MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ilmu kalam Semester I
DOSEN PENGAMPUH :
Naberi S,Ag,M,H
NIDN.2104057301
DISUSUN OLEH :
Ropiko (23.11.34.0110.0066)
Rendi Aldi Andi (23.11.34.0110.0065
Rudi(23.11.34.0101.0478
Al Farizi(23.11.34.0101.0458
Ahmad Fahri
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MEMPAWAH (STAIM)
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan
Tugas kelompok ini sesuai dengan waktu yang di rencanakan. Tugas ini kami buat
dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah ilmu kalam. agar
Tugas yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat. Penyampaian
pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya akan menyatu
dalam satu Tugas kami. Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari
kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan Tugas ini, yang mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen sebagai pengajar yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.tidak lupa pula kepada rekan –
rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI.………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………............…………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………….2
D. Manfaat………………….…………………………………….………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..3
A. Syekh Muhammad abduh…………………..………………………………... 3
B. Ahmad khan…………………………………………………..………………9
C. Muhammad Iqbal…………………………………………...………………..11
BAB III PENUTUP...……………………………………………………………….16
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..16
B. Saran…………………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Islamic Studies atau Dirasat Islamiyah, ilmu kalam (`ilm al-kalâm)
termasuk kajian yang pokok dan sentral. Ilmu ini termasuk rumpun ilmu ushuluddin
(dasar-dasar atau sumber-sumber pokok agama). Begitu sentralnya kedudukan ilmu
kalam dalam Dirasat Islamiyah sehingga ia menawari, mengarahkan sampai batas-
batas tertentu "mendominasi" arah, corak, muatan materi dan metodologi kajian-
kajian keislaman yang lain, seperti fikih, (al-ahwal al-syakhsyiyah, perbandingan
mazdhab, jinayah-siyasah), ushul fiqh, filsafah (Islam), ulum al-tafsir, ulum al-hadist,
teori dan praktik dakwah dan pendidikan Islam, bahkan sampai merembet pada
persoalan-persoalan yang terkait dengan pemikiran ekonomi dan politik Islam.
Sering kali dijumpai bahwa umat Islam, baik sebagai individu dan lebih-lebih
sebagai kelompok, mengalami kesulitan keagamaan -untuk tidak mengatakan tidak
siap-ketika harus berhadapan dengan arus dan gelombang budaya baru ini. Bangunan
keilmuan kalam klasik rupanya tidak cukup kokoh menyediakan seperangkat teori
dan metodologi yang banyak menjelaskan bagaiamana seorang agamawan yang baik
harus berhadapan, bergaul, bersentuhan, berhubungan dengan penganut agama-agama
yang lain dalam alam praksis sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
1
B. Rumusan Masalah
C. tujuan
untuk melahirkan sikap yang toleran dan demokratis. Ilmu kalam itu posisinya
fundamental. Diantara ilmu-ilmu keislaman yang lain ini ilmu yang banyak bicara
seputar Tuhan. Bahkan perspektif ketuhanan juga beragam.
D. manfaat
memperkuat keimanan ataupun keyakinan terhadap Allah SWT melalui nalar atau
akal.
keimanan akan jauh lebih kuat karena kebenarannya tidak hanya diperoleh secara
filosofis tetapi juga secara logisataurasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Setelah menyelesaikan Studinya di Al-Azhar pada tahun 1877 dengan gelar
Alim, abduh mulai mengajar di Al-Azhar. Di Dar-ulum dan di rumahnya sendiri.
Ketika al-afgani di usir dari Mesir pada tahun 1879 karena di tuduh mengadakan
gerakan perlawanan terhadap Khedewi Taufiq, abduh juga di tuduh di dalamnya, ia di
buang keluar kota Kairo. Namun, pada tahun 1880, ia di perbolehkan kembali
keibukota, kemudian di angkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah mesir,
Al-Waqa’i al-mishriyyah.
Pada waktu itu kesadaran Nasional Mesir mulai tampak dan di bawah
pimpinan abduh, surat kabar resmi itu memuat artikel-artikel tentang urgenitas
nasional mesir, di samping berita-berita resmi.
