Anda di halaman 1dari 11

Pemikiran kalam ulama modern Nurcholish Madjid

Dosen Pengampu :

Dra.hj.yusafrida Rasyidin ,M.Ag

Disusun oleh

UMI INAYATI (2031010057)

TIARA SURYANI(2031010043)

AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN KEAGAMAAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini.

saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Bandar Lampung,17 september,2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

1. Biografi Nurcholish Madjid


2. Pemikiran islam yang di buat oleh Nurkholis madjid
3. Karya dari Nurcholis madjid

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................

Daftar pustaka ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Dalam konteks Indonesia, sejak tahun 1970-an, Nurcholish Madjid adalah ikon Cendekiawan
Islam yang dianggap paling kontroversi sekaligus paling kontributif. Pemikirannya berkelindan
diantara tiga tema besar; Keislaman, Keindonesiaan dan Kemodernan. Dia berani mendekonstruksi
pemikiran Islam yang dianggapnya sudah Mengalami fosilisasi, kemandegan, stagnasi dan
kejumudan yang membuat umat Islam Menjadi kehilangan daya adaptasinya menghadapi laju
problematika kehidupan nyata Yang semakin kompleks. Salah satu pemikiran yang dianggap paling
polemis dan Kontroversial adalah ketika ia mendekontruksi eksklusivisme dan menawarkan
Inklusivisme sebagai gantinya. Hal ini jelas dianggap melawan arus pemahaman Mainstream.
Sebagai cendekiawan neo-modernisme, Ia membangun nalar inklusivisme Menggunakan
pendekatan dan metodologi modern tanpa menafikan argumentasi Doktrin-doktrin otentik Islam itu
sendiri, Ulama-ulama terdahulu. Oleh karena itulah, walaupun sejak ia mempublikasikan Pemikiran-
pemikirannya, ia telah mengundang kontroversi yang hebat bahkan sampai Saat ini, ia tetaplah
dianggap sebagai pemikir yang paling memiliki kontribusi yang Cemerlang bagi dinamika pemikiran
Indonesia.

B.rumusan masalah

1.siapakah Nurcholish Madjid itu?

2.bagaimana biografi dari Nurcholish Madjid?

3.apa latar belakang Nurcholish Madjid terhadap pemikiranyg menjadi kan cendikiawan

4.metodologi pemikiran Nurcholish Madjid adalah

5.karya-karya dari Nurcholis Madjid

C.tujuan

1.mengetahui siapa Nurcholish Madjid

2.mengetahui pemikiran Nurcholish Madjid yang menjadi cendikiawan islam di Indonesia

3.menjadi sejarah dan perlu di ingat karena tokoh pendahulu lebih mementingkan kemajuan Islam
dalam segi semua aspek untuk tidak di sifat kejumud an.

4.Mengetahui karya-karya dari beliau.

BAB II
PEMBAHASAN

A. biogragi Nurcholish Madjid

Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. atau populer dipanggil Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam,
cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya sebagai aktivis & kemudian Ketua
Umum Himpunan Mahasiswa Islam. Ia menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai
ketua Umum HMI selama dua periode. . Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan
Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina,
sampai dengan wafatnya pada tahun 2005.

Beliau Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. (lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 –
meninggal di Jakarta, 29 Agustus 2005 pada umur 66 tahun). Ide dan gagasan cak Nur tentang
sekularisasi dan pluralisme pernah menimbulkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian dari
berbagai kalangan masyarakat,namun dengan kerja kersa dan pemikiran Cak Nur ini akhirnya
masyarakat indonesia bisa menerima akan pemikiran beliau tersbut.

Masa kecil dan pendidikan

Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Dusun Mojoanyar, Desa
Mojotengah, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ayahnya adalah KH Abdul
Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumisedangkan ibunya bernama Fatonah, putri Kiai
Abdullah Sadjad dari Kediri.iIa mempunyai tiga orang adik.

