Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Komunikasi Islam

Komunikasi Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran baru muncul dalam penelitian akademik
sekitar tiga dekade belakangan ini. Munculnya pemikiran dan aktivisme komunikasi Islam didasarkan
pada kegagalan falsafah, paradigma dan pelaksanaan komunikasi barat yang lebih mengoptimalkan nilai-
nilai pragmatis, materialistis serta penggunaan media secara kapitalis. Kegagalan tersebut menimbulkan
implikasi negatif terutama terhadap komunitas Muslim di seluruh penjuru dunia akibat perbedaan
agama, budaya dan gaya hidup dari negara-negara (barat) yang menjadi produsen ilmu tersebut. 1

Komunikasi Islam lebih berfokus kepada teori-teori komunikasi yang dikembangkan oleh para pemikir
Muslim. Tujuan akhirnya adalah menjadikan komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif, terutama
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersesuaian dengan fitrah penciptaan manusia.

B. Esensi komunikasi Islam

Ensensi (hakikat) komunikasi Islam adalah mengajak manusia kepada jalan dakwah yang lebih
menekankan kepada nilai-nilai agama dan sosial budaya, yakni dengan menggunakan prinsip dan kaedah
yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. 2

C. Prinsip-prinsip komunikasi Islam

Sasaran-sasaran setiap prinsip komunikasi sebagaimana yang dijelaskan Al-Quran adalah sebagai
berikut:

Qaulan baliga, untuk kaum munafiq.

Qaulan maisura, untuk menolak permintaan tanpa menyakiti.

Qaulan karima, berkomunikasi dengan kedua orang tua.

Qaulan ma’rufa, berkomunikasi dengan fakir miskin.

Qaulan layyina, untuk pemimpin/penguasa yang dhalim (seperti Fir’aun).

Qaulan sadida, untuk mendidik anak (remaja).

Qaulan syawira, untuk mengambil sebuah keputusan yang bersifat kepentingan orang banyak (umum).

Qaul az-zur, perhatian dan modal utama setiap orang dalam berkomunikasi; dengan siapa saja, dalam
keadaan apa saja, dan dimana saja, senantiasa selalu untuk menjauhi perkataan yang mengandung
unsur kedustaan dan kebohongan.3
1
Mohd. Rafiq. Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam pada era globalisasi informasi. (Jurnal Analytica Islamica. 2003). Vol. 5,
No. 2

2
Abdul Karim Batubara. Studi Media Dalam Perspektif Islam: Analisis Esensi Komunikasi Islam dalam Diseminasi Informasi. (UIN
Sunan Ampel Surabaya. Conference Procedings). hal. 2080

3
Muttaqien. Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Islam. (Jurnal: Institut Agama Islam Al-Aziziyah Samalanga)
Tantangan dan peluang komunikasi Islami di era globalisasi informasi

Pertama, dalam perspektif Islam, perlulah disadari bahwa informasi akan mempunyai arti hanya ia bila
berada dalam kerangka pengetahuan masyarakat, hanya bila komponen sasarannya selaras dengan
aspek-aspek mutlak, substitusional, kultural, dan subjektif suatu masyarakat, barulah informasi dapat
memberikan sumbangan positif kepada masyarakat itu sendiri. Keselarasan semacam ini akan terjadi
bilamana negara-negara muslim menghasilkan informasi mereka sendiri dengan perlengkapan relevan
yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pembuat keputusan dan komunitas-komunitas
mereka. Strategi informasi bagi dunia Muslim harus didasarkan pada kesadaran ini.

Kedua, pada masa depan komunikasi Islam itu dapat dikembangkan dengan memperhatikan tujuh
konsep pokok Islam yang mempunyai kaitan langsung dengan penciptaan dan penyebaran informasi,
yakni tauhid (keesaan), ‘ilm (ilmu pengetahuan), hikmah (kebijakan), ‘adl (keadilan), ijma’ (konsensus),
syura (musyawarah), istislah (kepentingan umum), dan ummah (komunitas Muslim sejagad). Seluruh
konsep informasi ini dimaksudkan sebagai katalisator pembangunan dan perantara perubahan sosial.

