SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat meraih Gelar Sarjana Humaniora
(S. Hum) Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab Dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar
Oleh
RESKI WAHYUNI
40200117065
Nim : 40200117065
adalah benar hasil tulisan dan penyusunan sendiri. jika kemudian hari terbukti bahwa
tulisan ini merupakan duplikat, tiruan , plagiat, atau dibuat oleh orang lain baik itu
sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang telah diperoleh karenanya,
batal dengan ketentuan yang berlaku.
Gowa, 21 Maret 2021
7 Sya’ban1442 H
Penyusun,
Reski Wahyuni
Nim: 40200117065
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah swt., atas
segala berkat, rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kita diberi kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan laporan hasil penelitian ini yang berjudul “Upaya
Penyusunan hasil penelitian ini merupakan syarat utama dalam penyelesaian Studi.
Tak lupa pula kita kirimkan salam serta sholawat kepada nabi kita Nabi Muhammad
saw., beserta sahabat dan keluarga-Nya yang tetap istiqomah dalam ajaran islam. Tak
lupa pula penulis ucapkan banyak terimakasih kepada kedua pembimbing bapak Dr.
Nasruddin, Mm dan bapak Nur Ahsan Syakur, S. Ag., M. Si yang telah banyak
membantu dan menberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan
ini tak sedikit rintangan dan halangan yang dilalui oleh penulis mulai dari
pengumpulan data dan halangan yang lainnya. Tapi berkat adanya Allah swt.,
penelitian ini bisa terselesaikan dan semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat dan
Keberhasilan penyusunan hasil penelitian ini dalam bentuk skripsi tak lepas
dari dukungan dan doa dari orang tua saya bapak Kahar dan ibu Rahmatia serta dari
banyak pihak yang senantiasa mendoakan dan membantu saya baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik secara moril maupun material. Rasa bangga yang sangat
besar penulis ucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua dan kakak saya
yang telah mendoakan, mendukung serta merawat penulis sehingga menjadi anak
perempuan yang tumbuh dewasa. Terimakasih untuk jeri payah dan usaha bapak
selama ini yang diberikan dengan ikhlas kepada penulis dalam menempuh
v
vi
pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Semoga
juga saya ucapkan kepada saudara Ade Saputra yang telah banyak membantu dalam
penelitian dan mendokan penulis dalam penyelasaian skripsi ini semoga Allah
UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Ibrahim, S. Ag.,S. S., M. Pd.,Selaku Wakil
Dekan I (Satu) dalam bidang Akademik, Dr. Firdaus, M. Ag., Selaku Wakil
3. Dr. Abu Haif, M. Hum., dan Dr. Syamhari, S. Pd., M. Pd Selaku Ketua dan
bermanfaat kepada kami sehingga kami bisa sampai pada tahap penyusunan
skripsi ini.
5. Sumber informan baik yang ada di Desa Sumpang Bita maupun yang ada di
6. Ucapan terimakasi yang tak terhingga kepada saudari Novi Dwi Setiowati,
Pirna dan Mawar atas bantuannya selama ini baik secara moril ataupun
8. Seluruh Dosen UIN Alauddin Makassar dan seluruh pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu diucapkan banyak terimakasih atas bantuannya
selama ini dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat kepada pembaca. Semoga
mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah swt., Aamiin Ya Rabbal
Alamin.
DAFTAR ISI
viii
ix
x
DAFTAR GAMBAR
xi
ABSTRAK
xii
ekonomi mereka meningkat karena mereka mendapat penghasilan tambahan dari
berjualan disekitar kawasan tersebut.
Implikasi pada penelitian ini adalah Sumpang Bita merupakan peninggalan
prasejarah yang berada di Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Peninggalan ini
perlu peningkatan yang lebih untuk bekerjasama antara para penjaga taman
prasejarah Sumpang Bita, masyarakat, maupun pemerintah dalam melestarikan
peninggalan bersejarah tersebut. Perlu adanya tambahan baik dari segi taman, kolam
renang, tempat ibadah, dan perlu adanya perbaikan fasilitas yang disediakan untuk
pengunjung seperti wc sehingga bisa lebih menarik untuk dikunjungi. Selain itu pula
perlu penambahan tenaga kerja sebagai pemelihara karena dengan 12 orang tersebut
mereka kewalahan.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pegunungan karts. Bila kabupaten Maros populer dengan tempat wisata Leang-leang
Penelitian di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Van Heekeren dan Miss
Heren Palm dan menemukan cap tangan negatif dan gambar babi rusa di Gua Pattae
Maros. Tahun berikutnya ditemukan pula berbagai lukisan di Gua lain seperti di Gua
Lambatorang, leang Sampeang, Leang Batu Ejaya, Leang Jarie dan gua lain yang
berada di kawasan Maros. Para peneliti gua juga mengungkapkan bahwa di Daerah
Pangkep juga banyak ditemukan gua-gua yang di dalamnya banyak terdapat lukisan
antara lain, Gua Sumpang Bita, Gua Bulu Sumi, Gua Elle Masiji, Leang Sapiria,
mengenai peninggalan gua yang ada dizaman purbakala pada tahun 1980-an, wilayah
Pangkep ataupun Pangkajene dan Kepulauan setelah itu ikut pula jadi atensi peneliti
gua prasejarah. Atensi ini disodorkan oleh penyelidik masyarakat Indonesia sendiri
1
2
riset kepurbakalaan.1
purbakala di gua prasejarah tersebut, spesialnya yang berbentuk lukisan gua kian
lama kondisinya kian mengkhawatirkan. Dikala ini kian tak terhitung lukisan
prasejarah yang mengalami kehancuran, salah satu sebabnya adalah letak gua
prasejarah di alam terbuka serta sangat rentan terbawa oleh aspek cuaca ataupun alam
sekitarnya. Aspek alam serta cuaca ialah pengaruh yang paling berpengaruh terhadap
kehancuran serta pelapukan bilik gua serta lukisan yang berikutnya bisa jadi ancaman
memanglah tidak secara akurat dinyatakan. Tetapi, kata kuncinya, ialah “pelstatian”
dijelaskan dengan baik serta melingkupi wujud, tujuan, serta metode konservasi.
zonasi, pelestarian, serta kesadaran diri sendiri juga mmerupakan upaya dinamis buat
mempertahankan adanya cagar budaya beserta nilainya, dan tercegah dari
1
Iwan Sumantri, Kepingan Mozaik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, (Cet. 1; Makassar:
Ininnawa, 2004), h. 23-24
2
R. Cecep Eka Permana, “Lukisan Dinding Gua (Rock Art): Keterancaman dan Cara
Konservasinya”, Jurnal Konservasi Cagar Budaya 9, no. 2 (Desember 2015): h. 47
3
R. Cecep Eka Permana, “Lukisan Dinding Gua (Rock Art): Keterancaman dan Cara
Konservasinya”, h. 43.
3
dikarenakan tidak adanya petunjuk yang begitu jelas. Bahkan jauh sebelumnya
manusia telah mengenal lukisan dan sepertinya mereka telah mencurahkan rasa
seninya melalui lukisan cap tangannya sendiri pada benda alam yang ada
disekitarnya.
Lukisan basah ialah lukisan yang terbuat dari bahan basah yang digambarkan
secara menyeluruh pada bidang cadas yang keras. Gambar kering ialah gambar yang
terbuat dari bahan yang kering pula, biasanya ditafsirkan terkonsentrasi dengan
lokasi-lokasi yang spesifik pada bidang bilik cadas. Lukisan basah diprediksi kokoh
digambarkan pada bidang cadas dengan memakai kuas, jari- jemari, ataupun cap.
Kuas biasanya terbuat dari ujung ekor hewan kecil ataupun dari tanaman. Cara ini
menggunakan ujung ekor hewan atau tumbuhan di banding jari- jemari yang
biasanya tidak apik. Lukisan yang terbuat dengan memakai ujung jari biasanya
ditemui berbentuk titik- titik yang kemudian disusun jadi motif tertentu. 4
disegala dunia. Lukisan telapak tangan tersebut dibuat dengan cara melekatkan
telapak tangan yang basah dengan pewarna kepada permukaan cadas. Adakalanya
pada telapak tangan tersebut pula motif, diprediksi kokoh dengan menambahkan
pewarna tertentu pada telapak tangan sebelum menempelkannya pada bidang cadas.