Setelah melewati pendidikan dipesantren, seperti Pesantren Darul Ulum Rejoso di Jombang dan
Pesantren Gontor di Ponorogo, Cak Nur menempuh studi kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968)
sekaligus aktif menjadi Ketua Umum di HMI & serta merumuskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI,
yang kemudian menjadi buku pegangan ideologis HMI. Alasannya merumuskan NDP karena
organisasi mahasiswa seperti Central Gerakan Actie Mahasiswa (CGMI) yang beraliran komunis
memiliki buku pegangan ideologis & Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pun memiliki
hal serupa. NDP ditulis olehnya tatkala ia sedang melanjutkan kuliahnya di Amerika Serikat ia saat itu
berkesempatan untuk melakukan perjalanan keliling Timur Tengah, dari pengalamannya dalam
melihat kondisi Islam secara global itulah yang membuatnya tergerak untuk menulis NDP yang
kemudian hari jadi buku pegangan ideologis HMI dan membuatnya terpilih menjadi Ketua Umum
untuk dua periode. Kemudian ia menjalani studi doktoral di Universitas Chicago, Amerika Serikat
(1978-1984),[1] dengan disertasi tentang filsafat dan kalam Ibnu TaimiyahIde pembaharuan Islam.

Cak Nur dianggap sebagai salah satu tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di
Indonesia.Cak Nur dikenal dengan konsep pluralismenya yang mengakomodasi keberagaman/ke-
bhinneka-an keyakinan di Indonesia. Menurut Cak Nur, keyakinan adalah hak primordial setiap
manusia dan keyakinan meyakini keberadaan Tuhan adalah keyakinan yang mendasar. Cak Nur
mendukung konsep kebebasan dalam beragama, namun bebas dalam konsep Cak Nur tersebut
dimaksudkan sebagai kebebasan dalam menjalankan agama tertentu yang disertai dengan tanggung
jawab penuh atas apa yang dipilih. Cak Nur meyakini bahwa manusia sebagai individu yang
paripurna, ketika menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang akan bertanggung jawab atas
apa yang ia lakukan, dan kebebasan dalam memilih adalah konsep yang logis.

Sebagai tokoh pembaruan dan cendikiawan Muslim Indonesia, seperti halnya K.H Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), Cak Nur sering mengutarakan gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial
terutama gagasan mengenai pembaruan Islam di Indonesia. Pemikirannya dianggap sebagai
mendorong pluralisme dan keterbukaan mengenai ajaran Islam di Indonesia, terutama setelah
berkiprah dalam Yayasan Paramadina dalam mengembangkan ajaran Islam.Ide dan Gagasan Cak Nur
tentang sekularisasi dan pluralisme tidak sepenuhnya diterima dengan baik di kalangan masyarakat
Islam Indonesia. Terutama di kalangan masyarakat Islam yang menganut paham tekstualisliteralis
(tradisional dan konservatif) pada sumber ajaran Islam. Mereka menganggap bahwa paham Cak Nur
dan Paramadinanya telah menyimpang dari teks-teks Alquran dan As-sunnah. Gagasan Cak Nur yang
paling kontroversial adalah saat dia mengungkapkan gagasan “Islam Yes, Partai Islam No?” yang
ditanggapi dengan polemik berkepanjangan sejak dicetuskan tahun 1970-an [5], sementara dalam
waktu yang bersamaan sebagian masyarakat Islam sedang gandrung untuk berjuang mendirikan
kembali partai-partai yang berlabelkan Islam. Konsistensi gagasan ini tidak pernah berubah ketika
setelah terjadi reformasi dan terbukanya kran untuk membentuk partai yang berlabelkan agama

B. NURCHOLISH MADJID DAN METODOLOGI PEMIKIRANNYA


Gerakan intelektual yang digagas Nurcholis pada tahun 1970±an dikenal dengan Gerakan
Pembaharuan Pemikiran Keagamaan. Bangkitnya gerakan ini dinilai sebagai suatu gerakan yang
paling radikal dalam pemikiran religiopolitik di Indonesia hingga saat ini. Makna penting dari gerakan
ini terletak pada upayanya untuk mereformulasikan postulat doktrin Islam yang paling pokok
berkaitan dengan masalah ketuhanan, kemanusiaan, dan dunia, dan bentuk hubungan diantara
semua aspek tersebut dalam realitas politik dan kebangsaan. Berdasarkan reformulasi inilah
Nurcholis dianggap oleh Kamal Hasan sebagai akomodasionis. Ide±ide pembaharuan Nurcholish
telah merefleksikan suatu elaborasi yang cemerlang tentang konsepsi Islam sejalan dengan upaya
modernisasi yang sedang digalakkan oleh bangsa Indonesia saat itu. Dibungkus dalam nomenklatur
yang didesain untuk memasukkan konsep-konsep keagamaan dalam format yang rasional, ide-ide
pembaharuan Nurcholish diarahkan kepada kalangan muda yang melanjutkan pendidikan mereka di
Perguruan Tinggi yang merupakan mayoritas pendukung HMI saat itu. Pendekatan Nurcholish dalam
usaha memahami ajaran Islam lebih bersifat kultural normatif ketimbang formal legalistik, sehingga
ia lebih mementingkan komunitas dan integralistik umat dari pada substansi sektarian individual.
Nurcholish memformulasikan ide-idenya tentang Islam kultural sebagai agama yang berperan utama
sebagai sumber nilai dan pedoman perilaku etika Islam di Indonesia. Namun demikian pemahaman
keagamaan Nurcholish lebih bersifat global, seperti umat harus menegakkan prinsip-prinsip ijtihad,
berpegang pada fiqih rasional dan bebas madzhab,memahami tauhid lebih berorientasi kepada
masa depan dan tidak sempit pada satu teologi tertentu saja (Taufik, 2005:154-156). Gerakan yang
dipelopori Nurcholishinipun sering disebut William A. Liddle sebagaimana dikutip Shaleh (2001:322)
sebagai gerakan Islam Substansialis sebagai antitesa dari Islam skripturalis.selalu ada di setiap ruang
dan zaman yang hadir untuk menggedor tradisi keagamaan

Nurcholish pada dasarnya merupakan dialektika tiga ide dalam kesatuan, yakni Keislaman,
kemodernan dan keindonesiaan. Dialektika dan kesatuan ketiga ide besar itu Melahirkan ide-ide
pendukung yang berfungsi memperkuat konstruksi seluruh Bangunan ide yakini neo modernisme,
integrasi dan pembangunan. Adapun yang Mempersatukan keseluruhan konstruksi bangunan ide
adalah teologi inklusif.

1. Kerangka Teoritis Nurcholish Madjid

Kerangka seluruh konsep pemikiran Nurcholish dibangun dari sebuah Pertanyaan yang fundamental
yaitu bagaimana Islam yang universal bisa Ditempatkan dalam kerangka kemodernan dan budaya
lokal. Islam adalah universal Dan implikasi dari keuniversalannya adalah bahwa Islam harus dapat
dipahami dan Dilaksanakan pada setiap ruang dan waktu. Dengan demikian Islam bisa bahkan Harus
disesuaikan dengan kemodernan. Jika terjadi konflik antara ajaran Islam dan Pencapaian modernitas,
maka yang harus dilakukan adalah bukan menolak Modernitas tersebut melainkan menafsirkan
kembali ajaran tersebut (Madjid, 2000:493). Penyebutan universal ini juga mengacu pada pada
wawasan kesejarahan Islam Yang tertuang dalam teks-teks klasik ,yang digabungkan dengan
pendekatan aktual dalam menafsirkan teks agama.

Nurcholish memisahkan antara firman Tuhan dengan tafsirnya, ia Membebaskan al-Qur¶an dari
setiap wacana tunggal dan melepaskan syariah dari Fiqih tunggal. Generasi, yang lain mutlak dan
umum. Dalam batas-batas yang ditetapkan Prinsip-prinsip permanen dan a-historis tersebut Islam
akan terus berkembang. Namun demikian ia tetap terhindar dari relativisme apalagi nihilisme dan
absurditas Nilai karena konteksnya pada firman Tuhan yang a-historis, karenanya hanya mode
Ekspresinya yang berbeda menurut waktu. Berbeda dengan kalangan tradisionalis yang literalis,
sebagai sebuahpemikir Yang kritis dengan liberal-rasional sebagai watak khasnya, Nurcholish
membedakan Secara tegas antara doktrin Islam yang bersifat universal, perenial dan trans-historis,
Dengan pemahaman Islam yang parsial, temporal dan lokal. Doktrin adalah Islam cita Dan idealita
yang tak tersentuh perubahan, sedang Islam empiris adalah sebaliknya, Sangat rentan terhadap
perubahan sehingga karakter dasarnya adalah sangat Akomodatif terhadap perkembangan zaman
dan ruang lokalnya. Karena berpijak pada Teori seperti itulah Nurcholish memandang pemikiran ke
agamaanapapun bentuknya Sebagai pendapat dan karenanya mentolerir keanekaragaman dalam
bidang yang Justru dianggap dan diyakini secara hitam-putih oleh kaum tradisonalis (Binder,
2001:3).Nurcholish melihat tradisi pemikiran keagamaan Islampun merupakan hasil Akumulasi
interprestasi manusia yang terikat oleh ruang dan waktu yang absurd dan Nisbi. Pengalaman
manusia masing-masing jauh berbeda. Karenanya Mempertahankan universalitas dan otensitas
Islam harus dilakukan justru dengan Cara lebih melihat aspek etika sosial dan spiritual
keberagamaan yang bersifat Terbuka ±inklusif bukan aspek legal formal yang cenderung eksklusif-
tertutup. Rumusan tradisi keislaman yang tercermin dalam kalam, fiqih dan lainnya Tidak lain dan
tidak bukan adalah hasil rumusan manusia biasa yang tidak luput dari Ilmu pengetahuan serta
pendekatan sejarah adalah sebuah keharusan. Jika tradisi Keilmuan tertentu tidak lain dan tidak
bukan adalah sebagai produk zaman yang Mengitarinya, maka tradisi apapun dapat saja dikupas,
dikritik dan dianalisa bahkan Didekonstruksi sehingga dapat dengan jelas dibedakan aspek
normativitas yang Unchangable dan aspek historisitas yang changeable, mana aspek tujuan dan
mana Alat, mana dimensi universalitas dan partikularitas (Abdullah, 2000:36).Logika sederhana yang
dapat diajukan adalah bahwa konsep agama dari Tuhan adalah bersifat eternal, mutlak, dan pasti
benar sehingga lebih menjamin Keselamatan hidup manusia, sementara konsep-konsep keagamaan
yang notabene Berasal dari pikiran manusia bersifat relatif, tentatif, dan tidak menjamin kepastian
Untuk mencapai kebenaran yang hakiki dalam menyingkap realitas. Inilah yang Disimpulkan
Nurcholish bahwa tafsir dalam berbagai ekspresinya, baik kalam teologi Ataupun fiqih sebagai
pemaknaan, pemahaman atau pensikapan terhadap agama Tidaklah akan bersih dari kesalahan,
perubahan dan kesatu-sisian. Semua produk Pemikiran baik yang berasal dari teks atau konsep yang
dihasilkan olah pikir manusia Pastilah akan mengalami kebekuan dan pemfosilan jika tertutup bagi
reproduksi Makna baru yang lebih relevan.

2. Pendekatan Dalam Pengkajian

a. Pendekatan kritis-dekonstruktif

Pemahaman Yang dianggap kebenaran oleh umat Islam bukan hasil akhir secara totalitas. seperti
Kebenaran bukanlah suatu hal yang di anggap final akan kebenaran nya, statis dan tidak berubah.
Namun Setiap Pemahaman terhadap kebenaran adalah proses pencarian yang terus menerus di cari
dan di gali lebih dalam, Karenanya ia tidak tunggal dan tidak final. Pemahaman terhadap kebenaran
sangat Dipengaruhi oleh konteks ruang dan waktu. Karenanya ia tidak mutlak dan sangat Memberi
ruang untuk dikritisi. Dengan asumsi seperti itu, maka tidak heran jika Pemikirannya dipenuhi tafsir
baru, kritik, revisi, bahkan dekontruksi terhadap Konsep-konsep Islam yang selama ini sudah
terlanjur dianggap kebenaran yang Final. Tujuan akhirnya adalah untuk menemukan makna baru
yang lebih segar dan Progresif.

b. Pendekatan Humanistik-antroposentris.

humanistik, artinya upaya pembelaan terhadap pemahaman tentang lingkungan sosio kultural
masyarakat Indonesia .Nurcholis Madjid berpandangan bahwa Islam bisa dan bahkan harus
dimodernkan, maka menurut Nurcholish, jika terjadi konflik antara ajaran Islam dan pencapaian
modernitas, maka yang harus dilakukan adalah bukan menolakmodernitas tersebut melainkan
menafsirkan kembali ajaran tersebut dan dipakai untuk kemajuan islam.

1. Analisis sosio historis

analisis sosio historis dapat digunakan untuk menganalisis dan membedah doktrin agama, teks dan
ajaran-ajaran wahyu untuk menemukan kembali kebenaran konteks sesuai kondisi yang terus
berubah. Oleh karenanya konsep asbabun nuzul, praktik kesejarahan Nabi dan lainnya menjadi
sangat signifikan sebagai pisau analisis karena dengan itu dapat dipahami makna dan implikasi
langsung dari sebuah wahyu tuhan melalui konteks aslinya, alasan mula yang mendasari suatu
hukum, bermakna umum ataukah khusus. Oleh karenanya cara induksi jelas lebih ditekankan dari
pada deduksi.

2. Analisis semiotika-semantik
Agama sering disampaikan dengan bahasa simbolik. Sehingga jangan dimaknai secara tekstual.
Model yang sering digunakannya adalah intertektualitas-semantik-sintagmatik. Semantik adalah
bahwa teks sebagai simbol dimaknai berdasarkan pemaknaan dari sisi kebahasaan. Bahasa memiliki
karakteristik dan kultur yang khas, termasuk bahasa Arab sebagai bahasa indukteks-teks ajaran
Islam. Oleh karena itu re-interprestasi terutama pada term term kuncikeagamaan seperti islam dan
ahlal kitab acap kali dilakukan Nurcholish Madjid untuk mengelaborasi makna-makna essensial yang
ada dalam term-term Tersebut. Dalam analisis semantiknya, Nurcholish acapkali menggunakan
bahasa Berdasarkan kamus dan ensiklopedi serta bukti-bukti sejarah untuk menggali Makna
autensitas terminologi-terminologi kunci (key term) Islam. Pertama-tama Ia bekerja mundur dari
pemahaman tradisional dan ortodoksi Islam mengenai Kemudian setelah itu, ia merekonstruksi

makna baru yang dianggap relevan Dengan konteks. Nurcholish senantiasa menelusuri anasir-anasir
modernisme diDalamkazanahklasik untuk merekonstruksi dan meproduksi makna autensitasYang
relevan dengan kondisi sosiohistoris kekinian. Hal ini perlu dilakukanKarena menurut Nurcholish
interprestasi dan persepsi terhadap konsep keagamaanSebagai proses awal internalisasi nilai-nilai
spiritual akan sangat mempengaruhi Pola hubungan sosial atau sistem dalam lingkup yang lebih baik.

C.KARYA NURCHOLIS MADJID


Beberapa karya-karya Nurcholish madjid yang dapat dipaparkan antara

Lain :

1.Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung : Mizan, 1987.

2. Intelektual Islam. Jakarta : Bulan-Bintang, 1986.

3. Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 2008.

4. Kerakyatan dan Keindonesiaan. Bandung : Mizan, 1993.

5.-Pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina, 1994.

6. Agama Kemanusiaan, Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadia,
1995.

7. Agama Peradaban, Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta:
Paramadina, 1995.

8. Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia Jakarta: Paramadina, 1997.

9. Langit Peradaban Islam. Jakarta : Paramadina, 1997. Religus. Jakarta : Paramadina, 1997.

10.“Ibrahim, Bapak Para Nabi dan Panutan Ajaran Kehanifan” dalam Seri KKA ke-124/Tahun
XII/1997. Jakarta: Paramadiana, 1997.
11.Seriajian Ruhani: Renungan di Bulan Ramadhan. Bandung: Mizan, 1998.

12. Relejuis Umrah dan Haji, Jakarta :Paramadina, 1197

13.-Bilik Pesantren, Jakarta : Paramadina, 1997.

14 Religus. Jakarta : Paramadina, 1997.

15. Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam Dalam Wacana Sosil Politik Kontemporer, Jakarta :
Paramadina, 1998.

16. Cita-Cita Politik Islam, Jakarta : Paramadina, 1999.

17. Cendekiawan dan Relegiusitas Masyarakat, Jakarta: Tekad dan dan Paramadina, 1999.

18. “ Demi Islam – Demi Indonesia: Wawancara dengan Nurcholish Madjid”,Jakarta: Paramadina.
Manuskrip Untuk Rencana otobiografi (tidak Diterbitkan), 1999.

19. Pesan-Pesan Takwa: Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina, Jakarta:Paramadina, 2000

20. Perjalan Relegius ‘Umrah dan Haji, Jakarta: Paramadina, 2000

21. Fatseon Nurcholish Madjid, Jakarta: Penerbit Republika, 2002

22. Atas Nama Pengalaman: Beragama dan Berbangsa di Masa Transisi,Kumpulan Dialog Jum’at di
Paramadina, Jakarta: Paramadina, 2002

23. The True Face of Islam: Essays on Islam and Modernity in Indonesia, Jakarta voice center
Indonesian 2003.

24. Indonesia Kita, Jakarta: Gramedia, 2004.

Karya-karya Nurcholish Madjid ini terutama berisi pemikiran Islam dan Kontek integrasi keislaman-
keindonesian-kemodernan. Adapun karya beliau yang Erat kaitannya dengan judul ini adalah Islam
Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Islam
Kemodernan dan Keindonesiaan, Islam Doktrin dan Peradaban, dan Cita-Cita Politik Islam.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dilihat dari implikasi pemikiran-pemikirannya, Nurcholish Madjid adalah Seorang yang mampu
membangunkan gerak dimanis tradisi berfikir kritis ditengah Mandegnya dinamika pemikiran Islam
di Indonesia. Namun layaknya sebuah pemikiran, Ia selalu menimbulkan pro dan kontra namun
dapat di selesaikan dengan secara dinamis dan dapat mengubah islam menjadi lenih baik lagi dan
tidak bersifat kemjumud an. Oleh karena Itu, apresiasi dan penghargaan yang tulus dan tinggi layak
dialamatkan oleh umat Islam terutama di indonesia tentang segala kontribusinya tanpa harus umat
kehilangan daya kritis nya sebagaimana Yang telah diajarkan sendiri oleh beliau, sehingga
pemikirannya dapat dilanjutkan,Diaktualisasikan dan bahkan dibaharumkan sesuai situasi dan
kondisi, agar umat Islam Tidak lagi mengalami stagnasi.

Daftar pustaka
Kuntowijoyo, dkk. (2003). Begawan Jadi Capres: Cak Nur Menuju Istana. Jakarta: KPP Paramadina.
ISBN 9798321952, 9789798321955.

Malik, Dedy Djamaluddin; Ibrahim, Idi Subandy (1998). Zaman Baru Islam Indonesia: Pemikiran &
Aksi Politik Abdurrahman Wahid, M. Amien Rais, Nurcholish Madjid, Jalaluddin Rakhmat. Bandung:
Zaman Wacana Mulia.

Islam dan Pluralisme di Indonesia Kompasiana, Tanggal 10 Juli 2010

Sebuah Opini tentang Pluralisme di Indonesia Kompasiana Tanggal 14 April 2013

https://www.neliti.com/id/publications/177568/nurcholish-madjid-dan-pemikirannya-diantara-
kontribusi-dan-kontroversi

http://repository.uin-suska.ac.id/3973/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai