Dosen pengampu :
Dr. Akhsanul Fuadi, S.Ag., M.Pd.I.
Yogyakarta, 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Biografi Muhammad Abduh.........................................................................
B. Pemikiran Kalam Muhammad Abduh...........................................................
1. Kedudukan akal.......................................................................................
2. Fungsi wahyu..........................................................................................
3. Kebebasan Manusia dan Fatalisme.........................................................
C. Biografi Muhammad bin Abdul Wahhab......................................................
D. Pemikiran kalam Muhammad bin Abdul Wahhab........................................
BAB III : PENUTUP...............................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imu Kalam atau Theologi Islam di Indonesia masih sebatas dikaji di
Perguruan Tinggi Islam dan hanya diberikan di Madrasah Aliyah dengan
sedikit pembahasan. Berbeda dengan kajian fiqih atau ilmu "syariat" yang
berdimensi ibadah sering disampaikan di setiap lembaga pendidikan, baik
formal maupun informal. Demikian pula di majelis-majelis ta’lim, materi ilmu
kalam (bukan ilmu tauhid, atau usuhuludin) jarang bahkan tidak pernah
disampaikan kepada para jama’ah. Hal ini dikarenakan beberapa hal, pertama
persoalan pembahasan ilmu kalam akan menimbulkan penafsiran yang
beragam, kedua ilmu kalam memerlukan kapasitas penerima dan pemberi
materi yang memadai, ketiga ada unsur perdebatan yang berkepanjangan yang
melibatkan emosional, keempat dalam forum-forum umum seringkali harus
dihindari persoalan khilafiyah dengan kaidah "berbicaralah kepada umat
manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal mereka (para Audiens)
Di sisi lain ajaran Islam yang universal ternyata menyangkut berbagai
bidang kehidupan, mulai dari persoalan yang pelik dalam bidang studi Islam
seperti fiqih, akhlak-tasawuf, filsafat dan - tentunya - Ilmu kalam, juga kajian
kemasyarakatan baik bidang politik, ekonomi, teknologi, sosial, budaya, hidup
berbangsa dan bernegara sampai kepada masalah-masalah praktis, masalah
rumahtangga, makanan, minuman, lingkungan, kesehatan, kebersihan dan lain
sebagainya. Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkait dengan-Nya secara rasional, dan inilah yang
sekaligus menjadi obyek formanya. Secara ilmiah, Ilmu Kalam dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, Ilmu Kalam klasik
teoritik yang hanya membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan dan
berbagai kaitan-Nya, yang selama ini dibicarakan oleh berbagai aliran teologi
Islam. Teologi Lingkungan, adalah pembahasan secara mendalam doktrin-
doktrin agama Islam dengan argumen rasional yang nilainya berupaya
mengadvokasi permasalahan lingkungan alam semesta.
Ilmu Kalam atau teologi Islam adalah salah satu dari empat disiplin
keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang
agama Islam. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah ilmu kalam
atau teologi Islam masih tetap relevan untuk menjawab pelbagai tantangan
dunia modern? Oleh karena itu ketika ditulis "teologi Islam dan dunia
modern", tidak berarti terdapat dua entitas. Kata "dan" merupakan kopula
dalam konteks tersebut. Penolakan bahwa krisis atau permasalahan dunia
modern tidak harus dijawab oleh teologi Islam menjadi salah tempat. Jawaban
teologi Islam atas tantangan dunia modern lebih merupakan soal sinaran atau
lokus peristiwa persemaian teologi Islam dalam menjawab persoalan yang
ada. Sehingga perbincangan diskursus teologi dalam dunia Islam kontemporer
menyentuh banyak atau beragam dimensi dan permasalahan, yang secara
historis merupakan suatu hal yang berkembang. Ia turut ditentukan oleh faktor
relasi sosial dan infrastruktur-suprastruktur yang ikut berubah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam Makalah ini yaitu :
1. Siapakah Muhammad Abduh dan bagaimanakah pemikiran kalamnya ?
2. Siapakah Muhammad bin Abdul Wahhab dan bagaimanakah pemikiran
kalamnya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Muhammad Abduh dan pemikiran kalamnya.
