang Bita dibangun pagar kawat duri

sepanjang 500 meter sekaligus sebagai pembatas antara perusahaan yang terletak di

sebelah utara. Sedangkan untuk yang dibagian sebelah timur terdapat gunung gaping
sehingga tidak perlu untuk diberi pagar karena sudah dianggap lebih aman dari
50

gangguan seperti binatang ternak maupun gangguan-gangguan yang lainnya. Untuk

bagian gambarnya yang terdapat didalam gua agar terhindar dari sentuhan tangan

masyarakat maka di bangun juga sebuah pagar khusus dari kayu.

2) Taman

Gambar 7 Taman Sumpang Bita


Sumber: Google

Untuk memberi kesan yang indah dan nyaman untuk pengunjung maka

kawasan tanah datar sebelum sampai ke kaki bukit ditata sedemikian rupa sehinga

berbentuk taman yang indah. Selain itu dibangun pula sebuah kolam dibagian tengah

taman dengan ukuran 30 meter dan berbentuk oval. Kolam ini dibuat dengan tujuan

sebagai pendingin dan sebagai penampungan air yang kelebihan dari sumber mata air.

Selanjutnya dihiasi juga dengan beberapa jenis flora asli maupun yang di ambil dari

luar sehingga bisa lebih memperindah taman tersebut yang di kelilingi oleh jalanan

mobil. Taman ini juga biasa digunakan sebagai spot foto karena ditengahnya terdapat

sebuah jembatan dari sisi kanan kolam hingga ke sisi kiri kolam. Dari taman juga bisa
sebagai penarik perhatian untuk pengunjung.
51

3) Tangga dan jalan setapak

Gambar 8 Tangga dan Jalan Setapak


Sumber: Google

Jarak antara pintu gerbang dan kaki gunung cukup lumayan jauh untuk

ditempuh maka dari itu dibuatlah jalan setapak selebar kurang lebih 4 dari batas pagar

sampai ke kaki gunung dan menghubungkan jalan ke desa yang bisa dilalui oleh

motor dan dibuat juga tangga untuk menuju ke gua. Jalan ini di buat dengan ubin

tradisional disusun sedemikian rupa hingga rapi kemudian sisi kiri kananya di hiasi

dengan taman yang luas. Pembuatan jalan setepak ini sangat berguna untuk

masyarakat yang berkunjung karena mereka tidak lagi berjalan kaki dengan

menempuh jarak yang cukup jauh. Diantara jalan setapak menuju tangga di kawasan

ini terdapat pula sumber mata air yang dijadikan sebagai kolam renang. Kemudian air

tersebut dilarikan ke pipa dan dapar digunakan untuk seluruh masyarakat sekitar.

Salah satu tokoh yang paling berperan dalam pelestarian Sumpang Bita yaitu bapak

Dr. Mutalib. M, beliau adalah tokoh dalam pelestarian cagar budaya yang

membangun tangga yang sekarang dikenal dengan sebutan tangga seribu pada

Sumpang bita untuk menuju ke gua yang berada dipuncak pegunungan.


52

4) Rumah informasi, rumah jaga, dan rumah istirahat

Gambar 9 Rumah Informasi Sumpang Bita


Sumber: Google

Di kawasan sekitar kaki gunung disebelah Selatan kolam terdapat sebuah

rumah informasi yang berbentuk rumah tradisional khas Bugis Makassar dibangun

pada tahun 2010 dengan ukuran 8x12. Didalam rumah tersebut terdapat beberapa

gambar yang ada didalam gua serta beberapa artefak hasil dari ekskavasi. Rumah

informasi ini juga difasilitasi dengan alat penerang atau listrik dan kamar mandi.