Setelah revolusi Urabi 1882 (yang berakhir dengan kegagalan) abduh ketika
itu masih memimpin surat kabar Al-Waqa’i, ia di tuduh terlibat dalam revolusi besar
tersebut sehingga pemerintah Mesir memutuskan untuk mengasingkannya selama 3
tahun dengan memberi hak kepadanya untuk memilih tempat untuk pengasingannya.
Dan ia memilih Suriah. Ia menetap selama setahun. Kemudian ia menyusun gurunya
Al-afgani yang ketika itu berada di Paris. Di sana mereka menerbitkan surat kabar Al-
Urwah Al-Wutsqa, yang bertujuan mendirikan pan-islam menentang penjajah barat,
khususnya Inggris.
Tahun 1885 abduh di utus oleh surat kabar tersebut ke inggris untuk
menemui tokoh-tokoh negara itu yang bersimpati kepada rakyat Mesir
Tahun 1899. abduh di angkat menjadi Mufti Mesir, kedudukan besar itu ia
pegang sampai ia meninggal dunia Tahun 1905
4
Membebaskan akal pemikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat
perkembangan pengetahuan agama sebagai mana haknya salaf al-ummah (ulama
sebelum abad ke-3 Hijriah), sebelum timbulnya perpecahan yakni memahami
langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an.
5
Dengan memperhatikan perbandingan Muhammad Abduh tentang peranan
akal diatas, dapat diketahui pula bagaimana fungsi wahyu baginya adalah sebagai
penolong (al-mu’min). kata ini pergunakan untuk menjelaskan fungsi wahyu bagi
akal manusia.
Wahyu, katanya, menolong akal untuk mengetahui sifat dan keadaan
kehidupan alam akhirat. Mengatur kehidupan masyarakat atas dasar prinsip-prinsip
umum yang dibawanya. Menyempurnakan akal tentang tuhan dan sifat-sifatnya. Dan
mengetahui cara beribadah serta berterima kasih pada Tuhan. dengan demikian,
wahyu bagi Abduh berfungsi sebagai konfirmasi, yaitu untuk menguatkan dan
menyempurnakan pengetahuan akal dan informasi.
Lebih jauh Abduh memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah
satu dasar Islam. Iman seseorang tidak sempurna kalau tidak didasarkan pada akal.
Islam, kata nya, adalah agama yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal
dan agama. Menurutnya, kepercayaan kepada eksistensi Tuhan juga berdasarkan akal,
wahyu yang dibawa nabi tidak mungkin bertententangan dengan akal. Kalau ternyata
keduanya terdapat pertentangan, menurutnya, terdapat penyimpangan dalam tataran
interpretasi sehingga diperlukan interpretasi lain yang mendorong pada penyesuaian.
6
Karena manusia menurut hukum alam dan sunnatullah mempunyai kebebasan
dalam menentukan kemauan dan daya untuk mewujudkan kemauan, faham perbuatan
yang dipaksakan manusia atau Jabariyah tidak sejalan dengan pandangan hidup
Muhammad Abduh. Manusia, menurutnya, mempunyai kemampuan berpikir dan
kebebasan dalam memilih, namun tidak memiliki kebebasan absolut. Ia menyebut
orang yang mengatakan manusia mempunyai kebesan mutlak sebagai orang yang
angkuh.
c. Sifat-Sifat Tuhan
Dalam Risalah, ia menyebut sifat-sifat Tuhan. Adapun mengenai sifat itu
termasuk asensi Tuhan atau yang lain? Ia menjelaskan bahwa hal itu terletak di luar
kemampuan menusia. sungguhpun demikian, Harun Nasution melihat bahwa Abduh
cenderung kepada pendapat bahwa sifat termasuk asensi Tuhan walaupun tidak
secara tegas mengatakannya.
e. Keadilan Tuhan
Karena memberi daya besar kepada akal dan kebebasan manusia, Abduh
mempunyai kecenderungan untuk memahami dan meninjau alam ini bukan hanya
dari segi kehendak mutlak tuhan, tetapi juga dari segi pandangan dan kepentingan
manusia. Ia berpendapat bahwa alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia dan
7
tidak satupun ciptaan Tuhan yang tidak membawa mamfaat bagi manusia. Adapum
masalah keadilan Tuhan, ia memandangnya bukan hanya dari segi kemaha
sempurnaan-Nya, tapi juga dari pemikiran rasional manusia. Sifat ketidak adilan tidak
dapat diberikan kepada Tuhan karena ketidak adilan tidak sejalan dengan
kesempurnaan aturan alam semesta.
