Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Nurkholis, S.Ag., M.S.I.
Disusun Oleh :
Roza Fadilah Putri 234110402332
Kelas 1 PAI G
Purwokerto, 4 September
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
...............................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................4
B. RumusanMasalah....................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................6
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim kita wajib untuk meneladani kebenaran
dan ajaran yang disampaikan oleh para Rasul Allah. Keberadaan ilmu
kalam menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang perlu di pelajari dan di
pahami oleh kaum muslim. Ilmu kalam sebenarnya sudah ada sejak
zaman Rasulullah SAW, namun kala itu belum dikenal dengan istilah
tersebut. Pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin, umat islam
bersatu dalam akidah, syariah, dan akhlaqul karimah. Setiap terjadi
perselisihan pendapat antara mereka diatasi dengan wahyu, sehingga
tidak ada perselisihan. Pada masa ke masa mulailah terjadi perselisihian
pendapat dan pemikiran, perselisihan terjadi mulanya dipicu oleh
persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin
Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib,dan persoalan kalam pertama kali muncul adalah
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Aliran-aliran dan
tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam mulai bermuculan akibat dari
perpecahan sosial- keagamaan dalam tubuh umat islam.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana Biografi Harun Nasution?
4
2. Bagaimana Pemikiran Kalam Menurut Harun Nasution?
3. Apa Saja Karya-Karya Harun Nasution?
4. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran Harun
Nasution?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Biografi Harun Nasution
2. Untuk Mengetahui Pemikiran Kalam Modern Harun Nasution
3. Untuk Mengetahui Karya-Karya Harun Nasution
4. Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran
Harun Nasution
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
melanjutkan studinya di Universitas Ahliyah Al Azhar Mesir pada
tahun 1940. Pada tahun 1952, ia memperoleh gelar sarjana dari
American University di Kairo. Harun Nasution pernah menjadi
pegawai Kementerian Luar Negeri di Brussel dan Kairo pada tahun
1953 hingga 1960. Ia kemudian melanjutkan studi di Kanada dan
meraih gelar doktor di Gill University pada tahun 1968. Kemudian
pada tahun 1969 menjadi Rektor Universitas Negeri Jakarta, dan pada
tahun 1973 menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Ia Meninggal
dunia di Jakarta pada tanggal 18 September 1998.2
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi cara berpikir Harun
sebagaimana nantinya dikenal dengan sikap kritis dan terbuka.
Pertama, ia lahir dari rahim keluarga yang berani melanggar kuatnya
dinding resam (aturan adat) ketika itu, seperti dilakukan ayah dan
ibunya dalam hal pernikahan. Kedua, Harun dibentuk dalam
lingkungan pendidikan Barat yang nanti akan dibicarakan pada ruang
tersendiri. Terakhir, ia tumbuh dan besar di saat perdebatan Kaum Tua
dan Kaum Muda sedang berada di puncaknya.
Melihat sejarah hidupnya, kita bisa menemukan bahwa paling
tidak ada tiga budaya besar yang mempengaruhi pemikiran Harun
Nasution. Ketiga budaya tersebut adalah budaya Indonesia tepatnya
Sumatra Utara sebagai tanah kelahirannya, kemudian budaya Arab
Mesir yang menjadi tempat menimba ilmu agama dan yang terakhir
tentu budaya Eropa yang paling mempengaruhi dalam corak
pemikiran rasionalisnya.
2
Muhammad Arifin, Teologi Rasional Perspektif Harun Nasution, LKKI, Aceh, 2021,
hlmn 14.
7
sejarahteologi islam dengan metode baru yang diambil dari Barat.
Metode baru yang dilakukan memberikan kelapangan bagi umat islam
untuk memilih aliran atau madzhab yang dianutnya, karena menurut
pandangan Harun Teologi atau Ilmu kalam yang berkembang di
Indonesia pembahasannya tidak mendalam dan tidak bersifat filosofi.
Pembahasan ilmu tauhid juga terkesan sempit disebabkan kurangnya
penjabaran tentang aliran-aliran teologi Islam yang ada, sehingga
umumnya yang diajarkan di Indonesia hanya paham teologi dari aliran
Asy’ariyyah dan mereka menjadikan paham ini satu-satunya aliran
teologi dalam Islam.
Berikut Peranan Akal, Pembaharuan Teologi, Hubungan Akal dan
Wahyu Menurut Harun Nasution
1. Peranan Akal
Kata akal berasal dari bahasa Arab )(العقل, memiliki berbagai arti
yang di antara maknanya adalah menahan dan mengikat. Akal
merupakan potensi pada diri manusia yang berfungsi sebagai pengikat
dan penahan agar tidak terjerumus dalam dosa dan kesalahan. Apabila
manusia dapat menahan amarah serta kekhilafan misalnya, sikap
demikian pada gilirannya akan memunculkan karekter juga sikap yang
bijaksana ketika mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Selain
itu, akal diartikan sebagai berpikir atau memahami, memberikan dalil
dan hujah (argumentasi). Manusia dengan potensi akalnya karenanya,
dapat melahirkan ilmu pengetahuan, tamadun, dan peradaban. Fungsi
penting inilah yang menjadi identitas pembeda antara manusia dan
selainnya
Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih
problematika akal dalam system teologi Muhammad Abduh sebagai
bahan kajian disertasinya di Universitas Mcgill, Mentreal, Kanada.
Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat
menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang
ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis
8
demikian, "Akal melambangkan kekuatan manusia karena akallah,
manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan
makhluk lain sekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia bertambah
tinggilah kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain.
Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah rendah pulalah
kesanggupannya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut."3
Tema Islam agarna rasional dan dinamis sangat kuat bergema
dalam semua tulisan-tulisan Harun Nasution, terutama dalam buku Akal
dan Wahyu dalam Islam Teologi alans: Aliran aliran, Sejarah, Analisa
Perbadingan, dan Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Muhammad
Abduh.
Dalam sejarah Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan
banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan saja, akan tetapi dalam perkembangan ajaran-ajaran
keagamaan Islam sendiri. Pemikiran akal dalam Islam diperintahkan
Al-Qur'an sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya apabila ada penulis-
penulis, baik di kalangan Islam sendiri maupun di kalangan non-Islam,
yang berpendapat bahwa Islam adalah agama rasional.4
2. Pembaharuan Teologi
Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution. Pada
dasarnya dibangun atas asumsi bahwa keterbelakangan dan
kemunduran umat Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah
disebabkan "ada yang salah" dalam teologi mereka. Pandangan ini
serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya
(Muhammad Abduh, Rasyid Ridha Al-Afghani, Sayid Amer Ali, dan
lain-lain) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam
yang sejati. Menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah
teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika
3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press,
Jakarta, 1982, hlm 56.
4
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Isla, UI Press, Jakarta, 1980, hlm 101
9
teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah
islam klasik sendiri yakni teologi Mu'tazilah.
Teologi adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan dan segala
hal yang berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan. Dalam Islam, teologi
disebut sebagai ‘ilm al-kalam. Secara umum, pemikiran Harun tentang
teologi rasional adalah bahwa kita harus mempergunakan rasio kita
dalam menyikapi masalah. Namun bukan berarti menyepelekan wahyu.
Karena menurutnya, di dalam Al-Qur’an hanya memuat sebagian kecil
ayat ketentuan-ketentuan tentang iman, ibadah, hidup bermasyarakat,
serta hal-hal mengenai ilmu pengetahuan dan fenomena natur.
Menurutnya, di dalam Al-Qur’an ada dua bentuk kandungan yaitu
qath’iy al dalalah dan zhanniy al-dalalah. Qath’iy al dalalah adalah
kandungan yang sudah jelas sehingga tidak lagi dibutuhkan interpretasi.
Zhanniy al-dalalah adalah kandungan di dalam Al-Qur’an yang masih
belum jelas sehingga menimbulkan interpretasi yang berlainan.
Disinilah dibutuhkan akal yang dapat berpikir tentang semua hal
tersebut. Dalam hal ini, keabsolutaan wahyu sering dipertentangkan
dengan kerelatifan akal.5
Harun Nasution merupakan seorang filsuf muslim kawakan
Indonesia. Bisa dikatakan ia merupakan tokoh pelopor pembaharuan
Islam di Indonesia, di samping itu ia juga yang pertama kali menulis
sejarah teologi islam dengan metode baru yang diambil dari Barat.
Metode baru yang dilakukan memberikan kelapangan bagi umat islam
untuk memilih aliran atau madzhab yang dianutnya, karena menurut
pandangan Harun Teologi atau Ilmu kalam yang berkembang di
Indonesia pembahasannya tidak mendalam dan tidak bersifat filosofi.
Pembahasan ilmu tauhid juga terkesan sempit disebabkan kurangnya
penjabaran tentang aliran-aliran teologi Islam yang ada, sehingga
umumnya yang diajarkan di Indonesia hanya paham teologi dari aliran
5
Andi Rika Nur Rahma dan Hanan Assagaf, Teologi Islam Harun Nasution, diakses dari
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/article/view/31886/16768
pada 5 Desember 2023
10
Asy’ariyyah dan mereka menjadikan paham ini satu-satunya aliran
teologi dalam Islam.6
6
Hasan El Ngawy, Pemikiran Kalam Harun Nasution, diakses
darihttps://www.scribd.com/archive/plans?doc=555718087&metadata=%7B
%22context%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22start_trial%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D, pada tanggal 10 Desember 2023.
11
(bacaan) dan di dalam kata qira’ah terkandung makna agar selalu
diingat.
Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal
dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang
menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur'an. Orang yang
beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-
galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan
keagamaan.
Dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi
di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap
tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal
dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang wahyu.
Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang
dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal
dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari
teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam
adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.7
7
Muhammad Rasywan Syarif, Rational Ideas Harun Nasution Perspective of Islamic
Law, diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/349604-rational-ideas-
harun-nasution-perspective9b13996.pdf, hlmn 14
12
Gerakan (1975), Akal dan Wahyu dalam Islam (1981), dan Islam
Rasionalis (1995).
Adapun karya nya yang berisi sebagai berikut:
1. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (1974).
Buku ini terdiri dari dua jilid, diterbitkan pertama kali oleh UI-
Press, yang intinya adalah memperkenalkan islam dari berbagai
aspeknya. Buku ini menolak pemahaman bahwa islam itu hanya
berkisar pada ibadat, fikih, tauhid, hadits, dan akhlak saja. Islam
menurut buku Harun ini lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya
sejarah, peradaban, filsafat, mistisisme, teologi, hukum, lembaga-
lembaga, dan politik.
13
membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa
terikatpada ajaran-ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk
menyatakan kebenaran suatu agama dan juga membahas dasar-
dasar agama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk
menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agama, atau sekurang-
kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama
tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam
pembahasan semacam ini orang masih terikat oleh ajaran-ajaran
agama.
14
atas pembaruan yang terjadi di tiga negara islam, yaitu Mesir
(topik intinya: pendudukan Napoleon dan pembaharuan di Mesir,
Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afgani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, murid dan pengikut
Muhammad Abduh). Turki, (topik intinya: Sultan Mahmud li,
Tanzimat, Usmani muda, turki muda, tiga aliran pembaharuan,
islam dan nasionalis, dan Mustafa Kemal), dan India-Pakistan
(topik intinya: gerakan Mujahidin, Sayyid Ahmad Khan, gerakan
Aligarh, Sayyid Amir Ali, Iqbal, Jinah dan Pakistan, Abul Kalam
Azad dan nasionalisme India.
15
Buku ini merupakan terjemahan dalam bahasa Indonesia dari
tesis Ph.D. Harun Nasution yang berjudul "The Place of Reason in
Abduh's Theology, Its Impact on his Montreal, Kanada. Buku ini
berisi tentang riwayat hidup Muhammad Abduh, filsafat wujud,
kekuatan akal, fungsi wahtu, paham kebebasan manusia dan
fatalisme, sifat-sifat Tuhan, perbuatan Tuhan dan konsep Iman.
Inti buku ini menjelaskan bahwa pemikiran teologi Muhammad
Abdul banyak persamaannya dengan teologi kaum Mu'tazilah,
bahka dalam penggunaan kekuatan akal, Muhammad Abduh jauh
melebihi pemikiran Mu'tazilah.
16
Orang tua Harun adalah seorang ulama dengan pemahaman agama
yang literalis dan ortodoks. Ketika terjadi pertentangan antara kaum tua
dan kaum muda di daerahnya. Pertentangan kaum tua dan kaum muda di
Pemantang Siantar terjadi tatkala Muhammadiyah mulai melebarkan
sayapnya ke sana. Beberapa kalangan di Pematang Siantar menentang
Muhammadiyah dan menuduh mereka sebagai aliran sesat. Orang tua
Harun merupakan salah seorang tokoh yang menentang kehadiran
Muhammadiyah dan bergabung dalam organisasi tandingannya, yakni
Al-Washliyah. Ia bahkan menyediakan lahan untuk pembangunan
lembaga pendidikan al-Washliyah. Orang tua Harun memihak pada kaum
tua yang mempertahankan pemahaman tradisionalisme Islam
berkembang dalam masyarakat. Pola pemahaman keagamaan yang
diterapkan orang tua Harun ini sangat terkesan pada Harun Nasution.
Kesan yang ditimbulkan bukan dengan mengikuti apa yang telah
dijalankan oleh orang tuanya, sebaliknya untuk mempelajari sesuatu yang
berbeda dengan apa yang dipahami oleh orang tuanya. Apa yang dianut
oleh orang tanya menurut Harun terlalu dogmatis dan fatalis. 9
2. Pendidikan di MIK
3. Pendidikan di Mesir
9
Ashari, Muhammad Subhan. (2020). Teologi Islam Persepektif Harun
Nasution,https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur/article/download/
82/80/312. Diakses pada 10 Desember 2023
17
Pendidikan Harun di Timur tengah sebenarnya ada di dua kota,
pertama Makkah, kedua Kairo. Akan tetapi pendidikannya di Makkah
sangat singkat dan tidak berpengaruh sama sekali dalam pemikiran
Harun.karena selama belajar di Makkah, Harun hanya belajar otodidak di
rumah bersama seorang temannya dan Indonesia. Ini terjadi karena pola
pendidikan di Masjid al-Haram. Pendidikan di Masjid al-Haram berupa
ceramah-ceramah agama yang biasa disampaikan oleh ulama pada masa
itu, Kondisi demikian mendorong Harun untuk meninggalkan Makkah
dan pergi ke Mesir. Selanjutnya ketika belajar di Mesir, Harun masuk ke
Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuluddin. Namun harapannya untuk
memperoleh pendidikan yang baik ternyata tidak tercapai. Pendidikan di
Mesir sangat berbekas dan dirasakan sangat puas oleh Harun terutama
setelah ia berhenti dari aktivitas politik dan kembali belajar di Kairo,
yakni di aldirasat al-Islamiyyah. Di lembaga ini Harun mendapatkan
pengajaran Islam yang rasional, sistematis, ilmiah dan mendasar.
4. Pendidikan di McGill
BAB III
18
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
19
Ashari, Muhammad Subhan. (2020). Teologi Islam Persepektif Harun
Nasution,https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur/article/download
/82/80/312. Diakses pada 10 Desember 2023.
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Isla, UI Press, Jakarta, 1980
Rahma, Andika Rika Nur dan Assagaf, Hanan. (2022). Teologi Islam Harun
Nasution,https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/article/
view/31886/16768. Diakses pada 5 Desember 2023.
20