Anda di halaman 1dari 79

TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI STANAWI DALAM

MENGHADAPI KESIAPSIAGAAN BENCANA ALAM GEMPA


BUMI DI PONDOK PESANTREN RIYADLUL HUDA DESA
SUKARAPIH KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN
TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh,

Esi Esriani
16217000

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat, Hidayah dan

Inayah-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan insyaallah kepada

kita selaku umatnya.

Skripsi ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi

Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya” Penyusunan skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Geografi pada Jurusan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Siliwangi.

Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

 BAB I merupakan pendahuluan yang didalamnya terdapat latar

belakang, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, dan

kegunaan penelitian.

 BAB II berisi landasan teoretis, penelitian yang relevan, kerangka

penelitian, dan hipotesis.

 BAB III berisi prosedur penelitian yang terdiri dari metode penelitian,

variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,


populasi dan sampel, teknik pengolahan dan analisis data, langkah-

langkah penelitian dan tempat penelitian.

 BAB IV adalah deskripsi kondisi daerah penelitian baik kondisi fisik

maupun kondisi sosial, deskripsi hasil penelitian, pembuktian hipotesis,

pembuktian analisis dengan 5W + 1H, keterkaitan hasil penelitian

dengan pembelajaran geografi di sekolah.

 BAB V berisi simpulan dan saran.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan skripsi ini baik dalam hal penulisan ataupun

sistematika penulisan, yang pada dasarnya disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan penulis dalam menulis dan mencurahkan ide-ide. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dan dapat menyempurnakan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

memberikan kontribusi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis umumnya bagi para pembaca. Amin

Tasikmalaya, Februari 2021


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha

pengasih lagi maha penyayang telah memberikan semangat kepada penulis

terus menimba ilmu hingga mencapai titik yang sangat membahagiakan.

Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan kepada kita selaku

umatnya yang insyaallah taat pada ajarannya hingga akhir hayat.

Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk

skripsi, hasil ini merupakan kekuatan doa dan dorongan dari pihak-pihak

yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung

sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Prof. H. Rudi Priyadi, Ir. M.S., selaku Rektor Universitas

Siliwangi Tasikmalaya.

2. Bapak Dr. H. Cucu Hidayat, Drs., M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

3. Bapak Dr. Iman Hilman, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I dan Ketua

Jurusan Pendidikan Geografi yang telah meluangkan waktu, memberikan

ilmu, didikan, bimbingan dan arahan serta motivasii kepada penulis

dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis


selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

5. Ibu Yani Sri Astuti, S.Pd., M.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

6. Bapak Dr. H. Nandang Hendriawan, Drs., M.Pd., yang telah berkenan

memberikan ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi

penulis selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

7. Bapak H. Nedi Sunaedi, Drs., M.Si., selaku Dosen Pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi yang telah berkenan memberikan ilmunya, serta

tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa

8. Almarhum Bapak Dr. Racmat Hikmat Sujana, Drs., M.Pd., Selaku dose

Jurusan Pendidikan Geografi

9. Bapak Erwin Hilman Hakim, M.Pd., selaku pembimbing II dan selaku

Dosen di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

10. Bapak Ruli As’ari, M.Pd., yang telah berkenan memberikan ilmunya,

serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa.


11. Ibu Erni Mulyanie, M.Pd., selaku Dosen dan Sekretaris Jurusan

Pendidikan Geografi yang telah berkenan memberikan ilmunya, serta

tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa.

12. Bapak Darwis Darmawan, M.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

13. Ibu Ely Satiasih Rosali, M.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

14. Bapak Elgar Balasa Singkawijaya, M.Pd., yang telah berkenan

memberikan ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi

penulis selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

15. Ibu Tineu Indrianeu, M.Pd., yang telah berkenan memberikan ilmunya,

serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa.

16. Bapak Cahya Darmawan, S.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.
17. Bapak Setio Galih Marlyono, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di

Jurusan Pendidikan Geografi.

18. Bapak Revi Mainaki, S.Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi.

19. Ibu Mega Prani Ningsih, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi

20. Ibu Anita Eka Putri, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi.

21. Pengelola Pondok Pesantren Riyadlul Huda yang telah membantu penulis

dalam pengumpulan data lapangan dan memberikan izin kepada penulis

dalam melakukan observasi.

22. Pengurus Santri Putra dan Putri Pondok Pesantren Riyadlul Huda yang

telah membantu dalam keberlangsungan uji tes dalam mengkondisikan

spara santri sehingga berjalan dengan lancar

23. Seluruh responden santri Pondok Pesantren Riyadlul Huda Khususya

Santri tingkat stanawi putra dan putri yang telah bersedia untuk bekerja

sama

24. Kedua orang tua penulis Bapak Agus Patoni dan Ibu Ade Yeti yang telah

memberikan do’a, keridhoan, motivasi baik moral maupun moril, selama

penulis menempuh perkuliahan.

25. Seluruh saudara penulis yang telah memberikan motivasi dan dorongan

dalam menyelesaikan skripsi ini.


26. Seluruh anggota keluarga besar yang telah memberikan arahan,

pengalaman, motivasi dengan banyak inspirasi selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

27. Guru saya Ustad Abdul Hamid dan Ustadzah Iis Siti Nurlatifah S.Sos.I.,

selaku pimpinan Pondok Pesantren As-salam yang telah memberikan

motivasi dan arahan kepada penulis selama penulis tinggal di Pondok

Pesantren As-salam.

28. Sahabat-sahabat saya di Pondok Pesantren As-salam yang telah

memberikan semangat dan keceriaan selama masa perkuliah dan

menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Wulandari Apidah, Elin

Cherlina, Davina, Ahmad Fachri Qosim dan Muhammad Irsyad yang

telah membantu dan menemani penulis dalam proses pengumpulan data.

29. Rekan seperjuangan mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Pendidikan

Geografi 2016 terkhusus Cucu Rosliani, Tri Siti Hasanah, Diana Dwi

Lestari, Teri yang telah memberikan semangat dan saling memberikan

informasi kepada penulis sehingga dapat membantu menyelesaikan

skripsi ini.

30. Sahabat dan teman-teman Hayu Squad Gali Royani, Endang Jamaludin,

Rafli Zulkifli, Nur Utami yang telah memberikan semangat kepada

penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

31. Sahabat seperjuangan Pramuka Universitas Siliwangi dari Pembina dan

purna terkhusus Kak Nurul Hayati, Kak Nia Cahayani, Kak Neng Siti,

Kak Ade Sandra, Gali Royani Dan Keluarga Mimom Kak Bintang Eka
Putri yang telah menjadi bagian dari perjalanan penulis selama berkulah

di Universitas Siliwangi Tasikmalaya

32. Semua pihak yang telah menjadi penyemangat dan berkontribusi dalam

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon keridhoan

dan keikhlasannya, semoga amal baik yang telah diberikan mendapat

balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal’alamiin.


DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK..............................................................................................

ABSTRACK...........................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................

UCAPAN TERIMAKASIH..................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

DAFTAR TABEL..................................................................................

DAFTAR GAMBAR.............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................

B. Rumusan Masalah......................................................................

C. Definisi Operasional...................................................................

D. Tujuan Penelitian........................................................................

E. Kegunaan Penelitian....................................................................

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis............................................................................

1. Kesiapsiagaan.........................................................................

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan...........

b. Elemen-Elemen Penting Kesiapsiagaan.............................


c. Parameter Kesiapsiagaan...................................................

d. Indikator Kesiapsiagaan.....................................................

2. Bencana Alam.........................................................................

a. Jenis-Jenis Bencana Alam..................................................

b. Faktor-Faktor Bencana Alam.............................................

3. Gempa Bumi...........................................................................

a. Karakteristik Gempa Bumi................................................

b. Penyebab Gempa Bumi......................................................

c. Jenis- Jenis Gempa Bumi ..................................................

4. Pondok Pesantren....................................................................

a. Pengertian Pondok Pesantren.............................................

b. Penelitian Relevan..............................................................

c. Kerangka Penelitian...........................................................

d. Hipotesis.............................................................................

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian.....................................................................

B. Variabel Penelitian...................................................................

C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................

D. Instrumen Penelitian

E. Uji Instrumen...........................................................................

F. Populasi dan Sampel................................................................

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.....................................

H. Langkah-Langkah Penelitian...................................................
I. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Lingkungan Pondok Pesantren..................

1. Letak Dan Luas Pondok Pesantren.......................................

a. Kondisi Geografis............................................................

b. Kondisi Demografis Dan Sosial Ekonomi.......................

c. Kondisi Geologi, Geomorfologi dan Hidrologi Pondok

Pesantren..........................................................................

d. Kondisi Kebudayaan........................................................

2. Identitas Pondok-Pesantren..................................................

a. Identitas Pesantren...........................................................

b. Visi, Misi Pondok Pesantren Riyadlul Huda...................

c. Sejarah Pondok Pesantren Riyadlul Huda.......................

d. Keadaan Guru..................................................................

e. Keadaan Santri.................................................................

f. Kegiatan Pembelajaran Pondok Pesantren......................

g. Sarana Prasarana..............................................................

B. Deskripsi Hasil Penelitian........................................................

1. Profil Pesantren....................................................................

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pendidika...

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia....................

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.....

d. Responden Yang Menjawab Benar.................................


2. Hasil Wawancara..................................................................

a. Hasil Wawacara Rois Putra Putri....................................

3. Peranan Pesantren Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Gempa

Bumi Untuk Santri Tinkat Stanawi Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.......................................................

a. Memberikan Pengetahuan...............................................

b. Sarana Prasarana..............................................................

c. Mobilitas Sumber Daya Manusia

d. Kebijakan.........................................................................

4. Tingkat Kesiapsiagaan Santri Stanawi Terhadap Kesiapsiagaan

Gempa Bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. .

a. Pengetahuan.....................................................................

b. Sarana Prassarana............................................................

c. Mobilitas Sumber Daya Manusia....................................

d. Kebijakan.........................................................................

C. Pembuktian Hipotesis................................................................

1. Pembuktian Hipotesis I........................................................

2. Pembuktian Hipotesis II.......................................................

D. Pembahasan...............................................................................

1. Peranan Pesantren Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Untuk

Santri Stanawi Dalam Menghadapi Bencana Alam Gempa Bumi


Di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya......................................

2. Tingkat Kesiapsiagaan Santri Stanawi Terhadap Kesiapsiagaan

Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya..........................................................................

E. Analisis Geografi Pengetahuan Sanntri Tingkat Stanawi Dalam

Menghadapi Kesiapasiagaan Bencana Alam Gema Bumi........

F. Keterkaitan Hasil Penelitian Dengan Pembelajaran Di Sekolah

Mengenai Pembelajaran Geografi.............................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.....................................................................................

B. Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................

RIWAYAT HIDUP...............................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkat Kesiapsiagaan

2.2 Penelitian Yang Relevan

2.3 Kerangka Penelitian

3.1 Kisi- Kisi Tes

3.2 Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Kognitif

3.3 Kriteria Hasil Pengujian Reliabilitas

3.4 Hasil Uji Reabilitas Butir Soal

3.5 Populasi Penelitian

3.6 Sampel Penelitian

3.7 Contoh Pengelolaan Data Persentase Sederhana

3.8 Indek Kesiapsaagan Terhadap Bencana Alam Gempa Bumi

3.9 Tingkat Kesiapsiagaan

3.10 Waktu Penelitian

4.1 Data Guru Berdasarkan Pendidikan Dan Tugas Mengajar

4.2 Jumlah Santri

4.3 Tingkat Pendidikan Responden

4.4 Tingkat Umur Responden

4.5 Akumulasi Nilai Santri yang Menjawab Benar

4.6 Pengetahian Respoonden Terhadap Kesiapsiagaan Dalam

Mengadapi Bencana Alam Gempa Bumi

4.7 Pengetahuan Santri Tingkat Stanawi Mengenai Sarana Prasarana


4.8 Pengetahuan Santri Stanawi Mengenai Mobilitas Sumber Daya

Manusia

4.9 Pengetahuan Kebijakan Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan

Bencana Alam Gempa Bumi

4.10 Tabel Indeks Parameter Kesiapsiaagan

4.11 Tabel Indeks Parameter Sarana Prasarana

4.12 Tabel Indeks Parameter Mobilitas Sumber Daya Manusia

4.13 Tabel Indeks Parameter Kebijakan

4.14 Rangkuman Hasil Analisis Tentang Pengetahuan Kesiapsiagaan di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda

4.15 Rangkuman Hasil Analis Kesiapsiagaan


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gamabar Kerangka Penelitian

4.1 Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya

4.2 Peta Administrasi Kecamatan Sukarame

4.3 Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya

4.4 Komplek Asrama Putri

4.5 Komplek Asrama Putra

4.6 Komplek Asra Putra Dari Belakang

4.7 Madrasah Putri Dan Mushola Putri

4.8 Gambar Mesjid

4.9 Kegiatan Santri Sedang Sorogan

4.10 PAUD, TKA, TPA, MDA

4.11 Citra Satelit Pondok pesantren Riyadlul Huda

4.12 Denah Pondok Pesantren Riyadlul Huda

4.13 Pengisian Tes Tingkat Santri Stanawi Putri

4.14 Pengisian Tes Tingkat Stanawi Putra

4.15 Lokasi Pondok Asrama Putra


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana merupakan satu atau runtutan kejadian yang sering terjadi di

berbagai wilayah dengan karakteristik yang berbeda pada setiap

wilayahnya, berdasarkan pada karakteristik yang berbeda tentu penyebab

bencana pada setiap wilayah relatif berbeda pula, sehingga diperlukan

upaya penangganan yang berbeda pada setiap bencana yang terjadi.

Bencana alam maupun non alam, hari ini sudah menjadi bagian

keseharian masyarakat. Revolusi teknologi informasi tidak saja

menggambarkan kejadian petaka dibelahan bumi lain tetapi dengan video

real time. Seringkali penulis melihat tontonan ditelevisi maupun dimedia

informasi lainnya, mengenai terjadinya peristiwa alam yang disebabkan

oleh berguncangnya bumi secara tiba-tiba. Peristiwa ini sering kali terjadi

diseluruh dunia dan beberapa wilayah di tanah air, dengan berguncangnya

bumi secara tiba-tiba.

Hasil analisis peta resiko bencana Jawa Barat menunjukan bahwa

Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah dengan resiko bencana yang

cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan warna yang tedapat pada peta.

Warna yang terdapat pada peta menunjukan bahwa wilayah Tasikmalaya

berada pada zona merah, warna merah pada peta apabila dilihat dari

legenda merupakan warna yang ditunjukan untuk menjelaskan bahwa


kawasan tersebut merupakan sebuah kawasan yang sangat rawan atau

memiliki resiko bencana yang sangat tinggi.

Hasil analisis peta resiko bencana menggambarakan letak Kabupaten

Tasikmalaya dikelilingi zona merah yang artinya memiliki resiko bencana

sangat tinggi, sehingga pernah beberapa kali terjadi bencana alam gempa

bumi, salah satunya terjadi sejarah gempa bumi tektonik terparah di

Tasikmalaya pada hari rabu 02 Septemberr 2009 (tepat pada 12 ramadhan

1430H) gempa yang berkekuatan 7,3 Skala Richter. Gempa Bumi

dirasakan seluruh Pulau Jawa bahkan hingga Pulau Bali. Menurut data

Rekapitulas dampak kejadian bencana gempa bumi Jawa Barat akibat

bencana ini sebanyak 63.717 rumah rusak berat dan sarana umumm

lainnya seperti masjid yang mengalami rusak berat, Sekolah, Madrasah

dan Pondok Pesantren, sehingga kejadian gempa bumi menyebakan

kepanikan dan trauma bagi masyarakat khususnya santri yang tinggal di

Pondok Pesantren yang berasal dari luar Daerah.

Selain rawan pergerakan lempeng di Selatan Kabupaten Tasikmalaya,

Kabupaten Tasikmalaya khususnya Pondok Pesantren Riyadlul Huda

letaaknya relatif dekat dengan dengan gunungaapi aktif Galunggung. Jarak

tempuh antara Pondok Pesantren Riyadlul Huda menuju gunungapi

Galunggung hanya berkisar 20 KM saja, sehingga ancaman dari gunungapi

Galunggung pun cukup meresahkan karena apabila dilihat dari catatan

sejarah erupsi gunungapi Galunggung terakhir terjadi pada tahun 1983

yang membumi hanguskan hampir seluruh Tasikmalaya, yang pada saat ini
Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya masih dalam kondisi

menyatu, bukan hanya erupsi saja tapi disertai gempa yang

mengguncangkan Tasikmalaya. Kejadian mengerikan itu bukan tidak

mungkin akan terjadi lagi dimasa yang akan datang mengingat sudah 36

tahun sejak erupsi terakhir kalinya terjadi, bukti bukti tersebut sudah

memperlihatkan bahwa Jawa Barat merupakan kawasan yang rawan

bencana alam.

Bencana memiliki unsur kunci yakni sebuah resiko yang artinya

kemugkinan timbulnya kerugian seperti kematian, luka-luka, kehilangaan

harta benda, trauma yang mendalam dan lain lain, suatu bahaya atau suatu

ancaman bencana terhadap suatu wilayah dan pada suatu kurun waktu

tertentu. Tidak semua potensi bahaya alam akan menimbulkan resiko

bencana, apabila suatu pemerintah memiliki potensi bahaya terjadi disuatu

daerah dengan kondisi yang rentan, maka daerah tersebut beresiko terjadi

bencana. Konsep penanggulangan bencana di Indonesia saat ini telah

mengalami pergeseran dalam cara pandang (perubahan paradigma)

(Sadisum, 2008:3).

Perubahan paradigma ini diperkuat karena isu sentral bahwa

penanggulana bencana belum menjadi bagian arus utama pemerintah dan

pembangunan. Paradigma baru penanggulana bencana yang berkembang

antara lain menekankan terhadap pentingnya pemahaman dan pengetahuan

bencana dalam pembangunan, menejemen terpadu penangganan bencana,


mengembangkan mitigasi bencana berbasis masyarakat, dan mengelola

bencana dengan otonomi daerah.

Kaitan dengan isu sentral tersebut kemudian mengalami perubahan

dimasa kini karena beberapa peraturan dan program pemerintah sudah pro

pada proses penanggulangan di lingkungan pendidikan seperti sekolah

aman bencana dan satuan pendidikan aman bencana, yang artinya di

Pondok Pesantren seharusnya sudah mulai bersiap dengan mulai

menerapkan pembelajaran mengenai pengetahuan kesipasiapsiagaan,

dimulai dengan melakukan tindakan jangka pendek atau mengambil

langkah-langkah untuk memastikan individu atau kelompok tanggap

menghadapi bencana atau tidak. Pondok Pesantren merupakan sarana

lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat santri atau pelajar

untuk menetap dan tinggal di asrama selama pembelajaran berlangsung.

Santri yang tinggal di Pondok Pesantren Riyadlul Huda berasal dari

berbagai daerah. Tanggap atau tidaknya individu atau kelompok yakni

ditandai dengan siapnya sumber daya yang ada dilingkungan Pondok

Pesantren Riyadlul Huda dalam mengahadapi bencana dan kordinasi yang

baik dengan lembaga terkait yang mampu membantu dalam proses

penanggulangan

Pondok Pesantren Riyadlul Huda merupakan salah satu Pondok yang

berada di Kabupaten Tasikmalaya. Dilihat dari bangunanya Podok

Pesantren Riyadlul Huda tidak memiliki ruang terbuka yang luas karena

karena disebelah kanan dan kiri hanya terdapat banyak sekali bangunan
yang tinggi dan pohon-pohon yang besar. Lahan terbuka yang dimiliki

lingkungan Pondok Pesantren Riyadlul Huda adalah lapangan. Ketika

terjadi bencana alam gempa bumi seluruh santri akan menyelamatkan diri

kelapangan terbuka, hanya saja lapangan pesantren sulit dilalui karena

posisinya berada cukup jauh dari komplek asrama putri, ditambah jalannya

yang berlorong sempit hanya lebar jalannya mampu menampung 2 orang

saja dan jika sewaktu –waktu lari secara bersamaan tidak akan bisa

menampung. Adanya benteng-benteng yang tinggi dan jalur yang sempit

di lingkungan Pondok Pesantren Riyadlul Huda, ada positif dan

negatifnya. Positifnya proses keamanan dilingkungan Pondok Pesantren

Riyadlul Huda akan bagus dan disiplin, tidak akan adanya santri yang

keluar masuk komplek pesantren tanpa izin dari keamanan. Sedangkan

negatifnya adalah ketika terjadi bencana alam gempa bumi sewaktu-

waktu, maka santri harus mengantri tangga dan jalan yang sempit di bawah

apalagi untuk sekarang ini Pondok Pesantren Riyadlul Huda khususnya di

kawasan komplek asrama putri terus menerus adanya pembangunan

sehingga daerah kawasan asrama putri menjadi sempit dan sulit jika

sewaktu- waktu terjadi adanya bencana gempa bumi untuk menyelamatkan

diri.

Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung kesiapsiagaan

dilingkungan pondok-pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi bencana alam

gempa bumi meliputi pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana,


kebijakan dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem

peringatan bencana. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan

dari setiap individu. Pendidikan berarti suatu usaha untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman berbagai hal yang diajarakan baik dalam

kelas maupun diluar kelas. Santri yang tinggal di Podok Pesantren

Riyadlul Huda terdiri dari tingkat SD, SMP, SMA, Mahasiswa da santri

takhosus ( santri yang tidak bersekolah), santri yang bersekolah sedikitnya

akan memahami materi mengenai pengetahuan kesiapsiagaan bencana

gempa bumi, tetapi akan beda berbeda dengan santri takhosus (santri ang

tidak bersekolah), santri takhosus setiap harinya hanya mempelajari kitab

seperti ilmu fiqih, ilmu alat, tauhid dan nahwu

Peranan pesantren dalam upaya untuk menimalisir resiko untuk

santri diharusan memberikan pengetahuan dan pemahaman kesiapsiagaan

baik itu sebelum bencana, saat bencana, dan pasca bencana dengan tujuan

agar merata antara santri yang sekolah dan santri takhosus (tidak

bersekolah) setidaknya tahu dan mengerti pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan bencana karena bencana datang bisa kepada siapa saja dan

dimana saja.

Dengan dilakukan penelitian ini penulis akan mengukur pengetahuan

santri tingkat stanawi untuk melakukan tes dan mengkur kesiapsiagaan

santri dari mulai tingkat stanawi I, stanawi II dan tingkat stanawi III,

melakukan pengecekan kodisi lingkungan Pondok Pesantren, sarana

prasarana, mobilitas sumberdaya manusia dan kebijakan Pondok


Pesantren, dengan tujuan agar kedepannya jika hasil dari analisis

dilapangan rendah pihak dari Pondok Pesantren bisa memberikan izin

dan lembaga dari luar bisa memperhatikan dan melakukan kebijakan untuk

memberikan pengetahuan kepada santri mengenai materi kesiapasiagaan

dan bisa melakukan pelatihan dan sosialisasi

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan

penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda, dengan

judul “Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan

gempabumi untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya ?

2. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan santri stanawi terhadap kesiapsiagaan

bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya?

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi istilah-istilah sebagai

berikut:

1. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah-


langkah yang tepat guna dan berdaya guna (Undang-undang Republik

Indonesia No.24 Tahun 2007)

2. Bencana alam adalah sebuah akibat dari adanya kombinasi aktivitas

alami yaitu peristiwa fisik, misalnya gunung erupsi, gempa, tanah

longsor, serta adanya perbuatan manusia yang merusak bumi (Marlina,

2011).

3. Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi

daridalam perut bumi secara ti ba-tiba sehingga menciptakan gelombang

seismik yang ditandai patahnya lapisan batuan pada kerak bumi

(Supriono, 213:3)

4. Pondok pesantren, pesantren menurut pengertian dasarnya adalah

“tempat belajar para santri”.Adapun pondok berarti rumah atau tempat

tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu kata

“pondok”. Mungkin juga bersal dari bahasa Arab “Funduk”yang berarti

asrama .Jadi pondok pesantren adalah lembaga islam tertua di Indonesia

yang telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiar islam (Nasri dan

Sundarini,2004:26)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk

mengetahui yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan apa saja yang akan mendukung

kesiapsiagaan santri stanawi dalam menghadapi bencana alam gempa

bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih


Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri stanawi dalam

mengahadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai kesiapsiagaan dalam mengahadapi bencana alam

gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Kegunaan Teoretis

a. Memberikan kontribusi ilmiahdalam ilmu Geografi Khususnya

mengenai kesiapsiagaan di Pondok Pesantren.

b. Guna menambah kepustakaan atas literatur ilmu pengetahuan

khususnya bidang studi geografi.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai pendalaman materi serta menambah

wawasan pengetahuan penulis terutama tentang kesiapsiagaan di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi bencana alam

gempa bumi.
b. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi kepada pihak pemerintah Desa dan

Kabupaten untuk memberikan perhatian atau arahan mengenai kesiap

siagaan dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi kepada santri.

c. Bagi Santri

Memberikan informasi kepada pihak santri mengenai pentingnya

mengetahui dan meningkatkatan pengetahun teori kesiapsiapsiagaan

dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren

yang bisa datang kapan saja dan dimana saja

d. Bagi Pengelola Pesantren

Memberikan informasi kepada pihak pengelola pondok pesantren

untuk senantiasa meberikan kebijakan untuk memberikan peranannya

kepada santri agar senantiasa memberikan pembelajaran mengenai

pembelajaran umum kesiapsiagaan


BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis

1. Kesiapsiagaan

a. Pengertian Kesiapsiagaan

Menurut LIPI–UNESCO/ISDR (2006:6) Kesiapsiagaan

merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di

dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini,

peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari

kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum

terjadinya suatu bencana. Pemahaman terhadap konsep kesiapsiagaan

yang sudah ada dan yang berkembang dimasyarakat dapat dikatakan

cukup beragam.

Menurut Nick Carter (1991) dalam LIPI-UNESCO ISDR

(2006), kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan

pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas dan

individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat


dan tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah dari

suatu rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya

dan pelatihan personil.

Kesiapsiagaan suatu komunitas selalu tidak terlepas dari

aspek-aspek lainnya dari kegiatan pengelolaan bencana (tanggap

darurat, pemulihan dan rekontruksi, pencegahan dan mitigasi). Umtuk

meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana diperlukan

langkah yang tepat dalaam pra-bencana dan keefektipan dari

kesiapsiagaan masyarakat dapat dilihat dari implementasi tanggap

darurat dan pelumihan pasca bencana. Sifat kedinamisan dalam

kesiapsiagaan harus di perhatikan karena tingkat kesipasiagaan dapat

menurun setiap saat dengan berjalannya waktu dan dengan terjadinya

perubahan-perubahan sosial-budaya, politik dan ekonomi dari suatu

masyarakat. Karena itu sangat diperlukan untuk selalu memantau dan

mengetahui kondisi kesiapsiagaan suatu masyarakat dan melakukan

usaha-usaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan tingkat

kesiapsiagaan tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapsiagaan dari suatu

komunitas terhadap bencana, yaitu; (1) external motivasi meliputi

kebijakan, pendidikan dan latihan, dana, (2) pengetahuan, (3) sikap,

dan (4) keahlian (Susanti 2014 dalam Citizen Corps, 2006).


Sebagai suatu bentuk reaksi terhadap situasi dan kondisi yang

ada, respon masyarakat tidak terbentuk dengan sendirinya. Situasi dan

kondisi yang dihadapi masyarakat serta kemampuan dan pengetahuan

yang dimiki oleh masyarakat yang menjadi stimulasi yang

membangun pemahaman dalam diri masyarakat kemudian diolah

menjadi respon. Dalam pemahaman ini, respon yang muncul sangat

dipengaruhi karakteristik dari stimulasi yang diterima, baik yang

berupa situasi dari luar maupun intervensi dari dalam berupa tingkat

kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki.

Pemahaman dalam konteks bencana ini menjadi dasar dalam

memahami respon yang dberikan masyarakat. Stimulasi yang diterima

dari luar berupa kejadian bencana dengan segala bencana kerusakan

dan resikonya, sedangkan asumsi yang bersal dari dalam berupa

tingkat kemampuan dan pengetahuan yang membentuk secara mandiri

dari berbagai pengalaman, proses belajar maupun pelatihan.

c. Elemen-elemen Penting Kesiapsiagaan

Usaha untuk mengembangkan dan memelihara suatu tingkat

kesiapsiagaan, dapat dilakukan untuk mengadakan elemen-elemen

penting berikut ini:

1) Kemampuan koordinasi semua tindakan (adanya mekanisme tetap

koodinasi

2) Fasilitas system operasional

3) Peralatan dan persediaan kebutuhan dasar atau supply.


4) Pelatihan

5) Kesadaran masyarakat dan pendidikan

6) Informasi

7) Kemampuan untuk menerima beban yang meningkat dalam situasi

darurat/kritis.

Khususnya fasilitas dan sistim operasional dari suatu

kesiapsiagaan, perlu disediakan elemen-elemen berikut ini:

1) Sitem komunikasi darurat/stand-by

2) Sistem peringatan dini

3) Sistem aktivasi organisasi darurat

4) Pusat pengendalian operasi darurat (sebagai pusat pengelola

informasi)

5) Sistem untuk survey kerusakan dan pengkajian kerusakan

kebutuhan

6) Pengaturan untuk bantuan darurat (makanan,

perlindungansementara, pengobata dan lainnya).

Fasilitas-fasilitas penting yang dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan kegiatan tanggap darurat secara memadai meliputi

sarana antara lain:

1) Fasilitas pertolongan darurat (SAR, Ambulance)

2) Rumah sakit/fasilitas kesehatan

3) Pemadam kebakaran

4) Pusat pengendalian operasi darurat

5) Sistem komunikasi darurat


6) Media informasi (Radio siaran, TV, dan lainnya)

7) Sistem cadangan tenaga listrik (PLN)

8) Penyediaan air bersih darurat (PAM/PDAM)

9) Jalur logistk darurat (Jalan/Jembatan/Pelabuhan/Bandara/KA)

10) Jalur pengungsian

11) Bangunan umum yang ama untuk perlindungan

(Sekolah/masjid dan lainnya).

d. Parameter Kesiapsiagaan

Kajian tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah menggunakan

framework yang dikembangkan LIPI bekerja sama dengan

UNESCO/ISDR Tahun 2006 dan terdapat lima parameter untuk

menilai indeks kesiapsiagaan bencana, yaitu:

1) Pengetahuan dan sikap

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci

untuk kesiapsiagaan Untuk mengetahui parameter dari indeks

tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang dan rendahnya tingkat

pengetahuan tersebut (Hidayati, 2011).

2) Kebijakan dan Kepanduan

Kebijakan kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan

merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga

bencana.

3) Rencana Untuk Keadaan Darurat Bencana Alam


Bencana ini menjadibagian penting dalam kesiapsiagaan,

terutama berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan

penyelamatan agar korban bencana dapat diminimalisirkan.

4) Sistem Peringatan Bencana

Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi

akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini,

masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk

mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan.

5) Mobilitas Sumberdaya

Sumberdaya yang tersedia, baik sumberdaya manusia (SDM),

maupun pendanaan dan sarana prasarana penting untuk keadaan

darurat merupakan potensi yang dapat mendukung ataupun

sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam.

Karena itu, mobilisasi sumberdaya menjadi faktor yang krusial.

Semakin tinggi kesiapsiagaan masyarakat maka semakin

tinggi pula masyarakat dalam menghadapi bencana. Hal ini

mampu mengurangi resiko akan terjadinya suatu bencana dan

mempermudah dalam hal penanggulangan bencana. Tingkat

kesiapsiagaan digolongkan menjadi 5 kategori dapat dilihat dalam

Tabel 2.1.
Tingkat Kesiapsiagaan
Indeks Nilai Kategori
80-100 Sangat siap
65-79 Siap
55-64 Hampir siap
40-54 Kurang siap
0-39 Belum siap
Sumber : LIPI_UNESCO/ISDR, 2006

e. Indikator Kesiapsiagaan

1) Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk

kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi

sikap dan kepedulian peserta didik untuk siap dan siaga dalam

mengantisipasi bencana.

2) Sistem Tanggap Darurat

Menurut Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulanan Bencana, Tanggap darurat bencana adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat

kejadiaan bencana untuk menanggani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi

korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,

pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana

dan sarana

3) Peringatan Dini

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulanan bencana, peringatan dini adalah serangkaian

kegiatan pemberian peringatan segera mungkin terjadinya bencana

pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi inormas

akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini,


masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk

mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan.

Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi, apa yang harus

dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimana

harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan

lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan.

4) Mobilitas Sumber Daya

Sumberdaya yang tersedia, baik sumber daya manusia (SDM),

maupun pendanaan dan sarana prasarana penting untuk keadaan

darurat merupakan potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya

menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam, karena itu,

mobilitas sumber daya menjadi faktor yang krusial. (Hidayati, 2006

:14-15).

Berdasarkan indikator kesiapsiagaan diatas yang diantaranya

pengetahuan dan sikap, sistem tanggap darurat, peringatan dini, dan

mobilitas sumber daya merupakan indikator yang akan digunakan

dalam penelitian, karena indikator kesiapsiagaan tersebut

merupakan hal dasar yang digunakan untuk mengetahui

kesiapsiagaan bencana dalam menghadapi bencana alam sehingga

adanya pengetahuan dan kesiapsiagaan saat menghadapi bencana

alam. Selain itu juga, berdasarkan pengamatan penghuni di

lingkungan Pondok Pesantren Riyadul Huda bahwa kebanyakan


santri dan penghuni lainnya kurangnya pengetahuan terhadap

kesiapsagaan bencana alam (Hidayati, 2006 :14-15)

2. Bencana Alam

Bencana alam adalah sebuah akibat dari adanya kombinasi aktivitas

alami yaitu peristiwa fisik, misalnya gunung erupsi, gempa, tanah

longsor, serta adanya perbuatan manusia yang merusak bumi (Marlina,

2011). Menurut United Nation Development Program (UNDP), bencana

adalah suatu kejadian yang ekstrim dalam lingkungan alam atau manusia

yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda

atau aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana. Definisi

bencana menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 adalah Peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam atau non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

a. Jenis-jenis Bencana

Menurut Undang-undang Nomer 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulanan Bencana, Bencana, bencana diklasifikasikan atas 3

jenis yaitu:

1) Bencana alam adalah yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain


berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angina topan, dan tanah.

2) Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal

teknologi, gagal modernisasi, epidem, dan wabah penyakit

3) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitasmasyarakat, dan teror.

Macam-macam bencana geologi meliputi:

1) Erupsi gunungapi

Erupsi gunungapi yaitu terjadi karena adanya pergerakan atau

aktivitas dari magma dari dalam perut bumiyang berusaha keluar

kepermukaan bumi. Erupsi gunungapi diklasifikasikan kedalam

empat sumber erupsi yaitu:

a) Erupsi pusat,erupsi yang keluar dari kawah utama.

b) Erupsi samping,erupsi yang keluar dari lereng tubuhnya.

c) Erupsi celah, erupsi yang muncul dari retakan/sesar dapat

memanjang sampai beberapa kilo meter.

d) Erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar

bukan dari kepundan pusat yang menyimpang kesamping

melainkan langsung dari dapur magmamelalui kepundan

tersendiri.
2) Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran bumi yang disebabkan oleh

pelepasan tenga secara cepat. Pada umumnya gempa bumi

disebabkan oleh pergeseran /penyesaran di dalaam kerak bumi.

Gempa bumi semacam ini disebut tektonik (Soetoto, 2016:98).

3) Tsunami

Beberapa peristiwa alam menjadi penyebab terjadinya tsunami:

a) Gempa bumi bawah laut

b) Letunasan gunung berapi dibawah laut

c) Terjadinya longsor di bawah laut

d) Adanya hantaran meteor

4) Gerakan Massa Tanah atau Air

Gerakaan massa adalah proses perpindahan suatu masa/tanah

akibat gaya gravitasi (Noor,2006). Proses terjadinya gerakan massa

diawali oleh air hujan dari proses siklus hidrologi yang jatuh

kepermukaan tanah, kemudian air tersebut akan meresap kealam

tanah sehingga akan menambah bobot taanah. Jika air tersebut

menembus sampai kelapisan tanah yang kedap air, lapisan tanah

yang kedap air tersebut akan berperan sebagai bidang gelincir.

Adanya bobot tanah dan bidang gelincir ditambah lagi dengan

adanya getaran (dari aktivitas manusia/alami) maka akan

menimbulkan gerakan massa yang bergerak mengikuti arah lereng.


5) Banjir

Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air

normal sehingga dari palung sungai yang menyebabkan genangan

pada lahan rendah di sisi sungai. Lazimnya banjir disebabkan oleh

curah yang tinggi diatas normal. Akibatnya, system pengaliran air

yang terdiri dari sungai dana lam sungaidan sungai alamiah serta

system saluran drainase dan kanal penampungan akumulaasi air

hujan sehingga meluap.

Kemampuan/ daya tampung sistem pengaliran air dimaksud

tidak selamanya sama, akan tetap berubah akibat sedimentasi,

penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah-manusia,

tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di

daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan

peningkatan debit banjir kareana debit/ pasokan air yang masuk

kedalam sistem aliran menjadi tinggi, atau melampaui kapasitas

pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam.

Hal ini menyebabkan terjadinya sedimentasi sistem pengaliran air

dan wadah air lainnya. Selain itu berkuranggnya daerah resapan air

yang merupakan kontribusi terhadap meningkatnya debit banjir.

Pada daerah pemukiman dimana telah padat dengan bangunan

sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Jika terjadi

hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan

menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistem


pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan

mengakibatkan banjir.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian mengenai gempa

bumi termasuk pada bencana yang diakibatkan oleh alam. Adapun

peraturan mengenai mitigasi bencana di Indonesia pemerintah telah

mengeluarkan berbagai perundang-undangan dan peratutan

mengenai bencana dengan harapan bahwa upaya pengganan akan

memiliki landasan hukum yang pasti. Bencana alam selalu

menimbulkan keresahan pada masyarakat, baik pada saat pra

bencana, masa tanggap darurat bencana, maupun pada masa pasca

bencana, karena dapat mengganggu keberlanjutan kehidupan pada

kawasan tersebut. Secara horizontal bencana alam dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana aktual dan potensial.

Bencana aktual merupakan bencana yang terjadi saat ini, bersifat

secara tiba-tiba, cepat, daerahnya sempit, dan korban jiwanya

relatif sedikit jika bandingkan dengan bumi secara keseluruhan.

Bencana ini berdampak psikologi yang besar pada masyarakat yang

terdampak bencana, bukan pada masyarakat bumi umumnya.

Bencana aktual ini dapat dibedakan atas bencana yaitu banjir,

kebakaran, gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, banjir

bandang, longsor/gerakan tanah, dan bencana sosial lainnya.

Bencana alam potensial merupakan bencana alam yang terjadi

perlahan, waktu yang lama, dalam wilayah yang sangat luas, dan
menimbulkan bahaya yang mematikan serta berdampak untuk

semua kehidupan dimuka bumi. Bencana alam potensial seolah-

olah dianggap bukan sebagai suatu bencana, karena dampak dari

bencana ini terjadi untuk generasi yang akan datang akibat

perbuatan generasi sekarang yang terlalu mengeksploitasi

sumberdaya alam (Ramli, 2011).

b. Faktor-Faktor Bencana Alam

Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam natural disaster

maupun oleh manusia man-made disaster (Wiarto, 2013). Berikut

faktor-faktor yang mempengaruhi bencana alam yaitu:

1) Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia

(man-made hazards) yang menurut Unaited Nations International

Strategy for Disaster Reduction (UN_ISDR) dapat dikelompokan

menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya

hidrometeorologi (hydrometerological hazards), bahaya biologi

(biological hazards) bahaya teknologi (technological hazards) dan

penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).

2) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat,

infrastruktur beserta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang

beresiko bencana.

3) Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen yaitu ada di dalam

masyarakat
Suatu kejadian dapat dikatakan bencana apabila sudah

terdapat korban jiwa maupun kerugian harta benda yang

disebabkan oleh kejadian tersebut namun suat kejadian jika tidak

menimbulkan korban atau kerugian harta benda maka kejadian

tersebut belum bisa dikatakan sebagai bencana.

Sebagian orang beranggapan bahwa bencana semata-mata

karena takdir dari Allah. Namun sesungguhnya sunnatullah itu

berlangsung ketika manusia lupa akan tugas-tugas kekhilafahan di

atas bumi. Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi

aktivitas alam (gunung erupsi, gempa bumi, tanah longsor) dan

aktivitas manusia. Faktor ketidak berdayaan manusia, akibat

kurang baiknya manajemen keadaan darurat, ssehingga

menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan stuktural,

bahkan kematian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 200)

َ ‫أَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اصْ بِرُوا َو‬


َ‫صابِرُوا َو َرابِطُوا َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan

negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."

(QS. AR-RUM : 41 menerangkan)


۟ ُ‫ْض ٱلَّ ِذى َع ِمل‬
َ‫وا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدى ٱلن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْٱلفَ َسا ُد فِى ْٱلبَ ِّر َو ْٱلبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬

Artinya “telah terjadi bencana di daratan dan di lautan yang terjadi

karena ulah manusia…”


Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah ingin mengingatkan

kepada manusia bahwa bencana yang terjadi di daratan dan di laut

merupakan akibat dari ulah manusia itu sendiri. Hal ini

menunjukan bahwa bencana bukan inisiatif dari Allah, seperti

menghukum, menguji, maupun memperingati umat manusia.

Banyak bukti –bukti yang menunjukan bahwa manusia penyebab

dari bencana yang terjadi, sebagai contoh dengan penggundulan

hutanyang berlebihan, perusakan laut dengan mengekploitsasi

sumber daya yang ada di lautan semua hanya untuk memenuhi

kepuasan sesaat manusia. Hal ini juga tidak dengan dibarengi

upaya untuk penyeimbangan alam agar ekosistem yang ada

berjalan dengan dinamis.

Bencana yang terjadi setidaknya memunculkan dua rumusan

teknologi dalam pandangan agamawan, yaitu rumusan positif dan

rumusan negatif. Rumusan teknologi positif ialah penafsiran yang

cenderung menyalakan dan menyudutkan korban bencana. Bencana

yang terjadi karena kelalaian manusia dari tidak ada campur tangan

dari Tuhan dan husnuzhon (berbaik sangka) dan Dia tetap terjaga

dari kesalahan. Sedangkan rumusan teknlogi negatif

mengasumsikan bahwa bencana merupakan ”ujian” Tuhan untuk

umat yang dicintaiNya. Secara implisit teknologi negatif ini

menyalahkan Tuhan dengan menunjukan sikap kecewa kepada

Tuhan, ketika cobaan yang datangtidak kunjung habis,maka yang


muncul adalah sikap teologis yang sempit. Dalam berbagai

tempat,agama memiliki peran dalam penanggulanan dampak

bencana dan mengurangi resikonya. Setiap bencana yang terjadi

didalamnya akan timbul beragai pemahaman dan reaksi yang

sebagainnya di dasari pada pemahaman agama. Namun ia

mengakui adanya sebagian golongan dalam kepercayaan agama

yang salah dalam menetapkan agama khususnya dalam

menghadapi bencana. Disinilah perlu dikembangkan dialog apa

yang dipahami menurut ilmu pengetahuan , juga apa yang dimaknai

masyarakat. Demikian terbangun sebuah cara pandang integral

terhadap bencana yang berpengaruh pada berbagai usaha mitigasi

yang akan dilakukan.

3. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran bumi yang disebabkan oleh pelepasan

tenga secara cepat. Pada umumnya gempa bumi disebabkan oleh

pergeseran /penyesaran di dalaam kerak bumi. Gempa bumi semacam

ini disebut tektonik (Soetoto, 2016:98). Gempa bumi terjadi karena

gesekan adanya gesekan antar lempeng-lempeng tektonik dibawah

permukaan bumi. Pergesekan ini mengeluarkan energi yang luar biasa

besar dan menimbulkan goncangan di permukaan (Chirstanto,2011:11).

Dari pengertian ini makagetaran bumi yang disebabkan oleh pabrik, lalu

lintas, dan pukulan gelombang tidak digolongkan kedalam gempa bumi

meskipun getarannya tercatat oleh seismograf.


a. Karakteristik Gempa Bumi

1) Tidak dapat dicegah,

2) Peristiwanya dapat mendadak dan mengejutkan,

3) Waktu terjadinya,lokasi pusatnya dan kekuatanya tidak dapat

diprakirakan secara tepat oleh siapapun termasuk oleh pakar

gempa bumi.

Sisi waktu kejadian bencana dapat bersifat quick on-set atau

sudden on-set. Karakteristik bencana quick-on-set yaitu terjadi

secara mendadak atau tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda terlebih

dahulu.

b. Penyebab Gempa Bumi

Terjadinya gempa bumi merupakan hasil fenomena alam dan

perbuatan manusiayang dapat diakibtkan oleh

1) Akibat meteor yang jatuh

2) Aktivitas gunung berapi

3) Ledakan bawah tanah akibat nuklir

Kebanyakan gempa bumi disebakan dari pelepasan energi

yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan

yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan

akhirnya mencapai dalam kedaan dimana tekanan tersebut tidak

dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah

gempa bumi akan terjadi.


Gempa bumi biasanya terjadi diperbatasan lempengan-

lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya

terjadi diperbatasan lempengan konfresional dan tranlasional.

Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena

materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi

fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi

lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung

berapi. Gempa bumi seperti itu dapat terjadi gejala akan terjadi

letusan gunung berapi.

Gempa bumi yang paling membahayakan adalah gempa

bumi akibat pelepasan energi karena kontrasi tegangan yang

tinggi pada kerak bumi.

c. Jenis Gempa Bumi

Menurut Christanto (2011:41), faktor penyebab gempa bumi

dapat dibedakan menjadi:

1) Gempa Bumi Tektonik (Tectonick Earhtquake)

Gempa umi ektonik (tectonick arhtquake) yaitu gempa

bumi yang disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik yang

berupa pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak

yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecl hingga yng

sangat besar.

2) Gempa vulkanik (Vulcanic Earhtquake)


Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang terjadi

akibat adanya aktivitas volkanisme.

3) Gempa Bumi runtuhan (Sudden Ground Shanking)

Gempa bumi runtuhan adalah gempabumi yang terjadi

akibat runtuhan atap gua atau daerah kosong dibawah lahan

mengalami keruntuhan, runtuhnya atap tambang, runtuhnya

tanah, runtuhnya batuan, dan sebagainya.

4) Gempa Bumi Tumbukan

Gempa Bumi tumbukan terjadi akibat adanya jatuhnya

asteroid kebumi.

5) Gempa Bumi buatan

Gempa bumi buatan terjadi Karena ulah manusia itu sendiri,

seperti peledakan dinamit, nuklir, dan bom dengan kekuaan

yang sangat besar.

4. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar

para santri”. Adapun pondok berarti rumah atau tempat tinggal

sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu kata “pondok”.

Mungkin juga berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti asrama.

Jadi pondok pesantren adalah lembaga islam tertua di Indonesia yang

telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiar islam (Nasri dan

Sundarini, 2004: 26).


b. Elemen Dasar sebuah Pesantren

Pondok, mesjid, santri, pengajaran kitab klasik dan kyai adalah

lima elemen dasar tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga

pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen

tersebut berubah statusnya menjadi pesantren (Dhofier dan

Zamakhsyari 2011 : 79).

c. Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional. Kedudukan pondok bagi para santri

sangatlah esensial sebab didalamnya santri tinggal, belajar dengan

kontrol seorang ketua asrama atau Kiyai yang memimpin pesantren

tersebut. Santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kiai mendidik

dan mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan.

Bangunan pondok pada setiap pesantren berbeda-beda, berapa

jumlah unit bangunan secara keseluruhan yang ada pada setiap

pesantren ini tidak bisa ditentukan, tergantung pada perkembangan

dari pesantren tersebut. Pada umumnya pesantren membangun pondok

secara tahap demi tahap, seiring dengan jumlah santri yang masuk dan

menuntut ilmu di pesantren tersebut.

1) Mesjid

Elemen penting lainnya dari pesantren adalah adanya mesjid

sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri baik

untuk pelaksanaan shalat lima waktu, shalat jumat, khutbah


maupun pengajaran kitab-kitab. Seorang Kiai biasanya pertama-

tama akan mendirikan mesjid di dekat rumahnya, hal ini dilakukan

karena kedudukan mesjid sebagai sebuah pusat pendidikan dalam

tradisi islam merupakan manifestasi universal dari sistem

pendidikan islam tradisional. Dimanapun kaum muslimin berada,

mereka selalu menggunakan mesjid sebagai tempat pertemuan,

pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural.

2) Santri

Santri yaitu orang yang taat menjalankan dan melaksanakan

perintah agama islam. Menurut pengertian yang dipakai dalam

lingkungan orang-orang pesantren dan santri yang tinggal dalam

pesantren untuk mempelajari kitab-kitab klasik. Menurut Dhofier

(2011 : 89) santri dalam dunia pesantren dikelompokan menjadi 2

macam, yaitu:

3) Santri Mukim

Santri mukim adalah santri yang selama menuntut ilmu tinggal

di dalam pondok yang disediakan oleh pihak pesantren, biasanya

mereka tinggal dalam satu kompleks yang berwujud kamar-kamar.

Satu kamar biasanya di isi lebih dari tiga orang, bahkan terkadang

sampai 10 orang lebih.

4) Santri Kalong

Santri kalong adalah santri yang tinggal di luar komplek

pesantren, baik di rumah sendiri maupun di rumah-rumah


penduduk di sekitar lokasi pesantren, biasanya mereka datang ke

pesantren pada waktu ada pengajian atau kegiatan-kegiatan

pesantren yang lain.

Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena

berbagai alasan diantaranya yaitu ia ingin mempelajari kitab-kitab lain

yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan

kyai yang memimpin pesantren.

Dari pengertian diatas Pesantren merupakan sebuah

Pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar

di bawah bimbingan guru yang lebih dikeal dengan sebutan Kyai yang

mempunyai asrama untuk menginap. Siswa yang tinggal di Pesantren

di sebut Santri yang datang dari berbagai daerah luar maupun dari

dalam bertujuan untuk mempelajari ilmu agama atau kitab-kitab yang

membahas Islam secara mendalam di bawah bimbingan Kyai yang

memipin pesantren.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang sebelumnya pernah

dilakukan oleh peneliti dengan tema yang sejenis. Dalam penelitian ini

perbedaan penelitian yang relevan pertama adalah Dhea Cahya Nugraha

(2019) dengan judul Tingkat Pemahaman Peserta Didik tentang Mitigasi

Bencana Gempa BUMI Dalam Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana (Studi

Pada Siswa Kelas XI IPS di SMAN 5 Kota Tasikmalaya) dengan penelitian

Elin Cherlina (2019) dengan judul Analisis Kebutuhan Air Domestik Bagi
Pondok Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.

Tabel 2.2
Penelitiaan Relevan
Aspek Penelitian yang Relevan Penelitian yang Penelitian yang Sedang
Relevan Berlangsung
Nama Dhea Cahya Nugraha Elin Cherlina (2019) Esi Esriani (2020)
(2019)
Judul Tingkat Pemahaman Anslisis Kebutuhn Air Tingkat Pengetahuan
Peserta Didik Tentang Domestik Bagi Santri Stanawi Dalam
Mitigasi Bencana Gempa Pondok Pesantren Di Menghadapi
Bumi Dalam Desa Sukarapih Kesiapsiagaan Bencana
Kesiapsiagaan Kecamatan Sukarame Alam Gempa Bumi di
Menghadapi Bencana Kabuaten Pondok Pesantren
(Studi Pada Siswa Kelas Tasikmalaya Riyadlul Huda Desa
XI IPS di SMAN 5 Kota Sukarapih Kecamatan
Tasikmalaya) Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya.
Lokasi SMA Negeri 5 Kota Pondok- Pesantren Di Pondok Pesantren
Tasikmalaya Desa Sukarapih Riyadlul Huda
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten
Tasikmalaya
Rumusan 1. Bagaimana tingkat 1. Bagaimana a) Bagaimana peranan
Masalah pemahaman peserta karakteristik Pesantren dalam
didik tentang mitigasi sumber air mengahadapi
bencana gempa bumi domestik bagi kesiapsiagaan
terhadap kesiapsiagaan pondok pesantren gempabumi untuk
dalam menghadapi di Desa Sukarapih Santri Stanawi di
bencana di SMAN 5 Kecamatan Pondok-Pesantren
Kota Tasikmalaya? Sukarame Riyadlul Huda Desa
2. Bagaimana tingkat Kabupaten Sukarapih Kecamatan
kesiapsiagaan peserta Tasikmalaya? Sukarame Kabupaten
didik dalam 2. Bagaimana Tasikmalaya ?
menghadapi bencana pemenuhan b) Bagaimana tingkat
gempa bumi di SMAN kebutuhan air kesiapsiagaan santri
5 Kota Tasikmalaya? domestik bagi stanawi terhadap
pondok pesantren kesiapsiagaan
di Desa Sukarapih bencana alam gempa
Kecamatan bumi di Pondok
Sukarame Pesantren Riyadlul
Kabupaten Huda Desa Sukarapih
Tasikmalaya? Kecamatan Sukarame
Kabupaten
Tasikmalaya?

Sumber: Studi Pustaka, 2020

C. Kerangka Penelitian
Latar Belakang
Gempa bumi merupakan penomena alam yang tidak dapat di prediksi dan bisa terjadi kapan
saja. Tasikmalaya terdapat banyak sekali Pondok- Pesantren salah satunya Podok- Pesantren Riyadlul
Huda yang berasal dari berbagai macam daerah dari mulai usia tingkat SD, SMP, SMA, MAHASISWA,
TAKHOSUS (santri tidak bersekolah).

Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi untuk Santri Stanawi di
Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya ?
2. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok
Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya?

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apasaja yang menjadi pendukung kesiap siagaan dilingkungan Podok-
Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamaatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam
menghadapi bencana alam gempa bum.
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman santri terhadap kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di
lingkungan Pondok Pesanren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya.
Hipotesis Kajian Teori:
a. peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan
1. Kesiapsiagaan
gempabumi untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul
2. Benacana Alam
Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten
3. Gempa bumi
Tasikmalaya diantaranya memeberikan pengetahuan, sarana
prasarana, mobilitas sumberdaya manusia dan kebijakan masih 4. Pondok pesantren
rendah Teknik Penelitian
b. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan Observasi, Wawancara,
bencana alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Kepustakaan, Tes, Dokumentasi,
Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame kabupaten Tasikamalaya Kuesioner
Kurang Siap
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Metode deskriptif
1. Peranan pesantren dalam mengahadapi kesiaoapsiagaan gempa bumi dengan pendekatan
untuk santrri stanawi di pondok pesantren riyadlul huda Desa Sukaraih kuantitatatif
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya mengacu kepada indek
pennegetahuan LIPI_UNESCO/ISDR, 2006 nilainya masih dibawah
rata-rata termasuk kategori rendah
2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana
alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame kabupaten Tasikamalaya Kurang Siap

Gambar 2.3
Kerangka Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat terhadaap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010 :

110). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi

untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya diantaranya

kondisi lingkungan pesantren, sarana prasarana, mobilitas suberdaya

manusia, kebijakan.

2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana

alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya relative rendah di ukur

berdasarkan parameter siap, hamper siap, kurang siap, tidak siap.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitiaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang mengolah dan

menginterpretasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan.

Penggunaan metode deskriftip dalam penelitian ini dimaksud untuk

mencapai tujuan dan mengungkapkan fakta tentang tingkat pengetahuan

santri stanawi dalam mengahadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi

di Pondok Pesantren Riyadlul Huda.

The Liang Gie mengemukakan mengenai penegrtian metodologi dalam

Sumaatmadja (1988:75) bahawa metodologi merupakan ilmu tentang

metode ,studi tentang metode, khususnya metode ilmiah, yaitu cara-cara


yang dipakai untuk mengejar suatu bidang ilmu. Alasan peneliti

menggunakan metode ini karena metode ini sesuai dengan masalah yang

diteliti dan penelitian ini akan menafsirkan serta menuturkan data-data yang

ada. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dalam

hal ini mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung kelapangan

serta memberikan kuesioner berupa pertanyaan mengenai pemahaman

kesiapsiagaan santri. Penggunaan metode deskriftif kuantitatif dalam

pnelitian ini dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penelitian dan

mengungkapkan fakta tentang kesiapsiagaan Santri tingkat stanawi dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya.

B. Variabel Penelitian

Sugiono (2017: 39) menegemukakan suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi untuk

Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya diantaranya:

a. Memberikan Pengetahuan

b. Sarana Prasarana

c. Mobilitas sumberdaya Manusia


d. Kebijakan

2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana

alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya relative rendah di ukur

berdasarkan parameter:

a. Siap

b. Hampir Siap

c. Kurang Siap

d. Tidak Siap

C. Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka

harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik

penggunaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Teknik Observasi

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang akan

diselidki secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan

untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, pengamatan disisni

diartikan lebih sempit yaitu pengamatan dengan menggunakan indra

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(Achmadi, 2010:70)
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik

atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2015 : 220).

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kelakukuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dalam observasi

dapat kita peroleh gambaran yang lebeih jelas tentang kehidupan sosial,

yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi juga dilakukan bila

belum banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita miliki.

Observasi dilakukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai

eksplorasi.

Dalam garis besarnya dapat dilakukan dengann (1) dengan

partisipasi pengamat jadi sebagai partisipan atau (2) tanapa partisipan

pengamat jadi sebagai non-partisipan (Nasution, 2012 : 106).

b. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan percakapan anatara dua orang

atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.

Tujuan dari wawancara adalah untik mendapatkan informasi yang tepat

dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada

narasumber. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung dengan

cara pertanyaan disiapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan wawancara

dilakukan oleh pewawancara dan narasumber, wawancara dapat

dilakukan dengan narasumber agar mampu menghasilkan jawaban


berupa data data secara langsung dengan orang yang memeliki

keterkaitan dengan topik yang sedang diteliti. Syarat narasumber juga

selain dapat dipercaya, juga memiliki pengetahuan yang baik mengenai

topik yang sedang diteliti.

c. Studi Kepustakaan/Literatur

Studi kepustakaan atau dikenal juga dengan studi literature

merupakan pedoman untuk memberikan arah dan data yang berkaitan

dengan interaksi sosial masyarakat, mengenai teori serta prinsip dari

buku-buku, internet maupun kepustakaan laiinnya yang relevan. Studi

literature ini dipergunakan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-

konsep sebagai bahan pembanding, penguat atau penolakan terhadap

temuan hasil penelitian, dan untuk mengambil kesimpulan.

d. Kuesioner

Sugiono (2017:142) mengatakan bahwa kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden

e. Tes

Tes adalah tindakan atau percobaan yang disengaja untuk

mengetahui seberapa baik sesuatu bekerja. Tes merupakan cara untuk

memeriksa pengetahuan atau pemahaman seseorang.


f. Dokumentasi

Studi dokumentasi atau studi dokumenter (documentary study)

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar

maupun elektronik (Sukmadinata, 2015:221).

D. Instumen Penelitian

Menurut Sugiono (2010:148) “instrument penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang

diamanti”. Adapun instrumen yang penulis gunakan dalam penelitiann ini

adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi Lapangan

Merupkan alat untuk mengumpulkan data dan pengamatan

langsung dilapangan. Dalam pengamatan ini, penulis menertakan

beberapa pertanyaan yang harus dijawab sendiri melalui pengamatan

langsung terhadap objek yang sedang diteliti.

a. Nama Pondok-Pesantren :………………………

b. Pendiri Pondok Pesantren :………………………

c. Pengelola Pondok- Pesantren :………………………

d. Alamat :……………………...

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dilakukan dengan mengumpulkan data

melalui wawancara langsung kepada informasi. Dengan penelitian ini


penulis mengajukan pertanyaan kepada Rois Pondok Pesantren Riyadlul

Huda.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

(Sugiyono,2017 :137).

a. Identitas Responden

Nama :

Jabatan :

b. Pertanyaan

1) Apa yang anda ketahui mengenai bencana alam dan mitigasi

bencana?

2) Apa yang anda ketahui mengenai gemmpa bumi?

3) Apakah di Pondok Pesantren sudah terdapat jalur evakuasi?

4) Sarana prasarana apa saja yang sudah tersedia di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda?

5) Apa sarana prasarana yang berada di Pondok Pesantren Riyadliul

Hida dapat mendukung kegiatan mitigasi bencana?

3. Pedoman Kuesioner

Pedoma kuesioner yaitu alat yang digunakan untuk pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini


pedoman kuesioner akan dibagikan kepada santri pondok pesantren

Riyadlul Huda.

A. Identitas Responden

Nama :

Usia :

Alamat ;

Pendidikan :

B. Petunjuk Pengisian

Isilah daftar pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda

silang (X) pada salah satu pilihan dan jawaban

1. Pengetahuan

1) Menurut anda apa yang dimaksud dengan bencana alam?

a. Rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupam manusia

b. Peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam dan non-alam

yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia dan

kerugian material

c. Peristiwa pengrusakan yang diakibatakan ulah manusia

d. Kejadian luar biasa

4. Tes

Tes adalah tindakan atau percobaan yang disengaja untuk

mengetahui seberapa baik sesuatu bekerja. Tes merupakan cara untuk

memeriksa pengetahuan atau pemehaman seseorang. Tes yand digunakan


dalam penelitian ini merupakan tes objektif berupa tes tertulis dalam

bentuk pilihan ganda (PG). Instrumen ini berbentuk pilihan ganda dengan

pilihan jawab 5 options dengan jumlah soal sebanyak 50. Tes diberikan

kepada santri di Pondok Pesantren Riyadlul Hada dari mulai tingkat

stanawi 1, tingkat stanawi 2 dan tingkat stanawi 3. Soal yang benar akan

diberi nilai 1 dan yang salah diberi nlai nol (0).

Kisi-kisi instumen merupakan pedoman dalam merumuskan

pertanyaan intrumen yang diturunkan dari varabel eveluasi yang akan

diamati. Agar penelitian lebih mudah, maka sebelum instumen disusun

harus dibuat dulu kisi-kisi penyusun instumen tersebut. Adapun kisi-kisi

instrument penelitian yang diukur pada ranah kognitif menenai

pengetahuan kesiapsiagaan santri tingkat stanawi dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi disajikan pada tabel 3.1

Tabel 3.1
Kisi-kisi Tes

Variabel Nomor
No Indikator Tingkat Santri
Pertanyaan

1. Pengetahuan santri tentang bencana


alam
Memberikan
2. Pengetahuan santri tentang gempa
1. Pengetahuan 1-30
bumi
3. Jalur evakuasi dan denah lokaasi

Sarana 1. Infrastruktur Pesantren


Prasarana 2. Komunitas Santri Siap Siaga
2. 3. 3. Tesrsedianya rencana pertolongan 31-39
pertama

Mobilitas 1. Tersedianya tim yang bertugas untuk


Sumberdaya keadaan darurat
3. 40-47
Manusia 2. Adanya keterlibatan pesantren dalam
jaringan kesiapsiagaan bencana
Kebijakan 1. Aturan yang ada di Pesantren
4 2. Tersedianya rencan pesantren aman 48-50
bencana
Sumber: Penulis, 2020
A. Identitas

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Tingkat/ kelas :

B. Petunjuk Pengisian

Isilah daftar pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang

(X) pada salah satu pilihan jawaban

1. Pengetahuan

1) Yang merupakan pengertian bencana alam adalah?

a. Kejadian alam yang berasal dari tenaga dari dalam bumi

b. Bencana ayang berkaitan dengan aktivitas Industri

c. Kerusakan akibat kerusuhan sosial/politik

d. Suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar

bagi populasi manusia

E. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument dilakukan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda,

santri di Pondok Pesantren Riyadlul Huda berjumlah 455 orang dengan

berbagai tingkatan. Uji instrument dilakukan di tingkat jam`ul dengan

tujuan agar bisa mengetahui layak dan tidaknya soal tes tersebut untuk
diberikan kepada santri tingkat stanawi I, stanawi II dan tingkat stanawi

III.Uji coba instrument Pengujian ranah kognitif saat itu santri jam`ul yang

hadir 25 orang dimulai santri putra dan putri.

Uji instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini harus

memenuhi persyaratan. Instrumen penelitian pada umumnya harus

mempunyai dua syarat penting yaitu valid dan reliable. Berdasarkan hal

tersebut, agar instrument penelitiannya baik maka penelitian menguji

validitas dan reabilitasnya.

1. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai

tingkat validitas yang tinggi, sebaliknya jika instrumen kurang valid

berarti memiliki validas rendah. Untuk mengukur validitas suatu

instrument digunakan rumus product moment yaitu

n ∑ x y−(Σx)(Σy )
r xy = 2
√ [ nΣx ²− ( Σx ) ] ¿ ¿ ¿
Keterangan :

r xy= koefisien korelasi


∑ x = jumlah pengamatan variabel x
∑ y = jumlah pengamatan variabel y
∑ xy = jumlah hasil perkalian X dan Y
(∑ x ²) = jumlah kuadrat dari pengamatan variabel X
(∑ x )² = jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y
(∑ y ²) = jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y
(∑ y )² = jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel y
n = jumlah banyaknya data

Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas butir soal dengan tabel

tingkat signifikasi uji satu satu arah .di lihat dari tabel 3.2
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Kognitif
Soal Nilai Sig. > atau < Nilai 0,05 Kesimpulan
nomor validitas soal
S1 0,002 < 0,05 Valid
S2 0,883 > 0,05 Tidak Valid
S3 0,002 < 0,05 Valid
S4 0,002 < 0,05 Valid
S5 0,000 < 0,05 Valid
S6 0,966 > 0,05 Tidak Valid
S7 0,003 < 0,05 Valid
S8 0,003 < 0,05 Valid
S9 0,000 < 0,05 Valid
S10 0,003 < 0,05 Valid
S11 0,000 < 0,05 Valid
S12 0,003 < 0,05 Valid
S13 0,003 < 0,05 Valid
S14 0,691 > 0,05 Tidak Valid
S15 0,127 > 0,05 Tidak Valid
S16 0,930 > 0,05 Tidak Valid
S17 0,000 < 0,05 Valid
S18 0,000 < 0,05 Valid
S19 0,000 < 0,05 Valid
S20 0,000 < 0,05 Valid
S21 0,003 < 0,05 Valid
S22 0,002 < 0,05 Valid
S23 0,000 < 0,05 Valid
S24 0,000 < 0,05 Valid
S25 0,000 < 0,05 Valid
S26 0,000 < 0,05 Valid
S27 0,003 < 0,05 Valid
S28 0,000 < 0,05 Valid
S29 0,000 < 0,05 Valid
S30 0,002 < 0,05 Valid
S31 0,002 < 0,05 Valid
S32 0,002 < 0,05 Valid
S33 0,068 > 0,05 Tidak Valid
S34 0,000 < 0,05 Valid
S35 0,000 < 0,05 Valid
S36 0,000 < 0,05 Valid
S37 0,000 < 0,05 Valid
S38 0,000 < 0,05 Valid
S39 0,000 < 0,05 Valid
S40 0,000 < 0,05 Valid
S41 0,000 < 0,05 Valid
S42 0,000 < 0,05 Valid
S43 0,003 < 0,05 Valid
S44 0,003 < 0,05 Valid
S45 0,040 < 0,05 Valid
S46 0,040 < 0,05 Valid
S47 0,003 < 0,05 Valid
S48 0,002 < 0,05 Valid
S49 0,003 < 0,05 Valid
S50 0,002 < 0,05 Valid

Sumber: Hasil Olah Data 2020

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal, maka diperoleh

45 soal yang dapat dikatakan valid atau soal tersebut dapat dipakai, yaitu

nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 17,18,19,20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 49, 50.


2. Uji Reabilitas

Realibilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu

instrumen. Selain itu menurut Arikunto (2006:86) menyebutkan bahwa

realibilitas adalah ukuran yang menyatakan tingkat konsisten suatu soal

tersebut. Realibilitas butir soal diketahui dengan menggunakan rumus

Kuder-Richardso dengan rumus KR 20, dengan rumus

k s 2t −Σ P ⋅q
r 11 =
(
( k−1 ) 2
s❑ )
Keterangan: K = Jumlah item pada instrument

P = proporsi banyaknya subjek yang menjawab bener

q = 1- p

S2t = varians total

Rumus varian total =

2
2 (∑ x t )
2
∑x − t
n
S=
t
n

n = Jumlah Responden

Adapun hasil pengujian reliabilitas soal tersebut dapat dilihat pada Tebel

3.3

Tabel 3.3
Kriteria Hasil Pengujian Reliabilitas
No. Reliabilitas Kategori
1 0,800 sd 1,000 Sangat Tinggi
2 0,600 sd 0,799 Tinggi
3 0,400 sd 0,500 Cukup
4 0,200 sd 0,399 Rendah
5 > 0,200 Sangat Rendah

Sumber: Hasil Olah Data 2020

Setelah di bandingkan dengan tabel kriteria reliabilitas maka nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,954 Terdapat pada kategori Sangat Tinggi.

Sehingga dapat diketahui bahwa soal uraian tersebut sudah baik dan tidak

perlu diganti

Tabel 3.4
Hasil Uji Reabilitas Butir Soal
Reabilility Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.954 50
Sumber: Hasil Olah Data 2020

Interpretasi hasil out put spss sbb: berdasarkan nilai Cronbach’s

Alpha pada tabel Reliability Statistic diperoleh nilai sebesar 0,954.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono, (2017:80) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi merupakan keseluruhan objek

penelitian yang dijadikan sebagai responden untuk menjawab masalah

penelitian.

Populasi dalam sampel ini bersifat homogen dan populasi dalam

penelitian ini adalah Santri pada tingkat stanawi. Santri pada tingkat

stanawi terdiri dari dua kelompok yaitu Santri formal (Santri yang
modok di pesantren Riyadlul Huda dan sedang menempuh Sekolah

Menengah Atas) dan Santri non formal (Santri yang hanya mondok di

Pesantren Riyadlul Huda). Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu:

132 orang santri di tingkat stanawi terdiri dari stanawi 1, 2 sampai 3

yang bersekolah di bangku tingkat SMA dan takhosus (tidak

bersekolah) , Rois Pesantren dan Pengurus Pesantren.

Tabel 3.5
Populasi Penelitian
NO Tingkat/Kelas Sekolah Jumlah Santri
1 1 Stanawi Formal 40
Non formal 22
2 2 Stanawi Formal 32
Non formal 7
3 3 Stanawi Formal 19
Non formal 11
4 Rois Pesantren 2
5 Pengurus 10
Pesantren
Total 132
Sumber: Penulis, 2020

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang

mewakili suatu populasi (pabundu, 2005 : 24). Bila populasi besar dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi

itu. Teknik pengabilan sampel yang digunakan adalah

a. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik ini digunakan karena

peneliti memiliki tujuan tertentu atas beberapa pertimbangan

peneliti. Pertimmbangan itu missal keterbatasan waktu, tenagaa dan


dana sehingga dapat mengambil sampel yang besar (Badri, 2012:33).

Metode Purposive Sampling (sampel dengan tujuan) yaitu teknik

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secaraa

khusus ditunjukan pada informan tertentu. Hal ini bertujan agar

mendapat data yang lebih akurat dan lengkap. Informan yang

ditunjukan kepada Rois (Ketua pengurus Pesantren).

b. Sample Random Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

metode random sampling (sampel acak sederhana yaitu teknik

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel adalah semua anggota populasi

mempunyai kesempatan/hak yang sama untuk menjadi sampel

(Badri, 2012:31). Teknik ini dapat dilakukan dengan cara undian dan

orinal. Jumlah sampel dapat ditentukan dengan berbagai kriteria.

Sampel di ambil dari Santri Pondok Pesantren riyadlul Huda di

tingkat stanawi saja yang berjumlah 121 orang kemudian diambil

40% dari total populasi setiap tingkatan sebagai berikut

Tabel 3.6
Sampel Penelitian
N Tingkat/Kelas Sekolah Jumlah Sampel Jumlah
O Santri
1 1 Stanawi Formal 40 40% 16
Non 22 9
Formal
2 2 Stanawi Formal 32 40% 13
Non formal 7 3
3 3 Stanawi Formal 19 40% 7
Non formal 11 5
Tolal Sampel 53
Sumber: Penulis, 2020

G. Langkah-Langkah Penelitian

Proses Pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang

juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang

harus dilakukan selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yaitu mencakup penyusunan daftar data yang

diperlukan untuk penelitian. Pada tahap ini peneliti menyiapkan data

apa saja yang akan dibutuhkan pada saat penelitaian berlangsung dan

melakukan penyusunan kerangka berfikir dengan tujuan penelitian

sifatnya lebih terarah dan jelas sehingga akan dalam proses melakikan

penelitian.

a. Observasi Lapangan

b. Pembuatan proposal penelitian

c. Pembuatan instrument penelitian

d. Uji coba instrument penelitian

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumulan data mencakup: Studi literature, observasi

lapangan, studi documentasi, wawancara dan melakukan tes terhadap

santri di tingkat stanawi. Semua informasi dapat akan didapat dari


semua proses tersebut namun harus melalui penyusunan yang baik agar

informasi yang ingin didapatkan dengan mudah tanpa harus mengulang

penelittian kelapangan secara berulang.

a. Pengumpulan data

b. Pengolahan Data

c. Analisis data

3. Tahap Kompilasi Data

Kompilasi data adalah tahap proses seleksi data dan engelompokan

data sesuai dengan data yang diperlukan, sehingga data yang akan

diambil tepat sasaran dan mengurangi resiko pengulangan mencari data

dan informasi secara berulang. Data dan informasi akan dikelompokan

sesuai dengan yang diperlukan dalam pengkajian tingkat Kesiapsiagaan

Santri Tingkat Stanawi dalam menghadapi bencana alam gempabumi di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya bagaimana tingkat pengetahuan Santri dan

upaya apa saja yang harus dilakukan dan menghadapi bencana alam

gempa bumi.

4. Tahap Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan dengan teknik kuantitaif sederhana, dengan

teknik persentase (%)

Tabel 3.7
Contoh Pengelolaan Data Persentase Sederhana
N Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
o
1 Cukup
2 Kurang Cukup
3 Tidak Ada
4 Tidak Menjawab
Total 53 100%
Sumbe: Pengelolaan Penelitian Tahun 2020

5. Tahap Penulisan dan Pelaporan Penelitian

Tahap Penulisan dilakukan apabila semua data dan informasi

yang dibutuhkan sudah terpenuhi sehingga hasil sudah siap diolah dan

dilaporkan dalam bentuk tertulis. Penulisan dilakukan berdasarkan

kaidah penulisan yang baik dan benar sehingga dapat dipertanggung

jawabkan dengan baik.

Proses pelaporan hasil penelitian dilakukan apabila semua data

sudah diolah kemudian disimpulkan dan hasil yang diinginkan dari

penelitian tersebut sudah bisa dihadirkan dalam proses pelaporan

maka penelitian itu dapat dianggap selesai.

H. Taknik Pengolahan dan Analisis Data

Data merupakan sekumpulan yang diperoleh dilapanagan. Data yang

telah didapat selanjutnya akan diolah dan dianalisis agar dapat diperoleh

suatu kesimpulan dalam sebuah pennelitian. Teknik pengolahan dan analisis

data dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif yang

berbentuk angka dengan perhitungan yang bersifat matematik dan

menggunakan dari beberapa analisis yang diperlukan diantaranya.

1. Analisis Kesiapsiagaan

Menurut Rusiyah dalam LIPI-UNESCO/ISDR (2006), dalam


penelitian terhadap kesiapsiagaan dapat dikategorikan kedalam tinggi

sedang dan rendah dengan cara melihat pengukuran dari tingkat

kesiapsiagaan santri terhadap bencana bencana alam gempa bumi

berdasarkan indeks dengan rumus sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑖𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Sumber: LIPI – UNESCO/ISDR, 2006

Kategori tingkat kesiapsiagaan santri terhadap bencana alam gempa bumi

ditentukan dengan mencocokkan indeks pengetahuan dari hasil kuesioner

dengan table 3.8

Tabel 3.8
Indeks Tingkat kesiapsiagaan terhadap Bencana Alam Gempa Bumi
No Nilai indeks Kategori
1 >66,67 Tinggi
2 33,34 - 66,66 Sedang
3 < 33,33 Rendah
Sumber: LIPI-UNESCO/ISDR, 2006

Pengukuran dari tinggi, sedang dan rendahnya tingkat

kesiapsiagaan santri terhadap bencana kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi digunakan dengan menggunakan indikator

pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat, sistem peringatan

bencana dan mobilisasi sumber daya dengan rumus sebagai berikut:

(S3) = 0,83 * indeks KA + 0,08 * indeks EP + 0,04 * indeks WS + 0,04 *


indeks RMC

Keterangan :

S3 : Indeks Kesiapsiagaan Santri

KA : Pengetahuan dan Sikap


WS : Sistem peringatan Bencana

RM :Mobilisasi Sumberdaya

Skor maksimum parameter diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam

parameter yang diindeks (masing-masing pertanyaan bernilai satu).

Apabila dalam 1 pertanyaan terdapat sub-sub pertanyaan (a, b, c dan

seterusnya), maka setiap sub pertanyaan tersebut diberi skor 1/jumlah sub

pertanyaan. Total skor riil parameter diperoleh dengan menjumlahkan

skor riil seluruh pertanyaan dalam parameter yang bersangkutan.

Indeks berada pada kisaran nilai 0 – 100, sehingga semakin tinggi nilai

indeks, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan tentang

kesiapsiagaannya. Setelah dihitung indeks parameter dari satu responden

kemudian dapat ditentukan nilai indeks keseluruhan sampel. Jika jumlah

sampel adalah n, maka indeks keseluruhan sampel dapat dihitung dengan

menjumlahkan indeks seluruh sampel dibagi dengan jumlah sampel (n).

Tabel 3.9
Tingkat Kesiapsiagaan
Indeks Nilai Kategori
80-100 Sangat siap
65-79 Siap
55-64 Hampir siap
40-54 Kurang siap
0-39 Belum siap
Sumber : LIPI_UNESCO/ISDR, 2006

2. Analisis Data Sederhana


Pengelolaan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang

penting, sehingga data yang diperoleh dapat memiliki arti dan menarik

simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Tujuan analisis data


adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih

sederhana.

Penulis penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif sederhana

dengan menyusun dan mengkompilasikan data dalam bentuk tabel, serta

angka-angka persentase (%). Langkah-langkah dalam pengolahan data

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi data sekunder yang diperoleh.

b. Memeriksa lengkap atau tidaknya data yang diperoleh.

c. Mengadakan pengolahan tiap-tiap item dengan melihat angka, jumlah

responden dengan angka persentase.

Rumus yang digunakan:

fo
%= x 100
n

Keterangan :

% = presentasi setiap alternative jawaban

Fo = jumlah frekuensi jawaban

N = jumlah sampel/responden

Setelah data ini diolah dengan menggunakan rumus tersebut

diatas, kemudian dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut:

- 0% = Tidak ada sama sekali

- 1% - 24% = Sebagian kecil

- 25% - 49% = Kurang dari setengah

- 50% = Setengahnya
- 51% -74% = Lebih dari setengahnya

- 75% - 99% = Sebagian besar

- 100% = Seluruhnya

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Alam

Gempabumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya pada awal juni 2020

Tabel 3.10
Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
1 Observasi
Lapangan
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Studi Literatur
5 Penyusunan
Instrument
6 Uji Istrumen
7 Pengumpulan
Data
8 Analisis Data
9 Penyusunan
Skripsi
10 Sidang Skripsi
Sumber: Hasil Pengolahan data Peneliti 2020

Anda mungkin juga menyukai