Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Pemikiran kalam di
indonesia menurut para tokoh ( H.M rasyidi, Harun Nasution, Nur Cholis Majid ) ” dengan
lancar.

Adapun maksud penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Ilmu Kalam
yang dibimbing oleh ibu Dr. Yayuk Fauziyah, M. Pd. I.

Penulis menyadari atas keterbatasan yang penulis miliki, sehingga makalah ini masih
jauh dari sempurna. Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan
kekurangan maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
koreksi-koreksi yang telah dilakukan.

Penulis mengharapkan bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf.

Sidoarjo, 27 Mei 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah…............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemikiran Kalam di indonesia Menurut H.M Rasyidi........................................4

B. Pemikiran Kalam di indonesia Menurut Harun Nasution...................................7

C. Pemikiran Kalam di indonesia Menurut Nur Cholis Majid................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................13

B. Saran...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang utuh, mengandung  konsep yang menyeluruh terhadap
semua aspek kehidupan manusia dalam mencapai  hakikat dan tujuan hidupnya.
Dorongan dan upaya untuk mengimplementasikan ajaran- ajaran Al-Quran yang
terkandung dalam Al-Quran dan hadis tidak dapat dilepaskan dari perkembangan politik,
sosial, budaya.

Sejarah mencatat bahwa diantara sekian banyak disiplin ilmu yang tumbuh dan
berkembang dalam islam yang melingkupi tiga aspek yaitu tauhid, fiqh dan tasawuf yang
menjadi polemik dikalangan para ulama yang menimbulkan berbagai aliran dalam islam.

Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Allah, asma (nama- nama),
af’al (perbuatan- perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, jaiz, dan sifat wajib, mustahil,
jaiz bagi Rasullnya. Secara objektif ilmu kalam dan ilmu tauhid itu sama yang
membedakan yaitu argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan oleh penguatan logika.
Pemahaman dan penggalaman suatu ajaran yang berkembang  dalam bidang keilmuan
islam tidak terlepas dari usaha pemikir-pemikir islam  yang berkaitan erat dengan peran
dan fungsi keulamaan yang tumbuh dalam sejarah islam. 1

Banyak sekali tokoh- tokoh pemikiran islam dalam teologi kalam (teologi) di
indonesia seperti  H. M. Rasyidi, Harun Nasution, Nurcholas Madjid, dan lainnya. Tokoh-
tokoh diatas memiliki peran aktif dalam meningkatkan kualitas dan pencerahan kajian
islam di indonesia yang menyumbangkan pemikirannya lewat buku-buku karangan
mereka yang dengannya kita dapat mengetahui pandangan-pandangan mereka mengenai 
aspek– aspek agama islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemikiran Kalam di indonesia Menurut H.M Rasyidi ?


2. Bagaimana Pemikiran Kalam di indonesia Menurut Harun Nasution ?
3. Bagaimana Pemikiran Kalam di indonesia Menurut Nur Cholis Majid ?

1
http://jenudin22.blogspot.com/2012/05/pemikiran-ilmu-kalam-di-indonesia.html?m=1 /, pada tanggal 27 Mei
2019 pukul 13:40.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran kalam di Indonesia menurut H.M Rasyidi

1. Riwayat hidup H.M Rasyidi

H. M. Rasyidi adalah salah satu tokoh umat islam yang memiliki kepedulian
dengan kehidupan umat islam terutama akibat pendangkalan iman akibat
pengaruh aliran kebatinan maupun   kristenisasi. H.M.Rasyidi lahir di kotagede,
Yogyakarta, pada 20 Mei 1915 atau 4 Rajab 1333 H. Wafat 30 Januari 2001.
Nama kecilnya adalah Saridi namun setelah menjadi murid Ahmad Syurkati,
pemimpin Al- iryad, sebelum lulus dari pelajaranya Saridi diberi nama baru oleh
Ahmad Syurkati sebagai “Muhamamad Rasjidi”. Namun nama baru tersebut resmi
dipakai oleh Saridi pasca menunaikan ibadah haji beberapa tahun kemudian.2

Dalam konteks pertumbuhan kajian akademik islam di indonesia, orang akan


sulit mengesampinngkan kehadiran  H.M. Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan
tinggi islam di Mesir yang melanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh
pengalaman mengajar di Kanada. Lepas dari retorika- retorika anti Baratnya,
orang kan luput mendapati bahwa hampir seluruh konstruksi dibangun atas atas
dasar unsur- unsur yang ia dapatkan di Barat. Ia adalah intelaektual Indonesia
yang paling banyak memperoleh tidak hanya perkenalan, tetapi juga penyerapan
ramuan - ramuan intelektual di gudang orientalisme. Dialah yang berpengaruh
dalam usaha mengirimkan para lulusan IAIN atau sarjana lainnya ke montreal
sehingga banyak orang yang benar-benar  harus berterima kasih kepadanya.3

Umumnya, masyarakat Indonesia mengenal sosok Rasyidi sebagai Menteri


Agama pertama di Indonesia. Akan tetapi sebelumnya  Rasyidi pernah menjabat
sebagai Menteri Negara yang mengurusi permasalahan umat Islam pada kabinet
Syahrir I (14 November 1945 – 12 Maret 1946). Ia diangkat menggantika Wahid

2
http://susiyanto.wordpres.com/2009/03/17/prof-dr-h-m-rasjidi-garda-depan-muslim-indonesia, pada tanggal
27 Mei 2019 pukul 13:40.
3
Anwar Rohison,Rozak Abdul, ilmu kalam,cet 3,(Bandung: CV Pustaka,2010), hlm 278

4
Hasjim sebagai menteri agama pada kabinet sebelumnya, yaitu Kabinet
presidensil I yang berusia cukup singkat (2 September 1945 -14 November 1945 )
di bawah pemarintahan Presiden Soekarno.

Rasyidin pernah diangkat menjadi sekretaris misi Diplomatik RI yang


dipimpin oleh KH. Agus Salim ke beberapa negar Arab dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan memperoleh  pengakuan dari negara
lain sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.4

2. Pemikiran kalam H.M.Rasyidi

Pemikiran kalam Rasyidi dapat ditelusuri dari kritikan – kritikan yang


dialamatkan pada Harun Nasution dan Nurcholas Masjid. Secara garis besar
pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi

Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan ilmu kalam


dengan ilmu teologi yang dikemukakan oleh Harun Nasution menurut Rasyidi ada
kesan bahwa ilmu Kalam adalah Teologi Islam dan Teologi adalah ilmu Kalam
dalam Kristen.5 Menurutnya orang Barat memakai istilah Teologi untuk
menunjukan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain.
Teologi terdiri dua kata yaitu  (theoidi ) artinya tuhan, dan logos artinya ilmu. Jadi
teologi adalah ilmu tentang ketuhanan. Adapun sebab timbulnya Teologi dalam
kristen adalah ketuhanan nabi isa, sebagian salah satu tri-tungal atau trinitas.
Namun kata Teologi mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang diluar
kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan
ilmu  tauhid dan ilmu kalam.6
 
b. Tema – tema ilmu kalam

4
http://jenudin22.blogspot.com/2012/05/pemikiran-ilmu-kalam-di-indonesia.html?m=1 /, pada tanggal 27 Mei
2019 pukul 13:40.

5
Nurcholis Majid,Kaki langit Peradaban Islam, Paramadina, jakarta, 1997, hlm. 61.
6
Anwar Rohison,Rozak Abdul, ilmu kalam,cet 3,(Bandung: CV Pustaka,2010),hlm 279

5
Salah satu tema ilmu Kalam Harun Nasution yang dikritik Rasyidi adalah
Islam sekarang, khususnya Indonesia. Rasyidi berpendapat bahwa menonjolkan
perbedaan antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah akan melemahkan iman para
mahasiswa.
Memang tidak ada agama yang mengagunngkan akal kecuali islam,tetapi
dengan menggambarkan akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu
membuat nilai yang dipikirkan manusia bersifat absolut - universal berarti
meremehkan ayat Al- Quran Seperti, Wallahu ya’lamu wa antum la ta’lamu
( Dan Allah- lah yang Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.”(Q.S. Al – Baqarah (2) :232).7
Rasyidi menegaskan pada saat ini, di Barat akal dirasakan tidak lagi mampu
mengetahui man yang baik dan mana yang buruk. Buktinya adalah kemunculan
Eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Rasyidi juga
mengakui bahwa soal- soal yang yang pernah diperbincangkan pada dua belas
abad yang lalu, memang masih ada yang relevan pada masa sekarang, tetapi ada
pula yang tidak  relevan dengan masa sekarang. 8

c. Hakikat Iman

Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi  terhadap deskripsi iman yang


dikemukakan Nurcholis Madjid, yakni “ percaya dan menaruh kepercayaan  pada
Tuhan.Dan apresiatif kepada Tuhan merupakan inti dari pengalaman seseorang.
Sikap ini disebut Takwa.
Apresiasi ketuhanan menumbuhkan kesadaran Tuhan yang menyeluruh,
sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan. Menanggapi
pernyataan diatas  Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju
bersatunya hamba dengan  Tuhannya, tetapi dapat dilihat dalam dimensi
konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia dalam hidup
bermasarakat.

7
Ibid, hal 279-280
8
Ibid, hal 280

6
Bersatunya manusia dengan Tuhanya bukan merupakan aspek yang mudah
dicapai oleh karena itu yang lebih penting dari penyatuan adalah kepercayaan,
ibadah,dan kemasyarakatan.9

B. Pemikiran kalam di Indonesia menurut Harun Nasution

1. Riwayat Hidup Harun Nasution

Harun Nasution lahir Selasa, 23 September 1919 di Sumatera Utara. Ayahnya,


Abdul  Jabar  Ahmad, adalah seorang ulama  yang mengetahui kitab - kitab jawi,
Sedangkan ibunya adalah anak seorang ulama asal Mandailing yang semarga
dengan Abdul Jabbar Ahmad. Pendidikan formalnya dimulai di sekolah Belanda
HIS. Setelah tujuh  tahun di HIS, ia meneruskan ke MIK (Modern Islamietische
Kweekscool) di Bukittinggi pada tahun 1934. Pendidikannya lalu diteruskan di Al
– Azhar, ia kuliah pula di Universitas Amerika Mesir. Pendidikannya  lalu
dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada, pada tahun 1962.10

Pada tingkat magister Harun menulis tentang “ Pemikiran Negara Islam di


Indonesia ,” sedang  untuk disertasinya, Harun menulis tentang ‘ Posisi Akal
dalam Pemikiran Teologi Muhammad Abduh.” Setelah meraih gelar doktor 
Harun kembali  ke tanah air pada tahun 1969,  dan mencurahkan perhatiannya
pada pengembangan pengembangan pemikiran islam di berbagai IAIN Syarif 
Hidayatullah Jakarta untuk dua  periode paling lama (1973-1978 ). Kemudian
dengan berdirinya program pascasarjana, Harun menjabat sebagai direktur
program pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai meninggal dunia
(1998), di usianya kurang lebih 79 tahun. 11

2. Beberapa karya Harun Nasution

Dalam rangka mengembangkan pemikiranya, Harun Nasution telah menulis


sejumlah buku teks (buku wajib) tertama di lingkungan IAIN  dan STAIN yang
ada di indonesia. Buku- buku yang Harun  Nasution tulis antara lain :

9
Ibid
10
Ibid, hal 281
11
Mustopa, mazhab- mazhab ilmu kalam,(Cirebon: nurjati IAIN publiser,2010)

7
 Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (1974).
 Teologi Islam : Aliran- Aliran, Sejarah, Analisa, dan perbandingan (1977).
 Falsafah Agama (1978).
 Falsafah dan Mistisme dalam Islam (1978).
 Pembaharuan dalam islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1978)
 Akal dan wahyu dalam islam (1980).
 Muhammad Abduh dan teologi Rasional Mu’tazilah (1987).
 Islam Rasional (1995).12

3. Pemikiran kalam Harun Nasution

a. Peranan Akal

Harun nasution memilih wilayah kajian tentang akal dalam sistem teologi
Muhammad Abduh sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas McGill,
Montreal, kanada. Besar kecilnya peranan akal dalam sistem teologi suatu ajaran
islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian, “ akal
melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah, manusia mempunyai
kesanggupan untuk menaklukan kekuatan mahluk lain sekitarnya. Bertambah
tinggi akal manusia, bertambah tinggilah kesanggupannya untuk mengalahkan
makhluk lain.13
Menurut Harun Nasution, bahwa dalam ajaran islam, akal diberikan
kedudukan tinggi dan banyak dipakai. Jangkauan akal bukan hanya dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam
perkembangan ajaran-ajaran keagamaan islam sendiri. Pemakaian akal dalam
islam diperhatikan al-Quran sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya kalau ada
penulis-penulis, baik di kalangan islam sendiri maupun di kalangan non islam,
yang berpendapat bahwa Islam adalah agama rasional14

b. Pembaharuan Teologi

12
Harun Nasution, akal dan wahyu dalam islam,(Jakarta: UI Press,1986)
13
Anwar Rohison,Rozak Abdul, ilmu kalam,cet 3,(Bandung: CV Pustaka,2010), hlm 282

14
Harun Nasution, akal dan wahyu dalam islam,(Jakarta: UI Press,1980) hlm, 101.

8
Teologi adalah ilmu yang mempelajari ajaran-ajaran dasar suatu agama.
Dalam Islam, teologi disebut sebagai ‘ilm al-kalam. Secara umum, pemikiran
Harun tentang teologi rasional maksudnya adalah bahwa kita harus
mempergunakan rasio kita dalam menyikapi masalah. Namun bukan berarti
menyepelekan wahyu. Karena menurutnya, di dalam Al-Qur’an hanya memuat
sebagian kecil ayat ketentuan-ketentuan tentang iman, ibadah, hidup
bermasyarakat, serta hal-hal mengenai ilmu pengetahuan dan fenomena natur.
Menurutnya, di dalam Al-Qur’an ada dua bentuk kandungan yaitu qath’iy al
dalalah dan zhanniy al-dalalah. Qath’iy al dalalah adalah kandungan yang sudah
jelas sehingga tidak lagi dibutuhkan interpretasi. Zhanniy al-dalalah adalah
kandungan di dalam Al-Qur’an yang masih belum jelas sehingga menimbulkan
interpretasi yang berlainan. Disinilah dibutuhkan akal yang dapat berpikir tentang
semua hal tersebut. Dalam hal ini, keabsolutaan wahyu sering dipertentangkan
dengan kerelatifan akal. 15

Pandangan ini, serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahuluannya


(Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, Al afghani, Said Amer dan lainnya) yang
memandang  perlu untuk kembali kepada teologi islam sejati. Retorika ini
mengandung pengertian bahwa umat islam dengan teologi fatalistik, irasional,
pre-deteminisme serta penerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju
kesengsaraan dan keterbelakangan.

Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat islam, menurut Harun
Nasution, umat islam hendaklah merubah teologi mereka menuju teologi yang
berwatak, rasional serta mandiri. Tidak heran jika teori moderenisasi ini
selanjutnya menemukan teologi dalam khasanah islam klasik sendiri yakni
teologi Mu’tazilah.16

c. Hubungan wahyu dengan akal

Hubungan akal dan wahyu menjelaskan bahwa hubungan wahyu dan akal
memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Orang

15
http://jenudin22.blogspot.com/2012/05/pemikiran-ilmu-kalam-di-indonesia.html?m=1 /, pada tanggal 27 Mei
2019 pukul 13:40.
16
Anwar Rohison,Rozak Abdul, ilmu kalam,cet 3,(Bandung: CV Pustaka,2010), hlm 282-283

9
yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-
galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua pemasalahan keagamaan.
Akal dipakai untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu.
Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang dipertentangkan
dalam sejarah pemikiran islam sebenarnya bukan akal dengan wahyu, tetapi
penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan penafsiran lain dari teks wahyu itu
juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam islam adalah pendapat akal ulama
tertentu dengan akal ulama lain.17

C. Pemikiran kalam di Indonesia menurut Nur Cholis Majid

1. Riwayat hidup Nur Cholis Majid

Nurcholis Madjid, lahir di jombang, 17 Maret 1936 dari keluarga kalangan


pesantren. Ia sering dipanggil dengan sebutan Cak Nur. Pendidikan yang di
tempuh sekolah rakyat di mojoanyar, Barena (pagi) dan madrasah ibtuda’iyah di
Mojoanyar (sore). Pesantren Darul Ulum di rejoso, jombang, KMI (kulliyatul
Mu’allimin al-Islamiyyah), Pesantern darul salam di Gontor, Ponorogo: IAIN
syarif Hidayatullah di Jakarta (sarjana bahasa arab,1968) dan Universitas Chicago,
Illiaois, AS (ph.D. Islamic Thought, 1984). Prof. Dr. Nurcholis Madjid atau
popular di pamggil cak Nur, adalah seorang pemikir islam, cendekiawan dan
budayawan Indonesia.
Cak Nur dikenal dengan konsep Pluralisme yang mengakomondasi
keberagamaan atau kebhinekaan keyakinan di Indonesia. Menurut Cak Nur,
keyakinan adalah hak yang promodial setiap manusia dan kenyakinan meyakini
keberadaan tuhan adalah keyakinan yang mendasar. Keyakinan tersebut sangat
mungkin berbeda-beda antara manusia satu dengan yang lain walaupun memeluk
agama yang sama. Hal ini berdasarkan kepada kemampuan nalar manusia yang
berbeda-beda dan dalam hal ini  Cak Nur mendukung konsep kebebasan dalam
beragama. Bebas dalam konsep Cak Nur tersebut sebagai kebebasan dalam
menjalankan agama tertentu dengan di sertai rasa tanggung jawab penuh atas apa
yang dipilih.
17
Ibid, hlm283

10
Cak Nur meyakinkan bahwa manusia sebagai individu yang paripurna, ketika
menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang, akan bertanggung jawab atas
apa yang ia lakukan dan kebebasan memilih adalah konsep yang logis. Manusia
akan bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang dilakukan dengan yakin.
Apa yang di yakini, itulah yang dipertanggung jawabkan, maka pahala ataupun
dosa akan menjadi benar-benar imbalan atas apa yang secara yakin ia lakukan.18

2. Pemikiran Kalam Nur Cholis Majid

a.   Pluralisme dan Tiga Sikap keagamaan

Pemikiran Cak Nur tentang pluralisme sama sekali berbeda jauh dengan
definisi pluralisme yang dipahami dan di haramkan oleh MUI. “pluralisme
(agama): paham bahwa semua agama sama dan kebenaran setiap agama adalah
relative. Setiap pemeluk agama boleh mengklaim hanya agamanya yang benar dan
semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
Dalam pandangan Cak Nur, ada tiga sikap keagamaan : pertama, Sikap
ekslusif. Yakni sikap keagamaan yang tertutup dan memandang bahwa
keselamatan hanya ada pada agama dan teologinya. Bagi Kristen keselamatan
hanya ada dalam gereja atau tidak ada diluar gereja.
Kedua, Sikap Inklusif. Yaitu sikap keagamaan yang membedakan antara
kehadiran penyelamatan dan aktifitas Tuhan dalam ajaran-ajaran agama-agama
lain, dengan penyelamatan dan aktifitas Tuhan hanya ada pada satu agama
(Kristen). Dalam islam sikap dan pandangan-pandangan seperti ini dikembangkan
oleh ibn. Taymiyah.
Ketiga, sikap Paralelisme. Yaitu sikap keagamaan yang memandang bahwa
keselamatan ada pada semua agama. Pengembangan sikap keagamaan ini melihat
semua agama yang ada di dunia ini, prinsipnya sama. Semua agama dengan
ekspresi teologi keimanan dan ibadahnya yang beragama.
Pluralisme Cak Nur berdiri tegak atas fundamen ajaran dan nilai etis al-Qur’an
seutuhnya. Teologi ini berangkat dari kesadaran kemajemukan secara social
budaya-religio yang tidak mungkin ditolak. Inilah yang oleh Cak Nur disebut

http://jenudin22.blogspot.com/2012/05/pemikiran-ilmu-kalam-di-indonesia.html?m=1 /, pada tanggal 27 Mei


18

2019 pukul 13:40.

11
pluralisme, yaitu system nilai yang memandang secara positif-optimis dan
menerimanya sebagai pangkal tolak untuk melakukan upaya kontuktif dalam
bingkai karya-karya kemanusiiaan yang membawa kebaikan dan kemaslahatan.19

b. Prinsip-prinsip dan landasan plulisme Cak Nur.

1. Prinsip pluralisme merupakan takdir Tuhan.


2. Prinsip pengakuan Hak Eksistensi Agama di Luar Islam.
3. Prinsip titik temu dan kontinuitas agama-agama,nabi dan rasul
4. Prinsip tidak adda paksaan dalam agama.
5. Tiga prinsip esensi agama: keimanan kepada Tuhan, hari akhirat dan
berbuatan baik.
6. Prinsip menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.20

c. Pangkal tolak teologi pluralisasi Cak Nur

Pluralisme Cak Nur berdiri tegak atas fundamen ajaran dan nilai etis al-quran
seutuhnya. Teologi ini berangkat dari kesadaran kemajemukan atau pluralitas umat
manusia yang merupakan kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan.
Menurut Cak Nur pluralisme yaitu system nilai yang memandang secara
positif-optimis dan menerimanya sebagai pangkal tolak untuk melakukan upaya
konstruktif dalam bingkai karya-karya kemanusian yang membawa kebaikan dan
kemaslahatan. 21

BAB III

19
Ibid
20
Ibid
21
Ibid

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa peran para cendikiawan  muslim
dalam ilmu kalam di Indonesia adalah sebagai berikut: H.M. Rasyidi  secara garis besar
yaitu tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi,tema-tema ilmu kalam, hakikat iman.

Pemikiran Harun Nasution dalam beberapa karya intelektualnya yaitu islam ditinjau
dari beberapa aspek (1974), teologi islam : aliran-aliran, sejarah, analisa, dan
perbandingan (1977), falsafat agama (1978), falsafat dan mistisme dalam islam (1978),
pembaharuan dlam islam: sejarah pemikiran dan gerakan (1978), akal dan wahyu dalam 
islam (1980), Muhammad Abduh dan Teologi rasional Mu’tazilah (1978), islam rasional
(1995). Sedangkan konsep Harun Nasution meliputi peranan akal, pembaharuan teologi,
hubungan wahyu dan akal.

Pemikiran dan ide Nurcholis Madjid dalam ilmu kalam meliputi pluralisme dan sikap 
keagamaan, prinsip-prinsip dan landasan plulisme, Pangkal tolak teologi pluralisasi,
Modernisasi, sekularisasi, dan desakralisasi.

Semoga dengan kita mengenal tokoh-tokoh pemikir muslim di Indonesia dari segi
biografi, latar belakang pendidikan, pemikiran kalamnya dan kritikan orang lain terhadap
pemikiran kalam lainnya dapat memberikan kita inspirasi untuk memperdalam kajian
ilmu kalam. Amin

B. Saran

Demikian pemahasan makalah yang penulis uraikan. Saran dan Kritik yang membangun
sangat penulis harapkan demi terciptanya pengetahuan-pengetahuan baru khususnya
mengenai ilmu kalam. Sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

13
http://jenudin22.blogspot.com/2012/05/pemikiran-ilmu-kalam-di-indonesia.html?m=1

http://susiyanto.wordpres.com/2009/03/17/prof-dr-h-m-rasjidi-garda-depan-muslim-
indonesia

Anwar Rohison,Rozak Abdul, ilmu kalam,cet 3,(Bandung: CV Pustaka,2010)

Nurcholis Majid,Kaki langit Peradaban Islam, Paramadina, jakarta, 1997, hlm. 61.

Mustopa, mazhab- mazhab ilmu kalam,(Cirebon: nurjati IAIN publiser,2010)

Harun Nasution, akal dan wahyu dalam islam,(Jakarta: UI Press,1986)

14

Anda mungkin juga menyukai