Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TAUDID DAN ILMU KALAM

PEMIKIRAN KALAM MUHAMMAD ABDUH

Dosen Pengampu:

Drs. H. Agus Mahmud, M.Ag

Disusun oleh:

Kelompok 10/ Kelas 1 D

1. Salma Zalfia (220501130)


2. Lalu Mohamad Rafly Putra (220501153)
3. Lalu Muji Burrahman (220501127)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari maklah ini adalah “Pemikiran Kalam Muhammad Abduh”.

Pada kesampatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam Bapak Drs. H. Agus
Mahmud, M.Ag yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami milki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapan
memberikan bagi perkembangan dan pendidikan.

Mataram, 4 September 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan makalah............................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 3

A. Riwayat Hidup dan Pendidikan Muhammad Abduh.................... 3


B. Pemikiran Kalam Muhammad Abduh ......................................... 5
C. Faktor yang Mempengaruhi Pemikiran Muhammad Abduh........ 9
D. Pengaruh Pemikiran Muhammad Abduh di Indonesia ................ 10
......................................................................................................

BAB III : PENUTUP ........................................................................................ 12

A. Kesimpulan .................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

iii
BAB 1

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang
Ilmu kalam adalah ilmu yang menjelaskan tentang segala hal yang
berhubungan dengan uluhiah, dan termasuk juga dengan pembahasan tentang
kalamullah. Ilmu kalam ini juga biasa disebut dengan Teologi Islam karena
sama-sama membahas tentang ketuhanan, perdebatan pemikiran Islam, dll.
Disiplin ilmu pemikiran Islam secara umum disebut dengan teologi atau bisa
disebut juga dengan ilmu tauhid.
Gerakan pembaruan dalam islam atau biasa disebut tajdid, dapat diartikan
sebagai upaya baik secara individual atau kelompok. Gerakan pembaruan pada
umumnya berpangkal pada asumsi bahwa islam sebagai realitas sosial pada
lingkungan tertentu sudah tidak lagi relevan atau bahkan menyimpang dari apa
yang dipandang sebagai islam sesungguhnya. Sebagaimana tafsiran dalam
islam ideal sangat dipengaruhi oleh cara pandang, pendekatan, latar belakang
sosia-kultural dan keagamaan masing-masing pemabaru.
Di antara tokoh modernis terpenting pada abadn ke-19 adalah Muhammad
Abduh (1849-1905). Dengan latar belakang lingkungan keluarga yang agamis
ditambah pendidikanny di Al-Azhar menjadikan Abduh memiliki wawasan
ilmu-ilmu tradisional keislaman yang kuat. Pemikiran Muhammad Abduh
mentransformasikan nilai-nilai agama. Sehingga muncul pemikiran yang
rasionalitas dan membentuk gagasan baru bahwa keberadaan akal sejajar
dengan wahyu.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka adapun
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana riwayat hidup Muhammad Abduh
2. Bagaimana pemikiran kalam Muhammad Abduh
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh
4. Bagaimana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh di Indonesia

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Muhammad Abduh
2. Untuk mengetahui pemikiran kalam Muhammad Abduh
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemeikiran Muhammad
Abduh
4. Untuk mengetahui pengerauh pemikiran Muhammad Abduh di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup dan Pendidikan Muhammad Abduh

Muhammad Abduh dilahirkan pada tahun 1849 M (1265 H) di Mahallah Nasr,


suatu perkampungan agraris termasuk Mesir Hilir di propinsi Gharbiyyah.
Ayahnya bernama Abduh bin Hasan Chairullah, seorang berdarah Turki,
sedangkan ibunya Junainah binti Utsman al-Kabir mempunyai silsilah keluarga
besar keturunan Umar bin Khattab. Keluarga Abduh Chaiarullah dikenal sangat
kuat dalam menjalankan agama, dan inilah yang dijadikan pijakan dalam
membesarkan anak-anaknya.

Menulis dan membaca ia pelajari di rumah. Kemudian ia menghafal Al-


Qur’an di bawah bimbingan seorang guru yang hafal kitab suci. Dalam masa dua
tahun ia telah hafal Al-Qur’an. Pada tahun 1279 H (1863 M) ia dikirim orang
tuanya ke Tanta. Kemudian di Masjid Ahmadi, Abduh merasa tidak mendapatkan
sesuatu karena metode yang dipakai hanya mementingkan hafalan saja, tidak
diikuti dengan pemahaman. Sehingga ia memutuskan untuk kembali ke Nasr. Ia
menikah pada tahun 1282 H (1866 M). Setelah itu mulai tahun 1866, Abduh
memasuki Universitas al-Azhar di Cairo.

Pengaruh intelektual paling besar pada Abduh terjadi setelah ia bertemu


Sayyid Jamaluddini al-Afghani. Al-Afghani datang ke Mesir pada tahun 1871 dan
sejak saat itu Abduh sangat antusias mengikuti kuliah dan ceramah-ceramah yang
diberikannya. Secara pribadi Abduh banyak belajar dari al-Afghani terutama
dalam bidang filsafat, logika, ilmu kalam serta wawasan sosial dan politik. Pada
1877 ia berhasil lulus dari al-Azhar dengan mendapat gelar kesarjanaan alim,
suatu prestasi yang memberinya hak untuk mengajar di universitas ini.

Abduh termasuk mahasiswa yang paling rajin dalam mencari pengetahuan


di luar al-Azhar. Tidak mengherankan jika dalam usia yang sangat muda ia sudah

3
melahirkan karya ilmiah. Buku pertama yang ditulisnya berjudul Risalah Al-
Waridah, muncul pada tahun 1873 dan terbit setahun kemudian yang isinya
mengupas tentang kehidupan keagamaan yang berbasis pengalamannya menjalani
kehidupan tasawwuf. Saat masih kuliah ia juga menulis suatu kitab syarh atas
syarh yang disebut kitab hasyiyah, yaitu Hasyiah ala Syarh al-Dawwani ala al-
Aqaid al-Adhudiyyah pada tahun 1873. Karyanya yang ini mencerminkan
pemikiran yang mulai kritis terhadap produk pemikiran orang lain sekaligus
menunjukkan keberaniannya dalam memberikan penilaian, baik dari sisi
kelebihan maupun kekurangannya.

Meskipun hanya sedikit memberikan pengaruh sosial, namun tulisannya


itu sempat membuat heboh kalangan Ulama al-Azhar. Ia dituduh menghidupkan
kembali faham mu’tazilah, suatu aliran yang sama sekali ditolak oleh al-Azhar
zaman itu. Di luar pemikiran keagamaan, Abduh juga mengembangkan wawasan
sosial. Untuk pertama kalinya gagasan-gagasannya itu ia tuangkan dalam
sejumlah artikel dalam surat kabar al-Ahram. Pemikiran keagamaan Abduh
khususnya dalam bidang teologi mencapai kematangannya ketika ia menghasilkan
karya momumentalnya, Risalah at-Tauhid. Inilah suatu formula baru bagaimana
seorang pemikir abad ke-19 menyajikan konsep teologinya.

Muhammad Abduh juga memusatkan perhatiannya pada pengajaran dan


pendidikan bukan politik yang juga merupakan tujuan hidupnya. Ia menulis
bahwa tujuan hidupnya adalah :

1. Membebaskan pemikiran dari ikatan taklid dan memahami ajaran agama sesuai
dengan jalan yang ditempuh ulama Zaman Klasik (salaf), zaman sebelum
timbulnya perbedaan paham yaitu dengan kembali kepada sumber utamanya.

2. Memperbaiki bahasa Arab yang dipakai baik oleh instansi pemerintah, maupun
surat kabar dan masyarakat pada umumnya dalam surat-menyurat mereka.

Pembaharuan hukum Islam bagi Abduh harus setia merujuk pada dimensi
kekinian yang berkembang, yaitu produk-produk hukum lampau sebagaimana
tertuang dalam kitab-kitab fiqih perlu dijadikan rujukan hanya dalam batas-batas

4
tertentu. Di samping pembaharuan yang bersifat sebagai pemikiran, Abduh juga
harus melakukan langkah-langkah yang dapat membentuk hukum di masyarakat.
Pemikirannya muncul atas situasi dan tuntutan sosial yang mengharuskannya
melakukan pembaharuan. Jika dicermati sesungguhnya gagasan pembaharuan
Abduh bertumpu pada tiga hal berikut; 1) Pembebasan pemikiran dari belenggu
taqlid sehingga akal tidak tunduk pada otoritas manapun. 2) Upaya memberi
bentuk pemahaman agama sesuai cara yang ditempuh kaum ortodox (salaf)
dengan tanpa menghiraukan perbedaan pemahaman di kalangan Ulama yang
datang kemudian. 3) Penempatan agama sejajar dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, atau dengan kata lain, menjadikan sains sebagai partner agama.
Dengan demikian pengertian Abduh sebagai seorang modernis harus tetap
dikaitkan dengan usahanya dalam mempertahankan warisan klasik yang masih
relevan digunakan.1

B. Pemikiran Kalam Muhammad Abduh

Syeikh Muhammad Abduh mengatakan ilmu kalam disebut juga dengan


ilmu tauhid karena bagiannya yang terpenting menetapkan sifat “wahdah”
(satu) bagi Allah dalam zat-Nya menciptakan alam seluruhnya dan kepada-
Nya lah kami kembali segala alam ini yang merupakan penghabisan segala
tujuan. Asal makna tauhid adalah menyakinkan bahwa Allah SWT satu tidak
ada syarikat bagi-Nya.2

Kedudukan akal dan fungsi wahyu

Ada dua persoalan pokok yang menjadi focus pemikiran Abduh, yaitu:

1. Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang


menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana hak salaf

1
http://makalahirfan.blogspot.com/2018/12/teologi-muhammad-abduh.html?m=1

2
Dr. Abdul Quddus, MA. Perbandingan Pemikiran Islam Theologi, Fiqih dan Tasawuf.

5
al-ummah (ulama sebelum abad ke-3 Hijriah), sebelum timbulnya
perpecahan,yaitu memahami langsung dari sumber pokoknya Al-Quran.

2. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik digunakan dalam percakapan resmi


di kantor-kantor pemerintah ataupun dalam tulisan media massa. Dua
persoalan pokok yang menjadi fokus pemikiran Abduh tampaknya mulai
muncul ketika ia meratapi perkembangan umat islam pada masanya. Atas
dasar fokus pikirannya itu, Muhammad Abduh memberikan peranan yang
sangat besar pada akal, sehingga Harun Nasution menyimpulkan bahwa
Muhammad Abduh memberi kekuatan yang lebih tinggi pada akal
daripada mu’tazilah. Menurut Abduh akal mengetahui hal-hal berikut ini :
1. Tuhan dan sifat-sifatnya,
2. Keberadaan hidup di akhirat
3. Kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada Mengenal Tuhan dan
berbuat baik,sedangkan kesengsaraanya bergantung pada tidak
mengenal Tuhan dan perbuatan jahat
4. Kewajiban manusia mengenal Tuhan
5. Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat
untuk kebahagiaan di akhirat
6. Hukum-hukum mengenai kewajiban itu.

Dengan memperhatikan pandangan Muhammad Abduh tentang peranan


akal, dapat diketahui pula bagaimana fungsi wahyu baginya. Baginya wahyu
adalah penolong (al-mu’in). Kata ini dipergunakan untuk menjelaskan fungsi
wahyu bagi akal manusia. Menurutnya wahyu menolong akal untuk mengetahui
sifat dan keadaan kehidupan alam, akhirat mengatur kehidupan masyarakat atas
dasar prinsip-prinsip umum yang dibawanya;menyempurnakan pengetahuan akal
tentang Tuhan dan sifat-sifatnya; dan mengetahui cara beribadah serta
berterimakasih kepada Tuhan. Dengan demikian wahyu bagi Abduh berfungsi
sebagai konfirmasi, yaitu untuk menguatkan dan menyempunakan pengetahuan
akal dan informasi. Abduh memandang bahwa menggunakan akal merupakan

6
salah satu dasar Islam. Iman seseorang tidak sempurna jika tidak didasari dengan
akal.

Kebebasan manusia fatalisme

Bagi Abduh, di samping daya pikir manusia juga mempunyai kebebasan


memilih yang merupakan sifat dasar alami yang harus ada dalam diri manusia.
Jika sifat ini dihilangkan dari dirinya, ia bukan manusia lagi, melainkan makhluk
lain. Manusia dengan akalnya mempertimbangkan akibat perbuatan yang
dilakukannya, kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya dan
mewujudkan perbuatannya dengan daya yang ada pada dirinya. Karena menurut
hukum alam dan sunnatullah mempunyai kebebasan dalam kemauan dan daya
untuk mewujudkan kemauan, paham perbuatan yang dipaksakan atau manusia
jabariah tidak sejalan dengan pandangan hidup Muhammad Abduh. Menurutnya
manusia adalah manusia mempunyai kemampuan berfikir dan kebebasan dalam
memilih. Manusia tidak memiliki kebebasan absolute. Ia menyebut orang yang
mengatakan manusia mempunyai kebebasan mutlak sebagai orang yang angkuh.

Sifat-sifat Tuhan

Dalam risalah, ia menyebut sifat-sifat Tuhan. Mengenai masalah apakah


sifat itu termasuk esensi Tuhan atau yang lain, ia menjelaskan bahwa hal itu
terletak diluar kemampuan manusia untuk mengetahuinya.Walaupun demikian,
Harun Nasution melihat Abduh cenderung pada pendapat bahwa sifat termasuk
esensi Tuhan walaupun tidak tegas mengatakannya.

Kehendak Mutlak Tuhan

Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia,Abduh melihat


bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlak-Nya
dengan member kebebasan dan kesanggupan kepada manusia yang secara bebas
dapat dipergunakannya dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Kehendak
mutlak Tuhan pun dibatasi oleh sunnatulah secara umum. Ia tidak mungkin
menyimpang dari sunnatulah yang telah ditetapkanya. Didalamnya terkandung arti

7
bahwa Tuhan dengan kemauan-Nya telah membatasi kehendak-Nya dengan
sunnatulah yang diciptaka-Nya untuk mengatur alam.

Keadilan Tuhan

Karena memberikan daya besar pada akal dan kebebasan manusia, Abduh
mempunyai kecenderungan untuk memahami dan meninjau alam bukan hanya
dari segi kehendak mutlak Tuhan,melainkan juga dari segi pandangan dan
kepetingan manusia. Ia berpendapat bahwa ala mini diciptakan untuk kepentingan
manusia dan tidak satupun ciptaan Tuhan yang tidak membawa manfaat bagi
manusia. Mengenai keadilan Tuhan ia memandang tidak hanya dari segi kemaha
sempurna-Nya, tetapi juga dari pemikiran rasional manusia. Sifat ketidak adilan
tidak dapat diberikan keepada Tuhan karena ketidak adilan tidak sejalan dengan
kesempurnaan aturan alam semesta.

Antopomorfise

Karena Tuhan temasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
paham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani. Abduh, yang member
kekuatan besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-sifat
Tuhan mengambil bentuk tubuh atau roh makhluk di alam ini. Kata-kata wajah,
tangan, duduk, dsb harus dipahami sesuai dengan pengertian yang diberikan orang
Arab kepadanya. Dengan demikian, kata Al-Arsy dalam al-quran berarti kerajaan
atau kekuasaan kata Al-kursy berarti pengetahuan.

Melihat Tuhan

Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya, apakah tuhan yang


bersifat rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya pada hari
perhitungan kelak? ia hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya pada tanzih
(keyakinan bahwa tidak ada satupun dari makhluk yang menyerupai
Tuhan)sepakat mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat digambarkan ataupun
dijelaskan dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan dianugrahkan hanya
kepada orang-orang tertentu di akhirat.

8
Pembuatan Tuhan

Karena berpendapat bahwa ada perbuatan Tuhan yang wajib bahwa Abduh
sepaham dengan mu’tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan untuk
berbuat yang terbaik bagi manusia.3

C. Faktor yang Mempengaruhi Pemikiran Muhammad Abduh

pembaharuan Muhammad Abduh banyak hal yang mendorongnya untuk


melakukan pembaharuan bagi masyarakat Islam di Mesir, diantara faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut:

 Faktor Sosial

Dari catatan biografi di atas, terdapat dua hal penting yang dapat
digunakan menganalisis faktor sosial Muhammad Abduh. Pertama,
kedudukan orang tua Abduh yang menyertai masa awal kegidupannya.
Kedua, status sosialnya ketika ia telah mandiri, dan lembaga-lembaga
sosial, seperti Kuttab Al Qaryah dan al Azhar, tempat ia mengadakan
kegiatan kemasyarakatan dan politik. Kemudian Syeikh Darwisy dan
sayyid Jamaluddin al Afghani juga sangat berpengaru terhadap
perubahan sikap Muhammad Abduh.

 Faktor politik

Untuk menganalisis pengaruh-pengaruh faktor politik pada


pemikiran Muhammad Abduh, yaitu kedudukannya dalam
pemberontakan Urabi menjadi sangat penting untuk dibicaraakan.
Tulisan-tulisannya tentang politik, menurut Abdul Al-'Athi
Muhammad, telah memberikan andil besar dalam membangkitkan
opini publik sebelum terjadi pemberontakan itu. Abduh pernah
melontarkan pemikiran politiknya yang menghendaki perombakan

3
http://dolmaprinting.blogspot.com/2019/03/makalah-tauhid-dan-ilmu-kalam-modern.html?m=1

9
kerangka berfikir yang darinya muncullah pemberontakan tersebut.
Dalam tulisan-tulisannya itu ia menuntut kehidupan politik yang
demokratis melalui lembaga perwakilan rakyat, begitupun ia pernah
menulis tentang nasionalisme. Akan tetapi, dalam tulisan-tulisan itu
Muhammad Abduh tampaknya tetap konsisten pada pembaharuan
secara bertahap. Dalam kerangka yang lebih luas,pemikiran pemikiran
politiknya sesungguhnya bermuara pada pembaharuan di bidang susila
dan pendidikan

 Faktor Kebudayaan

Dalam usianya yang masih muda Abduh sudah hafal Al-Qur'an.


Selain itu, Abduh juga mempelajari dan menekuni tasawuf yang
didapat dari syekh Darwisy. Dalam memberikan konsepsi tasawuf
yang orisinal, syaikh Darwisy menginatkan Muhammad Abduh bahwa
kehidupan msistisme sangat memperhatikan hubungan spiritual dan
material (keduniaan).

Semasa studi di Al Azhar perjumpaannya dengan Jamaluddin al


Afghani merupakan momentum penting bagi terjadinya perubahan
kehidupan kultur dirinya. Kepada al Afghanilah seorang Abduh belajar
dasar-dasar filsafat. Pemikirannya mulai berubah, dari sufisme
khalayan ke arah pemikiran filsafat yang praktis. Butir-butir pemikiran
ilmiah modern yang diperolehnya dari ajaran al Afghani dan hasil
sutudinya tentag filsafat, logika, dan ilmu kalam (teologi), ternyata
berdampak positif pada langkah-langkah pembaruan yang
ditempuhnya, yaitu bidang sosial, pendidikan, agama dan moral. 4

D. Pengaruh Pemikiran Muhammad Abduh di Indonesia


4
Komaruzaman Direktur Utama, Studi Pemikiran Muhammad Abduh Dan Pengaruhnya Terhadap
Pendidikan Di Indonesia; Sekolah Islam Terpadu Al Itqon Balaraja Kabupaten Tangerang

10
Muhammad Abduh adalah seorang pelopor reformasi dan pembaharuan dalam
pemikiran Islam. Ide-idenya yang cemerlang, meninggalkan dampak yang besar
dalam tubuh pemikiran umat Islam. Beliaulah pendiri sekaligus peletak dasar-
dasar sekolah pemikiran pada zaman modern juga menyebarkannya kepada
manusia.

Di antara pembaruan yang dilakukan Muhammad Abduh adalah dengan


menghadirkan buah karya penafsiran al-qur`an. Adalah Tafsir Al-Mannar yang di
tulis Muhammad Abduh dan muridnya Muhammad Rasyid Ridho yang telah
meberikan corak baru dalam ilmu tafsir. Corak tafsir yang dikembangkan ini
disebut Mufassirin “adabi ijtima`i” (budaya masyarakat). Corak ini menurut
Muhammad Husein adz-Dzahabi menitik beratkan penjelasan ayat-ayat al-Qur`an
pada segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun kandungannya dalam suatu
redaksi yang indah dengan menonjolkan segi-segi petunjuk al-Qur`an bagi
kehidupan, serta menghubungkan pengertian ayat-ayat tersebut dengan hukum-
hukum alm yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia. Diantara
prinsip Muhammad Abduh dalam menafsirkan ayat adalah Al-Qur`an menjadi
pokok Al-Qur`an didasarkan segala mazhab dan aliran keagamaan, bukannya
mazhab-mazhab dan aliran yang menjadi pokok, dan ayat-ayat Al-Qur`an hanya
dijadikan pendukung mazhab-mazhab tersebut. Kecuali itu, Muhammad Abduh
membuka lebar pintu ijtihad. Menurutnya dengan membuka pintu ijtihad akan
memberi semangat dinamis terhadap perkembangan Islam dalam seluruh
aspeknya. Penyebaran Tafsir Al-Mannar diluar Mesir, antara lain di Eropa dan di
Indonesia.

Selain mendapat tempaan dari al-Afgani, pemikiran Abduh juga banyak


terinspirasi oleh pemikiran Ibnu Timiyah. Pemikiran Abduh kemudian banyak
menginspirasi organisasi Islam, salah satunya organisasi Muhammadiyah di
Indonesia. Konon jumlah warga Muhammadiyah mencapai 40 juta. Dalam situs
Beritasatu.com disebutkan warga Muhammadiyah berjumlah lebih dari 35 juta

11
orang. Anggap saja jumlah warga Muhammadiyah adalah 40 juta, maka
prosentasenya adalah 19,3 persen dari total jumlah umat Islam di Indonesia.5

5
http://nauzomi.blogspot.com/2017/06/pemikiran-muhammad-abduh-dan.html?m=1

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa, Syekh
Muhammad Abduh adalah seorang yang memberikan penghargaan tinggi pada
kekuatan akal. Meskipun demikian, ia tetap memandang penting fungsi wahyu
bagi akal. Konsep teologi yang demikian itu berakibat pada keyakinannya
bahwa manusia itu mempunyai kebebasan berfikir dan berbuat. Salah satu
buktinya, dia menentang keras terhadap taklid. Kemudian Muhammad Abduh
juga mempunyai ide-ide yang brilian dalam bidang pendidikan. Ia
menginginkan adanya perubahan terhadap pendidikan demi kemajuan umat
Islam. Usaha kerasnya untuk merealisasikan idenya itu, tak jarang menemui
tantangan dari umat Islam itu sendiri. Ini juga terbukti yakni terjadinya
perubahan kurikulum yang mana Syekh Muhammad Abduh memasukan Ilmu-
Ilmu Barat, yaitu Ilmu Filsafat, logika, dan juga Ilmu Pengetahuan Modern.
Bukan hanya itu, Muhammad Abduh adalah orang yang menentang
tentang keyakinan Jabariah, yaitu hanya merasa lemah, baik kepada Tuhan
ataupun orang lain. Karena menurutnya bahwa kita manusia harus berikhtiar,
harus mempunyai jiwa kreatif.
Dengan demikian, Sikap rasional yang digagas Syekh Muhammad Abduh
sangat diperlukan untuk kemajuan Islam, sebagaimana kemajuan yang telah
terjadi di masa lampau.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdul Quddus, MA. Perbandingan Pemikiran Islam Theologi, Fiqih dan
Tasawuf.

Komaruzaman Direktur Utama, Studi Pemikiran Muhammad Abduh Dan


Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Di Indonesia; Sekolah Islam Terpadu Al
Itqon Balaraja Kabupaten Tangerang.

http://makalahirfan.blogspot.com/2018/12/teologi-muhammad-abduh.html?m=1

http://dolmaprinting.blogspot.com/2019/03/makalah-tauhid-dan-ilmu-kalam-
modern.html?m=1

http://nauzomi.blogspot.com/2017/06/pemikiran-muhammad-abduh-dan.html?
m=1

14

Anda mungkin juga menyukai