Selain itu ada pula lukisan tangan yang terbuat dengan memakai tata cara“ air brush”
4
Yosua Adrian Pasaribu, “Sosial Ekonomi Masyarakat Pendukung Sebi Cadas Leang
Sumpang Bita,Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi-Selatan”, Siddhayatra 21, no 1 (Mei
2016), h. 26
4
ataupun“ cat semprot”. Metode ini memakai pewarna kering yang disemprotkan pada
Gua Sumpang Bita Merupakan salah satu pegunungan karst yang ada di
Sulawesi Selatan. Kawasan karst merupakan sebuah ekosistem yang unik bila
dibandingkan dengan tipe ekosistem yang lainnya. Hal ini dikarenakan kawasan eko
karst bersifat kering dan gersang. Gua yang berada kawasan karst memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk masyarakat sekitar. Salah
satu manfaatnya yaitu bisa dijadikan sebagai tempat wisata.6
hampir 20% dari total luas wilayah. Nilai-nilai strategis yang dimaksud adalah
sebagai keperluan domestik, sumber daya alam yang melimpah dan lain sebagainya.
Melihat kondisi alam sekitar yang saat ini sedang terjadi yang makin hari kian
banyak yang mengalami kerusakan di akibatkan oleh faktor alam dan faktor manusia.
Maka dari itu didalam Al-Qur’an allah memerintahkan kita agar kita melakukan
perjalanan dimuka bumi ini agar dapat melihat kembali kisah-kisah umat terhadulu
yang celaka karena ingkar kepada Allah. Banyak diantara mereka yang melakukan
kerusakan dimuka bumi ini sampai akhirnya allah memusnahkannya.
Sebagai umat manusia usaha yang dapat kita lakukan agar lingkungan kita
sumber daya alam seperti hutan, tanah, dan air. Menerapkan hidup sehat dan bersih.
5
Yosua Adrian Pasaribu, “Sosial Ekonomi Masyarakat Pendukung Seni Cadas Leang
Sumpang Bita, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi-Selatan”, Siddhayatra 21, no 1 (Mei
2016): h. 26-27
6
Joko Mujiarto, “Potensi dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Karst Gua Gudawang”,
Media Konservasi 19, no. 1 (April 2014). h. 57
5
“kebersihan adalah sebagian dari iman” maka dari itu kita harus sadar untuk tetap
Terjemahnya:
prasejarah yang ada di Kabupaten Pangkep yaitu Allah Swt., memerintahkan kepada
kita umat manusia untuk tidak merusak tetapi memelihara dan tetap melestarikan
lingkungan yang ada karena akan membawa banyak manfaat untuk manusia.
Balocci, Kecamatan Labbakang, Kecamatan Tondong Tallasa. Satu diantara gua yang
sangat banyak diteliti serta dilindungi dibagian karst Maros-Pangkep ialah gua
Sumpang Bita yang mempunyai seni cadas serta penemuan benda arkeologi yang
lebih banyak. Gua ini adalah gua dengan lokasi yang terluas serta dan berada
Permasalahan yang peling sering dijumpai untuk lingkungan eko karst yaitu peruhan
7
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 408.
6
iklim cuaca atau perubahan bentang alam, pencemaran air, dan berkurangnya nilai
keaneka ragaman hayati. Jika kawasan eko karst ini rusat atau tidak terpelihara lagi
maka akan mengurangi pula nilai ekonomi untuk yang ada dikawasan tersebut
diposisi sangat tinggi dikawasan tersebut. Pada penelitian ini hendak dibahas
mengenai Leang Sumpang Bita baik gambaran umumnya ataupun metode pemerintah
B. Rumusan Masalah
Selanjutnya peneliti membagi tiga sub permasalahan agar penelitian tersebut lebih
terarah.
Pangkep?
3. Bagaimana pengaruh Sumpang Bita terhadap masyarakat yang ada disekitar
1. Fokus Penelitian
kepurbakalaan Sumpang Bita yang ada di Desa Sumpang Bita, kecematan Balocci,
2. Deskripsi Fokus
Balocci Kabupaten Pangkep. Situs memiliki makna tempat dimana terdapat sebuah
makna warisan yang sangat tinggi. Sama halnya dengan peningalan yang ada di
dikenal dengan nama situs Sejarah Peninggalan Kepurbakalaan Sumpang Bita. Situs
Sumpang Bita merupakan salah satu situs yang harus tetap dilestarikan agar tetap
terjaga nilainya, dan tetap memberikan banyak manfaat baik untuk masyarakat sekitar
D. Tinjauan Pustaka
beberapa karya yang dijadikan sebagai rujukan oleh peneliti yang mengangkat tema
tentang situs kepurbakalaan Sumpang Bita yaitu diantaranya:
Budaya Borobudur 6, No. 1, 2012. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa faktor
terjadinya kerusakan pada lukisan gua adalah faktor alam dan faktor manusia.
Dari hasil penelitian Yudi Suhrtono ini menunjukkan bahwa kerusakan dan
pelapukan gua diakibatkan oleh adanya kontak dengan atmosfer yang berbeda
seccara signifikan seperti pada musim hujan dan musim kemarau. Pada musim
hujan mulut gua ini karena tidak dilindung dengan apapun maka akan terkena
air hujan secara terus menerus. Dari air hujan tersebut maka tejadilah
Selanjutnya untuk musim kemarau pelapukan itu akan secara otomatis terkena
serta tumbuhan dan akan mengalami perubahan yang sangat besar. Sedangkan
bentuk sederhana, besar, sampai dengan yang kecil yang dapat menimbulkan
kerusakan yang besar. Salah satu bentuk kerusakan yang dilakukan oleh
akan tetapi apa bila dilakukan secara terus menerus maka akan menimbulkan
terjadi. Maka dari itu diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak
2. Buku yang ditulis pada tahun 2011 yang berjudul “Zonasi Gua-Gua
leang Sumpang Bita yang berada kompleks taman prasejarah Sumpang Bita.
Tata guna lahan di sekitar kompleks dikelilingi oleh hutan lindung. Sekitar 2
km dibagian Barat dijadikan area tambang batu gamping dan marmer. Dalam
tinjauan arkeologi didalam gua ini ditemukan berupa lukisan dinding, artefak
batu, cangkang moluska, fragmen gerabah, serta fragmen tulang dan gigi.
dilanjutkan pada tahun 1986 dengan melakukan konservasi tahap awal berupa
yang ada di gua. Selain itu dibahas pula mengenai Leang Lamperangang gua.
Gua ini berada tepat disebuah yang tidak diketahui namanya dalam peta
dengan melewati pematang tambak dari jalan raya. Namun jika ingin sampai
Sidhayatra 21, no. 1, tahun 2016. Pada jurnal ini jelaskan mengenai gambaran
tentang sosial ekonomi pendukung seni cadas di leang Sumpang Bita dan
dapat memberi pandangan yang lebih jernih terhadap upaya rekontruksi fungsi
bahkan makna dari sni cadas tersebut bagi masyarakat pendukungnya. Pada
4. Yosua Adrian Pasaribu, “Konteks Budaya Gambar Binatang Pada Seni Cadas
Dalam jurnal ini dijelaskan struktur seni cadas motif binatang pra-Austronesia
di Sulawesi Selatan yang didominasi oleh satu spesies binatang, yaitu babi
liar. Penggambaran babi di seni cadas priode pra-Austronesia di Sulawesi
Selatan memiliki banyak bentuk variasi maupun ukuran. Struktur seni cadas
memiliki daerah persebaran yang luas di tiga kabupaten yang terkenal dengan
Selatan terdisi dari sepiluh motif gambar binatang yaitu, ubur-ubur (9%),
ikan (50%), teripang (4,5%), anjing (6,8%), burung (2,2%), pari manta
11
(4,5%), kuda (6,8%), biawak (4,5%), dan yang motif yang paling sering di
gambarkan yaitu babi sebanyak (71,4%), sedangkan motif kedua yang paling
sering yaitu anoa sebanyak (21,5%). Pada seni cadas priode Autronesia
diduga dikembangkan oleh masyarakat yang telah yang telah mengenal budi
eko karst Kecamatan Balocci dibagi menjadi tiga zona yaitu, zona inti, zona
budidaya, dan yang terakhir zona penyangga. Zona inti adalah zona yang
kawasan ini berupa alam, hutan, flora dan fauna, dan yang terakhir air terjuna.
Pada skripsi ini dijelaskan pula mengenai potensi kawasan eko karst baik itu
pengembangan potensi mata air pada kawasan eko karst sebagai sumber
bahan baku perbuatan karajinan tangan seperti keramik, gici, dan lain
manusianya.
