Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MATA KULIAH ILMU KALAM

PEMIKIRAN KALAM MODERN MUHAMMAD ABDUH DAN


RASYID RIDHA

Dosen pengampu :

Drs. Deden Rohandi, M.Pd.

Disusun oleh :

Dian Nurdiansyah Sri Widiana


Rahardian Taqi Yusup Wahyu Setiawan
Siti Asifa Nuragnia Verdy Aridiana

Kelas 1 HKI

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHARY

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat
dan hidayah Nya terutama nikmat kesehatan sehingga memberikan kesempatan
kepada kami untuk memulai menulis dan menyelesaikan makalah ini

Solawat serta salam kami haturkan kepada nabi besar kita yakni Nabi
Muhammad saw yang telah menyampaikan wahyu berupa pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu kalam di
program studi hukum keluarga islam sekolah tinggi agama islam al-azhary cianjur

Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Ilmu Kalam, Drs. Deden Rohandi, M.Pd.

Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna.Maka dari itu,kami menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi membangun makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Abduh.....................................................................3


B. Biografi Rasyid Ridho..............................................................................3
C. Pemikiran Kalam Modren Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho...........4
1. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Muhammad Abduh..........................4
2. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Rasyid Ridho...................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kalam modern melibatkan perkembangan pemikiran kalam ulama pada


masa kini. Ilmu kalam, atau ilmu teologi Islam, merupakan kajian sentral dalam
Studi Islam. Pemikiran kalam ulama modern muncul karena adanya kebutuhan
akan teori-teori kalam klasik dengan realitas sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Beberapa tokoh pemikir ilmu kalam modern yang signifikan antara lain
Muhammad Abduh dan Rayyid Ridha. Mereka memberikan perhatian besar
terhadap peran akal dan ringkasnya dengan syariat Allah, serta pentingnya
pembaruan dalam pemikiran dan gerakan Islam. Pemikiran-pemikiran para tokoh
ilmu kalam modern ini dapat menjadi bahan kajian yang penting dalam
memahami perkembangan ilmu kalam pada masa kini. Pendidikan islam dalam
teori dan praktik selalu mengalami perkembangan, hal ini di sebebkan karena
pendidikan islam secera teoritik memilik dasar dan sumber rujukan yang tidak
hanya berasal dari nalar, melainkan juga wahyu. Kombinasi nalar dengan wahyu
ini adalah ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan
firman Allah terkait dengan masalah pendidikan. Kombinasi ini menjadi ciri khas
pendidikan islam yang tidak di miliki oleh konsep pendidikan islam pada.
umumnya yang hanya mengunakan kekuatan akal dan budaya manusia.Dalam
konteks ini, kami bermaksud untuk mengawali proses keluar dari kemelud
tersebut melalui pebggalian khazanah intelektual tokoh muslim yang terkait
dengan pendidikan, agar dapat di telaah ulang dan di jadikan sebagai bahan
diskusi untuk membangun kemajuan pendidikan islam di masa datang. Terlalu
banyak tokoh, memang, namun dalam tulisan yang amat terbatas ini kami
mengambil beberapa nama yang bias di kategorikan berada pada masa klasik,
tengah dan modern. Al- Qabisi merupakan tokoh pendidikan awal yang perlu di
kuak khazanah pemikiranya. Begitu pula halnya dengan ibnu sina, Al-Ghazali,
Ibnu khaldun yang merupakan tokoh abad tengah amat penting untuk di ketahui

1
ide-ide mereka seputar pendidikan. Memasuki masa modern, beberapa nama
seperti Muhammad Abduh, Muhammad Athiyah al-Abrazy, dan Fazlur Rahman,
di harapkan mampu memberikan "pencerahan" dalam pemikiran pendidikan islam
saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Masih minum pengetahuan tentang kalam modern di zaman sekarang ini.

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tokoh-tokoh pemikiran Islam modern.
2. Mengetahui pemikiran kalam modern dari para tokoh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Abduh


Muhammad Abduh (1849-1905) adalah seorang pemikir muslim dari Mesir
dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau lahir di Delta Nil
(kini wilayah Mesir) dan meninggal di Iskandariyah (kini wilayah Mesir). Abduh
mempelajari tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga
murid dari Jamaluddin al-Afghani.
Pemikirannya mengarah pada beberapa isu penting dalam teologi Islam,
seperti perbuatan manusia, kadar-kadar, dan sifat-sifat Tuhan. Salah satu karya
terkenalnya adalah buku berjudul "Risalah at-Tawhid", yang memiliki banyak
inspirasi dari Ibnu Taimiyah dan mengarah pada pemikiran organisasi Islam.
Muhammad Abduh juga dikenal sebagai pembaharu Islam yang
mengapreasikan ide pemikirannya dalam membangun dunia Islam. Ia mengikuti
proses pendidikan di Masjid Ahmadi dan mengajarkan pendidikan khususnya.
Beberapa tahun kemudian, Abduh berpergian menuju Paris dan bersama dengan
al-Afghani menerbitkan jurnal "Islam The Firmest Bond".
Dalam kehidupan Abduh, ia menghadapi kekhawatiran dari sikap Darwisy,
yang merupakan penganut aliran tasawuf Thariqah Syadziliyah. Namun, banyak
orang membaca dan menulis buku yang diberikan oleh Darwisy, dan Abduh mulai
menggambarkan pada ilmu pengetahuan yang diberikan. Abduh kemudian
melanjutkan pendidikan di Thanta sebelum menuju al-Azhar di Kairo.

B. Biografi Rasyid Ridha


Muhammad Rasyid Ridha, juga dikenal sebagai Rasyid Ridha, adalah seorang
intelektual dan reformis Muslim yang lahir pada bulan September atau Oktober
1865 di Kekaisaran Ottoman (sekarang Suriah) dan meninggal pada tanggal 22
Agustus 1935, di Kairo, Mesir. Ia merupakan tokoh penting dalam perkembangan
modernisme Islam, dipengaruhi oleh gagasan Jamal al-Din al-Afghani dan
Muhammad Abduh.. Ridha menekankan perlunya umat Islam kembali pada ajaran

3
murni Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, tanpa terikat pada tafsir para
pendahulu yang shaleh (Salaf ash-Shalih). Ia menerbitkan surat kabar terkenal Al-
Manar dan dikenal dengan karyanya “Tafsir al-Manar”. Ide-ide Ridha berpusat
pada pemurnian ajaran Islam dari takhayul dan inovasi, peningkatan pendidikan,
dan pembelaan umat Islam terhadap permainan politik negara-negara Barat.. Ia
juga menganjurkan penafsiran reformis terhadap konsep kekhalifahan. Karya-
karya Ridha antara lain “Al-Manar” dan “Tarikh Al-Ustadz Al-Imama Asy-
Syaikh ‘Ridha”. Pemikirannya tentang kemurnian iman, akal, dan wahyu
didokumentasikan dalam tulisannya.

C. Pemikiran Kalam Modern Muhammad Abduh Dan Rasyid Ridha


1. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Muhammad Abduh
a) Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu
Muhammad Abduh berpendapat bahwa jalan yang dipakai untuk
mengetahui Tuhan bukanlah melalui wahyu saja tetapi dengan akal.
Dengan kekuatan akal yang ada dalam diri manusia, manusia berusaha
mengetahui tentang adanya Allah. Pengetahuan yang sudah diperoleh
oleh akal itu kemudian diperkuat dengan turunnya wahyu kepada umat
manusia melalui perantara utusan Allah, yakni para Nabi dan Rasul.
Sementara itu fungsi wahyu menurut Muhammad Abduh adalah
meliputi memberi keyakinan kepada manusia bahwa jiwa akan terus
hidup setelah tubuh jasmani hancur, menolong akal untuk mengetahui
keadaan hidup manusia diakhirat dan memberi tuntuman cara
bersyukur dengan tatacara beribadah."
b) Mengikis Sikap Jumud Dan Khurafat
Menurut Muhammad Abduh, penyebab kemunduran umat Islam
pada akhir abad pertengahan adalah sikap jumud. Dalam sikap ini
mengandung arti sikap membeku, statis, berpegang teguhu pada adat.
Karena dipengaruhi sikap jumud umat islam tidak mau menerima
perubahan. Timbulnya sikap jumud berawal dari tradisi orang-orang

4
non islam yang kemudian masuk Islam dengan tetap membawa adat
istiadat dan membawa adat istiadat dan paham-paham animistis.
c) Pintu Ijtihad Tidak Tertutup
Muhammad Abduh pada mulanya bermazhab Maliki, tetapi di al-
Azhar ia mempelajari Madzhab Hanafi. Ia menghargai semua
madzhab, tetapi ia tidak mau terikat pada salah satu daripadanya.
Madzhab menurut pendapatnya adalah jalan yang di tempuh ulama
masa lalu dalam memahami Al-Qur'an dan Hadis.
Dalam sejarah pemikiran Islam, ijtihad telah banyak digunakan.
Ijtihad dalam arti berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh
sesuatu. Dalam istilah fikih, ijtihad berarti berusaha keras untuk
mengetahui hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama. Dr. Muhammad
al Ruwaihi juga menjelaskan bahwa di masa-masa akhir ini timbul
berbagai pendapat tentang Islam, baik di Barat, Timur maupun Pada
orang Arab serta orang Islam itu sendiri. "pendapat-pendapat orang itu
merupakan ijtihad, baik secara perseorangan maupun secara
kolektif,yang akan memperoleh pahala sesuai dengan benar atau
salahnya ijtihad itu". Ijtihad yang dimaksud Muhammad Abduh
kelihatannya bukan sekedar fikih, tetapi dalam aspek-aspek lainnya
sebagaimana ungkapan diatas.
d) Pendidikan
Ide pembaharuan lainnya dalam bidang pendidikan ialah merombak
sistem dualisme pendidikan. Menurutnya disekolah-sekolah umum
harus diajarkan agama, sedangkan disekolah-sekolah agama harus
diajarkan ilmu pengetahuan modern.
e) Politik
Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpendapat bahwa
kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi. Pemerintah wajib
bersikap adil terhadap rakyat. Sebaliknya terhadap pemerintah yang
adil rakyat harus patuh dan setia. Muhammad Abduh menghendaki
kehidupan politik yang demokratis yang didasarkan atas musyawarah.

5
Karena menurutnya kepala negara adalah manusia biasa yang
mempunyai nafsu, ia dapat berbuat salah. Untuk meluruskan kesalahan
itu diperlukan kesadaran dan keberanianrakyat yang berfungsi sebagai
alat control, ide ini menggambarkan bahwa Muhammad Abduh ingin
menanamkan nilai-nilai demokratis di Mesir khususnya. Sikap
demokratis akan melahirkan kebebasan berpikir dan bertindak yang
pada perkembangan selanjutnya akan menumbuhkan sikap dinamisdan
akan membuahkan kemajuan.

2. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Rasyid Ridha


a) Tentang Perbedaan Ilmu Kalam Dan Teologi
Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan
pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, "...Ada.
kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu
kalam Kristen." Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan
teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk
menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah
lain. Teologi terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan,
dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun
sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhanan Nabi Isa,
sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas. Namun kata teologi
kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar
kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama
dengan tauhid atau ilmu kalam."
b) Tema-Tema Ilmu Kalam
Salah satu tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikritik oleh
Rasyidi adalah deskripsi aliran aliran kalam yang sudah tidak relevan
lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia.
Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa menonjolnya perbedaan
pendapat antara Asy'ariyah dan Mu'tazilah, sebagaimana dilakukan
Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Memang

6
tidak ada agama yang mengagungkan akal seperti Islam, tetapi dengan
menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk.
Sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilkan pikiran
manusia bersifat absolute-universal, berarti meremehkan ayat-ayat al-
Qur'an seperti:
‫تعلمون ال وانتم يعلم وهللا‬
“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"(Q.S.Al-
Baqarah:232).
Rasyid kemudian menegaskan pada saat ini, di Barat sudah dirasakan
bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah
kemunculan eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran
rasionalisme. Rasyidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah
diperbincangkan pada dua belas abad yang lalu, masih ada yang
relevan untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang sudah tidak relevan.
Pada waktu sekarang, demikian Rasyidi menguraikan, yang masih
dirasakanlah oleh umat Islam
c) Hakikat Iman
Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang
diberikan Nurcholis Madjid, yakni "percaya dan menaruh kepercayaan
kepada Tuhan. Dan sikap apresiatif kepada Tuhan merupakan inti
pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa. Takwa
diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan. Apresiasi
ketuhanan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh,
sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan.
"Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman
bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan. tetapi dapat
dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan dengan manusia
dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya seseorang
dengan Tuhan tidak merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin
hanya seseorang saja dari sejuta orang.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Ajaran Muhammad Abduh tentang Islam menekankan pentingnya


pengetahuan, bukan hanya pengetahuan, dalam memahami keberadaan Allah. Dia
juga menekankan pentingnya pengetahuan dalam memahami ajaran Islam,
terutama dalam ajaran Al-Quran dan Hadits. Abduh juga menekankan pentingnya
pendidikan, dengan menyatakan bahwa pendidikan harus diajarkan dengan cara
yang sama seperti pengetahuan. Dia juga membahas masalah perbedaan antara
Islam dan teologi, dengan menyatakan bahwa Islam adalah teologi dan teologi
adalah agama. Beliau juga membahas konsep teologi, yang merupakan studi
tentang teologi, dan konsep teologi adalah studi tentang teologi. Ajarannya juga
membahas konsep teologi sebagai konsep yang tidak relevan dengan kondisi
Islam.

Rasyid Ridha adalah kemunculan teologi dan ilmu kalam Harun Nasution,
yang berpendapat bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu
kalam Kristen. Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi, tema-tema ilmu
kalam, dan kemunculan eksistensialisme. Rasyidi mengurangi bahwa akal tidak
mampu mengetahui baik dan buruk, dan kemunculan eksistensialisme sebagai
reaksi terhadap aliran rasionalisme.

Anda mungkin juga menyukai