2. Mengetahui Muhammad Bin Abdul Wahhab dan pemikiran kalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Fungsi Wahyu
Kenabian dan wahyu Allah ini adalah berdasarkan sifat Maha
Pengasih Allah dan ketidakdewasaan manusia dalam persepsi dan motivasi
ethisnya. Para Nabi adalah manusia-manusia luar biasa dengan kepekaan
dan ketabahan mereka. Berkat wahyu Allah yang mereka terima hingga
kemudian disampaikan kepada umat dengan ulet dan simpatik, maka itu
akan mengalihkan hati nurani manusia dari ketenangan tradisional ke
dalam sebuah kesadaran untuk mengenal Tuhan dengan benar dan sesuai.
Al Quran memandang kenabian sebagai sebuah fenomena yang bersifat
universal. Ajaran atau wahyu yang mereka bawa pun bersifat dan harus
diyakini dan diikuti oleh semua manusia.
Muhammad Abduh percaya kepada kemampuan akal manusia.
Agama hampir saja menjadi pelengkap atau pembantu akal. Akal
menempati posisi yang sangat menentukan. Di atas segala-galanya,
Islam adalah agama akal dan seluruh doktrin-doktrinnya dapat
dibuktikan secara logis dan rasional. Dalam pemikiran Abduh, bahwa Al
Quran berbicara bukan semata kepada hati manusia, namun kepada
akalnya. Karena itulah Islam memandang akal dengan kedudukan yang
sangat tinggi. Hubungannya dengan wahyu bahwasannya ilmu-ilmu
pengetahuan modern yang banyak didasarkan pada hukum alam
(sunatullah) tidak bertentangan dengan Islam. Hukum alam itu adalah
ciptaan Tuhan, sebagaimana wahyu juga adalah berasal dari Tuhan. karena
keduanya berasal dari Tuhan, maka ilmu pengetahuan modern yang
berasal dari hukum alam tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya
berasal dari wahyu yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
A. Kesimpulan
Muhammad Abduh dalam perjuangannya untuk mengembalikan kemajuan
umat Islam, memberikan penyadaran kepada umat Islam untuk lepas dari
tradisi jumud dan taklid yang hanya tunduk patuh pada dogma ulama salaf
yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Akal sebagai salah satu
karunia terbesar yang Tuhan anugerahkan bagi manusia harus senantiasa
dimanfaatkan dengan cara berfikir dinamis demi kemajuan bersama.
Namun daripada itu, ajaran-ajaran yang diturunkan Tuhan melalui
Nabinya yang berupa wahyu juga tidak boleh untuk dikesampingkan. Akal
dalam melaksanakan ijtihadnya harus berrdasarkan pada ajaran wahyu sebagai
ciptaan Tuhan dan dasar utama umat Islam, yakni Al Quran dan Hadis.
Muhammad bin Abdul Wahab, adalah pendiri aliran (faham) Wahabiah di
Arab Saudi. Gerakan Wahabi adalah salah satu gerakan keagamaan yang
berusaha memurnikan agama Islam dari segala pemahaman dan praktek yang
sudah menyimpang dari tuntutan yang sebenarnya.
Menurutnya, akidah-akidah yang pokok dari aliran Wahabiah pada
hakekatnya tidak berbeda dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ibnu
Taimiyah. Perbedaan yang ada, hanya dengan cara melaksanakan dan
menafsirkan beberapa persoalan tertentu. Akidah atau tauhid umat Islam telah
dicemari oleh berbagai hal seperti takhayyul, bid’ah dan khurafat yang bisa
menjatuhkan pelakunya kepada syirik.
Lahirnya faham Wahabiah oleh Muhammad bin Abd Wahab, tidak
terlepas dari sikap pro dan kontra. Kelompok yang pro menilai hal itu adalah
suatu kehati-hatian dalam menjalani agama khususnya ibadah (pengabdian)
kepada Allah sebagi tujuan hidup. Semetrara yang kontra, menilai hal itu
sebagi hal yang ekstrim karena banyak hal yang berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan, terabaikan karena pertimbangan bid‟ah dan musyrik
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas masih memiliki kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan penulis agar para
pembaca makalah memberikan kritik/ saran. Penulis pun akan melakukan
perbaikan terhadap makalah berdasarkan kritik dan saran membangun dari
pembaca serta berbagai sumber lainnya.
DAFTAR PUSTAKA