Anda di halaman 1dari 21

PEMIKIRAN HARUN NASUTION (RELIGIUS-RASIONAL)

TENTANG PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYA DENGAN


DUNIA MODERN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A

Oleh :
Robbiy Maula Betaraya (19204010040)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019

i
ABSTRAK

Robbiy Maula Betaraya, Pemikiran Harun Nasution (Religius-Rasional)


Tentang Pendidikan Dan Relevansinya Dengan Dunia Modern. Yogyakarta : Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2019.
Makalah ini dilatar belakangi oleh Di kalangan masyarakat Indonesia terdapat
kesan bahwa Islam bersifat sempit. Kesan itu timbul dari salah pengertian tentang
hakekat islam. Kekeliruan paham ini terdapat bukan hanya di kalangan umat non-islam,
tetapi juga dikalangan umat islam sendiri, bahkan juga di kalangan sebagian
agamawan-agamawan islam. Pada akhir abad 18 atau awal 19 munculah tokoh-tokoh
pembaharu yang peduli akan islam saat ini. Munculnya pembaharu-pembaharu dalam
islam adalah karena adanya ide pembaharuan yang ingin dimunculkan agar islam dapat
berjaya kembali. Di Indonesia munculah cendikiawan muslim yang bernama Harun
Nasution. Harun Nasution adalah sosok ilmuan muslim dan salah satu tokoh
pembaharu yang sangat terkenal dan cukup disegani oleh kalangan intelektual muslim,
baik didalam maupun luar negeri. Beliau pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Jakarta
atau sekarang lebih dikenal dengan UIN Syarif Hidayatullah. Harun Nasution terkenal
akan keahliannya dalam bidang teologi dan filsafat yang bercorak rasional. Penelitian
ini bertujuan untuk (1) Mengetahui sketsa biografi dari Harun Nasution (2) Mengetahui
pemikiran pendidikan dari Harun Nasution (3) Mengetahui relevansi pemikiran
pendidikan dari Harun Nasution di era modern.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Yaitu menjadikan bahan pustaka
sebagai sumber (data) utama, sehingga lebih sebagai penelitian dokumen (documentary
research). Dengan demikian, dalam penilitian kepustakaan ini penuli ingin
menganalisis pemikiran Harun Nasution tentang pendidikan Islam di Indonesia dan
relevansinya. Metode pengumpulan data Penelitian dengan cara melakukan
pengumpulan literatur dan buah pemikiran Harun Nasution yang membahas tentang
pendidikan Islam di Indonesia utnuk dijadikan bahan primer.
Hasil penelitian ini (1) Harun Nasution dilahirkan pada hari Selasa, tanggal 23
september 1919 di Pematangsiantar, Sumatra Utara dan wafat pada hari Jum’at, tanggal
18 September 1998. (2) Pendidikan Islam adalah untuk membentuk terwujudnya insan
kamil yang berpikiran rasional yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah. (3)
relevansi pemikiran Harun Nasution dengan pendidikan Indonesia era modern ada tiga,
yaitu dasar pendidikan, prinsip penyelenggaran pendidikan, dan dalam hal pendidik
dan tenaga kependidikan.

Kata Kunci : Pemikirian, Pendidikan, Harun Nasution

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas Kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas


limpahan rahmah serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam ini dengan lancar dan tanpa ada halangan yang
berarti.
Sholawat serta salam, senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
shallallahu’alaihiwasallam. Berkat beliaulah agama Islam menjadi rohmatallil’alamin
dan ilmu pengetahuan dapat kita peroleh.
Makalah ini penyusun selesaikan dan presentasikan, guna memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Khususnya kepada kedua orangtua dan dosen
pembimbing mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, Prof. Dr. H. Maragustam Siregar.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnan, oleh karena itu penyusun memohon maaf,
apabila dalam penyajian makalah ini kurang berkenan atau bahkan menyinggung
pembaca sekalian. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

ABSTRAK ................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................2
D. Metodologi .....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................4

A. Riwayat Hidup Harun Nasution .....................................................................4


B. Pemikiran Harun Nasution Tentang Pendidikan ............................................7
C. Relevansi Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution ........12

BAB III PENUTUP ..................................................................................................15

A. Kesimpulan ....................................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................................16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di kalangan masyarakat Indonesia terdapat kesan bahwa Islam bersifat


sempit. Kesan itu timbul dari salah pengertian tentang hakekat islam.
Kekeliruan paham ini terdapat bukan hanya di kalangan umat non-islam, tetapi
juga dikalangan umat islam sendiri, bahkan juga di kalangan sebagian
agamawan-agamawan islam.1 Bagi orang yang ingin mengetahui mengenai
seluk beluk agamanya, maka perlu untuk mempelajari teologi yang terdapat
dalam agamanya tersebut. Dengan demikian, orang yang mempelajari telogi
dari agama yang dianutnya, makan akan merasa keyakinan-keyakinannya lebih
kuat dan tidak mudah atau bahkan tidak dapat terombang-ambing oleh
kemajuan zaman. Teologi islam selama ini lebih banyak berkutat pada kajian
klasik atau pra modern. Secara umum, ilmu ini memang berfokus kepada Tuhan
dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Kajian ini tidak terlepas dari aliran-
aliran kalam, antara lain : Khawarij, Syi’ah, Jabariyah, Murji’ah, Mu’tazilah,
Asy’ariyah, dan Maturidiyah.
Meskipun klasik, kajian ini masih bisa menemukan hubungannya
dalam perkembangan ilsam modern. Pada akhir abad 18 atau awal 19 munculah
tokoh-tokoh pembaharu yang peduli akan islam saat ini. Munculnya
pembaharu-pembaharu dalam islam adalah karena adanya ide pembaharuan
yang ingin dimunculkan agar islam dapat berjaya kembali. Di Indonesia
munculah cendikiawan muslim yang bernama Harun Nasution. Harun Nasution
adalah sosok ilmuan muslim dan salah satu tokoh pembaharu yang sangat

1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I (Jakarta: UI Press, 1985), hal.
4.

1
terkenal dan cukup disegani oleh kalangan intelektual muslim, baik didalam
maupun luar negeri. Beliau pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Jakarta atau
sekarang lebih dikenal dengan UIN Syarif Hidayatullah. Harun Nasution
terkenal akan keahliannya dalam bidang teologi dan filsafat yang bercorak
rasional.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Pemikiran
Pendidikan Islam Harun Nasution yang kesemuanya tidak jauh dari
permasalahan mengenai pembaharuan Islam di era modern. Dengan
mengetahui latar belakang, pemikiran dan solusi yang ditawarkan oleh Harun,
akan menambah kekayaan keilmuan keislaman yang semoga dapat
dimanfaatkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat membuat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sketsa biografi dari Harun Nasution?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan dari Harun Nasution?
3. Bagaimana implikasi pemikiran pendidikan dari Harun Nasution di era
modern ini?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui sketsa biografi dari Harun Nasution
2. Mengetahui pemikiran pendidikan dari Harun Nasution
3. Mengetahui relevansi pemikiran pendidikan dari Harun Nasution di era
modern.

2
D. Metodologi
Berdasarkan hal tersebut, metode penelitian yang digunakan pada
sebuah proses penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dengan
metode yang baik dan benar akan mugkinkan tercapainya suatu tujuan
penelitian yang bermanfaat.
1. Jenis Penelitian
Cara dan jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan
(library research).2 Yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber (data)
utama, sehingga lebih sebagai penelitian dokumen (documentary research).
Dengan demikian, dalam penilitian kepustakaan ini penuli ingin
menganalisis pemikiran Harun Nasution tentang pendidikan Islam di
Indonesia dan relevansinya
2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan sumber yang
digunakanterdiri dari sumber primer dan sumber sekunder, maka data yang
digunakan dalam penelitian diperoleh dari literatur-literatur, dokumen-
dokumen atau transkip yang membahas tentang pendidikan Islam.
Penelitian melakukan pengumpulan literatur dan buah pemikiran Harun
Nasution yang membahas tentang pendidikan Islam di Indonesia utnuk
dijadikan bahan primer.

2
Mari Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP#ES, 1989),hal.45

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Harun Nasution

Harun Nasution dilahirkan pada hari Selasa, tanggal 23 september 1919


di Pematangsiantar, Sumatra Utara.3 Wafat pada hari Jum’at, tanggal 18
September 1998.4 Ayahnya adalah seorang ulama yang berpaham fatalistic,
namanya adalah Abdul Jabbar Ahmad. Ayah dari Harun Nasution bekerja
sebagai pedagang dan kemudian diangkat oleh Belanda menjadi Kepala Agama
merangkap Hakim Agama dan Imam masjid. Ibu dari harun nasution adalah
seorang boru Mandailing Tapanuli, Maimunah keturunan dari seorang ulama
yang pernah memukim di Mekkah, dan mengikuti beberapa kegiatan di
Masjidil Haram.5
Harun Nasution dibesarkan dari keluarga ulama, keturunan orang
terpandang, dan mempunyai strata ekonomi yang lumayan tinggi. Keluarga
Harun Nasution tergolong kelompok kaum tua yaitu kaum Jami’iyah al-
Washliyah yang eksis di Pematangsiantar. Maka dari itu harun nasution
mendalami disiplin ilmu kegamaan. Karena kondisi kegamaan yang mendalam
itu, ia menimba ilmu umum di sekolah Belanda HIS (Hollandsch Inlandsche
School).
Setelah lulus dari HIS, Harun Nasution merencanakan sekolah di
MULO (Meer Vedgebreid Lages Onderwijs). Akan tetapi hal itu ditolak dan
tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Orang tua dari Harun Nasution
menganggap bahwa pengetahuan umum dari anaknya sudah cukup dengan
sekolah di HIS. Akhirnya Harun Nasution melanjutkan pendidikan ke sekolah

3
Abdul Halim, (ed.), Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana Praktis Harun
Nasution (Jakarta: Ciputat Press, 2001), hal.1.
4
Ibid., hal 5.
5
Ibid.

4
agama yang bersemangat modern. Sekolah itu adalah MIK (Modern
Islamietische Kweeksschool). Disini Harun Nasution tertarik mempelajari
islam, untuk memperolah pandangan-pandangan yang maju tentang islam.
Kemudian karena desakan orang tua, ia harus melanjutkan studinya ke
Mekkah atau tidak sama sekali. Pandangan orang tuang yang tradisional dan
sulit menrima pemikiran barulah yang menyebabkan orang tua Harun Nasution
mendesak pindah ke Mekkah. Di Mekkah, pendidikan Harun Nasution
terbengkalai karena semua pelajaran berbahasa Arab. Karena tidak betah
kemudian ini menuntut ke orang tuanya untuk bisa sekolah di Mesir.
Harun Nasution tiba di Mesir pada tahun 1938, untuk melanjutkan studi
di Universitas al-Azhar. Di al-Azhar Harun nasution memilih masuk di fakultas
Ushuludin. Disanalah ia menekuni materi perkuliahan seperti filsafat, salah satu
mata kuliah yang paling diminati. Setelah beberapa lama studi di al-Azhar,
Harun Nasution kembali mengalami ketidakpuasan. Lalu Harun Nasution pun
pindah ke Universitas Amerika yang berada di Kairo. Di universitas ini ia
mengambil fakultas pendidikan dan social. Harun Nasution memperoleh gelar
sarjana muda pada ahun 1952, dalam bidang social studies dari Universitas
Amerika.
Setelah selesai dari universitas tersebut dengan mengantongi ijazah BA,
harun nasution bekerja di perusahaan swasta dan kemudian di konsulat
Indonesia-Kairo.6 Di mesir pula, Harun Nasution mempersunting gadis mesir
yang bernama Sayedah. Kemudian Harun Nasution kembali ke Indonesia dan
bekerja di Departemen Luar Negeri. Tiga tahun kemudian Harun Nasution
ditugaskan di kedutaan RI di Brussel, Belgia. Tahun 1960, Harun Nasution
kembali ke mesir untuk melanjutkan studi di al-Dirasat al-Islamiyah. Disini,
Harun Nasution agak senang sebab tidak menggunakan cara lama seperti

6
Ibid., hal.4.

5
menghafal di al-Azhar. 7Disinilah Harun Nasution mulai menalaah hukum
islam dan fiqh lebih rasional dan tidak doktriner.
Pada tahun 1962, Harun Nasution mendapat tawaran dari Institute of
Islamic Studies McGill. Tepatnya pada tanggal 20 september 1962, Harun
Nasution pergi ke McGill. Disini Harun Nasution baru benar-benar puas dengan
pelajaran islam, karena memperoleh pandangan islam yang luas, termasuk ilmu
kalam dan filsafat. Pada tahun 1965, Harun nasution menulis tesis MA-nya
dengan judul The Islamic State in Indonesia, The Rise of Ideology the
Movement for its Creation and the Theory of Masyumi. Kemudian ia
melanjutkan ke jenjang doktoralnya selama setengah tahun. Harun Nasution
lulus pada tahun 1968 dengan desertasi berjudul Pengaruh Mu’tazilah terhadap
Pemikiran Muhammad Abduh.8
Setelah meraih gelar Doktor, Harun kembali ke tanah air dan
mencurahkan perhatiannya pada pengembangan pemikiran Islam di Indonesia.
Pada tahun 1973, Prof. Dr Mukti Ali yang saat itu menjabat sebagai menteri
agama meminta harun nasution untuk menjabat sebagai rektor di IAIN Syarif
Hidayatullah selama dua periode (1974-1982). Selesai tugasnya sebagai rektor,
Harun Nasution dipercaya sebagai Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta hingga akhir hayatnya. Berkat ketekunannya mengelola
Pascasarjana ini telah lahir ratusan doktor dalam bidang ilmu agama Islam yang
kini telah banyak menjadi orang nomor satu di lembaga pendidikan yang
dipimpinnya.
Di tengah-tengah kesibukannya memberi kuliah dan memimpin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Harun Nasution juga tercatat sebagai ilmuwan

7
Aqib Suminto, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 Tahun Harun Nasution (Lembaga
Studi Agama dan Filsafat, Jakarta: 1989) hal. 30.
8
Ibid., hal. 15.

6
produktif dalam bidang karya ilmiah. Di antara karya ilmiah yang
dihasilkannya adalah :

1. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya;


2. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan;
3. Filsafat Agama;
4. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam;
5. Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan;
6. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu‟tazilah;
7. Akal dan Wahyu dalam Islam; dan
8. Islam Rasional.

B. Pemikiran Harun Nasution Tentang Pendidikan


1. Hakikat Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution
Harun Nasution dikenal umum sebagai seorang cendikiawan
muslim yang sangat rasioanl. Dalam ceramahnya, Harun selalu
menekankan agar kaum muslim Indonesia berfikir secara rasional. Ia juga
menganjurkan sepatutnya kita dapat meniru syi’ah yang sudah berfikir
rasional.9 Harun menyatakan bahwa keadaan statis yang melanda di tubuh
umat muslim saat ini ialah karena merasa terikat dengan ajaran-ajaran
bukan dasar yang di hasilkan oleh zaman silam.
Menurut Harun Nasution, istilah pembaharuan tidak dapat lepas
dengan kata modernisasi. Dalam Bahasa Indonesia, kata modern,
modernisasi, dan moderisme seperti yang terdapat dalam istilah “aliran-
aliran modern dalam islam” dan “islam modernisasi”. Modernisme dalam
masyarakat Barat berarti pikiran, aliran, gerakan, serta usaha untuk
merubah paham-paham adat istiadat, institusi-institusi lama untuk

9
Ibid., hal. 59.

7
disesuaikan dengan suasana yang baru yang ditimbulkan oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Modernism keagamaan di Barat
bertujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama
Katholik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern
sehingga aliran ini menimbulkan sekularisme pada masyarakat Barat.10
Karena itulah dosen-dosen IAIN tidak dikirim ke Mesir melainkan ke dunia
Barat untuk mempelajari Islam dari segi metodologinya serta cara berpikir
rasional, sehingga mereka akan dapat menjadi ulama yang berpikir rasional.
Dalam pembaharuan islam yang di gagas oleh Harun Nasution
adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.11 Pada hakikatnya pembaharuan pendidikan islam
merupakan usaha reinterpretasi berkelanjutan dan lebih khusus ditekankan
untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam sesuai
dengan semangat zaman. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
semangat pembaharuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk
terwujudnya insan kamil yang berpikiran rasional yang berlandaskan al-
Qur’an dan as-Sunnah.
Harun Nasution juga melakukan gebrakan dalam pengembangan
akademik di lingkungan perguruan tinggi. Dalam tradisi akademik di
lingkungan perguruan tinggi Islam di Indonesia, ada tiga perubahan dan
pembahruan system yang diupayakan, antara lain :
a. Merubah system yang selama ini dinilai feudal menjadi sesuatu yang
lebih baik.

10
Herlina Harahap, Pembaharuan Pendidikan Islam Perspektif Harun Nasution, (Pontianak,
STAIN Pontianak Press : 2016), hal. 23.
11
Muhammad Husnol Hidayat, Harun Nasution dan Pembaharuan Pendidikan Islam (Jurnal
Tadris, Volume 10 No.1 : 2015) hal. 28.

8
b. Merubah budaya lisan menjadi budaya tulisan. Dalam hal ini Harun
Nasution dengan tekun melatih mahasiswanya untuk menulis pemikiran
secara sistemastis. Budaya ini diperkenalkan untuk mengatasi
kelamahan dalam budaya lisan.
c. Harun Nasution memperkenalkan pendekatan pemahaman Islam secara
utuh dan universal.12
2. Ruang lingkup pendidikan menurut harun nasution
a. Hubungan antara agama dan moral

Hubungan agama dengan moral sangat erat sekali dan


merupakan hal yang esensial. Demikian juga halnya dengan islam. Di
dalam al-Qur’an banyak terdapat ajaran-ajaran mengenai akhlak. Dalam
pendidikan agama terutama di TK, SD, SMP, dan SMA, pendidikan
moral inilah rasanya perlu ditingkatkan. Pelajaran-pelajaran mengenai
keagmaan lain, terutama ibadah sebaiknya dihubungkan dengan
pendidikan moral ini. Di perguruan tinggi, pendidikan moral masih
dapat dilanjutkan tetapi disini yang perlu ditingkatkan adalah
pendidikan spiritual dan pelajaran rasional tentang ajaran agama.13

b. Kurikulum
Penyusunan kurikulum atau silabus pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum sebaiknya didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut :
Untuk TK dan tahun-tahun pertama SD mencakup : (1)
mengenal Tuhan sebagai pemberi dan sumber dari segala yang dikasihi
dan disayangi anak didik (2) berterima kasih atas pemberian pemberian
itu (3) pendidikan : jangan menyakiti orang lain, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan (4) pendidikan berbuat baik dan suka menolong orang lain,

12
Muhammad Husnol Hidayat, Harun Nasution dan Pembaharuan Pendidikan Islam.., hal 31
13
Herlina Harahap, Pembaharuan Pendidikan Islam Perspektif Harun Nasution.., hal. 110

9
binatang, dan tumbuh-tumbuhan dan (5) pendidikan sopan-santun
dalam pergaulan.
Untuk SD dan lanjutannya, meliputi : (1) kenal dan cinta kepada
Tuhan sebagai yang Maha Pengasih, Penyayang, dan Pengampun (2)
Ibadah sebagai tanda terima kasih kepada tuhan atas nikmat-nikmat-
Nya (3) memperdalam rasa sosial dan kesediaan menolong orang lain,
binatang, dan lain-lain (4) ajaran-ajaran dan didikan tentang akhlak
Islam dan (5) pengctahuan tentang agama Islam seperti tauhid, fiqih,
dan lain-lain, sekadar perlu dan sesuai dengan perkembangan mental
anak didik.14
Untuk SMP dan SMA mencakup: (1) memperdalam hal-hal
tetsebut dalam sub SD di atas; (2) ibadah di sini diajarkan sebagai
latihan spiritual sebagai pendekatan terhadap Tuhan. Tujuannya ialah
memperoleh kesucian dan ketentraman jiwa; (3) pengetahuan tentang
ajaran Agama diperdalam dan diperluas (akhlak, tauhid, fiqih, tafsir,
hadits, dan lain-lain yang diperlukan); (4) menanamkan rasa toleransi
terhadap mazhab-mazhab yang ada di dalam agama sendiri dan toleransi
terhadap agama Iain; dan (5) dedikasi terhadap masyarakat.
Untuk tingkat PT mencakup: (1) memperdalam rasa keagamaan
dengan pendekatan spiritual dan intelektual; (2) ibadah sebagai didikan
mahasiswa untuk merendahkan hati, di samping berpengetahuan tinggi,
tidak merasa takabur, tetapi sadar, bahwa di atasnya masih terdapat Zat
yang lebih mengetahui dan berkuasa dari manusia manapun; (3)
memperluas pengctahuan tentang agama Islam secara global, dalam
aspek sejarah, kebudayaan, hukum, teologi, filsafat, mistik, dan
IainIainnya. Di sini akan dijumpai ketcrangan rasional mengenai ajaran-
ajaran agama, yang dapat mempertebal keyakinan terhadap agamanya;

14
Ibid., hal 111

10
(4) mcmpcrdalam rasa toleransi bermazhab dan tolcransi beragama; (5)
memperdalam rasa dedikasi terhadap masyarakat.15
c. Metode
Karena tujuan utama dari pendidikan agama adalah pendidikan
moral, maka metode Yang sebaiknya dipakai antara Iain ialah: (a)
pemberian contoh dan teladan yang baik dari pcndidik agama kepada
anak didik; (b) pcmbcrian nasihat kcpada siswa atau mahasiswa; (c)
tuntunan dalam mcnyelcsaikan persoalan moral atau spiritual, baik yang
bersifat individual maupun yang bcrsifat kolcktif; (4) kerja sama dengan
lingkungan rumah dan lingkungan pergaulan anak didik; (5) kerja sama
dcngan pcndidik pengetahuan umum lainnya; dan (6) mctodc tanya
jawab dan diskusi dalam hal pendekatan intclektual tcntang ajaran-
ajaran agarna.16
d. Kualitas pendidik agama
Menurut Harun Nasution ada beberapa syarat yang perlu bagi
pendidik agama, antara lain
1) sanggup memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak didik
2) menguasai ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan pendidikan
anak, sepcrti pedagogi, psikologi anak, dan sebagainya
3) mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama selain
pengetahuan agama yang menjadi jurusannya
4) mempunyai pengetahuan umum yang seimbang pengetahuan yang
dipelajari siswa dan mahasiswa17

15
Ibid., hal 112
16
Ibid., hal. 113
17
Ibid., hal. 114

11
C. Relevansi Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution
Dengan Pendidikan di Era Modern.
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengkaji tentang beberapa
relevansi antara pemikiran harun nasution dengan pendidikan di dunia modern
khususnya di Indonesia.
1. Dasar Pendidikan
Harun Nasution merupakan tokoh intelektual muslim yang dikenal
dengan pembaharuan islamnya. Pembaharuan yang dimaksud adalah tidak
terbatas dalam bidang pemikiran saja seperti teologi, mistisme, filsafat, dan
hokum, tetapi juga meliputi seluruh segi kehidupan kaum muslimin.
Pemikiran tetntang pembaharuan pendidikan islam tersebut terdapat pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional pada BAB II Pasal 3 tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasional yang berbunyi :
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara ang demokratis serta
bertanggungjawab.”18
2. Prinsip penyelenggaran pendidikan
Dalam mencapai tjuan pendidikan tentu diperlukan juga prinsip
penyelenggaran pendidikan yang baik. Disini, Harun Nasution memiliki
gagasan dalam penyelenggaraan pendidikan yang baik. Karena tujuan
utama dari pendidikan islam adalah pendidikan moral maka metode yang

18
Salinan Undang-Undang SISDIKNAS Nomor. 20 Tahun 2003., hal.3

12
dipakai sebaiknya adalah (1) pemberian teladan (2) nasehat (3) tuntunan
dalam menyelesaikan persoalan (4) kerjasama dengan lingkungan (5)
kerjasama dengan pendidik lainnya (6) Tanya jawab dalam hal inteletual.
Pemikiran tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan berkaitan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional pada BAB III pasal 4 yang berbunyi :
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
c. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.19
3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Menurut Harun Nasution ada beberapa syarat yang perlu bagi
pendidik agama, antara lain menjadi teladan, menguasai ilmu pengetahuan,
mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, dan mempunyai pengetahuan
yang seimbang dengan pengetahuan siswa. Gagasan Harun NAsution ini
juga berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
system pendidkan nasional. Tercantum pada BAB IX Pasal 40 tentang
kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan yang berbunyi
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan; dan

19
Ibid., hal.4.

13
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.20

20
Ibid., hal. 13.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Harun Nasution dilahirkan pada hari Selasa, tanggal 23 september 1919


di Pematangsiantar, Sumatra Utara. Wafat pada hari Jum’at, tanggal 18
September 1998. Ayahnya adalah seorang ulama yang berpaham fatalistic,
namanya adalah Abdul Jabbar Ahmad. Ibu dari harun nasution adalah seorang
boru Mandailing Tapanuli, Maimunah keturunan dari seorang ulama yang
pernah memukim di Mekkah. Harun Nasution dibesarkan dari keluarga ulama,
keturunan orang terpandang, dan mempunyai strata ekonomi yang lumayan
tinggi. Keluarga Harun Nasution tergolong kelompok kaum tua yaitu kaum
Jami’iyah al-Washliyah yang eksis di Pematangsiantar. Maka dari itu harun
nasution mendalami disiplin ilmu kegamaan.

Dalam pembaharuan islam yang di gagas oleh Harun Nasution adalah


upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. semangat pembaharuan pendidikan Islam adalah untuk
membentuk terwujudnya insan kamil yang berpikiran rasional yang
berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah.Ruang lingkup pendidikan menurut
harun nasution ada 3, yaitu (1) Hubungan antara agama dan moral
(2)Kurikulum (3) Metode (4) Kualitas pendidik agama. Lalu untuk relevansi
pemikiran pendidikan dari Harun Nasution ada 3 yaitu tentang dasar
pendidikan, prinsip penyelenggaran pendidikan, dan pendidik dan tenaga
kependidikan.

15
B. Saran
Untuk memahami pemikiran pendidikan Harun Nasution hendaknya kita
banyak belajar dari berbagai hal. Baik itu dari buku, jurnal, ataupun
pengamatan kita. Maka dari itu, semoga dengan makalah ini dapat menjadi
pemahaman bagi para pembacanya. Penulis juga sadar betul bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna. Semua itu karena kemampuan penulis yang
sangat terbatas

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, (ed.), Teologi Islam Rasional: Apresiasi Terhadap Wacana Praktis Harun
Nasution, Jakarta: Ciputat Press, 2001

Aqib Suminto, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, 70 Tahun Harun Nasution, Lembaga
Studi Agama dan Filsafat, Jakarta: 1989

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, Jakarta : UI Press, 1985

Herlina Harahap, Pembaharuan Pendidikan Islam Perspektif Harun Nasution, Pontianak,


STAIN Pontianak Press : 2016

Muhammad Husnol Hidayat, Harun Nasution dan Pembaharuan Pendidikan Islam, Jurnal
Tadris, Volume 10 No.1 : 2015

Salinan Undang-Undang SISDIKNAS Nomor. 20 Tahun 2003

17

Anda mungkin juga menyukai