Disusun oleh:
Surya handika( )
Muhammad Sadad Al Azka(22106021079)
Luluk nur mufidah( )
Nicky azzulfia zahro ( )
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala. Atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul "PEMBAHARUAN STUDI ISLAM
DI INDONESIA: HARUN NASUTION, NURCHOLIS MADJID DAN ABDURRAHMAN
WAHID" dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan Kesehatan dan
kesempatan yang Allah Subhannahu wa Ta'ala karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat
kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian Pustaka maupun melalui media
internet.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini Kepada Bapak
selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Islam dan juga kepada teman-teman yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
Subhannahu wa Ta'ala. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
MAKALAH................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 6
A. ...............................................................................................7
B. .......................................................... 7
C. ......................................................................................... 9
D.
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada tahun 1960-an, muncul dua tokoh penting dalam pembaharuan studi Islam di
Indonesia, yaitu Harun Nasution dan Nurcholish Madjd. Harun Nasution dikenal sebagai bapak
pemikiran keislaman modern di Indonesia dan mengusulkan agar Islam dipelajari secara ilmiah
dan kritis serta dipertemukan dengan konsep-konsep modern. Seperti memperkenalkan metode
kajian tekstual dan historis, serta mengajukan konsep ijtihad jama'i. Nurcholish Madjd yang
dikenal sebagai cendekiawan Muslim yang moderat dan progresif, berusaha mereformasi
pemikiran Islam dalam konteks Indonesia dengan cara memberikan tafsir baru terhadap
pemahaman Islam tradisional dan memadukan konsep-konsep Islam dengan ilmu pengetahuan
modern.
Sementara itu, pada era 1980-an, Abdurrahman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus
Dur, menjadi tokoh penting dalam pembaharuan studi Islam di Indonesia. Ia mengajarkan konsep
Islam yang inklusif dan toleran serta memperkuat peran kaum intelektual Muslim dalam
menyampaikan nilai-nilai Islam pada masyarakat luas. Salah satu karya intelektualnya yang
terkenal adalah konsep "Islam Nusantara" yang menekankan pada nilai-nilai keindonesiaan
dalam Islam dan menjunjung tinggi perdamaian dan toleransi antarumat beragama. Kontribusi
Gus Dur yang signifikan adalah memberikan ruang bagi toleransi dan kebebasan beragama serta
membuka pintu kajian Islam untuk diterapkan dalam konteks praktis kehidupan masyarakat.
B. Rumusan masalah
2. untuk mengenal dan memahami pembaruan studi islam pada masa harun nasution
3. untuk mengenal dan memahami pembaruan studi islam pada masa nurcholis madjid
4. untuk mengenal dan memahami pembaruan studi islam pada masa abdurrahman wahid
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemikiran Kalam Rationalisme: Muncul pada abad ke-8 Masehi, menganjurkan bahwa
iman pada dasarnya tidak harus bertentangan dengan nalar manusia.
2. Pemikiran Filsafat Islam: Didukung oleh tokoh-tokoh Islam seperti Al-Farabi, Ibnu
Sina, dan Ibnu Rusyd, filosofi Islam menghadirkan pemikiran rasionalisme, teologi, metafisika,
dan etika yang kritis dan kontekstual.
3. Pemikiran Tasawuf Reformis: Muncul pada akhir abad ke-19, membawa pemikiran-
pemikiran baru dalam pemahaman tasawuf. Tokoh-tokohnya adalah Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Rashid Rida.
4. Pemikiran Keislaman Modern: Dianjurkan oleh Harun Nasution dan Nurcholish Majid
pada 1960-an yang menekankan pemahaman Islam yang moderat, kritis, dan sesuai dengan
konteks Indonesia.
5. Muslim Progresif: Pemikiran Muslim progresif mengusung tafsir baru terhadap ajaran
Islam dengan mendorong interaksi dan dialog antara Islam dan konteks budaya serta ilmu
pengetahuan modern.
Semua pemikiran tersebut berfokus pada upaya untuk menjawab tuntutan zaman dan perubahan
sosial dalam masyarakat, serta memperkenalkan Islam sebagai agama yang toleran, inklusif, dan
sesuai dengan konteks zaman.
B. Pembaharu Islam pada masa Harun Nasution
1. Biografi
Tepat pada tanggal 23 September 1919, Harun Nasution lahir di Pematang Siantar,
Sumatra Utara.128 Harun dibesarkan di lingkungan keluarga ulama. Ini menjadikan Harun sedari
kecil memiliki pertanyaan-pertanyaan kritis. Bahkan dengan pertanyaan itu sering membuat
gurunya kerepotan. Tapi, bagi Harun, menerima begitu saja apa yang ditulis dalam buku atau apa
yang dikatakan gurunya bertentangan dengan prinsipnya, yang serba ingin mengerti sebab segala
sesuatu mengapa dapat terjadi. Curiosity (rasa keingintahuan) akan pengetahuan yang tinggi
seolah sudah akrab saat Harun masih kecil. Di sini orang tua Harun berperan cukup signifikan
dalam membentuk cikal-bakal intelektualitasnya.
Ayahnya, Abdul Jabbar Ahmad, terbiasa mempelajari kitab-kitab Jawa, suka membaca
kitab kuning berbahasa Melayu, dan berdiskusi dengan orang yang mengetahui banyak persoalan
agama. Meski belajar hanya sekadar cukup mempunyai pengetahuan pada bidang hokum agama
atau fiqih, ia juga sibuk dalam berdagang, yang dimulai selepas pulang dari pergi menunaikan
ibadah haji saat Harun masih kecil. Ia boleh dikatakan sebagai pedagang yang sukses, terlihat
pada kemampuan impor barang dari Singapura. 1 Ibunda Harun, sempat tinggal di Mekah dan dapat
berbahasa Arab dengan baik. Ibunda Harun ternyata dengan sang Ayah satu marga, yang keduanya
terlarang dalam adat untuk menikah. Lantaran berasas pada argumen agama yang membolehkan, maka
keduanya tetap melangsungkan pernikahan. Meski ada sedikit “denda” sosial yang mesti dipenuhi, yaitu
menyembelih kerbau dan sebagainya dalam rangka menghargai adat secara umum.
Harun Nasution terkenal menjadi pelopor dari gerakan pembaruan studi Islam di
Indonesia pada tahun 60-an. Ia mengusulkan agar Islam dipelajari secara ilmiah dan kritis serta
dipertemukan dengan konsep-konsep modern yang berkembang pada masa itu. Beberapa upaya
yang dilakukan oleh Harun Nasution dalam menyebarkan konsep pembaruan studi Islam antara
lain:
1
Zaim Uchrowi dan Ahmadie Thaha, ed., “Riwayat Hidup Prof. Dr. Harun Nasution,” Tim Panitia, Refleksi
Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution, (Ciputat: Lembaga Studi Agama Dan Filsafat, 1989), h.
3.
a. Penekanan pada Ijtihad Jama'i: Harun Nasution menekankan pentingnya ijtihad jama'i
dalam pembaruan studi Islam, yang berarti ijtihad yang dilakukan secara kolektif oleh umat
Islam untuk mencapai pemahaman yang lebih matang terhadap Islam dan konteksnya.
b. Metode Kajian Ilmiah: Harun Nasution memperkenalkan metode kajian ilmiah dalam
mempelajari Islam dengan menekankan pentingnya kajian tekstual dan historis dalam memahami
sumber-sumber ajaran Islam.
e. Harmonisasi Antara Islam dan Konteks Sosial: Harun Nasution menyadari bahwa
Islam harus dibawa ke dalam konteks sosial dan budaya masyarakat Indonesia, sehingga harus
disesuaikan dengan konteks tersebut agar dapat diterima dengan lebih baik dan tidak terasingkan
dari masyarakat.
Semua konsep dan pemikiran pembaruan studi Islam Harun Nasution, mengarah pada
peningkatan kualitas kajian Islam dan integrasi antara Islam dengan perubahan sosial serta
modernisasi Indonesia. Harun Nasution dianggap sebagai cendekiawan muslim
terbaik Indonesia.
1. Abdurrahman Wahid atau cendikiawan muslim yang lebih dikenal dengan Gus Dur
terkenal sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam gerakan pembaruan studi Islam di
Indonesia pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000. Ia menyuarakan konsep keislaman yang
inklusif dan toleran serta memperkuat peran kaum intelektual Muslim dalam menyampaikan
nilai-nilai Islam pada masyarakat luas.
Beberapa upaya yang dilakukan Gus Dur dalam menyebarkan konsep pembaruan studi Islam
pada masanya antara lain:
1. Konsep Islam Nusantara: Gus Dur memperkenalkan konsep "Islam Nusantara" sebagai
pemahaman baru mengenai Islam yang menggabungkan nilai-nilai kearifan lokal dan
universalisme dalam Islam.
2. Tafsir Al-Quran yang Bersifat Kontekstual: Gus Dur berpendapat bahwa pengkajian Al-Quran
harus bersifat kontekstual, yaitu memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan sejarah dari
masyarakat tempat Al-Quran dibaca dan diterapkan.
3. Pendidikan Inklusif: Gus Dur menekanakan pentingnya sistem pendidikan yang inklusif
sehingga mampu memperkuat persatuan dan kesatuan antarumat beragama dan membentuk
generasi muda yang toleran.
4. Dialog Antaragama dan Kemanusiaan: Gus Dur memberikan peran penting dalam membangun
dialog antara berbagai agama dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan
kebebasan beragama.
5. Pemikiran Islam Progresif: Gus Dur menolak pandangan konservatif dalam memahami Islam
dan mendorong pengembangan pemikiran Islam yang progresif dan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dengan upaya-upaya tersebut, Gus Dur berhasil memberikan ruang bagi toleransi dan kebebasan
beragama serta membuka pintu kajian Islam untuk diterapkan dalam konteks praktis kehidupan
masyarakat. Ia menyatukan gagasan tentang keislaman yang inklusif, toleran,
moderat dan universal.
1. Biografi
Nurcholis Madjid selanjutnya disebut Madjid atau yang akbar dengan nama “cak Nur” lahir di mojoanyar
jombang Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939, anak dari Abdurrahman Madjid seorang tokoh
masyarakat dan ulama di Majoanyar, Jombang.
Madjid sendiri menegaskan bahwa pokok pangkal kebenaran universal dan tunggal itu
yakni paham Ketuhanan Yang Maha Esa “Tauhid”. Bahwa manusia pada awal keberadaannya
menganut paham Tawhid yang juga dilambangkan dalam diri dan keyakinan Nabi Adam, yang
dalam agama-agama Semitik (Yahudi, Kristen dan Islam, kecuali sedikit dari mereka) dianggap
sebagai manusia, nabi dan rasul pertama.3
4
Nurcholish Madjid, Islam Dotrin dan Peradaban…,hlm. 184