Selain rumah informasi, terdapat juga sebuah rumah jaga dan rumah istirahat

yang disediankan untuk para mengatur mekanisme masyarakat yang berkunjung di


taman purbakala Sumpang Bita. Rumah istrahat dibuat dengan tujuan agar

pengunjung yang datang bisa beristirahat sejenak sembari melepas lelah sebelum

akhirnya meraka berjalan untuk sampai kepuncak dan masuk kedalam gua.

Peninggalan sejarah dan purbakala adalah warisan budaya bangsa yang perlu

diselamatkan sebagai bukti sejarah dan kejayaan masa lampau dari nenek moyang.

Penyelamatan dan pelestarian peninggalan purbakala bertujuan untuk mengingatkan


dan membangkitkan kembali gairah orang-orang terhadap budayanya dan menjadi
53

sumber inspirasi daya cipta kehidupan bangsa serta sekaligus menjadikan dasar untuk

kesatuan dan ketahanan nasional yang utuh dalam rangka mengembangkan dan

membangkitkan kepribadian bangsa dan negara.12

Penyelamatan dan pelestarian peninggalan purbakala Sumpang Bita dilakukan

dengan tiga cara yaitu perlindungan, pemeliharaan dan pemugaran. Perlindungan ini

dilakukan sebagai usaha utuk tetapa melindungi situs dari kerusakan baik iru dari

manusia sampai dengan faktor alam sekitar itu sendiri.

Menurut bapak Muhammad Rustan (44 tahun) menjelaskan bahwa:


“Banyak manusia yang terkadang tidak menyadari perbuatan yang telah iya
lakukan disekitar gua seperti mencemari lukisan yang ada didinding gua.
Padahal umur lukisan ini sudah sangat tua dan sangat rentan terjadinya
kerusakan akibat sentuhan tangan yang mengandung zat garam atau bahkan
asap rokok dan factor yang lain akibat perbuatan manusia. Selain itu ada juga
gangguan dari alam seperti kerusakan yang terjadi akibat faktor cuaca yang
berubah-ubah bahkan tumbuhnya beberapa jenis jamur yang bisa berakibar
fatal bagi lisan digua tersebut.13

Dari hasil wawancara tersebut penulis dapat menganilis bahwa kerusakan

disekitar kawasan Sumpang Bita terkadang diakibatkan oleh ketidak sadaran

masyarakat setempat maupun masyarakat sebagai pengunjung. Selain itu pula

kerusakan ini diakibatkan oleh faktor alam karena berada di kawasan terbuka dan
sangat rentan terpengaruhi oleh cuaca sekitar..

12
Bahru Kallupa, dkk. Gua Sumpang Bita dan Bulu Sumi di Desa Balocci Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Balai Pelestarian Peninggalan Kepurbakalaan .
Makassar. 1982.h. 18
13
Muhammad Rustan (Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya) peneliti melakukan wawancara
pada tanggal 07 April 2021 pukul 12:00 WITA
54

4. Pengaruh Pengunjung dan Kebijakan Pemerintah Dalam Pelestarian


Sumpang Bita

Dalam pelestarian sebuah cagar budaya banyak pihak yang terlibat demi

tercapainya sebuah tujuan yaitu pelestarian. Dalam pelestarian kawasan Sumpang

Bita pengunjung juga memiliki pengaruh didalamnya seperti mereka yang tetap

menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah disembarang

tempat, tidak merusak fasilitas yang telah disiapkan untuk pengunjung, serta

mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk tetap

menjaga dan memelihara kawasan Sumpang Bita. Tingkat partisipasi dan tingkat

kesadaran masyarakat baik itu pengunjung atau masyarakat sekitar, bisa dikatakan

telah terbangun sesuai dengan indikator capaiannya yang telah ditetapkan.

Setelah ditetapkannya sebagai tempat bersejarah dan sebagai benda cagar budaya

banyak masyarakat luar yang datang berkunjung, maka dari itu untuk menjaga dan

tetap melestarikan tempat tersebut perlu lagi diadakan tingkat kesadaran kerjasama

antara masyarakat pendatang, masyarakat setempat, dan yang bertugas sebagai

tenaga kerja penjaga untuk kawasan sumpang bita.

Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat baik yang

bertindak sebagai penjaga maupun pengunjung tersebut dalam pelestarian seperti

yang telah disebutkan telah memenuhi syarat sebagai pelestarian sebuah benda cagar

budaya. Dimana dalam pelestarian cagar budaya dilakukan tiga hal yaitu:

perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan. Usaha yang telah dilakukan dalam

bentuk perlindungan kawasansumpang Bita seperti pembuatan pagar agar terhindar

dari kerusakan kawasan akibat hewan ternak, pengankatan tenaga kerja, pembuatan

rumah informasi dan lain sebagainya yang bersifat untuk tetap melindungi kawasan
55

tersebut dari kerusakan. Sebagai bagian pemanfaatan, Sumpang Bita ini banyak

memiliki manfaat baik itu untuk masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar

seperti, dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, tempat study arkeologi dan

kepariwisataan, sebagai penghubung silaturahmi antara pengunjung dan masyarakat

sekitar dan masih banyak manfaat lainnya. Sedangkan untuk pengembangannya,

dibagian Kawsan Sumpang Bita dikembangkan sebuah potensi mata air yang cukup

memungkinkan untuk masyarakat dan pengembangan wisata alam terhadap kawasan


Eko Karst.

D. Pengaruh Sumpang Bita terhadap Masyarakat Sekitar

1. Kondisi Masyarakat Sebelum Sumpang Bita Terbentuk

Kehidupan msyarakat saat itu masih cukup sederhana karena mereka sangat

bergantung pada alam sekitar. Sebelum Sumpang Bita ditemukan dan ditepakan

sebagai taman purbakala, masyarakat menjadikan sebagai sumber mata

pencahariaanya. Mereka menjadikan kebun untuk area kaki gunung tersebut.

Sejak dahulu penduduk sekitar Sumpang Bita telah mengenal sistem pertanian

terutama penanaman padi disawah. Oleh karena itu, pertanian ini sudah merupakan

penghasilan pokok atau pekerjaan pokok masyarakat sekitar sejak dahulu. Dalam hal

penyelenggaraan pertanian masyarakat masyarakat hanya berperan sebagai petani

penggarap. Salah satu kebiasaan penduduk sekitar yaitu membongkar dan mengambil

tanah dari dalam gua tersebut untuk mereka jadikan sebagai pupuk dilahan pertanian

mereka. Oleh karena itu sebelum gua itu betul-betul punah maka perlu untuk

diselamatkan dan tetap dilestarikan.


56

Menurut bapak Kamirullah (46 tahun) menjelaskan bahwa:


“Manfaat gua sebelumnya yaitu untuk bagian gua yang berada di pucak
mereka menjadikan sebagai sumber untuk memperoleh pupuk karena didalam
gua tersebut banyak burung yang bersarang dan kotornnya lah yang di jadikan
sebagai pupuk untuk para petani dikebunnya”. 14

Dari hasil wawancara diatas maka penulis menganilis bahwa perbedaan

pemanfaatan pada gua dan kawasan Sumpang Bita ini sangatlah berbeda. Dimana

dulunya hanya dijadikan sebagai tempat pembilan pupuk bekas kotoran dari hewan
dan bagian kawasannya masyarakat sekitar menjadikan sebagai tempat berkebun.

Sedangkan sekarang di jadikan sebagai tempat wisata sekaligus tempat bersejarah.

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sumpang Bita

Kehidupan sehari-sehari masyarakat sekitar Sumpang Bita menggunakan

bahasa Makassar dan bahasa bugis untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainya

akan tetapi taksedikit juga dari mereka yang menggunakan bahasa Indonesia.

Penduduk desa Sumpang Bita mayoritas berasal dari suku Bugis Makassar akan

tetapi mereka bukanlah penduduk yang memang merupakan asli dari desa tersebut.

Mereka kebanyakan hanya sebagai masyrakat pendatang dari luar dan bertempat

tinggal di desa tersebut.

Menurut Muhammad Arsyad (57 tahun) menjelaskan:


“Masyarakat yang tinggal didesa ini sdah bukan lagi penduduk yang asli,
terutama saya. Kami ini hanya pendatang dari luar bahkan tempat tinggal
kami, tanah yang kami tempati membangun rumah itu bukan milik kami,
tetapi milik perusahaan PT. Semen Tonasa. Kami hanya dikasi sebagai hak
pakai bukan hak milik. Jadi kapan pun itu apa bila perusahaan tersebut sudah

14
Kamirullah (tokoh masyarakat) peneliti melalukan wawancara pada tanggal 22 Maret 2021
pukul 01:30 WITA
57

membutuhkan tanah kita semua harus siap untuk meninggalkan rumah


kami”.15

Dari hasil wawancara diatas dengan bapak Muhammad Arsyad, maka penulis

menganalisis bahwa masyarakat yang sekarang yang tinggal di sekitar kawasan

Sumpang Bita bukanlah pendudk aslinya melainkan mereka hanya pendatang dan

sebagian dari mereka juga hanya cucu buyut dari orang asli yang menetap pertama di

kasan tersebut.

Sitem ekonomi masyarakat Sumpang Bita hingga saat ini secara umum

mereka mengelolah sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Seperti pertanian,

peternakan bahkan tak sedikit juga dari meraka yang bekerja di perusahaan yang ada

di sekitar mereka.

Dengan adanya situs peninggalan kepurbakalaan Sumpang Bita perekonomian

masyakat bisa dikatakan kian meningkat karena dengan itu masyarakat yang dulunya

hanya berdiam diri di rumah sekarang sudah bisa membuka usaha kecil-kecilan

seperti berjualan makanan ringan yang banyak di minati oleh para masyakat yang

berkunjung di Sumpang Bita tersebut. Selain itu masyarakat juga bisa memperoleh

uang tambahan dengan memanfaatkan pekarangan rumah yang luas dijadikan sebagai

tempat parkir untuk para pengunjung Sumpang Bita. Selanjutnya dengan adanya
Sumpang Bita masyarakat dapat membangun silaturahmi dengan masyarakat

pendatang. Bisa dibilang pengaruh keberadaan Sumpang Bita untuk masyarakat

sangatlah baik karena sebelum ditemukannya ini masyarakat mengambil air langsung

dari dalam sedangkan sekarang air itu mengalir dengan sendirinya ke rumah warga

melalui saluran pipa.

15
Muhammad Arsyad (Polisi Khusus BPCB Sul-sel) wawancara oleh penulis pada tanggal 22
Maret 2021 pukul 09:00 WITA
58

Disamping diambil sebagai tempat rekreasi, Sumpang Bita juga ini dijadikan

sebagai tempat menambah ilmu pengetahuan dan sumber mata pencaharian

masyarakat sekitar. Di jadikan juga sebagai penghubung silaturahmi dengan keluarga

yang jauh. Karena dengan adanya Sumpang Bita inii banyak keluarga dari

masyarakat sekitar yang jauh menjadikan alasan unutk berkunjung ke rumahnya

sekalgus berwisata di Sumpang Bita. Tidak hanya sampai disitu masyarakat sekitar

berharap agar pemerintah lebih menambah daya tarik Sumpang Bita agar lebih bisa
memberi banyak manffat lagi dari sebelumnya. Seperti tamannya yang lebih di

perindah, menambahkan kolam renang agar lebih menarik untuk dikunjungi.

Semangat gotong royong didesa ini masih terbilang sangat tinggi dan masih

sangat kuat. Mereka melalukan perbuatan dan saling membatu tanpa mengharapkan

imbalan dari orang tersebut. Selain itu mereka senantiasa menerima dengan baik

masyarakat lain sebagai pengunjung untuk singgah ke rumahnya. Karena dikawasan

Sumpang Bita ini sering di adakan sebagai tempat pengkaderan atau tempat

penerimaan anggota baru dalam sebuah masyarakat. Disitulah kebaikan masyarakat

sekitar nampak jelas karena membatu memenuhi kebutuhan mahasiswa-mahasiswa

yang kurang.

3. Terhadap Pengunjung

Pengaruh pelestarian Sumpang Bita tidak hanya ada pada masyarakat yang

berada disekitarnya saja, melainkan juga sangat berpengaruh pada masyarakat yang

datang berkunjung. Dengan diadakannya pelestarian tersebut maka pengungjung

akan terasa lebih nyaman dan lebih tertarik untuk datang ke Sumpang Bita. Selain itu,

mereka juga dapat membangun sosialisasi yang baru dengan masyarakat yang berada
59

disekitar Kawasan Sumpang Bita . selain itu, pengunjung juga akan terasa lebih

nyaman karena Kawasan tersebut lebih bersih dan lebih nyaman karena pemandangan

sekitarnya yang dirawat oleh para penjanga yang telah diberi kepercayaan oleh pihak

pelestarian Cagar Budaya. Selanjutnya yaitu dengan bentuk pelestarian seperti

pembuatan tangga, jalan setapak, rumah informasi, dan rumah istirahat yang

membuat pengunjung lebih nyaman lagi karena mereka bisa menggunakan kendaraan

mereka sampai pada kaki gunung, dan dilanjutkan dengan menaiki anak tangga.
Dimana dulunya sebelum dilakukan evakuasi dan pelestarian terhadap Kawasan

sumpang Bita masyarakat dulunya menggunakan tali dan naik ke gua secara manual

untuk sampai ke mulut gua Sumpang Bita.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari latar belakang maka munculah sebuah pokok permasalahan dan tiga sub

masalah, kemudian diuraikan pada hasil penelitian dan pembahasan maka dari itu

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sumpang Bita berasal dari bahasa Bugis yaitu Sumpang yang atrinya Pintu

dan Bita yang merupakan sebuah perkampungan yang ada disebelah gua

tersebut. Jadi arti Sumpang Bita adalah pintu menuju kampong bita yang

berada di sebelah. Menurut sejarah gua ini dahulunya merupakan tempat

orang-orang berlalu lalang untuk menuju ke kampung Bita. Sumpang Bita

pertama kali ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin pada tahun 1902.

Kemudian pada tahun 1972 ditemukan oleh Lantara Dg. Paduni dan
dievakuasi pada tahun 1982.

2. Pride renovasi sebagai bentuk pengembangan dilakukan sebanyak dua kali.

Yang pertama dilakukan langsung oleh kementrian pendidikan dan

kebudayaan pada tahun 1982 , dan yang kedua oleh mentri pariwisata dan

kebudayaan pada tahun 2010-2011. Pada pelestarian kawasan Sumpang Bita

didasari oleh Undang-Undang no.11 Tahun 2010 tentang pelestarian cagar

budaya. Adapun bentuk pelestarian yang dilakukan adalah:

a. Pembebasan lahan

60
61

b. Pembuatan pagar

c. Pembuatan jalan setapak dan dan tangga

d. Pengankatan tenaga kerja

e. Pembutan taman

f. Pembuatan rumah informasi dan rumah istirahat

3. Sebelum ditemukannya gua tersebut masyarakat sekitar menjadikan gua

tersebut sebagai lahan perkebunan disekitar kaki gunung tersebut sebagai


sumber mata pencaharian mereka. Sedangkan untuk bagian guanya hanya

dijadikan sebagai saran burung dan kotorannya itu mereka ambil sebagai

pupuk untuk tanaman mereka. Akan tetapi keadaan berubah setelah

ditemukannya gua Sumpang Bita tersebut pendapatan ekomi masyarakat bisa

bertambah. Karena selain mereka bekerja sebagai petani, bahkan sampai

pegawai mereka juga mendapat penghasilan tambahan seperti mereka mebuar

warung disekitar kawasan tersebut untuk keperluan pengunjung.

B. Implikasi

1.Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita merupakan sebuah peninggalan

prasejarah yang ada ki Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Peninggalan

ini perlu peningkatan yang lebih untuk bekerjasama antara para penjaga

taman prasejarah Sumpang Bita, masyarakat, maupun pemerintah dalam

melestarikan peninggalan berserah terbut.

2.Perlu adanya tambahan baik dari segi taman, kolam renang, tempat ibadah dan

perlu adanya perbaikan fasilitas yang disediakan untuk pengunjung seperti wc

sehingga bisa lebih menarik untuk dikunjungi. Selain itu pula perlu
62

penambahan tenaga kerja sebagai pemelihara karena dengan 12 orang

tersebuk mereka kewalahan.


DAFTAR PUSTAKA

[t.p]. Indeks Pembangunan Kabupaten Pangkep 2009. Pangkep: Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Pangkep. 2009.
[t.p]. Zona Gua-Gua Prasejarah Kabupaten Pangkep 2011. Makassar:Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Cagar Peninggalan Purbakala
Makassar. 2011.
Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta:Ombak. 2011.
Basri. Metode Penelitian Sejarah “Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: Restu
Agung. 2006.
Darmawan, dkk. Taman Purbakala Sumpang Bita di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Ujung Pandang: Pemda Tingkat I Prov. Sulasesi Selatan. 1994.
Fadilah, Nur. Dkk, “Pelestarian Roterdam Pos Perjanjian Bongaya di Makassar”, Jurnal
Diskursus Islam 9, no. 1 (2021)
Ghasalba, Sidi. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bharatara, 1981
Gibert J, Garraghan. Pendekatan A Guide to Historical East Fordhan Road. New York:
Fordham University Pres, 1966.
Hafiza, Istiani Nur. Pelestarian Lingkungan Hidup Skripsi. Purwokerto: Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah, 2018.
Harahap, Nursapia. “Penelitian Kepustakaan”. Jurnal Iqra’ 8, no. 01 (2014).
Hikmawati, Fenti, Metodologi Penelitian. Depok: Rajawali Pers, 2019.
Iskandar. Metodologi Penelititan Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: GP. Pres, 2009.
Jaya, I Made Laut Mertha. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Quadrant, 2020.
Kallupa, Bahru, dkk. Gua Sumpang Bita dan Bulu Sumi di Desa Blocci Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Makassar:Balai Pelestarin
Cagar Budaya. 1982.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2018.
Lewa, Aminullah. Profil Sumber Daya Alam Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Tahun 2019. Pangkajene: Pemerintah Kabupaten Pangkep. 2019.
M.H. Maskun. Manusia dan Sejarah. Yogyakarta: Suluh Media, 2006.
Manalu, Benson. “Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat. Jurnal
Online Mahasiswa Arsitektur”. Langkau Betang 1,no. 2 (2013)
Mujiarto, Joko. “Potensi dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Karst Gua
Gudawang”. Media Konversi 19,no. 1 (2014) .

63
64

Pasaribu, Yosua Adrian. “Sosial-Ekonomi Masyarakat Pendukung Sebi Cadas Leang


Sumpang Bita Kabupaten Pangkajene kepulauan, Sulawesi Selatan”. Jurnal
Siddhayatra 21, no. 1 (2016).
Pernama, R. Cecep Eka. “Lukisan Dinding Gua (Rock art): Keterancaman dan Cara
Konservasinya”. Jurnal Konservasi Cagar Budaya 9, no. 2 (2015).
Pranoto, Suhartono W. Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.
Republik Indonesia. “Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya”. Jakarta:2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Elfabeta. 2007.
Suhartono, Yudi. “Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kerusakan Lukisan Gua
Prasejarah Di Kabupaten Maros dan Pangkep”. Jurnal Konservasi Cagar
Budaya Borobudur 6, no. 1. 2012
Sulfida. Profil Sumber Daya Alam Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun
2019. Pangkajene: Administrasi Perkantoran dan Sumber Daya alam. 2019.
Sumantri, Iwan. Kepingan Mozaik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan. Makassar:
Ininnawa. 2004.
Suri, Ahmad. “Menggapai PelestarianLingkungan Hidup di Indonesia: Studi
Perbandingan Etika Islam Ekofiminisme”. Jurnal Fikrah 2, no. 1 (2014).
Susanto, Dwi. Pengantar Ilmu Sejarah. Surabaya: Government Of Indonesia dan Islamic
Development Bank.
Tjandrasasmita, Uka. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia). Depok: Rajawali Pers. 2019.
Umar, Husain. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cet I; Jakarta:
PT. Rajawali Pers. 2015.
Wahyu, Ramadani. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia. 2008.
Widodo, Metodologi Penelitian Pouler Praktis.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenada Media Group. 2014.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Muhammad Arsyad

Pekerjaan/Jabatan : Polisi Khusus BPCB Sulawesi Selatan/ Penjaga


Sumpang Bita

Umur : 57 tahun

Tanggal Wawancara : 22 Maret 2021

2. Nama : Budi

Pekerjaan/Jabatan : Staf Balai Arkeologi

Umur : 59 tahun

Tanggal Wawancara : 07 April 2021

3. Nama : Muhammad Rustan

Pekerjaan/Jabatan : Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya

Umur : 44 tahun

Tanggal Wawancara : 07 April 2021

4. Nama : Kamirullah

Pekerjaan/Jabatan : Masyarakat

Umur : 46 tahun

Tanggal Wawancara : 22 Maret 2021

65
66

SUSUNAN PENGURUS

TAMAN KEPURBAKALAAN SUMPANG BITA

Polisi Khusus (Penanggung Jawab) : Muhammad Arsyad

Penjaga Gerbang : Sahrul

Dedi Firman

Muhammad Arsyad

Pengurus Harian : Salam

Abd. Jabbar

Ridwan

Muhtar

M. Basir

Masse. L

Basri

Abd. Kadir

Sangkala

Juma

Abd. Muing
67

Gambar 10 Wawancara Dengan Bapak Muhammad Arsyad

Gambar 11 Pintu Gua


68

Gambar 12 Wawancara Dengan Bapak Budi


69

Wawancara Dengan Bapak Muhammad Rustam

Gambar 13 Pencarian Sumber Pustaka


70

Gambar 14 Wawancara Dengan Bapak Muhammad Rustam


71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Reski Wahyuni lahir di Sengkae 16 Juni 1999, merupakan

putri dari pasangan suami istri bapak Kahar dan ibu Rahmatia.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis

memulai pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 6 Sengkae

pada tahun (2005-2011). Kemudian melanjutkan pendidikan

dijenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1

Bungoro di Kabupaten Pangkep pada tahun (2011-2014). Dan

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Bungoro

jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di Kabupaten Pangkep pada tahun (2014-

2017). Kemudian pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi yaitu di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Fakultas Adab dan

Humaniora jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. penulis sempat bergabung dengan

organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Penulis sangat bersyukur

atas kehadirat Allah Swt., karena diberi kesehatan dan kesempatan untuk

menyelesaikan pendidikan sampai ditahap ini dan semoga ilmu yang telah didapat

bisa bermanfaat khususnya untuk diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat umum.

Gowa, 21 Maret 2021

RESKI WAHYUNI
NIM: 40200117065

72

Anda mungkin juga menyukai