f. Antrofomorfisme
Karena Tuhan termasuk kedalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
faham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat Jasmani. Abduh, yang memberi kekuatan
besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin asensi dan sifat-sifat Tuhan
mengambil bentuk tubuh atau roh mahluk dialam ini. Kata-kata wajah, tangan,
duduk sebaginya mesti difahami sesuai dengan pengertian yang diberikan orang arab
kepadanya. Dengan demikian, katanya, kata al-arsy dalam Al-Qur’an bearti kerajaan
atau kekuasaan, kata al-kursy bearti pengetahuan.
g. Melihat Tuhan
Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang
bersifat rohan itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya dihari
perhitungan kelak? Ia hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya
pada tanzih (keyakinan bahwa tidak ada suatupun dari mahluk yang menyerupai
tuhan) sepakat mengatakan bahwa Tuhan tak dapat digambarkan ataupun dijelaskan
dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan dianugerahkan hanya kepada orang-
orang tertentu diakhirat.
h. Perbuatan Tuhan
Karena pendapat ada perbuatan tuhan yang wajib, Abduh sefaham
dengan Mu’tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi tuhan untuk berbuat apa
yang terbaik buat manusia
8
B. Ahmad Khan
1. Riwayat singkat Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad
SAW melalui Fatimah dan Ali dan dia dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Nenek
dari Syyaid Ahmad Khan adalah Syyid Hadi yang menjadi pembesar istana pada
zaman Alamaghir II ( 1754-1759 ) dan dia sejak kecil mengenyam pendidikan
tradisional dalam wilayah pengetahuan Agama dan belajar bahasa Arab dan juga pula
belajar bahasa Persia. Ia adalah sosok orang yang gemar membaca buku dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan dia ketika berumur belasan tahun dia bekerja
pada serikat India Timur. Bekerja pula sebagai Hakim, tetapi pada tahun 1846 ia
kembali pulang ke kota kelahirannya Delhi. Di kota inilah dia gunakan waktunya dan
kesempatannya untuk menimba ilmu serta bergaul dengan tokoh – tokoh , pemuka
Agama dan sekaligus mempelajari serta melihat peninggalan – peninggalan kejayaan
Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan,Hakim Mahmud Khan,
dan Nawab Aminuddin.
Selama di Delhi Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang yang mana
karyanya yang pertama adalah Asar As – Sanadid. Dan pada tahun 1855 dia pindah
( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku – buku penting
mengenai Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan di
akibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan ( Anarkis )
terhadap penduduk India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India kususnya
Delhi, ia berfikir untuk meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia sadar dan
terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar menjadi maju maka ia
berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan konflik, serta mejadi penolong orang
9
Inggris dari pembunuhan, hingga di beri gelar Sir, tetapi ia menolaknya atas gelar
yang di berikan tersebut. Pada tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris di
Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Angio
Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yamg merupakan karya yamg paling
bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan Islam di
India.
2. Pemikiran Kalam Sayyid Khan
Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan pemikian dengan M.abduh di
Mesir, hal ini dapt terlihat dari ide-ide yang di kemukakannya, terutama tentang akal
yang mendapat penghargaan tinggi dalam pandangan nya. Meskipun demikian
sebagai penganut ajaran islam yang ta’at dan percaya akan wahyu, ia berpendapat
bahwa akal bukanlah segala-galanya dan kekuatan akal pun terbatas.
Khan juga mepunyai faham yang sama dengan faham qadariyah, menurutnya
manusia telah di anugrahi tuhan dengan berbagai macam daya, di antaranya adalah
daya berfikir berupa akal, dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya . karena
kuat nya kepercayaan terhadap hukum alam dan kerasnya mempertahankan konsep
hukum alam, ia di anggap kafir oleh sebahagian ummat Islam. Bahkan, ketika datang
ke India pada tahun 1869, Jamaluddin Al-Afghani menerima keluhan itu. Sebagai
tanggapan atas tuduhan tersebut, Jamaluddin mengarang sebuah buku yang berjudul
Ar-Radd Ad-Dahriyah.
Khan menentang keras faham Taklid. Khan berpendapat bahwa ummat Islam
India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Gaung
peradaban Islam klasik masih melenakan mereka sehingga tidak menyadari bahwa
peradaban baru telah timbul di Barat, peradaban baru ini timbul dengan berdasar pada
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan inilah penyebab utama bagi kemajuan dan
kekuatan orang barat.
Selanjutnya, khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menetukan tabi’at atau
Nature (Sunnatullah) bagi setiap makhluk nya yang tetap dan tidak pernah berubah.
Menurutnya Islam adalah agama yang paling sesuai dengan hukum alam, karena
10
hukum alam adalah ciptaan Tuhan dan Al-Qur’an adalah firman nya maka sudah
tentu keduanya seiring sejalan dan tidak ada pertentangan.
Ia pun menolak semua yang bertentangan dengan logika dan hukum alam. Ia
hanya mau mengambil al-qur’an sebagai pedoman bagi ummat Islam, sedangkan
yang lain hanya bersifat membantu dan kurang begitu penting. Adapun alasan nya
penolakannya adalah karena hadis berisi moralitas sosial dari masyarakat Islam pada
abad pertama dan kedua sewaktu hadis itu di kumpulkan, sedangkan hukum Fiqih,
menurutnya, berisi moralitas masyarakat berikutnya sampai saat timbulnya mazhab-
mazhab.
Sebagai konsekuensi dari penolakan terhadap taklid, khan memandang perlu
di adakkan ijtihad –ijtihad baru untuk menyesuikan pelaksanaan ajaran-ajaran islam
dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
C. Muhammad Iqbal
1. Riwayat Hidup Muhammad Iqbal
Muhammad iqbal di lahirkan di Sialkot pada tahun 1873. ia berasal dari
keluarga Kasta Brahmana Khasmir. Ayah nya adalah Nur Muhammad yang terkenal
Sholeh. Guru pertama nya adalah ayahnya. Kemudian di masukkan kedalam sebuah
Maktab untuk mempelajari Al-Qur’an, dan setelah itu ia di masukkan Scottish
Mission School, di bawah bimbingan Mir Hasan, ia di beri pelajaran agama, bahasa
Arab dan Persia. Setelah ia menyelesaikan sekolahnya, ia pergi ke Lahore, sebuah
kota besar di India untuk melanjutkan belajarnya di Government College. Di sini ia
bertemu dengan Thomas Arnord, se orang Orietalis yang menjadi guru besar dalam
bidang filsafat pada universitas tersebut.
Pada tahun 1905 setelah mendapatkan gelar M.A. di Government College,
Iqbal pergi ke Inggris untuk belajar filsafat pada Universitas Cambridge. Dua tahun
kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di universitas ini ia mendapat gelar Ph.D.
dalam tasawuf dengan desertasi yang berjudul The Development Of Metaphysies In
Persia (perkembangan metafisika di persia).
11
Iqbal tinggal di Eropa kurang lebih tiga tahun, sekembalinya dari Munich. Ia
menjadi Advokat dan dosen.buku yang The Reconstruction of Religious Thought in
Islam adalah kumpulan dari ceramah –ceramahnya sejak tahun 1982 dan merupakan
karyanya yang terbesar dalam bidang Filsafat.
Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi Konferensi
Tahunan liga Muslim di Allahabad, dan pada tahun 1932, ia ikut dalam koferensi
meja bundar di London yang membahas konstitusi baru bagi India. Pada bulan
Okteber tahun 1933, ia di undang ke Afganistan untuk membicarakan Universitas
Kabul. Pada tahun 1935, ia jatuh sakit dan bertambah parah setelah istrinya
meninggal dunia. Dan pada tahun itu ia meninggal pada tanggal 20 April 1935.
12
selalu berubah inilah yang dalam rumusan Fiqh di sebut dengan ijtihad yang oleh
iqbal di sebut sebagai prinsip gerak dalam struktur islam.
a. Hakikat Teologi
Secara umum iqbal melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi ke imanan,
mendasarkan pada esensi Tauhid. Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa
“persamaan, kesetiakawanan dan kebebas merdekaan” pandangan tentang ontologi
teologi membuatnya berhasil melihat anomali (penyimpangan) yang melekat pada
literatur ilmu kalam kalsik.
13
didalamnya terdapat pengalaman- pengalaman nenek monyang individu, bukan
sebagai kumpulan, tetapi sebagai sesuatu kesatuan yang di didalam nya mendorong
setiap pengalaman untuk menyerap keseluruhannya. Dan dari individu “jangka waktu
murni” ini kemudian di transfer ke alam semesta dan membenarkan ego mutlak.
Gagasan inilah yang di bicarakan iqbal ke dalam al-qur’an. Jadi, iqbal telah
menafsirkan tuhan yang imanen bagi alam.
d. Dosa
Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa Al-Qur’an
menampilkan tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Dalam hubungan
ini ia mengembangkan cerita tentang kejatuhan Adam sebagai kisah yang berisi
pelajaran tentang, kebangkitan manusia dari kondisi primitif yang di kuasai hawa
nafsu naluriyah kepada pemilikan kepribadian bebas yang di perolehnya secara sadar,
sehingga mampu mengatasi kebimbangan dan kecendrungan untuk membangkang
dan timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk memilih” Allah telah
14
menyerahkan tanggung jawab yang penuh resiko ini, menunjukkan kepercayaan nya
yang besar kepada manusia. Maka kewajiban manusia adalah membenarkan adanya
kepercayaan ini. Namun pengakuan terhadap kemandirian (Manusia)itu melibatkan
pengakuan terhadap semua ketidak sempurnaan yang timbul dari keterbatasan
kemandirian itu
e. Surga dan Neraka
Surga dan Neraka, kata iqbal adalah keadaan, bukan tempat.gambaran tentang
keduanya dalam al-qur’an adalah penampilan – penampilan kenyataan batin secara
visual, yaitu sifatnya. Neraka menurut rumusan Al-Qur’an adalah Api Allah yang
menyala-nyala dan yang membumbung ke atas hati. Pernyataan yang menyakitkan
mengenai kegagalan manusai. Surga adalah kegembiraan karena mendapat
kemenangan dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju kepada perpecahan.
Tidak ada kutukan abadi dalam Islam.Neraka, sebagai mana di jelaskan dalam Al-
Qur’an, bukanlah kawah tempat penyiksaan abadi yang di sediakan tuhan. Ia adalah
pengalaman kolektif yang mendapat memperkeras ego sekali lagi agar lebih sensitif
terhadap tiupan angin sejuk dari kemahamurahan Allah. Surga juga bukan tempat
berlibur. Kehidupan ini hanya satu dan berkesinambungan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam peradaban Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW terjadi
berbagai macam paham dalam ajaran Islam di mana umat Islam terpecah-pecah dan
pemikir kalam yang bermacam-macam dalam berpaham ajaran Agama Islam. Di
antaranya pemikiran kalam yang terkenal pada masa sekarang adalah :
1. Syehk Muhammad Abduh
2. Muhammad Iqbal
3. Sayyid Ahmad Khan
Dari ketiga tokoh ulama ini kita dapat mengambil pelajaran di mana para
ulama tersebut rela berkorban dalam menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya di
dunia Islam yang mana umat Islam pada masa hidup para ulama ini sampai sekarang
sudah lalai dengan kenikmatan dunia. Oleh sebab itu ketiga tokoh ulama ini mengajak
umat Islam untuk kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya..
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini bermamfaat guna menunjang pemahaman
terhadap mata kuliah Ilmu Kalam. Semoga makalah ini bermamfaat bagi pembaca
serta penulis sendiri. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna perkembangan
kedepan dalam menyusun makalah kembali.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung 2001 Departemen Pendidikan
Nasional.,”Ensiklopedi Islam”,PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2002 Nasution,
Harun, Dr, Prof. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.
Jakarta: PT Bulan Bintang.http://www.mail-archive.com/majelis
17