Anda di halaman 1dari 19

G.H.

A JUYNBOLL : COMMON LINK THEORY DAN BANTAHAN


SARJANA MUSLIM TERHADAPNYA

MAKALAH

Oleh:

Muhammad Maulana Tajuddin (210201210004)


Muhamad Al Amin (210201210006)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Nasrullah, M.Th.I

PROGRAM MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
2
KATA PENGANTAR
‫س ِم هللاِ ال َّر ْحم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬
ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah, Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT. yang telah melimpahkan nikmat kesehatan dan keberkahan. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadis
dengan judul “G.H.A Juynboll : Common Link Theory dan bantahan sarjana
Muslim terhadapnya”. Tak lupa salam serta shalawat, semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita, Sang Baginda Rasulullah SAW atas
bimbingan dan ketelatenan beliau untuk menyebar syiar Islam, dan menjadi
tauladan sejati untuk umatnya.

Kami sangat amat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih
jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
maupun literartur yang kami dapat. Oleh karena itu kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak
untuk kesempurnaan makalah kami kedepanya. Akhirnya, kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah khazanah keilmuan kita
semua. Aamiin

Malang, 25 September 2021

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
A. Biografi Juynboll ................................................................................. 3
B. Teori-teori Coomon Link Tentang Hadis .............................................
C. Bantahan Sarjana Muslim Terhadap Teori Common Link...................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernitas kaum kebaratan yang datang Menawarkan nafas baru dalam


membangun peradaban dunia entah dalam bidang keagamaan maupun social politik,
nyatanya teori teori barau berani mereka kemukakan meski secara social keagamaan
mereka non Muslim, bias kita lihat era sebelum kemerdekaan saja sudah banyak kaum
baarat menjajah tidak hanya karena harta namun juga ide dan gagasan pemikiranya yg
rencanaya ditanamkan ke agama islam agar menjadi keraguan didalamnya yang biasa kita
sebut sebagai kaum orientalis.

Orientalisme sebagai sebuah disiplin ilmu sejatinya tidak perlu untuk dicurigai,
akan tetapi sebaliknya, ia justru harus diketahui dan dikaji secara mendalam, tentunya
dengan mengedepankan obyektifitas ilmiah, etika kelimuan serta menghilangkan
prasangka ideologis, kultural dan geopolitik, yang selalu mengendap dalam setiap kali
penilaian akan sesuatu, hal ini akan menjadikan pengayaan terhadap wacana keislaman
yang dimiliki ummat Islam atau bahkan akan menjadikan Islam sebagai agama yang
terbuka terhadap kritik yang konstruktif dari the other.1

Untuk itu, dalam mengkaji Islam (terutama menyangkut konstruksi sumber


hukum Islam) dalam konteks kekinian, adalah suatu keniscayaan untuk mengkaji
pemikiran pemikiran hadits dari para orientalis, sekaligus juga mengkaji pemikiran-
pemikiran responsif dari pihak umat Islam sendiri terhadap pemikiran mereka. Kajian
yang pertama pada satu sisi dimaksudkan agar muncul kesadaran dan sikap selalu
waspada pada diri setiap muslim bahwa di luar kita ada pemikiran yang “destructive”
terhadap landasan-landasan hukum Islam yang selama ini diyakini sebagai kebenaran
mutlak, dan di sisi yang lain dimaksudkan perlunya sikap terbuka untuk menguji atau
mengkoreksi kembali, bahkan ditantang untuk dapat memberi landasan-landasan berfikir
yang kuat dan fundamental untuk merekontruksi kebenaran tersebut secara lebih kokoh
lagi. Dan kajian yang kedua dimaksudkan agar kita mampu menemukan jawaban-
1
Nur Aziz Muslim.”Hukum Islam Dalam Prespektif Orientalis : Menelusuri Jejak Pemikiran Joseph
Schacht”. Ahkam, Vol. 5 No. 2. (November, 2017). 233
3
jawaban valid dan rasional yang telah dikemukakan oleh pemikir-pemikir muslim sebagai
sanggahan atas keraguan dan kekeliruan pemikiran para orientalis (juga terhadap kaum
inkaru al-sunnah) dalam memahami hadits sebagai sumber hukum Islam.2

Salah satu tokoh orientalis Juynboll, salah satu kaum orientalis yang sangat aktif
dalam mengkaji dan meneliti tentang keontentikan hadis, berkat beliau islam sangat
terbuka dalam menerima kritikan-kritikan. Ini bisa dilihat dari aktifnya para pemikir-
pemikir atau tokoh-tokoh islam dalam menaggapi dan membantah kritikan para
orientalis, seperti Muhammad Mustafa Azami dan yang lainya.

