Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGELOLAAN SATUAN UNIT PENDIDIKAN

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dina Rahmi Darman, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Beti Julianti 2280170015


Diana Suci R. 2280170036
Feni Febriyanti 2280170035
Khalif Mubarok 2280170033
Prisma Ayu K. 2280170034
Sabilatul Hayati 2280170006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019

i
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
A. PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN .................................................... 1
A. Pengertian Satuan Pendidikan ....................................................................... 1
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN ..................................................................... 2
a. Pengertian Manajemen .................................................................................... 2
b. Manajemen dan Organisasi ............................................................................ 2
c. Fungsi-Fungsi Manajemen .............................................................................. 4
C. FUNGSI MANAJEMEN SEKOLAH ................................................................ 6
a. Perencanaan (Planning)................................................................................... 7
b. Pengorganisasian (Organizing) ....................................................................... 9
c. Pelaksanaan (Actuating) ................................................................................ 10
d. Pengawasan (Controling) ............................................................................... 11
D. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SEKOLAH ....................................... 12
a. Prinsip Ekuifinalitas (Principle of Equifinality) .......................................... 13
b. Prinsip Desentralisasi (Principle of Decentralization) ................................. 13
c. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principle of Self-Managing System)
13
d. Prinsip Inisiatif Manusia (Principle of Human Initiative) .......................... 13
E. BIDANG-BIDANG KEGIATAN PENGELOLAAN SEKOLAH ................. 16
a. Bidang Kesiswaan .......................................................................................... 16
b. Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran ........................................ 17
c. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan ............................................... 21
d. Bidang Sarana dan Prasarana ...................................................................... 23
e. Bidang Keuangan dan Pembiayaan ............................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25

ii
iii
A. PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Satuan Pendidikan

Dalam USPN, 2003 satuan pendidikan diartikan sebagai kelompok


layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
non formal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (pasal 1
angka 10 UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional).
Dalam UU No. 14 tahun 2005; Satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan (pasal 1
angka 6 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen)
Dalam UU No. 9 tahun 2009; Satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan (pasal 1 angka 8
UU No. 9 tahun 2009 tentang badan hukum pendidikan).
Satuan pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang
meliputi: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTS), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa(SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (TKDM), Sanggar Kegiatan belajar (SKB), dan
Pondok Pesantren.
Pasal 49 ayat 1: “pengelolaan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.”
PP No. 17 tahun 2010 tentang penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan Pasal 10 ayat 4: “Standar pelayanan minimal bidang pendidikan
untuk satuan pendidikan ditetapkan sebagai syarat awal yang harus
terpenuhi dalam mencapai Standar Nasional Pendidikan secara bertahap
dengan menerapkan otonomi satuan pendidikan atau manajemen berbasis
sekolah alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.

1
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN

a. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa latin dari kata “manus” yang artinya
“tangan” dan “agere” yang berarti “ melakukan”. Kata-kata ini digabung
menjadi “managere” yang bermakna menangani sesuatu, mengatur,
membuat sesuatu menjadi seperti apa yang diinginkan dengan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada (Asmendri 2012: 1).
Manajemen menurut Terry (1986) adalah kemampuan mengarahkan dan
mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia
dan sumber lainnya. Menurut Harsey dan Blanchard (1988: 4) manajemen
adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber
daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas
manajerial. Manajemen dalam artian sempit sebagai penyusunan dan
pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan tujuan supaya dapat
menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali
secara keseluruhan dalam hubungan satu sama lainnya. Dari
pemikiranpemikiran para ahli tersebut, menurut penulis manajemen
merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada
dalam organisasi dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen
(Planing, Organizing, Actuating, Controling) agar organisasi dapat
mencapai tujuan secara efektif dan efesien.

b. Manajemen dan Organisasi


Istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu sni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan
(Science)
Menurut pengertian yang pertama Hilma mengatakan bahwa manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu kegiatan orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-
orang yang melakukan aktivitas manajemen. Menurut pengertian yang
ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pengetahuan.
Mengenai hal ini pun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat,

2
segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan
yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu.
Pada dasarnya setiap manuis adalah manajer, karena dalam kehidupan
sehari-hari setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya
sendiri ataupun keluarganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta
meralisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan (self management).
Organisasi berasal dari bahasa latin, organum yang berarti alat,
bagian,anggota tubuh.organisasi menurut beberapa ahli sebagi berikut:
1. Wendrich (1988) adalah proses mendesain kegiatan-kegiatan dalam
struktur organisasi untuk mencapai tujuan yang tealh ditetapkan
2. Sutarto (1995) mendefenisikan sebagai kumpulan orang, proses
pembagian kerja, dan sistem kerja sama atau sistem sosial
3. Janes (1995) mendefenisikan organisasi sebagi respons terhadap
makna nilai-nilai kreatif untuk memuaskan kebutuhan manusia
4. Griffin & Morhead (1996) ialah sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan organisasi
5. Barnard (Anonim, 2000) adalah suatu sistem aktivitas yang
dikoodinasikan secara sadar oleg dua orang atau lebih.
Meskipun para ahli manajemen memberikan defenisi berbeda-beda
tentang organisasi, namun intisarinya sama yaitu bahwa organisasi
merupakan proses kerja sama dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efesien.
Dikatakan organisasi jika ada aktivitas/kegiatan yang dikerjakan
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersam dan dilakukan oleh
dua orang atau lebih dan bukan satu orang. Karena jika kegiatan itu
dilakukan oleh satu orang bukan dikatakan organisasi. Untuk memahami
organisasi, perlu dikemukakan pengertian organisasi itu sendiri.
a. Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai
wada/tempat manajemen sehingga memeberikan bentuk manajemen
bergerak atau dapat dikaitkan. Organisasi sebagai alat dalam
organisasi memiliki arti statis, tetap dan tidak bergerak.
b. Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti
dinamis (bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan
tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-bats tertentu. Dinmais
berarti organisasi itu bergerak mengadakan pembagian pekerjaan.

3
c. Fungsi-Fungsi Manajemen
Beberapa fungsi manajemen dalam mengemban tugas ini adalah :
a. Perencanaan
Atmosudirjo mengemukaan bahwa perencanaan adalah perhitungan
dan penentuan dari pada apa yang akan dijalankan didalan rangka
mencapai suatu tujuan (objektive) yang tertentu, dimana (where),
bilaman (when), oleh siapa (who) dan bagaimana tatacaranya. Dengan
demikian tiap rencana mengandung tiga ciri khas yakni :
 Selalu mengenai masa depan,
 Selalu mengandung kegiatan-kegiatan tertentu dan tujuan aka
dilakukan,
 Mesti ada alasan, sebab motif dan landasan baik personal 9pribadi,
perorangan) organisasional maupun kedua-duanya.
b. Pengorganisasian
Sesuai dengan konsep manajemen, Terry mengemukakan bahwa:
Organisasi is the establishing of effective behavoural relationship
among person, so that they may work together effeciently and agsin
personal satisfaction in doing selected task under given enviromental
conditions for the purpose of achieving some goal or objective.
Sesuai dengan defenisi di atas memberikan arti bahwa pengorganisasian
merupakan usaha penciptaan hubungan yang jelas amtar personalia,
sehingg dengan demikian setiap orang dapat bekerja bersama-sama
dengan kondisi yang baik untuk mencapai tujuan organisasi.
Kata organisasi umumnya dipakai dalam hubungan dengan orang,
pekerjaan, maksud, keterangan yang disusun menjadi keseluruhan yang
berarti. Pergorganisasian ini memberikan makna adanya unsur-unsur
yang mempersatukan dan memisahkan dengan tujuan, keselarasan, dan
unsur dan keseimbangan. Unsur-unsur yang mempersatukan diantaranya
tujuan bersama yang menajdi i’tikad bersama untuk mewujudkan,
sedangkan unsur-unsur yang memisahkan diantaranya kewenangan
membagi-bagikan kekuasaan yang dimiliki, menyerahkan tanggung
jawab kepada pihak-pihak tertentu, dan memberi pengarahan kepada
anggota atu unit di bawah tanggung jawabnya.
c. Pelaksanaan

Penggerakan/pelaksanaan (actuating), adalah aktivitas yang


memberikan dorongan terhadap semua anggota kelompok agar mau

4
bekerja secara sadar dan suka dalam rangka mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.
Masalah pelaksanaan pada dasarnya berkaitan erat dengan unsur
manusia sehingga keberhasilannya juga ditentujkan oleh kemampuan
pimimpin dalam berhubungan dengan para pegawai dan karyawannya.
Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan manajemen dalam
berkomunikasi, daya kreasi serta inisiatif yangg tinggi dan mampu
mendorong semangat para pegawai dan karyawannya.
Penggerakan/ pelaksanaan itu penting, agar para pegawai tidak
menyimpang dari arah yang ditetapkan, menghindar kesalahan-
kesalahan yang diperkirakan dapat timbul dalam pekerjaan dan
sebagainya. Fungsi penggerakan (actuating) yang dimaksudkan untuk
meningkatkan efesien proses keberhasilan program yang telah
direncanakan.
d. Pengawasan
Terry mengemukakan pengawasan adalah “Controlling is determining
what is being accmplish, tahat evaluating perfomance and if necessary
applying corrective so perfomance take place according to plans. “
Kutipan diatas memberikan arti bahwa pengawasan merupak suatu
usaha sistematik dengan terlebih dahulu menetapkan standar pencapaian
tujua, metode yang digunakan untuk mengukur hasil yang dicapai dan
upaya yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan terhadap tujuan
yang tealah ditetapkan secara bersama.
Penerapan fungsi pengawasan dalam kegiatan pembelajaran
dimaksudkan untuk memastikan agar anggota organisasi mealksanakan apa
yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi
informasi serta memanfaatkannya untuk mengendalikan organisasi.
e. Penilaian
Penilaian adalah unsur yang sangat penting dari keseluruhan proses
manajemen, karena penilaian berkaitan dengan usaha meningkatkan
efektivitas dan efesien organisasi dalam mencapai tujuan Daresh
mengemukakan bahwa “Evaluation is simply the proses of determining the
worth goodness or badness of something” artinya penilaian adalah proses
penetapan sesuatu apakah baik atau buruk.
Penilaian adalah rumusan kualitas, efektivitas atau nilai dari suatu
program, produk, projek, proses, tujuan atau kurikulum (pendidikan).
Penilaian diperlukan untuk menetapkan standar sesuai kualitas yang

5
diinginkan, mengumpulkan informasi yamg relevan dan menghasilkan
standar pada kualitas yang telah ditetapkan.

C. FUNGSI MANAJEMEN SEKOLAH


Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang
mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-
fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari
beberapa ahli, sebagai berikut: Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi
manajemen, yaitu :

1. planning (perencanaan);
2. organizing (pengorganisasian)
3. actuating (pelaksanaan); dan
4. controlling (pengawasan).

Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen,


meliputi:

1. planning (perencanaan);
2. organizing (pengorganisasian);
3. commanding (pengaturan);
4. coordinating (pengkoordinasian); dan
5. controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima
fungsi manajemen, mencakup:

1. planning (perencanaan);
2. organizing (pengorganisasian);
3. staffing (penentuan staf);
4. directing (pengarahan); dan
5. controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :

1. planning (perencanaan);
2. organizing (pengorganisasian);
3. staffing (penentuan staf);

6
4. directing (pengarahan);
5. coordinating (pengkoordinasian);
6. reporting (pelaporan); dan
7. budgeting (penganggaran).

Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen


pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen
pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada
pemikiran G.R. Terry, meliputi :

a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan
yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz
(1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set
objective, asses the future, and develop course of action designed to
accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa : “ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi
ini.” Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah
bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan
dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko
mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
a) Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan;
b) Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
c) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
d) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
e) Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
f) Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi;
g) Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
h) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
i) Menghemat waktu, usaha dan dana.

7
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-
langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :

a. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a)


menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel,
(c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya,
dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
c. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa
terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
b. Merumuskan keadaan saat ini;
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan
yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan
penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana
strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi
jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana
kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian
tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun
perencanaan strategis.

Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan


dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit
diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat,
pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan
lingkungan eksternal lainnya.

Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang


langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:

8
1. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang
misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan
tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup
masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti
macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian
perusahaan.
2. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal
dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk
mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas
dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil
perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai
implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan
datang.
3. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi
cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat
mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu
mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar
organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga
keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara
langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik
dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan
strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya
pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia
dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun
eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat
menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah
tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu,
dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran

9
tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian
: “… as the act of planning and implementing organization structure. It is
the process of arranging people and physical resources to carry out plans
and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian
pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang
telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting
untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan
harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a)
organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus
menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus
mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung
kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga
langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b)
pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik
dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan
suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

c. Pelaksanaan (Actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian
rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran

10
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena
para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan
termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu
mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat
bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain
yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan
kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam
organisasi tersebut harmonis.

d. Pengawasan (Controling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak
akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang
pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether
actual operation are consistent with plans”. Sementara itu, Robert J.
Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur
esensial proses pengawasan, bahwa : “Pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif
dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang
berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila
terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

11
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses
pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu :
a) Penetapan standar pelaksanaan;
b) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
c) Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
d) Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan; dan
e) Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait


mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang
disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat


tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan
memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah
merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen
dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah
tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya
tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki


perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan
efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara
berkelanjutan.

D. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SEKOLAH


Teori yang digunakan Manajemen Sekolah untuk mengelola sekolah
didasarkan pada empat prinsip, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip
desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif
sumber daya manusia.

12
a. Prinsip Ekuifinalitas (Principle of Equifinality)
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi
bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu
tujuan. Manajemen Sekolah menekankan fleksibilitas sehingga sekolah
harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing.

b. Prinsip Desentralisasi (Principle of Decentralization)


Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen
sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip
ekuifinalitas. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa
pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan dari
kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan
kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.

c. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principle of Self-Managing


System)
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas
dan prinsip desentralisasi. Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka
harus diselesaikan dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan
masalahnya bila telah terjadi pelimpahan wewenang dari birokrasi di
atasnya ke tingkat sekolah.

d. Prinsip Inisiatif Manusia (Principle of Human Initiative)


Manajemen Sekolah bertujuan untuk membangun lingkungan yang
sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas
pendidikan dapat diukur dari perkembangan aspek sumber daya
manusianya. Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya
yang statis, melainkan dinamis

Menurut Husaini Usman, Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam


mengimplementasikan Manajemen Sekolah antara lain sebagai berikut:

1) Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai


komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga sekolah
untuk ber Manajemen Sekolah.
2) Kesiapan, semua warga sekolah harus siap fisik dan mental untuk ber
Manajemen Sekolah.

13
3) Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam
mendidik anak.
4) Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi
pendidikan yang efektif.
5) Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang benar-
benar mengerti tentang pendidikan.
6) Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu
dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.
7) Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki
kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
8) Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stakeholders sekolah.
Sedangkan, prinsip-prinsip pengelolaan sekolah menurut prinsip
manajemen yang dikemukakan oleh Henry Fayol (1841 - 1918) adalah seorang ada
14 prinsip, yaitu :
a. Pembagian Kerja (Difision of Labor)
Pembagian kerja di sekolah harus dilakukan oleh seorang kepala
sekolah, tujuannya agar terjadi spesialisasi. Semakin seseorang
mengkhususkan kerja sesuai keahliannya,semakin efesien dan efektif.
b. Otoritas/Wewenang (Autority)
Para guru yang dijadikan mitra kerja sama oleh kepala sekolah sesuai
keahliannya harus diberikan keleluasaan dalam bertindak, menyusun
rencana kerja sebuah program, hingga pelaksanaannya sampai memperoleh
hasil yang optimal. Jika terjadi kekurangan-kekurangan, dilakukan evaluasi
untuk mengumpulkan masukan, saran dan pendapat demi perbaikan di
masa datang.
c. Disiplin (Discipline)
Semua orang yang terlibat dalam organisasi sekolah harus patuh pada
aturan dan kesepakatan yang menjadi rambu-rambu atau tata tertib sekolah.
Kedisiplinan yang efektif itu harus dimulai dari kepala sekolah, selanjutnya
para guru dan karyawan akan merasa malu jika dirinya tidak disiplin.
d. Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Di sekolah, peranan kepala sekolah merupakan top leader, satu-satunya
orang yang paling bertanggung jawab akan maju mundurnya pengelolaan
sekolah. Terkadang kekacauan komunikasi muncul disebabkan karena
kurang tegasnya kepala sekolah dalam memberikan komando dan kurang

14
menguasai/ memahami permasalahan yang sedang terjadi. Apalagi, jika
ada guru lain yang memposisikan diri menjadi komando bayangan.
e. Kesatuan Arah (Unity of Direction)
Setiap tugas dan pekerjaan di sekolah harus dilakukan dengan cara
terfokus. Satu program tuntaskan dulu sebelum menggarap pada program
yang lain. Dalam hal ini penting sekali dilakukan penjadwalan target
pencapaian untuk setiap program kerja.
f. Mengutamakan Kepentingan Bersama di atas Kepentingan Pribadi
Perlu disusun skala prioritas ketika merencanakan setiap pekerjaan.
Tugas utama pengelola sekolah adalah mendidik peserta didik, jadi tidak
terjadi campur aduk dengan kepentingan lainnya yang bersifat pribadi.
Termasuk penggunaan segala fasilitas milik sekolah tidak dilakukan secara
sewenang-wenang.
g. Pemberian Upah
Kedudukan seorang kepala sekolah, guru dan karyawan tetap di tengah-
tengah masyarakat dipandang sebagai kelompok ekonomi menengah ke
atas. Apalagi dengan program sertifikasi guru dalam jabatan kini sedang
direalisasikan oleh pemerintah, maka pihak sekolah tinggal konsentrasi
kerja yang lebih giat.
h. Pemusatan
Secara organisasi kedudukan kepala sekolah merupakan penanggung
jawab segala kegiatan yang terjadi di sekolah. Namun demikian setiap
permasalahan yang dipertanggung-jawabkan itu diawali dengan proses
musyawarah dengan para guru.
i. Jenjang Jabatan
Ada pembagian tugas di sekolah, sebagaimana yang kita maklum ada
beberapa guru yang memegang jabatan penting di bawah jabatan kepala
sekolah. Dimulai dari wakil kepala sekolah, kepala Laboratorium, Kepala
Perpustakaan, wali kelas, bagian TU, dsb.
j. Tata Tertib
Rambu-rambu yang berlaku bagi semua subyek pendidikan di sekolah.
Tata tertib tidak hanya diperuntukan bagi murid-murid, para guru juga
memiliki tata tertib tersendiri. Hanya saja penerapannya mungkin yang
berbeda, supaya tata tertib ini tidak diindikasikan sebagai sebuah
pengekangan yang bersifat kaku.
k. Kesamaan

15
Kepala sekolah, guru, staf dan kasryawan pada prinsipnya sama-sama
melakukan pengabdian. Hanya kesempatan, jabatan dan nasib saja yang
berbeda.
l. Kestabilan Staff
Memimpin atau menyuruh orang dewasa harus penuh dengan
pertimbangan psikologis. Jadi, seorang kepala sekolah jika harus
mengingatkan bawahannya harus dengan cara bervariasi, untuk
menghindari ketersinggungan yang mengakibatkan menurunnnya semangat
kerja.
m. Inisiatif
Lebih baik memberi kail dari pada memberi ikan. Istilah ini jika
diterapkan dalam kebijakan berorganisasi akan menumbuhkan daya
kreatifitas semua pihak.
n. Semangat Korps
Menggalakan semangat kerja kelompok dapat menimbulkan rasa
persatuan dan kesatuan yang kokoh.

E. BIDANG-BIDANG KEGIATAN PENGELOLAAN SEKOLAH

a. Bidang Kesiswaan
Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan
operasionnal mengenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi:
1) Kriteria calon peserta didik:
a) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 tahun pengecualian terhadap usia
peserta didik yang kurang dari 6 tahun dilakukan atas dasar rekomendasi
tertulis dari pihak yang berkompeten seperti konselor sekolah/madrasah
maupun priskolog
b) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial
c) SMP/MTS berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan
bentuk lainnya yang sederajat
d) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota dari masyarakat yang telah
lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang
sederajat.
2) Penerimaan peserta didik sekolah/madrasah dilakukan:
a) Secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam
aturan sekolah/madrasah

16
b) Tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status
sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/MTs penerima subsidi
dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah
c) Berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK, dan
kriteria tambahan bagi SMK/MAK
d) Sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan
lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan guru.
Sekolah/Madrasah:
1) Memberikan layanan konseling kepada peserta didik
2) Melaksanakan kegiatan ekstra dan kurikuler untuk para peserta didik
3) Melakukan pembinaan prestasi unggulan
4) Melakukan pelacakan terhadap alumni

b. Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran


a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1) Sekolah/Madrasah menyusun KTSP
2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya
3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, potensi
atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
peserta didik
4) Kepala Sekolah/Madrasah bertanggung jawab atas tersusunnya KTSP
5) Wakil Kepala SMP/MTs dan wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK
bidang kurikulum bertanggung jawab atas pelaksanaan penyusunan
KTSP
6) Setiap guru bertanggung jawab menyusun silabus setiap mata pelajaran
yang diampunya sesuai dengan Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP
7) Dalam penyusunan silabus, guru dapat bekerja sama dengan Kelompok
Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), atau Perguruan Tinggi
8) Penyusunan KTSP tingkat SD dan SMP dikoordinasi, disupervisi, dan
difasilitasi oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota, sedangkan
untuk SDLB, SMPLB, SMALB, SMA, dan SMK oleh Kantor Wilayah
Departemen Agama

17
9) Penyusunan KTSP tingkat MI dan MTs dikoordinasi, disupervisi, dan
difasilitasi oleh Kantor Wilayah Departemen Agama Kabupaten/Kota,
sedangkan MA dan MAK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi.
b) Kalender Pendidikan
1) Sekolah/Madrasah menyusun kalender pendidikan/akademik yang
meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakulikuler,
dan hari libur.
2) Penyusunan kalender pendidikan/akademik:
a) Didasarkan pada standar isi
b) Berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah/madrasah selama satu
tahun dan dirindi secara semesteran, bulanan, dan mingguan
c) Diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala
sekolah/madrasah.
3) Sekolah/Madrasah menyusun jadwal penyusunan KTSP
4) Sekolah/Madrasah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada
semester gasal, dan semeter genap.
c) Program Pembelajaran
1) Sekolah/Madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan
Standar Penilaian
3) Mutu pembelajaran di sekolah/madrasah dikembangkan dengan:
a) Model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses
b) Melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik,
memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis
c) Tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir
sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa
berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan,
dan memprediksi
d) Pemahaman bahwa keterlibatan peserta didika secara aktif dalam
proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan
mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada
materi yang diberikan oleh guru

18
4) Setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang dilampunya agar peserta
didik mampu:
a) Meningkat rasa ingin tahunya
b) Mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan
tujuan pendidikan
c) Memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari
sumber informasi
d) Mengolah informasi menjadi pengetahuan
e) Menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah
f) Mengomunikasikan pengetahuan pada pihak lain
g) Mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi
yang wajar
5) Kepala sekolah/madrasah bertanggung jawab terhadap kegiatan
pembelajaran sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Pemerintah
6) Kepala SD/MI/SDLB/SMPLB/SMALB, wakil kepala SMP/MTs, dan
wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK bidang kurikulum bertanggung
jawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran
7) Setiap guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran untuk
setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara:
a) Merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir
b) Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif, dan
tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran
c) Menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara
efektif dan efisien
d) Memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik,
dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan
khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat
sampai yang lambat
e) Memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-
hasil penelitian dan penerapannya
f) Mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat
menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi,
kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi
g) Memahami belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam
menyelesaikan masalah.
d) Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

19
1) Sekolah/Madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang
berkeadilan, bertanggung jawab dan berkesinambungan
2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada Standar
Penilaian Pendidikan
3) Sekolah/Madrasag menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata
pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahas
program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan,
laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas
atau kelulusan, dan dokumentasi
4) Seluruh program penilaian hasil belajar disosialisasikan kepada guru
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik,
berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan program termasuk
temuan penguji eksternal dalam rangka mendapatkan rencana
penilaian yang lebih adil dan bertanggung jawab
6) Sekolah/Madrasah menetapkan prosedur yang mengatur transparansi
sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang berkelanjutan
7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai
8) Sekolah/Madrasah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang
mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik, dan
penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar
9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan
10) Seperangkat metode penelitian perlu disiapkan dan digunakan secara
terencana untuk tujuan diagnostik, formatif, dan sumatif, sesuai
dengan metode/strategi pembelajaran yang digunakan
11) Sekolah/Madrasah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil
belajar sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau, didokumentasikan
secara sistematis, dan digunakan sebagai balikan kepada peserta didik
untuk perbaikan secaara berkala
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti kesahihanm
keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode
penilaian
14) Sekolah/Madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta
didik, komite sekolah/madrasah, dan institusi di atasnya.
e) Peraturan Akademik
1) sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan Peraturan Akademik
2) Peraturan Akademik berisi:

20
a) Persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti pelajaran dan
tugas dari guru
b) Ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan
kelulusan
c) Ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan fasilitas belajar,
laboratorium, perpustakaan, penggunaan buku pelajaran, buku
referensi, dan buku perpustakaan
d) Ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran,
wali kelas, dan konselor.
3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

c. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Sekolah/Madrasah menyusun program pendayahgunaan pendidik dan
tenaga kependidikan
b. Program pendayahgunaan pendidik dan tenaga kependidikan:
1) Disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
2) Dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, termasuk
pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga,
menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi
setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara
profesional, adil, dan terbuka.
c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara
sekolah/madrasah
d. Sekolah/Madrasah perlu mendukung upaya:
1) Promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas
kemanfaatan, kepatutan, dan profesionalisme
2) Pengembangan pendidik dan tenaga yang diidentifikasi secara
sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum, dan
sekolah/madrasah
3) Penempatan tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain
didasarkan pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi tugas oleh
pemimpin tertinggi sekolah/madrasah yang dilakukan setelah 4 tahun,
tetapi bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang dapat

21
dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk tenaga kependidikan
tambahan tidak ada mutasi.
e. Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
1) Kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah
2) Wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah
3) Wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola bidang kurikulum
4) Wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola sarana prasarana
5) Wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola peserta didik
6) Wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan tugas dari
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam
mengelola peserta didik
7) Guru melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai agen
pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik,
membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia
berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya
secara optimum
8) Konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik
9) Pelatih/indtruktur melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan
pelatihan
10) Tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan
11) Tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
membantu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium
12) Teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana dan prasarana
pembelajaran

22
13) Tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dalam menyelenggarakan pelayanan administrasif
14) Tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan kebersihan lingkungan.

d. Bidang Sarana dan Prasarana


a) Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai
pengelolaan saran dan prasarana
b) Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana
dan Prasarana dalam hal:
1) Merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana
pendidikan
2) Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar
tetap berfungsi mendukung proses pendidikan
3) Melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di
sekolah/madrasah
4) Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai
dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat
5) Pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan
kesehatan dan keamanan lingkungan.
c) Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik
d) Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:
1) Direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan
kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana
2) Dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung
dan laboratorium serta pengembangannya.
e) Pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah perlu:
1) Menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan
bahas pustaka lainnya
2) Merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahas pustaka lainnya
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik
3) Membuka pelayanan minimal 6 jam sehari pada hari kerja
4) Melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal
maupun eksternal
5) Menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari
sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta.

23
f) Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas
sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan
g) Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan
dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan mengacu
pada Standar Sarana dan Prasarana.

e. Bidang Keuangan dan Pembiayaan


a) Sekolah/Madrasah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan
operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan
b) Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Sekolah/Madrasah
mengatur:
1) Sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah dana yang dikelola
2) Penyusunan dan pencairan anggaran serta penggalangan dana di luar
dana investasi dan operasional
3) Kewenangan dan tanggung jawab kepada kepala sekolah/madrasah
dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan
peruntukannya
4) Pembukaan semua penerimaan dan pengeluaran serta penyusunan
anggaran untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta
institusi di atasnya.
c) Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah/madrasah
diputuskan oleh komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala
sekolah/madrasah serta mendapatkan persetujuan dari institusi di atasnya
d) Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah/madrasah
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah/madrasah untuk menjamin
tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.

24
DAFTAR PUSTAKA
Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar
Irawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ismaya, B. 2015. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : PT. Reifka Kurniawan

Rusdiana, H. A. 2015. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI . 2013. Managemen Pendidikan. Bandung:


Alfabeta

https://www.academia.edu/27439465/KONSEP_DASAR_MANAJEMEN diakses
pada 10 Februari 2019 pukul 08.15 WIB

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197203211
999031-ASEP_SURYANA/Copy_of_Hand_Out_Pengelolaan_Pendidikan.pdf
diakses pada 7 Februari 2019 pukul 14.45 WIB

http://digilib.uinsby.ac.id/13895/5/Bab%202.pdf diakses pada 7 Februari, pukul 17.39


WIB

www. Kepemimpinan sekolah.com di akses pada 05 Februari 2019 pukul 21.00 .

25
26

Anda mungkin juga menyukai