MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A
Oleh :
Robbiy Maula Betaraya (19204010040)
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ii
A. Kesimpulan ....................................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I (Jakarta: UI Press, 1985), hal.
4.
1
terkenal dan cukup disegani oleh kalangan intelektual muslim, baik didalam
maupun luar negeri. Beliau pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Jakarta atau
sekarang lebih dikenal dengan UIN Syarif Hidayatullah. Harun Nasution
terkenal akan keahliannya dalam bidang teologi dan filsafat yang bercorak
rasional.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Pemikiran
Pendidikan Islam Harun Nasution yang kesemuanya tidak jauh dari
permasalahan mengenai pembaharuan Islam di era modern. Dengan
mengetahui latar belakang, pemikiran dan solusi yang ditawarkan oleh Harun,
akan menambah kekayaan keilmuan keislaman yang semoga dapat
dimanfaatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat membuat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sketsa biografi dari Harun Nasution?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan dari Harun Nasution?
3. Bagaimana implikasi pemikiran pendidikan dari Harun Nasution di era
modern ini?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui sketsa biografi dari Harun Nasution
2. Mengetahui pemikiran pendidikan dari Harun Nasution
3. Mengetahui relevansi pemikiran pendidikan dari Harun Nasution di era
modern.
2
D. Metodologi
Berdasarkan hal tersebut, metode penelitian yang digunakan pada
sebuah proses penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dengan
metode yang baik dan benar akan mugkinkan tercapainya suatu tujuan
penelitian yang bermanfaat.
1. Jenis Penelitian
Cara dan jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan
(library research).2 Yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber (data)
utama, sehingga lebih sebagai penelitian dokumen (documentary research).
Dengan demikian, dalam penilitian kepustakaan ini penuli ingin
menganalisis pemikiran Harun Nasution tentang pendidikan Islam di
Indonesia dan relevansinya
2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan sumber yang
digunakanterdiri dari sumber primer dan sumber sekunder, maka data yang
digunakan dalam penelitian diperoleh dari literatur-literatur, dokumen-
dokumen atau transkip yang membahas tentang pendidikan Islam.
Penelitian melakukan pengumpulan literatur dan buah pemikiran Harun
Nasution yang membahas tentang pendidikan Islam di Indonesia utnuk
dijadikan bahan primer.
2
Mari Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP#ES, 1989),hal.45
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Abdul Halim, (ed.), Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana Praktis Harun
Nasution (Jakarta: Ciputat Press, 2001), hal.1.
4
Ibid., hal 5.
5
Ibid.
4
agama yang bersemangat modern. Sekolah itu adalah MIK (Modern
Islamietische Kweeksschool). Disini Harun Nasution tertarik mempelajari
islam, untuk memperolah pandangan-pandangan yang maju tentang islam.
Kemudian karena desakan orang tua, ia harus melanjutkan studinya ke
Mekkah atau tidak sama sekali. Pandangan orang tuang yang tradisional dan
sulit menrima pemikiran barulah yang menyebabkan orang tua Harun Nasution
mendesak pindah ke Mekkah. Di Mekkah, pendidikan Harun Nasution
terbengkalai karena semua pelajaran berbahasa Arab. Karena tidak betah
kemudian ini menuntut ke orang tuanya untuk bisa sekolah di Mesir.
Harun Nasution tiba di Mesir pada tahun 1938, untuk melanjutkan studi
di Universitas al-Azhar. Di al-Azhar Harun nasution memilih masuk di fakultas
Ushuludin. Disanalah ia menekuni materi perkuliahan seperti filsafat, salah satu
mata kuliah yang paling diminati. Setelah beberapa lama studi di al-Azhar,
Harun Nasution kembali mengalami ketidakpuasan. Lalu Harun Nasution pun
pindah ke Universitas Amerika yang berada di Kairo. Di universitas ini ia
mengambil fakultas pendidikan dan social. Harun Nasution memperoleh gelar
sarjana muda pada ahun 1952, dalam bidang social studies dari Universitas
Amerika.
Setelah selesai dari universitas tersebut dengan mengantongi ijazah BA,
harun nasution bekerja di perusahaan swasta dan kemudian di konsulat
Indonesia-Kairo.6 Di mesir pula, Harun Nasution mempersunting gadis mesir
yang bernama Sayedah. Kemudian Harun Nasution kembali ke Indonesia dan
bekerja di Departemen Luar Negeri. Tiga tahun kemudian Harun Nasution
ditugaskan di kedutaan RI di Brussel, Belgia. Tahun 1960, Harun Nasution
kembali ke mesir untuk melanjutkan studi di al-Dirasat al-Islamiyah. Disini,
Harun Nasution agak senang sebab tidak menggunakan cara lama seperti
6
Ibid., hal.4.
5
menghafal di al-Azhar. 7Disinilah Harun Nasution mulai menalaah hukum
islam dan fiqh lebih rasional dan tidak doktriner.
Pada tahun 1962, Harun Nasution mendapat tawaran dari Institute of
Islamic Studies McGill. Tepatnya pada tanggal 20 september 1962, Harun
Nasution pergi ke McGill. Disini Harun Nasution baru benar-benar puas dengan
pelajaran islam, karena memperoleh pandangan islam yang luas, termasuk ilmu
kalam dan filsafat. Pada tahun 1965, Harun nasution menulis tesis MA-nya
dengan judul The Islamic State in Indonesia, The Rise of Ideology the
Movement for its Creation and the Theory of Masyumi. Kemudian ia
melanjutkan ke jenjang doktoralnya selama setengah tahun. Harun Nasution
lulus pada tahun 1968 dengan desertasi berjudul Pengaruh Mu’tazilah terhadap
Pemikiran Muhammad Abduh.8
Setelah meraih gelar Doktor, Harun kembali ke tanah air dan
mencurahkan perhatiannya pada pengembangan pemikiran Islam di Indonesia.
Pada tahun 1973, Prof. Dr Mukti Ali yang saat itu menjabat sebagai menteri
agama meminta harun nasution untuk menjabat sebagai rektor di IAIN Syarif
Hidayatullah selama dua periode (1974-1982). Selesai tugasnya sebagai rektor,
Harun Nasution dipercaya sebagai Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta hingga akhir hayatnya. Berkat ketekunannya mengelola
Pascasarjana ini telah lahir ratusan doktor dalam bidang ilmu agama Islam yang
kini telah banyak menjadi orang nomor satu di lembaga pendidikan yang
dipimpinnya.
Di tengah-tengah kesibukannya memberi kuliah dan memimpin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Harun Nasution juga tercatat sebagai ilmuwan
7
Aqib Suminto, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 Tahun Harun Nasution (Lembaga
Studi Agama dan Filsafat, Jakarta: 1989) hal. 30.
8
Ibid., hal. 15.
6
produktif dalam bidang karya ilmiah. Di antara karya ilmiah yang
dihasilkannya adalah :
9
Ibid., hal. 59.
7
disesuaikan dengan suasana yang baru yang ditimbulkan oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Modernism keagamaan di Barat
bertujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama
Katholik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern
sehingga aliran ini menimbulkan sekularisme pada masyarakat Barat.10
Karena itulah dosen-dosen IAIN tidak dikirim ke Mesir melainkan ke dunia
Barat untuk mempelajari Islam dari segi metodologinya serta cara berpikir
rasional, sehingga mereka akan dapat menjadi ulama yang berpikir rasional.
Dalam pembaharuan islam yang di gagas oleh Harun Nasution
adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.11 Pada hakikatnya pembaharuan pendidikan islam
merupakan usaha reinterpretasi berkelanjutan dan lebih khusus ditekankan
untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam sesuai
dengan semangat zaman. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
semangat pembaharuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk
terwujudnya insan kamil yang berpikiran rasional yang berlandaskan al-
Qur’an dan as-Sunnah.
Harun Nasution juga melakukan gebrakan dalam pengembangan
akademik di lingkungan perguruan tinggi. Dalam tradisi akademik di
lingkungan perguruan tinggi Islam di Indonesia, ada tiga perubahan dan
pembahruan system yang diupayakan, antara lain :
a. Merubah system yang selama ini dinilai feudal menjadi sesuatu yang
lebih baik.
10
Herlina Harahap, Pembaharuan Pendidikan Islam Perspektif Harun Nasution, (Pontianak,
STAIN Pontianak Press : 2016), hal. 23.
11
Muhammad Husnol Hidayat, Harun Nasution dan Pembaharuan Pendidikan Islam (Jurnal
Tadris, Volume 10 No.1 : 2015) hal. 28.
8
b. Merubah budaya lisan menjadi budaya tulisan. Dalam hal ini Harun
Nasution dengan tekun melatih mahasiswanya untuk menulis pemikiran
secara sistemastis. Budaya ini diperkenalkan untuk mengatasi
kelamahan dalam budaya lisan.
c. Harun Nasution memperkenalkan pendekatan pemahaman Islam secara
utuh dan universal.12
2. Ruang lingkup pendidikan menurut harun nasution
a. Hubungan antara agama dan moral
b. Kurikulum
Penyusunan kurikulum atau silabus pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum sebaiknya didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut :
Untuk TK dan tahun-tahun pertama SD mencakup : (1)
mengenal Tuhan sebagai pemberi dan sumber dari segala yang dikasihi
dan disayangi anak didik (2) berterima kasih atas pemberian pemberian
itu (3) pendidikan : jangan menyakiti orang lain, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan (4) pendidikan berbuat baik dan suka menolong orang lain,
12
Muhammad Husnol Hidayat, Harun Nasution dan Pembaharuan Pendidikan Islam.., hal 31
13
Herlina Harahap, Pembaharuan Pendidikan Islam Perspektif Harun Nasution.., hal. 110
9
binatang, dan tumbuh-tumbuhan dan (5) pendidikan sopan-santun
dalam pergaulan.
Untuk SD dan lanjutannya, meliputi : (1) kenal dan cinta kepada
Tuhan sebagai yang Maha Pengasih, Penyayang, dan Pengampun (2)
Ibadah sebagai tanda terima kasih kepada tuhan atas nikmat-nikmat-
Nya (3) memperdalam rasa sosial dan kesediaan menolong orang lain,
binatang, dan lain-lain (4) ajaran-ajaran dan didikan tentang akhlak
Islam dan (5) pengctahuan tentang agama Islam seperti tauhid, fiqih,
dan lain-lain, sekadar perlu dan sesuai dengan perkembangan mental
anak didik.14
Untuk SMP dan SMA mencakup: (1) memperdalam hal-hal
tetsebut dalam sub SD di atas; (2) ibadah di sini diajarkan sebagai
latihan spiritual sebagai pendekatan terhadap Tuhan. Tujuannya ialah
memperoleh kesucian dan ketentraman jiwa; (3) pengetahuan tentang
ajaran Agama diperdalam dan diperluas (akhlak, tauhid, fiqih, tafsir,
hadits, dan lain-lain yang diperlukan); (4) menanamkan rasa toleransi
terhadap mazhab-mazhab yang ada di dalam agama sendiri dan toleransi
terhadap agama Iain; dan (5) dedikasi terhadap masyarakat.
Untuk tingkat PT mencakup: (1) memperdalam rasa keagamaan
dengan pendekatan spiritual dan intelektual; (2) ibadah sebagai didikan
mahasiswa untuk merendahkan hati, di samping berpengetahuan tinggi,
tidak merasa takabur, tetapi sadar, bahwa di atasnya masih terdapat Zat
yang lebih mengetahui dan berkuasa dari manusia manapun; (3)
memperluas pengctahuan tentang agama Islam secara global, dalam
aspek sejarah, kebudayaan, hukum, teologi, filsafat, mistik, dan
IainIainnya. Di sini akan dijumpai ketcrangan rasional mengenai ajaran-
ajaran agama, yang dapat mempertebal keyakinan terhadap agamanya;
14
Ibid., hal 111
10
(4) mcmpcrdalam rasa toleransi bermazhab dan tolcransi beragama; (5)
memperdalam rasa dedikasi terhadap masyarakat.15
c. Metode
Karena tujuan utama dari pendidikan agama adalah pendidikan
moral, maka metode Yang sebaiknya dipakai antara Iain ialah: (a)
pemberian contoh dan teladan yang baik dari pcndidik agama kepada
anak didik; (b) pcmbcrian nasihat kcpada siswa atau mahasiswa; (c)
tuntunan dalam mcnyelcsaikan persoalan moral atau spiritual, baik yang
bersifat individual maupun yang bcrsifat kolcktif; (4) kerja sama dengan
lingkungan rumah dan lingkungan pergaulan anak didik; (5) kerja sama
dcngan pcndidik pengetahuan umum lainnya; dan (6) mctodc tanya
jawab dan diskusi dalam hal pendekatan intclektual tcntang ajaran-
ajaran agarna.16
d. Kualitas pendidik agama
Menurut Harun Nasution ada beberapa syarat yang perlu bagi
pendidik agama, antara lain
1) sanggup memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak didik
2) menguasai ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan pendidikan
anak, sepcrti pedagogi, psikologi anak, dan sebagainya
3) mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama selain
pengetahuan agama yang menjadi jurusannya
4) mempunyai pengetahuan umum yang seimbang pengetahuan yang
dipelajari siswa dan mahasiswa17
15
Ibid., hal 112
16
Ibid., hal. 113
17
Ibid., hal. 114
11
C. Relevansi Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution
Dengan Pendidikan di Era Modern.
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengkaji tentang beberapa
relevansi antara pemikiran harun nasution dengan pendidikan di dunia modern
khususnya di Indonesia.
1. Dasar Pendidikan
Harun Nasution merupakan tokoh intelektual muslim yang dikenal
dengan pembaharuan islamnya. Pembaharuan yang dimaksud adalah tidak
terbatas dalam bidang pemikiran saja seperti teologi, mistisme, filsafat, dan
hokum, tetapi juga meliputi seluruh segi kehidupan kaum muslimin.
Pemikiran tetntang pembaharuan pendidikan islam tersebut terdapat pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional pada BAB II Pasal 3 tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasional yang berbunyi :
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara ang demokratis serta
bertanggungjawab.”18
2. Prinsip penyelenggaran pendidikan
Dalam mencapai tjuan pendidikan tentu diperlukan juga prinsip
penyelenggaran pendidikan yang baik. Disini, Harun Nasution memiliki
gagasan dalam penyelenggaraan pendidikan yang baik. Karena tujuan
utama dari pendidikan islam adalah pendidikan moral maka metode yang
18
Salinan Undang-Undang SISDIKNAS Nomor. 20 Tahun 2003., hal.3
12
dipakai sebaiknya adalah (1) pemberian teladan (2) nasehat (3) tuntunan
dalam menyelesaikan persoalan (4) kerjasama dengan lingkungan (5)
kerjasama dengan pendidik lainnya (6) Tanya jawab dalam hal inteletual.
Pemikiran tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan berkaitan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional pada BAB III pasal 4 yang berbunyi :
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
c. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.19
3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Menurut Harun Nasution ada beberapa syarat yang perlu bagi
pendidik agama, antara lain menjadi teladan, menguasai ilmu pengetahuan,
mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, dan mempunyai pengetahuan
yang seimbang dengan pengetahuan siswa. Gagasan Harun NAsution ini
juga berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
system pendidkan nasional. Tercantum pada BAB IX Pasal 40 tentang
kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan yang berbunyi
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan; dan
19
Ibid., hal.4.
13
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.20
20
Ibid., hal. 13.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
B. Saran
Untuk memahami pemikiran pendidikan Harun Nasution hendaknya kita
banyak belajar dari berbagai hal. Baik itu dari buku, jurnal, ataupun
pengamatan kita. Maka dari itu, semoga dengan makalah ini dapat menjadi
pemahaman bagi para pembacanya. Penulis juga sadar betul bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna. Semua itu karena kemampuan penulis yang
sangat terbatas
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, (ed.), Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana Praktis Harun
Nasution, Jakarta: Ciputat Press, 2001
Aqib Suminto, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 Tahun Harun Nasution, Lembaga
Studi Agama dan Filsafat, Jakarta: 1989
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, Jakarta : UI Press, 1985
Muhammad Husnol Hidayat, Harun Nasution dan Pembaharuan Pendidikan Islam, Jurnal
Tadris, Volume 10 No.1 : 2015
17