Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMIKIRAN KALAM MODERN HARUN NASUTION

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Nurkholis, S.Ag., M.S.I.
Disusun Oleh :
Roza Fadilah Putri 234110402332

Kelas 1 PAI G

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat


dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pemikiran Kalam Harun Nasution” dengan lancar dan tepat
pada waktu yang telah ditentukan insyaallah makalah ini dapat
memberikan informasi atau wawasan kepada para pembaca semua
sehingga memudahkan untuk belajar dan memahaminya. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam dengan dosen
pengampu Bapak Nurkholis, S.Ag., M.S.I. Selain itu, kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Penyusun telah
berusaha maksimal untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Namun, apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, hal
itu karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dalam menghasilkan makalah pada
masa yang akan datang. Penyusun berharap makalah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun bagi para pembaca
pembacanya.

Purwokerto, 4 September

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
...............................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................4
B. RumusanMasalah....................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................6

A. Biografi Harun Nasution...........................................................................6


B. Pemikiran Kalam Modern Harun Nasution...............................................7
C. Karya-Karya Harun Nasution....................................................................12
D. Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran Harun Nasution..........................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................19

B. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim kita wajib untuk meneladani kebenaran
dan ajaran yang disampaikan oleh para Rasul Allah. Keberadaan ilmu
kalam menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang perlu di pelajari dan di
pahami oleh kaum muslim. Ilmu kalam sebenarnya sudah ada sejak
zaman Rasulullah SAW, namun kala itu belum dikenal dengan istilah
tersebut. Pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin, umat islam
bersatu dalam akidah, syariah, dan akhlaqul karimah. Setiap terjadi
perselisihan pendapat antara mereka diatasi dengan wahyu, sehingga
tidak ada perselisihan. Pada masa ke masa mulailah terjadi perselisihian
pendapat dan pemikiran, perselisihan terjadi mulanya dipicu oleh
persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin
Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib,dan persoalan kalam pertama kali muncul adalah
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Aliran-aliran dan
tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam mulai bermuculan akibat dari
perpecahan sosial- keagamaan dalam tubuh umat islam.

Adapun salah satu tokoh pembaru muslim Indonesia dengan


pemikiran dan pemahamannya tentang teologi yaitu tokoh Harun
Nasution. Untuk mengetahui lebih dalam kami menyusun makalah yang
membahas tentang pemikiran ilmu kalam Harun Nasution. Hal ini
sebagai bahan diskusi, sehingga dapat menambah wawasan bagi para
pembacanya.

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana Biografi Harun Nasution?

4
2. Bagaimana Pemikiran Kalam Menurut Harun Nasution?
3. Apa Saja Karya-Karya Harun Nasution?
4. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran Harun
Nasution?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Biografi Harun Nasution
2. Untuk Mengetahui Pemikiran Kalam Modern Harun Nasution
3. Untuk Mengetahui Karya-Karya Harun Nasution
4. Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran
Harun Nasution

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Harun Nasution

Harun Nasution atau lengkapnya Prof. dr. Harun Nasution lahir


di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 23 September 1919
Masehi. Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya
adalah Jabbar Ahmad, seorang ulama dan saudagar. Selama ini,
ibunya juga seorang biarawati dan putri seorang pendeta Mandailing.
Pernikahan ayah dan ibunya bertentangan dengan adat istiadat pada
masa itu, karena mereka menikah dengan orang yang satu marga.
Akhirnya mereka pindah ke Pematang Siantar dan di sanalah Harun
Nasution lahir. Pendidikan agama yang diterima Harun dimulai dari
rumah. Sebagai seorang rabi, ayahnya mengajari Harun berbagai ilmu
agama. Ibunya yang seorang wanita yang tinggal di Mekkah dan
mempunyai ilmu agama, juga mampu mengajarkan Harun berbagai
ajaran agama, melingkupi kehidupan Harun muda dengan pendidikan
agama seumur hidup.1
Setelah menyelesaikan studinya di Hollansch Inlandsche
School (HIS) dan lulus pada tahun 1934, Harun mulai berpikir untuk
melanjutkan studinya. Harun berharap bisa terus belajar di MULO.
Untuk itu ia melanjutkan studi tambahan untuk melanjutkan studinya
di MULO. Namun ternyata orang tua Harun sudah menyuruhnya
untuk tetap bersekolah di sekolah agama. Meski sempat keberatan,
Harun akhirnya tetap melanjutkan studi di lembaga pendidikan
keagamaan, khususnya Moderne Islamithsche Kweekschool (MIK),
lembaga pendidikan setingkat MULO, namun lebih banyak
mengajarkan ilmu agama dan ia lulus pada tahun 1937. Ia kemudian
1
Amin, Saidul. (2019). Harun Nasution. Riau: CV. Asa Riau.

6
melanjutkan studinya di Universitas Ahliyah Al Azhar Mesir pada
tahun 1940. Pada tahun 1952, ia memperoleh gelar sarjana dari
American University di Kairo. Harun Nasution pernah menjadi
pegawai Kementerian Luar Negeri di Brussel dan Kairo pada tahun
1953 hingga 1960. Ia kemudian melanjutkan studi di Kanada dan
meraih gelar doktor di Gill University pada tahun 1968. Kemudian
pada tahun 1969 menjadi Rektor Universitas Negeri Jakarta, dan pada
tahun 1973 menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Ia Meninggal
dunia di Jakarta pada tanggal 18 September 1998.2
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi cara berpikir Harun
sebagaimana nantinya dikenal dengan sikap kritis dan terbuka.
Pertama, ia lahir dari rahim keluarga yang berani melanggar kuatnya
dinding resam (aturan adat) ketika itu, seperti dilakukan ayah dan
ibunya dalam hal pernikahan. Kedua, Harun dibentuk dalam
lingkungan pendidikan Barat yang nanti akan dibicarakan pada ruang
tersendiri. Terakhir, ia tumbuh dan besar di saat perdebatan Kaum Tua
dan Kaum Muda sedang berada di puncaknya.
Melihat sejarah hidupnya, kita bisa menemukan bahwa paling
tidak ada tiga budaya besar yang mempengaruhi pemikiran Harun
Nasution. Ketiga budaya tersebut adalah budaya Indonesia tepatnya
Sumatra Utara sebagai tanah kelahirannya, kemudian budaya Arab
Mesir yang menjadi tempat menimba ilmu agama dan yang terakhir
tentu budaya Eropa yang paling mempengaruhi dalam corak
pemikiran rasionalisnya.

B. Pemikiran Kalam Harun Nasution


Harun Nasution merupakan seorang filsuf muslim kawakan
Indonesia. Bisa dikatakan ia merupakan tokoh pelopor pembaharuan
Islam di Indonesia, di samping itu ia juga yang pertama kali menulis

2
Muhammad Arifin, Teologi Rasional Perspektif Harun Nasution, LKKI, Aceh, 2021,
hlmn 14.

7
sejarahteologi islam dengan metode baru yang diambil dari Barat.
Metode baru yang dilakukan memberikan kelapangan bagi umat islam
untuk memilih aliran atau madzhab yang dianutnya, karena menurut
pandangan Harun Teologi atau Ilmu kalam yang berkembang di
Indonesia pembahasannya tidak mendalam dan tidak bersifat filosofi.
Pembahasan ilmu tauhid juga terkesan sempit disebabkan kurangnya
penjabaran tentang aliran-aliran teologi Islam yang ada, sehingga
umumnya yang diajarkan di Indonesia hanya paham teologi dari aliran
Asy’ariyyah dan mereka menjadikan paham ini satu-satunya aliran
teologi dalam Islam.
Berikut Peranan Akal, Pembaharuan Teologi, Hubungan Akal dan
Wahyu Menurut Harun Nasution
1. Peranan Akal
Kata akal berasal dari bahasa Arab )‫(العقل‬, memiliki berbagai arti
yang di antara maknanya adalah menahan dan mengikat. Akal
merupakan potensi pada diri manusia yang berfungsi sebagai pengikat
dan penahan agar tidak terjerumus dalam dosa dan kesalahan. Apabila
manusia dapat menahan amarah serta kekhilafan misalnya, sikap
demikian pada gilirannya akan memunculkan karekter juga sikap yang
bijaksana ketika mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Selain
itu, akal diartikan sebagai berpikir atau memahami, memberikan dalil
dan hujah (argumentasi). Manusia dengan potensi akalnya karenanya,
dapat melahirkan ilmu pengetahuan, tamadun, dan peradaban. Fungsi
penting inilah yang menjadi identitas pembeda antara manusia dan
selainnya
Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih
problematika akal dalam system teologi Muhammad Abduh sebagai
bahan kajian disertasinya di Universitas Mcgill, Mentreal, Kanada.
Besar kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat
menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang
ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis

8
demikian, "Akal melambangkan kekuatan manusia karena akallah,
manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan
makhluk lain sekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia bertambah
tinggilah kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain.
Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah rendah pulalah
kesanggupannya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut."3
Tema Islam agarna rasional dan dinamis sangat kuat bergema
dalam semua tulisan-tulisan Harun Nasution, terutama dalam buku Akal
dan Wahyu dalam Islam Teologi alans: Aliran aliran, Sejarah, Analisa
Perbadingan, dan Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Muhammad
Abduh.
Dalam sejarah Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan
banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan saja, akan tetapi dalam perkembangan ajaran-ajaran
keagamaan Islam sendiri. Pemikiran akal dalam Islam diperintahkan
Al-Qur'an sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya apabila ada penulis-
penulis, baik di kalangan Islam sendiri maupun di kalangan non-Islam,
yang berpendapat bahwa Islam adalah agama rasional.4

2. Pembaharuan Teologi
Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution. Pada
dasarnya dibangun atas asumsi bahwa keterbelakangan dan
kemunduran umat Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah
disebabkan "ada yang salah" dalam teologi mereka. Pandangan ini
serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya
(Muhammad Abduh, Rasyid Ridha Al-Afghani, Sayid Amer Ali, dan
lain-lain) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam
yang sejati. Menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah
teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika
3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press,
Jakarta, 1982, hlm 56.
4
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Isla, UI Press, Jakarta, 1980, hlm 101

9
teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah
islam klasik sendiri yakni teologi Mu'tazilah.
Teologi adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan dan segala
hal yang berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan. Dalam Islam, teologi
disebut sebagai ‘ilm al-kalam. Secara umum, pemikiran Harun tentang
teologi rasional adalah bahwa kita harus mempergunakan rasio kita
dalam menyikapi masalah. Namun bukan berarti menyepelekan wahyu.
Karena menurutnya, di dalam Al-Qur’an hanya memuat sebagian kecil
ayat ketentuan-ketentuan tentang iman, ibadah, hidup bermasyarakat,
serta hal-hal mengenai ilmu pengetahuan dan fenomena natur.
Menurutnya, di dalam Al-Qur’an ada dua bentuk kandungan yaitu
qath’iy al dalalah dan zhanniy al-dalalah. Qath’iy al dalalah adalah
kandungan yang sudah jelas sehingga tidak lagi dibutuhkan interpretasi.
Zhanniy al-dalalah adalah kandungan di dalam Al-Qur’an yang masih
belum jelas sehingga menimbulkan interpretasi yang berlainan.
Disinilah dibutuhkan akal yang dapat berpikir tentang semua hal
tersebut. Dalam hal ini, keabsolutaan wahyu sering dipertentangkan
dengan kerelatifan akal.5
Harun Nasution merupakan seorang filsuf muslim kawakan
Indonesia. Bisa dikatakan ia merupakan tokoh pelopor pembaharuan
Islam di Indonesia, di samping itu ia juga yang pertama kali menulis
sejarah teologi islam dengan metode baru yang diambil dari Barat.
Metode baru yang dilakukan memberikan kelapangan bagi umat islam
untuk memilih aliran atau madzhab yang dianutnya, karena menurut
pandangan Harun Teologi atau Ilmu kalam yang berkembang di
Indonesia pembahasannya tidak mendalam dan tidak bersifat filosofi.
Pembahasan ilmu tauhid juga terkesan sempit disebabkan kurangnya
penjabaran tentang aliran-aliran teologi Islam yang ada, sehingga
umumnya yang diajarkan di Indonesia hanya paham teologi dari aliran
5
Andi Rika Nur Rahma dan Hanan Assagaf, Teologi Islam Harun Nasution, diakses dari
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/article/view/31886/16768
pada 5 Desember 2023

10
Asy’ariyyah dan mereka menjadikan paham ini satu-satunya aliran
teologi dalam Islam.6

3. Hubungan Akal dan Wahyu


Secara istilah akal memiliki arti daya berfikir yang ada dalam diri
manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa serta mengandung arti
berpikir. Bagi al-Ghazali akal memiliki beberapa pengertian: Pertama,
sebagai potensi yang membedakan manusia dari binatang dan
menjadikan manusia mampu menerima berbagai pengetahuan teoritis.
Kedua, pengetahuan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman
yang dilaluinya dan akan memperhalus budinya. Ketiga, akal
merupakan kekuatan instink yang menjadikan seseorang mengetahui
dampak semua persoalan yang dihadapinya sehingga dapat
mengendalikan hawa nafsunya.
Adapun kata wahyu berasal dari bahasa arab al-wahy yang berarti
suara, api, dan kecepatan, serta dapat juga berarti bisikan, isyarat,
tulisan, dan kitab. Tetapi pengertian wahyu dalam tulisan ini adalah apa
yang disampaikan Tuhan kepada para utusan-Nya. Semua agama
samawi berdasarkan wahyu. Para Nabi adalah seorang manusia yang
diberi kemampuan untuk berhubungan dengan Allah. Wahyu
diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam al-Qur’an. Adapun definisi
al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan merupakan petunjuk bagi
kehidupan. Penamaan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
dengan al-Qur’an memiliki pengertian bahwa wahyu tersimpan dalam
dada manusia karena nama al-Qu’an sendiri berasal dari kata qira’ah

6
Hasan El Ngawy, Pemikiran Kalam Harun Nasution, diakses
darihttps://www.scribd.com/archive/plans?doc=555718087&metadata=%7B
%22context%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22start_trial%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D, pada tanggal 10 Desember 2023.

11
(bacaan) dan di dalam kata qira’ah terkandung makna agar selalu
diingat.
Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal
dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang
menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur'an. Orang yang
beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-
galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan
keagamaan.
Dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi
di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap
tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal
dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang wahyu.
Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. Yang
dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal
dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari
teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam
adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.7

C. Karya-karya Harun Nasution

Harun Nasution sebagai salah satu pemikir teologi Islam,


memberikan penjelasan dari beberapa aliran paham teologi dalam
Islam yang ia tulis dalam karya-karyanya.Diantara buku-buku yang
pernah ia tulis dan telah diterbitkan adalah buku yang berjudul
Teologi Islam (1971), Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Filsafat
Agama (1973), Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan

7
Muhammad Rasywan Syarif, Rational Ideas Harun Nasution Perspective of Islamic
Law, diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/349604-rational-ideas-
harun-nasution-perspective9b13996.pdf, hlmn 14

12
Gerakan (1975), Akal dan Wahyu dalam Islam (1981), dan Islam
Rasionalis (1995).
Adapun karya nya yang berisi sebagai berikut:
1. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (1974).
Buku ini terdiri dari dua jilid, diterbitkan pertama kali oleh UI-
Press, yang intinya adalah memperkenalkan islam dari berbagai
aspeknya. Buku ini menolak pemahaman bahwa islam itu hanya
berkisar pada ibadat, fikih, tauhid, hadits, dan akhlak saja. Islam
menurut buku Harun ini lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya
sejarah, peradaban, filsafat, mistisisme, teologi, hukum, lembaga-
lembaga, dan politik.

2. Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, Dan


Perkembangan (1977).
Buku ini dicetak pertama kali pada tahun 1972 oleh UI-Press.
Buku ini terdiri dari dua bagian: Pertama, menguraikan tentang
aliran dan golongangolongan teologi, bukan hanya yang masih ada
hingga saat ini, tetapi juga yang pernah terdapat dalam Islam
seperti Khawarij, Murji‟ah, Qadariah dan Jabariah, Mu‟tazilah,
dan Ahli Sunnah wal Jama‟ah. Harun Nasution menguraikan
sedemikian rupa, sehingga di dalamnya tercakup sejarah
perkembangan dan ajaran-ajaran terpenting dari masing-masing
aliran atau golongan tersebut, dan mengandung analisa serta
perbandingan dari aliranaliran tersebut. Dengan uraian demikian,
dapat diketahui aliran mana yang bersifat liberal, mana yang
bersifat tradisional.

3. Filsafat Agama (1978).


Buku ini menjelaskan tentang epistemologi dan wahyu,
ketuhanan, argumen-argumen adanya tuhan, roh, serta kejahatan
dan kemutlakan Tuhan. Buku ini semula diterbitkan bulan bintang,

13
membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa
terikatpada ajaran-ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk
menyatakan kebenaran suatu agama dan juga membahas dasar-
dasar agama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk
menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agama, atau sekurang-
kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama
tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam
pembahasan semacam ini orang masih terikat oleh ajaran-ajaran
agama.

4. Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam (1978).


Buku ini juga merupakan kumpulan ceramah Harun di IKIP
Jakarta. Buku ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian filsafat
islam dan bagian mistisisme islam (tasawuf). Bagian filsafat islam
menguraikan bagaimana kontak pertama anatar islam dan ilmu
pengetahuan serta filsafat yunani yang kemudian melahirkan
filosuf muslim seperti al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina, al-
Ghazali, dan Ibn Rusyd. Sedangkan, bagian mistisisme islam
menguraikan bagaimana kedudukan islam sebgai upaya
mendekatkan diri pada tuhan. Buku ini terbit tahun 1973 Oleh
bulan bintang, jakarta.8

5. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran Dan Gerakan


(1978).
Buku ini merupakan kumpulan ceramah dan kuliah Harun
Nasution di berbagai tempat di jakarta tentang aliran-aliran
modern dala islam. Membahas tentang pemikiran dan gerakan
pembaharuan islam, yang timbul di zaman yang lazim disebut
periode modern dalam sejarah islam. Pembahasannya mencakup
8
Ibnu Nachrudin,. (2015). Pemikiran Teologi Harun Nasution
https://arsyadiyah.blogspot.com/2015/07/pemikiran-teologi-harun-
nasution.html. Diakses pada 10 Desember 2023

14
atas pembaruan yang terjadi di tiga negara islam, yaitu Mesir
(topik intinya: pendudukan Napoleon dan pembaharuan di Mesir,
Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afgani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, murid dan pengikut
Muhammad Abduh). Turki, (topik intinya: Sultan Mahmud li,
Tanzimat, Usmani muda, turki muda, tiga aliran pembaharuan,
islam dan nasionalis, dan Mustafa Kemal), dan India-Pakistan
(topik intinya: gerakan Mujahidin, Sayyid Ahmad Khan, gerakan
Aligarh, Sayyid Amir Ali, Iqbal, Jinah dan Pakistan, Abul Kalam
Azad dan nasionalisme India.

6. Akal Dan Wahyu Dalam Islam (1980).


Buku ini menjelaskan pengertian akal dan wahyu dalam
islam, kedudukan akal dalam Al -Qur'an dan Hadits,
perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam, dan peranan akal
dalam pemikiran keagamaan islam. Uraian tegas buku ini
menyimpulkan bahwa dalam ajaran islam, akal mempunyai
kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam
perkembangan ajaran keagamaan sendiri. Melalui buku ini, secara
tegas Harun Nasution menyimpulkan bahwa dalam ajaran Islam,
akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja,
namun juga dalam perkembangan ajaran keagamaan sendiri.
Menurutnya, akal tidak pernah membatalkan wahyu, akal tetap
tunduk kepada teks wahyu.

7. Muhammad Abdul dan Teologi Rasional Mu'tazilah (1987)

15
Buku ini merupakan terjemahan dalam bahasa Indonesia dari
tesis Ph.D. Harun Nasution yang berjudul "The Place of Reason in
Abduh's Theology, Its Impact on his Montreal, Kanada. Buku ini
berisi tentang riwayat hidup Muhammad Abduh, filsafat wujud,
kekuatan akal, fungsi wahtu, paham kebebasan manusia dan
fatalisme, sifat-sifat Tuhan, perbuatan Tuhan dan konsep Iman.
Inti buku ini menjelaskan bahwa pemikiran teologi Muhammad
Abdul banyak persamaannya dengan teologi kaum Mu'tazilah,
bahka dalam penggunaan kekuatan akal, Muhammad Abduh jauh
melebihi pemikiran Mu'tazilah.

8. Islam Rasional (1995).


Buku ini merekam hampir sluruh pemikiran keislaman Harun
Nasution sejak tahun 1970 sampai 1994 (diedit oleh Syaiful
Muzani), terutama mengenai tuntutan modernisasi bagi umat
Islam. Hal itu menurut Harun, harus diubah dengan pandangan
rasional yang sebenarnya telah dikembangkan oleh teologi
Mu'tazilah. Karena itu, reaktualisasi dan sosialisasi teologi
Mu'tazilah merupakan langkah strategis yang harus diambil,
sehingga umat Islam secara kultural siap terlibat dalam
pembangunan dan modernisasi dengan tetap berpijak pada tradisi
sendiri. Dengan karya-karyanya tersebut umat Islam dapat melihat
dan memiliki pikiran terbuka dalam menanggapi konflik-konflik
aliran yang berbeda paham.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran Harun Nasution

Berikut beberapa kondisi dan bentuk situasi yang mempengaruhi


pemikiran Harun Nasution:

1. Pola Keberagaman Orang Tua

16
Orang tua Harun adalah seorang ulama dengan pemahaman agama
yang literalis dan ortodoks. Ketika terjadi pertentangan antara kaum tua
dan kaum muda di daerahnya. Pertentangan kaum tua dan kaum muda di
Pemantang Siantar terjadi tatkala Muhammadiyah mulai melebarkan
sayapnya ke sana. Beberapa kalangan di Pematang Siantar menentang
Muhammadiyah dan menuduh mereka sebagai aliran sesat. Orang tua
Harun merupakan salah seorang tokoh yang menentang kehadiran
Muhammadiyah dan bergabung dalam organisasi tandingannya, yakni
Al-Washliyah. Ia bahkan menyediakan lahan untuk pembangunan
lembaga pendidikan al-Washliyah. Orang tua Harun memihak pada kaum
tua yang mempertahankan pemahaman tradisionalisme Islam
berkembang dalam masyarakat. Pola pemahaman keagamaan yang
diterapkan orang tua Harun ini sangat terkesan pada Harun Nasution.
Kesan yang ditimbulkan bukan dengan mengikuti apa yang telah
dijalankan oleh orang tuanya, sebaliknya untuk mempelajari sesuatu yang
berbeda dengan apa yang dipahami oleh orang tuanya. Apa yang dianut
oleh orang tanya menurut Harun terlalu dogmatis dan fatalis. 9

2. Pendidikan di MIK

Sekolah di MIK membawa kepuasan bagi Harun, karena di sana


sebagian dan rasa ingin tahunya terhadap ajaran agama bisa terpuaskan.
Harun misalnya telah diperbolehkan memelihara anjing yang selama ini
dianggap haram. Demikian juga dengan diperbolehkannya memegang Al-
Qur’an tanpa wudhu. Pola kehidupan beragama seperti ini dirasakan sangat
cocok oleh Harun, selain sangat rasional juga sesuai dengan perkembangan
masyarakat modern.

3. Pendidikan di Mesir

9
Ashari, Muhammad Subhan. (2020). Teologi Islam Persepektif Harun
Nasution,https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur/article/download/
82/80/312. Diakses pada 10 Desember 2023

17
Pendidikan Harun di Timur tengah sebenarnya ada di dua kota,
pertama Makkah, kedua Kairo. Akan tetapi pendidikannya di Makkah
sangat singkat dan tidak berpengaruh sama sekali dalam pemikiran
Harun.karena selama belajar di Makkah, Harun hanya belajar otodidak di
rumah bersama seorang temannya dan Indonesia. Ini terjadi karena pola
pendidikan di Masjid al-Haram. Pendidikan di Masjid al-Haram berupa
ceramah-ceramah agama yang biasa disampaikan oleh ulama pada masa
itu, Kondisi demikian mendorong Harun untuk meninggalkan Makkah
dan pergi ke Mesir. Selanjutnya ketika belajar di Mesir, Harun masuk ke
Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuluddin. Namun harapannya untuk
memperoleh pendidikan yang baik ternyata tidak tercapai. Pendidikan di
Mesir sangat berbekas dan dirasakan sangat puas oleh Harun terutama
setelah ia berhenti dari aktivitas politik dan kembali belajar di Kairo,
yakni di aldirasat al-Islamiyyah. Di lembaga ini Harun mendapatkan
pengajaran Islam yang rasional, sistematis, ilmiah dan mendasar.

4. Pendidikan di McGill

Setelah tamat dan al-Dirasat al-Islamiyyah ia melanjutkan


pendidikannya di Kanada. Di sana Harun mengungkapkan kepuasannya
belajar Islam. Ia merasa di tempat inilah ia belajar Islam yang
sesungguhnya. Ia mulai membaca buku-buku otorientalis dan karangan
cendekiawan non Islam tentang Islam. Mereka mengkajinya dengan
dilandasi sistem keilmuan yang baik sehingga Islam lebih rasional.
Ketika ia mulai mengajar di IAIN, ia selalu menekankan mahasiswa agar
berpikir rasional, sistematis dan mendasar. Sebab hanya dengan
pemikiran rasional saja Islam akan maju dan mendapatkan tempat yang
baik dalam masyarakat. Kemajuan Islam masa lalu berkat dukungan
pemikiran rasional dan ulama-ulamanya.

BAB III

18
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Harun Nasution merupakan seorang filsuf muslim kawakan Indonesia,


bisa dikatakan ia merupakan tokoh pelopor pembaharuan Islam di
Indonesia. Secara umum, pemikiran Harun tentang teologi rasional adalah
bahwa kita harus mempergunakan rasio kita dalam menyikapi masalah.
Dalam pemikiran kalamnya terdapat peranan akal, pembaharuan teologi,
dan hubungan akal dan wahyu. Harun Nasution sebagai salah satu pemikir
teologi Islam, memberikan penjelasan dari beberapa aliran paham teologi
dalam Islam yang ia tulis dalam karya-karyanya. Diantara buku-buku
yang pernah ia tulis dan telah diterbitkan adalah buku yang berjudul
Teologi Islam (1971), Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Filsafat
Agama (1973), Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan
Gerakan (1975), Akal dan Wahyu dalam Islam (1981), dan Islam
Rasionalis (1995). Beberapa kondisi dan bentuk situasi yang
mempengaruhi pemikiran kalam modern Harun Nasution diantaranya pola
keberagaman orang tua, Pendidikan di MIK, Pendidikan di McGiiII.

B. SARAN

Pemakalah menyadari bahwa penulisan jauh dari kata sempurna,


kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

19
Ashari, Muhammad Subhan. (2020). Teologi Islam Persepektif Harun
Nasution,https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur/article/download
/82/80/312. Diakses pada 10 Desember 2023.

Arifin, Muhammad. (2021). TeologiRasionalPerspektifPemikiran Harun


Nasution. Aceh: LKKI.

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


UI Press, Jakarta, 1982.

Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Isla, UI Press, Jakarta, 1980

Syarif, Muhammad Rasywan. (2015). Rational Ideas Harun Nasution


Perspective of Islamic Law, diakses dari:
https://media.neliti.com/media/publications/349604-rational-ideas-
harun-nasution-perspective9b13996.pdf. Diakses pada tanggal 5
Desember 2023.

Amin, Saidul. (2019). Harun Nasution. Riau: CV. Asa Riau.

Nachrudin, Ibnu. (2015). Pemikiran Teologi Harun Nasution


https://arsyadiyah.blogspot.com/2015/07/pemikiran-teologi-harun-
nasution.html. Diakses pada 10 Desember 2023.

Rahma, Andika Rika Nur dan Assagaf, Hanan. (2022). Teologi Islam Harun
Nasution,https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/article/
view/31886/16768. Diakses pada 5 Desember 2023.

Ngawy, Hasan El. (2022). Pemikiran Kalam Harun Nasution,


https://id.scribd.com/archive/plans?doc=555718087&metadata=%7B
%22context%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A
%22read%22%2C%22action%22%3A%22start_trial%22%2C
%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web
%22%7D. Diakses pada 10 Desember 2023.

20

Anda mungkin juga menyukai