Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA NGAMPAR TIKAR MENDONG

(Studi Kasus di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Jawa Barat)

Oleh :
Wawan
NPM 180130100030

USULAN PENELITIAN

Diajukan
Untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu
Kajian Budaya Pengelolaan Pendidikan
Pada Universitas Padjadjaran

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2011
BUDAYA NGAMPAR TIKAR MENDONG
(Studi Kasus di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Jawa Barat)

Oleh :
Wawan
NPM 180130100030

USULAN PENELITIAN

Diajukan
Untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu
Kajian Budaya Pengelolaan Pendidikan
Pada Universitas Padjadjaran

Bandung, Oktober 2011

Prof. Dr. Davidescu Cristiana M., M.A


KETUA TIM PROMOTOR

Dr. Reiza D. Dienaputra, M.Hum Dr. Dewi Ratnasari, M.Hum


ANGGOTA TIM PROMOTOR ANGGOTA TIM PROMOTOR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai etnik dan salah satu di antaranya
adalah suku bangsa Sunda. Dari jumlah penduduknya, masyarakat Sunda
termasuk besar, kedua terbesar setelah masyarakat Jawa. Istilah “Sunda”
melahirkan berbagai konsep pemahaman, konsep tersebut dapat menunjukkan
geografis, sosiologis dan budaya.
Budaya sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan
adanya budaya dapat dijadikan media untuk mencinta tanah airnya. Oleh
sebab itu jenis kebudayaan yang dimiliki masyarakat, yang lahir secara turun
temurun dari nenek moyang perlu pelestarian budaya. Hal tersebut dapat
dipahami mengingat dengan budaya itu dapat diinformasikan dari generasi ke
generasi. Jadi, jika kita ingin mengetahui sekaligus memahami kebudayaan
suatu masyarakat atau suatu bangsa tertentu, yang pertama harus dilakukan
adalah memahami adat istiadat masyarakat atau bangsa yang bersangkutan.
Alam Indonesia menyediakan bahan baku yang sangat berlimpah dan
potensial untuk produksi kerajinan industri budaya. Salah satu diantaranya
adalah budaya masyarakat di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Jawa
Barat adalah sebagai pengrajin mendong yang telah ditekuni sejak tahun
1940an. Dengan demikian kerajinan industri budaya ngampar tikar mendong
ini mempunyai kesempatan yang luas untuk berkembang, yang pada
gilirannya akan menampung banyak tenaga kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta dapat menopang perekonomian masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat strata bawah.
Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat strata bawah tercermin
pada sasaran pembangunan ekonomi yang semula berorientasi pada
pertumbuhan industri skala besar kini mulai bergeser pada ekonomi
kerakyatan. Perubahan ini diharapkan akan memberikan dorongan pada para
pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk lebih berkembang, sehingga
akan berpengaruh secara signifikan terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan daya saing di antara para pelaku ekonomi, maka
peranan para perajin akan sangat menentukan dalam strategi pengembangan
industri budaya. Demikian pula halnya dengan dukungan dari pemerintah
yang dipandang sangat penting, terutama untuk membantu para perajin yang
mengalami kemunduran usahanya. Guna mendukung ketahanan industri
kerajinan rakyat yang berkelanjutan sangat dibutuhkan peran pemerintah,
terutama pembinaan kepada para perajin untuk mendapatkan pengetahuan dan
keahlian yang memadai guna pengembangan usahanya.
Budaya ngampar tikar mendong perlu dan penting untuk diteliti,
mengingat di dalam budaya ngampar tikar mendong terkandung banyak hal
yang dapat memperkaya budaya, terutama dari sudut pelestarian dan
pengembangan kearifan lokal. Disamping itu, masyarakat Sunda dewasa ini
mengalami perubahan dalam tatanan sosialnya. Hal tersebut diduga akan
berpengaruh juga terhadap pemahaman budaya ngampar tikar mendong. Oleh
karena itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat membuka hal-hal yang
menarik di dalam budaya ngampar tikar mendong. Lebih lanjut diharapkan
para peneliti budaya Sunda dan masyarakat pengrajin, mau mengkaji dan
memahami budaya ngampar tikar mendong, kemudian menyenangi
penggunaan tikar mendong, dan lebih jauh lagi meminati bentuk-bentuk lain
hasil karya tradisional Sunda.
Hal lain, budaya ngampar tikar mendong terdapat nilai-nilai yang
harus dicari jawabannya. Melalui pemahaman isi budaya ngampar tikar
mendong, diajak untuk berpikir tentang sesuatu, maka melalui budaya
ngampar tikar mendong pemerhati diajari untuk memahami isi budaya
ngampar tikar mendong, dan secara tidak langsung diajarkan pula untuk
mendalami sesuatu
Di sisi lain, harus diakui bahwa industri kerajinan rakyat yang
mengalami keterpurukan dewasa ini pada umumnya dikarenakan berbagai hal,
termasuk di antaranya hasil produksinya semakin tersisihkan oleh produk-
produk serupa yang dihasilkan secara massal oleh pabrik-pabrik yang sudah
menggunakan teknologi modern. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat
pendapatan para perajin. Namun, munculnya pabrik-pabrik yang mampu
memproduksi barang secara massal tersebut merupakan proses mekanisasi
yang lazim dari perkembangan suatu teknologi. Berdasarkan keadaan tersebut,
maka peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai
hambatan yang dihadapi, strategi yang digunakan oleh industri kerajinan tikar
mendong, serta peran pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan
ketahanan industri kerajinan tikar mendong.

1.2 Rumusan Masalah


Dari paparan diatas, ada beberapa masalah di dalam budaya ngampar
tikar mendong yang perlu dikaji lebih lanjut, agar kehadiran budaya ngampar
tikar mendong di dalam khasanah budaya Sunda dapat dipahami lebih
mendalam oleh masyarakat Sunda pada umumnya dan para peneliti budaya
pada khususnya, hal-hal yang perlu dikaji tersebut antara lain:
1. Bagaimanakah estetika yang terdapat di dalam budaya ngampar tikar
mendong?
2. Bagaimanakah filosopis bentuk dan warna yang ada dalam tikar
mendong?
3. Bagaimanakah aplikasi budaya ngampar tikar di lingkungan masyarakat
sunda?
4. Sejauh mana penyebaran dan pemanfaatan hasil budaya ngampar tikar
mendong?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, penelitian ini mengkaji budaya
ngampar tikar mendong dari segi struktur dan makna. Dengan demikian,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Estetika yang terdapat di dalam budaya ngampar tikar mendong
2. Filosopis bentuk dan warna yang ada dalam tikar mendong
3. Aplikasi budaya ngampar tikar di lingkungan masyarakat sunda
4. Penyebaran dan pemanfaatan hasil budaya ngampar tikar mendong.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


1. Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu budhayah,
bentuk jamak dari budhi maka budaya artinya akal, sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal atau budi.
Kebudayaan adalah segala yang dihasilkan manusia berdasarkan
kemampuan akalnya. Kata budaya dalam bahasa Inggris culture, yang
berasal dari bahasa latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan,
maksudnya mengolah tanah atau bertani. Pengertian culture adalah segala
daya, kemampuan dan kegiatan untuk mengolah, bahkan mengubah dan
memanfaatkan alam (lingkungan).
Kebudayaan pada hakekatnya adalah keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk
menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk
menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan. Pengertian
kebudayaan seperti ini menampakan esensi bahwa kebudayaan adalah
seperangkat ide, yang berada dalam kepala manusia yang tidak dapat
dilihat.
Kebudayaan memiliki pengertian yang cukup luas, kebudayaan
memiliki pengertian beberapa hal yang menyangkut tingkah laku, hasil-
hasil tingkah laku dan aturan-aturan tingkah laku yang terpola dalam
kehidupan masyarakat. Kebudayaan memiliki ciri-ciri umum sebagai
berikut:
a. Kebudayaan dipelajari
b. Kebudayaan diwariskan atau diteruskan
c. Kebudayaan hidup dalam masyarakat
d. Kebudayaan dikembangkan dan berubah
e. Kebudayaan itu terintegrasi
2. Masyarakat dan kebudayaan
Di permukaan bumi ini hanya manusia yang berbudaya. karena itu,
melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula
manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayan berisi aturan-aturan agar manusia satu sama lain dapat
berhubungan dalam suatu satuan sosial. Kebudayaan juga memberikan
aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil
ciptannya. Hubungan manusia dengan kebudayaan dapat dijelaskan
melalui dua paham yaitu Determinisme dan Psikologisme.
Kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan perangkat lunak
berupa nilai, norma, aturan, yang ada dalam pikiran manusia dalam
merespon lingkungan, sebab pada dasarnya kebudayaan menjadi bagian
dalam hidup manusia bukanlah warisan biologis. Kebudayaan akan
menjadi bagian dalam diri manusia diperoleh melalui proses belajar dalam
masyarakat dan dapat pula merupakan akumulasi pengalaman individu
dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Di dalam kebudayaan ada tujuh unsur-unsur universal yang
dijelaskan agar kita memahami kebudayaan sebagai milik masyarakat.
Unsur kebudayaan universal ini pasti dimiliki oleh setiap masyarakat
termasuk suku-suku bangsa yang ada di Indonesia. Unsur-unsur tersebut
diantaranya:
a. Sistem teknologi atau peralatan
b. Sistem mata pencaharian (Ekonomi)
c. Sistem organisasi sosial
d. Sistem pengetahuan
e. Sistem kesenian
f. Sistem religi
g. Sistem bahasa
Dalam penelitian ini menekankan pada salah satu unsur budaya
terutama dalam sistem teknologi atau peralatan kebudayaan yang
digunakan dalam budaya ngampar tikar mendong.
3. Hakeket Kerajinan Mendong
a. Sejarah
Kerajinan anyaman mendong terdapat di beberapa kelurahan di
Kota Tasikmalaya. Salah satunya adalah di Kelurahan Purbaratu,
Kecamatan Purbaratu. Produk kerajinan mendong pada awalnya hanya
hanya berupa tikar untuk keperluan sehari-hari. Bahan mendong dibuat
menjadi tikar dengan cara dianyam, yang lazim disebut dengan tikar
eret. Pada tahun 1996-an teknologi pembuatan tikar mengalami
perkembangan dengan adanya mesin untuk menjahit tikar. Tikar
ditenun dengan benang-benang polyster, dan lazim disebut dengan
tikar mardani. Pada tahun 2000-an terjadi diversifikasi produksi
mendong. Mendong tidak hanya dibuat menjadi tikar, tetapi juga
barang-barang lainnya, utamanya untuk souvenir, seperti tas, sandal,
kotak boks, pigura, dan lain-lain. Diversifikasi produk mendong ini
dipicu oleh permintaan dari konsumen setelah produk tikar mardani
dapat dipasarkan hingga ke luar negeri. Ketrampilan menganyam tikar
mendong diturunkan dari orangtua ke anak-anaknya. Pada umumnya
anak berusia 7–14 tahun sudah dapat membantu orangtuanya
menganyam mendong.
b. Jenis-Jenis Peralatan
c. Teknologi Pembuatan
1. Penjemuran dan Pemisahan Mendong
2. Pewarnaan
3. Penenunan
4. Penjahitan
d. Pemasaran
e. Peranan Pemerintah Daerah
f. Permasalahan
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah masyarakat pengrajin tikar mendong di
Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian apa pun, tidak akan terlepas dari metode apa yang
digunakan. Penelitian ilmiah sekecil apapun harus menggunakan metode yang
tepat, agar penelitian tersebut tepat sasaran dan memiliki tanggung jawab
ilmiah. Oleh sebab itu, di dalam penelitian ini digunakan metode yang lazim
di dalam penelitian ilmiah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan data yang
didapatkan adalah data pengamatan, yang lebih tepat jika dianalisis dengan
metode deskriptif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah
sebagai berikut:
1. mengobservasi jenis-jenis tikar di masyarakat berdasarkan estetika.
2. mengamati filosopis bentuk dan warna tikar mendong
3. mengklasifikasikan kegiatan ngampar tiakr mendong .
4. mengindentifikasi penyebaran budaya ngampar tikar mendong,
Melalui langkah-langkah tersebut diharapkan dapat dianalisis dan
dideskripsikan: (1) struktur yang ada di dalam tikar mendong, (2) penentuan
bentuk dan warna dalam tikar mendong, (3) mengklompokan kegiatan
masyarakat yang menggunakan tikar mendong, dan (4) mengindentifikasi
penyebaran tikar dalam melestarikan budaya ngampar.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk data tulis, adalah
pencatatan dan pengkartuan. Teknik perekaman dan daftar pertanyaan
dilakukan untuk data lisan. Kartu sebagai sarana pengumpul data memuat
ekspresi budaya ngampar tikar mendong. Selanjutnya, data dijaring pula
secara introspektif, karena peneliti adalah orang sunda yang ingin
melestarikan budaya ngampar tikar mendong
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah Hanafi. 1986. Memasyarakatkan Ide-ide baru. Surabaya : Usaha


Nasional.
Daeng, Hans J. (2005). Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Herimanto. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
I Gede A.B Wiranata. 2010. Antropologi Budaya. Bandung : PT Citra Aditya
Bakti
Kusnaka Adimiharja. 2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung : CV Indra
Prahasta dan Pusat Kajian Lintas Budaya dan Pembangunan
Berkelanjutan.
Norman K Denzin. 2009. (Handbook of) Qualitative Research. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Yan Mujianto. 2010. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta : Pelangi Publishng

Anda mungkin juga menyukai