Anda di halaman 1dari 14

1

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PENELITIAN KUALITATIF

FENOMENA PERAJE DASAN AGUNG GAPUK

OLEH:

KELOMPOK 3

1. AGUS HARI RAMDHANI (A1B014008)

2. ALFI SAHRIN NURJANNAH (A1B014014)

3. APRIZAL HARYADI (A1B014016)

4. BAIQ DIYO MANDALIKA (A1B014024)

5. B. VIGNETIA IDEA H. (A1B014034)

6. CHINDDY PUTRI AYUDRA (A1B014038)

7. FARRAS ZULHIQA HADDY (A1B014052)

8. INDRA SUTRISNO (A1B014066)

9. NI PUTU KRISNA N. (A1B014110)

10. ULMATUN NAJJAH (A1B014150)

MANAJEMEN REGULER PAGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2016
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dasan Agung yang terletak di tengah-tengah Kota Mataram masih memelihara


tradisi nenek moyang hingga sekarang. Walaupun posisinya yang strategis berada di
tengah kota, namun tidak menyebabkan masyarakatnya serta merta melupakan tradisi
yang sudah turun-temurun itu.
Mengenai tradisi yang terperlihara sampai sekarang adalah berupa Maulid Nabi
Muhammad SAW yang di warnai dengan perbuatan yang berlawanan dengan norma
agama berupa mabuk-mabukan sewaktu mengiringi peraje (kuda-kudaan yang dibopong
oleh 4 pemuda dan diatasnya ada anak kecil yang akan disunat duduk) inilah yang
menyebabkan Kelurahan Dasan Agung terkenal. Tidak hanya para pemuda yang
mabuk-mabukan tapi anak kecil yang masih sekolah di tingkat SD pun mengikuti para
pemuda untuk mabuk-mabukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana awal mula peraje gapuk terbentuk ?
2. Apakah orang tua anak-anak di dasan agung tidak khawatir saat melihat anaknya
mengikuti peraje gapuk ?
3. Bagaimana peran Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama dalam kejadian mabuk-
mabukan waktu peringatan Maulid Nabi?

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini yang mengangkat tema tentang Fenomena Peraje Dasan Agung
Gapuk , diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun
kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi bagi yang
membutuhkan.
b. Penelitian ini dapat dijadikan penelitian yang relevan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.
3

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Universitas Mataram.
Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan sarana acuan dalam
meningkatkan dan menambah wawasan.
b. Bagi Peneliti
1) Penelitian ini untuk memenuhi syarat dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian
2) Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan kedalam karya
nyata.
c. Bagi Masyarakat Umum
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
4

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. JENIS PENELITIAN

Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan terhadap suatu
kesatuansistem. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu
penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh
pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak
dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya
berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang
berbeda dengan kasus lainnya. Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit,
tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa
sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsb. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik
pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter, tetapi semuanya
difokuskan kearah mendapatkan kesatuan dan kesimpulan.

2.2. PENENTUAN LOKASI PENELITIAN

Dalam penyusunan penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian pada


Peraje Dasan Agung Gapuk. Alasan penulis memilih objek tersebut adalah lokasi
tempat penelitian yang terbilang strategis dan yaitu di tengah kota Mataram, tepatnya di
daerah Dasan Agung.

2.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode sampel survey.


Metode sampel survey adalah suatu metode dimana hanya sebagian dari populasi saja
yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari
populasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh keterangan dari responden dimana
penelitian hanya sebagai pencari informasi tanpa berusaha untuk mempengaruhi
responden tentang terjadinya data yang diperoleh dan dicatat seperti apa adanya.
5

2.4. PENENTUAN RESPONDEN


2.4.1. POPULASI

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk


peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang
menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena dipandang sebagai
sebuah semesta penelitian ( Ferdinand, 2014:171). Berdasarkan pada
pengertian diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang ikut meramaikan tradisi Peraje Gapuk ini.

2.4.2. SAMPEL

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota


populasi. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah dari beberapa
tokoh masyarakat dan masyarakat yang menyaksikan peraje gapuk itu.

2.4.3 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Pada kasus ini teknik yang digunakan adalah snowball sampling,
caranya yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat
menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan
data lebih lengkap (Bogdan&Biklen:1982).

2.5. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA


2.5.1. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Observasi, yaitu cara yang dipergunakan peneliti untuk melihat dan
mengetahui bagaimana Peraje Gapuk itu.
2. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab langsung dengan masyarakat, tokoh masayrakat, dan
tokoh agama sebagai responden yang berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah disiapkan.
3. Dokumentasi, yaitu cara yang dipergunakan peneliti untuk meramu
dan menempatkan sumber-sumber teori dalam penelitian ini.
6

2.5.2. ALAT PENGUMPULAN DATA

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah melakukan observasi ke lapangan dan wawancara dengan para
informan. Sebelumnya, peneliti telah mempersiapkan diri dengan
membawa perbekalan yang siap membantu peneliti selama berada di
lapangan. Perbekalan itu berupa buku catatan dan kamera. Buku catatan
digunakan untuk mencatat aktivitas observasi langsung di lapangan dan
kamera digunakan untuk memotret objek yang penting dan relevan
sesuai dengan data yang dibutuhkan.
1.2 JENIS DAN SUMBER DATA
2.5.3. JENIS DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Data


kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka-angka (berupa
penjelasan) yang tidak dapat diukur secara langsung. Misalnya
penjelasan atau uraian yang terkait dengan masalah yang diteliti.

2.5.4. SUMBER DATA

Sumber data pada penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari melakukan wawancara


kepada responden dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan penelitian ini, kemudian jawaban dari
wawancara kepada responden dianalisa dengan menggunakan alat
analisis yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini, data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat dan beberapa
tokoh penting di daerah itu

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan


untuk mendapatkan data yang menunjang penelitian, berupa buku-
buku ilmiah dari catatan penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan topik penelitian.
7

2.6. PROSEDUR ANALISIS DATA

Untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan dan untuk


mengetahui bagaimana peraje gapuk itu berjalan.
8

BAB III

HASIL ANALISIS

Awal mula adanya peraje terutama di lingkungan Gapukyang diketahui dan dengar dari
orang tua, keluarga dan masyarakat bisa di kategorikan menjadi:
1. Peraje tahap awal. Pada tahap ini masyarakat yang akan menyunatkan anaknya
membuatkan peraje berupa bangunan yang bernuansa islami seperti masjid,
gapura dan lain-lain. Iringan musiknya pun masih bernuansa islami seperti rudat,
kasidah dan sebagainya.
2. Peraje tahap kedua. Pada tahap ini masyarakat sudah mulai malas membuatkan
anaknya peraje yang bernuansa islami dan lebih senang menyewa yang sudah
jadi seperti kuda-kudaan yang menyerupai patung. Speaker pada tahap ini
menjadi booming tukdigunakan dan alunan musiknya pun sudah mulai diganti
yang semula musik islami menjadi musik gendang beleq yang menyerupai
musik orang Hindu.
Dengan masuknya musik gendang beleq dalam peraje tersebut, otomatis nuansa
keislaman pada peraje yang di adakan menjadi hilang dan berubah menjadi
nuansa kehinduaan. Hal ini mengungkit memori para tokoh agama dan
masyarakat akan nasib orang tua pada jaman penjajahan kerajaan hindu di dasan
agung. Pada tahap ini juga masyarakat yang masih lemah agamanya mulai
mengkonsumsi minuman keras (minum Tuak).
3. Peraje tahap ketiga. Pada tahap ketiga atau sekarang ini peraje tetap
menggunakan kuda-kudaan dan musik yang mengiringi peraje pun mengalami
perubahan dratis. Yang semula musiknya menggunakan gendang beleq telah
diganti dengan musik dangdut, pop, rock dan lain-lain. Sound system yang
digunakan untuk mengiringi peraje mendekati sound system pada diskotik.
Sehingga banyak masyarakat diluar Dasan Agung mengatakan diskotik berjalan
bila ada peraje.
Pada tahap ini juga sudah mulai adanya pengkaderan bagi anak-anak sekolah.
Hal ini bisa dilihat dengan keterlibatan mereka ketika mengiringi peraje di
jalanan. Anak-anak ini otomatis akan meliburkan diri dari kegiatan sekolah .
Tradisi yang sudah mendarah daging ini tidak bisa langsung di hapuskan karena
banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa masyarakat masih kuat
mempertahankan tradisi ini terutama dengan adanya peraje setiap perayaan
maulid Nabi Muhammad SAW. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, bila
9