6. Nur Syamsurya Alam, “Makna Ekspresi Simbolik pada Dinding Gua Taman
Makassar, tahun 2016. Pada skripsi ini dibahas mengenai struktur gua dan
makna yang terkandung disetiap gambar yang ada pada dinding gua Sumpang
lembaran. Pada umumnya gua Sumpang Bita memiliki ukuran ruang yang
tidak luas, memiliki jarak dari lantai ke langit-langit gua, memiliki lantai yang
sedikit miring atau bergelombang dan mempunyau mulut gua yang tidak
begitu lebar melainkan tinggi. Struktur dari gua yang paling menonjol adalah
lukisan dinding gua seperti lukisan babi rusa, cap tangan negatif, cap kaki
negatif, dan perahu. Hampir semua lukisan di dinding gua berwarna merah
13
yang memiliki makna kekuatan magis. Warna merah ini berasal dari oker
sebagai simbol kekuatan untuk mencegah rih-roh jahat. Adapun makna dari
gambar telapak tangan negative yaitu sebagai simbol malapetaka dan cap
tangan yang kurang lengkap atau jarinya kurang dari lima itu berarti keadaan
berduka salah satu dari kerabat mereka meninggal dunia. Lukisan cap kaki
negatif memiliki makna sebagai simbol dan doa dalam menemupuh perjalanan
yang jauh untuk mendapat keselamatan. Lukisan babi rusa dimaknai sebagai
mendapat hasil yang banyak. Yang terakhir lukisan perahu atau sampan
Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian yang lainnya yaitu penelitian
ini lebih berfokuskan mengenai upaya yang telah dan yang akan dilakukan oleh
penerintah maupun masyarakat agar situs ini lebih menarik dan lebih bisa memberi
manfaat yang banyak untuk masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar. Selain
itu penelitian ini juga membahas mengenai sejarah dan perkembagannya. Sedangkan
pada penelitian yang lain lebih berfokus pada makna yang terkandung dalam gambar
E. Tujuan Penelitian
Mengenai tujuan penelitian akan dibahas mengenai apa saja yang akan dicapai
dari penelitian tersebut dan biasanya selalu menuliskan hal apa yang ingin dicapai
Kabupten Pangkep.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
berguna untuk menambah ilmu pengetahuan sejarah, arkeologi, dan bisa menjadi
dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
peninggalan kepurbakalaan Sumpang Bita ini. Selain itu bisa juga bermanfaat untuk
TINJAUAN TEORITIS
Sejarah merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu, yang
mencakup waktu, tempat, dan pelaku. Sejarah dalam bahasa Arab yaitu ”Syajaratun”
yang artinya pohon. Pohon yang dimaksud disini adalah pohon kehidupan. Selain itu
sejarah juga bisa didefinisikan sebagai sebuah pengalaman yang pernah terjadi atau
pernah dialami seseorang yang bisa menjadi pelajaran sekaligus motivasi untuk lebih
baik lagi. Sedangkan sejarah dalam bahasa Inggris berarti “History “dan dalam
Gilbert J. Garraghan, S. J., sejarah bisa dibedakan jadi 1) kejadian masa lalu
1. manusia, bentuk masa lalu; 2) Tulisan aktualitas masa lalu; serta 3) proses
2. Danil dan Banks menyatakan bahwa sejarah menurutnya adalah kejadian yang
menjadi pengetahuan manusia pada masa lalu. Lain halnya dengan Banks
yang mengatakan bahwa sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau
1
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010), h. 2
2
Garraghan Gibert J, Pendekatan A Guide to Historical Method East Fordhan Road, (New
York: Fordham University Pres: 1996), h. 6
15
16
3. Sidi Gazalba mengatakan sejarah ini adalah sebagai masa lampau manusia
menyeluruh.
Dari beberapa pengertian sejarah menurut para ahli di atas maka dapat di tarik
2) Sejarah sebagai cerita atau jawaban dari pemulihan kehidupan manusia dalam
bermasyarakat.
3) Sejarah sebagai sumber dari ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
3
Sidi Ghasalba, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bharatara, 1981), h.223
4
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Benteng, 1995), h.33
5
Dwi Susanto, Pengntar Ilmu Sejarah, (Surabaya: Government Of Indonesia dan Islamic
Development Bank), h. 8
6
Maskun, M. H, Manusia dan Sejarah, (Yogyakarta: Suluh Media, 2016), h. 26-27
17
manusia zaman kuno yang belum mengenal tulisan atau manusia prasejarah yang
mengenai manusia baik itu dari budayanya, peninggalannya berupa candi, bebatuan,
maupun ekofak.
Didalam prodesasi prasejarah masa ini disebut sebagai masa berburu dan
pada waktu itu tidak jauh berbeda dengan keadaan sekarang ini yaitu mereka hidup
sebagai pemburu dan pengumpul makanan yang ada di sekitarnya. Usaha tetap untuk
B. Arkeologi
Kata arkeologi berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang artinya“ kuna’ serta
(manusia). Kemudian lewat kajian yang terstruktur atas informasi bendawi yang
batu serta bangunan candi serta ekofak (barang area, semacam batuan, serta fosil)
ataupun fitur penemuan yang tak bisa dihilangkan dari posisi awalnya (arkeologi).
Metode riset yang khas merupakan penggalian arkeologis, ataupun survey pula
sesuatu disiplin ilmu yang membahas mengenai suatu peristiwa ataupun kejadian
berbentuk benda-benda yang masih tersimpan, baik itu berbentuk barang kekunoan
dan produk dari suatu warga dengan memakai catatan tertulis ataupun tanpa tulisan.8
1. Gharame Clark berpendapat bahwa arti arkeologi adalah wujud tinjauan yang
alat yang digunakan, monumen, kerangka tubuh manusia serta semua hasil
karya cipta dari inovasinya.
yang membahas tentang kejadian yang tidak pernah di ketahui atau tidak
7
Benson Manalu, “Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi”, Jurnal Online Mahasiswa
Arsitektur Lengkau Betang 1, no. 2 ( November 2013): h. 17
8
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia), 2009), h. 1-2
19
memperbaiki serta menyusun kembali metode hidup tiap hari serta adat-
4. Selanjutnya Frank Hole dan Robert F. heizer mengatakan bahwa arkeologi ini
merupakan suatu pembahasan mengenai masa lalu manusia yang diteliti dari
serta pelestarian area. Konsep islam mengenai area ini nyatanya Sebagian sudah
diadopsi serta jadi pokok penting suatu arkeologi yang dibesarkan oleh para
9
Benson Manalu, “Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat”, Jurnal Online
Mahasiswa Arsitektur Langkau Betang 1, no. 2( November 2013): h. 17
10
Istiani Nur Hafiza, Pelestarian Lingkungan Hidup, Skripsi (Purwakerto: Fakultas Agama
Islam UMP, 2018), h.12
20
sejarawan area. Didalam beberapa ayat Al- Quran serta Hadist cukup banyak yang
disekitarnya. 11
Suatu Prinsip simpel serta sangat baik yang diberikan oleh ajaran islam, dalam
ikatan manusia dengan area sekitarnya dan dengan segala alam semesta, merupakan
upaya buat meningkatkan rasa cinta serta lebih menumbuhkan rasa peduli dan kasih
sayangya dengan kehidupan sekelililingnya yang terdiri dari berbagai macam mahluk
hidup serta mahluk mati, wajib dilihat sebagaimana seperti mahluk semacam kita
pula.12
Cagar budaya adalah sebuah warisan yang sifatnya benda seperti bangunan
candi, makam, prasasti batu nisan situs ataupun yang bersifat bendawi lainnya. Syarat
dikatakan sebuah cagar budaya adalah apabila benda tersebut mengandung ilmu
pengetahuan, nilai keagamaan, nilai pendidikan dan nilai kebudayaan. Selaian itu
syarat menjadi sebuah cagar budaya apabila sudah ditetapkan oleh pemerintah
setempat.
Dalam hal cagar budaya pelestarian ini diartikan sebagai cara atau bentuk
pengelolaan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap sumber budaya yang bisa
bermanfaat untuk masyarakat baik dari dalam maupun masyarakat dari luar. Selain
11
Ahmad Suri, “Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia: Study Perbandingan
Etika Islam dan Etika Ekofisminisme”, Fikrah 2, no. 1 (Juli 2014): h. 108
12
Ahmad Suri, Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia: Study Perbandingan
Etika Islam dan Etika Ekofiminisme, h. 110-111
21
itu bisa tetap menjaga nilai yang terkandung dan meningkatkan kualitas benda
Pelestarian cagar budaya tidak hanya terkait dengan objek dari cagar
budayanya saja, tetapi juga meliputi aspek-aspek lain baik yang terkait langsung
maupun yang tidak langsung. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa cagar budaya
tidaklah berdiri sendiri. dalam kajian arkeologis, jelas terlihat bahwa cagar budaya
terikat dengan konteksnya baik berupa lingkungan, maupun budaya secara umum.
Oleh sebab itu, pelestarian cagar budaya harus mencakup pelestarian cagar budaya itu
Selain itu, pelestarian merupakan upaya agar suatu karya budaya baik yang
berupa gagasan, tidakan atau perilaku, maupun budaya bendawi tetap berada dalam
sistem budaya yang masih berlaku. Seringkali, karya budaya yang hendak
Selanjutnya, karena nilai-nilai karya budayaitu dianggap penting maka kerya budaya
itu dimasukkan kembali kedalam sistem budaya yang berlaku saat ini dengan tujuan
untuk membangkitkan semangat dan kebanggan masyarakat masa kini, atau juga
sebagai tujuan wisata. Dengan demikian, pelestarian pada dasarnya tidak bersifat
statis melainkan dinamis. Implikasi dari kegiatan pelestarian yang sifatnya dinamis
ini adalah adanya peluang perubahan, dan hal inilah yang harus terkendali.
Pelestarian yang terkendali menjadi syarat mutlak agar nilai-nilai yang terkandung
didalam cagar budaya itu tetap lestari dan kegiatan pelestarian cagar budaya dapat
bejalan searah dan bahkan saling mendukung dengan kegiatan pembangunan. Situs
sinergis ini akan terjadi apabila perencanaan pelestarian dan pengembangan diarea
yang mengandung cagar budaya dapat dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi.
22
penyajian dan pelestarian nilai-nilai penting dan cagar budaya yang ada disekitarnya.
Sehubung dengan itu, maka kajian nilai penting merupakan keharusan bagi
setiap upaya pelestarian kajian ini harus menemukan dan menentukan nilai penting
apa saja yang dikandung oleh cagar budaya yang hendak dilestarikan. Hasil kajian
nilai penting akan menentukan apakah suatu karya budaya harus dilestarikan dan
bagaimana cara pelestariannya. Dengan mengetahui nilai penting yang ada, dapat
ditentukan kebijakan pelestarian yang dapat diterapkan terhadap karya budaya yang
dimaksud.
Perlu dipahami pula bahwa pelestarian tidak hanya beriorentasi masa lampau.
Sebaliknya, pelestarian harus berwawasan kemasa kini dan masa depan. Karena nilai-
nilai penting itu sendiri dipentukkan bagi kepentingan masa kini dan masa depan.
Mengacu pada aspek pemanfaatan cgar budaya, tujuan pelestarian dapat diarahkan
untuk mencapai nilai manfaat, nilai pilihan dan nilai keberadaan. Dalam hal ini, nilai
manfaat lebih ditunjukkan untuk pemanfaatan cagar budaya pada saat ini, baik untuk
pariwisata yang keuntungannya dapat dirasakan oleh generasi saat ini. Hal yang perlu
dipahami dengan baik adalah, bahwa manfaat ekonomi ini bukanlah menjadi tujuan
utama dalam pemanfaatan cagar budaya sebagai objek wisata, tetapi merupakan
generasi saat ini bertugas menjawab stabilitasnya agar cagar budaya tidak akan
pelestarian yang bertujuan untuk memastikan bahwa karya budaya akan dapat
terhadap bukti bendawi atau yang tampak fisik yang ada, tetapi juga nilai-nilai
penting yang terkandung didalamnya agar kedua hal tersebut dapat tercapai maka
pelestarian bukti bendawi harus dapat dipertahankan, kerena tanpa bukti bendawi
nilai-nilai penting yang ada hanya akan menjadi wacana saja atau bahkan dapat
dianggap sebgai cerita dongeng saja. Oleh karena itu, untuk menjamin agar bukti-
kondisinya yang mencakup dua aspek fisik yaitu keaslian dan keutuhan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang dicoba secara keseluruhan pada suatu objek dengan tujuan untuk menguasai
memfokuskan pada pencarian arti, penafsiran konsep, ciri, indikasi, simbol, ataupun
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian atau riset yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dan
jenis penelitian pustaka dengan disiplin ilmu humaniora dengan kajian sejarah
kebijakan publik.
1
Widodo, Metodologi Penelitian Populer dan Praktik, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 66
2
I Made Laut Mertha Jaya, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet. I;
Yogyakarta: Quadrant, 2020), h. 110
3 3
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), h. 329
24
25
mengetahui apa arti dari Sumpang Bita tersebut yang dijadikan sebagai objek
pemerintah sekitar dalam melestarikan tempat bersejarah sekaligus tempat wisata ini
agar tetap terjaga. Observasi atau pengamatan adalah sebuah riset yang dilakukan
dengan cara mengamati secara keseluruhan suatu objek pada kondisi tertentu.4
periset pula memakai riset kepustakaan. Riset kepustakaan ialah aktivitas menekuni,
majalah, koran ataupun karya tulis yang lain yang sesuai dengan topik, fokus,
variabel penelitian.5 Salah satu tipe riset apabila dilihat dari lokasi pengambilan
informasi merupakan riset kepustakaan (Library research). Sutrisno Hadi diucap riset
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah Desa Sumpang Bita, Kecamatan
Balocci, Kabupaten Pangkep dan kantor pelestarian cagar budaya yang ada di
Benteng Roterdam Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu peneliti juga
4
Widodo, Metodologi Penelitian Populer dan Praktis, (Cet. 3 ; Depok: Rajawali Pres, 2019),
h. 121
5
Widodo, Metodologi penelitian Popeler dan Prakti, h. 75
6
Nursapia Harahap, “Penelitian Kepustakan”, Jurnal Iqra’ 8, no. 01 ( 2014): h. 68
26
B. Metode Pendekatan
1. Pendekatan Sejarah
dalam penelitian karena dengan pendekatan ini peneliti bisa mengungkap sebuah
2. Pendekatan Antropologi
Pendekatan antropologi ini adalah salah satu pendekatan yang dilakukan oleh
yang bertindak sebagai masyarakat disekitar situs sejarah Sumpang Bita untuk
melestarikan situs tersebut. Karena pada dasarnya antropologi ini adalah ilmu
pengetahuan yang membahas tentang manusia baik itu sikap atau perilaku ataupun
3. Pendekatan Arkeologi
Pendekatan arkeologi adalah sebagai ilmu yang membantu peneliti sejarah dalam
C. Sumber Data
dengan aset situs sejarah kepurbakalan Sumpang Bita dimana informasi tersebut
bersumber dari sumber sejarah yang sesungguhnya. Sumber sejarah merupakan suatu
baik itu langsung ataupun tidak langsung yang mengantarkan ataupun membagikan
data kepada kita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjalin pada masa lampau.
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sesuatu sumber informasi yang dicatat oleh seseorang yang
2. Sumber Sekunder
yang dibutuhkan.7 Selain buku sumber juga bisa diperoleh dari buku, jurnal, skripsi
dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan apa yang ada didalam penelitian.8
Metode pengumpulan data adalah suatu metode yang dilakukan agar seorang
peneliti bisa mengungkap dan mendapatkan sebuah informasi yang akurat sesuai
7
Ramadani Wahyu, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), h. 156
8
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011), h. 41-
42
9
I Made Laut Mertha Jaya, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet. I;
Yogyakarta: Quadrant, 2020), h. 88
28
1. Metode Kepustakaan
berkaitan dengan objek penelitian seperti buku, jurnal, skripsi dan lain sebagainya.
2. Metode Observasi
terhadap objek yang akan diteliti. Dari observasi ini dapat mengungkapkan gambaran
sistematis mengenai peristiwa, tingkah laku, benda atau karya yang dihasilkan dan
peralatan yang digunakan. Dalam observasi ini ada beberapa hal penting yang sangst
perlu untuk diperhatikan diantaranya pelaku, tempat, waktu, peristiwa dan yang
terakhir adalah tujuan. Dalam penelitian ini pengumpulan data secara obserwasi lebih
difokuskan pada upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam pelestarian Taman
Prasejarah Sumpang Bita ini. Observasi ini dilakukan secara langsung oleh peneliti
agar mendapatkan data primer yang jelas dan observasi ini dilakukan sebelum
3. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu peristiwa dimana adanya suatu pertemuan antara dua
orang atau lebih. Salah satu dari mereka bertindak sebagai sumber informasi dan yang
satunya sebagai pencari informasi. Wawancara ini bertujuan untuk saling bertukarnya
informasi melalui tanya jawab sehingga mendapatkan sebuah makna dan informasi
yang akurat dalam sebuah topik tertentu.10 Adapun yang menjadi sasaran wawancara
dari penelitian ini adalah penanggung jawab dari Taman Prasejarah Sumpang Bita itu
sendiri, staf dari balai arkeologi, tokoh masyarakat setempat, dan orang yang bekerja
10
Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian, (Cet, II; Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 83
29
4. Metode Dokumentasi
lalu dan biasanya berbentuk gambaran, tulisan, ataupun bentuk karya-karya yang
penelitiaan. Dalam riset kualitatif metode pengumpulan informasi yang utama sebab
perivikasi tanggapan yang diberikan secara logis serta rasional lewat komentar, teori,
Tujuan dari dokumentasi ini adalah mencari data-data mengenai variable yang
berbentuk catatan, buku, transkip, majalah, prasasti notulen, agenda dan lain
E. Instrumen Penelitian
seorang peneliti untuk mendapatkan sebuah informasi secara valid atau secara ilmiah
11
Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian, h. 84
1212
Basri, Metode Penelitian Sejarah “ pendekatan teori dan Praktik”, (Jakarta: Restu Agung
2006), h. 60-63
30
menampung semua data yang diperlukan peneliti dalam menganalisis data. Intrumen
(ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran), validitas (keaslian suatu fakta atau
mengambil pendapat dan pertimbangan, kelayakan, daya yang terakhir analisis aitem.
13
Instrument penelitian yang digunakan peneliti diantaranya:
1. Instrumen Interview
Instrumen ini meliputi suatu wawancara ataupun dilog antara periset serta
narasumber buat mendapatkan suatu data. Kapaitas inteview ini berlandaskan pada
tenang nyaman dan bersahabat sehingga sumber data dapat memberikan informasi
yang jujur. Narasumber harus dibuat terpancing demi menciptakan informasi yang
2. Instrument Observasi
Instrumen ini dicoba dengan memusatkan diri kepada topik yang hendak
diteliti dengan memakai seluruh indra yang terdapat pada diri kita semacam, indra
penelihatan, indra rungu, indra penciuman serta indra yang yang lain. Perihal ini
dicoba buat memperoleh suatu data yang akurat serta terpercaya. Instrument ini
memusatkan pada pengamatan dekat tidak hanya itu pengamatan pula dicoba
terhadap rekaman, foto, ataupun tulisan yang terdapat. Umumnya pada instrumen ini
13
Husain Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. (Jakarta Cet. 13, PT
Rajawali Pers, 2015). h. 8
31
diperlukan kamera ataupun hp buat merekam cocok dengan kondisi dekat serta
kualitatif dicoba dengan metode interaktif serta secara berturut-turut tanpa berhenti
pada tiap tahapan periset hingga tuntas, sehingga informasinya telah jenuh.14 Adapun
metode analisis data yang dilakukan peneliti adalah:
1. Reduksi Data
penelitian, dengan catatan disini sorang peneliti bisa kapan saja dan dimana saja
untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan topik penelitiannya. Jika peneliti
dokumen maka iya akan mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi yang
Bita di Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Kemudian selama proses reduksi ini
berjalan peneliti bisa meneruskan ringkasan, memberi tanda, dan bisa menemukan
tema sampai dengan penelitian ini selesai.
Informasi atau data yang sudah selesai direduksi, selanjutnya data diatut
dalam bentuk deskripsi yang sesuai dengan sudut pandang penelitian. Pada umumnya
dalam penelitian seorang peneliti memperoleh informasi yang banyak, dari informasi
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Elfabeta, 2007), h. 337
32
data itulah biasanya penulis menyusunnya secara sisematis atau simultan sehingga
informasi itu bisa menjawab dari permasalahan yang dibuat oleh peneliti dan data ini
merupakan data yang sudah dipilih karena penulis tidak mungkin bisa
3. Penarikan Kesimpulan
bisa memperoleh data yang benar-benar ilmiah dan terbukti kebenarannya. Dengan
itu riset atau penelitian kualitatif ini bisa menjawab semua permasalahan yang ada
pada penelitian dengan catatan rumusan yang awalnya dibuat bisa berbah bahkan
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Elfabeta, 2007), h. 224
BAB IV
Sulawesi Selatan yang wilayahnya terbagi menjadi tiga yaitu daratan tinggi atau
pegunungan, pesisir, dan kepulauan. Secaraa stronomis Pangkajene dan Kepulauan
memiliki luas 1.112,29 km2 dengan kawasan kecamatan terluas adalah Kecamatan
1
Balocci dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Mandalle. Berdasarkan letak
geografis daerah pangkep terdiri dari tiga dimensi, yaitu, dimensi pegunugan, dimensi
1
[t.p], Kabuparen Pangkajene dan Kepulauan dalam angka 2020, (Pangkep: Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Pangkep, 2020), h. 3-4
33
34
perairan yang memiliki pulau-pulau kecil yang banyak, dan yang terakhir dimensi
daratan. Hal tersebut yang menjadi alasan sehingga penamaan kota ini “Pangkajene
dan Kepulauan” karena daerah pemerintahannya terdiri dari daratan dan lautan.2
Pangkep adalah Pangkajene yang dimana letaknya berada dijantung kota. Kota ini
biasanya dijadikan sebagai tempat persinggahan atau tempak beristirahat jika hendak
Kabupaten Pangkep memiliki luas bagian daratan sebesar 1.112,29 km2 dan
mencapai 50-100 meter dari permukaan laut. Wilayah daratan Kabupaten Pangkep
terdiri dari sawah, rawa-rawa, tambak dan empang yang dijadikan sebagai sumber
2
Aminullah Lewa, Sejarah Kelahiran Pangkep, (Pangkajene: Pemerintah Kabupaten
Pangkep, 2008), h. 2
3
Sulfida, Profil Sumber Daya Alam Kabupaten Pangkajene dan Kepula1uan tahun 2019,
(Pangkajene: Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam, 2019), h. 31
35
Sumber: Google
pangkep yang memliki kawasan eko karst salah satunya yaitu Sumpang Bita. Luas
wilayah Balocci mencapai 143,48 Km2 dengan jumlah kelurahan sebanyak 5 yaitu,
Kassi, Tonasa, Balocci Baru, Balleangin, dan yang terkhir Tompobulu. Kecamatan
Balocci ini terletak di sebuah daratan tinggi atau pegunungan yang jaraknya sekitar ±
200 sampai dengan 700 meter dari permukaan laut. Dataran tinggi atau
pegununangan sudah menjadi sebuah ciri khas untuk Kecamatan Balocci karena
Didalam kawasan Kecamatan Balocci terdapat satu kelurahan atau satu desa
yang menonjol yaitu Kelurahan Balocci Baru. Di Kelurahan ini terdapat sebuah
itu adalah Sumpang Bita. Sumpang Bita sangat mudah dicapai baik menggunakan
kendaraan beroda dua maupum beroda empat akan tetapi akses jalanan sedikit sempit
39
apabila sudah dekat dari kawasan Sumpang Bita. Sedangkan untuk menuju gua kita
harusberjalan kaki dan menaki tangga yang cukup banyak karena letaknya di puncak
yang berada dalam wilayak kampung Sumpang Bita, Kelurahan Balocci Baru. Di
dalam kompleks ini terdapat 2 buah gua prasejarah yaitu Leang Bulu Sumi dan Leang
Sumpang Bita. Kedua situs ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya dengan
nomor surat: 158/M/1998, tanggal 1 juli 1998 oleh mentri pendidikan dan
prasejarah Sumpang Bita juga telah dibebaskan dan memiliki sertifikat sebagai tanah
Sumpang Bita barasal dari bahasa bugis yaitu Sumpang dan Bita. Sumpang
artinya pintu sedangkan Bita adalah nama sebuah kampung yang ada di Kabupaten
Maros. Jadi Sumpang Bita ini merupakan jalan ataupun pintu menuju ke kampung
bita. Karena dahulu kala di Sumpang Bita inilah mereka berlalu lalang untuk mencari
makanan dan untuk berhubungan dengan yang lainnya. Gua Sumpang Bita terletak
persis diperbatasan antara Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Maros.
4
[t.p], Zona Gua-Gua Prasejarah Kabupaten Pangkep 2011, (Makassar: Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar, 2011), h. 82.
40
sumpang bira ini menjadi bagian wilayah Kabupaten Pangkep karena guanya sendiri
Sumpang Bita pertama kali ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin dari Swiss
pada tahun 1902. Kemudian pada tahun 1972 seorang masyarakat sekitar kawasan
tersebut bernama Latara Dg. Paduni menemukan gua tersebut dan pada tahun 1982
diadakan konservasi dan pendataan terhadap gua dan kawasannya. Setelah penemuan
gua ini beliau melaporkan kepada pihak pemerintah. Perwakilan dari pihak
pemerintah adalah kementrian pendidikan dan kebudayaan yang bekerja sama dengan
Purbakala. Pada hakekatnya orang yang bertempat tinggal di gua tersebut merupakan
orang toala atau dalam bahasa Bugis toale. Toala atau toala ini merupakan orang
yang bertempat tinggal didalam gua dan jauh dari kata kehidupan seperti sekarang ini.
Mereka menggunakan alat-alat dari batu bahkan mencari makanan untuk bertahan
hidup pun meraka harus berburu.6 Kebudayaan Toala yang berciri tradisi serpih bilah,
5
Muhammad Arsyad (Polisi Khusus BPCB Sul-sel) wawancara oleh penulis pada tanggal 22
Maret 2021 pukul 09:00 WITA
6
Darmawan, dkk. Taman Purbakala Sumpang Bita di kabupaten Pangkajene dan
Kepulauaun. (Ujung Pandan: Pemda Tingkat I Prop. Sulawesi Selatan, 1994), h. 14
41
mata panah bergrigi, alat-alat tusuk dari tulang dan kerang merupakan peninggalan
mereka masih sangat tergantung pada alam sekitarnya bahkan penyakit pun hampir
tidak bisa mereka tanggulangi. Mereka hanya percaya bahwa ada kekuatan dari roh
nenek moyang yang dapat menolong mereka. Maka dari itu bisa disimpulkan
berdasarkan lukisan yang ada didinding gua mengenai latar belakang dan sosial
Secara fisik, gua Sumpang Bita memiliki karakteristik yang sama degan gua-
gua pada umumnya yang ada di Kabupaten Pangkep. Pada bagian bawah gua tersebut
berdinding terjal. Kemudian untuk bagian depannya mengarah kelaut yang saat ini
atau bahkan di Sulawesi Selatan dengan luas keseluruhan sekitar 125 ha sudah
termasuk dengan taman dan hutan lindung. Mulut gua menghadap ke bagian Timur
dan terletak di 150 meter dari permukaan tanah dengan ukuran mulut gua 10 m dan
lebar 14 m . Adapun batas wilayah kawasan Sumpang bita yaitu:
Gua Sumpang Bita terbagi menjadi dua bagian atau dua ruang, ruang
pertama terletak di sebelah Utara dan bagian ke dua terletah di sebelah Selatan
dengan ukuran yang lebih besar di banding ruang yang pertama.7 Yang paling
menonjol dari gua Sumpang Bita adalah lukisan yang terdapat didalam gua yang
sangat banyak. Karena gua ini temuannya didominasi oleh gambar lukisan maka
tempat ini bisa dikatakan sebagai tempat upacara bukan untuk gua operasional
Hasil dari pendataan yang terungkap pada tahun 1982 adalah temuan
arkeologi berupa lukisan dinding, cangkang moluska, tulang dan gigi manusia yang
anak sebanyak 42 buah, cap kaki anak-anak sebanyak 2 buah, gambaran menyerupai
babi rusa sebanyak 7 buah yang berukuran besar dan 3 buah yang brukuran kecil.
Secara keseluruhan lukisan ini ditemukan didinding gua sebelah kiri. Selain itu
ditemukan pula lukisan berupa perahu yang berwarna merah dan kira-kira panjangnya
sekitar 2 mter.
Sesuai dengan keterangan para ahli bahwa arti dari warna merah yaitu
makna yang baik seperti cap tangan negativ, cap kaki dan sampan merupakan harapan
7
Darmawan, dkk. Taman Purbakala Sumpang Bita di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauaun, h. 24
43
Adapun makna dari berbagai lukisan tersebut menurut bapak Budi (59 tahun)
adalah:
“Cap tangan negatif sebagai bentuk ekspresi masyarakat padai masa itu
sebagai penolak bala atau penyelamat dari malpetaka. Akan tetapi untuk cap
tangan yang sudah tidak sempurna atau tidak lengkap menandakan bahwa
kedukaan atau berduka cita atas meninggalnya salah satu anggota dari
keluarga mereka. Cap tangan ini banyak ditemukan disetiap gua. Adapun
jumlah cap tangan negatif yaitu tangan kanan dewasa sebanyak 15, tangan kiri
dewasa sebanyak 21, tangan kanan anak-anak 12, dan tangan kiri anak-anak
sebanyak 4 buah”.
44
“Lukisan babi dan rusa bermaknakan sebagai ritual perburuan mereka pada
saat itu dan hal yang dipercaya untuk dimudahkan dalam perburuan mereka
dan mendapat hasil yang banyak”.
Gambar 5 Perahu
Sumber: Google
“Lukisan perahu memiliki makna sebagai sarana atau angkutan yang mereka
gunakan dalam melakukan perjalanan untuk sampai ketujuan. Perahu juga
45
digunakan apabila ada salah satu dari mereka yang meninggal dunia maka ia
dinaikkan ke perahu dan diantar ke laut untuk dibuang”.8
Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat mengasumsikan bahwa setiap
gambar yang ada di dinding memiliki makna tersendiri seperti gambar telapak tangan
memiliki arti sebagai penolak bala agar mereka terhindar dari roh mahluk jahat.
Apabila ada jari tangan yang tidak lengkap atau tidak mencukupu jari pada umumnya
itu berarti mereka sedang mengalami kedukaan salah satu dari keluarga mereka ada
yang meniggal dunia. Selanjutnya gambar babi rusa memili arti ritual pemburuan
mereka agar mendapat hewan buruan yang banyak, dan yang terakhir gambar perahu,
gambar ini memiliki arti bahwa itu adalah alat transportasi yang mereka gunakan agar
Sumpang Bita
sumber daya budaya yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksan serta menjamin
cagar budaya tersebut dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang dapat
mengangkat sebuah nilai yang terkandung, seperti nilai sejarah, arsitektur, dan lain
sebainya. Cagar budaya tersebut dapat dijadikan sebagai tempat pembeljaran sejarah,
8
Budi (Staf Balai Arkeologi) wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 07 April 2021
pukul 09:25 WITA
46
9
orang-orang terdahulu. Upaya pelestarian ini dilakukan dalam tiga kegiatan utama
oleh beberapa tenaga kerja yang telah dibentuk berupa menjaga keaslian situs,
pelarangan melakukan penebangan hutan secara liar, menjaga kebersihan sekitar, dan
Sumpang Bita ini jadikan sebagai kepariwisataan, karya wisata, study arkeologi,
study kebudayaan, sport, seringkali dijadikan sebagai tempat arisan dan bahkan
dijadikan juga sebagai tempat pengkaderan untuk para mahasiswa dalam merekrut
anggota baru dan yang terakhir sebagai rekreasi edukasi dan asosiasi. Sedangkan
pengembangan pada potensi mata air secara berkelanjutan dikawasan Sumpang Bita,
Dalam upaya perlindungan sebagai benda cagar budaya Sumpang Bita perlu
Kabupaten Maros dan Pangkep. Dalam pelestarin Sumpang Bita ini diatur dalam
9
Nurul Fadilah. Dkk, “Pelestarian Roterdam Pos Perjanjian Bongaya di Makassar”, Jurnal
Diskursus Islam 9, no. 1 (2021): h. 11
10
Yudi Suhartono, “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lukisan Gua Prasejarah di Maros dan
Pangkep”, Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur 6, No. 1,(2012): h. 21.
47
Sedangkan perlindungan adalah sebuah upaya guna dalam mencegah sebuah benda
Kawasan gua peninggalan prasejarah Sumpang Bita ini masuk kedalam benda cagar
budaya yang wajib untuk dilestarikan. Seperti yang dalam UU No.11 Tahun 2010
Adapun tujuan di lestarikannya Gua Sumpang Bita ini sebagai benda cagar
budaya adalah agar warisan benda arkeologi tersebut bisa tetap bertahan dan
kawasan resebut. Selain itu bisa juga sebagai bahan utama dalam meningkatkan
kesejahtraan rakyat.
11
Republik Indonesia, “Undang-Udang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya”
(Jakarta: 2010), h. 2-9
48
dibawa naungan balai pelestarian cagar budaya mereka mengangkat tenaga kerja
yang ditunjuk lngsung oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan agar bisa
merawat dan menjaga kawasan Sumpang Bita tersebut. Adapun jumlah tenaga kerja
yang bertindak sebagai pemelihara sebanyak 12 orang dan 1 orang sebagai polisi
khusus atau penjaga Sumpang Bita. Jadi jumlah keseluruhannya sebanyak 13 orang.
Adapun syarat untuk menjadi tenga kerja di kawasan eko karst Sumpang Bita sebagai
berikut:
a. Minimal pendidikan SMA
d.Mempunyai pola pikir yang baik, keterampilan, sikap dan perilaku yang baik
e. Memiliki rasa tanggung jawab dan pemahaman yang mendalam atau baik atas
pekerjaannya.
b. Periode Renovasi
Gua Sumpang Bita merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Kabupaten
Pangkep yang memiliki nilai tinggi untuk dilestarian dan dilindungi. Pelaksanaan
pelestarian gua Sumpang Bita direnovasi yang pertama kali pada tahun 1982 oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan yang kedua pada tahun 2010 oleh
49
dukungan dan dorongan langsung dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sampai dengan dana untuk pelestarian. Dalam pelestarian ini masyarakat dilibatkan
langsung seperti meraka yang dipekerjakan sebagai buruh bangunan dan mereka juga
menjaga kebersihan lingkungan kawasan cagar budaya tersebut sampai saat ini. Pada
periode renovasi kedua pada tahun 2010-2011 diadakanlah pembaruan yang telah
dibuat pada tahun 1982 seperti pagar, rumah informasi, tangga menuju gua, jalan
1) Pembuatan Pagar
Di sekitar kaki gunung kawasan Sumpang Bita dibangun pagar kawat duri
sepanjang 500 meter sekaligus sebagai pembatas antara perusahaan yang terletak di
sebelah utara. Sedangkan untuk yang dibagian sebelah timur terdapat gunung gaping
sehingga tidak perlu untuk diberi pagar karena sudah dianggap lebih aman dari
50
bagian gambarnya yang terdapat didalam gua agar terhindar dari sentuhan tangan
2) Taman
Untuk memberi kesan yang indah dan nyaman untuk pengunjung maka
kawasan tanah datar sebelum sampai ke kaki bukit ditata sedemikian rupa sehinga
berbentuk taman yang indah. Selain itu dibangun pula sebuah kolam dibagian tengah
taman dengan ukuran 30 meter dan berbentuk oval. Kolam ini dibuat dengan tujuan
sebagai pendingin dan sebagai penampungan air yang kelebihan dari sumber mata air.
Selanjutnya dihiasi juga dengan beberapa jenis flora asli maupun yang di ambil dari
luar sehingga bisa lebih memperindah taman tersebut yang di kelilingi oleh jalanan
mobil. Taman ini juga biasa digunakan sebagai spot foto karena ditengahnya terdapat
sebuah jembatan dari sisi kanan kolam hingga ke sisi kiri kolam. Dari taman juga bisa
sebagai penarik perhatian untuk pengunjung.
51
Jarak antara pintu gerbang dan kaki gunung cukup lumayan jauh untuk
ditempuh maka dari itu dibuatlah jalan setapak selebar kurang lebih 4 dari batas pagar
sampai ke kaki gunung dan menghubungkan jalan ke desa yang bisa dilalui oleh
motor dan dibuat juga tangga untuk menuju ke gua. Jalan ini di buat dengan ubin
tradisional disusun sedemikian rupa hingga rapi kemudian sisi kiri kananya di hiasi
dengan taman yang luas. Pembuatan jalan setepak ini sangat berguna untuk
masyarakat yang berkunjung karena mereka tidak lagi berjalan kaki dengan
menempuh jarak yang cukup jauh. Diantara jalan setapak menuju tangga di kawasan
ini terdapat pula sumber mata air yang dijadikan sebagai kolam renang. Kemudian air
tersebut dilarikan ke pipa dan dapar digunakan untuk seluruh masyarakat sekitar.
Salah satu tokoh yang paling berperan dalam pelestarian Sumpang Bita yaitu bapak
Dr. Mutalib. M, beliau adalah tokoh dalam pelestarian cagar budaya yang
membangun tangga yang sekarang dikenal dengan sebutan tangga seribu pada
rumah informasi yang berbentuk rumah tradisional khas Bugis Makassar dibangun
pada tahun 2010 dengan ukuran 8x12. Didalam rumah tersebut terdapat beberapa
gambar yang ada didalam gua serta beberapa artefak hasil dari ekskavasi. Rumah
informasi ini juga difasilitasi dengan alat penerang atau listrik dan kamar mandi.
Selain rumah informasi, terdapat juga sebuah rumah jaga dan rumah istirahat
pengunjung yang datang bisa beristirahat sejenak sembari melepas lelah sebelum
akhirnya meraka berjalan untuk sampai kepuncak dan masuk kedalam gua.
Peninggalan sejarah dan purbakala adalah warisan budaya bangsa yang perlu
diselamatkan sebagai bukti sejarah dan kejayaan masa lampau dari nenek moyang.
sumber inspirasi daya cipta kehidupan bangsa serta sekaligus menjadikan dasar untuk
kesatuan dan ketahanan nasional yang utuh dalam rangka mengembangkan dan
dengan tiga cara yaitu perlindungan, pemeliharaan dan pemugaran. Perlindungan ini
dilakukan sebagai usaha utuk tetapa melindungi situs dari kerusakan baik iru dari
kerusakan ini diakibatkan oleh faktor alam karena berada di kawasan terbuka dan
sangat rentan terpengaruhi oleh cuaca sekitar..
12
Bahru Kallupa, dkk. Gua Sumpang Bita dan Bulu Sumi di Desa Balocci Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Balai Pelestarian Peninggalan Kepurbakalaan .
Makassar. 1982.h. 18
13
Muhammad Rustan (Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya) peneliti melakukan wawancara
pada tanggal 07 April 2021 pukul 12:00 WITA
54
Dalam pelestarian sebuah cagar budaya banyak pihak yang terlibat demi
Bita pengunjung juga memiliki pengaruh didalamnya seperti mereka yang tetap
tempat, tidak merusak fasilitas yang telah disiapkan untuk pengunjung, serta
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk tetap
menjaga dan memelihara kawasan Sumpang Bita. Tingkat partisipasi dan tingkat
kesadaran masyarakat baik itu pengunjung atau masyarakat sekitar, bisa dikatakan
Setelah ditetapkannya sebagai tempat bersejarah dan sebagai benda cagar budaya
banyak masyarakat luar yang datang berkunjung, maka dari itu untuk menjaga dan
tetap melestarikan tempat tersebut perlu lagi diadakan tingkat kesadaran kerjasama
yang telah disebutkan telah memenuhi syarat sebagai pelestarian sebuah benda cagar
budaya. Dimana dalam pelestarian cagar budaya dilakukan tiga hal yaitu:
dari kerusakan kawasan akibat hewan ternak, pengankatan tenaga kerja, pembuatan
rumah informasi dan lain sebagainya yang bersifat untuk tetap melindungi kawasan
55
tersebut dari kerusakan. Sebagai bagian pemanfaatan, Sumpang Bita ini banyak
memiliki manfaat baik itu untuk masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar
dibagian Kawsan Sumpang Bita dikembangkan sebuah potensi mata air yang cukup
Kehidupan msyarakat saat itu masih cukup sederhana karena mereka sangat
bergantung pada alam sekitar. Sebelum Sumpang Bita ditemukan dan ditepakan
Sejak dahulu penduduk sekitar Sumpang Bita telah mengenal sistem pertanian
terutama penanaman padi disawah. Oleh karena itu, pertanian ini sudah merupakan
penghasilan pokok atau pekerjaan pokok masyarakat sekitar sejak dahulu. Dalam hal
penggarap. Salah satu kebiasaan penduduk sekitar yaitu membongkar dan mengambil
tanah dari dalam gua tersebut untuk mereka jadikan sebagai pupuk dilahan pertanian
mereka. Oleh karena itu sebelum gua itu betul-betul punah maka perlu untuk
pemanfaatan pada gua dan kawasan Sumpang Bita ini sangatlah berbeda. Dimana
dulunya hanya dijadikan sebagai tempat pembilan pupuk bekas kotoran dari hewan
dan bagian kawasannya masyarakat sekitar menjadikan sebagai tempat berkebun.
bahasa Makassar dan bahasa bugis untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainya
akan tetapi taksedikit juga dari mereka yang menggunakan bahasa Indonesia.
Penduduk desa Sumpang Bita mayoritas berasal dari suku Bugis Makassar akan
tetapi mereka bukanlah penduduk yang memang merupakan asli dari desa tersebut.
Mereka kebanyakan hanya sebagai masyrakat pendatang dari luar dan bertempat
14
Kamirullah (tokoh masyarakat) peneliti melalukan wawancara pada tanggal 22 Maret 2021
pukul 01:30 WITA
57
Dari hasil wawancara diatas dengan bapak Muhammad Arsyad, maka penulis
Sumpang Bita bukanlah pendudk aslinya melainkan mereka hanya pendatang dan
sebagian dari mereka juga hanya cucu buyut dari orang asli yang menetap pertama di
kasan tersebut.
Sitem ekonomi masyarakat Sumpang Bita hingga saat ini secara umum
mereka mengelolah sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Seperti pertanian,
peternakan bahkan tak sedikit juga dari meraka yang bekerja di perusahaan yang ada
di sekitar mereka.
masyakat bisa dikatakan kian meningkat karena dengan itu masyarakat yang dulunya
hanya berdiam diri di rumah sekarang sudah bisa membuka usaha kecil-kecilan
seperti berjualan makanan ringan yang banyak di minati oleh para masyakat yang
berkunjung di Sumpang Bita tersebut. Selain itu masyarakat juga bisa memperoleh
uang tambahan dengan memanfaatkan pekarangan rumah yang luas dijadikan sebagai
tempat parkir untuk para pengunjung Sumpang Bita. Selanjutnya dengan adanya
Sumpang Bita masyarakat dapat membangun silaturahmi dengan masyarakat
sangatlah baik karena sebelum ditemukannya ini masyarakat mengambil air langsung
dari dalam sedangkan sekarang air itu mengalir dengan sendirinya ke rumah warga
15
Muhammad Arsyad (Polisi Khusus BPCB Sul-sel) wawancara oleh penulis pada tanggal 22
Maret 2021 pukul 09:00 WITA
58
Disamping diambil sebagai tempat rekreasi, Sumpang Bita juga ini dijadikan
yang jauh. Karena dengan adanya Sumpang Bita inii banyak keluarga dari
sekalgus berwisata di Sumpang Bita. Tidak hanya sampai disitu masyarakat sekitar
berharap agar pemerintah lebih menambah daya tarik Sumpang Bita agar lebih bisa
memberi banyak manffat lagi dari sebelumnya. Seperti tamannya yang lebih di
Semangat gotong royong didesa ini masih terbilang sangat tinggi dan masih
sangat kuat. Mereka melalukan perbuatan dan saling membatu tanpa mengharapkan
imbalan dari orang tersebut. Selain itu mereka senantiasa menerima dengan baik
Sumpang Bita ini sering di adakan sebagai tempat pengkaderan atau tempat
yang kurang.
3. Terhadap Pengunjung
Pengaruh pelestarian Sumpang Bita tidak hanya ada pada masyarakat yang
berada disekitarnya saja, melainkan juga sangat berpengaruh pada masyarakat yang
akan terasa lebih nyaman dan lebih tertarik untuk datang ke Sumpang Bita. Selain itu,
mereka juga dapat membangun sosialisasi yang baru dengan masyarakat yang berada
59
disekitar Kawasan Sumpang Bita . selain itu, pengunjung juga akan terasa lebih
nyaman karena Kawasan tersebut lebih bersih dan lebih nyaman karena pemandangan
sekitarnya yang dirawat oleh para penjanga yang telah diberi kepercayaan oleh pihak
pembuatan tangga, jalan setapak, rumah informasi, dan rumah istirahat yang
membuat pengunjung lebih nyaman lagi karena mereka bisa menggunakan kendaraan
mereka sampai pada kaki gunung, dan dilanjutkan dengan menaiki anak tangga.
Dimana dulunya sebelum dilakukan evakuasi dan pelestarian terhadap Kawasan
sumpang Bita masyarakat dulunya menggunakan tali dan naik ke gua secara manual
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari latar belakang maka munculah sebuah pokok permasalahan dan tiga sub
masalah, kemudian diuraikan pada hasil penelitian dan pembahasan maka dari itu
1. Sumpang Bita berasal dari bahasa Bugis yaitu Sumpang yang atrinya Pintu
dan Bita yang merupakan sebuah perkampungan yang ada disebelah gua
tersebut. Jadi arti Sumpang Bita adalah pintu menuju kampong bita yang
pertama kali ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin pada tahun 1902.
Kemudian pada tahun 1972 ditemukan oleh Lantara Dg. Paduni dan
dievakuasi pada tahun 1982.
kebudayaan pada tahun 1982 , dan yang kedua oleh mentri pariwisata dan
a. Pembebasan lahan
60
61
b. Pembuatan pagar
e. Pembutan taman
dijadikan sebagai saran burung dan kotorannya itu mereka ambil sebagai
B. Implikasi
ini perlu peningkatan yang lebih untuk bekerjasama antara para penjaga
2.Perlu adanya tambahan baik dari segi taman, kolam renang, tempat ibadah dan
sehingga bisa lebih menarik untuk dikunjungi. Selain itu pula perlu
62
[t.p]. Indeks Pembangunan Kabupaten Pangkep 2009. Pangkep: Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Pangkep. 2009.
[t.p]. Zona Gua-Gua Prasejarah Kabupaten Pangkep 2011. Makassar:Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Cagar Peninggalan Purbakala
Makassar. 2011.
Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta:Ombak. 2011.
Basri. Metode Penelitian Sejarah “Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: Restu
Agung. 2006.
Darmawan, dkk. Taman Purbakala Sumpang Bita di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Ujung Pandang: Pemda Tingkat I Prov. Sulasesi Selatan. 1994.
Fadilah, Nur. Dkk, “Pelestarian Roterdam Pos Perjanjian Bongaya di Makassar”, Jurnal
Diskursus Islam 9, no. 1 (2021)
Ghasalba, Sidi. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bharatara, 1981
Gibert J, Garraghan. Pendekatan A Guide to Historical East Fordhan Road. New York:
Fordham University Pres, 1966.
Hafiza, Istiani Nur. Pelestarian Lingkungan Hidup Skripsi. Purwokerto: Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah, 2018.
Harahap, Nursapia. “Penelitian Kepustakaan”. Jurnal Iqra’ 8, no. 01 (2014).
Hikmawati, Fenti, Metodologi Penelitian. Depok: Rajawali Pers, 2019.
Iskandar. Metodologi Penelititan Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: GP. Pres, 2009.
Jaya, I Made Laut Mertha. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Quadrant, 2020.
Kallupa, Bahru, dkk. Gua Sumpang Bita dan Bulu Sumi di Desa Blocci Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Makassar:Balai Pelestarin
Cagar Budaya. 1982.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2018.
Lewa, Aminullah. Profil Sumber Daya Alam Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Tahun 2019. Pangkajene: Pemerintah Kabupaten Pangkep. 2019.
M.H. Maskun. Manusia dan Sejarah. Yogyakarta: Suluh Media, 2006.
Manalu, Benson. “Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat. Jurnal
Online Mahasiswa Arsitektur”. Langkau Betang 1,no. 2 (2013)
Mujiarto, Joko. “Potensi dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Karst Gua
Gudawang”. Media Konversi 19,no. 1 (2014) .
63
64
DAFTAR INFORMAN
Umur : 57 tahun
2. Nama : Budi
Umur : 59 tahun
Umur : 44 tahun
4. Nama : Kamirullah
Pekerjaan/Jabatan : Masyarakat
Umur : 46 tahun
65
66
SUSUNAN PENGURUS
Dedi Firman
Muhammad Arsyad
Abd. Jabbar
Ridwan
Muhtar
M. Basir
Masse. L
Basri
Abd. Kadir
Sangkala
Juma
Abd. Muing
67
putri dari pasangan suami istri bapak Kahar dan ibu Rahmatia.
jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di Kabupaten Pangkep pada tahun (2014-
2017). Kemudian pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Fakultas Adab dan
Humaniora jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. penulis sempat bergabung dengan
atas kehadirat Allah Swt., karena diberi kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan pendidikan sampai ditahap ini dan semoga ilmu yang telah didapat
bisa bermanfaat khususnya untuk diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat umum.
RESKI WAHYUNI
NIM: 40200117065
72