Disusun Oleh:
KASRIADI
2022
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur yang tak terhingga atas rahmat,
karunia dan hidayah Allah swt dengan senantiasa mengharap magfirah-Nya,
diucapkan “subhanallah walhamdulillah walailahaa illallah wallahu akbar, la
haula wala quwata illa billah”, serta shalawat dan salam tak lupa kita kirimkan
kepada baginda Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Implikasi...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
majemuk”. Istilah pluralisme berkaitan dengan sistem sosial dan politik dan
kebudayaan.1 Pluralitas agama merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari dari
sikap antipati, sebab Tuhan memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih
beriman atau kufur kepada-Nya. Islam memandang bahwa apabila ada doktrin
menerima atau mengikuti agama tertentu, adalah doktrin yang tidak benar dan
Natsir, bahwa ia digelari “Natsir Muda”. Mengapa ia digelari seperti itu, belum
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), h.77
1
berguru dengan Natsir, “Bapak” intelektual Islam Indonesia yang mengalami
kemajemukan agama yang dianut tidak direkat dengan cara pandang pluralistik,
B. Rumusan Masalah
diangkat ialah:
C. Tujuan
Pluralisme.
2
St. Rais Alamsjah, 10 Orang Indonesia Terbesar Sekarang, (Jakarta: Firma Bintang Mas,
1952), h. 81
2
BAB II
PEMBAHASAN
adalah seorang pembela Masyumi yang gigih. Ayahnya bernama KH. Abdul
berpengaruh pada saat Abdul Madjid juga seorang kyai jebolan pesantren
Tebuireng Jombang yang didirikan dan dipimpin oleh pendiri Nahdlatul Ulama
(NU), Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari. Karena itu, tak heran bila Abdul Madjid
amat dekat dengan K.H. Hasyim Asy‟ari. Hubungan antara murid dengan sang
guru itu semakin erat karena beberapa alasan. Pertama, Kiai Madjid merupakan
NU.3 Kedua, Madjid sendiri pernah dinikahkan dengan Halimah, seorang wanita
Setelah itu K.H Abdul Madjid menikah dengan Nyi Fatonah, anak seorang kiai
3
Zainul Fuad, “Diskursus Pluralisme Agama” ,Cet. I, (Bandung: Citapustaka Media,
2007), h. 82
4
Zainul Fuad, “Diskursus Pluralisme Agama”, Cet. I, (Bandung: Citapustaka Media,
2007) h. 83
3
dan tokoh aktivis Syarikat Dagang Islam (SDI) di Kediri. Fatonah sendiri
Pasangan K.H Abdul Madjid dan Fatonah dikarunia lima orang anak: dua
Saifullah, dan Muhammad Adnan.5 Ia pertama kali belajar agama lewat ayah dan
pada tahun 1948 dan Nurcholish Madjid adalah seorang murid di madrasah
tersebut. Selain itu, Nurcholish Madjid kecil juga mengikuti Sekolah Rakyat (SR)
di kampungnya.
Madjid hanya bertahan selama dua tahun dan sempat menyelesaikan tingkat
Ibtidaiyah, lalu melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah. Ada dua alasan yang menurut
Nurcholish Madjid mengapa ia hanya bertahan dua tahun nyantri di sana. Pertama,
karena alasan kesehatan dan Kedua, karena alasan ideologi atau politik. Namun,
Masyumi dan sejak itu NU dari peran Jam‟iyah keagamaan menjadi partai politik.
Ketika NU berpisah secara politis dari Masyumi tahun 1952, ayahnya tetap
5
Muhammad Monib, Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Nurcholis Madjid,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 25
6
R. William Liddle, “Islam Politik dan Modernisasi”, Pengantar oleh Taufik Abdullah.
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), h. 13-14.
4
Saat itu ayah Nurcholish Madjid yang kebetulan aktivis berat Masyumi
merasa “kecewa‟ kepada NU ketika organisasi itu keluar dari Masyumi dan
membentuk partai politiknya sendiri. Karena ulah sang ayah inilah, santri kecil
Masyumi kesasar.”7
sendiri dimusuhi oleh para kiai Jombang. Karena situasi seperti ini, lalu saya
minta ayah pindah ke NU.” Namun usul puteranya itu ditolak sang ayah dengan
alasan, yang bisa berpolitik itu Masyumi, bukan NU. Demikian Nurcholish
Madjid mengenang. Lagi pula demikian Nurcholish Madjid sambil menyetir kata-
kata yang pernah diucapkan sang ayah, bahwa K.H. Hasyim Asy‟ari sendiri
Islam Indonesia. Sayang karena Hasyim Asy‟ari sudah lebih dulu wafat pada
menjadi partai politik karena “ketegangan” dengan Masyumi pada 1952. Sikap
tegas ayah Nurcholish Madjid yang tetap memilih jalur politik di Masyumi di satu
sisi dan di sisi lain tetap menjaga anggota NU, membuat Nurcholish Madjid tak
7
R. William Liddle, “Islam Politik dan Modernisasi”, Pengantar oleh Taufik Abdullah.
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), h.15.
5
atau Muhammadiyah. Karena suasana seperti ini, Nurcholish Madjid merasa
begitu cocok belajar di Gontor. Di pesantren ini pula Nurcholish Madjid sempat
Ia kembali menjadi salah seorang siswa dengan meraih juara kelas sehingga dari
yang cukup baik. Kecerdasan Nurcholish Madjid menjadi perhatian K.H. Zarkasyi
sebagai pimpinan pesantren, sehingga pada tahun 1960, ketika Nurcholish Madjid
Universitas Al-Azhar, Kairo. Tetapi karena di Mesir saat itu sedang terjadi krisis
ke Mesir ternyata tak kunjung tiba. Belakangan terbetik berita bahwa kala itu di
pergi ke Mesir. Nurcholish Madjid sendiri, memang sempat kecewa. Tapi, Pak
Zarkasyi bisa menghiburnya dan rupanya tak kehilangan akal. Lalu ia mengirim
surat ke IAIN Jakarta dan meminta agar murid kesayangannya bisa diterima di
lembaga pendidikan tinggi Islam bergengsi itu. Maka, berkat bantuan salah
seorang alumni Gontor yang ada di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Nurcholish
8
Dedi Djamaluddin dan Idi Subandy Ibrahim, “Zaman Baru Islam Indonesia; Pemikiran dan Aksi
Politik”, Cet. I, (Jakarta: Zaman Wacana Mulia, 1998), h. 123.
6
Pada tahun 1984 Nurcholish Madjid telah berhasil memperoleh gelar
Ibn Taymiya on Kalam and Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam.
Indonesia. Ia di panggil dengan sebutan Cak Nur, sapaan akrab yang sangat
universal. Cak Nur pernah dijuluki sebagai Natsir muda karna berkat
bagi landasan perkaderan HMI hingga sekarang. Tahun 1969 Madjid telah
NDP (Nilai Dasar Perjuangan) yang ditulisnya sepulang dari timur tengah. NDP
adalah ringkasan dari ihtiar Madjid di dalam mempelajari dan mendalami ideologi
Islam. NDP HMI kemudian resmi menjadi pedoman perjuangan HMI saat
ke berbagai kalangan aktivis muslim lainnya. Hingga saat ini sumbangan terbesar
7
Nurcholis Madjid atau lebih dikenal dengan sapaan Cak Nur tidak hanya
sebagai seorang ilmuan dan intelektual yang banyak memberikan kiprah didunia
politik dan pendidikan saja, akan tetapi ia juga sebagai seorang penulis yang
banyak dijumpai sampai saat sekarang ini. Beberapa karyanya antara lain:
Bandung : Mizan, 1994, Pintu pintu Menuju Tuhan, Jakarta : Paramadina, 1994,
Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam, Jakarta : Paramadina, 1995, Masyarakat
Religius, Jakarta : Paramadina, 1997, Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya Dalam
masih banyak karya akademis-intelektual lain yang tersebar baik berupa buku,
dalam berbagai bentuk, seperti makalah, kertas kerja, artikel dan lain lain.
8
C. Pemikiran Kalam Nurcholish Madjid tentang Pluralisme
Defenisi Pluralisme jika ditunjau dari aspek bahasa berasal dari dua suku
kata yaitu Plural yang berarti jamak, banyak, atau beragam.lebih dari satu.
menghargai adanya perbedaan pada suatu masyarakat 12. Menurut istilah banyak
tesis yang berjudul pluralisme dalam pandangan Nucholis Madjid yg ditulis oleh
bukan sebuah keadaan yang tidak seharusnya ada. Tetapi telah ada dan harus
10
Lihat https://www.google.com/search?client=firefox-b d&q=Defenisi+pluralisme
+menurut+bahasa diakses pada tanggal 23-12-2022, pada pukul 15.38 WITA.
11
Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historitas, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), h. 1-6.
12
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme diakses pada tanggal 23-12-2022, pada
pukul 15.43 WITA.
13
Lihat https://celebesmedia.id/citizen/artikel/1010270922/pluralisme-menurut-para-ahli-
dan-contoh-sikapnya diakses pada tanggal 23-12-2022, pada pukul 16.58 WITA.
9
diterima. Pluralisme bahkan bisa menjadi salah satu mekanisme untuk menjamin
kesalamatan manusia.14
berjudul Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
agama adalah sebagai suatu keragaman jalan menuju Tuhan. Pluralisme agama
dengan mengutip firman Allah swt. dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 62 :
Penjelasan yang logis pada ayat ini memberi jaminan bahwa sebagaimana
percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dan kepada Hari Kemudian (yang
14
Apriliana, Pluralisme dalam pandngan Nucholis Madjid, Tesis (Program Pascasarjana
Institute Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2010), h. 53.
15
Apriliana, Pluralisme dalam pandngan Nucholis Madjid, Tesis (Program Pascasarjana
Institute Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2010), h. 55. Lihat juga Sukidi, Teologi Inklusif
Cak Nur (Jakarta: Kompas, 2001), h. 6-7.
10
suatu pengadilan Ilahi, dan yang merupakan saat seorang manusia mutlak hanya
itu, mereka berbuat baik, maka semua logis “masuk surga” dan “terbebas dari
neraka”.
Muhammad Asad terhadap ayat tersebut, yakni ide tentang kesalamatan pada dalil
diatas tergantung hanya pada tiga unsur yaitu: percaya kepada tuhan, percaya
kepada hari kemudian, dan tindakan penuh kebaikan dalam hidup. 16 Pluralisme
semua ajaran agama menurut Nurcholish Madjid terletak pada sikap “tidak
menyembah selain Tuhan” , konsep ini sejalan dengan makna mengesakan tuhan.
Oleh karena itu I Nurcholis Mdjid mengatakan bahwa, meskipun secara eksoterik
agama itu berwajah plural, namun secara esoterik, semua agama bermuara kepada
satu Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa. Lebih-lebih agama monoteisme, seperti
Yahudi, Kristen, dan Islam, yang kesemuanya berujung kepada garis Ibrahim. Hal
ini semakin meneguhkan hakikat dasar tentang keesaan Tuhan (tauhid). 17 Pokok
bahasan dalam materi pluralisme menurut Nurcholis Madjid dapat dilihat pada
Keimanan adalah nilai spiritual yang utama dan pertama dari sebuah
11
iman adalah mempercayai Allah dalam kualitas sebagai satu-satunya yang
(kepada Allah), sikap yang menjadi inti ajaran agama yang benar di sisi
Allah. Bagi orang yang pasrah ke hadirat Tuhan, menurut mufassir al-
tanpa sikap pasrah kepada Tuhan, betapa pun seorang itu mengaku sebagai
“muslim” atau penganut “Islam” adalah tidak benar dan “tidak akan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka ajaran untuk bersikap
terbuka, damai, lemah lembut, tidak sombong dan sejenisnya adalah ajaran
menuju Tuhan dari setiap agama berbeda, namun inti penyerahan dirinya
18
Apriliana, “Pluralisme dalam pandngan Nucholis Madjid”, Tesis (Program Pascasarjana
Institute Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2010), h. 58. Lihat juga Nurcholish Madjid, Pintu -
Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 5-6.
19
Apriliana, “Pluralisme dalam pandngan Nucholis Madjid”, Tesis (Program Pascasarjana
Institute Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2010), h. 60-64.
12
Membicarakan nilai-nilai pluralisme dalam kehidupan sosial dan
ketabuan dan kesakralan dari objek-objek yang semestinya tidak tabu dan
sesama manusia
berbagai bentuk.20
20
Apriliana, “Pluralisme dalam pandngan Nucholis Madjid”, Tesis (Program Pascasarjana
Institute Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2010), h. 60-64
13
Menyikapi pluralisme agama, sikap saling menghargai dapat
agama orang lain didasarkan pada ajaran tidak boleh memaksakan agama
membedakan dan memilih sendiri apa yang benar dan yang salah.
a. Pendekatan Tauhid
sendiri berasal dari kata “wahid” yang berarti “satu” atau “esa”. Tauhid
berkaitan erat dengan sikap percaya atau beriman kepada Allah, namun
demikian makna tauhid lebih dalam tidak hanya diartikan sebagi sikap
percaya terhadap Allah swt, tetapi harus diikuti dengan pengertian tentang
siapa Allah swt yang dipercayainya itu, bagaimana sikap kita terhadapnya
palsu. Hal ini terangkum dalam kalimat syahadat “Tidak ada Tuhan selain
21
Lihat QS. Al-Baqarah ayat 256.
14
Allah” sebagai pencanangan dasar kepercayaan. Frase “Tidak ada Tuhan”
yang benar sebagai kelanjutan dari kebebasan dari hal-hal yang palsu.22
Allah pemilik ke-Esaan yang sejati maka dunia manusia sebagai mahluk-
Nya akan penuh dengan pluralitas. Dengan demikian, pluralitas yang akan
Salah satu fitrah Allah swt bahwa manusia akan tetap selalu berbeda
sepanjang masa. Pemahaman bahwa umat manusia satu dan sama dalam
b. Pendekatan filologi
itu pun merupakan salah satu dasar pemikiran bagi terciptanya paham
24
Purwanto, “Pluralisme Agama dalam Perspektif Nurcholis Madjid”, Religio: Studi
Agama-Agama1, no.1 (Maret 2011), h. 54.
15
dan tunduk patuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Redefinisi ini
didasarkan atas pengertian dasar Islam itu sendiri yang artinya pasrah, dari
pengertian sikap pasrah, berserah diri terkait dengan hakikat alam semesta,
rangkaian hukum alam. Berbeda dengan bentuk sikap pasrah, berserah diri
ber-islam, sikap penuh pasrah dan berserah diri kepada Allah secara tulus.
Sikap berserah diri selain kepada Allah adalah sikap keberagamaan tidak
sejati, dengan kata lain musyrik, suatu sikap keberagamaan yang menjadi
masalah utama manusia dewasa ini. Melalui redefinisi itu Islam memiliki
dua pengertian, pertama dalam pengertian umum sebagi sikap berserah diri
kepada Allah dan kedua dalam pengertian khusus sebagai nama sebuah
kebenaran. Pemilik kebenaran bukan hanya milik Islam dalam artian nama
sebuah agama tetapi juga milik agama-agama lain yang mengandung islâm
(pasrah, berserah diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Klaim eksklusif
16
mengandung al-islâm. Dalam konteks ini, ia ingin meyampaikan pesan
bahwa antar sesama penganut ajaran yang islam harus membina hubungan
yang harmonis, karena agama Islam, Kristen dan Yahudi merupakan suatu
rangkaian ke-al-islâm-an.25
agama Islam adalah islâm dalam arti penyerahan terhadap Allah. Siapapun
yang berserah diri pada Tuhan atau siapa pun yang ber-islâm, meskipun di
tetapi ia juga mencoba menunjukan bahwa atas dasar agama Islam pun
sendiri.26
pada perspektif yang memisahkan kata dengan apa yang ditunjuk oleh kata
25
Purwanto, “Pluralisme Agama dalam Perspektif Nurcholis Madjid”, Religio: Studi
Agama-Agama1, no.1 (Maret 2011), h. 58.
26
Purwanto, “Pluralisme Agama dalam Perspektif Nurcholis Madjid”, Religio: Studi
Agama-Agama1, no.1 (Maret 2011), h. 55-56.
17
“islam” sebagai sikap pasrah. Baginya Islam bukan sekedar nama atau
c. Pendekatan Historis
Madinah. Oleh sebab itu piagam ini banyak dipuji sebagai dokumen
Piagam ini memuat persamaan hak dan kewajiban antara kaum Yahudi
pluralisme agama.
Umar bin Khatab setelah kota itu dibebaskan oleh tentara Muslim.
sejalan dengan semangat dan jiwa perjanjian Madinah yang telah dibuat
27
Purwanto, “Pluralisme Agama dalam Perspektif Nurcholis Madjid”, Religio: Studi
Agama-Agama1, no.1 (Maret 2011), h. 59.
18
sikap kebebasan, kesetaraan, keamanan, dan kesejahteran yang semua itu
dijamin oleh Islam. Bagi Islam pengakuan atas eksistensi yang lain perlu
sikap memutlakan apa yang ada dalam sejarah) maka kiranya perlu
nyata suatu nilai dalam tuntunan zaman dan tempat. Jadi, yang terpenting
adalah nilai atau semangat yang terkandung dalam sejarah itu. Dalam hal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nurcholis Madjid atau Cak Nur lahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur, 17
Konsep pemikirannya tentang pluralisme agama dapat dilihat dalam berbagai tulisan-
tulisannya. Seperti dalam bukunya yang berjudul Islam Doktrin dan Peradaban,
19
ia menjelaskan bahwa pluralisme agama adalah sebagai suatu keragaman jalan
atau ketuhanan. Keimanan tidak cukup hanya dengan kata percaya, keimanan
harus disertai dengan sikap pasrah sepenuhnya (kepada Allah), sikap yang
mahluk Allah swt. Manusia memandang ke “atas” hanya kepada Allah, kepada
Pendekatan Filologi yakni Redefinisi makna Islam atau lebih tepatnya perluasan
atas definisi Islam sebagai sikap pasrah, berserah diri, dan tunduk patuh terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga adalah Pendekatan Historis adalah nilai atau
semangat yang terkandung dalam sejarah itu. Dalam hal ini setiap penganut
B. Implikasi
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Fuad, Zainul. “Diskursus Pluralisme Agama” , Cet. I, (Bandung: Citapustaka
Media, 2007).
https://celebesmedia.id/citizen/artikel/1010270922/pluralisme-menurut-para-ahli-
dan-contoh-sikapnya
https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
https://www.google.com/search?client=firefox-bd&q=Defenisi+pluralisme
+menurut+bahasa
Monib, Muhammad. Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Nurcholis
Madjid, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011).
Muhammad Wahyuni Nafis, Pengantar Ahmad Syafi’I Ma’arif, Cak Nur Sang
Guru Bangsa, Biografi Pemikiran Prof. Dr. Nurcholish Madjid, (Jakarta:
Kompas, 2014).
Rahman, Budi Munawar, dkk. Pemikiran Islam Nucholis Madjid, (Bandung: Prodi
S2 Studi Agama-Agama uin sunan gunung djati bandung, 2022).
22