akan menghentikan peraje di lingkungan Gapuk, maka sebagian masyarakat


mengancam tidak akan menaikkan dulang ke masjid, orang tua semakin
banyak yang sengaja menyewa peraje sebagai bentuk perlawanan terhadap
keputusan dari tokoh agama dan masyarakat dan orang-orang yang mabuk pada
waktu peraje di arak baik pada waktu malam maupun pagi semakin banyak
malah sampai mengundang dari luar lingkungan Gapuk untuk ikut mabuk-
mabukan pada waktu itu.

Dengan ungkapan yang sudah umum SEKALI SETAHUN setiap perayaan maulid
Nabi, sebagian orang tua akan cuek melihat kelakuan anaknya dan malah orang tua
tersebut yang menyuruh dan mendukung anaknya untuk berbuat seperti itu. Hal ini bisa
dilihat dengan semakin banyaknya anak-anak kecil yang menyemir rambutnya dengan
warna-warni mulai dari yang harganya murah sampe yang mahal, mereka ikut
bergoyang di jalanan sambil mengiringi peraje (kuda-kudaan), mulai mencoba
merokok, mencoba minum-minuman keras (minum tuak) bahkan narkoba.
Pernah beberapa kali para tokoh agama dan tokoh masyarakat bersepakat dalam
musyawarah di masjid untuk meniadakan peraje tersebut namun setelah keluar dari
masjid, tokoh agama dan masyarakat yang semula mendukung ternyata banyak yang
tidak mengikuti hasil kesepakatan bersama. Tokoh agama yang di pimpin oleh penghulu
lingkungan waktu itu justru takut untuk mendukung meniadakan peraje tersebut,
alasannya karena takut ancaman dari sebagian kecil masyarakat yang tidak akan
menaikkan DULANG DI MASJID jika peraje tersebut ditiadakan.
Sedangkan tokoh masyarakat yang konsekuen mendukung peraje ditiadakan dalam
peringatan Maulid Nabi, menjadi bahan gunjingan dan ejekan. Malah yang lebih
parahnya lagi di depan rumah tokoh masyarakat yang konsekuen itu ditumpahi
minuman tuak yang memabukkan tersebut. Kini tokoh agama dan masyarakat yang ada
sudah tidak bisa berbuat banyak dan tidak ada lagi yang bersikap keras menolak peraje
yang di iringi dengan mabuk-mabukan. Hal ini di sebabkan karena :

1. Tokoh agama dan masyarakat yang bersikeras tidak setuju peraje diadakan
setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW telah meninggal dunia.
2. Tokoh agama dan masyarakat sekarang kurang didengar omongannya karena
kurang tegas dalam mengambil sikap.
3. Sebagian tokoh masyarakat yang dulu setuju peraje diadakan sekarang menjadi
tokoh masyarakat dan tokoh agama.
10

Maka para tokoh agama dan masyarakat sekarang ini memilih menggunakan alternatif
terakhir dalam menyikapi tradisi mabuk pada perayaan Maulid Nabi dengan berdiam
diri.Tidak melarang dan tidak menganjurkan.Harapan dan doa dihati para tokoh agama
dan masyarakat agar orang yang sekarang mabuk-mabukan yang menghina hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW bisa sadar atas perbuatan mereka.
11

BAB IV
KESIMPULAN

Kebudayaan merupakan pengetahuan masyarakat berdasarkan pada pengalaman


yang dijadikan kebiasaan serta diwujudkan dan diwariskan secara turun-temurun dari
generasi-generasi sebelumnya. Secara sederhana dapat diartikan sebagai kebijakan
setempat atau cara berfikir masyarakat berdasarkan pengetahuannya.Peraje gapuk
merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dipertahankan dari tahun ke tahun.
Walaupun tidak selalu positif, namun Peraje Gapuk menjadi ciri khas yang dimiliki oleh
daerah Dasan Agung dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
12

LAMPIRAN
13
14

Anda mungkin juga menyukai