Berangkat dari pemikiran diatas, kami sebagai makalah akan menyajikan teori-
teori Common Link oleh Juynboll dan bantahan sarjana muslim terhadapnya terutama
dalam hal ini pemikiran dan Teori.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Bagaimana Biografi Juynboll ?
2. Jelaskan Teori Common Link Juynboll terhadap Hadis?
3. Jelaskan Bagaimana Bantahan Sarjana Muslim Terhadap Teori Common Link?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Biografi Juynboll
2. Untuk Mengetahui Teori-teori Common Link Juynboll Terhadap Hadis.
3. Untuk Mengetahui Bantahan Sarjana Muslim Terhadap Teori Juynboll.

BAB II
PEMBAHASAN

2
Cahya Edi Setyawan.”Studi Hadits: Analisis Terhadap Pemikiran Schacht dan A’zami”. Jurnal kajian Islam
Interdisipliner, Vol. 1 No. 2. (Desember, 2016)
4
A. Biografi Dan Pemikiran G.H.A Juynboll

Salah satu tokoh pakar studi hadist yang akan saya bahas adalah G.H.A Juyboll beliau
3
lahir di Leiden, Belanda Pada Tahun 1935. Penamaan Akhir “Juynboll” adalah
merupakan nama yang dikenal sejak tahun 1629 nama dari salah satu keluarga yang
terpandang dan bangsawan dikalangan keluarga belanda. 4 Didalam Keluarganya banyak
diantaranya yang juga ternyata memiliki andil dalam kontribusi Studi islam dan
oriental.Juynball meninggal pada usia yang terbilang tua yakni usia ke-75 tahu di
Leiden, Belanda pada tanggal 19 Desember 2010.5

Untuk Karir Pendidikan Juynboll termasuk mahasiswa yang sangat cemerlang,


dan masa studinya dihabiskan di Universitas Leiden Belanda yang tepatnya Luus pada
tahun 1950 an dan ketika menginjak tahun 1960 Juynboll telah diangkat sebagai Profesor
Kajian Bahasa Arab dan Islam di Universitas Schacht, Drewes dan Brugman. 6. Selain
belajar disana ia juga diber kepercayaan untuk mengajar Bahasa arab hingga pertengahan
1960, selanjutnya ia mengajar di Universitas Exeter Inggris sekitar tahun 1980 , dan ia
pun melanjutkan karirnya di Belanda.

Selain mengajar Juynball juga aktif dalam berbagai kegiatan kepenulisan salah
satu yang buah karyanya ialah terbitnya kamus hadits, yaitu Concorndance et Indices
De La Tradition Musulmane (Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi) yang
diprakasai oleh Profesor A.J.Wensick sejak tahun 1930-an. Juynboll bergabung dalam
proyek pembuatan karya ini dari separuh terakhir dari bagian kamus tersebut, yakni
pertengahan abjad gayn hingga selesainya kamus ini. Salah satu diantara reknnya yang
ikut membantu terselesaikanya kamus ini ialah Jan Just Witkam,Win Raven dan Jan
Brugman (1923-2004) yang mrupakan juga pembimbing P.hd-nya. Karya ini pun
termasuk sumbangsih terbesar bagi kaum orientalis dalam bidang studi hadits, khususnya
3
Ali Masrur,Teori Common Link G.H.A Juynboll: Melacaka Akar Kesejarahan Nabi, (Yogyakarta: LkiS.2007).hlm.15
4
Jan Jun Witkam, The Oriental Manuscripts in the Juynball Family Library in in Leiden” , Dalam Jurnal Of Islamic
Manuscripts 3 tahun 2012,hlm 20
5
Jan Just Witkam, The Manuscripts …..,hlm 20
6
Arie Schipper, :”Gautier H.A Juynball (1935-2010) [naerlogy]” Diakses melalui www.uva.nl 20 september 2021.
5
kajian takhrij Hadist, ini hampir selesai pada tahun 1960-an, sedangkan indeks dibuat
pada tahun 1970-an. lain dari pengalaman sebagai seorang penulis ternyata Junyboll juga
seorang aktifs dibuktikan dengan peranya menjadi presiden pertama Union Europeenne
des Arabisants et d’Islamisats (UEAI) pada tahun 1986.

Organisasi tersebut didirikan pertama kali pada tahun 1962 oleh Jesuit Padre Felix
Maria Pareja (1890-1983) dari spayol dan mendominasi UEAI hingga wafat. Dalam
kongres UEAI yang ke-13 di ve Venesia, Juynboll pertamakali dipilih diantara
perwakilan nasional belanda, kemudian beberpa waktu setelahnya ia menjadi anggota
dewan presiden UEAI tersebut.

Pada tahun 1965-1966, tepatnya saat menjalani program doctoral, Juynboll


tinggal di mesir guna melakukan penelitian disertasinya mengenai pandangan teolog
Mesir terhadap litelatur hadits.7 Penelitian ini didanai oleh The Netherland Organization
for the Advancement of Pure Research(ZWO). Tersebut dibimbing oleh Jan Brugman.
Melalui disertasi tersebut, Juynboll berhasil meraih gelar Doktor di bidang sastra di
fakultas sastra Universitas Leiden, dalam komisi senat pada kamis 27 Maret 1969.
Disertasi dengan berjudul The Authenticity of Tradition Literlature Discuccion in
Modern Egypt ini kemudian diterbitkan oleh penerbit E.J.Brill Leiden pada tahun yang
sama dan selanjutnya dialih bahasakan oleh Ilyas Hasan dengan judul Kontroversi Hadits
Di Mesir (1890-1960), diterbitkan oleh Penerbit Mizan.

Sebagaimana yang telah dikutip dari Ali Masrur dalam bukunya Teori Common
Link G.H.A. Juynboll: Melacak Akar Kesejarahan Hadits Nabi Juynboll menyebutkan
dalam bukunya Studies on the origin and Uses of Islamic Hadith bahwa dirinya telah
melakukan penelitian atas litelatur hadits secara kroologis selama lebih dari 30 tahun,
yaitu dari akhir tahun 1960 sampai 1996. Dengan demikian kepakaran juynboll dalam
bidang perkembangan sejarah awal hadist sudah tidak dapat diragukan lagi, bahkan sudah
memperoleh pengakuan secara internasional. 8 sejak tahun 1985, Juynboll menghabiskan

7
Arie Schipper, Gautier H.A Juynboll
8
Ali Masrur, Teori Common Link.,, hlm 15
6
hari-harianya sebagai pengunjung harian (daily visitor) di ruang baca Oriental (Oriental
Reading Room) di perpustakaan Universitas Leiden untuk melakukan penelitian hadist.

Terkait kajian sejarah awal, di barat terdapat dua aliran besar yang dikemukakan
oleh J.Koren dan Y.D. Nevo.9 Dua aliran tersebut ialah aliran tradisionalis. 10 Dengan
pendekatan tradisional (traditionalist approach) dan aliran revisionis dengan pendekatan
revisionis, dan ada juga yang mengatakan Juynboll sendiri dalam hal ini terbagi kepada
dua pendapat, ada yang mengatakan bahwa ia termasuk ke dalam aliran middle ground.
Dalam pandangan paradigma yang dipakai, Juynboll adalah pengikut Schacht (Schacht),
yang berarti terglong kepada aliran revisionis. Sedangkan dilihat dari hasil temuan
Juynboll terkait asal usul otentitas hadits, tidak dapat dipungkru bahwa posisinya berdada
di tengah-tengah antara aliran revisionis dan tradisionis (Midle Ground)

Semenjak memusatkan perhatianya terhadap kajian Islam pada Umumnya, studi


hadist khususnya, Juynboll telah menghasilkan banyak karya, baik beruoa buku maupun
artikel yang telah dimuat beberpa amedia lain dan jurnal, khusushnya pemikiran-nya
terhadap studi hadits dan teori Common Link, Juynboll mengelaborasinya ke dalam tiga
karya bukunya, pertama yaitu, disertasi P.h-D-nya The Autheticity of the Tradition
Literature: Discussion in Modern Egyt. Buku ini ditulis dan didalamnya terdapat sebelas
bab yang mengkaji keshahihanya hadits disorot dari prespektif para teolog Muslim,
Seperti Muhammad Abduh,Rasyid Ridha, dan Mahmud Abu Rayyah. Diskusi mengenai
keshahihan hadits dalam buku ini secara umum berangkat dari beberapa persoalan,
seperti persoalan Tadwid (penulisan hadits), adalah (keadilan), wad periwayatan hadits,
dan hadits-hadits tentang pengobatan yang ditulis dalam bab V sampai XI.

Buku selanjutnya yaitu Muslim Tradition : Studies in Cronology, provenance and


Authorship of Early Hadits. Buku ini memuat lima bab yang ditulis sejak tahun 1976
sampai 1981. Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan kumpulan beberapa makalah
yang telah dipersentasikan dalam berbagai seminar dan konfrensi, dalam buku ini,
Juynboll mengkaji hadist dari segi sejarah periwayatanya, maka aspek isnad adalah
9

10

7
menjadi fokusnya dalam studi hadits, teori Common Link juga dijelaskan dalam bab
terakhir buku ini cukup luas beserta contohnya.

Buku lainya adalah studies on the Originis and Uses of Islamic Hadits. Buku ini
memuat sebelas artikel yang telah diplubikasikan dari tahun 1971 hingga 1994,
diterbitkan oleh Variorum. Sebelas artikel tersebut adalah: “The Hadith in the Discussion
on Birth-Control, “ahmad Muhammad Shakir (1892-1958) and His Edition of Ibn
Hanbal’s Musnad,” Muslim Intruduction to His Sahih Translated and Annotated with an
Excursus on the Cronology of Fitna and Bid’a’Dyeing the Hair and Beard in Early
Islam. A Hadith-Analytical Study”, some Isnad-Analytical Method Ilustrate on the Basis
of Saveral Woman Dameaning Saying from Hadith Literature”, Some Notes on Islam’s
First Fuqaha Distilled from Early Hadith Literature, Nafi,the Mawala of ibn,”Umar,and
His Position in Muslim Hadith Literature”, “On the Origins of the Poetry in its Use of
Isnads.

Pada tahun 2007, buku Encylopedia of Cnonical Hadith karya Junboll diterbitkan
oleh Brill sebagai salah satu karya besarnya. Dalam buku ini Juynboll menyususn daftar
biografi para perawi hadist berdasarkan pada perawi yang dianggap sebagai common
link(seseorang yang dianggap bertanggung jawab atas penyebaran sebuah hadis) bukan
berdasarkan pada hadisnya kemudian karya juynboll lainya dalam bentuk artikel di
antaranya (Re) Appraisal of Some Technical Terms In Haditd Science. "

B. Teori Common Link

Mungkin kita disini Akang sangat asing sekali dengan yang namanya Teori Commen
Link siapakh yang memprakasai teori ini, sesunguhnya ketika ada cuitan kalimat Teori Common
Link maka oaring itu jika memahami sedikit saja tentang diskusin studi hadis kaum orientalism
8
aka yang muncul adalah nama Juynboll yang diasumsikan bahwa ialah yang menemukan teori
ini, namun sesungguhnya a bukanlah yang memperkenalkan teori ini, melainkan orang yang
pertama kali mencetuskan pertama ialah Joseph Scaht dalam Karyanya The Origin Of
Muhammadan Jurisprudence, diterbitkan pada tahun 1950.11 Dikutip dari Kamarudin Amin,
Scaht berkesimpulan bahwa tidakada hadist yang dapat dilacaka secara historis sampai kepada
Nabi Muhammad. Hal ini menurutnya, Isnad cenderung mengalami pertumbuhan ke belakang ,
semakin ke belakang semakin baik dan smpurna sesuai jalur isnad. Dan pemikiran Schat terkait
pemikiranya tidak lepas dari pengaruh oleh sarjana barat selainya.

a. Pengertian

Common link sendiri diartikan sebagai periwayat yang menyebarkan hadis kepada
beberapa murid. Meskipun demikian terdapat perbedaan dalam pemahaman tentang peran
common link antara Schacht dengan ahli hadis. Perbedaaanya terletak pada interpretasi
pengaruh dan akibat teori common link dalam isnad, serta penilaian terhadap orang yang
identifikasi sebagai common link. Ahli hadis mengakui bahwa setelah dilakukan proses
identifikasi, common link merupakan akar penyebab berbagai kesalahan dan kepalsuan
hadis apabila disebarkan oleh periwayat yang tidak jujur. Sedangkan Schacht dan Juynboll
menganggap bahwa common link bersumber dari fuqaha yang dikenal memiliki otoritas
kuat dimasanya yang dengan sengaja menyebarkan hadis untuk menyelesaikan masalah
hukum.

b. Sejarah Awal Teori

Teori common link pada awalnya diciptakan oleh Joseph Schacht melalui karya
fenomenalnya The Origins of Muhammadan Jurisprudence yang terbit pertama kalinya tahun
1950. Teori kemudian ini diadopsi secara luas oleh sarjana Modern yang mengkaji Islam.

Istilah lain yang digunakan Schacht untuk menyebut common link adalah
common transmitter. Schacht membangun asumsi jika terdapat hadis yang
memiliki isnad yang berbeda, namun dalam satu matan yang terkait erat maka hal
itu menunjukakan gejala common link. Kemudian disimpulkan bahwa hadis itu

11
Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadits,(Jakarta selatan: Penerbit Hikmah
2209),hlm.156
9
bersumber dari seorang periwayat yang menjadi common link yang disebutkan di
dalam isnad hadis.
Schacht menyebutkan teori common link dapat dipakai untuk memberikan
penanggalan terhadap hadis-hadis dan doktrin-doktrin para ahli fiqih.
Teori common link dibangun beberapa teori lainya yaitu proyeksi ke belakang
terhadap isnad (backwardgrowth of the isnad), isnad keluarga (family-isnad).
Bagi Schacht isnad memiliki kecenderungan untuk tumbuh kebelakang.
Seorang tabiin akan mengaitkan kepada doktin yang lebih tinggi di masa lampau
yakni sahabat dan akhirnya kepada Nabi sendiri. Semakin ke belakang isnad
menjadi semakin sempurna. Hadis yang terdapat rangkaian sanad antara anggota
keluarga, dari ayah ke anak atau ke cucu, dari bibi ke keponakan, atau dari
majikan kepada budaknya bukanlah indikasi utama rangkaian yang otentik, tetapi
adanya isnad keluarga merupakan indikasi positif bahwa hadis tidak asli.
Adanya isnad keluarga digunakan untuk alat mempercantik isnad. (Schacht,
1949: 147) Schacht melihat peran hadis dalam pengembangan teori hukum Islam
dengan menunjuk pada identifikasi asy-Syafi‟i tentang dua kelompok anti-hadis
yakni ahlu kalām atau Mu'tazilah (kelompok yang menolak sunnah sama sekali)
dan orang-orang yang menolak khabar alkhāssah (hadis tunggal), bagi Schacht
kelompok kedua ini diklaim sebagai penganut hukum jahiliyah. Sedangkan hadis
yang diriwayatkan secara tunggal (khabar wahīd atau khabar infirād) tidak dapat
diterima sebagai hal yang otentik. (Schacht, 1950; 40, 50) Penggunaan hadis
untuk mencatat perkembangan sejarah ajaran hukum atau penanggalan hadis
merupakan salah satu tujuan penting bagi Schacht. Hadis-hadis hukum diberi
tanggal muncul kira-kira tahun 150 H/767M hingga 250H/864M sebagaimana
yang diusulkan oleh Goldziher.
Menurut Schacht adanya isnad tidak menjamin keaslian suatu hadis. Paling tidak
ada empat argumen yang Rahmadi Wibowo Suwarno 97 dikemukakan untuk
membenarkan pendapat ini: 1) argumen e silentio, yaitu cara terbaik untuk
membuktikan bahwa sebuah tradisi tidak ada pada waktu tertentu adalah untuk
menunjukkan bahwa itu tidak digunakan sebagai argumen hukum; 2) backward-
growth of the isnad, yaitu suatu doktrin sering diproyeksikan kembali ke otoritas

10
yang lebih tinggi, hadis dari tabi‟in menjadi hadis dari Sahabat, dan hadis dari
Sahabat menjadi hadis dari Nabi; 3) family-isnad; 4) teori common link.
(Alhomoudi, 2006: 12-13.
c. Asumsi Dasar
Teori Common Link telah menimbulkan beragam reaksi, mulai dari penolakan
total hingga penerimaan total sebagai pendekatan ideal untuk memahami formasi
naratif Nabi. Pada bagian ini penelusuran asal-usul dan perkembangan teori
common link akan dilakukan. Oleh sebagian besar sarjana barat Joseph Schacht
dianggap sebagai tokoh utama dalam studi hukum Islam.
Melalui magnum opus-nya The Origin of Muhammadan Jurisprudence mencoba
menunjukkan kelemahan sanad dalam kajian hadis dengan menerapkan teori teori
common link. (Hallaq, 2002-3: 14 Teori ini kemudian diadopsi secara luas oleh
sarjana-sarjana lainya tentu dengan interpretasi yang berbeda-beda seperti
Michael Cook, Juynboll, Harald Motzki, Wansbrough, Patricia Crone, Andrew
Rippin, Gerald Hawting, Ulrike Mitter. Selanjutnya Juynboll, seorang sarjana
hukum Islam mengikuti dan menguraikan Teori common link lebih rinci yang
dicetuskan oleh Schacht dalam bukunya Muslim Tradition.
Juyboll mengungkapkan: ”Menurut saya, teori common link itu sangat brilian,
namun demikian faktanya teori ini kurang mendapat perhatian, elaborasi yang
memadai bahkan di oleh Schacht sendiri, untuk itu perlu untuk menjelaskan teori
common link berikut dengan beberapa contoh yang lebih spektakuler dari yang
pernah dilakukan. (Juynboll, 1983: 107).

C. Bantahan Sarjana Muslim Terhadap Teori Common Link

Dari berbagai uraian sebagaimana di atas, tampak jelas bahwa melalui analisis single strand,
partial common link, seeming commoll link, dan spider, Juynboll berpendapat bahwa suatu
khabar yang diinformasikan oleh satu orang saja tidak dapat diterima. Dengan kata lain Juynboll
tidak menerima kesahihan khabar ahad yakni yang berbentuk gharib (hadis yang hanya
diriwayalkan oleh seorang saja). Selain daripada itu melalui teori common link, nampak pula
bahwa Juynboll hanya menerima hadis yang disokong oleh sanad yang terdiri dari dua perawi

11
dan masing-masing perawi mempunyai setidaknya dua murid dan begitu seterusnya. Untuk
menanggapi berbagai teori Juynboll diatas, mari kita coba uraikan bukti-bukti bahwa
periwayatan hadis ahaddangharibadalah jenis periwayatan yang diterima sejak pada masa
Rasulullah SAW dan berkesinambungan hingga pada masa sahabat dan generasi-generasi
setelahnya.12
Selain daripada itu penulis akan coba juga menguraikan sejarah munculnya pendapat yang
mengatakan suatu khabar dapat diterima apabila hanya diinformasikan oleh seorang atau lebih
dan juga tanggapan ulama terhadapnya.Diantara bukti-bukti yang menunjukkan bahwa khabar
ahad yang dikategorikan gharib diterima dikalangan ulama hadis dan umat Islam pada umumnya
adalah :
1. Kegiatan harian Rasulullah SAW. tidak selamanya dihadiri atau disaksikan oleh banyak
orang. Misalnya saja kegiatan di dalam rumah yang tidak semestinya diketahui oleh semua
Sahabat. Oleh karena itu kadang-kadang informasi yang berkaitan dengan perkara tersebut hanya
diinformasikan oleh sahabat Anas bin Malik atau 'A'isyah saja. Sangat tidak dapat diterima oleh
akal apabila riwayat-riwayat yang sedemikian ditolak hanya kerana tidak ada perawi lain yang
menyokongnya.
2. Kadang-kadang Rasulullah SAW melakukan suatu kegiatan hanya diketahui oleh seorang
sahabatnya saja. Misalnya pada kejadian Nabi menginap di rumah Abu Ayyub al-Anshari selama
sepuluh hari semasa awal-awal kedatangan beliu di Madinah. Bisa jadi ada kegiatan Rasulullah
S.A.W di dalam rumah Abu Ayyub al-Anshari yang hanya diketahui oleh Abu Ayyub saja.
Kemudian Abu Ayyub al-Anshari menceritakan perkara itu kepada orang lain. Periwayatan Abu
Ayyub alAnshari ini tidak ditolak oleh para sahabat yang lain hanya karena beliau meriwayatkan
secara sendirian.
3. Rasulullah S.A.W kadang-kadang mengirim seorang utusan saja ke daerah-daerah untuk
mendakwahkan Islam. Ajaran-ajaran yang bersumber dari pada Rasulullah yang dibawa oleh
seorang utusan tersebut termasuk khabar ahad kategori gharib. Informasi informasi tersebut
diterima oleh penduduk daerah tersebut dan mereka tidak menuntut adanya orang lain sebagai
saksi. Rasulullah pernah mengutus Muadz Ibn Jabal ke negeri Yaman untuk memerangi
orangorang yang membangkang dan mengajari penduduk Yaman tentang kewajiban umat Islam
serta mengambil zakat yang harus mereka keluarkan. Karena kedudukan Muadz sudah terkenal
di kalangan mereka, maka merekapun mematuhi perintahnya.13
Begitu pula dengan utusan-utusan suatu kaum yang dikirim untuk belajar kepada Rasulullah
SAW. antara mereka ada yang hanya berjumlah satu saja, dan setelah mereka kembali ke
masyarakatnya mereka akan menceritakan apa yang diperoleh daripada Rasulullah SAW.

12
Menurut al-Bani, kedudukan hadis ahad yang sahih dapat dijadikan hujjah pada bidang akidah dan
wajib diamalkan. Imam Ibnu Hazm dalam al-Ahkam mengatakan bahwa khabar seorang perawi yang
adil yang sampai kepada Rasulullah harus diterima kebenarannya sekaligus diamalkan. Lihat ulasan
rinci tentang kedudukan hadis ahad dalam Skripsi Abdul Khozin, Kehujanan Hadis Ahad Dalam
Masalah Aqidah, (Serang : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN SMHB, 2012) hal. 38 - 49
13
Ibid, hal. 65
12
Informasi mereka yang hanya seorang tersebut tidak ditolak begitu saja oleh kaumnya hanya
kerana diceritakan sendiri.
Singkatnya, tidak semua sahabat selalu bersama Nabi dalam setiap hari dan setiap masa
sebab di antara mereka ada yang bekerja di kebun, di pasar, pergi berperang atau mempunyai
kegiatan-kegiatan peribadi lainnya. Dengan demikian, tuduhan common link sebagai pemalsu
hadis tidaklah cukup karena memerlukan pembuktian yang otentik. Jika common link banyak
ditemukan pada periwayat tingkat Tabi’in maka hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa
penyebaran hadis di ruang publik baru dimulai pada generasi sebelumnya, yaitu Sahabat kecil.
Sehingga Penulis dapat mengatakan bahwa benar menurut M.M A’zamy.
Seorang common link hanyalah khayalan belaka, karena sejatinya hadis itu beredar bukan
satu persatu atau tema pertema yang mengakibatkan gugurnya beberapa jalur isnad. Melainkan
hadis itu diajarkan oleh seorang guru yang shalih kepada murid-muridnya, dan jikalau terdapat
pemalsuan hadis itu sudah mendapat perhatian khusus oleh ulama hadis, berbeda dengan kita
yang tidak pada masanya. Namun, dibalik ketidaksesuaian ataupun kekurangan pasti terdapat
kelebihan. Common link dapat diposisikan sebagai sumber berkaitan dengan peran yang
dijalankannya sebagai periwayat yang telah merekam tradisi Nabi setidaknya melalui kata-
katanya sendiri.Asumsi ini berbeda dengan pandangan Juynboll menunjuk periwayat common
link sebagai pembuat dan pencetus hadis, sehingga dianggap paling bertanggung jawab atas asal
usul dan kesejarahan hadis. Dengan demikian, teori common link ini dapat diandalkan sebagai
metode untuk menelusuri asal usul hadis dengan melakukan revisi atas interpretasi dan asumsi
yang menyertainya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Common link adalah periwayat memberikan hadis kepada lebih dari seorang murid dan
murid tersebut juga menyampaikan hadis yang diterima dari gurunya kepada beberapa murid
dibawahnya dalam Rahmadi Wibowo Suwarno 117 bundel isnad. Teori ini diciptakan oleh

13
Joseph Schacht melalui bukunya The Origins of Muhammadan Jurisprudence yang terbit tahun
1950.

Teori kemudian ini diadopsi secara luas oleh sarjana Modern yang mengkaji Islam.
Pemikiran-pemikiran Schacht dipengaruhi pandangan sarjanasarjana barat sebelumnya yang
meragukan otentisitas hadis terutama Ignaz Goldziher.

Schachat berkesimpulan hadis dari Nabi atau dari para sahabatnya tidak mengandung
informasi yang otentik dari periode awal Islam melainkan pendapat yang diadakan selama dua
setengah abad setelah hijrah. Melalui teori common link menurut Schacht dapat untuk
menentukan tanggal kapan suatu hadis berasal (originated).

Juynboll sebagai pengembang teori common link Schacht, berkesimpulan common link
dapat digunakan untuk memberi penanggalan terhadap hadis. Common link menurut Juynboll
ditarsirkan sebagai originator (penggagas/pencetus) hadis. Sedangkan menurut Harald Motzki,
common link ditafsirkan sebagai kolektor sistematis pertama yang berperan sebagai guru yang
mengajarkan hadis.

Periwayatan harus lebih dipahami sebagai sistem pengajaran yang hidup, di mana bentuk
lisan dan tertulis dalam menyampaikan informasi. Implikasi penggunaan teori common link
berdampak pada sumber atau asal-muasal hadis disandarkan kepada siapa. Perbedaan
menafsirkan common link menentukan hadis bersumber kepada siapa.

B. Saran
Penulisan makalah ini tentu tak lepas dari segala kesalahan dan kekurangan. Oleh
karenanya bagi pembaca hendaknya untuk memberikan koreksi dan masukan atas kajian yang
telah ditulis dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan dan menambah
wawasan bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
Nur Aziz Muslim.”Hukum Islam Dalam Prespektif Orientalis : Menelusuri Jejak Pemikiran
Joseph Schacht”. Ahkam, Vol. 5 No. 2. (November, 2017). 233

Cahya Edi Setyawan.”Studi Hadits: Analisis Terhadap Pemikiran Schacht dan A’zami”. Jurnal
kajian Islam Interdisipliner, Vol. 1 No. 2. (Desember, 2016)

Ali Masrur,Teori Common Link G.H.A Juynboll: Melacaka Akar Kesejarahan Nabi,
(Yogyakarta: LkiS.2007).hlm.15

15
Jan Jun Witkam, The Oriental Manuscripts in the Juynball Family Library in in Leiden” , Dalam
Jurnal Of Islamic Manuscripts 3 tahun 2012,hlm 20

Jan Just Witkam, The Manuscripts …..,hlm 20

Arie Schipper, :”Gautier H.A Juynball (1935-2010) [naerlogy]” Diakses melalui www.uva.nl 20
september 2021.

Arie Schipper, Gautier H.A Juynboll

Ali Masrur, Teori Common Link.,, hlm 15

Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadits,(Jakarta selatan:


Penerbit Hikmah 2209),hlm.156

Menurut al-Bani, kedudukan hadis ahad yang sahih dapat dijadikan hujjah pada bidang akidah
dan wajib diamalkan. Imam Ibnu Hazm dalam al-Ahkam mengatakan bahwa khabar seorang
perawi yang adil yang sampai kepada Rasulullah harus diterima kebenarannya sekaligus
diamalkan. Lihat ulasan rinci tentang kedudukan hadis ahad dalam Skripsi Abdul Khozin,
Kehujanan Hadis Ahad Dalam Masalah Aqidah, (Serang : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN SMHB, 2012) hal. 38 - 49

16

Anda mungkin juga menyukai