Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBAHARUAN STUDI ISLAM DI INDONESIA: HARUN


NASUTION, NURCHOLIS MADJID DAN ABDURRAHMAN
WAHID
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi study islam
Dosen Pengampu: Bpk Dr. Tedi kholiluddin M.Si

Disusun oleh:
Surya handika( )
Muhammad Sadad Al Azka(22106021079)
Luluk nur mufidah( )
Nicky azzulfia zahro ( )

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala. Atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul "PEMBAHARUAN STUDI ISLAM
DI INDONESIA: HARUN NASUTION, NURCHOLIS MADJID DAN ABDURRAHMAN
WAHID" dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan Kesehatan dan
kesempatan yang Allah Subhannahu wa Ta'ala karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat
kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian Pustaka maupun melalui media
internet.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini Kepada Bapak
selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Islam dan juga kepada teman-teman yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
Subhannahu wa Ta'ala. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 6 juni 2023


DAFTAR ISI

MAKALAH................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 6
A. ...............................................................................................7
B. .......................................................... 7
C. ......................................................................................... 9
D.
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada tahun 1960-an, muncul dua tokoh penting dalam pembaharuan studi Islam di
Indonesia, yaitu Harun Nasution dan Nurcholish Madjd. Harun Nasution dikenal sebagai bapak
pemikiran keislaman modern di Indonesia dan mengusulkan agar Islam dipelajari secara ilmiah
dan kritis serta dipertemukan dengan konsep-konsep modern. Seperti memperkenalkan metode
kajian tekstual dan historis, serta mengajukan konsep ijtihad jama'i. Nurcholish Madjd yang
dikenal sebagai cendekiawan Muslim yang moderat dan progresif, berusaha mereformasi
pemikiran Islam dalam konteks Indonesia dengan cara memberikan tafsir baru terhadap
pemahaman Islam tradisional dan memadukan konsep-konsep Islam dengan ilmu pengetahuan
modern.

Sementara itu, pada era 1980-an, Abdurrahman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus
Dur, menjadi tokoh penting dalam pembaharuan studi Islam di Indonesia. Ia mengajarkan konsep
Islam yang inklusif dan toleran serta memperkuat peran kaum intelektual Muslim dalam
menyampaikan nilai-nilai Islam pada masyarakat luas. Salah satu karya intelektualnya yang
terkenal adalah konsep "Islam Nusantara" yang menekankan pada nilai-nilai keindonesiaan
dalam Islam dan menjunjung tinggi perdamaian dan toleransi antarumat beragama. Kontribusi
Gus Dur yang signifikan adalah memberikan ruang bagi toleransi dan kebebasan beragama serta
membuka pintu kajian Islam untuk diterapkan dalam konteks praktis kehidupan masyarakat.

B. Rumusan masalah

1. apa pembaruan studi islam itu dan contohnya?

2. bagaimana pembaruan studi islam pada masa harun nasution?

3. bagaimana pembaruan studi islam pada masa Abdurrahman Wahid?

4. bagaimana pembaharuan studi islam pada masa nurcholis madjid?


C. Tujuan

1. untuk memahami dan mengetahui apa itu studi islam

2. untuk mengenal dan memahami pembaruan studi islam pada masa harun nasution

3. untuk mengenal dan memahami pembaruan studi islam pada masa nurcholis madjid

4. untuk mengenal dan memahami pembaruan studi islam pada masa abdurrahman wahid
BAB II
PEMBAHASAN

A. pengertian pembaharuan studi islam


Pembaharuan studi Islam merupakan upaya untuk mengembangkan kajian Islam agar
dapat diterapkan dalam konteks modern dan menghadapi perubahan zaman. Pembaharuan studi
Islam dilakukan dengan cara memberikan penafsiran baru terhadap kitab suci, memperkenalkan
metode kajian ilmiah dan kritis, serta memadukan konsep-konsep Islam dengan ilmu
pengetahuan modern.

Contoh dari pembaharuan studi Islam antara lain:

1. Pemikiran Kalam Rationalisme: Muncul pada abad ke-8 Masehi, menganjurkan bahwa
iman pada dasarnya tidak harus bertentangan dengan nalar manusia.

2. Pemikiran Filsafat Islam: Didukung oleh tokoh-tokoh Islam seperti Al-Farabi, Ibnu
Sina, dan Ibnu Rusyd, filosofi Islam menghadirkan pemikiran rasionalisme, teologi, metafisika,
dan etika yang kritis dan kontekstual.

3. Pemikiran Tasawuf Reformis: Muncul pada akhir abad ke-19, membawa pemikiran-
pemikiran baru dalam pemahaman tasawuf. Tokoh-tokohnya adalah Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Rashid Rida.

4. Pemikiran Keislaman Modern: Dianjurkan oleh Harun Nasution dan Nurcholish Majid
pada 1960-an yang menekankan pemahaman Islam yang moderat, kritis, dan sesuai dengan
konteks Indonesia.

5. Muslim Progresif: Pemikiran Muslim progresif mengusung tafsir baru terhadap ajaran
Islam dengan mendorong interaksi dan dialog antara Islam dan konteks budaya serta ilmu
pengetahuan modern.

Semua pemikiran tersebut berfokus pada upaya untuk menjawab tuntutan zaman dan perubahan
sosial dalam masyarakat, serta memperkenalkan Islam sebagai agama yang toleran, inklusif, dan
sesuai dengan konteks zaman.
B. Pembaharu Islam pada masa Harun Nasution

1. Biografi

Tepat pada tanggal 23 September 1919, Harun Nasution lahir di Pematang Siantar,
Sumatra Utara.128 Harun dibesarkan di lingkungan keluarga ulama. Ini menjadikan Harun sedari
kecil memiliki pertanyaan-pertanyaan kritis. Bahkan dengan pertanyaan itu sering membuat
gurunya kerepotan. Tapi, bagi Harun, menerima begitu saja apa yang ditulis dalam buku atau apa
yang dikatakan gurunya bertentangan dengan prinsipnya, yang serba ingin mengerti sebab segala
sesuatu mengapa dapat terjadi. Curiosity (rasa keingintahuan) akan pengetahuan yang tinggi
seolah sudah akrab saat Harun masih kecil. Di sini orang tua Harun berperan cukup signifikan
dalam membentuk cikal-bakal intelektualitasnya.

Ayahnya, Abdul Jabbar Ahmad, terbiasa mempelajari kitab-kitab Jawa, suka membaca
kitab kuning berbahasa Melayu, dan berdiskusi dengan orang yang mengetahui banyak persoalan
agama. Meski belajar hanya sekadar cukup mempunyai pengetahuan pada bidang hokum agama
atau fiqih, ia juga sibuk dalam berdagang, yang dimulai selepas pulang dari pergi menunaikan
ibadah haji saat Harun masih kecil. Ia boleh dikatakan sebagai pedagang yang sukses, terlihat
pada kemampuan impor barang dari Singapura. 1 Ibunda Harun, sempat tinggal di Mekah dan dapat
berbahasa Arab dengan baik. Ibunda Harun ternyata dengan sang Ayah satu marga, yang keduanya
terlarang dalam adat untuk menikah. Lantaran berasas pada argumen agama yang membolehkan, maka
keduanya tetap melangsungkan pernikahan. Meski ada sedikit “denda” sosial yang mesti dipenuhi, yaitu
menyembelih kerbau dan sebagainya dalam rangka menghargai adat secara umum.

2. Pemikiran harun nasution

Harun Nasution terkenal menjadi pelopor dari gerakan pembaruan studi Islam di
Indonesia pada tahun 60-an. Ia mengusulkan agar Islam dipelajari secara ilmiah dan kritis serta
dipertemukan dengan konsep-konsep modern yang berkembang pada masa itu. Beberapa upaya
yang dilakukan oleh Harun Nasution dalam menyebarkan konsep pembaruan studi Islam antara
lain:

1
Zaim Uchrowi dan Ahmadie Thaha, ed., “Riwayat Hidup Prof. Dr. Harun Nasution,” Tim Panitia, Refleksi
Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution, (Ciputat: Lembaga Studi Agama Dan Filsafat, 1989), h.
3.
a. Penekanan pada Ijtihad Jama'i: Harun Nasution menekankan pentingnya ijtihad jama'i
dalam pembaruan studi Islam, yang berarti ijtihad yang dilakukan secara kolektif oleh umat
Islam untuk mencapai pemahaman yang lebih matang terhadap Islam dan konteksnya.

b. Metode Kajian Ilmiah: Harun Nasution memperkenalkan metode kajian ilmiah dalam
mempelajari Islam dengan menekankan pentingnya kajian tekstual dan historis dalam memahami
sumber-sumber ajaran Islam.

c. Pemikiran Kritis: Harun Nasution menekankan pentingnya membuka ruang dialog


kritis dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam dan mempertemukan Islam dengan konsep-
konsep modern yang berkembang pada masanya.

d. Penggunaan Bahasa Indonesia: Untuk memperluas jangkauan studi Islam ke


masyarakat luas, Harun Nasution memperkenalkan penggunaan bahasa Indonesia dalam
mempelajari Islam.

e. Harmonisasi Antara Islam dan Konteks Sosial: Harun Nasution menyadari bahwa
Islam harus dibawa ke dalam konteks sosial dan budaya masyarakat Indonesia, sehingga harus
disesuaikan dengan konteks tersebut agar dapat diterima dengan lebih baik dan tidak terasingkan
dari masyarakat.

Semua konsep dan pemikiran pembaruan studi Islam Harun Nasution, mengarah pada
peningkatan kualitas kajian Islam dan integrasi antara Islam dengan perubahan sosial serta
modernisasi Indonesia. Harun Nasution dianggap sebagai cendekiawan muslim
terbaik Indonesia.

C. Pembaharu islam pada masa Abdurrahman wahid

1. Abdurrahman Wahid atau cendikiawan muslim yang lebih dikenal dengan Gus Dur
terkenal sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam gerakan pembaruan studi Islam di
Indonesia pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000. Ia menyuarakan konsep keislaman yang
inklusif dan toleran serta memperkuat peran kaum intelektual Muslim dalam menyampaikan
nilai-nilai Islam pada masyarakat luas.
Beberapa upaya yang dilakukan Gus Dur dalam menyebarkan konsep pembaruan studi Islam
pada masanya antara lain:

1. Konsep Islam Nusantara: Gus Dur memperkenalkan konsep "Islam Nusantara" sebagai
pemahaman baru mengenai Islam yang menggabungkan nilai-nilai kearifan lokal dan
universalisme dalam Islam.

2. Tafsir Al-Quran yang Bersifat Kontekstual: Gus Dur berpendapat bahwa pengkajian Al-Quran
harus bersifat kontekstual, yaitu memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan sejarah dari
masyarakat tempat Al-Quran dibaca dan diterapkan.

3. Pendidikan Inklusif: Gus Dur menekanakan pentingnya sistem pendidikan yang inklusif
sehingga mampu memperkuat persatuan dan kesatuan antarumat beragama dan membentuk
generasi muda yang toleran.

4. Dialog Antaragama dan Kemanusiaan: Gus Dur memberikan peran penting dalam membangun
dialog antara berbagai agama dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan
kebebasan beragama.

5. Pemikiran Islam Progresif: Gus Dur menolak pandangan konservatif dalam memahami Islam
dan mendorong pengembangan pemikiran Islam yang progresif dan sesuai dengan
perkembangan zaman.

Dengan upaya-upaya tersebut, Gus Dur berhasil memberikan ruang bagi toleransi dan kebebasan
beragama serta membuka pintu kajian Islam untuk diterapkan dalam konteks praktis kehidupan
masyarakat. Ia menyatukan gagasan tentang keislaman yang inklusif, toleran,
moderat dan universal.

D. Pembaharu islam pada masa Nurcholis madjid

1. Biografi

Nurcholis Madjid selanjutnya disebut Madjid atau yang akbar dengan nama “cak Nur” lahir di mojoanyar
jombang Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939, anak dari Abdurrahman Madjid seorang tokoh
masyarakat dan ulama di Majoanyar, Jombang.

Nurcholis Madjid adalah seorang cendekiawan muslim terkemuka di Indonesia. Ia di


panggil dengan sebutan Cak Nur, sapaan akrab yang sangat membumi di kalangan aktivis
muslim, terutama di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang turut membesarkan namanya di
panggung nasional. Cak Nur kemudian ditakdirkan muncul sebagai intelektual kelas berat, fokus
pemikirannya menyangkut masalah keislaman, kemodernan, keindonesiaan dan kemanusiaan
universal. Cak Nur pernah dijuluki sebagai Natsir muda karna berkat intelektualitasnya yang
cemerlang.2

Reorietasi pembaharuan pemikiran Islam Madjid tidak hanya membekas di kalangan


Mahasiswa HMI, melainkan telah menyebar ke berbagai kalangan aktivis muslim lainnya.
Hingga saat ini sumbangan terbesar Madjid masih dikembangkan oleh para penerusnya, terutama
di kalangan aktivis Islam progresif, adalah pemikiran Islam tentang pluralisme.

2. pemikiran Nurcholis madjid

Madjid sendiri menegaskan bahwa pokok pangkal kebenaran universal dan tunggal itu
yakni paham Ketuhanan Yang Maha Esa “Tauhid”. Bahwa manusia pada awal keberadaannya
menganut paham Tawhid yang juga dilambangkan dalam diri dan keyakinan Nabi Adam, yang
dalam agama-agama Semitik (Yahudi, Kristen dan Islam, kecuali sedikit dari mereka) dianggap
sebagai manusia, nabi dan rasul pertama.3

Namun, sebagaimana dijelaskan diatas mereka berselisih setelah datang keterangan


tentang kebenaran tersebut, dan mereka menafsirkan sesuai kapasitas, kemampuan dan kondisi
sosial tertentu. Disebabkan hal-hal inlah maka al-Qur’an mengajarkan paham kemajemukan
keagamaan (religious plurality). Menurut pendapat Madjid, ajaran tentang religious plurality ini
tidak perlu di artikan sebagai kenyataan bahwa paham keagamaan orang-orang muslim masih
banyak yang keliru alias tidak benar, karena pada prinsipnya masih bertolak belakang dengan
pemahaman dasar kitab suci seperti bentuk sikap pemitosan pada sesama makhluk, baik itu yang
masih hidup atau yang telah mati. Kendati paham kemajemukan telah menegaskan pengertian
dasar bahwa semua agama telah diberi kebebasan untuk hidup, dengan konsekuensi yang akan
ditanggung oleh para penganutnya, baik secara pribadi maupun kelompok. Sikap tersebut bisa
ditafsir sebagai suatu harapan kepada semua keyakinan agama yang ada, yaitu karena semua
agama itu pada mulanya menganut prinsip yang sama, yakni tauhid, maka harapan di maksud
2
Muhammad Wahyuni Nafis, Pengantar Ahmad Syafi’I Ma’arif, Cak Nur Sang Guru Bangsa, Biografi Pemikiran
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, (Jakarta: Kompas, 2014), hlm. xix.
3
Nurcholish Madjid, Islam Dotrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan
dan Kemoderenan (Jakarta: Paramadina, 1992), hlm. 180.
adalah agar semua golongan agama itu secara perlahan-lahan menemukan kebenaran aslinya
sendiri sehingga secara keseluruhan akan kembali kepada satu titik tujuan dan istilah al-
Qur’annya disebut kalimah sawa’.4 Jadi pluralisme menurut Madjid, adalah sebuah kehendak
Tuhan (Sunnatullah) yang tidak akan berubah, sehingga tidak mungkin dapat dilawan atau
diingkari keberadaannya. Islam merupakan agama yang sangat tegas mengakui hak agama-
agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme atau syirik.

4
Nurcholish Madjid, Islam Dotrin dan Peradaban…,hlm. 184

Anda mungkin juga menyukai