Ketiga, peluang eksistensi komunikasi Islam pada masa depan tentu saja berangkat dari historis
empirikal. Karena umat Islam telah memiliki pengalaman dan akar budaya masa lalu, menjadi sarana
potensial untuk menguptodatekannya dan mengupgradenya dalam konteks kekinian. 4

D. Proses Komunikasi.

Setiap orang mempunyai hasrat untuk berbicara, mengungkapkan pendaapat, dan memperoleh
informasi. Atas alasan-alasan itilah, tercipta apa yang dinamakan proses komunikasi. Manusia adalah
mahluk individu dan mahluk sosial. dalam hubunganya dengan maanusia sebagai mahluk sosiaal,
terkandung maksud bahwa manusia bagaimana juga tidak sdapat terlepas dari individu yang lain.
Sebagai kodrati manusia akan selalu hidup bersama. 5

 Proses Komunikasi Secara Primer


Proses komunikasi secara primer adalah proses menyampaikan pemikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang menggambarkan lambang (simbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan
lainya sebagainya.
 Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara skunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang setelah media pertama.secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa
digambarkan sebagai berikut;
- Komunikator (sender)
- Pesan (message)

4
Mohd. Rafiq. Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam pada era globalisasi informasi. (Jurnal Analytica Islamica. 2003). Vol. 5,
No. 2

5
Moh Ali Aziz. Ilmu Dakwah, jakarta : Kencana, 2004
- Komunikan (receiver)
- Komunikasi (receiver)
Sedangkan model-model yang diterapkaan dalam komunikasi adalah;
- Model umpan balik
- Model timbal balik
- Model memusat6

E. Dakwah Sebagai Proses Persuasif.

Proses persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan prilaku. Istilah persuasif bersumber
dari perkataan latin persuasio memiliki kata kerja persuadere yang berarti membujuk, mengajak, atau
merayu. Teori dan Metode Komunikasi Persuasif Untuk kepentingan komunikasi persuasif, seorang
komunikator dakwah hendaknya membekali diri mereka dengan teori-teori persuasif agar ia dapat
menjadi komunikator yang efektif.

- Metode asosiasi

- Metode interaksi

- Metode pay-off dan fear-arousing

- Metode icing7

F. Formula Komunikasi Persuasif

Untuk lebih berhasilnya komunikasi persuasif, perlu dilaksanakan secara sistematis. Dalam komunikasi
ada sebuah formula yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan yang bisa disebut dengan AIDDA.
Formula ini merupakan kesatuan singkatan dari tahapan-tahapan komunikasi persuasif.

- Attention - perhatian

- Interest - minat

- Desire - hasrat

- Decision - keputusan

- Action - kegiatan8

G. Macam-macam Komunikasi Islam

a. Tabligh (Informasi)

6
Harjani Hefni. Komunikasi Islam, Yokyakarta : Kencana, 2015

7
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, PT. Remaja Roda Karya, 2015

8
Harjani Hefni. Komunikasi Islam, Yokyakarta : Kencana, 2015
Informasi merupakan eleman keempat dari teori komunikasi, yaitu fungsi intruksi atau komando, fungsi
memengaruhi, fungsi integrasi dan fungsi informasi. 9

Arus informasi berkembang sangat cepat. Informasi yang cepat dan akurat menjadi kebutuhan yang
menjadi kunci keberhasilan seorang, dengan informasi yang diperoleh dengan cepat maka seorang
dapat mengambil keputusan dengan cepat pula. Adanya informasi yang valid dari sumber terpercaya
akan bermanfaat untuk menilai setiap pendapat yang dikemukakan di ruang publik apakah sesuai
dengan informasi tersebut. Teori informasi dalam komunikasi di sejajarkan Bakti dengan tablîgh. Dari
informasi inilah seorang pengirim pesan (da‟i/sender) menyampaikan pesannya kepada penerima pesan
(mad'u/receiver).10Sesuai dengan ayat Al-Qur'an;

Artinya: “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu
lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan”. (Q.S Al-Maa'idah 5: 99). 11

Proses penyampaian informasi dalam komunikasi konvensional menurut bakti merupakan proses tablîgh
dalam komunikasi Islam, di mana komunikan (da'i) menyampaikan pesan (message) kepada penerima
pesan (receiver), sebagai sebuah pengetahuan. Sedangakan informasi ajaran Islam dapat diartikan
sebagai materi dakwah.12
Dalam komunikasi perlu pendekatan yang berbasis pengetahuan (science) agar transformasi pesan
(message/mâddah) bisa konstektual. Model komunikasi (sender, message, chanel, receiver) yang muncul
perang dunia II menghendaki adanya hubungan yang kemudian memunculkan model effect, yang mana
pengaruh pesan lebih penting dari materi yang disampaikan. Model ini masih lemah sehingga muncul
model converge yang memberi nilai kepada penerima pesan, ini pun masih memiliki kelemahan hingga
muncul model Active Reception atau penerima pesan aktif dalam manfaat dan kepuasan (uses and
gratification) untuk mengoreksi model effect.13

Model penerima pesan aktif (aktive reception/AR) sejalan dengan konsep tablîgh yang menyatakan
sender hanya sebagai penyampai pesan saja, bukan penentu komunikasi (dakwah). Tablîgh harus
memainkan peranan penting bagi kehidupan, pada tingkat individu dan sosial bersifat mendasar bagi
berfungsinya ummah, karena hal itu menopang dan mendorong hubungan yang integral dan selaras
antara Tuhan, individu dan masyarakat. 14

9
Zulfahmi, Gerakan Damai Fethullah Gulen Menghadapi Kemiskinan dan Kekerasan di Turki (Kudus: Paradigma Institut, 2013),
37.

10
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi dan Penerapannya di Indonesia,
50.

11
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Bogor: Unit Percetakan Al-Qur‟an, 2018), 179.

12
Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection Perspective, International
Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future oh Humanity, 87.

13
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi dan Penerapannya di Indonesia,
51.
Dengan demikian target utama tablîgh adalah ranah kognitif (pemahaman dan pemikiran), bukan ranah
afektif (sikap) maupun behavioral (perilaku) mitra dakwah. 15

b. Taghyîr (Change)

Dakwah pada dasarnya adalah bersifat taghyîr/change (mengadakan perubahan) dari realitas sosial yang
belum ilahiah menjadi berkondisi atau berwatak ilahiah. Menurut Amrullah Ahmad sebagaimana dikutip
Zulfahmi, eksistensi dakwah Islam selain berperan sebagai pengubah terhadap realitas sosial yang ada
kepada realitas sosial yang baru, juga sesungguhnya dipengaruhi oleh perubahan sosial-kultural yang
terjadi.16

Dengan demikian, dakwah perlu mengenal dan memahami perubahan-perubahan itu, sehingga metode
dan materi dakwah dapat diselaraskan dengan suasana dan keadaan masyarakat yang berubah.
Perubahan yang dilakukan sesuai dengan ayat Al-Qur‟an (Qs. Al-Anfal [8] : 53). 17

Perubahan yang terjadi pada masyarakat Islam tidak terlepas dari spirit ajarannya. Dalam setiap
perubahan tersebut juga terdapat berbagai konsekuensi, bahkan dapat berujung krisis. Krisis tersebut
disebabkan karena dalam setiap perubahan ada nilai-nilai dalam masyarakat yang terkikis. 18

Munculnya perubahan komunikasi terkait modernisasi (modernnization) merupakan akibat dominasi


ilmu pengetahuan dan teknologi Barat. Tergerusnya budaya dan kearifan lokal karena munculnya
budaya baru dari Barat. Kemudian model dependensi (dependency) mengoreksi kelemahan model
modernisasi, yakni model ini memiliki motivasi mensejajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat
dengan jalan penguatan pembelajaran dan pendidikan. Kemudian muncul model multiplicity, yang
menyatakan bahwa perubahan bisa terjadi karena adanya aturan yang berhubungan dengan faktor lain
seperti budaya, politik, agama dan ekonomi.19

Model perubahan yang bersandar pada kesadaran diri (self button-up) diharapkan mampu mendapatkan
perubahan yang positif yang tidak hanya berujung pada kepuasan, namun juga kebahagiaan. Perubahan
(taghyîr) dalam pandangan komunikasi Islam (dakwah) adalah proses perubahan menuju kehidupan

14
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi dan Penerapannya di Indonesia,
53.

15
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), 23.

16
Zulfahmi, Gerakan Damai Fathul Gülen Mengahadapi Kekerasan dan Kemiskinan di Turki (Kudus: Parist, 2013), 39.

17
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, 270.

18
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi dan Penerapannya di Indonesia,
53.

19
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi dan Penerapannya di Indonesia,
55. Lihat Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection Perspective,
International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future oh Humanity, 201-205.
yang lebih baik dan tercapainya kepuasan seperti dalam model yang dikenal dengan uses and
gratification (manfaat dan kepuasan).20

Model ini, perubahan tidak hanya menyajikan keuntungan berupa kehidupan yang lebih baik secara
materi tapi juga dalam bentuk psikologis berupa kepuasan masyarakat seperti kenyamanan (ecology),
rasa aman (security), ketenangan batin (sprituality).

20
Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection Perspective, International
Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future of Humanity, 203.

Anda mungkin juga menyukai