Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TASAWUF DI INDONESIA ; SEJARAH DAN TOKOHNYA


Dosen pengampu :Mukhsin Hasibuan
Mata kuliah : Akhlak Tasawuf

Di susun oleh :
Shifa Farida (21.02.01.0007)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI


PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
TAHUN AKADEMI 2021-2022
Jl. Raya Dago, Kabasiran, Kec Parung Panjang, Bogor
Jawa Barat 16360
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tasawuf Dalam
Pandangan Ulama ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Muhsin Hasibuan pada mata kuliah Akhlak Tasawuf Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tasawuf dalam pandangan ulama bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Muhsin Hasibuan selaku Dosen Akhlak
Tasawuf yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN............................................................................................................ 2

A. Sejarah Tasawuf Di Indonesia................................................................................ 2

B. Tokoh-tokoh Tasawuf Di Indonesia....,.................................................................. 3

BAB III........................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan............................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan-perkembangan tasawuf di Indonesia erat kaitannya dengan


budaya-budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik, tasawuf dapat berkembang
secara cepat dalam penyebarannya. Tasawuf merupakan bagian dari metode
penyebaran ajaran Islam yang sangat mempunyai kemiripan dalam metode
pendekatan-pendekatan agama Hindu-Buddha yang merupakan sistem keagamaan
masyarakat Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode pendekatan dengan
latihan kerohanian, inilah yang kemudian mempermudah berkembangnya tasawuf di
Indonesia. Tasawuf merupakan alat dari salah satu persebaran Islam di Indonesia. Hal
tersebut disebabkan karena sebagian besar penyebaran Islam di nusantara merupakan
jasa para sufi.

Tasawuf merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kajian Islam di


Indonesia. Sejak masuknya Islam ke Indonesia, unsur tasawuf telah mewarnai
kehidupan keagamaan di masyarakat, bahkan hingga saat ini pun nuansa tasawuf
masih terlihat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan keagamaan
dari sebagian kaum muslim di Indonesia. Hal ini terbukti dengan semakin maraknya
kajian Islam di bidang ini dan juga melalui gerakan di bidang tarekat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia?

2. Siapa sajakah tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia?

3. Apa pengaruh dan pengamalan tasawuf di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia.

2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh dan pengamalan tasawuf di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tasawuf Di Indonesia

Membahas perkembangan tasawuf di Indonesia, tidak lepas dari pengkajian


proses Islamisasi di kawasan ini. Sebab, penyebaran Islam di Nusantara merupakan
jasa para sufi.

Dari sekian banyak naskah lama yang berasal dari Sumatera, baik yang ditulis
dari bahasa Arab dan bahasa Melayu, berorientasi sufisme. Hal ini menunjukkan
bahwa pengikut tasawuf merupakan unsur yang sangat dominan dalam masyarakat
pada masa itu. Di Sumatera bagian utara terdapat empat sufi terkemuka, antara lain:

1. Hamzah Fansuri (17 Masehi) yang terkenal dengan tulisan Asrar Al-‘Arifin
dan Syarab Al-‘Asyikin, serta beberapa kelompok puisi sufi.

2. Syamsudin Pasai penulis buku Jauhar Al-Haqoriq dan Mirat Al-Qulub. Dia
adalah murid dan pengikut Hamzah Fansuri yang mengembangkan doktrin
Wahdat l-Wujud Ibn Arabi.

3. Abd Rauf Singkel (1639M) adalah seorang pengikut Ordo Syattariyah,


karyanya berjudul Mira’at Ath-ThullabI.Nuruddin Ar-Raniri (1644M)
penulis Bustan As-Salatin.

Sejak berdirinya kerajaan Islam Pasai, kawasan Pasai menjadi titik sentral
penyebaran agama Islam ke berbagai daerah di Sumatera dan pesisir utara Pulau
Jawa. Islam tersebar di ranah Minangkabau atas upaya Syaikh Burhanuddin Ulakan
(1693M), murid Abdur Rauf Singkel, yang terkenal dengan Syaikh Tarekat
Syattariyyah.

Ulama-ulama besar yang muncul kemudian di daerah ini, pada umumnya berasal
dari didikan Syaikh Ulakan, seperti Tuanku Nan Ranceh, Tuanku Imam Bonjol,
Tuanku Pasaman, Tuanku Lintau dan lain-lain.

Penyebaran Islam ke Pulau Jawa, juga berasal dari kerajaan Pasai, terutama
atas jasa Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoro yang ketiganya
adalah abituren Pasai. Melalui keuletan itulah berdiri kerajaan Islam Demak yang
kemudian menguasai Banten dan Batavia melalui Syarif Hidayatullah.

Perkembangan Islam selanjutnya digerakkan oleh Wali Songo atau Wali


Sembilan. Sebutan itu sudah cukup menunjukkan bahwa mereka adalah penghayat
tasawuf yang sudah sampai pada derajat “Wali”. Para wali bukan saja berperan
sebagai penyiar Islam, melainkan mereka juga ikut berperan kuat pada pusat
kekuasaan kesultanan. Karena posisi itulah mereka mendapat gelar Susuhunan yang
biasa disebut Sunan.

B. Tokoh-tokoh Tasawuf Di Indonesia

1. Syeikh Hamzah Fansuri

Kiranya namanya di nusantara, kalangan ulama dan sarjana penyelidik


keislaman tidak asing lagi. Hampir semua penulis sejarah Islam mencatat behwa
Syeikh Hamzah Fansuri dan muridnya Syeikh Samsudin Sumatrani adalah tokoh sufi
yang sepaham dengan al-Hallaj, faham hulul, ittihad, mahabbah dan lain-lain adalah
seirama. Syeikh Hamzah Fansuri diakui salah seorang pujangga islam yang sangat
populer di zamannya, sehingga kini namanya menghiasi lembaran-lembaran sejarah
kesusteraan Melayu dan Indonesia. Namanya tercatat sebagai tokoh kaliber besar
dalam perkembangan islam dinusantara dari abadnya hingga abad ini.

Sufi yang jelas-jelas berpengaruh luar biasa dalam kehidupan intelektual al-
Fansuri adalah Muhyidin ibnu ’Arabi. Akan tetapi, karya-karya al-Fansuri juga
menunjukkan bahwa dia akrab dengan ide-ide para sufi semisal al-Jilli (wafat 832 H/
1428 M), Aththar (wafat 618 H/ 1221 M), Rumi (wafat 672H/1273M).

2. Syeikh Yusuf Makasari

Seorang tokoh sufi yang agung yang tiada taranya, berasal dari Sulawesi ialah
Syeikh Yusuf Makasari. Beliau dilahirkan pada 8 Syawal 1036 H atau bersamaan
dengan 3 Juli 1629 M, yang berarti belum beberapa lama setelah kedatangan tiga
orang penyebar Islam ke Sulawesi (yaitu Datuk Ri Banding dan kawan-kawannya
dari Minangkabau). Untuk diri sebesar ini selain ia dinamakan dengan Muhammad
yusuf diberi gelar juga dengan ”Tuanku Salamaka”, ”Abdul Mahasin”,
”Hidayatullah”.
Naluri atau fitrah pribadinya sejak kecil telah menampakkan diri cinta akan
pengetahuan keislaman, dalam tempo relatif singkat al-Qur’an 30 juz telah tamat
dipelajarinya. Setelah lancar benar tentang al-Qur’an dan mungkin beliau termasuk
seorang penghafal maka dilanjutkannya pula dengan pengetahuan-pengetahuan lain
yang ada hubungannya dengan itu. Dimulainya dengan ilmu nahwu, ilmu sharaf
kemudian meningkat hingga keilmu bayan, mani’, badi’, balaghah dan manthiq.

Beriringan dengan ilmu-ilmu yang disebut ”ilmu alat” itu beliau belajar pula
ilmu fiqih, ilmu ushuludin, dan ilmu tasawuf. Ilmu yang terakhir ini nampaknya
seumpama tanaman yang ditanam ditanah yang subur. Kiranya lebih serasi pada
pribadinya. Namun walaupun demikian adanya tiadalah dapat dibantah bahwa Syeikh
Yusuf juga mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya, seumpama ilmu hadist dan sekte-
sektenya, juga ilmu tafsir dalam berbagai bentuk dan coraknya, termasuk ”ilmu
asbaabun nuzul ”, ”ilmu tafsir”. Karangan-karangan Syeikh Yusuf Tajul Khalwati
yang berbahasa arab mungkin merupakan salinan tulisan tangan telah diserahkan oleh
Haji Muhammad Nur (salah seorang keturunan khatib di Bone dan mungkin adalah
keturunan Syeikh Yusuf sendiri).

3. Syeikh Abdul Rauf as-Singkili

Nama lengkapnya Abdul Rauf Singkel dalam ejaan bahasa arab disebut ’Abd ar-
Rauf bin ’Ali al-Jawiyy al-Fansuriyy as-Sinkilyy, selanjutnya akan disebut
Abdurrauf. Ia adalah seorang Melayu dari Fansur, Sinkil (Singkel) di wilayah pantai
barat laut Aceh. Hingga saat ini tiak ada data pasti mengenai tanggal dan tahun
kelahirannya. Akan tetapi menurut hipotesis Rinkes, Abdurrauf dilahirkan sekitar
tahun 1615 M. Rinkes mendasarkan dugaannya setelah menghitung mundur dari saat
kembalinya Abdurrahman dari tanah Arab ke Aceh pada 1661M.

Abdurrahman wafat pada tahun 1693M dan dimakamkan disamping makam


teuku Anjong yang dianggap paling keramat di aceh, dekat kuala sungai Aceh. Oleh
karena itulah di Aceh ia dikenal dengan sebutan Teuku di Kuala. Berkat
kemasyurannya, nama Abdurrauf diabadikan menjadi nama sebuah perguruan tinggi
di Aceh, yaitu Univeraitas Syiah Kuala.

Abdul Rauf telah menghasilkan berbagai karangan yang mencakup bidang fiqih,
hadist, tasawuf, tafsir al-Qur’an, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Beberapa karangan
yang dihubungkan dengan Abdurrauf dibidang tasawuf antara lain: Tanbih al-Masyi
al-Manshub Ila Thariq al-Qusyassyiyy (pedoman bagi orang yang menempuh tarekat
al-Qusyasyiyy, bahasa arab) ’Umdah al-Muhtajin Ila Suluk Maslak al-Mufarridin
(pijakan bagi orang-orang yang menempuh jalan tasawuf, bahasa melayu).

4. Nuruddin Ar-Raniri

Nuruddin Ar-Raniri lahir di kota Ranir Pantai Gujarat, India. Tahun


kelahirannya tidak di ketahui tetapi banyak ahli yang memperkirakan ia lahir di akhir
abad 16. Guru yang paling berpengaruh adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin ‘Abdullah
bin Syaiban, seorang guru Tarekat Rifa’iyah. Ar-Raniri merupakan tokoh
pembaharuan Islam di Aceh. Pembaharuan utamanya adalah memerangi aliran
Wujudiyyah yang dianggap aliran sesat. Karya-karya beliau antara lain Ash-Shirath
Al-Mustaqim, Bustan As-Salatin fi DzikirAl-Awwalin wa Al-Akhirin, Durrat Al-
Farra’idh bi Syarhi Al’Aqa’id, Syifa Al-Qulub.

Mengenai ketuhanan, Ar-Raniri berupaya menyatukan paham Mutakallimin


dengan paham para sufi yang diwakili oleh Ibn Arabi. Ia berpendapat ungkapan
“wujud Allah dan Alam Esa” berarti alam ini merupakan sisi lahir dari hakikat batin
yaitu Allah SWT sebagaimana yang dimaksud Ibn Arabi. Tetapi hakikatnya alam ini
tidak ada yang ada adalah wujud Allah Yang Esa. Jadi ia berpendapat bahwa alam ini
tidak bisa dikatakan berbeda dengan Allah atau bersatu dengan Allah, alam ini
merupakan tajalli Allah SWT.

5. Syeikh Nawawi Al-Bantani

Lahir dengan nama Abû Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin
‘Arabi. Ulama besar ini hidup dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang
lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten
Serang, Propinsi Banten. Bernasab kepada keturunan Maulana Hasanuddin Putra
Sunan Gunung Jati, Cirebon. Keturunan ke-12 dari Sultan Banten. Nasab beliau
melalui jalur ini sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Di usia beliau yang
belum lagi mencapai 15 tahun, Syaikh Nawawi telah mengajar banyak orang.

Dalam bidang tasawuf ia memiliki konsep yang identik dengan tasawuf ortodok.
Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada gurunya Syekh Khatib Sambas,
seorang ulama tasawuf asal Jawi yang memimpin sebuah organisasi tarekat, bahkan
tidak ikut menjadi anggota tarekat, namun ia memiliki pandangan bahwa keterkaitan
antara praktek tarekat, syariat dan hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah
dari keterkaitan ini Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat
dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh
dengan kapal berlayar di laut.

6. Hamka

Hamka, atau nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (lahir di
Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia pada 17 Februari 1908-24
Juli 1981) adalah seorang penulis dan ulama terkenal Indonesia. Ayahnya ialah Syekh
Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan
pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau. Beliau melibatkan diri dengan
pertubuhan Muhammadiyah dan menyertai cawangannya dan dilantik menjadi
anggota pimpinan pusat Muhammadiyah. Beliau melancarkan penentangan terhadap
khurafat, bida’ah, thorikoh kebatinan yang menular di Indonesia.

Oleh karena itu, beliau mengambil inisiatif untuk mendirikan pusat latihan
dakwah Muhammadiyah. Sebagai realisasi dari upayanya memurnikan kembali
ajaran tasawuf, Hamka menulis beberapa karya yang berkenaan dengan tasawuf.
Berikut ini dikemukakan beberapa pokok pikirannya, sebagaimana yang terdapat
dalam bukunya, Tasawuf Moderen.

7. Wali Songo

Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia


khususnya Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam mengajarkan tasawuf
kepada masyarakat. Pada abad ke-12 M, peranan ulama tasawuf sangat dominan di
dunia Islam. Hal ini antara lain disebabkan pengaruh pemikiran Islam al-Ghazali
(wafat 111 M), yang berhasil mengintegrasikan tasawuf ke dalam pemikiran
keagamaan madzab Sunnah wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan
masyarakat menengah. Hal ini juga berlaku di Indonesia, sehingga corak tasawuf
yang berkembang di Indonesia lebih cenderung mengikuti tasawuf yang diusung oleh
al-Ghazali, walaupun tidak menutup kemungkinan berkembang tasawuf dengan
corak warna yang lain.
Abdul Hadi W. M. dalam tesisnya menulis : “Kitab tasawuf yang paling awal
muncul di Nusantara ialah Bahar al-Lahut (lautan Ketuhanan) karangan `Abdullah
Arif (w. 1214). Isi kitab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang wujudiyah Ibn
`Arabi dan ajaran persatuan mistikal (fana) al-Hallaj”. Sehingga sejarah mencatat di
samping Wali Songo sebagai pengusung tasawuf sunni juga muncul Syekh Siti Jenar
sebagai penyebar tasawuf falsafi dengan ajaran ‘manunggaling kawula gusti’. Aliran
tasawuf yang berkembang pada zaman Walisongo dikelompokan menjadi 2 yaitu :

• Tasawuf Sunni

• Tasawuf Falsafi

8. Syeikh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy

Beliau adalah seorang keturunan ulama, ayahnya bernama Abdullah as-Sumatri,


dan mendapat pendidikan kesufian dari Syekh Hamzah Pansuri. Syamsuddin
Sumatrani dikenal dengan nama Syamsuddin Pasai. Ia pernah belajar Ilmu Tasawuf
pada syekh Hamzah Pansuri dan Sunan bonang di Jawa.Dia lebih giat menulis buku
tasawuf daripada gurunya (Hamzah Pansuri), dan keberhasilannya karena ditunjang
oleh dana yang memadai.

Tentang Allah, Syamsuddin Sumatrani mengajarkan bahwa Allah itu Esa


adanya, Qadim, dan Baqa. Tentang Penciptaan. Menggambarkan tentang penciptaan
dari Dzat yang mutlak. Tentang manusia ia berpendapat bahwa manusia seolah-olah
semacam objek ketika Tuhan menzahirkan sifatnya. Semua sifat-sifat yang dimiliki
oleh manusia ini hanyalah sekedar penggambaran sifat-sifat Tuhan dan tidak bearti
bahwa sifat-sifat Tuhan itu sama dengan sifat yang dimiliki manusia.

9. Syeikh Abdus Shamad Al-Falimbani

Ia termasuk seorang Shufi, putra dari seorang Ulama Tasawuf yang terkemuka
di zamannya, bernama Syekh Abdul Jaiil bin Abdil Wahhab bin Syekh Ahmad Al-
Mahdan Al- Yaman. Dari beberapa ungkapannya, ia sering mengatakan; seorang
Shufi tidak boleh belajar dan berdzikir saja, tetapi ia harus tampil membela agama
Islam dengan perjuangan pisik. Karena itu, ia gugur di medan peperangan ketika ia
turut memimpin pasukan Muslim melawan Siam (Muanthai) yang hendak
melenyapkan agama Islam.
Mengenai kitab karangannya yang memuat ajaran Tasawuf antara lain :
Shiraatul Muriid Fi-Bayaan Kalimatir Tauhid, Hidaayatus Saalikiin, Siyaarus
Saalikin (empat jilid), Urwatul Wutsqaa, Nashiihatul Muslim Wa-Tadzkratul
Mu’minin Fi-Sabilillah, Ratiib Syekh abdish Shamaad Al-Falimbaaniy.

10. Syeikh Burhanuddin

Beliau merupakan penduduk asli Minangkabau, lahir pada tahun 1056 H/1646
M dan meninggal pada bulanSyafar 1111 H/1693 M. Murid dari Syekh Abdul Ra‟uf
Singkel yang berpaham Syafi‟I, Beliau mendirikan madrasah dan mengajar di
ulakan,diantara murid-murid yang pernah belajar dengan beliau adalah; Tuanku
Mansingan Nan Tuo, Tuanku Imam Bonjol.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejak berdirinya kerajaan Islam Pasai, kawasan Pasai menjadi titik sentral
penyebaran agama Islam ke berbagai daerah di Sumatera dan pesisir utara Pulau
Jawa. Perkembangan tasawuf di Indonesia berkaitan erat dengan proses islamisasi di
kawasan Nusantara. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penyebaran Islam
di Nusantara merupakan jasa para sufi. Adapun tokoh-tokoh sufi yang sangat
berpengaruh di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, al-Raniri, Abd. Rauf Sinkel, Abd
Shamad al-Palembani, Sheh Yusuf al-Makassari, Nawawi al-Bantani, dan Hamka.

Dari tokoh-tokoh tersebut di atas Islam di Indonesia berkembang dan dapat di


terima oleh masyarakat bangsa Indonesia, walau tidak bisa di pungkiri ada perbedaan
dan pertentangan di antara ajaran seorang sufi yang satu dengan tokoh sufi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai