Anda di halaman 1dari 217

TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI STANAWI DALAM

MENGHADAPI KESIAPSIAGAAN BENCANA ALAM GEMPA


BUMI DI PONDOK PESANTREN RIYADLUL HUDA DESA
SUKARAPIH KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN
TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh,

Esi Esriani
16217000

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI STANAWI DALAM


MENGAHADAPI KESIAPSIAGAAN BENCANA ALAM GEMPA BUMI
DI PONDOK-PESANTREN RIYADLUL HUDA DESA SUKARAPIH
KECAMATAN SUKARAME KABUATEN TASIKMALAYA

Oleh,
ESI ESRIANI
162170008

Telah Disetujui untuk Diajukan pada Sidang Skripsi


Dijurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Iman Hilman., S.Pd., M.Pd Erwin Hilman Hakim, S.Pd., M.Pd
NIP 198009042015041001 NIDN 0013018901

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tingkat


Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan
Bencana Alam Gempa Bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa
Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya” beserta
seluruh isinya ada;ah sepenuhnya karya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan car-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menaggung konsekuensi atau sanksi
apabiladikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Tasikmalaya, 20 Februari 2021


Yang Membuat Pernyataan

Esi Esriani
162170008

ii
ABSTRAK

Esi Esriani. 2021. Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam


Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana Alam Gemppa Bumi Di Pondok
Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame
Kabupaten Tasikmalaya. Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya ancaman resiko bencana


alam gempa bumi pada masyarakat, khususnya santri yang datang dari
berbagai daerah untuk menetap tinggal di Pondok Pesantren dengan tujuan
mempelajari ilmu agama dan mempelajari pengetahuan umum di sekolah
(bagi santri yang sekolah). Pondok Pesantren Riyadlul Huda adalah salah
satu pesantren yang berada di Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari
berbagai tingkatan mulai dari usia SD, SMP, SMA, Mahasiswa, dan santri
takhosus. Santri yang bersekolah sedikitnya akan mengetahuan dan
mempelajari materi kesiapsiagaan tetapi akan berbeda dengan santri
takosus( santri yang tidak bersekolah) santri takhosus setiap harinya hanya
mempelajari pembelajara kitab saja tanpa adanya pembelajaraan umum.
Pendidikan berarti suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahan berbagai hal yang diajarkan baik di kelas maupun di luar kelas.
Bencana alam bisa datang kepada siapa saja dan dimana saja. Permasalahan
penelitian ini adalah bagaimana peranan pesantren dalam mengahadi
kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi untuk santri stanawi di Pondok
Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya, Bagaimana tingkat kesiapsiagaan kesiapsiagaan santri stanawi
terhadap bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda
Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif serta
teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kuesioner, tes,
Stidi literatur dan studi dokumentasi. Yang menjadi reesponden dalam
penelitian ini adalah Rois (ketua umum santri) terdiri dari 2 orang rois putra
dan putri, dan 53 orang santri tingkat stanawi di mulai tingkat stanawi I 25
orang, tingkat stanawi II 16 orang, dan tingkat santri stanawi III 12 orang.
Rois ( ketua umum santri) dia mbil dengan menggunakan teknik (Purposive
Sampling) dan satri tingkat stanawi menggunakan (Random Sampling).
Dalam pengelolaan data penelitian menggunakan teknik anallisis sederhana
atau persentase (%) dan tabulasi data kesiapsiagaan. Berdasarkan Hasil
Penelitian di lapangan saat diketahui bahwa dari hasil tes peranan pesantren
dalam memberikan pengetahuan, sarana prasarana, mobilitas suber daya
manusia dan kebijakan (LIPI_UNESCO/ISDR, 2006) menghasilkan tingkat
penetahuan santri masih rendah dan tingkat kesiap siagaan santri tingkat
stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda dalam Kategori KURANG
SIAP.

Kata Kunci: Pengetahuan Santri, Kesiapsiaagan, Gempa Bumi

iii
ABSTRACT

Esi Esriani. 2021. Knowledge Level of Santri Stanawi in Facing


Earthquake Disaster Preparedness in Riyadlul Huda Islamic Boarding
School, Sukarapih Village, Sukarame District, Tasikmalaya Regency.
Department of Geography Education. Faculty of Teacher Training and
Education. Siliwangi University.

The background of this research is the threat of the risk of earthquake


natural disasters in the community, especially students who come from
various regions to live in Islamic boarding schools with the aim of studying
religion and general knowledge in schools (for students who are in school).
Riyadlul Huda Islamic Boarding School is one of the Islamic boarding
schools in Tasikmalaya Regency which consists of various levels ranging
from elementary, junior high, high school, college students, and takhosus
students. Santri who go to school will at least know and study preparedness
material but it will be different from santri takosus (santri who are not
attending school) takhosus santri every day only learn book lessons without
any general learning. Education means an effort to increase knowledge and
understanding of various things taught both in class and outside the
classroom. Natural disasters can come to anyone and anywhere. The
problem of this research is how the role of Islamic boarding schools in
earthquake disaster preparedness for santri stanawi at Riyadlul Huda
Islamic Boarding School, Sukarapih Village, Sukarame District,
Tasikmalaya Regency, How is the preparedness level of standard santri to
earthquake natural disasters at Riyadlul Huda Islamic Boarding School,
Sukarapih Village, Sukarame District, District Tasikmalaya. The method
used in this research is descriptive quantitative and data collection
techniques through observation, interviews, questionnaires, tests, literature
studies and documentation studies. The respondents in this study were Rois
(general chairman of the santri) consisting of 2 male and female rois, and
53 santri at Stanawi level starting at the Stanawi I level with 25 people, at
the Standanawi level II 16 people, and at the Santri Stanawi III level for 12
people. Rois (the general chairperson of the santri) he took using the
technique (purposive sampling) and satri at the standard level using
(random sampling). In research data management using simple analysis
techniques or percentage (%) and tabulation of preparedness data. Based
on the results of research in the field when it is known that the test results of
the role of pesantren in providing knowledge, infrastructure, mobility of
human resources and policies (LIPI_UNESCO / ISDR, 2006) resulted in a
low level of knowledge of students and a level of preparedness of santri at
the standard level at Riyadlul Islamic Boarding School. Huda in the LESS
READY Category.

Keywords: Santri Knowledge, Preparedness, Earthquakes

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat, Hidayah dan

Inayah-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan insyaallah kepada

kita selaku umatnya.

Skripsi ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi

Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya” Penyusunan skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Geografi pada Jurusan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Siliwangi.

Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

 BAB I merupakan pendahuluan yang didalamnya terdapat latar

belakang, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, dan

kegunaan penelitian.

 BAB II berisi landasan teoretis, penelitian yang relevan, kerangka

penelitian, dan hipotesis.

 BAB III berisi prosedur penelitian yang terdiri dari metode penelitian,

variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

v
populasi dan sampel, teknik pengolahan dan analisis data, langkah-

langkah penelitian dan tempat penelitian.

 BAB IV adalah deskripsi kondisi daerah penelitian baik kondisi fisik

maupun kondisi sosial, deskripsi hasil penelitian, pembuktian hipotesis,

pembuktian analisis dengan 5W + 1H, keterkaitan hasil penelitian

dengan pembelajaran geografi di sekolah.

 BAB V berisi simpulan dan saran.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan skripsi ini baik dalam hal penulisan ataupun

sistematika penulisan, yang pada dasarnya disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan penulis dalam menulis dan mencurahkan ide-ide. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dan dapat menyempurnakan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

memberikan kontribusi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis umumnya bagi para pembaca. Amin

Tasikmalaya, Februari 2021

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha

pengasih lagi maha penyayang telah memberikan semangat kepada penulis

terus menimba ilmu hingga mencapai titik yang sangat membahagiakan.

Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan kepada kita selaku

umatnya yang insyaallah taat pada ajarannya hingga akhir hayat.

Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk

skripsi, hasil ini merupakan kekuatan doa dan dorongan dari pihak-pihak

yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung

sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Prof. H. Rudi Priyadi, Ir. M.S., selaku Rektor Universitas

Siliwangi Tasikmalaya.

2. Bapak Dr. H. Cucu Hidayat, Drs., M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

3. Bapak Dr. Iman Hilman, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I dan Ketua

Jurusan Pendidikan Geografi yang telah meluangkan waktu, memberikan

ilmu, didikan, bimbingan dan arahan serta motivasii kepada penulis

dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

vii
selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

5. Ibu Yani Sri Astuti, S.Pd., M.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

6. Bapak Dr. H. Nandang Hendriawan, Drs., M.Pd., yang telah berkenan

memberikan ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi

penulis selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

7. Bapak H. Nedi Sunaedi, Drs., M.Si., selaku Dosen Pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi yang telah berkenan memberikan ilmunya, serta

tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa

8. Almarhum Bapak Dr. Racmat Hikmat Sujana, Drs., M.Pd., Selaku dose

Jurusan Pendidikan Geografi

9. Bapak Erwin Hilman Hakim, M.Pd., selaku pembimbing II dan selaku

Dosen di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

10. Bapak Ruli As’ari, M.Pd., yang telah berkenan memberikan ilmunya,

serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa.

viii
11. Ibu Erni Mulyanie, M.Pd., selaku Dosen dan Sekretaris Jurusan

Pendidikan Geografi yang telah berkenan memberikan ilmunya, serta

tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa.

12. Bapak Darwis Darmawan, M.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

13. Ibu Ely Satiasih Rosali, M.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

14. Bapak Elgar Balasa Singkawijaya, M.Pd., yang telah berkenan

memberikan ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi

penulis selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

15. Ibu Tineu Indrianeu, M.Pd., yang telah berkenan memberikan ilmunya,

serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis selama masa

kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai mahasiswa.

16. Bapak Cahya Darmawan, S.Pd., yang telah berkenan memberikan

ilmunya, serta tenaga, dan waktunya untuk terus memotivasi penulis

selama masa kuliah dalam menempuh peran serta tugas sebagai

mahasiswa.

ix
17. Bapak Setio Galih Marlyono, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di

Jurusan Pendidikan Geografi.

18. Bapak Revi Mainaki, S.Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi.

19. Ibu Mega Prani Ningsih, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi

20. Ibu Anita Eka Putri, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pengajar di Jurusan

Pendidikan Geografi.

21. Pengelola Pondok Pesantren Riyadlul Huda yang telah membantu penulis

dalam pengumpulan data lapangan dan memberikan izin kepada penulis

dalam melakukan observasi.

22. Pengurus Santri Putra dan Putri Pondok Pesantren Riyadlul Huda yang

telah membantu dalam keberlangsungan uji tes dalam mengkondisikan

spara santri sehingga berjalan dengan lancar

23. Seluruh responden santri Pondok Pesantren Riyadlul Huda Khususya

Santri tingkat stanawi putra dan putri yang telah bersedia untuk bekerja

sama

24. Kedua orang tua penulis Bapak Agus Patoni dan Ibu Ade Yeti yang telah

memberikan do’a, keridhoan, motivasi baik moral maupun moril, selama

penulis menempuh perkuliahan.

25. Seluruh saudara penulis yang telah memberikan motivasi dan dorongan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

x
26. Seluruh anggota keluarga besar yang telah memberikan arahan,

pengalaman, motivasi dengan banyak inspirasi selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

27. Guru saya Ustad Abdul Hamid dan Ustadzah Iis Siti Nurlatifah S.Sos.I.,

selaku pimpinan Pondok Pesantren As-salam yang telah memberikan

motivasi dan arahan kepada penulis selama penulis tinggal di Pondok

Pesantren As-salam.

28. Kak Panji Wira Negara selaku sahabat dan teman yang slalu senantiasa

memberikan arahan, motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi

29. Sahabat-sahabat saya di Pondok Pesantren As-salam yang telah

memberikan semangat dan keceriaan selama masa perkuliah dan

menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Wulandari Apidah, Elin

Cherlina, Davina, Ahmad Fachri Qosim dan Muhammad Irsyad yang

telah membantu dan menemani penulis dalam proses pengumpulan data.

30. Rekan seperjuangan mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Pendidikan

Geografi 2016 terkhusus Cucu Rosliani, Tri Siti Hasanah, Diana Dwi

Lestari, Teri yang telah memberikan semangat dan saling memberikan

informasi kepada penulis sehingga dapat membantu menyelesaikan

skripsi ini.

31. Sahabat dan teman-teman Hayu Squad Gali Royani, Endang Jamaludin,

Rafli Zulkifli, Nur Utami yang telah memberikan semangat kepada

penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

xi
32. Sahabat seperjuangan Pramuka Universitas Siliwangi dari Pembina dan

purna terkhusus Kak Nurul Hayati, Kak Nia Regita Cahyani, Kak Neng

Siti, Kak Ade Sandra, Gali Royani Dan Keluarga Mimom Kak Bintang

Eka Putri yang telah menjadi bagian dari perjalanan penulis selama

berkuliah di Universitas Siliwangi Tasikmalaya

33. Semua pihak yang telah menjadi penyemangat dan berkontribusi dalam

penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon keridhoan

dan keikhlasannya, semoga amal baik yang telah diberikan mendapat

balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal’alamiin.

xii
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK..............................................................................................iii

ABSTRACK...........................................................................................iv

KATA PENGANTAR...........................................................................v

UCAPAN TERIMAKASIH..................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................xiii

DAFTAR TABEL..................................................................................xviii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................xxi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xxii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................7

C. Definisi Operasional...................................................................7

D. Tujuan Penelitian........................................................................8

E. Kegunaan Penelitian....................................................................9

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis............................................................................11

1. Kesiapsiagaan.........................................................................11

2. Bencana Alam.........................................................................18

3. Gempa Bumi...........................................................................27

xiii
4. Pondok Pesantren....................................................................30

B. Penelitian Relevan.......................................................................33

C. Kerangka Penelitian.....................................................................35

D. Hipotesis......................................................................................36

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian.....................................................................37

B. Variabel Penelitian...................................................................38

C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................39

D. Instrumen Penelitian.................................................................41

E. Uji Instrumen...........................................................................46

F. Populasi dan Sampel................................................................50

G. Langkah Langkah Penelitian....................................................53

H. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data....................................56

I. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Lingkungan Pondok Pesantren..................61

1. Letak Dan Luas Pondok Pesantren.......................................61

a. Kondisi Geografis............................................................62

b. Kondisi Demografis Dan Sosial Ekonomi.......................63

c. Kondisi Geologi, Geomorfologi dan Hidrologi Pondok

Pesantren..........................................................................64

d. Kondisi Kebudayaan........................................................65

2. Identitas Pondok-Pesantren..................................................71

xiv
a. Identitas Pesantren...........................................................71

b. Visi, Misi Pondok Pesantren Riyadlul Huda...................71

c. Sejarah Pondok Pesantren Riyadlul Huda.......................72

d. Keadaan Guru..................................................................75

e. Keadaan Santri.................................................................77

f. Kegiatan Pembelajaran Pondok Pesantren......................78

g. Sarana Prasarana..............................................................80

B. Deskripsi Hasil Penelitian........................................................87

1. Profil Pesantren....................................................................87

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pendidika...88

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia....................89

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.....90

d. Responden Yang Menjawab Benar.................................91

2. Hasil Wawancara..................................................................91

a. Hasil Wawacara Rois Putra Putri....................................91

3. Peranan Pesantren Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Gempa

Bumi Untuk Santri Tinkat Stanawi Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.......................................................95

a. Memberikan Pengetahuan...............................................95

b. Sarana Prasarana..............................................................104

c. Mobilitas Sumber Daya Manusia....................................108

d. Kebijakan.........................................................................112

xv
4. Tingkat Kesiapsiagaan Santri Stanawi Terhadap Kesiapsiagaan

Gempa Bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. .116

a. Pengetahuan.....................................................................116

b. Sarana Prassarana............................................................119

c. Mobilitas Sumber Daya Manusia....................................120

d. Kebijakan.........................................................................122

C. Pembuktian Hipotesis................................................................123

1. Pembuktian Hipotesis I........................................................123

2. Pembuktian Hipotesis II.......................................................125

D. Pembahasan...............................................................................128

1. Peranan Pesantren Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Untuk

Santri Stanawi Dalam Menghadapi Bencana Alam Gempa Bumi

Di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya......................................128

2. Tingkat Kesiapsiagaan Santri Stanawi Terhadap Kesiapsiagaan

Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya..........................................................................138

E. Analisis Geografi Pengetahuan Sanntri Tingkat Stanawi Dalam

Menghadapi Kesiapasiagaan Bencana Alam Gema Bumi........142

F. Keterkaitan Hasil Penelitian Dengan Pembelajaran Di Sekolah

Mengenai Pembelajaran Geografi.............................................147

xvi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.....................................................................................153

B. Saran...........................................................................................155

DAFTAR PUSTAKA............................................................................157

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................160

RIWAYAT HIDUP...............................................................................194

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkat Kesiapsiagaan ..............................................................16

2.2 Penelitian yang Relevan............................................................34

2.3 Kerangka Penelitian...................................................................35

3.1 Kisi Kisi Tes..............................................................................45

3.2 Hasil Pengujian Validitas Butiir Soal Kognitif.........................47

3.3 Kriteria Hasil Pengujian Reabilitas...........................................50

3.4 Hasil Ujin Reabilitas Butir Soal................................................50

3.5 Populasi Penelitian.....................................................................51

3.6 Sampel Penelitian......................................................................53

3.7 Contoh Penelolaan Data Persentase Sederhana.........................55

3.8 Indeks Kesiapsiagaan Tehadap Bencana Alam Gempa Bumi...57

3.9 Tingkat Kesiapsiagaan...............................................................58

3.10 Waktu Penelitian........................................................................60

4.1 Data Guru Berdasarkan Pendidikan Dan Tugas Mengajar........75

4.2 Jumlah Santri.............................................................................77

4.3 Tingkat Pendidikan Responden.................................................88

4.4 Tingkat UsiaResponden.............................................................89

4.5 Akumulasi Nilai Santri Yang Mennjawab Benar Soal Tes.......91

4.6 Yang Merupakan Penngertian Bencana.....................................96

4.7 Bencana Alam Yang dapat Terjadi dilingkungan Pesantren

Berdasarkan dari Jenis Bencana Yang ada................................97

xviii
4.8 Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa disebabkan oleh alam berupa gemppa bbumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan termasukk kedalam klasifikasi

bencana......................................................................................98

4.9 Dampak dari Bencana alam yang merusak dibidang sosial......99

4.10 Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui lanngkah yang tepat guna dan berdaya guna................100

4.11 Yang dimaksud ddengan mitigasi bencana atau penanggulangan

bencana......................................................................................100

4.12 Getaran yang terjadi dipermukaan bbumi akibat pelepasan energy

dari dalam secara tiba-tiba yang mencitakan gelombang seismik

adalah........................................................................................101

4.13 Gempa yang disebabkan pergeseran lempeng...........................102

4.14 Peristiwa alamiah yang mennjadi ppenyebab gempa bumi.......103

4.15 Infrastuktur apasaja yang harus disiapkan untuuk menunjang

kesiapsiagaan bila terjadi gempa bumi.....................................105

4.16 Pengaruh diadakan penyuluhann kesiapsiagaan dalam mengahadapi

gempa bumi...............................................................................106

4.17 Kepanjangan p3k.......................................................................106

4.18 Pada tahap apakah pemulihan sarana prasarana ssantri agar kembali

bekerja normal setelah rusak setelah terjadi gempa bumi.........107

4.19 yang dimaksud engan tanggap darurat.......................................109

4.20 Pada tahap manakah yang termasuk evakuasi korban................109

xix
4.21 Yang dimaksud dengan pasca rehabilitas...................................110

4.22 Cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan psikis mental

anak pasca bencana...................................................................111

4.23 Manfaat diadakannya aturan dalam sebuah lingkungan atau

organisasi...................................................................................113

4.24 1. Mewujudkan kesejahteraan 2. Memberikan kepastian hukum bagi

masyarakat 3. Memberikan rasa keadilan bagi masyarakat......114

4.25 yang dilakukan dengan sebagai santri untuk menimalisir keerusakan

akibat gempa bumi....................................................................115

4.26 Tabel indeks parameter pengetahuan kesiapsiagaan...................117

4.27 Tabel indeks parameter kesiapsiagaan sarana-prasarana............119

4.28 Tabel indeks parameter Kesiapsiagaan mobilalitas sumberdaya

manusia.....................................................................................121

4.29 Tabel indeks parameter kesiapsiagaan Kebijakan.......................122

4.30 Rangkuman Hasil analisis mengenai peranan pesantren meliputi

memberikan pengetahuan, sarana prasarana, mobilitas sumberdaya

manusia dan kebiijakan.............................................................123

4.31 Rangkuman Hasil Analisis Kesiapsiaagan..................................126

xx
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Penelitian..................................................................35

4.1 Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya..............................67

4.2 Peta Administrasi Kecamatan Sukarame..................................68

4.3 Peta Administras Desa Sukarapih.............................................79

4.4 Citra Satelit Pondok Pesantren Riyadlul Huda.........................80

4.5 Komplek asrama putri...............................................................82

4.6 Komplek asrama putra dari rumah............................................82

4.7 Komplek asrama putra dari belakang........................................83

4.8 Madrasah putri dan mushola putri.............................................83

4.9 Gambar Mesjid..........................................................................84

4.10 Kegiatan santri sedang sorogan didalam mesjid.......................84

4.11 PAUD, TAAM, TKA, TPA, MDA...........................................85

4.12 Citra Satelit Pondok Pesantrn Riyadlul Huda...........................85

4.13 Denah lokasi Pondok Pesantren Riyadlul Huda........................86

4.14 Pengisian Tes Santri Putra........................................................96

4.15 Pengisian Tes Santri Putri.........................................................96

4.16 Lokasi Pondok asrama putra.....................................................104

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1. Pedoman Observasi............................................................................160

2. Uji Validitas dan reabilitas.................................................................190

3. Riyawat Hidup....................................................................................194

xxii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana merupakan satu atau runtutan kejadian yang sering terjadi di

berbagai wilayah dengan karakteristik yang berbeda pada setiap

wilayahnya, berdasarkan pada karakteristik yang berbeda tentu penyebab

bencana pada setiap wilayah relatif berbeda pula, sehingga diperlukan

upaya penangganan yang berbeda pada setiap bencana yang terjadi.

Bencana alam maupun non alam, hari ini sudah menjadi bagian

keseharian masyarakat. Revolusi teknologi informasi tidak saja

menggambarkan kejadian petaka dibelahan bumi lain tetapi dengan video

real time. Seringkali penulis melihat tontonan ditelevisi maupun dimedia

informasi lainnya, mengenai terjadinya peristiwa alam yang disebabkan

oleh berguncangnya bumi secara tiba-tiba. Peristiwa ini sering kali terjadi

diseluruh dunia dan beberapa wilayah di tanah air, dengan berguncangnya

bumi secara tiba-tiba.

Hasil analisis peta resiko bencana Jawa Barat menunjukan bahwa

Tasik malaya merupakan salah satu wilayah dengan resiko bencana yang

cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan warna yang tedapat pada peta.

Warna yang terdapat pada peta menunjukan bahwa wilayah Tasikmalaya

berada pada zona merah, warna merah pada peta apabila dilihat dari

legenda merupakan warna yang ditunjukan untuk menjelaskan bahwa

1
2

kawasan tersebut merupakan sebuah kawasan yang sangat rawan atau

memiliki resiko bencana yang sangat tinggi.

Hasil analisis peta resiko bencana menggambarakan letak Kabupaten

Tasikmalaya dikelilingi zona merah yang artinya memiliki resiko bencana

sangat tinggi, (PUSDALOPS PB BPBD Kabupaten Tasikmalaya 2019)

sehingga pernah beberapa kali terjadi bencana alam gempa bumi salah

satunya terjadi sejarah gempa bumi tektonik terparah di Tasikmalaya

pada hari rabu 02 September 2009 (tepat pada 12 ramadhan 1430H) gempa

yang berkekuatan 7,3 Skala Richter. Gempa Bumi dirasakan seluruh

Pulau Jawa bahkan hingga Pulau Bali. Menurut data Rekapitulas dampak

kejadian bencana gempa bumi Jawa Barat akibat bencana ini sebanyak

63.717 rumah rusak berat dan sarana umumm lainnya seperti masjid yang

mengalami rusak berat, Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren,

sehingga kejadian gempa bumi menyebakan kepanikan dan trauma bagi

masyarakat khususnya santri yang tinggal di Pondok Pesantren yang

berasal dari luar Daerah.

Selain rawan pergerakan lempeng di Selatan Kabupaten Tasikmalaya,

Kabupaten Tasikmalaya khususnya Pondok Pesantren Riyadlul Huda

letaaknya relatif dekat dengan dengan gunungaapi aktif Galunggung. Jarak

tempuh antara Pondok Pesantren Riyadlul Huda menuju gunungapi

Galunggung hanya berkisar 20 KM saja, sehingga ancaman dari gunungapi

Galunggung pun cukup meresahkan karena apabila dilihat dari catatan

sejarah erupsi gunungapi Galunggung terakhir terjadi pada tahun 1983


3

yang membumi hanguskan hampir seluruh Tasikmalaya, yang pada saat ini

Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya masih dalam kondisi

menyatu, bukan hanya erupsi saja tapi disertai gempa yang

mengguncangkan Tasikmalaya. Kejadian mengerikan itu bukan tidak

mungkin akan terjadi lagi dimasa yang akan datang mengingat sudah 36

tahun sejak erupsi terakhir kalinya terjadi, bukti bukti tersebut sudah

memperlihatkan bahwa Jawa Barat merupakan kawasan yang rawan

bencana alam.

Bencana memiliki unsur kunci yakni sebuah resiko yang artinya

kemugkinan timbulnya kerugian seperti kematian, luka-luka, kehilangaan

harta benda, trauma yang mendalam dan lain lain, suatu bahaya atau suatu

ancaman bencana terhadap suatu wilayah dan pada suatu kurun waktu

tertentu. Tidak semua potensi bahaya alam akan menimbulkan resiko

bencana, apabila suatu pemerintah memiliki potensi bahaya terjadi disuatu

daerah dengan kondisi yang rentan, maka daerah tersebut beresiko terjadi

bencana. Konsep penanggulangan bencana di Indonesia saat ini telah

mengalami pergeseran dalam cara pandang (perubahan paradigma)

(Sadisum, 2008:3).

Perubahan paradigma ini diperkuat karena isu sentral bahwa

penanggulana bencana belum menjadi bagian arus utama pemerintah dan

pembangunan. Paradigma baru penanggulana bencana yang berkembang

antara lain menekankan terhadap pentingnya pemahaman dan pengetahuan

bencana dalam pembangunan, menejemen terpadu penangganan bencana,


4

mengembangkan mitigasi bencana berbasis masyarakat, dan mengelola

bencana dengan otonomi daerah.

Kaitan dengan isu sentral tersebut kemudian mengalami perubahan

dimasa kini karena beberapa peraturan dan program pemerintah sudah pro

pada proses penanggulangan di lingkungan pendidikan seperti sekolah

aman bencana dan satuan pendidikan aman bencana, yang artinya di

Pondok Pesantren seharusnya sudah mulai bersiap dengan mulai

menerapkan pembelajaran mengenai pengetahuan kesipasiapsiagaan,

dimulai dengan melakukan tindakan jangka pendek atau mengambil

langkah-langkah untuk memastikan individu atau kelompok tanggap

menghadapi bencana atau tidak. Pondok Pesantren merupakan sarana

lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat santri atau pelajar

untuk menetap dan tinggal di asrama selama pembelajaran berlangsung.

Santri yang tinggal di Pondok Pesantren Riyadlul Huda berasal dari

berbagai daerah. Tanggap atau tidaknya individu atau kelompok yakni

ditandai dengan siapnya sumber daya yang ada dilingkungan Pondok

Pesantren Riyadlul Huda dalam mengahadapi bencana dan kordinasi yang

baik dengan lembaga terkait yang mampu membantu dalam proses

penanggulangan

Pondok Pesantren Riyadlul Huda merupakan salah satu Pondok yang

berada di Kabupaten Tasikmalaya. Dilihat dari bangunanya Podok

Pesantren Riyadlul Huda tidak memiliki ruang terbuka yang luas karena

karena disebelah kanan dan kiri hanya terdapat banyak sekali bangunan
5

yang tinggi dan pohon-pohon yang besar. Lahan terbuka yang dimiliki

lingkungan Pondok Pesantren Riyadlul Huda adalah lapangan. Ketika

terjadi bencana alam gempa bumi seluruh santri akan menyelamatkan diri

kelapangan terbuka, hanya saja lapangan pesantren sulit dilalui karena

posisinya berada cukup jauh dari komplek asrama putri, ditambah jalannya

yang berlorong sempit hanya lebar jalannya mampu menampung 2 orang

saja dan jika sewaktu –waktu lari secara bersamaan tidak akan bisa

menampung. Adanya benteng-benteng yang tinggi dan jalur yang sempit

di lingkungan Pondok Pesantren Riyadlul Huda, ada positif dan

negatifnya. Positifnya proses keamanan dilingkungan Pondok Pesantren

Riyadlul Huda akan bagus dan disiplin, tidak akan adanya santri yang

keluar masuk komplek pesantren tanpa izin dari keamanan. Sedangkan

negatifnya adalah ketika terjadi bencana alam gempa bumi sewaktu-

waktu, maka santri harus mengantri tangga dan jalan yang sempit di bawah

apalagi untuk sekarang ini Pondok Pesantren Riyadlul Huda khususnya di

kawasan komplek asrama putri terus menerus adanya pembangunan

sehingga daerah kawasan asrama putri menjadi sempit dan sulit jika

sewaktu- waktu terjadi adanya bencana gempa bumi untuk menyelamatkan

diri.

Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung kesiapsiagaan

dilingkungan pondok-pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi bencana alam

gempa bumi meliputi pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana,


6

kebijakan dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem

peringatan bencana. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan

dari setiap individu. Pendidikan berarti suatu usaha untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman berbagai hal yang diajarakan baik dalam

kelas maupun diluar kelas. Santri yang tinggal di Podok Pesantren

Riyadlul Huda terdiri dari tingkat SD, SMP, SMA, Mahasiswa da santri

takhosus ( santri yang tidak bersekolah), santri yang bersekolah sedikitnya

akan memahami materi mengenai pengetahuan kesiapsiagaan bencana

gempa bumi, tetapi akan beda berbeda dengan santri takhosus (santri ang

tidak bersekolah), santri takhosus setiap harinya hanya mempelajari kitab

seperti ilmu fiqih, ilmu alat, tauhid dan nahwu

Peranan pesantren dalam upaya untuk menimalisir resiko untuk

santri diharusan memberikan pengetahuan dan pemahaman kesiapsiagaan

baik itu sebelum bencana, saat bencana, dan pasca bencana dengan tujuan

agar merata antara santri yang sekolah dan santri takhosus (tidak

bersekolah) setidaknya tahu dan mengerti pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan bencana karena bencana datang bisa kepada siapa saja dan

dimana saja.

Dengan dilakukan penelitian ini penulis akan mengukur pengetahuan

santri tingkat stanawi untuk melakukan tes dan mengkur kesiapsiagaan

santri dari mulai tingkat stanawi I, stanawi II dan tingkat stanawi III,

melakukan pengecekan kodisi lingkungan Pondok Pesantren, sarana

prasarana, mobilitas sumberdaya manusia dan kebijakan Pondok


7

Pesantren, dengan tujuan agar kedepannya jika hasil dari analisis

dilapangan rendah pihak dari Pondok Pesantren bisa memberikan izin

dan lembaga dari luar bisa memperhatikan dan melakukan kebijakan untuk

memberikan pengetahuan kepada santri mengenai materi kesiapasiagaan

dan bisa melakukan pelatihan dan sosialisasi

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan

penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda, dengan

judul “Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan

gempabumi untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya ?

2. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan santri stanawi terhadap kesiapsiagaan

bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya?

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi istilah-istilah sebagai

berikut:

1. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah-


8

langkah yang tepat guna dan berdaya guna (Undang-undang Republik

Indonesia No.24 Tahun 2007)

2. Bencana alam adalah sebuah akibat dari adanya kombinasi aktivitas

alami yaitu peristiwa fisik, misalnya gunung erupsi, gempa, tanah

longsor, serta adanya perbuatan manusia yang merusak bumi (Marlina,

2011).

3. Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi

daridalam perut bumi secara ti ba-tiba sehingga menciptakan gelombang

seismik yang ditandai patahnya lapisan batuan pada kerak bumi

(Supriono, 213:3)

4. Pondok pesantren, pesantren menurut pengertian dasarnya adalah

“tempat belajar para santri”.Adapun pondok berarti rumah atau tempat

tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu kata

“pondok”. Mungkin juga bersal dari bahasa Arab “Funduk”yang berarti

asrama .Jadi pondok pesantren adalah lembaga islam tertua di Indonesia

yang telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiar islam (Nasri dan

Sundarini,2004:26)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk

mengetahui yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan apa saja yang akan mendukung

kesiapsiagaan santri stanawi dalam menghadapi bencana alam gempa

bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih


9

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri stanawi dalam

mengahadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai kesiapsiagaan dalam mengahadapi bencana alam

gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Kegunaan Teoretis

a. Memberikan kontribusi ilmiahdalam ilmu Geografi Khususnya

mengenai kesiapsiagaan di Pondok Pesantren.

b. Guna menambah kepustakaan atas literatur ilmu pengetahuan

khususnya bidang studi geografi.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai pendalaman materi serta menambah

wawasan pengetahuan penulis terutama tentang kesiapsiagaan di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam menghadapi bencana alam

gempa bumi.
10

b. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi kepada pihak pemerintah Desa dan

Kabupaten untuk memberikan perhatian atau arahan mengenai kesiap

siagaan dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi kepada santri.

c. Bagi Santri

Memberikan informasi kepada pihak santri mengenai pentingnya

mengetahui dan meningkatkatan pengetahun teori kesiapsiapsiagaan

dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren

yang bisa datang kapan saja dan dimana saja

d. Bagi Pengelola Pesantren

Memberikan informasi kepada pihak pengelola pondok pesantren

untuk senantiasa meberikan kebijakan untuk memberikan peranannya

kepada santri agar senantiasa memberikan pembelajaran mengenai

pembelajaran umum kesiapsiagaan.


BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis

1. Kesiapsiagaan

a. Pengertian Kesiapsiagaan

Menurut LIPI–UNESCO/ISDR (2006:6) Kesiapsiagaan

merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di

dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini,

peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari

kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum

terjadinya suatu bencana. Pemahaman terhadap konsep kesiapsiagaan

yang sudah ada dan yang berkembang dimasyarakat dapat dikatakan

cukup beragam.

Menurut Nick Carter (1991) dalam LIPI-UNESCO ISDR

(2006), kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan

pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas dan

individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat

dan tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah dari

suatu rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya

dan pelatihan personil.

Kesiapsiagaan suatu komunitas selalu tidak terlepas dari

aspek-aspek lainnya dari kegiatan pengelolaan bencana (tanggap

11
12

darurat, pemulihan dan rekontruksi, pencegahan dan mitigasi). Umtuk

meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana diperlukan

langkah yang tepat dalaam pra-bencana dan keefektipan dari

kesiapsiagaan masyarakat dapat dilihat dari implementasi tanggap

darurat dan pelumihan pasca bencana. Sifat kedinamisan dalam

kesiapsiagaan harus di perhatikan karena tingkat kesipasiagaan dapat

menurun setiap saat dengan berjalannya waktu dan dengan terjadinya

perubahan-perubahan sosial-budaya, politik dan ekonomi dari suatu

masyarakat. Karena itu sangat diperlukan untuk selalu memantau dan

mengetahui kondisi kesiapsiagaan suatu masyarakat dan melakukan

usaha-usaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan tingkat

kesiapsiagaan tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapsiagaan dari suatu

komunitas terhadap bencana, yaitu; (1) external motivasi meliputi

kebijakan, pendidikan dan latihan, dana, (2) pengetahuan, (3) sikap,

dan (4) keahlian (Susanti 2014 dalam Citizen Corps, 2006).

Sebagai suatu bentuk reaksi terhadap situasi dan kondisi yang

ada, respon masyarakat tidak terbentuk dengan sendirinya. Situasi dan

kondisi yang dihadapi masyarakat serta kemampuan dan pengetahuan

yang dimiki oleh masyarakat yang menjadi stimulasi yang

membangun pemahaman dalam diri masyarakat kemudian diolah

menjadi respon. Dalam pemahaman ini, respon yang muncul sangat


13

dipengaruhi karakteristik dari stimulasi yang diterima, baik yang

berupa situasi dari luar maupun intervensi dari dalam berupa tingkat

kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki.

Pemahaman dalam konteks bencana ini menjadi dasar dalam

memahami respon yang dberikan masyarakat. Stimulasi yang diterima

dari luar berupa kejadian bencana dengan segala bencana kerusakan

dan resikonya, sedangkan asumsi yang bersal dari dalam berupa

tingkat kemampuan dan pengetahuan yang membentuk secara mandiri

dari berbagai pengalaman, proses belajar maupun pelatihan.

c. Elemen-elemen Penting Kesiapsiagaan

Usaha untuk mengembangkan dan memelihara suatu tingkat

kesiapsiagaan, dapat dilakukan untuk mengadakan elemen-elemen

penting berikut ini:

1) Kemampuan koordinasi semua tindakan (adanya mekanisme tetap

koodinasi

2) Fasilitas system operasional

3) Peralatan dan persediaan kebutuhan dasar atau supply.

4) Pelatihan

5) Kesadaran masyarakat dan pendidikan

6) Informasi

7) Kemampuan untuk menerima beban yang meningkat dalam situasi

darurat/kritis.
14

Khususnya fasilitas dan sistim operasional dari suatu

kesiapsiagaan, perlu disediakan elemen-elemen berikut ini:

1) Sitem komunikasi darurat/stand-by

2) Sistem peringatan dini

3) Sistem aktivasi organisasi darurat

4) Pusat pengendalian operasi darurat (sebagai pusat pengelola

informasi)

5) Sistem untuk survey kerusakan dan pengkajian kerusakan

kebutuhan

6) Pengaturan untuk bantuan darurat (makanan,

perlindungansementara, pengobata dan lainnya).

Fasilitas-fasilitas penting yang dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan kegiatan tanggap darurat secara memadai meliputi

sarana antara lain:

1) Fasilitas pertolongan darurat (SAR, Ambulance)

2) Rumah sakit/fasilitas kesehatan

3) Pemadam kebakaran

4) Pusat pengendalian operasi darurat

5) Sistem komunikasi darurat

6) Media informasi (Radio siaran, TV, dan lainnya)

7) Sistem cadangan tenaga listrik (PLN)

8) Penyediaan air bersih darurat (PAM/PDAM)

9) Jalur logistk darurat (Jalan/Jembatan/Pelabuhan/Bandara/KA)

10) Jalur pengungsian


15

11) Bangunan umum yang ama untuk perlindungan

(Sekolah/masjid dan lainnya).

d. Parameter Kesiapsiagaan

Kajian tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah menggunakan

framework yang dikembangkan LIPI bekerja sama dengan

UNESCO/ISDR Tahun 2006 dan terdapat lima parameter untuk

menilai indeks kesiapsiagaan bencana, yaitu:

1) Pengetahuan dan sikap

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci

untuk kesiapsiagaan Untuk mengetahui parameter dari indeks

tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang dan rendahnya tingkat

pengetahuan tersebut (Hidayati, 2011).

2) Kebijakan dan Kepanduan

Kebijakan kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan

merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga

bencana.

3) Rencana Untuk Keadaan Darurat Bencana Alam

Bencana ini menjadibagian penting dalam kesiapsiagaan,

terutama berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan

penyelamatan agar korban bencana dapat diminimalisirkan.

4) Sistem Peringatan Bencana

Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi

akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini,


16

masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk

mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan.

5) Mobilitas Sumberdaya

Sumberdaya yang tersedia, baik sumberdaya manusia (SDM),

maupun pendanaan dan sarana prasarana penting untuk keadaan

darurat merupakan potensi yang dapat mendukung ataupun

sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam.

Karena itu, mobilisasi sumberdaya menjadi faktor yang krusial.

Semakin tinggi kesiapsiagaan masyarakat maka semakin

tinggi pula masyarakat dalam menghadapi bencana. Hal ini

mampu mengurangi resiko akan terjadinya suatu bencana dan

mempermudah dalam hal penanggulangan bencana. Tingkat

kesiapsiagaan digolongkan menjadi 5 kategori dapat dilihat dalam

Tabel 2.1.
Tingkat Kesiapsiagaan
Indeks Nilai Kategori
80-100 Sangat siap
65-79 Siap
55-64 Hampir siap
40-54 Kurang siap
0-39 Belum siap
Sumber : LIPI_UNESCO/ISDR, 2006

e. Indikator Kesiapsiagaan

1) Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk

kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi


17

sikap dan kepedulian peserta didik untuk siap dan siaga dalam

mengantisipasi bencana.

2) Sistem Tanggap Darurat

Menurut Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulanan Bencana, Tanggap darurat bencana adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat

kejadiaan bencana untuk menanggani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi

korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,

pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana

dan sarana

3) Peringatan Dini

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulanan bencana, peringatan dini adalah serangkaian

kegiatan pemberian peringatan segera mungkin terjadinya bencana

pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi inormas

akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini,

masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk

mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan.

Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi, apa yang harus

dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimana


18

harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan

lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan.

4) Mobilitas Sumber Daya

Sumberdaya yang tersedia, baik sumber daya manusia (SDM),

maupun pendanaan dan sarana prasarana penting untuk keadaan

darurat merupakan potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya

menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam, karena itu,

mobilitas sumber daya menjadi faktor yang krusial. (Hidayati, 2006

:14-15).

Berdasarkan indikator kesiapsiagaan diatas yang diantaranya

pengetahuan dan sikap, sistem tanggap darurat, peringatan dini, dan

mobilitas sumber daya merupakan indikator yang akan digunakan

dalam penelitian, karena indikator kesiapsiagaan tersebut

merupakan hal dasar yang digunakan untuk mengetahui

kesiapsiagaan bencana dalam menghadapi bencana alam sehingga

adanya pengetahuan dan kesiapsiagaan saat menghadapi bencana

alam. Selain itu juga, berdasarkan pengamatan penghuni di

lingkungan Pondok Pesantren Riyadul Huda bahwa kebanyakan

santri dan penghuni lainnya kurangnya pengetahuan terhadap

kesiapsagaan bencana alam (Hidayati, 2006 :14-15)

2. Bencana Alam

Bencana alam adalah sebuah akibat dari adanya kombinasi aktivitas

alami yaitu peristiwa fisik, misalnya gunung erupsi, gempa, tanah


19

longsor, serta adanya perbuatan manusia yang merusak bumi (Marlina,

2011). Menurut United Nation Development Program (UNDP), bencana

adalah suatu kejadian yang ekstrim dalam lingkungan alam atau manusia

yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda

atau aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana. Definisi

bencana menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 adalah Peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam atau non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

a. Jenis-jenis Bencana

Menurut Undang-undang Nomer 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulanan Bencana, Bencana, bencana diklasifikasikan atas 3

jenis yaitu:

1) Bencana alam adalah yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angina topan, dan tanah.

2) Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal

teknologi, gagal modernisasi, epidem, dan wabah penyakit


20

3) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitasmasyarakat, dan teror.

Macam-macam bencana geologi meliputi:

1) Erupsi gunungapi

Erupsi gunungapi yaitu terjadi karena adanya pergerakan atau

aktivitas dari magma dari dalam perut bumi yang berusaha keluar

kepermukaan bumi. Erupsi gunungapi diklasifikasikan kedalam

empat sumber erupsi yaitu:

a) Erupsi pusat,erupsi yang keluar dari kawah utama.

b) Erupsi samping,erupsi yang keluar dari lereng tubuhnya.

c) Erupsi celah, erupsi yang muncul dari retakan/sesar dapat

memanjang sampai beberapa kilo meter.

d) Erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar

bukan dari kepundan pusat yang menyimpang kesamping

melainkan langsung dari dapur magmamelalui kepundan

tersendiri.

2) Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran bumi yang disebabkan oleh

pelepasan tenga secara cepat. Pada umumnya gempa bumi

disebabkan oleh pergeseran /penyesaran di dalaam kerak bumi.

Gempa bumi semacam ini disebut tektonik (Soetoto, 2016:98).


21

3) Tsunami

Beberapa peristiwa alam menjadi penyebab terjadinya tsunami:

a) Gempa bumi bawah laut

b) Letunasan gunung berapi dibawah laut

c) Terjadinya longsor di bawah laut

d) Adanya hantaran meteor

4) Gerakan Massa Tanah atau Air

Gerakaan massa adalah proses perpindahan suatu masa/tanah

akibat gaya gravitasi (Noor,2006). Proses terjadinya gerakan massa

diawali oleh air hujan dari proses siklus hidrologi yang jatuh

kepermukaan tanah, kemudian air tersebut akan meresap kealam

tanah sehingga akan menambah bobot taanah. Jika air tersebut

menembus sampai kelapisan tanah yang kedap air, lapisan tanah

yang kedap air tersebut akan berperan sebagai bidang gelincir.

Adanya bobot tanah dan bidang gelincir ditambah lagi dengan

adanya getaran (dari aktivitas manusia/alami) maka akan

menimbulkan gerakan massa yang bergerak mengikuti arah lereng.

5) Banjir

Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air

normal sehingga dari palung sungai yang menyebabkan genangan

pada lahan rendah di sisi sungai. Lazimnya banjir disebabkan oleh

curah yang tinggi diatas normal. Akibatnya, system pengaliran air


22

yang terdiri dari sungai dana lam sungaidan sungai alamiah serta

system saluran drainase dan kanal penampungan akumulaasi air

hujan sehingga meluap.

Kemampuan/ daya tampung sistem pengaliran air dimaksud

tidak selamanya sama, akan tetap berubah akibat sedimentasi,

penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah-manusia,

tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di

daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan

peningkatan debit banjir kareana debit/ pasokan air yang masuk

kedalam sistem aliran menjadi tinggi, atau melampaui kapasitas

pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam.

Hal ini menyebabkan terjadinya sedimentasi sistem pengaliran air

dan wadah air lainnya. Selain itu berkuranggnya daerah resapan air

yang merupakan kontribusi terhadap meningkatnya debit banjir.

Pada daerah pemukiman dimana telah padat dengan bangunan

sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Jika terjadi

hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan

menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistem

pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan

mengakibatkan banjir.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian mengenai gempa

bumi termasuk pada bencana yang diakibatkan oleh alam. Adapun

peraturan mengenai mitigasi bencana di Indonesia pemerintah telah


23

mengeluarkan berbagai perundang-undangan dan peratutan

mengenai bencana dengan harapan bahwa upaya pengganan akan

memiliki landasan hukum yang pasti. Bencana alam selalu

menimbulkan keresahan pada masyarakat, baik pada saat pra

bencana, masa tanggap darurat bencana, maupun pada masa pasca

bencana, karena dapat mengganggu keberlanjutan kehidupan pada

kawasan tersebut. Secara horizontal bencana alam dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana aktual dan potensial.

Bencana aktual merupakan bencana yang terjadi saat ini, bersifat

secara tiba-tiba, cepat, daerahnya sempit, dan korban jiwanya

relatif sedikit jika bandingkan dengan bumi secara keseluruhan.

Bencana ini berdampak psikologi yang besar pada masyarakat yang

terdampak bencana, bukan pada masyarakat bumi umumnya.

Bencana aktual ini dapat dibedakan atas bencana yaitu banjir,

kebakaran, gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, banjir

bandang, longsor/gerakan tanah, dan bencana sosial lainnya.

Bencana alam potensial merupakan bencana alam yang terjadi

perlahan, waktu yang lama, dalam wilayah yang sangat luas, dan

menimbulkan bahaya yang mematikan serta berdampak untuk

semua kehidupan dimuka bumi. Bencana alam potensial seolah-

olah dianggap bukan sebagai suatu bencana, karena dampak dari

bencana ini terjadi untuk generasi yang akan datang akibat


24

perbuatan generasi sekarang yang terlalu mengeksploitasi

sumberdaya alam (Ramli, 2011).

b. Faktor-Faktor Bencana Alam

Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam natural disaster

maupun oleh manusia man-made disaster (Wiarto, 2013). Berikut

faktor-faktor yang mempengaruhi bencana alam yaitu:

1) Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia

(man-made hazards) yang menurut Unaited Nations International

Strategy for Disaster Reduction (UN_ISDR) dapat dikelompokan

menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya

hidrometeorologi (hydrometerological hazards), bahaya biologi

(biological hazards) bahaya teknologi (technological hazards) dan

penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).

2) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat,

infrastruktur beserta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang

beresiko bencana.

3) Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen yaitu ada di dalam

masyarakat

Suatu kejadian dapat dikatakan bencana apabila sudah

terdapat korban jiwa maupun kerugian harta benda yang

disebabkan oleh kejadian tersebut namun suat kejadian jika tidak

menimbulkan korban atau kerugian harta benda maka kejadian

tersebut belum bisa dikatakan sebagai bencana.


25

Sebagian orang beranggapan bahwa bencana semata-mata

karena takdir dari Allah. Namun sesungguhnya sunnatullah itu

berlangsung ketika manusia lupa akan tugas-tugas kekhilafahan di

atas bumi. Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi

aktivitas alam (gunung erupsi, gempa bumi, tanah longsor) dan

aktivitas manusia. Faktor ketidak berdayaan manusia, akibat

kurang baiknya manajemen keadaan darurat, ssehingga

menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan stuktural,

bahkan kematian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 200)

َ ‫أَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اصْ بِرُوا َو‬


َ‫صابِرُوا َو َرابِطُوا َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan

negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."

(QS. AR-RUM : 41 menerangkan)


۟ ُ‫ْض ٱلَّ ِذى َع ِمل‬
َ‫وا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدى ٱلن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْٱلفَ َسا ُد فِى ْٱلبَ ِّر َو ْٱلبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬

Artinya “telah terjadi bencana di daratan dan di lautan yang terjadi

karena ulah manusia…”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah ingin mengingatkan

kepada manusia bahwa bencana yang terjadi di daratan dan di laut

merupakan akibat dari ulah manusia itu sendiri. Hal ini

menunjukan bahwa bencana bukan inisiatif dari Allah, seperti

menghukum, menguji, maupun memperingati umat manusia.


26

Banyak bukti –bukti yang menunjukan bahwa manusia penyebab

dari bencana yang terjadi, sebagai contoh dengan penggundulan

hutanyang berlebihan, perusakan laut dengan mengekploitsasi

sumber daya yang ada di lautan semua hanya untuk memenuhi

kepuasan sesaat manusia. Hal ini juga tidak dengan dibarengi

upaya untuk penyeimbangan alam agar ekosistem yang ada

berjalan dengan dinamis.

Bencana yang terjadi setidaknya memunculkan dua rumusan

teknologi dalam pandangan agamawan, yaitu rumusan positif dan

rumusan negatif. Rumusan teknologi positif ialah penafsiran yang

cenderung menyalakan dan menyudutkan korban bencana. Bencana

yang terjadi karena kelalaian manusia dari tidak ada campur tangan

dari Tuhan dan husnuzhon (berbaik sangka) dan Dia tetap terjaga

dari kesalahan. Sedangkan rumusan teknlogi negatif

mengasumsikan bahwa bencana merupakan ”ujian” Tuhan untuk

umat yang dicintaiNya. Secara implisit teknologi negatif ini

menyalahkan Tuhan dengan menunjukan sikap kecewa kepada

Tuhan, ketika cobaan yang datangtidak kunjung habis,maka yang

muncul adalah sikap teologis yang sempit. Dalam berbagai

tempat,agama memiliki peran dalam penanggulanan dampak

bencana dan mengurangi resikonya. Setiap bencana yang terjadi

didalamnya akan timbul beragai pemahaman dan reaksi yang

sebagainnya di dasari pada pemahaman agama. Namun ia


27

mengakui adanya sebagian golongan dalam kepercayaan agama

yang salah dalam menetapkan agama khususnya dalam

menghadapi bencana. Disinilah perlu dikembangkan dialog apa

yang dipahami menurut ilmu pengetahuan , juga apa yang dimaknai

masyarakat. Demikian terbangun sebuah cara pandang integral

terhadap bencana yang berpengaruh pada berbagai usaha mitigasi

yang akan dilakukan.

3. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran bumi yang disebabkan oleh pelepasan

tenga secara cepat. Pada umumnya gempa bumi disebabkan oleh

pergeseran /penyesaran di dalaam kerak bumi. Gempa bumi semacam

ini disebut tektonik (Soetoto, 2016:98). Gempa bumi terjadi karena

gesekan adanya gesekan antar lempeng-lempeng tektonik dibawah

permukaan bumi. Pergesekan ini mengeluarkan energi yang luar biasa

besar dan menimbulkan goncangan di permukaan (Chirstanto,2011:11).

Dari pengertian ini makagetaran bumi yang disebabkan oleh pabrik, lalu

lintas, dan pukulan gelombang tidak digolongkan kedalam gempa bumi

meskipun getarannya tercatat oleh seismograf.

a. Karakteristik Gempa Bumi

1) Tidak dapat dicegah,

2) Peristiwanya dapat mendadak dan mengejutkan,


28

3) Waktu terjadinya,lokasi pusatnya dan kekuatanya tidak dapat

diprakirakan secara tepat oleh siapapun termasuk oleh pakar

gempa bumi.

Sisi waktu kejadian bencana dapat bersifat quick on-set atau

sudden on-set. Karakteristik bencana quick-on-set yaitu terjadi

secara mendadak atau tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda terlebih

dahulu.

b. Penyebab Gempa Bumi

Terjadinya gempa bumi merupakan hasil fenomena alam dan

perbuatan manusiayang dapat diakibtkan oleh

1) Akibat meteor yang jatuh

2) Aktivitas gunung berapi

3) Ledakan bawah tanah akibat nuklir

Kebanyakan gempa bumi disebakan dari pelepasan energi

yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan

yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan

akhirnya mencapai dalam kedaan dimana tekanan tersebut tidak

dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah

gempa bumi akan terjadi.

Gempa bumi biasanya terjadi diperbatasan lempengan-

lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya

terjadi diperbatasan lempengan konfresional dan tranlasional.

Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena


29

materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi

fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi

lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung

berapi. Gempa bumi seperti itu dapat terjadi gejala akan terjadi

letusan gunung berapi.

Gempa bumi yang paling membahayakan adalah gempa

bumi akibat pelepasan energi karena kontrasi tegangan yang

tinggi pada kerak bumi.

c. Jenis Gempa Bumi

Menurut Christanto (2011:41), faktor penyebab gempa bumi

dapat dibedakan menjadi:

1) Gempa Bumi Tektonik (Tectonick Earhtquake)

Gempa umi ektonik (tectonick arhtquake) yaitu gempa

bumi yang disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik yang

berupa pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak

yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecl hingga yng

sangat besar.

2) Gempa vulkanik (Vulcanic Earhtquake)

Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang terjadi

akibat adanya aktivitas volkanisme.

3) Gempa Bumi runtuhan (Sudden Ground Shanking)

Gempa bumi runtuhan adalah gempabumi yang terjadi

akibat runtuhan atap gua atau daerah kosong dibawah lahan


30

mengalami keruntuhan, runtuhnya atap tambang, runtuhnya

tanah, runtuhnya batuan, dan sebagainya.

4) Gempa Bumi Tumbukan

Gempa Bumi tumbukan terjadi akibat adanya jatuhnya

asteroid kebumi.

5) Gempa Bumi buatan

Gempa bumi buatan terjadi Karena ulah manusia itu sendiri,

seperti peledakan dinamit, nuklir, dan bom dengan kekuaan

yang sangat besar.

4. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar

para santri”. Adapun pondok berarti rumah atau tempat tinggal

sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu kata “pondok”.

Mungkin juga berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti asrama.

Jadi pondok pesantren adalah lembaga islam tertua di Indonesia yang

telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiar islam (Nasri dan

Sundarini, 2004: 26).

b. Elemen Dasar sebuah Pesantren

Pondok, mesjid, santri, pengajaran kitab klasik dan kyai adalah

lima elemen dasar tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga

pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen


31

tersebut berubah statusnya menjadi pesantren (Dhofier dan

Zamakhsyari 2011 : 79).

c. Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional. Kedudukan pondok bagi para santri

sangatlah esensial sebab didalamnya santri tinggal, belajar dengan

kontrol seorang ketua asrama atau Kiyai yang memimpin pesantren

tersebut. Santri tinggal di asrama berarti dengan mudah kiai mendidik

dan mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan.

Bangunan pondok pada setiap pesantren berbeda-beda, berapa

jumlah unit bangunan secara keseluruhan yang ada pada setiap

pesantren ini tidak bisa ditentukan, tergantung pada perkembangan

dari pesantren tersebut. Pada umumnya pesantren membangun pondok

secara tahap demi tahap, seiring dengan jumlah santri yang masuk dan

menuntut ilmu di pesantren tersebut.

1) Mesjid

Elemen penting lainnya dari pesantren adalah adanya mesjid

sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri baik

untuk pelaksanaan shalat lima waktu, shalat jumat, khutbah

maupun pengajaran kitab-kitab. Seorang Kiai biasanya pertama-

tama akan mendirikan mesjid di dekat rumahnya, hal ini dilakukan

karena kedudukan mesjid sebagai sebuah pusat pendidikan dalam

tradisi islam merupakan manifestasi universal dari sistem


32

pendidikan islam tradisional. Dimanapun kaum muslimin berada,

mereka selalu menggunakan mesjid sebagai tempat pertemuan,

pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural.

2) Santri

Santri yaitu orang yang taat menjalankan dan melaksanakan

perintah agama islam. Menurut pengertian yang dipakai dalam

lingkungan orang-orang pesantren dan santri yang tinggal dalam

pesantren untuk mempelajari kitab-kitab klasik. Menurut Dhofier

(2011 : 89) santri dalam dunia pesantren dikelompokan menjadi 2

macam, yaitu:

3) Santri Mukim

Santri mukim adalah santri yang selama menuntut ilmu tinggal

di dalam pondok yang disediakan oleh pihak pesantren, biasanya

mereka tinggal dalam satu kompleks yang berwujud kamar-kamar.

Satu kamar biasanya di isi lebih dari tiga orang, bahkan terkadang

sampai 10 orang lebih.

4) Santri Kalong

Santri kalong adalah santri yang tinggal di luar komplek

pesantren, baik di rumah sendiri maupun di rumah-rumah

penduduk di sekitar lokasi pesantren, biasanya mereka datang ke

pesantren pada waktu ada pengajian atau kegiatan-kegiatan

pesantren yang lain.


33

Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena

berbagai alasan diantaranya yaitu ia ingin mempelajari kitab-kitab lain

yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan

kyai yang memimpin pesantren.

Dari pengertian diatas Pesantren merupakan sebuah

Pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar

di bawah bimbingan guru yang lebih dikeal dengan sebutan Kyai yang

mempunyai asrama untuk menginap. Siswa yang tinggal di Pesantren

di sebut Santri yang datang dari berbagai daerah luar maupun dari

dalam bertujuan untuk mempelajari ilmu agama atau kitab-kitab yang

membahas Islam secara mendalam di bawah bimbingan Kyai yang

memipin pesantren.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang sebelumnya pernah

dilakukan oleh peneliti dengan tema yang sejenis. Dalam penelitian ini

perbedaan penelitian yang relevan pertama adalah Dhea Cahya Nugraha

(2019) dengan judul Tingkat Pemahaman Peserta Didik tentang Mitigasi

Bencana Gempa BUMI Dalam Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana (Studi

Pada Siswa Kelas XI IPS di SMAN 5 Kota Tasikmalaya) dengan penelitian

Elin Cherlina (2019) dengan judul Analisis Kebutuhan Air Domestik Bagi

Pondok Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.
34

Tabel 2.2
Penelitiaan Relevan

Aspek Penelitian yang Relevan Penelitian yang Penelitian yang Sedang


Relevan Berlangsung
Nama Dhea Cahya Nugraha Elin Cherlina (2019) Esi Esriani (2020)
(2019)
Judul Tingkat Pemahaman Anslisis Kebutuhn Air Tingkat Pengetahuan
Peserta Didik Tentang Domestik Bagi Santri Stanawi Dalam
Mitigasi Bencana Gempa Pondok Pesantren Di Menghadapi
Bumi Dalam Desa Sukarapih Kesiapsiagaan Bencana
Kesiapsiagaan Kecamatan Sukarame Alam Gempa Bumi di
Menghadapi Bencana Kabuaten Pondok Pesantren
(Studi Pada Siswa Kelas Tasikmalaya Riyadlul Huda Desa
XI IPS di SMAN 5 Kota Sukarapih Kecamatan
Tasikmalaya) Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya.
Lokasi SMA Negeri 5 Kota Pondok- Pesantren Di Pondok Pesantren
Tasikmalaya Desa Sukarapih Riyadlul Huda
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten
Tasikmalaya
Rumusan 1. Bagaimana tingkat 1. Bagaimana a) Bagaimana peranan
Masalah pemahaman peserta karakteristik Pesantren dalam
didik tentang mitigasi sumber air mengahadapi
bencana gempa bumi domestik bagi kesiapsiagaan
terhadap kesiapsiagaan pondok pesantren gempabumi untuk
dalam menghadapi di Desa Sukarapih Santri Stanawi di
bencana di SMAN 5 Kecamatan Pondok-Pesantren
Kota Tasikmalaya? Sukarame Riyadlul Huda Desa
2. Bagaimana tingkat Kabupaten Sukarapih Kecamatan
kesiapsiagaan peserta Tasikmalaya? Sukarame Kabupaten
didik dalam 2. Bagaimana Tasikmalaya ?
menghadapi bencana pemenuhan b) Bagaimana tingkat
gempa bumi di SMAN kebutuhan air kesiapsiagaan santri
5 Kota Tasikmalaya? domestik bagi stanawi terhadap
pondok pesantren kesiapsiagaan
di Desa Sukarapih bencana alam gempa
Kecamatan bumi di Pondok
Sukarame Pesantren Riyadlul
Kabupaten Huda Desa Sukarapih
Tasikmalaya? Kecamatan Sukarame
Kabupaten
Tasikmalaya?

Sumber: Studi Pustaka, 2020


35

C. Kerangka Penelitian
Latar Belakang
Gempa bumi merupakan penomena alam yang tidak dapat di prediksi dan bisa terjadi kapan saja.
Tasikmalaya terdapat banyak sekali Pondok- Pesantren salah satunya Podok- Pesantren Riyadlul Huda yang
berasal dari berbagai macam daerah dari mulai usia tingkat SD, SMP, SMA, MAHASISWA, TAKHOSUS (santri
tidak bersekolah).

Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi untuk Santri Stanawi di
Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya ?
2. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok
Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya?

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apasaja yang menjadi pendukung kesiap siagaan dilingkungan Podok-
Pesantren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamaatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dalam
menghadapi bencana alam gempa bum.
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman santri terhadap kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di
lingkungan Pondok Pesanren Riyadlul Huda di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya.
Hipotesis Kajian Teori:
a. peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan
1. Kesiapsiagaan
gempabumi untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul
2. Benacana Alam
Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten
3. Gempa bumi
Tasikmalaya diantaranya memeberikan pengetahuan, sarana
4. Pondok pesantren
prasarana, mobilitas sumberdaya manusia dan kebijakan masih
rendah Teknik Penelitian
b. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan Observasi, Wawancara,
bencana alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Kepustakaan, Tes, Dokumentasi,
Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame kabupaten Tasikamalaya Kuesioner
Kurang Siap
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Metode deskriptif
1. Peranan pesantren dalam mengahadapi kesiaoapsiagaan gempa bumi dengan pendekatan
untuk santrri stanawi di pondok pesantren riyadlul huda Desa Sukaraih kuantitatatif
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya mengacu kepada indek
pennegetahuan LIPI_UNESCO/ISDR, 2006 nilainya masih dibawah
rata-rata termasuk kategori rendah
2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana
alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame kabupaten Tasikamalaya Kurang Siap

Gambar 2.3
Kerangka Penelitian
36

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat terhadaap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010 :

110). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi

untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya diantaranya

kondisi lingkungan pesantren, sarana prasarana, mobilitas suberdaya

manusia, kebijakan.

2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana

alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya relative rendah di ukur

berdasarkan parameter siap, hamper siap, kurang siap, tidak siap.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitiaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang mengolah dan

menginterpretasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan.

Penggunaan metode deskriftip dalam penelitian ini dimaksud untuk

mencapai tujuan dan mengungkapkan fakta tentang tingkat pengetahuan

santri stanawi dalam mengahadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi

di Pondok Pesantren Riyadlul Huda.

The Liang Gie mengemukakan mengenai penegrtian metodologi dalam

Sumaatmadja (1988:75) bahawa metodologi merupakan ilmu tentang

metode ,studi tentang metode, khususnya metode ilmiah, yaitu cara-cara

yang dipakai untuk mengejar suatu bidang ilmu. Alasan peneliti

menggunakan metode ini karena metode ini sesuai dengan masalah yang

diteliti dan penelitian ini akan menafsirkan serta menuturkan data-data yang

ada. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dalam

hal ini mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung kelapangan

serta memberikan kuesioner berupa pertanyaan mengenai pemahaman

kesiapsiagaan santri. Penggunaan metode deskriftif kuantitatif dalam

pnelitian ini dimaksudkan untuk pencapaian tujuan penelitian dan

mengungkapkan fakta tentang kesiapsiagaan Santri tingkat stanawi dalam

37
38

menghadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya.

B. Variabel Penelitian

Sugiono (2017: 39) menegemukakan suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi untuk

Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya diantaranya:

a. Memberikan Pengetahuan

b. Sarana Prasarana

c. Mobilitas sumberdaya Manusia

d. Kebijakan

2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan bencana

alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya relative rendah di ukur

berdasarkan parameter:

a. Siap

b. Hampir Siap

c. Kurang Siap

d. Tidak Siap
39

C. Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka

harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik

penggunaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Teknik Observasi

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang akan

diselidki secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan

untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, pengamatan disisni

diartikan lebih sempit yaitu pengamatan dengan menggunakan indra

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(Achmadi, 2010:70)

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik

atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2015 : 220).

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kelakukuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dalam observasi

dapat kita peroleh gambaran yang lebeih jelas tentang kehidupan sosial,

yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi juga dilakukan bila

belum banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita miliki.

Observasi dilakukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai

eksplorasi.
40

Dalam garis besarnya dapat dilakukan dengann (1) dengan

partisipasi pengamat jadi sebagai partisipan atau (2) tanapa partisipan

pengamat jadi sebagai non-partisipan (Nasution, 2012 : 106).

b. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan percakapan anatara dua orang

atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.

Tujuan dari wawancara adalah untik mendapatkan informasi yang tepat

dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada

narasumber. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung dengan

cara pertanyaan disiapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan wawancara

dilakukan oleh pewawancara dan narasumber, wawancara dapat

dilakukan dengan narasumber agar mampu menghasilkan jawaban

berupa data data secara langsung dengan orang yang memeliki

keterkaitan dengan topik yang sedang diteliti. Syarat narasumber juga

selain dapat dipercaya, juga memiliki pengetahuan yang baik mengenai

topik yang sedang diteliti.

c. Studi Kepustakaan/Literatur

Studi kepustakaan atau dikenal juga dengan studi literature

merupakan pedoman untuk memberikan arah dan data yang berkaitan

dengan interaksi sosial masyarakat, mengenai teori serta prinsip dari

buku-buku, internet maupun kepustakaan laiinnya yang relevan. Studi

literature ini dipergunakan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-


41

konsep sebagai bahan pembanding, penguat atau penolakan terhadap

temuan hasil penelitian, dan untuk mengambil kesimpulan.

d. Kuesioner

Sugiono (2017:142) mengatakan bahwa kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden

e. Tes

Tes adalah tindakan atau percobaan yang disengaja untuk

mengetahui seberapa baik sesuatu bekerja. Tes merupakan cara untuk

memeriksa pengetahuan atau pemahaman seseorang.

f. Dokumentasi

Studi dokumentasi atau studi dokumenter (documentary study)

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar

maupun elektronik (Sukmadinata, 2015:221).

D. Instumen Penelitian

Menurut Sugiono (2010:148) “instrument penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang

diamanti”. Adapun instrumen yang penulis gunakan dalam penelitiann ini

adalah sebagai berikut:


42

1. Pedoman Observasi Lapangan

Merupkan alat untuk mengumpulkan data dan pengamatan

langsung dilapangan. Dalam pengamatan ini, penulis menertakan

beberapa pertanyaan yang harus dijawab sendiri melalui pengamatan

langsung terhadap objek yang sedang diteliti.

a. Nama Pondok-Pesantren :………………………

b. Pendiri Pondok Pesantren :………………………

c. Pengelola Pondok- Pesantren :………………………

d. Alamat :……………………...

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dilakukan dengan mengumpulkan data

melalui wawancara langsung kepada informasi. Dengan penelitian ini

penulis mengajukan pertanyaan kepada Rois Pondok Pesantren Riyadlul

Huda.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

(Sugiyono,2017 :137).

a. Identitas Responden

Nama :

Jabatan :

b. Pertanyaan
43

1) Apa yang anda ketahui mengenai bencana alam dan mitigasi

bencana?

2) Apa yang anda ketahui mengenai gemmpa bumi?

3) Apakah di Pondok Pesantren sudah terdapat jalur evakuasi?

4) Sarana prasarana apa saja yang sudah tersedia di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda?

5) Apa sarana prasarana yang berada di Pondok Pesantren Riyadliul

Hida dapat mendukung kegiatan mitigasi bencana?

3. Pedoman Kuesioner

Pedoma kuesioner yaitu alat yang digunakan untuk pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini

pedoman kuesioner akan dibagikan kepada santri pondok pesantren

Riyadlul Huda.

A. Identitas Responden

Nama :

Usia :

Alamat ;

Pendidikan :

B. Petunjuk Pengisian

Isilah daftar pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda

silang (X) pada salah satu pilihan dan jawaban

1. Pengetahuan
44

1) Menurut anda apa yang dimaksud dengan bencana alam?

a. Rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupam manusia

b. Peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam dan non-alam

yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia dan

kerugian material

c. Peristiwa pengrusakan yang diakibatakan ulah manusia

d. Kejadian luar biasa

4. Tes

Tes adalah tindakan atau percobaan yang disengaja untuk

mengetahui seberapa baik sesuatu bekerja. Tes merupakan cara untuk

memeriksa pengetahuan atau pemehaman seseorang. Tes yand digunakan

dalam penelitian ini merupakan tes objektif berupa tes tertulis dalam

bentuk pilihan ganda (PG). Instrumen ini berbentuk pilihan ganda dengan

pilihan jawab 5 options dengan jumlah soal sebanyak 50. Tes diberikan

kepada santri di Pondok Pesantren Riyadlul Hada dari mulai tingkat

stanawi 1, tingkat stanawi 2 dan tingkat stanawi 3. Soal yang benar akan

diberi nilai 1 dan yang salah diberi nlai nol (0).

Kisi-kisi instumen merupakan pedoman dalam merumuskan

pertanyaan intrumen yang diturunkan dari varabel eveluasi yang akan

diamati. Agar penelitian lebih mudah, maka sebelum instumen disusun

harus dibuat dulu kisi-kisi penyusun instumen tersebut. Adapun kisi-kisi

instrument penelitian yang diukur pada ranah kognitif menenai


45

pengetahuan kesiapsiagaan santri tingkat stanawi dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi disajikan pada tabel 3.1

Tabel 3.1
Kisi-kisi Tes
Nomor
No Variabel Indikator Tingkat Santri
Pertanyaan

1. Pengetahuan santri tentang bencana alam


Memberikan 2. Pengetahuan santri tentang gempa bumi
1. Pengetahuan 1-30
3. Jalur evakuasi dan denah lokaasi

Sarana 1. Infrastruktur Pesantren


Prasarana
2.
2. Komunitas Santri Siap Siaga
31-39
3. Tesrsedianya rencana pertolongan
pertama
Mobilitas 1. Tersedianya tim yang bertugas untuk
Sumberdaya keadaan darurat
3. Manusia 40-47
2. Adanya keterlibatan pesantren dalam
jaringan kesiapsiagaan bencana

Kebijakan 1. Aturan yang ada di Pesantren


4 48-50
2. Tersedianya rencan pesantren aman bencana

Sumber: Penulis, 2020

A. Identitas

Nama :

Usia :

Alamat :

Pendidikan :

Tingkat/ kelas :
46

B. Petunjuk Pengisian

Isilah daftar pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang

(X) pada salah satu pilihan jawaban

1. Pengetahuan

1) Yang merupakan pengertian bencana alam adalah?

a. Kejadian alam yang berasal dari tenaga dari dalam bumi

b. Bencana ayang berkaitan dengan aktivitas Industri

c. Kerusakan akibat kerusuhan sosial/politik

d. Suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar

bagi populasi manusia

E. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument dilakukan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda,

santri di Pondok Pesantren Riyadlul Huda berjumlah 455 orang dengan

berbagai tingkatan. Uji instrument dilakukan di tingkat jam`ul dengan

tujuan agar bisa mengetahui layak dan tidaknya soal tes tersebut untuk

diberikan kepada santri tingkat stanawi I, stanawi II dan tingkat stanawi

III.Uji coba instrument Pengujian ranah kognitif saat itu santri jam`ul yang

hadir 25 orang dimulai santri putra dan putri.

Uji instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini harus

memenuhi persyaratan. Instrumen penelitian pada umumnya harus

mempunyai dua syarat penting yaitu valid dan reliable. Berdasarkan hal

tersebut, agar instrument penelitiannya baik maka penelitian menguji

validitas dan reabilitasnya.


47

1. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai

tingkat validitas yang tinggi, sebaliknya jika instrumen kurang valid

berarti memiliki validas rendah. Untuk mengukur validitas suatu

instrument digunakan rumus product moment yaitu

n ∑ x y−(Σx)(Σy )
r xy = 2
√ [ nΣx ²− ( Σx ) ] ¿ ¿ ¿
Keterangan :

r xy= koefisien korelasi


∑ x = jumlah pengamatan variabel x
∑ y = jumlah pengamatan variabel y
∑ xy = jumlah hasil perkalian X dan Y
(∑ x ²) = jumlah kuadrat dari pengamatan variabel X
(∑ x )² = jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y
(∑ y ²) = jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y
(∑ y )² = jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel y
n = jumlah banyaknya data

Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas butir soal dengan tabel

tingkat signifikasi uji satu satu arah .di lihat dari tabel 3.2

Tabel 3.2
Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Kognitif
Soal Nilai Sig. > atau < Nilai 0,05 Kesimpulan
nomor validitas soal
S1 0,002 < 0,05 Valid
S2 0,883 > 0,05 Tidak Valid
S3 0,002 < 0,05 Valid
S4 0,002 < 0,05 Valid
48

S5 0,000 < 0,05 Valid


S6 0,966 > 0,05 Tidak Valid
S7 0,003 < 0,05 Valid
S8 0,003 < 0,05 Valid
S9 0,000 < 0,05 Valid
S10 0,003 < 0,05 Valid
S11 0,000 < 0,05 Valid
S12 0,003 < 0,05 Valid
S13 0,003 < 0,05 Valid
S14 0,691 > 0,05 Tidak Valid
S15 0,127 > 0,05 Tidak Valid
S16 0,930 > 0,05 Tidak Valid
S17 0,000 < 0,05 Valid
S18 0,000 < 0,05 Valid
S19 0,000 < 0,05 Valid
S20 0,000 < 0,05 Valid
S21 0,003 < 0,05 Valid
S22 0,002 < 0,05 Valid
S23 0,000 < 0,05 Valid
S24 0,000 < 0,05 Valid
S25 0,000 < 0,05 Valid
S26 0,000 < 0,05 Valid
S27 0,003 < 0,05 Valid
S28 0,000 < 0,05 Valid
S29 0,000 < 0,05 Valid
S30 0,002 < 0,05 Valid
S31 0,002 < 0,05 Valid
S32 0,002 < 0,05 Valid
S33 0,068 > 0,05 Tidak Valid
S34 0,000 < 0,05 Valid
49

S35 0,000 < 0,05 Valid


S36 0,000 < 0,05 Valid
S37 0,000 < 0,05 Valid
S38 0,000 < 0,05 Valid
S39 0,000 < 0,05 Valid
S40 0,000 < 0,05 Valid
S41 0,000 < 0,05 Valid
S42 0,000 < 0,05 Valid
S43 0,003 < 0,05 Valid
S44 0,003 < 0,05 Valid
S45 0,040 < 0,05 Valid
S46 0,040 < 0,05 Valid
S47 0,003 < 0,05 Valid
S48 0,002 < 0,05 Valid
S49 0,003 < 0,05 Valid
S50 0,002 < 0,05 Valid

Sumber: Hasil Olah Data 2020

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal, maka diperoleh

45 soal yang dapat dikatakan valid atau soal tersebut dapat dipakai, yaitu

nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 17,18,19,20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 49, 50.

2. Uji Reabilitas

Realibilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu

instrumen. Selain itu menurut Arikunto (2006:86) menyebutkan bahwa

realibilitas adalah ukuran yang menyatakan tingkat konsisten suatu soal

tersebut. Realibilitas butir soal diketahui dengan menggunakan rumus


50

Kuder-Richardso dengan rumus KR 20, dengan rumus

k s 2t −Σ P ⋅q
r 11 =
( k−1 )( s2❑ )
Keterangan: K = Jumlah item pada instrument

P = proporsi banyaknya subjek yang menjawab bener

q = 1- p

S2t = varians total

Rumus varian total =

2
2 (∑ x t )
2
∑x − t
n
S=
t
n

n = Jumlah Responden

Adapun hasil pengujian reliabilitas soal tersebut dapat dilihat pada Tebel

3.3

Tabel 3.3
Kriteria Hasil Pengujian Reliabilitas
No. Reliabilitas Kategori
1 0,800 sd 1,000 Sangat Tinggi
2 0,600 sd 0,799 Tinggi
3 0,400 sd 0,500 Cukup
4 0,200 sd 0,399 Rendah
5 > 0,200 Sangat Rendah

Sumber: Hasil Olah Data 2020


51

Setelah di bandingkan dengan tabel kriteria reliabilitas maka nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,954 Terdapat pada kategori Sangat Tinggi.

Sehingga dapat diketahui bahwa soal uraian tersebut sudah baik dan tidak

perlu diganti

Tabel 3.4
Hasil Uji Reabilitas Butir Soal
Reabilility Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.954 50

Sumber: Hasil Olah Data 2020

Interpretasi hasil out put spss sbb: berdasarkan nilai Cronbach’s

Alpha pada tabel Reliability Statistic diperoleh nilai sebesar 0,954.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono, (2017:80) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi merupakan keseluruhan objek

penelitian yang dijadikan sebagai responden untuk menjawab masalah

penelitian.

Populasi dalam sampel ini bersifat homogen dan populasi dalam

penelitian ini adalah Santri pada tingkat stanawi. Santri pada tingkat

stanawi terdiri dari dua kelompok yaitu Santri formal (Santri yang

modok di pesantren Riyadlul Huda dan sedang menempuh Sekolah

Menengah Atas) dan Santri non formal (Santri yang hanya mondok di
52

Pesantren Riyadlul Huda). Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu:

132 orang santri di tingkat stanawi terdiri dari stanawi 1, 2 sampai 3

yang bersekolah di bangku tingkat SMA dan takhosus (tidak

bersekolah) , Rois Pesantren dan Pengurus Pesantren.

Tabel 3.5
Populasi Penelitian
NO Tingkat/Kelas Sekolah Jumlah Santri
1 1 Stanawi Formal 40
Non formal 22
2 2 Stanawi Formal 32
Non formal 7
3 3 Stanawi Formal 19
Non formal 11
4 Rois Pesantren 2
5 Pengurus 10
Pesantren
Total 132

Sumber: Penulis, 2020

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang

mewakili suatu populasi (pabundu, 2005 : 24). Bila populasi besar dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi

itu. Teknik pengabilan sampel yang digunakan adalah

a. Purposive Sampling
53

Purposive Sampling adalah teknik ini digunakan karena

peneliti memiliki tujuan tertentu atas beberapa pertimbangan

peneliti. Pertimmbangan itu missal keterbatasan waktu, tenagaa dan

dana sehingga dapat mengambil sampel yang besar (Badri, 2012:33).

Metode Purposive Sampling (sampel dengan tujuan) yaitu teknik

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secaraa

khusus ditunjukan pada informan tertentu. Hal ini bertujan agar

mendapat data yang lebih akurat dan lengkap. Informan yang

ditunjukan kepada Rois (Ketua pengurus Pesantren).

b. Sample Random Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

metode random sampling (sampel acak sederhana yaitu teknik

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel adalah semua anggota populasi

mempunyai kesempatan/hak yang sama untuk menjadi sampel

(Badri, 2012:31). Teknik ini dapat dilakukan dengan cara undian dan

orinal. Jumlah sampel dapat ditentukan dengan berbagai kriteria.

Sampel di ambil dari Santri Pondok Pesantren riyadlul Huda di

tingkat stanawi saja yang berjumlah 121 orang kemudian diambil

40% dari total populasi setiap tingkatan sebagai berikut

Tabel 3.6
Sampel Penelitian
N Tingkat/Kelas Sekolah Jumlah Sampel Jumlah
54

O Santri
1 1 Stanawi Formal 40 40% 16
Non Formal 22 9
2 2 Stanawi Formal 32 40% 13
Non formal 7 3
3 3 Stanawi Formal 19 40% 7
Non formal 11 5
Tolal Sampel 53

Sumber: Penulis, 2020

G. Langkah-Langkah Penelitian

Proses Pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang

juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang

harus dilakukan selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yaitu mencakup penyusunan daftar data yang

diperlukan untuk penelitian. Pada tahap ini peneliti menyiapkan data

apa saja yang akan dibutuhkan pada saat penelitaian berlangsung dan

melakukan penyusunan kerangka berfikir dengan tujuan penelitian

sifatnya lebih terarah dan jelas sehingga akan dalam proses melakikan

penelitian.

a. Observasi Lapangan

b. Pembuatan proposal penelitian

c. Pembuatan instrument penelitian

d. Uji coba instrument penelitian

2. Tahap Pengumpulan Data


55

Tahap pengumulan data mencakup: Studi literature, observasi

lapangan, studi documentasi, wawancara dan melakukan tes terhadap

santri di tingkat stanawi. Semua informasi dapat akan didapat dari

semua proses tersebut namun harus melalui penyusunan yang baik agar

informasi yang ingin didapatkan dengan mudah tanpa harus mengulang

penelittian kelapangan secara berulang.

a. Pengumpulan data

b. Pengolahan Data

c. Analisis data

3. Tahap Kompilasi Data

Kompilasi data adalah tahap proses seleksi data dan engelompokan

data sesuai dengan data yang diperlukan, sehingga data yang akan

diambil tepat sasaran dan mengurangi resiko pengulangan mencari data

dan informasi secara berulang. Data dan informasi akan dikelompokan

sesuai dengan yang diperlukan dalam pengkajian tingkat Kesiapsiagaan

Santri Tingkat Stanawi dalam menghadapi bencana alam gempabumi di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya bagaimana tingkat pengetahuan Santri dan

upaya apa saja yang harus dilakukan dan menghadapi bencana alam

gempa bumi.

4. Tahap Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan dengan teknik kuantitaif sederhana, dengan

teknik persentase (%)


56

Tabel 3.7
Contoh Pengelolaan Data Persentase Sederhana
N Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
o
1 Cukup
2 Kurang Cukup
3 Tidak Ada
4 Tidak Menjawab
Total 53 100%

Sumbe: Pengelolaan Penelitian Tahun 2020

5. Tahap Penulisan dan Pelaporan Penelitian

Tahap Penulisan dilakukan apabila semua data dan informasi

yang dibutuhkan sudah terpenuhi sehingga hasil sudah siap diolah dan

dilaporkan dalam bentuk tertulis. Penulisan dilakukan berdasarkan

kaidah penulisan yang baik dan benar sehingga dapat dipertanggung

jawabkan dengan baik.

Proses pelaporan hasil penelitian dilakukan apabila semua data

sudah diolah kemudian disimpulkan dan hasil yang diinginkan dari

penelitian tersebut sudah bisa dihadirkan dalam proses pelaporan maka

penelitian itu dapat dianggap selesai.

H. Taknik Pengolahan dan Analisis Data

Data merupakan sekumpulan yang diperoleh dilapanagan. Data yang

telah didapat selanjutnya akan diolah dan dianalisis agar dapat diperoleh

suatu kesimpulan dalam sebuah penelitian. Teknik pengolahan dan analisis

data dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif


57

yang berbentuk angka dengan perhitungan yang bersifat matematik dan

menggunakan dari beberapa analisis yang diperlukan diantaranya.

1. Analisis Kesiapsiagaan

Menurut Rusiyah dalam LIPI-UNESCO/ISDR (2006), dalam

penelitian terhadap kesiapsiagaan dapat dikategorikan kedalam tinggi

sedang dan rendah dengan cara melihat pengukuran dari tingkat

kesiapsiagaan santri terhadap bencana bencana alam gempa bumi

berdasarkan indeks dengan rumus sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑖𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Sumber: LIPI – UNESCO/ISDR, 2006

Kategori tingkat kesiapsiagaan santri terhadap bencana alam

gempa bumi ditentukan dengan mencocokkan indeks pengetahuan dari

hasil kuesioner dan tes dengan ketentuan table 3.8

Tabel 3.8
Indeks Tingkat kesiapsiagaan terhadap Bencana Alam Gempa Bumi
No Nilai indeks Kategori
1 >66,67 Tinggi
2 33,34 - 66,66 Sedang
3 < 33,33 Rendah

Sumber: LIPI-UNESCO/ISDR, 2006

Pengukuran dari tinggi, sedang dan rendahnya tingkat

kesiapsiagaan santri terhadap bencana kesiapsiagaan dalam menghadapi


58

bencana alam gempa bumi digunakan dengan menggunakan indikator

pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat, sistem peringatan

bencana dan mobilisasi sumber daya dengan rumus sebagai berikut:

(S3) = 0,83 * indeks KA + 0,08 * indeks EP + 0,04 * indeks WS + 0,04 *


indeks RMC

Keterangan :

S3 : Indeks Kesiapsiagaan Santri

KA : Pengetahuan dan Sikap

WS : Sistem peringatan Bencana

RM :Mobilisasi Sumberdaya

Skor maksimum parameter diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam

parameter yang diindeks (masing-masing pertanyaan bernilai satu).

Apabila dalam 1 pertanyaan terdapat sub-sub pertanyaan (a, b, c dan

seterusnya), maka setiap sub pertanyaan tersebut diberi skor 1/jumlah sub

pertanyaan. Total skor riil parameter diperoleh dengan menjumlahkan

skor riil seluruh pertanyaan dalam parameter yang bersangkutan.

Indeks berada pada kisaran nilai 0 – 100, sehingga semakin tinggi nilai

indeks, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan tentang

kesiapsiagaannya. Setelah dihitung indeks parameter dari satu responden

kemudian dapat ditentukan nilai indeks keseluruhan sampel. Jika jumlah

sampel adalah n, maka indeks keseluruhan sampel dapat dihitung dengan

menjumlahkan indeks seluruh sampel dibagi dengan jumlah sampel (n).

Tabel 3.9
Tingkat Kesiapsiagaan
59

Indeks Nilai Kategori


80-100 Sangat siap
65-79 Siap
55-64 Hampir siap
40-54 Kurang siap
0-39 Belum siap

Sumber : LIPI_UNESCO/ISDR, 2006

2. Analisis Data Sederhana


Pengelolaan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang

penting, sehingga data yang diperoleh dapat memiliki arti dan menarik

simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Tujuan analisis data

adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih

sederhana.

Penulis penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif sederhana

dengan menyusun dan mengkompilasikan data dalam bentuk tabel, serta

angka-angka persentase (%). Langkah-langkah dalam pengolahan data

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi data sekunder yang diperoleh.

b. Memeriksa lengkap atau tidaknya data yang diperoleh.

c. Mengadakan pengolahan tiap-tiap item dengan melihat angka, jumlah

responden dengan angka persentase.

Rumus yang digunakan:

fo
%= x 100
n

Keterangan :
60

% = presentasi setiap alternative jawaban

Fo = jumlah frekuensi jawaban

N = jumlah sampel/responden

Setelah data ini diolah dengan menggunakan rumus tersebut

diatas, kemudian dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut:

- 0% = Tidak ada sama sekali

- 1% - 24% = Sebagian kecil

- 25% - 49% = Kurang dari setengah

- 50% = Setengahnya

- 51% -74% = Lebih dari setengahnya

- 75% - 99% = Sebagian besar

- 100% = Seluruhnya

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Alam

Gempabumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya pada awal juni 2020

Tabel 3.10
Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
1 Observasi
Lapangan

2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
61

4 Studi Literatur
5 Penyusunan
Instrument
6 Uji Istrumen
7 Pengumpulan
Data
8 Analisis Data
9 Penyusunan
Skripsi
10 Sidang Skripsi
Sumber: Hasil Pengolahan data Peneliti 2020
BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Geografis Lingkungan Pesantren

1. Letak Dan Luas Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Suekaguru berlokasi di

perkampungan yang berbatasan diantara Kampung Taneuh Beureum dan

Kampung Cibitung, tepatnya di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya. Secara Astronomis Desa Sukarapih terletak

pada 7o22’42.62”LS 108o8’6.39”BT. Jarak Desa Sukarapih ke Ibukota

Kecamatan Sukarame kurang lebih 2 km dan jarak dari Desa Sukarapih

ke Ibukota Kabupaten Tasikmalaya kurang lebih 5 km. Luas wilayah

Desa Sukarapih ± 212,081 Ha. Desa Sukarapih terdiri dari 4 wilayah

Rukun Warga (RW) dan 23 wilayah Rukun Tetangga (RT).

Secara administratif Desa Sukarapih berbatasan langsung dengan

desa-desa lain sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sukarame

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Wargakerta

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Cintajaya

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sukaasih

Letak lokasi pondok-pesantren riyadlul huda berada dipinggir jalan,

yang berdiri di atas areal tanah seluas 2300m2 akan tetapi walaupun

lokasinya berada di pinggir jalan lokasinya masih tetap nyaman, dan

udarapun masih segar dan tidak bising kendaraan karena area bangunan

61
62

asrama berada di dalam komplek, udaranya yang masih sejuk karena

kawasan pesantren masih banyak area perbukitan,pohon-pohon besar,

sawah dan perkebunan, sehingga siapapun yang mau belajar dan

menimba ilmu di Pondok Pesantren Riyadlul Huda akan tetap merasa

nyaman dan tenang.

a. Kondisi Geografis

Pondok Pesantren Riyadlul Huda berada di kampung Sukaguru

yang berbatasan langsung dengan kampung Taneh beureum dan

kampung Cibitung Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

Provinsi Jawa Barat. Pondok Pesantren Riyadlul Huda lokasinya

tidak jauh dari pusat kota kantor pemerintahan Kabupaten

Tasikmlaya sekitar 8 Km, dan untuk menuju kesekolah santri harus

menempuh jarak 1 Km dari pondok pesantren, akan tetapi pihak

pondok pesantrenpun menyediakan fasilitas mobil antar jemput bagi

santri yang sekolah, sehingga akan memudahkan santri dan

mempercepat santri agar sampai kesekolah. Selain itu Tasikmalaya

dilihat dari hasil analisis peta resiko Jawa Barat di kelilingi zona

merah yang artinya Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah

dengan resiko bencana yang cukup tinggi, sehingga pernah beberapa

kali terjadi bencana alam gempa bumi dan di Tasikmalaya memiliki

gunung galunggung yang tergolong statusnya masih aktif di

Indonesia, jarak dari Pondok Pesantren Riyadlul Huda ke gunung

galunggung sekitar 32 Km yang sewaktu-waktu mengalami erupsi


63

baik itu erupsi besar maupun erupsi yang sifatnya kecil getarannya

akan dirasakan oleh warga yang tinggal di Kabupaten Tasikmalaya

dimana hal ini bisa membahayakan nyawa manusia, hewan dan

tumbuhan. Berdasarkan dari letak geografis inilah yang

mengharuskan santri untuk selalu siaga terhadap bencana alam gmpa

bumi yang terjadi di kawasan lingkungan Pondok Pesantren.

b. Kondisi Demografis dan Sosial Ekonomi

Jumlah Penduduk Desa Sukarapih Kecamatan sukarame

Kabupaten Tasikmalaya berjumlah kurang lebih 5.742 jiwa dengan

kompoosisi jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki 2.773

jiwa dan jumlah pendudukmperempuan 2.969.

Prosfek keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan usia

sekolah SD, MTs dan MA relatif besar serta tingkat kesadaran

penduduk terhadap pentingnya pendidikan relatif tinggi terutama

dalam hal pendidikan agama. Masyarakat sekitar jika memiliki anak

sudah menduduki bangku SMP diharuskan untuk tinggal di Pondok

Pesantren, pihak sekolah dan pesantren bekerja sama untuk membuat

aturan tersebut, jika tidak ingin modok di pesantren, siswa diharuska

untuk mengikuti pengajian rutin di Pondok Pesantren menjadi santri

kalong.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Pondok-Pesantren

sebagian besar bermata pencaharian karyawan, buruh tani, pedagang,

wirasswasta baik yang menetap maupun yang merantau dan PNS.


64

Sosial ekonomi masyarakat berada pada strata menengah kebawah.

Namun demikiaan keinginan masyarakat setempat sangatlah tinggi

yaitu berkeinginan agar anak-anaknya bersekolah cukup tinggi.

Terlebih setelah adanya kebijakan dana BOS dan Program Indonesia

Pintar dari Pemerintah.

c. Kondisi Geologi, Geomorfologi dann Hidrologi Pondok

Pesantren

Berdasarkan Profil Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya bahwa ketinggian Desa Sukarapih sekitar

200-450 di atas permukaan laut. Artinya bahwa Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya termasuk pada daerah

dataran dan perbukitan. Pondok Pesantren Riyadlul Huda dibangun

di kawasan perbukitan jika terjadi gempa bumi yang besar santri

menghawatirkan terjadinya longsor terutama dibelakang bangunan

asrama putri.

Kondisi Hidrologi Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih dilalui oleh air permukaan yang mengalir yaitu sungai

ciwulan, sungai ciwulan dimanfaatkan oleh masyarakat dan

pengelola lahan Pondok Pesantren Riyadlul Huda dalam memenuhi

kebutuhan pertanian, industri, dan untuk memenuhi kebutuhan

domestik. Sebagian masyarakat di Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tidak memiliki fasilitas kamar

mandi didalam rumah. Selain terdapat Pondok Pesantren yang


65

memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air untuk

mandi dan mencuci para santri, salah satunya di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan santri

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk mandi dan

mencuci, di Pondok Pesantren Riyadlul Hudapun penyediakan air

dari PDAM akan tetapi tidak mencukupi untuk digunakan semua

santri jadi air PDAM hanya digunakan untuk kebutuhan memasak

saja dan untuk kebutuhan air mimun satri di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda memanfaat mata air dan air sumur yang jernih dari

pegunungan kemudian di saring dan di sterilisasi agar air tersebut

layak di minum oleh ratusan santri yang tinggal di Pondok

Pesantren.

d. Kondisi Kebudayaan

Kondisi kebudayaan yang ada di Pondok-Pesantren Riyadlul

Huda, sebelum santri masuk ke Pondok Pesantren di wajibkan

membaca ikrar santri dan santri yang ingin bersekolah diberikan

arahan untuk mengikrarkan dalam dirinya (niat mondok di Pesantren

sambil bersekolah) jadi sangat menjunjung tinggi aturan yang

terapkan di Pondok Pesantren. Jarak dari Pondok Pesantren ke

sekolah santri harus menempuh 1 km, santri di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda tidak diperbolehkan untuk menaiki angkutan umum

kesokolah dengan tujuan menghindari laki-laki dan perempuan yang

bukan makhramnya duduk bersanding, maupun bersentuhan, jadi


66

Pondok Pesantren Riyadlul Huda menyediakan fasilitas transfortasi

khusus santri untuk satuan terpisah santri putra dan putri.

Kedisiplinan yang dianut oleh pimpinan Pondok Pesantren

Riyadlul Huda sangatlah ketat dimulai dari perizinan baik itu keluar

komplek Pondok Pesantren maupun izin pulang, santri hanya

diberikan libur 1 tahun 2 kali saja dari mulai libur idul fitri dan libur

semester 1 disekolah, dan perizinan keluar komplek Pondok

Pesantren santri hanya di beri izin maksimal 1 bulan satu kali saja

itupun hanya di beri izin jika ada kepeluan santri yang sangat

mendesak, dari segi pembelajarannya sangatlah ketat dan padat

dengan berbagai pelajaran. di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

santri diwajibkan untuk memakai sarung dan kerudung wajib putih

setiap harinya, kecuuali santri yang sedang piket di perbolehkan

memakai kerudung warna hitam. Santri yang tinggal di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda datang dari berbagai daerah dimulai dari

usia tingkat SD, SMP, SMA, Mahasiswa dan santri takhosus ( santri

tidak bersekolah).

Lokasi penelitian ini berada di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

tepatnya Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya. Lokasi penelitian dan batas-batasnya dapat dilihat pada

Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya (Gambar 4.1), Peta

Administrasi Kecamatan Sukarame (Gambar 4.2), Peta Administrasi

Desa Sukarapih (Gambar 4.3)


67

Gambar 4.1
Peta Administratif Kabupaten Tasikmalaya
68

Gambar 4.2
Peta Administratif Kecamatan Sukarame
69

Gambar 4.3
Peta Administrasi Desa Sukarapih
70

Gambar4.4

Citra Satelit Letak Pondok Pesantren Riyadlul Huda


71

2. Identitas Pondok Pesantren

a. Identitas Pesantren

1) Nama Pesantren : Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

2) Pendiri Pondok Pesantren : KH Hanafiyah

3) Pimpinan Pondok Pesantren: KH Undang Ubaidillah

4) Alamat Pondok-Pesantren

- Jalan : Khz Mustofa

- Kelurahan : Sukarapih

- Kecamatan : Sukarame

- Kabupaten : Tasikmalaya

- Provinsi : Jawa Barat

5) Kode Pos : 46461

6) Tahun didirikan : 1890

7) Luas Tanah : 2300m2

8) Status Tanah : Wakaf dan Donatur

9) Status Bangunan : Milik Yayasan

b. Visi, Misi Pondok Pesantren Riyadlul Huda

1) Visi Pondok- Pesantren

Terwujudnya pendidikan pondok pesantren riyadlul huda

menjadi kepribadian yang teguh berdasarkan ketakwaan

terhadap Allah swt. yang didasari dengan al qur`an dan al-

hadist.
72

2) Misi Pondok-Pesantren

a) Mencetak santri yang multi komplek untuk menghadapi

arus globalisasi dan informasi masa sekarang dan yang

akan datang

b) Menanamkan akhlakul karimah kepada seluruh santri

c) Meningkatkan kedisiplinan sesuai dengan ajaran islam

d) Meningkatkan semangat belajar dalam mempelajari al-

qur`an dan al hadist

e) Memiliki keimanan yang tinggi kepada Allah SWT dan

Rosulnya

f) Mencetak kader ulama sebagai Warosatul Anbiya

c. Sejarah Pondok Pesantren Riyadlul Huda

Terletak cukup jauh dari keramaian kota Tasikmalaya tepatnya di

kampung Sukaguru desa Sukarapih Kecamatan Sukarame, pondok

pesantren Riyadlul Huda ini berdiri cukup strategis dengan bangunan

masjid yang artistik dan bersih, Pesantren yang didirikan pada tahun

1890 oleh KH. Hanafiyah.

KH Hanafiyah adalah putra terakhir dari 20 bersaudara dari

Eyang Uwing Ekon, Eyang Uwing Ekon adalah putra dari Sunan

Kalijaga Cirebon yang berasal dari Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya

Jawa Barat yang masih keturunan dari Eyang Dalem Sawidak putra

dari Mbah Nurhasan. Awalnya KH. Khanafiyah belajar mengaji di

Syekh Bangkalan Madura Surabaya, berangkat dengan berjalan kaki


73

menempuh selama 40 hari untuk sampai ke Pondok- Pesantren

dengan membawa bekal 40 tanggungan. Setelah be lajar di

Bangkaln Surabaya KH Khanafiyah beliau mendirikan mushola kecil

yang berukuran 5x7 meter dan asrama yang sederhana di Kp Leuwi

Tunggul atau yang sekarang di kenal dengan Kp Sukaguru, KH

Khanafiyah mengajak masyarakat untuk mengadakan pengajian dan

Alhamdulillah pengajian rutinan tersebut berjalan sampai beliau

wafat.

KH Hanafiyah memiliki keturunan yaitu Eyang Baniah

singkat waktu Eyang Baniah memiliki Putri yang bernama Eyang

Hajah Mama Muniroh, Eyang Hajah Mama Munirah adalah cucu

dari KH Hanafiyah yang dinikahi dengan Sa`dulloh, Eyang Sadulloh

adalah putra dari Hj Rouf yang berasal dari Limbangan Garut. Pada

tahun 1925 Eyang Sa`dulloh bermukim di Kp Leuwitunggul atau

yang sekarang di kenal dengan Kp Sukaguru meneruskan

kepemimpinan dari KH Hanafiyah. Alasan Kp Leuwitunggul di ganti

dengan Sukaguru berawal dari Hajah Munirah menyukai Guru jadi

di namakan Kampung Sukaguru pengajian berjalan sebagai mana

mestinya sampai beliau wafat. Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

setelah Eyang Sa`dulloh wafat terjadinya kepakuman beberapa tahun

kepemimpinan akan tetapi tidak sampai padam semuanya. Seiring

berjalannya waktu lahirlah kepemimpinan dari generasi ke tiga pada

tahun 1984 sampai sekarang oleh Hj Dedeh Murodah Putri dari

Abah Mastur beliau adalah Cucu dari Eyang Sadulloh dan Suaminya
74

adalah seorang pemimpin Kyai kharismatik yaitu Kyai Haji Undang

Ubaidilah yang dahulu pernah sama-sama mondok di Pondok

Pesantren Miftahul Huda Manonjaya.

Kini Pondok Pesantren Riyadlul Huda berkembang pesat

memiliki santri lebih dari empat ratus santri, pembangunan asarama

putra dan putri, perkebunan, perikanan dan fasilitas lainnya yang

akan menunjang dan mendukung pembelajaran Santri. Meski

memegang teguh kesalafannya di pesantren ini juga membolehkan

jika santri mukimnya bersekolah di luar pesantren, dan hampir 30%

santrinya saat ini menempuh berbagai jenjang pendidikan formal

dari Mts, Aliyah hingga Perguruan Tinggi, sebuah kendaraan

operasional khusus untuk antar jemput pun disediakan disini, agar

memudahkan santri berangkat sekolah dan kembali ke kobong untuk

melanjutkan menuntut ilmu kepesantrenan kembali.

Kyai Undang Ubaidilah menerapkan kedisiplinan yang tinggi,

berbagai upaya untuk mendisiplinkan santri dilakukan, setiap

pelanggaran disiplinpun mendapat sangsi dari ringan hingga berat,

karena menurutnya untuk bisa berbuat benar itu harus dibiasakan,

kedisiplinan harus ditegakan karena tanpa itu seseorang tidak bisa

berbuat hal yang benar dalam jangka panjang. Begitulah sang Kyai

menerapkan palsafah hidupnya yang tegas kepada santri-santrinya,

kekhawatirannya terhadap kemerosotan moral dan akhlak generasi

penerus bangsa ini menjadikannya harus bekerja keras dalam mene


75

gakan syar’i sehingga pada akhirnya syar’i itu bisa diterima sebagai

sebuah kebutuhan dan bukan keterpaksaan.

Menanyakan bagaimana pesantrennya dapat bertahan ditengah

degradasi kepercayaan ummat terhadap dunia pesantren saat ini

dirinya menjawab dengan lugas “Ikhlas saja dalam berbuat”

tuturnya, jangankan lampu yang besar, jika menyalakan lilin saja

yang kecil jika ditempat yang gelap maka akan didatangi serangga”

maka seorang Kyai itu harus ikhlas, jangan berbuat sesuatu karena

ukuran keberhasilan, tetapi ukurannya adalah beramal, tidak menjadi

manusia “Dayus” yang tidak mengamalkan ilmunya ditengah

masyarakat, ataupun beramal tapi tidak ikhlas dalam

mengamalkannya, hal itu merupaka aib seorang Kyai sebagai

seorang penerima tongkat estafet risalah ke Nabian.

d. Keadaan Guru

Pada umumnya guru di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda yang

terdiri dari 35 orang, di antaranya 25 orang berstatus sebagai

pengurus pesantren dan 10 orang yang berstatus menjadi pengelola

pondok pesantren. Berdasarkan latar belakang pendidikan keadaan

guru di Pondok Pesantren Riyadlul Huda sebagian besar merupakan

tingkat jam`ul senior atau setara dengan mahasiswa, untuk menjadi

santri Ma`had Aly santri harus menempuh pendidikan mondok di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda selama 10-11 tahun. Berikut

dibawah ini adalah data pengelola dan pengurus Pondok Pesantren


76

Riyadlul Huda Sukaguru di Desa Sukarapih Keacamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Data Guru Berdasarkan Pendidikan Dan Tugas Mengajar
No Nama guru Pendidikan Jabatan/mengajar Keterangan
1 KH. Undang Ubaidillah SD Pimpinan Pondok- Ma`had Aly
Pesantre
2 Hj. Dedeh Murodah SD Pimpinan Pondok Ma`had Aly
Pesantren
3 KH. Jajang Sa`dul Amin SMP Dewan Ma`had Aly
4 Hj. Nunuy Nurjanah SD Dewan Ma`had Aly
5 K. Dedi Ahmad Banda SD Dewan Ma`had Aly
Szans
6 Hj. Rahma SMP Dewan Ma`had Aly
7 K. Irfan Fauzi SMP Dewan Ma`had Aly
8 H. Shofa Mustofa SMP Dewan Ma`had Aly
9 K. Muhammad Isa SMP Dewan Ma`had Aly
10 Rifqiyah Rifqotussalamah SMP Dewan Ma`had Aly
11 Ustadz Fahmi Munawar SI Rois Jam`ul
12 Ustadz Muhammad Alif Mahasiswa Wakil Rois Jamùl
13 Ustadzah Mia Sholihat Mahasiswa Roisah Jam`ul
14 Ustadzah Sofi Aisyah Mahasiswa Wakil Roisah Jamùl
15 Ustadz Nurhikmat Mahasiswa Ilmu Alat Jam`ul
16 Ustadzah Saraha Mahasiswa Tasrifan dan Jam` ul
Hamdani safinah
17 Ustad zah Nabila Sri Mahasiswa Walikelas 3 Ibtida Jam`ul
Afifah
18 Ustadzah Rosita SMP Kitab safinah Jam`ul Junior
19 Ustadzah Iis Marlina Mahasiswa Kitab tasrifan Jam`ul Junior
20 Ustadazah Asny Sa`diah SMA Wali kelas PP Jam`ul
21 Lina Marlina SI Kitab Imriti Jam`ul
22 Ustadzah Ismi Rubaiah SMA Kitab hadist arbain Jam`ul
23 Ustadzah Rifa Mahasiswa Kitab tijan, tajwidz Jam`ul
Dzulfikarimah
24 Ustadzah Lu`lu Lutfiah Mahasiswa Kitab Riyadul Jam`ul
Badia`ah
25 Ustadzah Kiki Zakiyah SMA Pengurus Jam`ul Junior
26 Ustadz Muhammda Ncep SMP Pengurus Jam`ul Junior
Ramadani bendahara
27 Ustadz Salman alfarisi SMA Pengurus sekretaris Jam`ul Junior
28 Ustadz Ira Nur Afifah SI Kitab Mantek Jam`ul
29 Ustadz Redi Riadi SMA Kitab alfiyah Jam`ul
30 Ustadz Muhammad Faisal Mahasiswa Kitab safinah, Jam`ul Junior
Mukhsin tasrifan
31 Ustadz Muhammmad Mahasiswa Kitab Tijan Jam`ul
Najib assidik
32 Ustadz Muhammad Yasin SMA Pengurus Jam`ul junior
77

33 Ustadz Ardi Bidron Hadi Mahasiswa Wali kelas 2 ibtida Jam`ul


34 Ustadz Furqon SMP Pengurus Jam`ul Junior
Keamanan
35 Ustadz Abdul Halim SMP Kitab kaelani dan Jam`ul
sorof
Sumber : Sekteris Pengurus Pesamtren 2020
e. Keadaan Santri
Santri yang tinggal di Pondok Pesantren Riyadlul Huda berasal

dari berbagai daerah dari mulai dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa

Tengah, dan Lampung, sebagian besar orang tua satri adalah para

alumni yang sudah bermukim diberbagai daerah yang memiliki

Pondok Pesantren atau yayasan sendiri di daerahnya, tujuan

memasukan anak-anaknya tinggal di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda adalah agar anak-anaknya bisa menjadi penerus yang satu

madhab dengna orang tuanya dan seguru seilmu.

Jumlah Santri di Pondok Pesantren Riyadlul Huda dilihat dari

tahun ajaran 2020 sebanyak 455 orang yang terdiri dari tingakat SD,

SMP, SMA, Mahasiswa, Takhosus ( Santri yang tidak bersekolah).

Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel sebagai berikut

Tabel 4.2
Jumlah Santri
No Nama Satuan Jumlah Jumlah
Pesantren Pendidikan Santri Populasi
1 Riyadlul SD 30 455
Huda
SMP/MTS 94
SMA/MA 120
MAHASISWA 45
Takhosus 166
Total 455

Sumber : Sekteris Pengurus Pesamtren 2020


78

f. Kegiatan Pembelajaran Pondok Pesntren

Kegiatan Pembelajaran di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

dipadatkan dengan berbagai kegiatan Pesantren di mulai dari

pengajian kitab fiqih, ilmu alat dan tauhid, hafalan dan membagi

waktu untuk mengerjakan tugas sekolah bagi santri yang bersekolah.

Sehingga setiap hari santri harus dibangunkan mulai pukul 03.00

WIB untuk melaksanakan sholat tahajud berjamaah, dilanjutkan

dengan sorogan (membaca kitab kuning gundul mengenai ilmu

fiqih), lalu dilanjutkan sholat shubuh berjamaah setelah itu

dilanjutkan mulai dari pukul 05.00 WIB semua santri untuk

mengikuti pengajian kitab kuning dari santtri tingkat Stanawi sampai

jam`ul sampai pukul 06:30 bagi santri yang masih sekolah dan pukul

07:00 bagi santri takhosus, adapun santri yang masih tingkat PP

sampai dengan tingkat ibtida semua santri diharuskan mengikuti

kegiatan menghafal bersama, sampai dengan pukul 06.15 WIB.

Pada pukul 07:00 santri yang bersekolah mengikuti kegiatan

sekolah sampai pukul 14:30 dan santri harus sudah berada di

lingkungan Pondok Pesantren tepat pukul 15:00 sudah dimesjid

untuk mengikuti kegiatan berjamaah sholat ashar, belajar narkib atau

mengerab kitab kemudian dilanjut pengajian kitab kuning sampai

pukul 17:00. Adapun santri yang takhosus ( tidak bersekolah) pukul

07:30 mengikuti kegiatan pesantren seperti pengajian kitab kuning

dan melogat kitab gundul sampai pukul 10:00 kemudian dilanjut


79

kaelulah (tidur sebelum adzan dzuhur) dan dari pukul 12:00 – 14:30

santri takhosus diwajibkan mengikuti kehiatan pembelajaran di

Pondok Pesantren kemudian dilanjutkan kegiatan pembelajaran

dengan santri yang bersekolah sampai 17:00. Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda dari pukul 18:00- 22:30 dipadatkan dengan kegiatan

pengajian pesantren dan menghafal bersama.

1) Jenis- Jenis Kegiatan yang Berada di Pondok Pesantren Riyadlul

huda

a) Sholat tahajud dan shubuh berjamaah.

b) Sorogan

c) Menghafal Bersama

d) Mengaji kitab kuning.

e) Menghafal al-qur’an.

f) Sholat 5 waktu secara berjamaah.

g) Kegiatan belajar santri.

h) Muhadhoroh/pidato.

i) Mandi.

j) Makan.

k) Olah raga.

l) Pengajian sore dan malam.

m) Pengecekan dari bidang keamanan dan kebersihan oleh

pengurus.

n) Tadrisul massa/pembelajaran oleh pengurus.


80

o) Belajar mandiri malam hari.

2) Kegiatan Mingguan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

a) Kegiatan Jumsih (jum`at bersih)

b) Latihan Pidato dan kegiatan kegiatan dakwah lainnya

c) Kegiatan olahraga senam bersama santri setiap hari minggu

d) Kegiatan pembelajaran ektrakulikuler santri dimulai dari

(perkebunanan, perikanan, tataboga dan silat santri)

e) Setoran Ta`jiran (hukuuman masal santri bagi yang suka

masbuk ( telat mengikuti berjama`ah)

f) Setoran Hafalan matan dari mulaimatan jurumiah, imrita,

shorof, alfiyah dan mantek.

g) Diskusi santri putra dan putri

h) Pengajian mejlis bersama masyarakat setiap hari senin

3) Kegiatan Tahunan Santri Pondok Pesantren

a) Tansib/ pelantikan pengurus

b) PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) santri akan berlomba

dimulai dengan lomba pidato tunggal dan MSQ, cerdas

cermat, puisi, lomba membaca kitab kuning gundul, dan

lomba talaran matan.

c) Alumni akbar santri dan prosesi wisuda santri Ma`had Aly

g. Sarana Prasarana di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

Sarana prasarana di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda belum

terlalu lengkap seperti Pondok-Pesantren modern pada umumnya,


81

Pondok-Pesantren Riyadlul Huda ini masih seperti pesantren

salafiyah pada umumnya.

Sarana dan prasarana di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

diantaranya kantor, ruang tamu, masjid, kobong tempat tinggal

santri, mushola, madrasah tempat mengaji, dapur umum, kopontren,

kantin, Paud, tempat perikanan, dan perkebunan. Upaya untuk

melengkapi sarana prasarana pemerintah dan pihak pengelola

Pondok-Pesantren berusaha membangun dan mengadakan fasilitas-

fasilitas lainnya yang akan menunjang dan santripun nantinta akan

merasa nyaman dan betah tinggal di Pondok.

Sarana prasarana yang ada di Pondok-Pesatren Riyadlul Huda

Desa Sukapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya:

1) Komplek Putri

Komplek asrama putri berada di dalam lingkungan dan

sangat tertutup, jika ada orang tau santri yang mau menengok

anaknya hanya di izinkan bertemu di ruang tamu Pondok-

Pesantren. Untuk masuk ke komplek asrama putri harus melewati

jalan lorong sempit dan jika mau berjalan bersamaan hanya cukup

untuk 2 orang saja, tidak bisa bersamaan. Halaman komplek

asrama putri biasa digunakan santri untuk menghafal kitab,

ataupun egatan santri lainnya seperti senam santri setiap hari

minggu, kegiatan dakwah santri dan ekstrakulikuler santri seperti

tataboga, silat santri putrid an sorogan santri putri.


82

Gambar 4.5
Komlek Asrama Putri
Komplek asrama putri terdiri dari kantor, mushola putri, dan

madrasah ruang kelas untuk mengaji.

2) Komplek Asrama Putra

Komplek asrama Putra letaknya tidak jauh dengan komplek

asrama putri akan tetapi letaknya lebih terbuka dari asrama putri,

area komplek putra lebih luas dan sedikitnya masih ada area

terbuka, santri sering memanfaatkanya untuk beraolahraga sepak

bola, ataupun kegiatan-kegiatan tempat beristirahat setelah selesai

kegiatan pembelajaran di pesantren

Gambar 4.6
Komplek asrama putra dari depan
83

Gambar 4.7
Komplek Asrama dari belakang

Jalur menuju komplek belakang putra ini lebih sempit dan

tertutup disana santri putra harus melawati tangga dan lorong

kecil, jika sewaktu-waktu ada gempa jika terjadi gempa ketika

mereka panik akan sulit melewati jalur yang bersamaan, saat

ditanyakan kepada salah satu santri mungkin jalan satu-satunya

jika terjadi gempa menyeburkan diri ke kolam depan kamar.

3) Madrasah

Madrasah putri hanya digunakan untuk kegiatan pengajian

di dari tingkat ibtidaiyah saja dari mulai tingkat 1, 2 dan ibtida 3,

untuk sampai keatas santri harus melewati tangga yang sempit

yang berada dinggir jalan lorong sempit.

Gambar 4.8
Madrasah Putri dan Mushola Putri
84

4) Mesjid

Mesjid tempat dimana Santri melaksanakan Sholat bersama

dan tadarus bersama serta hafalan setoran kitab suci al’qur’an dan

sorogan di jam 03:30,

Gambar 4.9
Gambar Mesjid

Gambar 4.10
Kegiatan Santri sedang sorogan
di dalam masjid

5) PAUD
Pondok Pesantren Riyadlul Huda memiliki tempat belajar

untuk Pendidikan Anak Usia Dini dan area bermain anak, TKA,

TPA, MDA yang di kelola langsung oleh pengurus santri putri

dan anak-anak dari pimpinan dan dewan kiyai, yang sudah berdiri

sejak tahun 2000 sampai saat ini


85

Gambar 4.11
PAUD, TAAM, TKA, TPA, MDA

Dibawah ini penelti menyajikan gambar citra satelit ddi

gambar 4.12 dan gambar denah lokasi peneltian 4.13 lingkungan

Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan

Sukarame Kabupaten Tasikmalaya.

Gambar 4.12
Citra Satelit Letak
Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatann Sukarame Kabuaten Tasikmalaya
86

U
DENAH PONDOK PESANTREN RIYADLUL HUDA

RUMAH USTAD

MAKAM
AULA
LAPANGAN

ASRAMA PUTRI
RUMAH ASRAMA PUTRI
PIMPINAN
PONPES
ASRAMA PUTRA

MA
DR
Mesjid
AS
PERPUSTAKAAN

RUMAH RUMAH USTAD

USTAD

RUMAH ASRAMA PUTRI


USTAD
PAUD
RUMAH
USTAD

Dalam deskipsi ini, akan dijelaskan mengenai hasil penelitian


PAUD yang

telah diolah dengan menggunakan analisis data sederhana serta dengan

menggunakan teknik analisis kesiapsiagaan. Dalam bagian ini akan di

deskripsikan dari hasil wawancara dengan berbagai pihak terkait.

1. Profil Responden

Gambar 4. 13
Denah Lokasi
Pondok Pesantren Riyadlul Huda
87

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskipsi ini, akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang telah

diolah dengan menggunakan analisis data sederhana serta dengan

menggunakan teknik analisis kesiapsiagaan. Dalam bagian ini akan di

deskripsikan dari hasil wawancara dengan berbagai pihak terkait.

1. Profil Responden

Responden adalah orang-orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan penelitiaan baik pertanyaan tertulis maupun lisan

(Arikunto,2003:10). Proses pengambilan data penelitian dilakukan di

Pondok- Pesantren Riyadlul Huda, Penulis menjadikan Santri tingkat

Stanawi sebagai responden, Rois pesantren/ketua pengurus dan

Pengurus Pesantren. Proses pengambilan data responden yang menjadi

sampel penelitian yaitu menggunakan dua teknik, untuk Rois pusat

menggunakan metode purvosive sampling dengan teknik wawancara

sedangkan untuk Pengurus pesantren dan Santri tingkat stanawi

menggunakan metode random sampling dengan teknik isian kuisioner

dan soal tes.

Responden pertama yaitu Rois Pondok Pesantren Riyadlul Huda,

Pengurus Pesantren Riyadlul Huda peneliti juga mengambil responden

dari tingkat stanawi dari mulai tingkat 1, 2 dan 3 di ambil 40% dari

jumlah keseluruhan Santri yang berjumlah 121 orang yang dia ambil 53

orang sebagai sampel penelitian penelitian.


88

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kemajuan

pembangunan di setiap daerah. Pendidikan masyarakat merupakan

tolak ukur kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan

meningkatkan peningkatan pengetahuan. Sehingga perlu adanya

tingkat pendidikan masyarakat yang berkualitas bagi perkembangan

ekonomi dan kebutuhan wilayah. Adapun tingkat pendidikan

responden di daerah tempat penelitian, dapat dilihat dari Tabel 4.3

dibawah ini:

Tabel 4.3
Tingkat Pendidikan Responden
NO Tingkat Jumlah Persentase
Pendidikan (%)
1 Tamat SMP 15 28,30
2 Tamat SMA 7 13,21
3 SMA 29 54,72
4 Mahasiswa 2 4
Jumlah 53 100
Sumber: Hasil penelitian 2020

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut, menjelaskan bahwa

tingkat pendidikan terbanyak yakni pada jenjang sekolah menengah

atas (SMA) yang berjumlah 29 jumlah orang responden atau

sebanyak 54,72% dari keseluruhan responden yang diambil. Dan

tingkat pendidikan terendah yakni mahasiswa dengan jumlah

responden 2 orang atau sejumlah 4% dari keseluruhan responden.

Berdasarkan tingkat pendidika responden yang penulis teliti bahwa

respnden memiliki tingkat pendidikan yang cukup sehingga

sedikitnya memiliki pengetahuan yang yang respon yang baik


89

terhadap informasi. Bahwa semakin tinggi penddikan seseorang

makan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki dan akan

semakin mudah menerima informasi.

b. Karaktristik Responden Terhadap Usia

Komposisi responden dalam penelitian ini adalah santri tingkat

stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda. Dapat dilihat komposisi

responden ditempat penelitian memiliki usia produktif ataupun tidak

produktif, karena usia menggambarkan tingkatan pengetahuan

mengenai kesiapsiagaan. Adapun usia responden penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4
Tingkat Umur Responden
Nome Kelompok Usia Jumlah Persentase
r
1 16-22 53 100
2 23-29 0 0
Jumlah 53 100

Sumber: Hasil penelitian 2020

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa kelompok

dari usia responden paling banyak usia 17 tahun dengan jumlah

orang 17 orang atau 32,1% dari keseluruhan responden.

Kesimpulannya bahwa responden paling banyak yaitu pada

kelompok usia 16-17 tahun. Berdasarkan karakteristik responden

usia responden yang penulis teliti bahwa semua responden termasuk

pada usia produktif, dengan usia pada kisaran umur 16-21 tahun ini

artinya dalam hal pengetahuan dan kemampuan yang baik, seperti


90

ingatan yang baik, sehingga dalam menjawab soal tes bisa lebih

akurat.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Kondisi responden berdasarkan jenis kelamin santri tingkat

stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda dapat disimpulkan

bahwa responden brdasarkan jenis kelamin yaitu untuk jenis kelamin

laki-laki berjumlah 17 responden dengan persentase 32,1%

sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 resonden

dengan persentase 67,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa

responden yang paling dominan yaitu yang berjenis kelamin

perempuan santri tingkat stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya.

d. Responden Yang Menjawab Benar

Responden yang menjawab benar ada pada Tabel 4.5 sudah

diketahui nilai akumulasi santri dalam menjawab pertanyaaan pada

soal tes, kemudian penulis membuat sebuah persentase jawaban

sehingga akan diketahui santri angkatan mana yang paling banyak

menjawab benar pada setiap pertanyaan dalam istrumen yang

peneliti buat sebar sebelumnya kepada santri tingkat stanawi I

tingkat stanawi II dan tingkat stanawi III di Pondok Pesantren

Riyaddlul Huda Sukaguru. Akumulasi nilai tes yang menjawab benar

bisa di lihat di tabel 4.5


91

Tabel 4.5
Akumulasi Nilai Santri
Akumulasi Nilai Santri yang Menjawab Benar
Nomer Urut Kelas Interval Frekuensi
1 12-18 1
2 19-25 0
3 26-32 5
4 33-39 35
5 40-46 12
Jumlah 53
Sumber: Hasil Penelitian 2020

2. Hasil Wawancara

a. Hasil Wawancara Rois Putra dan Putri

Wawancara terkait tingkat pengetahuan santri dalam

menghadapi kesiapsiagaan dalam bencana alam gempa di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya dilakukan kepada Rois Ketua pengurus

pusat pesantren.

Rois Atau ketua pengurus pesantren Putra dan Putri, beliau

mengemukakan bahwa Pondok pesantren Riyadlul Huda belum

memliki kesiapan dalam menghadapi bencana dan beliau merasa

penting adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam

gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda, selain tidak siap di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda belum memiliki kebijakan khusus

dalam menghadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren,

karena belum adanya kebijakan mengenaai kesiapsiapsiagaan dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda sehingga sepertinya belum adanya rancangan


92

menegenai anggaran khusus untuk sarana prasarana kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana alam gempa bumi di pondok Pesantren,

tetapi untuk sebagian kecilnya sarana prasarana sudah terpenuhi

seperti alat P3K khusus di kantor putra dan putri, tandu, transportasi

santri.

Sejauh ini beliau mengemukakan tidak begitu mengetahui

secara mendalam mengenai mitigasi bencana karena memang di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda tidak adanya pembelajaran umum,

tetapi khusus hanya untuk mempelajari kitab seperti ilmu alat, kitab

tauhid, ilmu fiqih seperti (kitab safinah, kitab nashoih) ataupun

nahwu. Kalaupun ada santri yang memepelajari pelajaran secara

umum itu hanya sebagian santri mengikuti pembelajaran di Sekolah

dan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda sebagian besarnya adalah

Santri takhosus (santri yang tidak bersekolah) mau itu hanya tamatan

SD, SMP, ataupun sampai SMA.

Mengenai bangunan beliau mengatakan tidak begitu

mengetahui pembangunan itu apakah sudah memenuhi standar

pembangunan yang baik tetapi sejauh ini pula beliau merasa Pondok

Pesantren Riyadlul Huda direncanakan dan di bangun oleh orang-

orang ahli oleh para alumni yang sudah bermukim melalui analisis

tempat dan istikhoroh para Kiyai, bahwa Pondok Pesantren Riyadlul

Huda ini bangunan yang layak tahan gempa, walaupun terkadang

memang Rois atau pengurus Pesantren dari Putri terkadang merasa


93

waswas karena komplek putra dan putri itu berbeda di kawasan

komplek Putri lebih tertutup dan hanya terdapat tanggga dan lorong-

lorong sempit untuk lahan terbukapun untuk mengevakuasi santri

tidak seluas di komplek kawasan santri putra. Tetapi Rois Putri

mengemukakan bahwa bencana itu dari Allah untuk menyadarkan

umatnya dan hidup mati itu sudah di gariskan oleh Allah jadi kami

tidak perlu takut.

Di Pondok Pesantren Riyadlul Huda belum terdapat peta jalur

evakuasi maupun jalur evakuasi bahkan tidak sedikit santri tidak

pernah melihat jalur tersebut, kalaupun melihat meraka hanya

sepintas di tempat-tempat umum. Pondok Pesantren Riyadlul Huda

tidak pernah mengadakan workshop/sosialisasi menegenai

kebencanaan baik itu dari program pesantren itu sendiri maupun dari

lembaga pemerintah yang bersangkutan. Karena perizinan dari pihak

pimpinan yang mungkin agak sulit dan waktu yang tidak memadai

kegiatan Pondok Pesantren Riyadlul Huda sangat padat jadi ketika

ada waktu kosong Santri lebih memilih untuk kegiatan hafalan dan

istirahat, mungkin untuk kedepannya diusahakan kami membuat

program workshop ataupun mengharapkan kegiatan tersebut ada

khusus dari pemerintah untuk pondok pesantren sehingga dari pihak

pondok-pesantren mungkin nantinya akan memaksakan santri agar

mengikuti program tersebut. Guna untuk meningkatkan pengetahuan

santri sehingga untuk membantu proses kesiapan santri lain dalaam


94

dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda.

Pondok Pesantren Riyadlul Huda tidak memliki rumah sakit

taupun klinik sendiri jika ada Santri sakit ataupun nanti sewaktu-

waktu terjadi bencana gempa bumi lokasi Pondok Pesantren relative

startegis dengan dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tasikmalaya (SMC) atau klinik- klinik lainnya yang jaraknya dekat

dengan Pesantren, akan tetapi jika Santri sakit biasa untuk

pertolongan pertama Pondok Pesantren Riyadlul Huda memiliki

POSKESTREN (Pondok Kesehatan Pesantren) dengan alat P3K

untuk obat-obatan seperti Paracetamol, antibiotic, perban, alkohol,

tandu, mobil sudah memfasilitasi walaupun memang belum lengkap

akan tetapi untuk pertolongan pertama menurut beliau sudah

mencukupi.

Adapun tim yang bertugas khusus untuk komunitas Santri

siapsiaga Pondok Pesantren Riyadlul Huda membuat program piket

harian Santri atau Santri menyebutnya dengan Patrol malam, yang

bertugas menjaga keamanan lingkungan Pesantren siang dan malam,

piket di tempatkan di tiap-tiap pos baik putra maupun putri, dan di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda terdapat pengurus yang menjaga

keamanan lingkungan Pesanten maupun Santri yan akan mengatur

tata tertib ataupun atauran jika sesuatu terjadidi urgent. Rois


95

mengemukakan kembali Pondok Pesantren tidak memiliki

keterlibatan khusus dalam jaringan kesiapsiagaan.

3. Peranan Pesantren Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Gempa Bumi

Untuk Santri Tingkat Stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

Pada bagian ini deskripsi akan dikemukakan hasil penelitian yang

telah diolah dengan menggunakan analisis data kuantitatif sederhana

serta dengan menggunakan teknik analisis indeks pengukuran

penegtahuan.

a. Memberikan Pengetahuan/ Knowledge

Pengetahuan adalah dasar atau awal dari sebuah tindakan dan

kesadaran individu. Adanya kapasitas penegetahuan dapat dijadikan

dasar atas tindakan individu tersebut (Adiyoso, 2018:191).

Pengukuran pengetahuan diukur dengan menggunakan beberapa

indikator diantaranya pengetahuan tentang tingkat kerawanan daerah,

penyebab rawannya daerah tersebut, penyebab terjadinya gempa

bumi, karakteristik gempa bumi, serta upaya yang harus dilakukan

oleh responden bila terjadi gempa bumi.

Tingkat pengetahuan yang tinggi memungkinkan santri untuk siap

dalam mengehadapi kemungkinan terjadinya bencana alam gempa

bumi di tempat tinggal yang sekarang di Pondok Pesantren, sebab

pengetahuan menjadi modal dasar dari kesadaran untuk melakukan

upaya kesiapsiagaan gempa bumi itu sendiri.


96

Gambar 4.13 Gambar 4.14


Pengisian Tes Santri Pengisian Tes Santri
Tingkat Stanawi Putri Tingkat Stanawi Putra

Pengisian tes berlangsung dengan lancar serta dengan semangat

dan antusias dari santri, sehingga dapat membantu peneliti dalam

menghasilkan banyaknya informasi dari hasil pengisian kuesioner dan

Tes. Pengisian dilakukan di ruangan aula Pondok Pesantren Riyadlul

Huda yang bantu diawasi oleh pengurus Pondok , yang diikuti oleh

santri tingkata stanawi I, stanawi II dan Tingkat stanawi II yang

diikuti sebanyak 53 orang santri. Untuk yang lebih jelasnya penulis

menyajikan tabel

Tabel 4.6
Yang merupakan pengertian bencana alam
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Kejadian alam yang berasal dari tenaga dari 15 30


dalam bumi
2 Bencana yang berkaitan dengan aktivitas 1 2
industry
3 Kerusakan akibat kerusuhan sosial/politik 9 16
4 Suatu peristiwa alam yang mengakibatkan 28 52
dampak besa bagi populas manusia
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis tahun 2020
Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai

pengetahuan santri dalam menjawab pengertian kebencanaan, terlihat

bahwa frekuensi responden yang banyak menjawab benar pengertian


97

bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan

dampak besar bagi populasi manusia 28 orang santri atau 52%,

kejadian alam yang berasal dari tenaga dari dalam bumi 15 orang atau

30%, bencana yang berkaitan dengan aktivitas industri 1 orang santri

atau 2%, dan kerusakan akibat kerusuhan sosial/politik 9 orang santri

atau 16%.

Jawaban mengenai Bencana alam yang dapat terjadi

dilingkungan Pesantren berdasarkan dari jenis bencana yang ada

terdapat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Bencana alam yang dapat terjadi di lingkungan pesantren
berdasarkan dari jenis bencana yang ada
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Erupsi Gunung api, gempa bumi 26 50


2 Perang sosial, kematian 11 20
3 Perselisihan erupsi gunung api 0 0
4 Kematiian, Wabah Penyakit 16 30
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis tahun 2020

Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai

pertanyaan bencana alam yang dapat terjadi di Pesantren berdasarkan

dari jenis bencana yang ada, santri yang menjawab erupsi gunung api

dan gempa bumi 26 orang santri atau 50%, perang ssosial, kematian

11 orang santri atau 20%, perselisihan erupsi gunung api 0%, dan

kematian wabah penyakit 16 orang santri atau 30%.

Jawaban santri tingkat stanawi d Pondok Pesantren Riyadlul

Huda mengenai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


98

serangkaian peristiwa disebabkan oleh alam berupa gempa bumi,

tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan termasuk kedalam

klasifikasi bencana untuk lebih jelasnya penulis menyajikan tabel dan

bisa di lihat pada di 4.8

Tabel 4.8
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa disebabkan oleh alam berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan termasuk kedalam klasifikasi
bencana
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Bencana non alam 10 19


2 Bencana alam 27 51
3 Bencana social 1 2
4 Bencana buatan 15 28
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis tahun 2020

Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai

bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa

disebabkan oleh alam berupa gunung api, tsunami, gunung meletus,

banjir, kekeringan termasuk klasifikasi, santri tingkat stanawi yang

menjawab bencana alam 27 orang santri atau 51%, bencana non alam

10 orang santri atau 19%, bencana sosial 1 orang santri atau 2%, dan

bencana buatan 15 orang santri atau 28%.

Jawaban dari pertanyaan responden santri tingkat stanawi di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda, dari mulai tingkat stanawi I, tingkat

stanawi II dan tingkat snawi III dari soal pertanyaan dampak dari

bencana alam yang dapat merusak pada bidang sosial penulis

menyajikan tabel dan dapat dilihat untuk lebih jelasnya dari tabel 4.9
99

Tabel 4.9
Dampak dari bencana alam yang dapat merusak pada bidang
sosial
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Kematian, sakit, hilangnya tempat 13 25


tinggal, dan luka-luka
2 Sakit, hancurnya hutan, dan hilangnya 0 0
penghasilan
3 Timbulnya kekacauan lingkungan 23 43
4 Ditutupnya berbagai aspek kegiatan 17 32
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis tahun 2020

Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa santri tingkat stanawi I, II dan

III di Pondok Pesanren Riyadlul Huda yang menjawab dampak dari

bencana alam yang merusak pada bidang sosial, santri yang

menjawab timbulnya kekacauan lingkungan 23 orang santri atau

43%, kemtian, sakit, hilangya tempat tinggal dan luka-luka 13 orang

santri atau 25%, sakit, hancurnya hutan, dan hilangnnya penghasilan

0%, dan ditutupnya berbagai aspek kegiatan 17 orang santri atau

32%.

Jawaban santri tingkat stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda mengenai pengisian soal tes serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna, untuk lebih jelasnya penulis menyajikan

dalam bentuk tabel dan dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Mitigasi Bencana 24 45
2 Kesiapsiagaan 18 34
100

3 Tanggap darurat 11 21
4 Rehabilitas 0 0
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.10 dapat diketahui responden yang mejawab

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna, santri yang

menjawab mitigasi bencana 24 orang santri atau 45%, kesiapsiagaan

18 orang santri atau 34%, tanggap darurat 11 orang santri atau 21%

dan rehabilitas 0%. Jawaban santri tingkat stanawi yang dimaksud

dengan mitigasi bencana atau penanggulangan bencana dilihat dari

tabel 4.11

Tabel 4.11
Yang dimaksud dengan mitigasi bencana atau penanggulangan
bencana
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko 27 51
bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi anacaman bencana
2 Pembelajaran tentang kebencanaan 10 19
3 Upaya untuk penyelamatan dan evakuasi 16 30
korban bencana alam
4 Pemanbangunan kembali kawasan 0 52
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020
Tabel 4.11 dapat diketahui responden yang menjawab soal

terkait yang dimaksud dengan mitigasi bencana atau penanggulangan

bencana adalah santri yang menjawab Serangkaian upaya untuk

mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi anacaman bencana

27 orang santri atau 51%, Pembelajaran tentang kebencanaan 10 orang


101

santri atau 19%, Upaya untuk penyelamatan dan evakuasi korban bencana

alam 16 orang santri atau 30% dan Pembangunan kembali kawasan 0%.

Jawaban santri mengenai soal getaran –getaran yang terjadi dipermukaan

bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan

gelombang seismik dilihatt pada tabel 4.12

Tabel 4.12
getaran yang terjadi dipermukaan bumi akibat pelepasan energi
dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Stunami 10 19
2 Longsor 30 56
3 Gempa Bumi 11 21
4 Tornado 2 4
Jumlah 53 100%

Sumber: Hasil olah data penulis 2020


Tabel 4.12 dapat diketahui responden yang menjawab soal

terkait getaran yang terjadi dipermukaan bumi akibat pelepasan

energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang

seismik santri tingkat stanawi yang menjawab gempa bumi 11 orang

santri atau 21%, Stunami 10 orang santri atau 56%, longsor 30 orang

santri atau 56%, dan tornado 2 orang santri atau 4%. Jawaban santri

tingkat stanawi mengenai soal Indonesia sering kali terjadi gempa

bumi yang disebabakan pergeseran lempeng. Gempa yang

disebabkan pergeseran lempeng bisa dilihat di tabel 4.13

Tabel 4.13
Gempa yang disebabkan pergeseran lempeng
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
102

1 Gempa runtuhan 20 38
2 Gempa Tektonik 10 19
3 Gempa Vulkanik 15 28
4 Gempa Tumbukan 8 5
Jumlah 53 100%

Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.13 dapat diketahui responden yang menjawab soal

terkait Indonesia sering kali terjadi gempa bumi yang disebabakan

pergeseran lempeng. Gempa yang disebabkan pergeseran lempeng

santri tingkat stanawi yang menjawab gempa vulkanik 15 orang

santri atau 28%, gempa runtuhan 20 orang santri atau 38%, gempa

tektonik 10 orang sanri atau 19%, dan gempa tumbukan 8 orang satri

atau 5%.

Jawaban Santri tingkat stanawi I, tingkat stanawi II dan tingkat

stanwi III di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya yang menjawab

intrumen tes pada butir soal mengenai Peristiwa-peristiwa alamiah

yang menjadi penyebab gempa bumi, untuk lebih jelasnya penulis

menyajikan tabel, dapat dilihat di tabel 4.14

Tabel 4.14
Peristiwa-peristiwa alamiah yang menjadi penyebab gempa
bumi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Runtuhan pegunungan 0 0
2 Patahan 0 0
3 A, B dan D benar 50 94
4 Letusa gunung berapi 3 6
103

Jumlah 53 100%

Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.14 dapat diketahui responden yang menjawab soal

terkait Berdasarkan sifat dan penyebabnya gempa bumi sanggup

terjadi lantaran insideb alamiah dan lantaran tindakan buatan

manusia. Peristiwa –peristiwa alamiah yang menjadi penyebab

gempa bumi. Santri tingkat stanawi yang menjawab A, B dan D

benar 50 orang santri atau 94%, letusan gunung berapi 3 orang atau

6%, runtuha pegunangan 0%, patahan0%.

Dapat disimpulkan pengetahuan responden dalam mengahadapi

kesiapsiagan bencana alam gempa bumi masih banyak responden

yang belum memahami dan mengetahui terkait kesiapsiagaan, hal ini

dapat dilihat dari hasil tes yang di sajikan oleh penulis sesuai

perhitungan hasil dilapangan, jika dilihat dari indeks pengetahuan

kesiasiagaan nilainya masih dibawah rata-rata dan masuk kategori

pengetahuan santri mengenai kesiapsiagaan masih rendah.

b. Pengetahuan Responden Terhadap Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana pesantren yang memadai sangatlah penting

untuk mepersiapkan kesiapsiagaan jika sewaktu-waktu terjadi

bencana. Sarana seperti bangunan pesantren yang aman terhadap

bencana, perlengkapan yang dimiliki pesantren dalam menghadapi

bencana, seperti peta lokasi, jalur evakusi dan lain-lain, serta

prasarana seperti pendidikan memberikan pengetahuan kebencanaan,


104

simulasi bencana dan yang lainnya merupakan aspek yang harus ada

dilingkungan pendidikan

Gambar 4.15
Lokasi Pondok Asrama Putra

Jawaban responden mengenai pengetahuan sarana prasarana

yang berada di Pondok Pesantren Riyadlul Huda yang akan

mendukung Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam gempa

bumi penulis membuat soal tes untuk tingkat stanawi putra dan putri

dari mulai tingkat stanawi I, Stanawi II dan tingkat stanawii III untuk

mengukur tingkat pengetahuan santri di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

pengenai pengetahuan sarana prasarana yang berada di Pondok

Pesantren dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa

bumi. Penulis menyajikan hasil dari tes tersebut dalam bentuk tabel

4.15

Tabel 4.15
Infrastuktur apa saja yang harus disiapkkan dalam menunjang
kesiapsiagaan bila terjadi gempa bumi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tenda, kantin, Toilet 4 7


105

2 Sarana olahraga, ruang rapat, mushola 0 0


3 Ruang terbuka, denah lokasi, jalur 21 40
evakuasi, ruang evakuasi
4 Semuanya benar 28 53
Jumlah 53 100%

Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.15 dapat diketahui responden yang menjawab soal

mengenai Infrastuktur apa saja yang harus disiapkkan dalam

menunjang kesiapsiagaan bila terjadi gempa bumi. Santri tingkat

stanawi yang menjawab ruang terbuka, denah lokasi, jalur evakuasi,

ruang evakuasi sebanyak 21 orang santri atau 40%, Tenda, kantin,

toilet sebanyak 4 orang atau 7%, Sarana olahraga, ruang rapat,

mushola sebanyak 0%, semua benar 28 orang santri atau 53%.

Jawaban responden santri tingkat stanawi I, II dan tingkat stanawi

III di Pondok Pesantren Riyadlul Huda, mengenai soal pengaruh

diadakan penyuluhan kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi,

untuk lebih jelasnya penulis menyajikan tabel dalam bentuk hasil

perhitungaan data sesuai dilapangan dan bisa dilihat di bawah ini

tabel 4.16

Tabel 4.16
Pengaruh diadakan penyuluhan kesiapsiagaan dalam
menghadapi gempa bumi
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Masyarakat akan menjadi lebih waspada 23 43
2 Masyarakat akan menjadi ketakutan 10 19
3 Tidak peduli 0 0
4 A dan B benar 20 38
106

Jumlah 53 100%

Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.16 santri tingkat stanawi yang menjawwab soal

mengenai Pengaruh diadakan penyuluhan kesiapsiagaan dalam

menghadapi gempa bumi yang menjawab masyarakat akan menjadi

lebih waspada sebanyak 23 orang santri atau 43%, Masyarakat akan

menjadi ketakutan 10 orang asantri atau 19%, tidak peduli 0%, A

dan B benar 20 orang santri atau 38%. Jawaban responden mengenai

kepanjangan dari P3K bisa dilihat didalam tabel 4.17

Tabel 4.17
Kepanjangan P3K
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Pertolongan pertama pada kecelakaan 45 85


2 Pencegahan Penyebaran Penyakit 8 15
Korona
3 Penanggulanan Pasien Penderita 0 0
korona
4 Pencegahan Penyebaran Pandemi 0 0
Kangker
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.17 mengenai soal kepanjangan P3K adalah santri

tingkat stanawi yang menjawab Pertolongan pertama pada

kecelakaan sebanyak 45 orang santri atau 84%, Pencegahan

Penyebaran Penyakit Korona 8 orang santri atau 15%,

Penanggulanan Pasien Penderita korona sebanyak 0%, Pencegahan

Penyebaran Pandemi Kangker sebanyak 0%.


107

Jawaban responden yang menjawab soal mengenai soal pada

tahap apakah pemulihan sarana prasarana santri agar kembali

bekerja normal setelah rusak setelah terjadi gempa bumi. Bisa dilihat

di tabel 4.18

Tabel 4.18
pada tahap apakah pemulihan sarana prasarana santri agar
kembali bekerja normal setelah rusak setelah terjadi ggemppa
bumi.
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Peringatan dini 0 0
2 Rekontruksi 29 55
3 Mitigasi Bencana 22 41
4 Penanggulangan Bencana 2 4
Jumlah 53 100%

Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.18 mengenai soal pada tahap apakah pemulihan sarana

prasarana santri agar kembali bekerja normal setelah rusak setelah

terjadi gempa bumi santri tingkat stanawi yang menjawab

rekontruksi sebanyak 29 orang santri atau 55%, peringatan dini 0%,

Mitigasi bencana 22 orang atau 41%, penanggulangan bencana 2

orang santri atau 4%.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahaun

santri tingkat stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda mengenai

sarana prasarana yang harus disiapkan dalam menunjang

kesiapsiagaan dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi jika

dilihat masih rendah hal ini dikaitkan dengan nilai indeks


108

pengetahuan santri yang di bawah rata-rata (Mengacu Kepada

Ukuran Kesiapsiagaan Menurut LIPI_UNESCO/ISDR, 2006).

c. Pengetahuan Responden Terkait Mobilisasi Sumberdaya Manusia

Mobilitas sumberdaya pada sistem kesiapsiagaan memiliki peran

sama pentingnya dengan sistem lainnya dan keseluruhannya harus

saling berkesimbungan. Mobilitas sumberdaya yang berupa

sumberdaya manusia meliputi dari keterampilan, pelatihan,

pergerakan, kebiasaan yang berkaitan dengan kebencanaan.

Mobilitas sumberdaya ini merupakan suatu potensi yang dapat

mendukung kesiapsiagaan serta meminimalisir dari dampak suatu

bencana

Hasil data dilapangan dapat diketahui dari jawaban sanri tingkat

stanawi di Pondook Pesantren Riyadlul Huda dari tingkat I, II dan

tingkat stanawi III, dalam mobilitas sumberdaya yang ada di Pondok

Pesantren terkait dengan Pengetahuan Santri tingkat Stanawi dalam

menghadapi kesiapsiagaan dari bencana alam gempa bumi lebih

jelasnya bisa dilihat dalam Tabel 4.19

Tabel 4.19
Yang dimaksud dengan tanggap darurat
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Pemulihan sarana prasarana vital 15 28


2 Pelaksanaan pembangunan ekonomi 0 0
jangka menengah dan panjang
3 Meniadakan sebagian atau seluruh 10 19
korban akibat bencana yang terjadi
4 Serangkaian kegiatan pemberian 28 53
bantuan kepada korban bencana
Jumlah 53 100%
109

Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.19 mengenai soal yang dimaksud dengan tanggap

darurat. Santri tingkat stanawi yang menjawab Serangkaian kegiatan

pemberian bantuan kepada korban bencana sebanyak 28 orang santri

atau 53%, Pemulihan sarana prasarana vital 15 orang atau 28%,

Pelaksanaan pembangunan ekonomi jangka menengah dan panjang

0%, Meniadakan sebagian atau seluruh korban akibat bencana yang

terjadi 10 orang santri atau 19%. Jawaban santri tingkat stanawi

mengenai soal pada tahap manakah yang merupakan tahap evakuasi

korban. Bisa dilihat dari tabel 4.20.

Tabel 4.20
Pada tahap manakah yang merupakan tahap evakuasi korban
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Kesiagaan 10 19
2 Peringatan dini 0 0
3 Tanggap darurat 23 43
4 Penanggulangan Bencana 20 38
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020
Tabel 4.19 mengenai soal yang dimaksud dengan pada tahap

manakah yang merupakan tahap evakuasi korban. Santri tingkat

stanawi yang menjawab tanggap darurat sebanyak 23 orang santri

atau 43%, yang menjawab kesiagaan sebanyak 10 orang santri atau

19%, yang menjawab peringatan dini 0%, dan yang menjawab

penanggulangan bencana 20 orang santri atau 38%. Jawabaan

responnden mengenai soal yang dimaksud dengan pasca rehabilitas.

Bisa dilihat di tabel 4.21


110

Tabel 4.21
Yang dimaksud dengan pasca rehabilitas.
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Memulihkan jiwa korban bencana 34 64
2 Mencegah kehilangan korban jiwa 10 19
3 Mengurangi kerusakan harta benda 2 4
dan kehilangan sumber ekonomi
4 Mengurangi penderitaan manusia 7 13
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Tabel 4.21 mengenai soal yang dimaksud dengan pasca

rehabilitas. Santri tingkat stanawi yang menjawab memulihkan jiwa

korban bencana sebanyak 34 orang atau 64%, yang menjawab

mencegah kehilangan korban jiwa sebanyak 10 orang santri atau

19%, mengurangi kerusakan harta benda dan kehilangan sumber

ekonomi sebanyak 2 orang atau 4%, dan yang menjawab

mengurangi penderitaan manusia 7 orang santri atau 13%. Jawaban

responden mengenai soal cara yang dapat dilakukan untuk

melakukan psikis mental anak pasca bencan. Bisa dilihat di tabel

4.22

Tabel 4.22
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan psikis mental
anak pasca bencana
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Pendekatan dengan wawancara 23 43


2 Diajak berbicara mengenai bencana 0 0
yag di alami
3 Diajarakan keterampilan, 17 32
menggambar dan bermain
4 Diajak mencari saudaranya yang 13 25
hilang
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020
111

Tabel 4.22 mengenai soal cara yang dapat dilakukan untuk

mellakukan psikis mental anak pasca bencana. Santtri tingkat

stanawi yang menjawab diajarakan keterampilan, menggambar dan

bermain sebanyak 17 orang santri atau 32%, pendekatan dengan

wawancara sebanyak 23 orang santri atau 43%, diajak berbicara

mengenai bencana yag di alami 0%, diajak mencari saudaranya yang

hilang 13 orang santri atau 25%.

Tabel tersebut dapat disimpulkan dari banyaknya pertanyaan

mengenai pengetahuan mobilitas sumber daya manusia santri tingkat

stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda, jika dilihat dari nilai

hasil perhitungan dilapangan di bawah rata-rata masuk kategori

rendah (Mengacu Kepada Kepada Ukuran Kesiapsiagaan Menurut

LIPI_UNESCO/ISDR,2006). Hal ini dapat dilihat dari fakta dan

hasil analisis dilapangan bahwa di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

memang belum tersedianya tim santri yang nantinya akan bertugas

untuk keadaan darurat jika sewaktu-waktu terjadi bencana, dan

keterlibatan Pesantren dengan jaringan intansi luar yang bertugas

dalam menghadapi kesiapsiagaan belum ada komunikasi untuk

bekerjasama.

d. Pengetahuan Kebijakan dalam menghadapi Bencana Alam

Gempa Bumi Di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

Kebijakan merupakan merupakan salah satu upaya yang kongkrit

dalam melaksanakan kegiatan kesiapsiagaan bencana. Perumusan


112

kebijakan dalam kesiapsiagaan bencana dapat diwujudkan melalui

rencana kurikulum pendidikan, perencanaan sumberdaya manusia, dan

turut serta terlibat pada kesiapsiagaan bencana dan fasilitas serta

pendanaan untuk penyelenggaraan kesiapsiagaan (Adiyoso,

2018:192). Kaitannya dengan hal ini ada beberapa upaya yang bisa

dilakukan agar tingkat pengetahuan santri terhadap kesiapsiagaannya

dalam menghadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Kabupaten Tasikmalaya.

Jawaban mengenai Pengetahuan Santri Tingkat Stanawi di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda terkait Kebijakan Dalam

menghadapi Kesiapasiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya, dapat dilihat dari perhitungan data soal

manfaat diadakannya aturan dalam sebuah lingkungan/organisasi dari

tabel 4.23

Tabel 4.23
Manfaat diadakannya aturan dalam sebuah
lingkungan/organisasi
No Alternatif Jawaban Frekuens Persentase
i
1 Menciptakan keindahan, keindahan dan 6 11
demokrasi
2 Aturan diciptakan untuk dilanggar 0 0
3 Terciptanya ketertiban, keamanan dan 42 79
kenyamanan dalam suatu
lingkungan/organisasi
4 Menciptakan kesempurnan dalam suatu 5 10
organisasi
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020
113

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa mengenai santri tingkat

stanawi soal manfaat diadakannya aturan dalam sebuah

lingkungan/organisasi. Santri yang menjawab terciptanya ketertiban,

keamanan dan kemyamanan dalam suatu lingkungan/organisasi

sebanyak 42 orang santri atau 79%, menciptakan keindahan,

keindahan dan demokrasi 6 orang santri atau 11%, aturan diciptakan

untuk dilanggar 0%, menciptakan kesempurnan dalam suatu

organisasi 5 orang santri atau 10%.

Jawaban santri tingkat stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda mengenai 1. Mewujudkan kesejahteraan, 2 memberikan

kepastian hukum bagi masyarakat, 3. Memberikan rasa keadilan bagi

masyarakat uraian tersebut termasuk kedalam. Untuk lebih jelasnya

penulis menyajikan tabel sesuai dari hasil data di lapangan, bisa

dilihat di tabel 4.24

Tabel 4.24
1. Mewujudkan kesejahteraan
2. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat
3. memberikan rasa keadilan bagi masyarakat
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tujuan dari terciptanya suatu aturan 42 79


2 Manfaat aturan 6 11
3 Manfaat adanya jalur evakuasi 0 0
4 Tujuan terciptanya dari Undang- 5 10
Undang Dasar
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Berdasarkan tabel 4.24 diketahui bahwa mengenai santri tingkat

stanawi soal 1. Mewujudkan kesejahteraan, 2 memberikan kepastian


114

hukum bagi masyarakat, 3. Memberikan rasa keadilan bagi

masyarakat uraian tersebut termasuk kedalam. Santri yang menjawab

tujuan dari terciptanya suatu aturan sebanyak 42 orang santri atau

79%, manfaat aturan 6 orang santri atau 11%, manfaat adanya jalur

evakuasi 0%, tujuan terciptanya dari Undang-Undang Dasar 5 orang

santri atau 10%.

Jawaban santri tiingkat stanawi I, Tingkat stanawi II Dan

tingkat Stanawi III di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Suakaraame Kabupaten Taikmalaya mengenai

soal yang dilakukan sebagai santri untuk menimalisir kerusakan

akibat bencana gempa bumi, untuk lebih jelasnya penulis

menyajikan tabel sesuai data dilapanagan dan bisa dilihar di tabel

4.25

Tabel 4.25
Yang dilakukan sebagai santri untuk menimalisir kerusakan
akibat becana gema bumi.
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1 Melakukan simulasi kesiapsiagaan 25 47


2 Membuat famplet agar orang lain 12 23
mengetahui tentang kesiapsiagaan
bencana
3 Updet di sosial media tentang 0 0
kesiapsiagaan bencana
4 Semua akan dilakukan 16 30
Jumlah 53 100%
Sumber: Hasil olah data penulis 2020

Berdasarkan tabel 4.25 diketahui bahwa mengenai santri tingkat

stanawi mengenai soal Yang dilakukan sebagai santri untuk

menimalisir kerusakan akibat becana gema bumi. Santri tingkat


115

stanawi yang menjawab semua akan dilakukan 16 orang santri atau

30%, melakukan simulasi kesiapsiagaan 25 orang santri atau 47%,

membuat famplet agar orang lain mengetahui tentang kesiapsiagaan

bencana 12 orang atau 23%, updet di sosial media tentang

kesiapsiagaan bencana 0%.

Materi mengenai kebijakn dapat disimpulkan dari banyaknya

pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kebijakan santri tingkat

stanawi di pondok-pesantren riyadlul huda masih rendah, hal ini bisa

dilihat dari hasil nilai uji tes yang masih dibawah rata-rata, perlu

adanya kebijakan atau tindakan dari pihak pesantren agar santri

tingkat stanawi di pondok-pesantren riyadlul huda bisa meningkat

pengetahuaannya tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

alam gempa bumi (Mengacu Kepada Kepada Ukuran Kesiapsiagaan

Menurut LIPI_UNESCO/ISDR,2006).

4. Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti ingin mengukur tingkat

kesiapsiagaan Santri tingkat stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

melalui indikator kesiapsiagaan yaitu, pengetahuan daan sikap,

peringatan dini, perencanaan keadaan darurat, mobilasasi sumberdayaa,


116

serta kebijakan mengenai keadaan darurat kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor utama dalam kesiapsiagaan.

Pengetahuan ini didasarkan pada pengalaman Santri terhadap bencana

alam gempa bumi. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat

memengaruhi sikap dan kepedulian Santri untuk siap dan siaga

terhadap mengantisipasi bencana terutama bagi Santri yang berasal

dari luar daerah yang kemudian menetap didaerah yang rawan

terhadap bencana alam (Hidayati dkk, 2006:14). Sikap adalah suatu

bentuk respon dari Santri berdasarkan pengalamannya akan suatu

peristiwa (Purfatyesari, 2010:20).

Perhitungan nilai indeks pengetahuan dan sikap untuk

mengetahui tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam

gemmpa bumi berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan

oleh peneliti di lapangan kepada santri atau peserta didik, sehingga

peneliti dapat mengetahui dari tingkat kesiapsiagaan yang ada di

pondok pesantrenn riyadlul huda tersebut, dapat dilihat dalam Tabel

4.26

Tabel 4.26
Tabel Indeks Untuk Parameter Pengetahuan Kesiapsiagaan
(KA)
Indeks Maksimum Indeks Maksimum
No Jawaban Nilai Responden
Pertanyaan pilihan Skor Jumlah Skor Total Jumlah Skor Total
Responden Skor Responden Skor
Pengetahuan
117

1 C 1 53 1 53 28 28 28
3 A 1 53 1 53 26 26 26
7 B 1 53 1 53 27 27 27
10 C 1 53 1 53 23 23 23
11 A 1 53 1 53 24 24 24
12 A 1 53 1 53 27 27 27
13 C 1 53 1 53 11 11 11
17 C 1 53 1 53 15 15 15
18 C 1 53 1 53 50 50 50
Jumlah 477 231

Indeks KA = X 100%
= 231 x 100
477
= 48,42
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2020

Berdasarkan Tabel 4.26 diketahui bahwa nilai indeks parameter

pengetahuan (KA) responden dalam Pengetahuan mengenai

Kesiapsiagaan Santri Tingkat Stanawi dalam Menghadapi Bencana Alam

Gempa Bumi dari tabel tersebut menunjukan pertanyaan nomer 1

membahas mengenai pengertian bencana alam dan pilihan jawaban yang

benar adalah C dan nilai skor jawaban 1 (satu) jumlah responden 53

orang dari mulai tingkat stanawi I, stanawi II, dan stanawi III jika

dihitung kebawah indeks maksimum parameter responden 477,

selanjutnya dari 53 santri yang menjawab benar dari pertanyaan nomer 1

sebanyak 28 orang responden lalu di jumlahkan dari nomer pertanyaan 1

-18 total skor rill parameternya 231 lalu dikalikan 100 dan di bagi

diperoleh dari hasil pengolahan penulis di lapangan memperoleh nilai

sebesar 48,42%, jika mengacu kepada ukuran indeks parameter tingkat

kesiapsiagaan dengan hasil nilai tersebut santri termasuk kedalam

kategori “Kurang Siap” dalam mengadapi kesiapsiagaan bencana alam


118

gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda dari hasil nilai yang

didapatkan tersebut mencerminkan secara teori, santri atau peserta didik

kurang dengan tingkat Pengetahuan yang rendah dalam menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi.

Menurut data yang disajikan penulis faktor yang menyebabkan

rendahnya pengetahuan santri terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi disebabkan karena tingkat pendidikan yang di

dapatkan para Santri tidak sama. Sehingga perlu adanya tindakan khusus

yang disediakan oleh pihak pesantren maupun dari pihak lembaga dari

luar agar dapat memberikan pemahaman non-kepesantrenan mengenai

pengetahuan kebencanaan khususnya materi kesiapsiagaan dalam

mengahadapi bencana alam gempa bumi, karena Pondok Pesantren

Riyadlul Huda banyak Santri yang berasal dari luar daerah dan santri

takhosus (santri tidak sekolah/ non formal), Santri yang belajar formal

(Santri sekolah) memungkinkan adanya pembelajaran di sekolah

mengenai kesiapsiagaan atau memungkinkan pernah mengikuti kegiatan

sosial isasin di Sekolah. Akan berbeda dengan Santri takhosus yang

setiap hari mengikuti pembelajaran kepesantrenan saja, alangkah lebih

baik Santri yang takhosus juga mendapatkan pembelajaran mengenai

pengetahuan kesiapsigaan dalam menghadapi bencana alam gempa bumi.

Mengenai hasil Penelitian lapangan Sarana prasarana yang

tersedia di Pondok Pesantren tentang infrastuktur Pesantren, komunitas


119

santri siap siaga, dan ketersediaan rencana pertolongan pertama. Berikut

penulis lampirkan data hasil indeks Sarana Prasarana di tabel 4.27

Tabel 4.27
Tabel Indeks Untuk Parameter Sarana Prasarana (KA)
No Jawaban Nilai Indeks Maksimum Indeks Maksimum
Pertanyaan Pilihan Skor Jumlah Skor Total Jumlah Skor Total
Responden Skor Responden Skor
Sarana Prasarana
31 C 1 53 1 53 21 21 21
32 A 1 53 1 53 23 23 23
33 A 1 53 1 53 45 45 45
38 B 1 53 1 53 29 29 29
Jumlah 212 127

Indeks KA = X 100%
= 127 x 100
212
= 59,60

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2020

Berdasarkan Tabel 4.27 diketahui bahwa nilai indeks parameter

Sarana prasarana (KA) responden mengenai tingkat kesiapsiagaan

sarana prasarana dalam Kesiapsiagaan Santri Tingkat Stanawi dalam

Menghadapi Bencana Alam Gempa Bumi dari total skor rill parameter

127 di bagi skor maksimum parameter 212 diperoleh nilai sebesar

59,60%, dengan hasil nilai tersebut santri termasuk kedalam kategori

“Hampir Siap” (Mengacu Kepada Ukuran Kesiapsiagaan Menurut

LIPI_UNESCO/ISDR, 2006). Dilihat dari sarana prasarana yang berada

di pondok pesantren riyadlul huda sedikitnya sudah mulai tersedia di

mulai poskestren (pos kesehatan sanntri), alat P3K seperti obat obatan

untuk pertolongan pertama, dan mobil angkutan pesantren untuk

mengevakuasi santri. Akan tetapi mengenai ketersediaan sarana

prasarana seperti jalur evakuasi, peta lokasi dan sarana prasarana yang
120

akan menunjang kesiapsiagaan lainnya belum tersedia dikarenakan

rendahnya pengetahaun santri di pondok pesantren riyadlul hudapun

belum adanya sosialasi atau tindakan khusus dari pesantren maupun

lembaga pemerintah yang bersangkutan untuk memberikan pemahan dan

sosialisasi terkait materi kesiapsiagaan dalam mengahadp bencana alam

gempa bumi.

Mobilitas sumberdaya yang berupa sumberdaya manusia meliputi

dari keterampilan, pelatihan, pergerakan, kebiasaan yang berkaitan

dengan kebencanaan. Mobilitas sumberdaya ini merupakan suatu potensi

yang dapat mendukung kesiapsiagaan serta meminimalisir dari dampak

suatu bencana. Berikut penulis lampirkan indeks Mobilitas Sumberdaya

Manusia santri di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya pada tabel sesuai hasil

analisis di lapangan tabel 4.28

Tabel 4.28
Tabel Indeks Untuk Parameter Mobilitas Sumber Daya Manusia
No Jawaba Nila Indeks Maksimum Indeks Maksimum
Pertanyaa n i Jumlah Sko Tota Jumlah Sko Tota
n Pilihan Sko Responde r l Responde r l
r n Skor n Skor
40 D 1 53 1 53 28 28 28
41 C 1 53 1 53 23 23 23
42 A 1 53 1 53 34 34 34
43 C 1 53 1 53 17 17 17
Jumlah 212 102

Indeks KA = X 100%
= 102 x 100
212
= 48,11
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2020
121

Berdasarkan Tabel 4.28 diketahui bahwa nilai indeks parameter

Pengetahuan Sumber Daya Manusia (KA) responden mengenai Tingkat

Kesiapsiagaan Santri Stanawi dari mulai tingkat stanawi I, II dan III

dalam Menghadapi Bencana Alam Gempa Bumi total skor rill parameter

dari nomer soal 40-43 jumlahnya 102 dikali 100 dibagi skor maksimum

212 jumlah diperoleh nilai sebesar 48,11%, dengan hasil nilai tersebut

santri termasuk kedalam kategori “KURANG SIAP”, hal ini

dikarenakan dari mobilitas sumberdaya manusia itu sendiri meliputi

pelatihan, keterapilan dan pergerakan yang seharusnya ada di dalam

suatu lingkugan itu sendiri belum terjadi.

Pondok Pesantren Riyadlul Huda, belum adanya pelatihan

sosialisasi ataupun pergerakan untuk menujang kesiapsiagaan dalam

mengahadapi bencana alam gempa bumi, hal ini dikarenakan beberapa

faktor diantaranya sulitnya perizinan dari pimpinan karena padatnya

kegiatan pembelajaran di pesantren, adapun jika ada waktu luang santri

di sarankan untuk beristihat atau meghafal pelajaran untuk setoran

hafalan, komunitas terkait santri siapsiagapun belum terbentuk karena

masih rendahnya pengetahuan mengenai kesiapsiagaan.

Tabel 4.29
Tabel Indeks Untuk Parameter Kebijakan (KA)
No Jawaban Nila Indeks Maksimum Indeks Maksimum
Pertanyaa Pilihan i Jumlah Skor Tota Jumlah Skor Total
n Skor Responden l Responden Skor
Skor
48 C 1 53 1 53 42 42 42
49 A 1 53 1 53 42 42 42
50 D 1 53 1 53 16 16 16
Jumlah 159 100
122

Indeks KA = X 100%
= 100 x 100
159
= 62,89
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2020

Berdasarkan Tabel 4.29 diketahui bahwa nilai indeks parameter

Pengetahuan mengenai kebijakan (KA) responden mengenai

pengetahuan Kebijakan dalam Kesiapsiagaan Santri Tingkat Stanawi

dalam Menghadapi Bencana Alam Gempa Bumi diperoleh nilai sebesar

62,9%, dengan hasil nilai tersebut santri termasuk kedalam kategori

“SIAP”, jadi santri tingkat stanawi pondok pesantren riyadlul huda

mengenai kebijakan mengenai kesiapsiagaan yang nantinya jika

diterapkan akan siap karena santri sudah terbiasa dengan penerapan

aturan-aturan yang diadakan baik itu ddi sekolah maupun di pesantren,

akan tetapi untuk saat ini pengetahuan santri terkait kebijakan apa saja

yang seharusnya di lakukan dalam menghadapi kesiapsiagaan masih

rendah, karena belum adanya tindakan dari pihak pondok pesantren

maupun dari lembaga luar yang bersangkutan (Mengacu Kepada Ukuran

Kesiapsiagaan Menurut LIPI_UNESCO/ISDR, 2006).

C. Pembuktian Hipotesis

1. Pembuktian Hipotesis I

Peranan Pesantren Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Gempa Bumi

Untuk Santri Tingkat Stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dihitung

menggunakan indikator diantaranya adalah memberikan pengetahuan,


123

Sarana prasarana, Mobilitas Sumberdaya Manusia, Kebijakaan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai variable-variabel

yang mempengaruhi pengetahuan Santri tingkat stanawi dalam

menghadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok-

Pesaantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabuaten Tasikmalaya dapat dibuktikan pada Tabel dibawah ini

Tabel 4.30
Rangkuman Hasil Analisis Tentang Pengetahuan Kesiapsiagaan di
Pondok Pesantren Riyadlul Huda
No Varabel Hasil Analisis Sesuai Tidak
1 Pengetahuan Tabulase data menghasilkan angka dari 
setiap tingkatan berbeda di tingkat
stanawi I mendapat angka 18% dan
tingkat Stanawi II 16,5% dan tingkat
stanawi III 145 apabila dilihat pada
kategori tingkat pengetahuan bencana
angka tersebut menunjukan “Rendah”
yang artinya Santri tingkat stanawi
tingkat pengetahuan teori kesiapsiagaan
masih memerlukan pengetahuan lebih
mengenai kesiapsiagaan bencana alam
gempa bumi khususnya santri takhosus.
Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan adanya pembelajaran umum
kepada para Santri khususnya pada santri
takhosus, melakukan rencana adanya
kegiatan sosialisasi atau pelatihan
kebencanaan baik itu dilakukan dari
program Pondok Pesantren maupun
lembaga dari luar yang bersangkutan ,
agar para Santri dapat meningkatakan
pengetahuan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana alam gempa bumi
2 Sarana Tabulasi data muncul angkat tingkat 
Prasarana stanawi I 21,7% ditingkat stanawi II
17,9% dan di tingkat stanawi III 16%
yang apabila disesuaikan dengan dengan
tabel kategori tingkat pengetahuan
kesiapsiagaan, angka tersebut
124

menunjukan “Rendah”. Yang artinya


santri diukur dalam segipengetahuannya
paham akan sarana prasarana apasaja
yang memang harus tersedia di Pondok
Pesantren untuk mendukung proses
pembelajaran ataupun upaya apasaja yang
harus dipersiapkan untuk mendukung
kesiapsiagaan, akan tetapi mengenai
sarana prasarana yang ada baik iu
komunitas santri siapsiaga dan lainnya
pesantren riyadlul huda belum siap.
3 Mobilitas Hasil tabulasi angka muncul angka tingkat 
Sumber Daya stanawi I 21,62% di tingkat stanawi II
Manusia 13,96% dan tingkat stanawi III 14,9% dan
apabila disesuaikan dengan tabel kategori
tingkat pengetahuan akan masuk kategori
“Rendah” mengnai pengetahuan mobilitas
sumber daya maanusia.
4 Kebijakan Hasil tabulase data muncul angka tingkat 
stanawi I 25,8% di tingkat stanawi II
19,5% dan di tingkat stanawi III 17,6% itu
artinya dalam mengenai pengetahuan
kebijakan dalam menghadapi
kesiapsiagaan gempa bumi di pesantren
riyadlul huda masuk kategori Rendah

Sumber: Hasil penelitian penulis tahun 2020

Demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis I telah terbukti

yakni: “perananan pesantren dalam menghadapi kesiapsiagaan gempa

bumi untuk tingkta stanawi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya masih rendah.

Belum adanya kebijakan dari pimpinan pondok itu sendiri terkait

memberikan materi pengetahuan kesiapsiagaan, sarana prasarana,

pengetahuan mobilitas sumber daya manusia dan nilai yang di hasilkan

dari perhitungan penulis dilapangan masih dibawah rata- rata jika menaju

pada indek parameter pengetahuan LIPI_UNESCO/ISDR, 2006


125

kesiapsigaan. Artinya masih perlu adanya peningkatan pengetahuan,

sarana prasarana, mobilitas sumberdaya manusia dan kebijakan”.

Peningkatan indikator kesiapsiagaan ini diharapkan dapat menunjang

bahkan membantu dalam proses peningkatan kategori yang sedang

bahkan sangat tinggi.

2. Pembuktian Hipotesis II

Tingkat kesiapsiagaan Satri Stanawi Dalam Menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren

Riyadlul huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya dihitung menggunakan indikator parameter kesiapsiagaan,

diantaranya adalah pengetahuan, sarana prasarana, mobilitas sumberdaya

manusia dan kebijakan di Pondok Pesantren. Lebih jelasnya penulis

menyajikan dalam bentuk pembuktian rangkuman hipotesis II pada tabel

4. 31 sebagai berikut dibawah ini sesuai data yang penulis analisis di

lapangan

Tabel 4.32
Rangkuman Hasil Analisi Mengenai Kesiapsiagaan
No Variabel Hasil Analisis Sesuai Tidak
1 Sangat siap Dari hasil analisis peneliti indek 
kesiapsiagaan jika dikatakan sangat siap
harus tabel tabulasi angka mencapai 80-100,
sedangkan dilihat dari tabel diatas
menghasilkan angka dibawah rata-rata yaitu
48,42% saja, dalam artian kesiapsiagaan di
pondok pesantren riyadlul huda masih
tergolong kategori Kurang siap dikarena
banyaknya faktor yang menghambat santri
minimnya pengetahuan untuk mempelajari
ataupun mengadakan pelatihan di pondok
pesanntren riyadlul huda. Jadi diharapkan ada
kebijakan untuk kedeannya untuk
126

mengupayakan peningkatan pengetahuan,


sarana prasarana , mobilitas sumberdaya
manusia dan kebijan baik itu diselenggarakan
dari program pesantren maupun program dari
instansi lembaga yang bersangkutan.
2 Siap Berdasarkan penelitian dilapangan, jika 
dikatakan siap tabulasi angka harus mencapai
65-79 sedangkan hasil yang dperoleh dari
lapangan masih menghasilkan angka dibawah
rata-rata. Hasil dilapangan menunjukan santri
tingkat stanawi dalam menghaadapi bencana
alam gempa bumi masih belum siap, itu
dikarenakan minimnya pengetahuan santri
khusunya satri takhosus( santri yang tidak
bersekolah) di Pondok pesantren Riyadlul
Huda belum adanya peta jalur evekuasi
maupun

3 Hampir Berdaasarkaan hasil penelitan dilapangan 


siap indeks kesiapsiagaan dikatakan hampir siap
jika angka memperoleh hasil 55- 64 akan
tetapi hasil pengolahan data dilapangan santri
stanawi dalam menghadapi kesiapsiagaan
gempa bumi di pondok pesantren riyadlul
huda Kurang siap hal ini dikarenakan hasil
dilapangan pengetahuan santri stanawi masih
rendah , hal tersebut dikarenaakan di
pesantren riyadlul huda belum adanya
kegiatan simulasi kesiapsiaagaan bencana
alam gempa bumi padalah responden telah
menyatakan bahwa simulasi kesiapsigaan di
pondok pesantren penting dilakukan secara
berkala dengan tujuan dapat meningkatkan
kesiapsiagaan para santri.
4 Kurang Berdasarkan hasil penelitian dilapangan 
siap pengetahua santrri tingkat stanawi dalam
menghadapi kesiapsiagaan di pondok
pesantren termasuk kategori kurang siap. Hal
tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti
rendahnya pengetahuan, belum adanya
kegiatan sosialisasi mengenai kesiapsiagaan,
belum tersediannya peta jalur evakuasi,
denah dan kebutuhan yang menunjang untuk
kesiapsiaagaan.
127

5 Tidak Siap Dari hasil penelitian dilapangan, 


menunjukan santri tingkat stanawi dalam
menghadapi kesiapsiagaan d pesantren
dikatakan tidak siap jika hasil 0-39. Untuk itu
sangat penting bagi pihak pengurus pesantren
maupun lembaga yang bersangkutan untuk
meningkatkan pengetahuan santri dalam
menghadapi kesiapsiagaan di pesantren agar
jika sewaktu-waktu terjadi gempa santri
mengetahui ilmunya apa saja yang harus
dilakukan dan tidak terjadinya kepanikan dan
trauma yang mendalam khhususnya santri
yang berasal dari luar daerah yang memang
tidak rawan akan bencana di daerahnya.

Sumber: Hasil penelitian penulis tahun 2020

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 telah

terbukti yakni: tingkat pengetahuan santri stanawi dalam menghadapi

kesiapsiagaan Bencana alam Gempa Bumi di Pondok Pesa\ntren Riyadlul

Huda Desa Sukaraapih Kecamatan Sukarame Kabuaten Tasikmalaya

yaitu kurang siap, hal tersebut dikarenakana beberapa faktor diantaranya

pengetahuan yang rendah, kondisi lingkungan yang belum memadai,

sarana prasarana , mobilitas sumberdaya manusia dan belum adanya

kebijakan, diharapakan kedepannya ana menjadi sangat siap dan siap,

dan kegiatan sosialisasipun bisa dlakukan dan mendapat perizinan.

D. Pembahasan

1. peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi

untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

Berdasarkan hasil penelitian, pennnelitian ingin mengukur tingkat

pengetahuan santri stanawi dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana


128

alam gempa bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya melalui indikator

kesiapsiagaan yaitu pengetahuan, sarana prasarana, Mobilitas Sumber

daya manusia, dan kebijakan.

a. Memberikan Pengetahuan

Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana merupakan suatu Peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

faktor alam atau non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan Pengetahuan merupakan

faktor utama dalam kesiapsiagaan. Bencana yang dapat terjadi

dilingkungan pesantren berdasarkan dari jenis bencana yang ada

erupsi gunung api dan gempa bumi. Klasifikasi bencana alam

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam antra lain gempa bumi,tsunami, gunung

meletus, banjir dan kekeringan. Dampak dari bencana alam yang

merusak di bidang sosial timbulnya kekacauan lingkungan oleh

karena itu pentingnya adanya peningkatan pengetahuan mengenai

mitigasi bencana, mitigasi bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk menantisipasi bencana melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna, serangkaian upaya untuk mengurangi resiko


129

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan

peningkatan kemampuan menghadapi anacaman bencana.

Pengetahuan kesiapsiagaan mengenai bencana alam gempa

bumi dilingkungan pendidikan khususnya di Pesantren terhadap

peserta didik atau Santri sangatlah penting diterapkan, karena dilihat

dari hasil analisis peta resiko bencana Jawa Barat menunjukan

bahwa Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah dengan resiko

bencana yang cukup tinggi, hal ini di buktikan dengan warna yang

terdapat pada peta. Warna yang terdapat pada peta menunjukan

bahwa wilayah Tasikmalaya berada pada zona merah, warna merah

pada peta apabila dilihat dari legenda merupakan warna yang

ditunjukan untuk menjelaskan bahwa kawasan tersebut merupakan

sebuah kawasan yang sangat rawan atau memiliki resiko bencana

yang sangat tinggi.

Dilihat dari latar belakang santri yang tinggal di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda datang dari berbagai macam daerah, ada

yang datang untuk pesantren sambil bersekolah dan banyak pula

santri yang hanya mengikuti kegiatan Pesantren saja (Santri

takhosus), upaya untuk meningkatkan pengetahuan santri tingkat

stanawi dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi

harus angat diperhatikan dengan tujuan untuk menimalisir terjadinya

kerusakan harta benda, trauma akibat bencana dan tidak menutup

kemungkinan terjadinya korban jiwa.


130

Tingkat pengetahuan santri stanawi dalam mengahadapi

kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren dapat

diketahui dari empat indikator kesiapsiagaan bencana. Perhitungan

mengenai tingkat kesiapsiagaan bencana secara umum dibentuk

dalam bentuk indeks gabungan merupakan dari hasil hitungan empat

parameter kesiapsiagana bencana yaitu pengetahuan dan sikap,

rencana untuk keadaan darurat bencana alam, sistem peringatan

bencana dan mobilitas sumberdaya, yang kemudian ditafsirkan

dalam kategori tingkat kesiapsiagaan santri sehingga dapat diketahui

tingkat kesiapsiagaannya.

Hasil perhitungan penulis dilapangan diketahui bahwa nilai

indeks parameter pengetahuan santri tingkat stanawi dalam

menghadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda untuk santri tingkat stanawi I sebesar 18%

, hasil perhitungan santri tingkat stanawi II 16,5% dan tingkat

stanawi III 14% itu artinya pengetahuan Santri tingkat stanawi di

Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Dalam memberikan pengetahuan

terkait materi kebencanaan maupun kesiapsigaan dalam

mengahadapi bencana alam gempa bumi masih rendah niali yang

diperoleh dari hasil tes santri tingkat stanawi I, stanawi II dan III di

bawah rata-rata (Mengacu Kepada Ukuran Kesiapsiagaan Menurut

LIPI_UNESCO/ISDR, 2006). Pengetahuan merupakan dasar dari

semua tindakan dan kesadaran akan sikap atau tindakan yang

nantinya akan berpengaruh pada bagaimana Santri tingkat stanawi


131

akan bertindak ketika bencana terjadi di Lingkungan Pondok

Pesantren Riyadlul Huda, tentunya dengan pengetahuan yang tinggi

akan mendorong pada meningkatnya tingkat kesiapsiagaan santri.

Salah satu alasan rendahnya pengetahuan Santri tingakat stanawi

terhadap kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi, karena di Pondok

Pesantren Riyaadlul Huda belum adanya kegiatan sosialisasi maupun

pelatihan mengenai mitigasi bencana karena disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya sulitnya perizinan dari pimpinan karena

kegiatan pesantren yang sangat padat, jadi jika ada waktu luang

sedikit Santri lebih memilih untuk digunakan kaelulah (tidur

sebentar sebelum adzan dzuhur) atau digunakan untuk kegiatan

setoran hafalan dan sorogan, kurangnya respon dari para santri

karena responden mengemukaan pembelajaran umum disekolah juga

cukup di mata pelajaran Geografi dan sebagian responden

takhosuspun mengemukakan pendapat juga, sosialisasi di Pondok

Pesantren memang penting akan tetapi kembali lagi bahwa hidup dan

mati itu sudah ada yang menentukan.

Hasil observasi dilapangan, Pondok Pesantren Riyadlul Huda

belum memiliki jalur evakuasi ataupun denah lokasi Pesantren

bahkan sebagian santri ada yang belum pernah sama sekali melihat

jalur evakuasi ataupun mengetahui fugsinya, Santri yang bersekolah

pernah melihat jalur evakuasi di sekolah beda halnya dengan santri


132

takhosus, sebagian santri takhosus pernah melihat jalur tersebut di

pinggir jalan dan sekolah saat responden masih bersekolah.

Rois Pondok Pesantren mengemukakan diharapkan kedepannya

Pondok Pesantren Riyadlul Huda bisa mengupayakan untuk kegiatan

sosialisasi di Pesantren guna untuk meningkatkan pengetahuan santri

terhadap kesiapsiapsiagaan gempa bumi, dan santri akan lebih siap

dalam menghadapi bencana alam walaupun memang santri jauh dari

dari keluarga. Semoga untuk kedepannya perizian mengenai

pembelajaran umum tidak sulit dan pihak lembaga luar yang

bersangkutan bisa bekerja sama dengan pihak lembaga pesantren.

b. Sarana prasarana

Inprastuktur di lingkungan pendidikan di Sekolah maupun

Pondok Pesantren sangat penting untuk menunjang kegiatan

pembelajaran.

Sarana prasarana bukan hanya memacu pada perlengkapan barang

ataupun bangunan saja akan tetapi komunitas dan

pengorganisasianpun perlu di adakan dari setiap kelompok dan

lingkungan agar tercapainya suatu visi dan misi dari tujauan

kelompok tersebut.

Pengetahuan Santri Stanawi terhadap Sarana prasarana di

Pondok Pesantren mengacu pada Indeks tingkat pengetahuan melalui

perhitungan berbeda dari setiap tingkatan dari tingkat stanawi I

21,7%, di tingkat stanawi II 17,9% dan santri tingkat stanawi III


133

16% dari setiap tingkatan berbeda jumlahnya karena bisa dilihat dari

jumlah siswa tiap tingkatanpun berbeda tingkat stanawi I lebih

banyak dari tingkatan lainnya, santri tingkat stanawi I di sekolah

masih mempelajari mata pelajaran IPS beda halnya dengan tingkat

stanawi II dan III sudah menjurus masuk kejurusan yang diminati

dan rata-rata santri Pondok-Pesantren Riyadlul Huda mengambil

jurusan agama di sekolah jadi untuk mempelajari materi

kesiapsiagaanpun berkurang. Mengenai infrastuk yang harus

disiapkan dalam menunjang kesiapsiagaan bila terjadi gempa seperti

ruang terbuka, denah lokasi, jalur evakuasi dan ruang evakuasi yang

menjawab benar hanya 18,4% saja dalam arti dari 53 hanya 10 orang

saja yang menjawab benar karena memang di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda belum tersedia sarana prasarana yang menunjang

untuk kesiapsiagaan untuk ruang terbuka Pondok Pesantren Riyadlul

Huda memiliki area yg cukup luas untuk menampung santri akan

tetapi ruang terbuka tersebut hanya ada di area komplek kawasan

Putra saja, untuk Santri Putri jika sewaktu-waktu terjadi gempa dan

kepanikan untuk sampai keruang terbuka akan sulit dan berdesakan

jika lari bersamaan karena area komplek asrama putri banyak sekali

jalan lorongnya yang sempit dan harus menuruni tangga terlebih

dahulu, ruang terbuka yang d jadikan kawasan kegiatan pesantren

seperti acara alumni, PHBI, atau kegiatan olahraga santri lainnya

sekarang sudah beratap guna untuk mengantisipasi terjadinya hujan


134

jika sewaktu-waktu ada kegiatan pesantren yang cukup lama. Selain

ruang terbuka penulis juga menanyakan denah lokasi dan jalur

evakuasi, Pondok-Pesantren Riyadlul Huda belum memiliki sarana

prasarana tersebut mungkin untuk kedepannya Pesantren bisa

memfasilitasinya jawaban dari Pengurus Pondok. Pengaruh

diadakannya penyuluhan kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa

bumi efeknya santri akan lebih waspada, di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda sejauh ini belum pernah diadakan kegiatan pelatihan

maupun kegiatan sosialisasi mengenai mitigasi bencana karena

padatnya kegiatan pesantren dan sulitnya perizinan, Pesantren hanya

fokus di program kepesantrenan saja seperti pengajian kitab kuning,

fiqih , nahwu, tauhid dan ilmu alat saja adapun ekstrakulikuler

tambahan santri hanya bisa mengikuti kegiatan programa tataboga,

berkebun, perikanan dan silat. Pertolongan pertama pada kecelakaan

santri yang menjawab jawaban ini lebih banyak yang bisa karena di

Pondok Pesantren Riyadlul sudah memiliki alat kesehatan seperti

ruang poskestren, tandu, dan obat-obatan untuk menolong santri

yang sewaktu-waktu ada yang sakit, Manfaat dari adanya komunitas

P3K di Pondok Pesantren Riyadlul Huda belu terbentuka karena kata

pengurus cukup di pegang oleh RC (Rois Cobong) dari masing-

masing asrama.

c. Mobilitas Sumberdaya Manusia


135

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai indeks

parameter mobilitas sumber daya manusia mengacu pada indikator

tingkat kesiapsiagaan bencana ,nilai hasil perhitungan penulis di

tingkat stanawi I yang menjawab benar sebanyak 21,62% di tingkat

stanawi II yang menjawab benar sebanyak 13,96% dan di tingkat

stanawi III sebesar 14,9% masih dibawah rata-rata jika mengacu

kepada indeks pengetahuan kesiapsiagaan, jadi untuk meningkatkan

pengetahuan Santri tingkat stanawi Pondok Pesantren Riyadlul Huda

perlu d perhatikan. Tanggap darutat adalah serangkaian kegiataan

pemberian bantuan kepada korban bencana santri yang menjawab

benar hanya 28 orang saja dari 53, di Pondok Pesantren Riyadlul

huda belum adanya komunitas Santri yang tanggap darurat akan

bencana karena belum adanya pelatihan atau pengarahan untuk

kegiatan tersebut, jika d Pesantren terjadi sesuatu nantinya pihak

pengurus saja yang mengurusnya jawaban salah satu responden.

Pengetahua mengenai tahap evakuasi korban tanggap darurat, yang

termasuk kedalam pasca rehabilitas dengan cara memulihkan jiwa

korban.

Kesimpulannya Pondok Pesantren Riyadlul Huda tingkat

pengetahuan santri stanawi masih sedang, perlu adanya tindakan dan

perhatian dari pihak Pengurus Pesantren maupun lembaga luar yang

bertugas untuk meningkatkan pengetahuan para Santri, pembentukan

komunitas Santri tanggap darurat penting di bentuk dalam suatu


136

lingkungan yang rawan akan bencana seperti Tasikmalaya,

pemenuhan kebutuhan dasar para korban bencana merupakan suatu

upaya dalam melaksanakan tanggap darurat. Kebutuhan yang biasa

di perlukan adalah penyediaan obat-obatan, makanan, dan sistem

komunikasi.

Pemenuhan kebutuhan dasar para korban bencaana berkaitan

juga dengan pengorganisasian dan penyedian sumber daya, kegiatan

pengorganisasian dan penyediaan sumber daya mencakup

identifikasi kompetensi dan keterampilan personil yang

dibutuhkan.Upaya peningkatan kesiapsiagann dapat dilakukan degan

cara meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kemampuan

menghadapi bencana secara efektif dan efisien, dilakukannya

kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan kesiapan dalam

menghadapi bencana alam dan meningkatkan pengetahuan mengenai

kebijakan dan siklus kesiapsiagaan dengan bak dan benar. Karena

hal itu menjadi dasar sebuah sebuah keterampilan Santri dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda.

d. Kebijakan

Terlaksananya kegiatan-kegiatan Pesantren harus didukung

dengan kebijakan pimpinan Pondok-Pesantren Riyadlul Huda dan

lembaga pemerintah yang memihak pada berjalannya perencanaan

kebencanaan, yang kebijakan ini merupakaan saalah satu upaya


137

kongkrit dalam melaksanakan kegiatan kesiapsiagaan bencaa.

Perumusan kebijakan dalam kesiapsiagaan bencana dapaat

diwujudkan melalui rencana kurikulum pendidikan program

pesantren itu sendiri. Dari hasil penelitian dilapangan indeks

parameter penegtahuan kesiapsiagaan nilai yang di peroleh santri

tingkat stanawi I yaitu 25,8% di tingkat stanawi II 19,5% dan di

tingkatat stanawi III 17,6% nilai yang diperoleh masih dibawah rata-

rata (Mengacu Kepada Ukuran Kesiapsiagaan Menurut

LIPI_UNESCO/ISDR, 2006).

Secara umum manfaat adanya aturan dalam sebuah

lingkungan/organisasi untuk terciptanya ketertiban, keamanan, dan

kenyaman dalam suatau lingkungan, Santri yang menjawab benar 42

responden itu artinya para santri sepakat untuk adanya aturan dan

kebijakan di lingkungan yang para santri tempati sekarang, tujuan

dari adanya suatu aturan yaitu mewujudkan kesejahteraan bersama,

memberikan kepastian hokum bagi masyarakat, memberikan rasa

keadilan bagi masyarakat santri yang menjawab benar hanya 42

responden itu artinya dalam segi pengetahuan santri masih perlu

diperhatikan, dan perlu adanya peningkatan pengetahuan agar bisa

mencai indeks pengetahuan yang tinggi, yang harus dilakukan

Santri untuk menimalisir kerusakan di Pondok Pesantren dengan

cara adanya melakukan simulasi kesiapsiagaan bencana gempa

bumi, membuat famplet di papan informasi agar orang lain


138

mengetahui kesiapsiagaan bencana, Santri yang menjawab benar 22

responden saja, di Pondok Pesantren Riyadlul Huda belum adanya

kebijakan ataupun rencana untuk pesantren yang aman akan

bencana.

2. Tingkat kesiapsiagaan santri stanawi terhadap kesiapsiagaan

bencana alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

Menurut (Undang-undang Nomer 24 Tahun 2007 tentang

penanggulanan banana) kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian

serta melaului langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kesiapsagaan merupakan serangkaian kegiatan yang didalamnya

terdapat berbagai proses untuk membantu menimalisir atau

merencanakan berbahgai hal untuk membantu menimalisir atau

merencanakan berbagai hal untuk mengantisispasi terjadinya sebuah

peristiwa bencana yang akan akan memiliki dampak cukup besar seperti

hilangnya nyawa, hrta benda, dan fasilitas publik lainnya.. Contoh hal

pertama yang dapat dilakukan saat sebelum terjadnya bencana, seperti

memberikan edukasi perihal bencana, apasaja yang dimungkinkan

terjadi di wilayah tersebut dan hal apasaja yang harus di lakukan pada

saat bencana itu terjadi, kedua hal apa saja yang harus dilakukan pada

saat bencana itu telah terjadi, hal tersebut merupakan serangkaia kecil

dalam proses kesiapsiagaan bencana.


139

a. Pengetahuan

Hasil analisis di lapangan kesiapsiagaan santri tingkat stanawi

di Pondok Pesantren Riyadlul Huda di ukur dari indeks kesiapsiap

bencana dan dari hasil perhitungan penulis untuk pengetahuan

memperoleh nilai 48,42% itu artinya kesiapsiagaan santri tingkat

stanawi dalam pengethuannya jika dilihat (Mengacu Kepada

Ukuran Kesiapsiagaan Menurut LIPI_UNESCO/ISDR, 2006)

tergolong KURANG SIAP dilihat dari lapangan Pondok Pesantren

RIYADLUL Huda belum memiliki jalur evakuasi maupun denah

lokasi dan belum adanya program pembelajaran umum dari

Pesantren mengenai materi kesiapsiagaan dikarenakan sulitnya

perizinan dari pimpinan pesantren.

b. Sarana Prasarana
Dari hasil analisiss di lapangan kesiapsiagaan santri tingkat

stanawi mengenai sarana prasarana di Pondok-Pesantren Riyadlul

Huda dilihat dari infrastuktur Pesantren belum tersedia banguna

pondok pesantren yang di sekelilingi oleh perbukitan, kolam dan

perkebunan menyulitkan Santri untuk lari ke area terbuka

khususnya santri putri, ditambah lagi Pondok Pesantren Riyadlul

Huda terus menerus melaksanakan pembangunan menjaadikan area

terbuka yang nantinya akan menampung santri menjadi sempit,

pembentukan komunitas santri siap siagapun belum tersedia di

Pondok Pesantren Riyadlul Huda semua diatur oleh pengurus

Pesantren yang bertanggung jawab, untuk tersedianya rencana


140

pertolongan pertama di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

sedikitnya sudah tersedia dari mulai ruang poskestren, obat-obatan,

tandu dan mobil pesantren.

Hasil perhitungan mengenai sarana prasarana 59,60%, itu

artinya kesiapsiagaan santri tingkat stanawi dalam menghadapi

bencana alam gempa bumi Hampir Siap, untuk kedepannyaa

pengurus Pondok-Pesantren Riyadlul Huda bisa menjadikan

kesiapsiagaan santri akan lebih siap dalam menghadapi

kesiapsiagaan bencana alam ggempa bumi.

c. Mobilitas Sumberdaya Manusia

Berdasarkan indeks parameter kesiapsiagaan mobilitas

sumberdaya manusia, upaya kesiapsiagaan bencana Santri tingakat

stanawi Pondok Pesantren Riyadlul HUDA adalah 48,11% itu

artinya tingkat kesiapsiagaan Santri masuk kategori KURANG

SIAP (Mengacu Kepada Ukuran Kesiapsiagaan Menurut

LIPI_UNESCO/ISDR, 2006).

Di Pondok-Pesatren Riyadlul Huda belum tersedianya tim

keadaan darurat, dan sama sekali belum adanya keterlibatan

Pesantren dengan jaringan kesiapsiagaan hal itu dikarenakan

Pondok-Pesantren Riyadlul Huda untuk saat ini memfokuskan

Santri pada program-progma Kepesantrenan seperti pengajian,

setoran hafalan kitab, dan ekstrakulikuler kepesantrenan seperti

berkebun, berternak, tataboga dan silat.


141

d. Kebijakan

Berdasarkan Indeks parameter kesiapsiagaan mengenai

kebijakan, Upaya kesiapsiagaan banana Santri tingkat stanawi

Pondok-Pesantren Riyadlul Huda adalah 62,9% itu artinya tingkat

kesiapsiaagn Santri masuk kategori Hampir Siap (Mengacu

Kepada Ukuran Kesiapsiagaan Menurut LIPI_UNESCO/ISDR,

2006).

Pondok-Pesantren Riyadlul Huda belum adanya kebijakan

rencana Pesantren aman bencana, karena bisa dilihat dari tingkat

pengetahuanpun masih rendah itu artinya Santri stanawi Pondok

Pesantren Riyadlul Huda harusnya adanya perhatian lebih baik itu

dari kebijakan Pesantren maupun dari lembaga luar yang bertugas,

khususnya peningkatan pengetahuan kepada Santri takhosusya

(Santri yang tidak bersekolah) karena kebanyakan Santri takhosus

berasal dari luar daerah Tasikmalaya, kemungkinan mereka akan

lebih mendapatkan trauma yang mendalam, jika sewaktu-waktu

terjadi gempa bumi karena biasanya Santri yang berasal dari luar

daerah jika adanya gempa hanya efek dari daerah pusatnya saja

seperti Tasikmalaya, akan tetapi saat mereka mondok di Pondok

Pesantren merasakan efek getaran gempa dari pusatnya.

Kebijakan mengenai tindakan yang harus disiapakan Santri

dalam menghadapi kesiapsiagaan gempa bumi jika di terapkan

dapat di manfaatkan dalam waktu jangka panjang, karena Satri


142

yang mondok di Pesantren Riyadlul Huda paling sebentar selama 6

tahun. Jadi sangat penting jika kebijakan kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi di Pesantren bisa di

terapkan. Yang nantinya Santri akan lebih Siap dan terlebih bisa

sangat siap.

E. Analisis Geografi Pengetahuan Santri Tingkat Stanawi Dalam

Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi

Studi geografi dalam menganalisis tentang gejala atau fenomena

geosfer baik fenomena fisik maupun non-fisik dalam kaitannya dengan

gejala manusia dengan alam. Analisis geografi ini dalam sudut pandang

keruangan. Adapun menurut Ahmad Sya (2011:31) studi dalam analisis

geografi meliputi analisis gejala alam, dan meliputi penyebaran,

interelasinya, interaksinya, dan konteks keruangan. Kaitannya dalam

penelitian ini, analisis geografi yakni 5W+1H dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Fenomena Apasajakan Yang akan terjadi di Pondok Pesantren

(What)

Pondok-Pesantren merupakan wadah untuk menimba ilmu santri

yang didalamnya terdapat Santri atau pelajar yang datang dari berbagai

daerah, kobong, madrasah tempat mengaji santri, masjid, kitab-kitab

klasik untuk di aji dipesantren. Fenomena yang akan terjadi di

lingkungan Pondok Pesantren salah satunya adalah bencana gempa bumi

dan longsor, karena kita tau bahwa Tasikmalaya memiliki sebaran sesar
143

aktif berarah umum Barat-Timur merupakan wilayah yang rawan gempa

bumi yang bersumber baik itu dari darat maupun dari laut yang

disebabkan dari aktivitas zona subduksi maupun sistem sesar aktif.

Dilihat dari bangunanya Pondok Pesantren Riyadlul Huda tidak memeilik

ruang terbuka luas disekeliling Pondok Pesantren hanya terdapat

bangunan 2-3 lantai dan pohon pohon, ruang terbuka di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda hanya ada lapangan dan itupun hanya berada di

komplek asrama putra, dari komplek asrama putri untuk menuju ke asrma

putra harus melewatii jalan berlorong sempi dan tangga jika sewaktu

waktu terjadi bencana akan sulit dilalui oleh santri putri jika sewaktu

waktu lari bersamaan. Upaya yang harus dilakukan oleh Pondok-

Pesantren untuk menunjang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

alama gempa bumi adalah dengan memperhatikan kondisi lingkungan

pesantren dimulai dari sarana prasarana seperti adanya jalur evakuasi,

peta lokasi, kondisi bangunan infrastuktur pesantren, P3K, dan paling

terpenting adalah memberikan pembelajaran umum kepada santri

khususnya santri takhosus (tidak bersekolah) agar menambah

pengetahuan dan wawasan mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana alam agar santri siap karena bencana alam datang secara tiba-

tiba tidak bisa di prediksi dan bisa menimpa siapa saja tidak pilih-pilih.

2. Apakah disana rawan terjadi gempa bumi(Where)

Pondok Pesantren Riyadlul Huda terletak di Desa Sukarapih

Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.


144

Hasil analisis peta resiko bencana menunjukan bahwa Tasikmalaya

merupakan salah satu wilayah dengan resiko bencana yang cukup tinggi,

warna yang terdapat pada peta menunjukan bahwa Tasikmalaya berada

paada zona merah. Kabupaten Tasikmalaya di bagian selatan rawan

pergerakan lempeng dan Tasikmalaya memiliki Gunung api Galunggung

yang statusnya masih aktif . Jarak tempuh Pondok Pesantren Riyadlul

Huda ke Galunggung hanya berkisar 19 Km saja, jika sewaktu waktu

Galunggung erupsi getarannya akan sampai ke Pondok Pesantren

Riyadlul Huda.

3. Kapan Gempa bumi itu bisa terjadi (When)

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak dapat

diprediksi dan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Gempa bumi

adalah getaran atau guncangan yang terjadi dan dirasakan di permukaan

bumi yang berasal dari dalam stuktur bumi. Pergeseran tersebut terjadi

sebagai akibat adanya peristiwa pelepasan energy gelombang seismik

secara tiba-tiba yang diakibatkan atas adanya deformasi lempeng

tektonik yang terjadi pada kerak bumi.

4. Siapa saja yang ikut mengelola Pondok Pesantren Riyadlul Huda

(Who)

Pondok Pesantren Riyadlul Huda tidak hanya pimpinannya saja

yang mengelola akan tetapi santripun ikut mengelola dan mengurus

Pondok dari mulai fasilitas Pondok Pesantren dan sarana prasarananya,

santri harus mengikuti aturan aturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh
145

pimpinan Pondok Pesantren yang disampaikan melalui pengurus

pesantren ( santri senior) dari mulai jadwal kegiatan Pesantren, tatatertib

pesantren maupun keamanan Pondok Pesantren. Sedangkan tujuan dari

adanya pengurus santri agar Pondok Pesantren bisa dikelola dengan baik

dan terstuktur.

5. Mengapa di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Perlu mengadakan

kahjian mengenai kesiapsiagaan bencana (Why)

Santri di Pondok Pesantren Riyadlul Huda merupakan santri atau pelajar

yang datang dari berbagai daerah untuk menuntut ilmu mengkaji kitab

kitab klasik dan mempelajari pembelajaran umum disekolah (bagi santri

yang sekolah) sambal menetap dan mondok di Pondok Pesantren selama

pembelajaran berlangsung. Tasikmalaya merupakan kawasan yang rawan

bencana oleh karena itu peranan setiap lingkungan tempat belajar di

upayakan untuk memberikan pengetahuan mengenai mitigasi bencana

baik itu secara teori maupun praktek kesiapsiagaan. Santri di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda di mulai dari tingkat SD, SMP, SMA,

Mahasiswa dan Takhosus (Santri yang tidak bersekolah), Santri yang

bersekolah memungkinkan sedikiknya mengetahui dan mempelajari

mengenai kesiapsigaan akan tetapi berbbeda dengan santri takhosus yang

setiap hari hanya mengkaji kitab sepertin ilmu fiqih, tauhid, nahwu dan

ilmu alat, dan tidak adanya pemebelajaran umum yang diberikan, untuk

itu perlu adanya pengkajian di Pondok Pesantren agar penegtahuan santri

mengenai kesiapsiagaan bisa merata karena dilihat dari di Pondok


146

Pesantren Riyaddlul Huda banyak santri takhosus (santri yang tidak

bersekolah).

Pondok Pesantren Riyadlul Huda belum pernah adanya pelatihan

khusus mengenai mitigasi bencana ataupun pembelajaran khusus

mengenai materi kesiapsiapsiagaan, karena pondok pesantren riyadlul

Huda memiliki jadwal yang sangat padat adapun ada waktu yang

senggang santri tingkat stanawi lebih memilih d pakai waktu istirahat

saja (kaelulah) ataupun menghafal talaran mantan dan kitab, belum lagi

sulitnya perizinan dari pimpinan untuk penyelenggaraan kegiatan

sosialisasi, untuk itu di Pondok Pesantren Riyadlul Huda sarana

prasarrana belum memadai seperti belum adanya peta jalur evakuasi,

denah pesantren dan sarana prasarana lainnya yang menunjang

kesiapsiagaan ,karena pengetahuan santripun masih relatip rendah.

6. Bagaimana tindakann yang Harus dilakukan oleh Pesantren kepada

Santri (How)

Agar pengetahuan santri stanawi dalam menghadapi kesiapsiagaan

bencana aalam gempa bumi bisa meningkat dan menghadapi bencana

bisa siap adalah dengan adanya perhatian dari lembaga yang

bersangkutan dan pengarahan kepada santri pentingnya memahami

materi mitigasi bencana, para pengurus d sela-sela materi pembelajaraan

kitab bisa mengaitkan dengan materi mengenai kebencanaan, jika tidak

bisa dislengarakan kegiatan sosialisasi setiap bulan, setidaknya pengurus


147

pesantren bisa merancang untuk mengadakan kegiatan sosialisasi satu

tahun sekali dan penerapan jalur evakuasi ataupun informasi-informasi

mengenai kesiapsiagaan penting disediakan agar santri tingkat sttanawi

bisa menambah pengetahuan khususnya santri takhosus (santri yang tidak

bersekolah).

F. Keterkaitan Hasil Penelitian dengan Pembelajaran di Sekolah

Mengenal Pembelajaran Geografi

Keterkaitan hasil penelitian dengan pembelajaran sekolah adalah terkait

dengan materi pembelajaran mitigasi bencana alam pada mata pelajaran

geografi yang terdapat dalam pembelajaran siswa kelas XI yaitu di semester

genap, dengan materi pokok sebagai berikut:

1. Jenis dan Karakteristik Bencana Alam

a. Definisi Bencana Alam

Bencana alam berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam

antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Jenis-jenis Bencana Alam

1) Gempa bumi, adalah goncangan yang menimpa suatu daerah,

mulai dari tingkat rendah sampai yang tingkat tinggi yang

membahayakan.
148

2) Letusan Gunungapi, adalah aktivitas gunung yang mengeluarkan

material-material dari dalam bumi seperti batu, krikil, asap, lahar,

debu dan lava.

3) Tsunami, adalah peristiwa alam datangnya gelombang laut yang

besar dan tinggi di daerah pesisir setelah terjadi gempa bumi,

runtuhan dan benda angkasa yang jatuh.

4) Banjir, dapat disebabkan oleh faktor alami ataupun manusia.

5) Kekeringan, merupakan dampak dari perubahan iklim global El

Nino dan La nina, El Nino sebagai penyimpangan iklim

mengakibatkan kemarau panjang, sementara La Nina

menyebabkan musim penghujan yang panjang.

6) Badai angin, merupakan aliran udara yang bergerak karena

berbeda tekanan udara.

7) Kebakaran hutan, dapat disebabkan oleh aktivitas manusia

ataupun faktor alami.

8) Tanah longsor, adalah gerakan massa batuan dan/atau tanah

secara gravitasi yang dapat terjadi secara perlahan-lahan dan tiba-

tiba.

2. Siklus Penanggulangan Bencana

Siklus penanggulangan bencana adalah rangkaian tahapan

kegiatan penanggulangan bencanan yang saling berkaitan.

a. Kegiatan Pra Bencana

1) Kegiatan Mitigasi (Mitigation)


149

Mitigasi adalah upaya-upaya untuk meminalkan dampak

yang di timbulkan bencana. Meliputi langkah-langkah mitigasi

yang dapat berupa tindakan struktural dan nonstruktural.

2) Kegiatan Kesiapsiagaan (Preparedness)

Kesiapsiagaan adalah upaya untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat, efektif, dan

siaga.

3) Sistem Peringatan Dini (Early Warning Sistem)

Sistem peringatan dini adalah upaya untuk memberikan

tanda dari peringatan bahwa bencana kemungkinana akan terjadi.

b. Kegiatan pada Saat Bencana/Tanggap Darurat (Emergency

Response)

Tindakan tanggap darurat (response) merupakan upaya yang

dilakukan segera pada saat terjadi bencana, untuk menanggulangi

dampak yang ditimbulkan dan mengurangi dampak yang lebih besar,

terutama untuk penyelamatan korban dan harta benda.

c. Kegiatan Pasca Bencana

1) Rehabilitasi (pemulihan)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai

pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk

normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek


150

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca

bencana.

2) Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana

dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada

tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama

tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

budaya.

d. Prinsip Penanggulangan Bencana Alam

1) Cepat dan tepat.

2) Prioritas.

3) Koordinasi dan keterpaduan.

4) Berdaya dan berhasil guna.

5) Transparan dan akuntabilitas.

6) Kemitraan.

7) Pemberdayaan.

8) Nondiskriminatif.

9) Nonproletisi.

3. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Alam Di Indonesia

a. Sebaran daerah rawan Gempa.

b. Sebaran daerah rawan Tsunami.

c. Sebaran daerah rawan Gunungapi.

d. Sebaran daerah rawan kekeringan.


151

e. Sebaran daerah rawan kebakaran hutan.

4. Lembaga-Lembaga yang Berperan Dalam Penanggulangan Bencana

Alam

a. Tingkat pusat, yaitu berupa lembaga yang bertugas untuk

mengkoordinasikan penanggulangan bencana adalah badan nasional

penanggulangan bencana (BNPB).

b. Tingkat daerah, lembaga-lembaga yang menangani penanggulangan

bencanan adalah badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), baik

di tingkat Provinsi ataupun Kabupaten/Kota.

c. Sosialisasi bencana kepada masyarakat.

5. Partisipasi Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Alam di Indonesia

a. Pengertian mitigasi bencana, merupakan tindakan-tindakan untuk

memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang dapat

ditimbulkan oleh bencana.

b. Hak dan kewajiban masyarakat.

c. Upaya masyarakat dalam penanggulangan bencana, yaitu:

1) Partisipasi Masyarakat Secara Individu, dapat dilakukan pada saat

pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana.

2) Partisipasi Masyarakat Secara Komunitas, dapat dilakukan melalui

organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti partaipartai,

organisasi masa, PKK, karang taruna, organisasi keagamaan,

lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta kampung siaga

bencana (KSB), dan taruna siaga bencana (TAGANA).


152

d. Penanggulangan bencana melalui kearifan lokal masyarakat.

e. Penanggulangan bencana melalui pendidikan.

f. Penanggulangan bencana melalui teknologi.

Adapun keterkaitannya dengan penelitian penulis yang berjudul

“Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok Pesantren

Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya” yaitu terkait dengan pemberian materi mengenai

pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil deskripsi dan pembuktian hipotesis dapat ditarik beberapa

kesimpulanya mengenai tingkatb Pengetahuan Santri Stanawi dalam

menghadapi Kesiapsiagaaan Bencana Alam Gempa Bumi Di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten

Tasikmalaya

1. peranan Pesantren dalam mengahadapi kesiapsiagaan gempabumi

untuk Santri Stanawi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda Desa

Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

a. Memberikan Pengetahuan (Kondisi Lingkungan Pesantren)

Berdasarkan indeks mengenai pengetahuan Santri tingkat

stanawi dalam menghadapi kesiapsiaagan di Pesantren Riyadlul

Huda mendapat hasil indeks termasuk kategori pengetahuan santri

tersebut rendah dan nilai yang di hasilkan dari setiap butir soalpun

mendapatkan frekuensi masih di bawah rata-rata untuk bisa

mencapai indeks yang tinggi dan hasil tersebut di buktikan hasil tes

d lapangan masih banyak santri yang menjawab salah dalam setiap

butir soal karena belum adanya tindakan dari Pondok Pesantren

maupun lembaga dari luar yang bersangkutan untuk senantiasa

memberikan pengetahuan kepada santri mengenai materi

kesipasiagaan di Pondok Pesantren


154

b. Sarana prasarana

Berdasarkan Indeks parameter mengenai kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi dalam penegtahuan

mengenai sarana prasarana termasuk kategori pengetahuanya

RENDAH, dan sarana prasarana di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi belum

ada.

c. Mobilitas Sumber daya Manusia

Berdasarkan indeks mengenai pengetahuan terhadap Mobilitas

Sumberdaya Manusia Santri tingkat stanawi dalam menghadapi

kesiapsiaagan di Pesantren Riyadlul Huda mendapat hasil indeks

dengan nilai termasuk kategori pengetahuan santri tersebut

RENDAH, dari setiap nilai tabel yang dihasilkan nilai santri dari

hasil tes masih di bawah rata-rata. Mobilitas Sumber Daya Manusia

di Pondok Pesantren Riyadlul Huda seperti pemebentukan yang

bertugas untuk keadaan darurat, ataupun santri siap siaga belum

terbentuk dan tersedia.

d. Kebijakan

Berdasarkan indeks mengenai pengetahuan terhadap Kebijakan

Santri tingkat stanawi dalam menghadapi kesiapsiaagan di Pesantren

Riyadlul Huda mendapat hasil indekstermasuk kategori pengetahuan

santri tersebut RENDAH, di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

belum adanya kebijakan yang berkaitan dengan pemberian


155

penegetahuan kepada santri terkait kesiapsiagaan, ataupun kebijakan

untuk mengadakan pelatihan.

2. Tingkat kesiapsiagaan Santri stanawi terhadap kesiapsiagaan

bencana alam gempa bumi di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda

Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

Hasil Perhitungan perhitungan mengenai kesiapsiagaan santri dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi dilihat dari hasil indeks

parameter kesiapsiagaan Santri tingkat stanawi KURANG SIAP dalam

menghadapi bencana alam gempa bumi, karena jika dilihat dari dari

pengetahuan santri masih rendah dan mengenai sarana prasaranaun masih

belum terpenuhi, di Pondok Pesantren Riyadlul Huda belum adanya jalur

evakuasi maupun denah lokasi dan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda

belum adanya tindakan maupun kebijakan untuk pergerakan kepada

santrinya untuk adanya kegatan sosialisasi maupun pelatihan dan

pembentukan komunitas santri siaga gempa, hal tersebut di karenakan

padatnya kegiatan pesantren dan sulitnya perizinan.

Semooga untuk kedapannya pengurus bisa membuat program

kegiatan pelatihan.

B. SARAN

Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka

penulis bermaksud memberikan saran yang mudah-mudahan dapat

bermanfaat bagi semua pihak khusuusnya bagi lembaga maupun bagi

peneliti selanjutnya,, yaitu sebagai berikut:


156

1. Santri di Pondok-Pesantren Riyadlul Huda khususnya Santri tingkat

stanawi mendapatkan pengetahuan lebih mengenai kesiapsiagaan di

Pondok Pesantren dalam mengahadapi bencana alam gempa bumi, bukan

hanya Santri yang mengikuti pembelajaran formal saja tetap juga bagi

santri yang tidak mengikuti pembelajaran formal karena kesiapsiagaan

dibutuhkan untuk semua orang.

2. Perlunya dilakukan upaya dalam menghadapi bencana alam gempa bumi

ini dengan diadakannya sosialisasi dari pesantren ataupun bekerja sama

dengan lembaga pemerintah, membuat peta jalur evekuasi khususnya di

lingkungan komplek Santri putri, perlu di bentuknya sebuah komunitas

santri siapsiaga tanggap bencana yang konsen di bidang bencana.

Tujuannya adalah agar adanya sebuah wadah yang menjadi jembatan

antara Pengurus Pondok Pesantren Riyadlul Huda dengan lembaga yang

terkait yang bergerak di bidang kebencaan agar tumbuhnya

keharmonisan kerjasama dalam kegiatan. Selain itu juga bisa

mewujudkan juga kehidupan yang harmonis bersama bencana dengan

cara mempersatukan berbagai elemen lembaga dalam membangun dan

meningkatkan akan bencana.


DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso. (2018). Manajemen Bencana. Jakarta: Bumi Aksara

Anies. 2017. Negara Sejuta Bencana. Cetakan-I. Penerbit Ar-Ruzz Media:


Yogyakarta.

Arifin, Aji. 2016. Buku Siswa Geografi untuk Kelas XI Peminatan Ilmu-
ilmu Sosial: Surakarta.

Budiman, Subandono Diposaptono.(2007), Mengantisipasi .Bogor: PT


Sarana Komunikasi Utama

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren : Study Pandangan Kyai dan


Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES

Carter, W. Nick, 1991. Disaster Management: A Disaster Manager’s


Handbook Manila.h.16.

Cherlina, Elin. 2019. Analisis Kebutuhan Air Domestik Bagi Pondok


Pesantren Di Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya. Universitas Siliwangi: Skripsi

Christanto. (2011). Gempa Bumi, ,Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan


Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty.

Febriana, Sugianto Didik,dan Yuswa.2015.Kesiapsiagaan Masyarakat


Desa Siaga Dalam MenghadapiBencana Gempa Bumi Di
Kecamatan Meuraxa Kota Banda
Aceh.http:jurnal.unsyiah.ac.id/JIKA/article/download/5671/4690.1
maret 2020.

Hermon, Dr. Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. Cetakan-I. Perpustakaan


Nasional: Jakarta.
Hurjannah, Sugiharto, R. Kuswanda, Dede. BP, Siswanto dan
Adikoesoemo. 2011. Manajemen Bencana. Cetakan ke dua. Penerbit
Alfabeta: Bandung.

Husna, Cut. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan


Bencana di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal, Vol. III No.

Kristanti. 2013. Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Alam


Gempa Bumi di Dusun Pring Desa Trihardono Kecaamatan
Pundong Kabupaten Bantul Yogyakarta. (Skripsi).
158

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online). Diakses terakhir 1 januari 2020.

Krisna S, dkk.(2008). Buku Peganagan Guru Pendidikan Siaga Bencana.


Bandung: Pusat Mitigasi Bencana ITB.

Nugraha, Dhea Cahya. 2019. Tingkat Pemahaman Peserta Didik Tentang


MItigasi Bencana Gempa Bumi Dalam Kesiapsiagaan Menghadapi
Bencana (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS di SMAN 5 Kota
Tasikmalaya). Universitas Siliwang: (Skripsi).

Nasution, S. 2012. Metode Serch (Penelitian Ilmiah). Jakarta:Bumi Aksara.

Narbuko, C. dan Achmad, Abu. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi


Aksara.

Nurjanah dkk.(2013). Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta

Mardalis.(2014). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:


PT. Bumi Aksara

Marlina, Lina. dan Mahendra, Riyanto. 2011. Buku Pintar Bencana Alam.
CetakanI. Penerbit Harmoni: Yogyakarta.
Maspuroh. 2019. Implementasi Manajemen Pendidikan Model Pesantren
Dalam Mencetak Ulamaul Amiliin, Ulamaul Muttaqiin, Dan Ulamaus
Sholihin (Penelitian Di Pondok Pesantren Al-Intiqol Cianjur). Dosen
STIT AlAzami Cianjur hmaspuroh@gmail.com. Islamic Management:
Vol:2no:1.http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/jim/article/d
ownload/375/296 (27 Februari 2020).
M.B.A. Riduwan. 2015. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan
dan Penelitian Pemula. Cetakan ke-10. Penerbit Alpabeta: Bandung.

Pusparini.(2011).Gempa Bumi,Bandung,(E-Book)
Purnomo dan Sugiantaro.(2008).Manajemen Bencana: respons dan
tindakan terhadap bencana. Jakarta. MedPres

Purfatyesari, Shanty. (2010). Sikap Masyarakat Terhadap Bencana Gempa


Bumi di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman (Kasus Desa Jagotirto
Pada Gempa Bumi Yogyakarta, 27 Mei 2006). Skripsi Fakultas
Geografi. UGM

Romli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta:


Dian Rakyat.
159

Rafi, Suryatna. 1983. Metode Analisis Statistik. Bandung: Binacipta

Sudrajat, Zulfi Gumilang. 2018. Penerapan Mitigasi Guna Meningkatan


Kesiapsiagaan Bencan Gempa Bumi Kepada Siswa/Siswi di SMAN 4
Kota Tasikmalaya. Universitas Siliwang: (Skripsi).

Sopaheluwakan. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Mengantisipasi Bencana. LIPI_UNESCO/ISDR.

Soetoto, S.(2013). Geologi Dasar. Yogyakarta: Ombak

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.


Bandung: Penerbit Alfabeta

Sukardi.2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi


Aksara.

Sumaatmadja, Nursaid. 1988. STDUI GEOGRAFI Suatu Pendekatan dan


Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.

Safrezani.(2010). Tanggap Bencana Alam Gempa Bumi. Bandung: Angkasa


Undang Undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
Bencana.

Sapiie, B. dkk. (2006). Geologi Fisik. Bandung: ITB

Siswoyo, Dwi dkk.(2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:UNY Press.

Sutrisno Hadi.(2000). Statistik Jilid I. Yogyakarta : Andi

UNDRO.(1992). Tinjauan Umum Manajemen Bencana. Jakarta:UNDP.

PEDOMAN OBSERVASI
160

Pengumpulan Data Pada Penelitian Skripsi yang Berjudul


“Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan
Bencana Alam Gempa Bumi di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa
Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya ”

a. Lokasi Pondok Pesantren


Profil Pondok Pesantren Riyadlul Huda
1. Nama Pesantren :
2. Pendiri Pondok Pesantren :
3. Pimpinan Pondok Pesantren:
4. Alamat Pondok-Pesantren
- Jalan :
- Kelurahan :
- Kecamatan :
- Kabupaten :
- Provinsi :
5. Kode Pos :
6. Tahun didirikan :
7. Luas Tanah :
8. Status Tanah :
9. Status Bangunan :
10. Visi Misi Pondok Pesantren :
11. Data Guru :
12. Jumlah Santri :
13. Kegiatan Pondok Pesantren :
14. Sarana Prasaranna

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA
Pengumpulan Data Pada Penelitian Skripsi yang Berjudul
161

“Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi


Kesiapsiapsiagaan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya”

Responden: Rois Pesantren

A. Identitas Responden

Nama : ................................................................

Jabatan : ................................................................

Alamat : ................................................................

Pertannyaan :

1. Apa yang anda ketahuimengenai bencana alam dan mitigasi bencana?

2. Apa yang anda ketahui mengenai gempa bumi?

3. Apakah di Pesantren ini sudah terdapat jalur-jalur evakuasi?

4. Jika iya, sudah terdapat bagaimana jalur evakuasinya?

5. Jika belum terdapat jalur evakuasi, apakah menurut anda perlu adanya

jalur evakuasi? Sebutkan dengan alasan

6. Menurut anda bagaimana denah lokasi Pondok Pesantren Riyadlul

Huda ?

7. Sarana dan prasarana apasaja yang berada di Pesantren Riyadlul Huda?

8. Menurut anda apakah sarana prasarana yang terdapat di Pondok

Pesantren Riyadlul Huda sudah dapat memenuhi kebutuhan Santri?

9. Apakah Sarana prasarana yang berada di Pesantren Riyadlul Huda

dapat mendukung kegiatan mitigasi bencana?

10. Apakah di Pesantren Riyadlul Huda terdapat komunitas santri

siapsiaga?
162

11. Jika sudah terdapat apasaja kegiatan-kegiatan yang dilakukan?

12. Apakah di Pesantren memiliki alat P3K yang lengkap?

13. Apakah di Pesantren Riyadlul Huda sudah terdapat tim yang bertugas

untuk keadaan darurat?

14. Menurut anda apakah Pesantren memiliki keterlibatan khusus dalam

jaringan kesiapsiagaan bencana?

15. Jika iya, nagaimana keterlibatannya?

16. Apasaja aturan-aturan yang terdapat di Pondok Pesantren Riyadlul

Huda

17. Menurut anda apakah sudah tersedianya kegiatan pesantren aman

bencana?

18. Jika sudah tersedia, bagaimana kegiatannya?

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA
Pengumpulan Data Pada Penelitian Skripsi yang Berjudul
163

“Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi


Kesiapsiapsiagaan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya

1. Kisi-kisi Kuesioner

Nomor
No Variabel Indikator Tingkat Santri
Pertanyaan

1. Pengetahuan santri tentang bencana alam


Kondisi
Lingkungan 2. Pengetahuan santri tentang gempa bumi
1. Pesantren 1-30
3. Jalur evakuasi dan denah lokaasi

Sarana 1. Infrastruktur Pesantren


Prasarana
2. 2. Komunitas Santri Siap Siaga 31-39
3. Tesrsedianya rencana pertolongan pertama
Mobilitas 1. Tersedianya tim yang bertugas untuk keadaan
Sumberdaya darurat
3. Manusia 40-47
2. Adanya keterlibatan pesantren dalam jaringan
kesiapsiagaan bencana

Kebijakan 1. Aturan yang ada di Pesantren


4 48-50
2. Tersedianya rencan pesantren aman bencana

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA
Pengumpulan Data Pada Penelitian Skripsi yang Berjudul
“Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi
Kesiapsiapsiagaan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya”

Responden: Pengurus Pesantren


164

Identitas Responden

Nama : ................................................................

Usia : ................................................................

Alamat : ................................................................

Pendidikan : ................................................................

Jenis Kelamin : ................................................................

Daftar Pertanyaan
Petunjuk Pengisian!
Isilah daftar pertanyaan pada pilihan ganda di bawah ini dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban pilihan.
A. Pengetahuan
1. Serangkaian peristiwa yang menebabkan gaangguan serius pada

masyarakat yang mendatangkan kerugian harta benda sampa korban jiwa,

disebut dengan?

a. Kejadian

b. Goncangan

c. Kerusakan Gempa bumi

d. Bencana

2. Menurut anda bencana kekeringan termasuk kedalam jenis bencana?

a. Geologi

b. Ekstrateristial

c. Klimatologi

d. Sosial

3. Menurut anda apa yang dimaksud dengan gempa bumi?

a. Bencan alam
165

b. Getran di permukaan bumi

c. Getaran pada permukaan bumi

d. Penerobosan magma ke permukaan bumi

4. Menurut penegtahuan anda apa yang dimaksud dengan Skala Richter?

a. Titik dipermukaan bumi yang berada tepat di atas pusat gempa

b. Garis disepanjang pusat gempa

c. Alat penegukur aktivitas kegempaan

d. Skala maknitudo yang sering digunakan untuk mengukur kekuatan

gempa

5. Berdasarkan penegtahua anda apakah Tasikmalaaya merupakan daerah

yang sangat rawan terhadap gempabumi?

a. Sangat Rawan

b. Rawan

c. Cukup Rawan

d. Tidak Rawan

e. Tidak Tahu

6. Menurut anada apa yang menjadi penyebab gempabumi dii Tasikmalaya?

a. Aktivitas runtuhan/turban

b. Aktivitas subduksi lempeng indo Australia dan lempeng Eurasia

c. Ativitas Vulkanisme Gunung galunggung

d. Adanya sesar aktif di Tasikmalaya

e. Stuktur tanah yang labil


166

7. Berdasarkan pengetahuan anda bagaimana karakteristik terjadinyaa

gempa bumi?

a. Akibatnya dapaat menimbulkan bencana

b. Tidak bisa di prediksi

c. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat

d. Lokasi kejaadian secarra meraata

e. Rusaknyaa tempat tinggal

8. Apakah anda mengetahui system peringatan dini ketikaa terjadi bencana?

a. Sangat menngetahui

b. Mengetahui

c. Cukup Mengetahui

d. Kurang Mengetahui

e. Tidak Mengetahui

9. Berdasarkaan pengetahuan anda seberapa penting kesiapsiagaan di

Tasikmalaya khususnya di lingkungan pesantren/ Sekolah?

a. Sangaat Penting

b. Penting

c. Cukup Penting

d. Kurag Penting

e. Tidak Penting

10. Menurut anda cara yang paalin efektif untuk menimalisir gempa bumi di

Pesantren adalah?

a. Membuat ruumaah aanti gempa


167

b. Sosialisasi Kesiapsiagaan bencana gempa bumi

c. Penyebaran pamphlet tentang gempa bumi

d. Menanamkan pengetahuan dini tentang gempa bumi

e. Mengoptimalkan sistem peringatan dini dari bencana

11. Berdasarkan pengetahuan anda ketahui Dampak yang paling merugikan

bgi santri ketika terjadi gempa bumi?

a. Gangguan mental khususnya santri yang berasal dari luar daerah

b. Rusaknya tempat tinggal

c. Rusaknya lahan pertanian di lingkungan pesantren

d. Rusaknya fasilitas umum

e. Jatuhnya korban

12. Menurut anda besaar-kecilnya kerusaka yang ditimbulkan oleh gempa

bumi padaa suatu wilaayah disebabkan oleh?

a. Jarak pusat gempa bumi relative dekat

b. Besarnya gempa bumi yang terjadi

c. Lamanya getaran gempa yang terjadi

d. Kondisi tanah yang tidak baik

e. Kekuatan bangunan yang kurang baik

13. Menurut pengetahuan anda apa yang dimaksud dengan jaalur evakuasi?

a. Jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area yang aman

(Titik Kumpul)

b. Jalur yang sangat penting

c. Jalur yang memberikann arah pulang kerumah


168

d. Jalur yang memberikan jalan kedalam kebaikan

e. Jalur penyelamat dari bencana

14. Apakah anda pernah melihat jalur evakuasi?

a. Ya, tentu sayaa

b. Tidak pernah samaa sekali

15. Jika pernah melihatnya dimana jaalur evakuasi itu andaa lihat?

a. Di sekolah

b. Di Pesantren

c. Di Kampus

d. Di Kantor Desa

e. Di jalaan

16. Apakah di Pesantren Sudah terdapaat jalur evakuasi?

a. Sudah tersedia dan di terapkan

b. Sudah, tapi belum di pasang

c. Belum Karena kami tidak mengetaahui fungsinya

d. Tidak ada karena tidak penting

e. Baru rencana untuk pemasangan

17. Menurut anda bagaimanaa denah lokasi Pesantren Riyadlul Huda saat

ini?

a. Sudah masuk kedalam standar bangunan anti gempa

b. Denahnya sudah sesuai dengan aturan yang dianjurkan oleh

pemerinntah

c. Stuktur bangunannya semaakin padat dan sumpek


169

d. Tidak ada ruang terbuka

e. Denah tudak beraturan

18. Apakah sarana prasaraana pesantren Sudah memenuhi untuk

menunjang kebutuhan santri?

a. Sudah memenuhi dan sangat lengkap

b. Cukup memenuhi dannn cukup lengkap

c. Kurang lengkap

d. Tidak Lengkap

e. Tidak ada fasilitas

19. Menurut anda apakah sarana prasana yang berada di Pondok

Pesantren dapat mendukung mitigasi bencana?

a. Sudah sangat memenuhi

b. Cukup memeuhi

c. Kurang lengkap karena hanya baru sebagian saja yang terpenuhi

d. Tidak lengkap

e. Tidak ada fasilitas

20. Apa yang anda ketahui mengenai komunitas santri siapsaga?

a. Santri yang akan siapsiaga membantu ketika terjadi gempa bumi

b. Santri yang bertugas kesehatan

c. Santri yang di bentuk dan dilatih menjadi pengaman dan pemandu

ketika sewaktu waktu terjaadi gempa bumi

d. Keamaan Pesantren

e. Semuanya benar
170

21. Menurut anda seberapa penting adanya pembentukan santri siapsiaga?

a. Sangat Penting

b. Kurang penting

c. Tidak perlu

d. Biasa biasa saja

e. Tergantung kebutuhan

22. Menurut anda apakaah di Pesantren Sudah memiliki alat P3K yang

lengkap

a. Sudah lengkap

b. Kurang lengkap

c. Tidak perlu

d. Baru rencana untuk melengkapi fasilitas P3K

e. Cukup lengkap

23. Menurut anda jika sewaktu- waakktu terjadi gempa bumi jaringan

petugas manaa yang harus di hubungi?

a. BPBD

b. Rumah Sakit

c. Kepalaa sekolahh

d. DAMKAR

e. KEMENDIKBUD

24. Apakah dari pemerintah daerah pernah menyelenggarakan sosialisasi

menegengenai miitigasi bencana ?

a. Sering ada
171

b. Belum pernah

c. Pernah mau diselenggarakn tetapi Pesantren Tidak memeberi izin

d. Baru mau diadakan

e. Tidak perlu karean pesantren disini aman

25. Menurut anda apakah aturan-aturan yang ditetapkan oleh pesantren

seperti tidak bolejj membawa alatulahwi ( hp, leptop dan elektronik

lainnya) menghambat informasi terhadap bencana yang sedaanng

terjadi?

a. ya sangat menghambat

b. Tidak meenghambat karena setiap harinya slalu ada informasi dari

guru

c. Sudah terbiasa tanpa alatulahwi karena disini tidak minim

innformasii

d. biasa- biasa saja

e. semuaya benar

26. Menurut anda apakah Pesantren Riyadlul Huda sudah aman bencana?

a. YA sudah aman

b. Belum Aman

c. Cukup aman

d. Tidak aman

27. Menurut anda apakah perlu adanya sosialisasi simulasi kepada santri

ddi Pesantren mengenaimtigasi bencana?

a. Penting
172

b. Sangat penting

c. Cukup Penting

d. Kurang Penting

e. Tidak Penting

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA
Pengumpulan Data Pada Penelitian Skripsi yang Berjudul
“Tingkat Pengetahuan Santri Stanawi Dalam Menghadapi
Kesiapsiapsiagaan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda Desa Sukarapih
Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya”

Responden: Pengurus Pesantren

A. Identitas Responden

Nama : ................................................................

Usia : ................................................................

Alamat : ................................................................
173

Pendidikan : ................................................................

Jenis Kelamin : ................................................................

B. Daftar Pertanyaan
Petunjuk Pengisian!
Isilah daftar pertanyaan pada pilihan ganda di bawah ini dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban pilihan.
1. Tingakat Pengetahuan Santri Stanawi dalam menghadapi
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Alam Gempa Bumi Di
Pondok Pesant ren Riyadlul Huda Desa Sukarapih Kecamatan
Sukarame Kabupaten Tasikmalaya
1) Pengetahuan Santri Tentang Bencana Alam

1. Yang merupakan pengertian bencana alam adalah?

a. Kejadian alam yang berasal dari tenaga yang berasal dari

dalam bumi

b. Bencana yang berkaitan dengan aktivitas industri

c. Kerusakan akibat kerusuhan sosial/politik

d. Suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi

populasi manusia

2. Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah?


a. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik faktor alam atau non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
b. Kejadian alam yang merugikan banyak orang
c. Peristiwa yang di timbulkan dari aktivitas manusia yang tidak
bertanggung jawab
174

d. Konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas


manusia
3. Bencana alam yang dapat terjadi di lingkungan pesantren
berdasarkan dari jenis bencana yang ada, yaitu?
a. Erupsi Gunungapi, gempa bumi
b. Perang sosial, kematian
c. Perselisihan, erupsi Gunungapi
d. Kematian, wabah penyakit
4. Surat apa yang menjelaskan tentang mengenai bencana alam di
dalam al`quran?
a. QS. Ar-rum ayat 22

b. QS. Al` Baqoroh ayat 1

c. QS Al` Iklas ayat 2

d. QS. Jin ayat 2

5. Dibawah ini yang termasuk kedalam kelompok bencana alam

adalah?

a. Erupsi Gunungapi, tsunami, gempa bumi

b. Banjir, gempa bumi, kebakaran rumah

c. Kebakaran pasar, perselisihan, penggundulan hutan

d. Kebakaran hutan, perang sosial, banjir

6. Apa saja Klasifikasi bencana menurut UUD NOMWR 24

TAHUN 2007 Tentang pananggulanan bencana?

a. Bencana Alam, Bencana Non alam, Bencana Sosial

b. Bencana Banjir, Gempa Bumi, Stunami

c. Bencana Kelaparan, Bencana Kebakaran dan Bencana Sosial

d. B dan C benar
175

7. Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus , banjir kekeringan termasuk

kedalam klasifikasi bencana?

a. Bencana non alam

b. Bencana Alam

c. Bencana sosial

d. Bencana buatan

8. Wabah Penyakit termasuk kedalam klasifikasi bencana?

a. Bencana Stunami

b. Bencana Sosial

c. Bencana non alam

d. Bencana virus corona

9. Peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat adalah?

a. Bencana Stunami

b. Bencana Non alam

c. Bencana alam

d. Bencana Sosial

10. Dampak dari bencana alam yang dapat merusak pada bidang
sosial diantaranya?
a. Kematian, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan luka-luka
b. Sakit, hancurnya hutan, dan hilangnya penghasilan
c. Timbulnya kekacauan lingkungan
d. Ditutupnya berbagai aspek kegiatan
176

11. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi


bencana melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna,
merupakan pengertian dari?
a. Mitigasi bencana
b. Kesiapsiagaan
c. Tanggap darurat
d. Rehabilitasi
12. Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana atau
penanggulangan bencana adalah?
a. Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
b. Pembelajaran tentang kebencanaan
c. Upaya untuk penyelamatan dan evakuasi korban bencana
alam
d. Pembangunan kembali kawasan
13. Getaran atau getaran-getaran yang terjadi dipermukaan bumi

akibat pelepasan energy dari dalam secara tiba-tiba yang

menciptakan gelombang seismik adalah?

a. Stunami

b. Longsor

c. Gempa bumi

d. Tornado

14. Gempa bumi bisa disebabkan oleh pergerakan?

a. Kerak bumi

b. Kerak gunung

c. Kerang tanah

d. Kerak pasir
177

15. Terjadnya gempabuumi sanggup disebabkan oleh beberapa

faktor. Secara umum, faktor penyebab pertama gempabumi

adalah?

a. Lipatan kulit bumi yang terjadi perlahan lahan

b. Runtuhan atau longsor pada lereng terjal

c. Letusan gunung berapi

d. Patahan atau pergeseran pada kulit bumi

16. Faktor penyebab wilayah Indonesia sering dilanda gempa

adalah?

a. Hutan di Indonesia gundu

b. Dilalu dua pegunungan lipatan muda

c. Terletak di antara dua samudra

d. Tempat bertemunya tiga lempeng litosfer

17. Indonesia sering kali terjadi gempabumi yang disebabkan

pergeseran lempeng. Gempa yang diakibatkan pergeseran

lempeng disebut?

a. Gempa runtuhan

b. Gempa vulkanik

c. Gempa vulkanik

d. Gempa tumbukan

18. Berdasarkan sifat dan penyebabnya gempa bumi sanggup terjadi

lantaran insiden alamiah dan lantaran tindakan buatan manusia.


178

Peristiwa- peristiwa alamiah yang menjadi penyebab gempa bumi

adalah?

a. Runtuhan pegunungan

b. Patahan

e. A,B dan D Benar

e. Letusan gunung berapi

19. Beberapa pulau di Indonesia tercatat sebagai pulai rawan gempa

lantaran akrab dengan sentra gempa. Namun ada pula pulau yang

kondusip yang jauh dari sentra gempa. Salah satu pulau yang jauh

dari sentra gempa adalah?

a. Kalimantan

b. Jawa

c. Sulawesi

d. Sumatera

20. Gempa bumi yang disebabkan oleh jatuhya meteor, asteroid

maupun benda langit lainnya di muka bmi adalah?

a. Gempa bumi vulkanik

b. Gempa bumi tektonik

c. Gempa bumi tumbukan

d. Gempa bumi runtuhan

21. Gempa bumi yang terjadi akibat adanya runtuhan material-

material bumi adalah?

a. Gempa bumi vulkanik


179

b. Gempa bumi tektonik

c. Gempa bumi tumbukan

d. Gempa bumi runtuhan

22. Mata pelajaran yang membahas teori gempabumi dan

kesiapsiagaan adalah?

a. Geografi

b. Matematika

c. Pendidikan Agama Islam (PAI)

d. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

23. Apa yang dimaksud dengan jalur evakuasi?

a. jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area yang

aman (Titik Kumpul)

b. Tempat tidur Santri

c. Jalur khusus Sekolah

d. Jalur penghubung trnsportasi

24. Langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk menentukan

penilaian resiko, adalah?

a. Membuat peta rawan

b. Menetapkan jenis bahaya

c. Menetapkan cara penilaian

d. Membuat analisis resiko

25. 1. Deteksi

2. Keputusan
180

3. Alarm

4. Reaksi

5. Perpindahan ke area perlindungan

6. Transportasi

Uraian diatas termasuk kedalam kategori urutan ?

a. Urutan evakuasi

b. Urutan Gempa bumi

c. Urutan Simulasi gempa bumi

d. Urutan bencana

26. Dimana anda pernah melihat jalur evakuasi?

a. Di kantor desa

b. Di Sekolah

c. Di Pesantren

d. Di Pingir jalan

27. Apa fungsi dari adanya jalur evakuasi?

a. Untuk memberikan rasa aman kepada para sekelomok pekerja

atau pelajar di dalam ruangan jika sewaktu waktu terjadi

becana

b. Jalur yang akan memberkan rambu-rabu jika sewaktu—waktu

terjadi bencana penghuni gedung atau lingkungan sempit bisa

lari mengikuti jalur evakuasi yang telah di pasang

c. Untuk memberikan petunujuk arah pulang kerumah

d. Jalur yang akan memberikikan arahan bagar tidak tersesat


181

28. Apa yang di maksud dengan denah lokasi?

a. Denah rawam gempa

b. Denah yang menunjukan suatu lokasi atau letak suatu tempat

atau daerah, medan, bangunan yang ditandai dengan arah mata

angina dan symbol-simbol.

c. Lokasi yang menghubungkan ssatu tempat ketempat lain

d. Titik temu dari jalur evakuasi

29. Fungsi dari adanya denah lokasi dalam suatu tempat adalah?

a. Pemandu untuk menunjukan letak suatu ruangan pada sebuah

bangunan.

b. Pemandu untuk menunjukan symbol-simbol

c. Pemandu untuk menunjukan arah pulang para Santri

d. Jalur untuk menunjukan arah Stunami

30. Jika Sewaktu-waktu terjadi gempabumi Santri yang sedang

mengaji di dalam ruangan, langkah apa yang harus dilakukan?

a. Berlari kehalaman Pesantren

b. Berlindung di bawah meja

c. Berlindung dibalik lemari pakaian kamar

d. Diam saja di tempat karena hidup dan mati sudah Allah

tentukan

31. Infrastuktur apa saja yang harus disiapkan dalam menunjang

kesiapsiagaan bila terjadigempa?

a. Perpustakaan, kantin, toilet


182

b. Sarana olahraga, ruang rapat, mushola

c. Ruang terbuka, denah lokasi, jalur evakuasi, ruang evakuasi

d. Semuanya benar

32. Apa Pengaruh diadakannya penyuluhan kesiapsiagaan dalam

menghadapi gempan bumi?

a. Masrakat akan menjadi lebih waspada

b. Masyarakat akan menjadi ketakutan

c. Tidak peduli

d. A dan B benar

33. Apa kepanjangan dari P3k?

a. Pertolongan Pertama pada Kecelakaa

b. Pencegahan Penyebaran Penyakit Koronac.

c. Penanggulangan Pasien Penderita Koronad.

d. Pencegahan penyebaran Pandemi Kangker

34. Manfaat dari adanya komunitas P3k?

a. Memberi Keselamatan

b. Merugikan korban agar tidak di bawa kerumahsakit

c. Menambah kepanikan

d. Menyelamatakan nyawa dan mencegah cedera/penyakit bertambah

parah, seperti mencegah pendarahan.

35. Jika saat terjadi gempa bumi kita sedang berada di dalam ruangan

kelas yang letaknya di lantai dua, tindakan apa yang tepat dilakukan?

a. Diam didalam kelas


183

b. Turun menggunakan tangga

c. Bersembunyi dikolong meja

d. berdo` a diam saja ditempat

36. Jika anda selamat dari bencana gempa bumi dan berada di lingkungan

Sekolah maupun Pesantren, tindakan apa yang harus anda lakukan?

a. Membawa tas dan kitab-kitab pulang tanpa pemberitahuan kepada

pengurus yayasan

b. Periksa jika ada yang terluka

c. Lari dari lorong karena bahagia

d. Menunggu pertolongan

37. Tindakan yang dilakukan jika melihat teman terluka parah?

a. Membiarkan korban dan menunggu pertolongan

b. Meminta teman lainnya untuk memindahkan korban

c. Segera membawa teman yang terluka kerumah sakit terdekat

d. Mengobati dengan seadanya

38. Pada tahap apakah pemulihan sarana prasarana Santri agar kembali

bekerja normal setelah rusak setelah terjadi gempa bum?

a. Peringatan dini

b. Rekontruksi

c. Mitigasi bencana

d. Penanggulanan bencana

39. ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْالم ُْؤمِنُ ْال َق ِويُّ َخ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ مِنْ ْال ُم ْؤ ِم ِن‬
َ ِ ‫َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬

َ َ‫ْج ْز َوإِ ْن أ‬
ْ‫صابَكَ َش ْي ٌء فَاَل تَقُل‬ َ ‫ك َوا ْستَ ِع ْن بِاهَّلل ِ َواَل تَع‬
َ ‫يف َوفِي ُك ٍّل خَ ْي ٌر احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَ ُع‬ َّ ‫ال‬
ِ ‫ض ِع‬
184

ُ ‫لَ§§وْ أَنِّي فَ َع ْل‬


َّ ‫ت َك§§انَ َك§ َذا َو َك§ َذا َولَ ِك ْن قُ§§لْ قَ § َد ُر هَّللا ِ َو َم§§ا َش §ا َء فَ َع§ َل فَ §إ ِ َّن لَ§§وْ تَ ْفتَ ُح َع َم§ َل‬
‫الش § ْيطَا ِن‬

terjemaha dari hadist diatas yang di riwayatkan oleh Abu Hurairo R.A ?

a. Dari Abu Hurairah: Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Mukmin yang kuat lebih baik dari dan lebih dicintai oleh Allah dari

pada mukmin yang lemah. Namun keduanya tetap memiliki

kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu.

Minta tolonglah pada Allah, jangan engaku lemah. Jika engkau

terkena musibah, maka janganlah engkau katakan, “ Seandainya aku

lakukan demikian dan demikian,” Akan tetapi hendaklah engkau

katakan, “ Ini sudah menjadi takdir Allah. Setiap apa yang yang telah

Dia kehendaki, pasti akan terjadi.” Karena perkataan lawa

(seandainya) dapat membuka pintu syaithan.

b. Abu Hurairah berkata: Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda,:

Tuntunan fitrah ada lima (atau lima dari tuntunan fitrah): Khitan,

mencukur bulu, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan

mencukur kumis. (Bukhori Muslim).

c. Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam

bersabda: Andaikan aku tidak kuatir memberatkan pada umatku,

pasti akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak (bergosok gigi)

setiap akan sholat.

d. Usamah r.a berkata: Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

tha’un (wabah cacar) itu suatu siksa yang diturunkan Allah kepada

sebagian bani Israil atau atas umat sebelummu. Maka apabila kalian
185

mendengar penyakit itu berjangkit di sebuah tempat, janganlah

kalian masuk ke tempat itu. Dan jika daerah dimana kamu telah di

sana, maka janganlah kalian keluar dari daerah itu karena melarikan

diri darinya.”

40. Apa yang dimaksud dengan dengan tanggap darurat?

a. Pemulihan sarana dan prasarana vital

b. Pelaksanaan pebangunan ekonomi jangka menengah dan panjang

c. Meniadakan sebagai atau seluruh korban akibat bencana yang

terjadi

d. Serangkaian kegiatan pemberian bantuan kepada korban bencana

41. Pada tahap manakah yang merupakan tahap evakuasi korban?

a. Kesiagaan

b. Peringatan dini

c. tanggap darurat

d. Penanggulanan bencana

42. Mana yang dibawah ini yang termasuk kedalam pasca rehabilitas?

a. Memulihkan jiwa korban bencana

b. Menceegah kehianagan korban jiwa

c. mengurangi kerusakan gharta benda dan kehilangan sumber

ekonomi

d. mengurangi penderitaaan manusia

43. Cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan psikis mental anak

pasca bencana adalah?


186

a. Pendekatan dengan wawancara

b. Diajak berbicara mengenai bencana yang dialami

c. Diajarkan keterampilan, menggambar dan bermain

d. Diajak mencari saudaranya yang hilang

44. Intansi manakah yang harus dihubungi jika terjadi bencana gempa

bumi?

a. PUSKESMAS

b. BPBD

c. BAPEDA

d. WALIKOTA

45. Pemberian informasi tentang mitigasi bencana dianggap penting

kareana?

a. Tumbuhnya sikap kesiapsiagaan dan tanggap darurat

b. Paham dan melindungi diri sendiri ketika gempa

c. Mengerti dalam menyelamatakan harta bendanya

d. Tetap bisa tenang walaupun berada didalam ruangan

46. Tindakan yang dilakukan Kepala Sekolah untuk mmembuat kebijan

untuk merenovasi bangunan yang retak akibat gempa bumi termasuk

pada tahap?

a. Pra bencana

b. Saat bencana

c. Pasca bencana

d. Mitigasi bencana
187

47. Tindakan yang dilakukan pada saat mitigasi bencana adalah?

a. Memberikan informasi kapan gempa bumi terjadi

b. Pemasangan jalur evakuasi

c. Pembentukan tim bencana Pesantren

d. Pemulihan keamanan

48. Apa manfaat dari di adakannya aturan dalam sebuah

lingkungan/organisasi?

a. Menciptakan keindahan, keindahan dan demokrasi

b. Aturan di ciptakan untuk dilanggar

c. Terciptanya ketertiban, keamanan dan kenyamanan dalam suatu

lingkungan/organisasi

d. menciptakan kesempurnan dalam suatu organisasi

49. 1. Mewujudkan kesejahteraan bersama

2. Memberikan kepastian hokum bagi masyarakat

3. Memberikan rasa keadilan bagi masyarakat

Uraian diatas termasuk kedalam?

a. Tujuan dari terciptanya suatu aturan

b. Manfaat aturan

c. Manfaat adanya jalur evakuasi

d. Tujuan terciptanya dari Undang- Undang Dasar

50. Apa yang anda lakukan sebaagai santri untuk menimalisir kerusakan

akibat bencana gempabumi?

a. Melakukan simulasi kesiapsiagaan bencana gempabumi


188

b. Membuat famplet agar orang lain mengetahui tentang

kesiapsiagaan bencana

c. Updet di sosial media tentang kesiapsiagaan bencana

d. semua akan dilakukan


189

Nam Nomor soal Piliha Ganda


a
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 S33 S34 S35

Siswa

X1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1

X2 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1

X3 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1

X4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

X5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

X6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

X7 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

X8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1

X9 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1

X10 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

X11 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0

X12 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

X13 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

X14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1

X15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

X16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

X17 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1

X18 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

X19 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1

X20 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1

X21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
190

X22 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

X23 1 0 1 1 1 0 1 1 1 Nama
1 1 1 1 0 0 Nomor
0 soal
1 Piliha1Ganda1 1 1 1 1 1 1 Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

S36 S37 S3 S39 S4 S4 S4 S43 S4 S45 S46 S47 S48 S49 S50
X24 1 0 1 1 1 0 1 1 1 Siswa
1 1 1 8
1 00 1
0 2
0 1 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

X25 0 0 0 0 1 0 1 1 1 X1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 10 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 42 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

X26 1 0 1 1 1 0 1 1 1 X2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 10 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 39 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1

X3 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25

X4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

X5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48

X6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 45

X7 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22

X8 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 28

X9 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22

X10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 40

X11 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 26

X12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

X13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42

X14 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 34

X15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 21

X16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48

X17 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 24

X18 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16

X19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34

X20 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 28

X21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44

X22 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 38

X23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44

X24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44

X25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43

X26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42
191
RIWAYAT HIDUP

Esi Esriani, di lahirkan pada tanggal 01 Juni 1997 di

Kabupaten Tasikmalaya. Penulis Merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara yaitu dari pasangan suami

istri Bapak Agus Patoni dan Ibu Ade Yeti. Penulis

lahir dan bertempat tinggal di Kp Sukasindang RT/RW

O4/01 Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame

Kabupaten Tasikmalaya.

Latar belakang pendidikan yang ditempuh penulis yaitu di awali dengan

pendidikan Taman Kanak-kanak 2003-2004, kemudian dilanjutkan pada

pendidikan Sekolah Dasar di SDN Nugraha pada tahun 2004-2010, kemudian

dilanjutkan pada jenjang Sekolah Madrasah Stanawiyah di MTS Negeri

Sukamanah pada tahun 2010-2013, kemudian dilanjutkan ke jenjang Sekolah

Madrasah Aliyah di MAN Sukamanah pada tahun 2013-2016, selanjutnya

penulis menempuh pendidikan tinggi jenjang (SI) di Universitas Siliwangi

Tasikmalaya, lulusan dengan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dari Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Sarjana Strata (SI) penulis

melakukan dan menyelesaikan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “

Tingkat Pengetahuan Santri Tingkat Stanawi Dalam Menghadapi

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi di Pondok Pesantren Riyadlul


Huda Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmlaya”. Di

bawah bimbingan Bapak Dr. Iman Hilman, S.Pd., M. Pd., dan Bapak Erwin

Hilman Hakim, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai