Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS TASAWUF DI INDONESIA

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Dr. Musdhalifah, M.HI

Disusun Oleh :

Aida Batrisyia 204105030038

Firda Fitriana Zahro 204105030049

Ikma Palupi Harjo 204105030041

Muhammad Yusron 204105030041

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikah rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan hingga terang menderang
seperti sat ini.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas terhadap kami sehingga menambah wawasan
keilmuan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dari awal sampai
akhir pembuatan makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan keterbatasan
kemampuan dan waktu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun senantiasa kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan pihak-pihak yang
berkepentingan.

Jember, 21 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang..............................................................................................................4
2. Rumusan masalah.........................................................................................................4
3. Tujuan...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Tasawuf di Indonesia......................................................................5
B. Masa Wali Songo : Tokoh dan Pemikiran Tasawufnya...............................................5
C. Masa Pertumbuhan dan Perkembangannya : Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi di
Indonesia
......................................................................................................................................
11

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.......................................................................................................................14
2. Saran.................................................................................................................................14
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu bangsa yang dikenal dunia sebagai bangsa yang memiliki tingkat
spiritualitas yang tinggi, hal ini dapat kita amati dari ajaran yang ada pada setiap agama, dan Islam pada
khususnya. Dari masa penyebaran ajaran agama Islam, para pendakwah telah menanamkan nilai-nilai
spiritual di setiap ajaran yang disampaikan kepada masyarakat. Spiritualitas Islam atau yang lebih dikenal
di Indonesia disebut dengan tasawuf, tasawuf telah ada sejak penyebaran agama Islam di wilayah
nusantara ini, berkembang pesat seiring diterimanya ajaran agama Islam ditengah-tengah masyarakat kala
itu.

Menurut catatan sejarah, ajaran Islam dapat berkembang karena disampaikan olah para pendakwah
dari beragam negeri di Asia hingga Timur Tengah, diantara mereka ada yang berasal dari bangsa Arab,
India, dan Persia. Menurut Abu Al-‘Ala Al-‘Afifi, kehidupan spiritual pada dasarnya bukan hal baru bagi
Islam, melainkan sudah terlebih dahulu hidup dan berkembang di setiap negeri yang dimasuki Islam. Jika
Islam pada hakikatnya adalah agama terbuka dan tidak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan
letak geografis, tasawuf Islam telah membuka wawasan lebih luas bagi keterbukaan yang meliputi agama-
agama lain. Yang patut disyukuri dan lebih menarik lagi, bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak
dilalui dengan agenda perang, karena Islam datang dan diterima dengan damai dan tangan terbuka.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya Tasawuf di Indonesia?
2. Bagaimana pemikiran tasawuf pada masa wali songo?
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan tasawuf sunni dan tasawuf falsafi di indonesia?

3. Tujuan

1. untuk mengetahui sejarah masuknya tasawuf di Indonesia

2. untuk mengetahui pemikiran tasawuf pada masa wali songo

3. untuk mengetahui pertumbuhan dan pemikiran tasawuf sunni dan tasawuf falsafi di indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MASUKNYA  TASAWUF  DI  INDONESIA


Membahas perkembangan tasawuf di Indonesia, tidak lepas dari pengkajian proses Islamisasi di
kawasan ini. Sebab, penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi. Dari sekian banyak naskah
lama yang berasal dari Sumatera, baik yang ditulis dari bahasa Arab dan bahasa Melayu, berorientasi
sufisme. Hal ini menunjukkan bahwa pengikut tasawuf merupakan unsur yang sangat dominan dalam
masyarakat pada masa itu. Di Sumatera bagian utara terdapat empat sufi terkemuka, antara lain:

Hamzah Fansuri (17 Masehi) yang terkenal dengan tulisan Asrar Al-‘Arifin dan Syarab Al-‘Asyikin, serta
beberapa kelompok puisi sufi. Syamsudin Pasai penulis buku Jauhar Al-Haqoriq dan Mirat Al-Qulub. Dia
adalah murid dan pengikut Hamzah Fansuri yang mengembangkan doktrin Wahdat l-Wujud IbnArabi.

Abd Rauf Singkel (1639M) adalah seorang pengikut Ordo Syattariyah, karyanya berjudul Mira’at Ath-
ThullabI. Nuruddin Ar-Raniri (1644M) penulis Bustan As-Salatin.

Sejak berdirinya kerajaan Islam Pasai, kawasan Pasai menjadi titik sentral penyebaran agama
Islam ke berbagai daerah di Sumatera dan pesisir utara Pulau Jawa. Islam tersebar di ranah Minangkabau
atas upaya Syaikh Burhanuddin Ulakan (1693M), murid Abdur Rauf Singkel, yang terkenal dengan
Syaikh Tarekat Syattariyyah. Ulama-ulama besar yang muncul kemudian di daerah ini, pada umumnya
berasal dari didikan Syaikh Ulakan, seperti Tuanku Nan Ranceh, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman,
Tuanku Lintau dan lain-lain.

Penyebaran Islam ke Pulau Jawa,  juga berasal dari kerajaan Pasai, terutama atas jasa Maulana Malik
Ibrahim, Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoro yang ketiganya adalah abituren Pasai. Melalui keuletan
itulah berdiri kerajaan Islam Demak yang kemudian menguasai Banten dan Batavia melalui Syarif
Hidayatullah. Perkembangan Islam selanjutnya digerakkan oleh Wali Songo atau Wali Sembilan. Sebutan
itu sudah cukup menunjukkan bahwa mereka adalah penghayat tasawuf yang sudah sampai pada derajat
“Wali”. Para wali bukan saja berperan sebagai penyiar Islam, melainkan mereka juga ikut berperan kuat
pada pusat kekuasaan kesultanan. Karena posisi itulah mereka mendapat gelar Susuhunan yang biasa
disebut Sunan.

5
B. MASA WALI SONGO : TOKOH DAN PEMIKIRAN TASAWUFNYA
Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang wali, sedangkan secara filosofis maksudnya
sembilan orang yang telah mampu mencapai tingkat wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu
mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki
peringkat wali.6 Di dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa walisongo (sembilan wali) adalah
sembilan ulama yang merupakan pelopor dan pejuang pengembangan Islam (islamisasi) di Pulau Jawa
pada abad kelima belas (masa Kesultanan Demak). Kata “wali” (Arab) antara lain berarti pembela, teman
dekat dan pemimpin.

1. Sunan Gresik
Sunan Gresik nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau masih keturunan Ali Zainal
Abidin al-Husein. Setelah mendedikasikan dirinya di Gresik, Jawa Timur, beliau mendapat gelar Maulana
Maghribi, Syekh Maghribi, dan Sunan Gresik. Beliau datang ke Indonesia pada zaman kerajaan
Majapahit tahun 1379 untuk menyebarkan Islam bersama-sama Raja Cermin. Maulana Magribi datang ke
Jawa tahun 1404 M. Beliau berasal dari Samarkandi di Asia Kecil. Dari Asia Kecil beliau bermukim dulu
di Campa dan kemudian datang ke Jawa Timur. Kedatangan beliau jauh sesudah agama Islam masuk di
Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui dari batu nisan seorang wanita muslim bernama Fatimah binti
Maimun yang wafat pada tahun 476 H. atau 1087M.

Menurut literatur yang ada, Malik Ibrahim seorang yang ahli pertanian dan ahli pengobatan. Sejak
beliau berada di Gresik, hasil pertanian rakyat Gresik meningkat tajam. Dan orang-orang yang sakit
banyak disembuhkannya dengan daun-daunan tertentu. Sifatnya lemah lembut, belas kasih dan ramah
kepada semua orang baik sesama muslim atau nonmuslim membuatnya terkenal sebagai tokoh
masyarakat yang disegani dan sional, Spiritual dan Perilaku Prososial Santri Sabilul Ihsan Pamekasan
Madura Zamzami Sabiq ~ 111 - 126 Politik Pendidikan Islam Orde Lama 1945-1965 Study Kebijakan
Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Islam) Ismail ~ 127 - 151 Pengajian dan Dekadensi
Moral Remaja Nur Jamal ~ 153 - 177 Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam Siti Farida ~ 179 - 187
Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ~ 357 - 378 dihormati.

Kepribadiannya yang baik itulah yang menarik hati penduduk setempat sehingga mereka
berbondong-bondong untuk masuk agama Islam dengan suka rela dan menjadi pengikut beliau yang setia.
Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan mendirikan masjid dan pesantren untuk mengajarkan agama
Islam kepada masyarakat sampai ia wafat. Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal
822 H/ 1419 M, dan dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik. Pada nisannya terdapat tulisan Arab yang
menunjukkan bahwa dia adalah seorang penyebar agama yang cakap dan gigih.

2. Sunan Ampel

6
Sunan Ampel lahir pada 1401, dengan nama kecil Raden Rahmat. Beliau adalah putra Raja Campa.
Raden Rahmat menikah dengan Nyai Manila, seorang putri Tuban. Beliau mempunyai empat anak :
Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Putri Nyai Ageng Maloka dan
Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Beliau terlibat dalam pembangunan masjid Demak (1479).

Sunan Amel merupakan pelanjut perjuangan Maulana Malik Ibrahim yang sangat handal. Beliau
terkenal dengan mengarang sya’ir dengan menggunakan ide-ide dan budaya lokal. Sunan Ampel juga
yang pertama kali menciptakan Huruf Pegon atau tulisan Arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf
pegon ini, beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf
pegon tetap dipakai sebagai bahan pelajaran agama Islam di kalangan pesantren. Sunan Ampel wafat pada
tahun 1481 M. Hasil didikan Sunan Ampel yang terkenal adalah falsafah Mo Limo atau tidak melakukan
lima hal tercela, yaitu : a. Moh Main atau tidak mau berjudi b. Moh Ngombe atau tidak mau minum arah
atau bermabuk-mabukan. c. Moh Maling atau tidak mau mencuri d. Moh Madat atau tidak mau mengisap
candu, ganja dan lain-lain. e. Moh Madon atau tidak mau berzina.

3. Sunan Bonang
Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal
sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka
mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang
kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren.

Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri
dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan.
Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan menyisipkan
napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap
menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain
(ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya kini dikenal dengan istilah sekaten, yang
berasal dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma,
sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan Bonang wafat di
pulau Bawean pada tahun 1525 M.

4. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada suber yang lain yang mengatakan namanya adalah
Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu
adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden
Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan
Tuban.

7
Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Dalam waktu yang singkat telah banyak
orang-orang yang berguru kepada beliau. Setahun kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat ilham
agar pindah ke daerah sebalah selatan kira-kira sejauh satu kilometer dari desa Jelag itu. Di sana beliau
mendirikan Mushalla atau Surau yang sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun
tinggal di daerah itu, beliau mendaat ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat sional,
Spiritual dan Perilaku Prososial Santri Sabilul Ihsan Pamekasan Madura Zamzami Sabiq ~ 111 - 126
Politik Pendidikan Islam Orde Lama 1945-1965 Study Kebijakan Pemerintah Dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Islam) Ismail ~ 127 - 151 Pengajian dan Dekadensi Moral Remaja Nur Jamal ~ 153 - 177
Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam Siti Farida ~ 179 - 187 ~ 357 - 378 baru itu beliau
berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, yaitu dengan menabuh seperangkat gamelan untuk
mengumpulkan orang, setelah itu lalu diberi ceramah agama.

Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan
menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat gamelan itu
masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya. Beliau wafat ada petengahan abad ke 16.

5. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati
Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak
bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari
gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu
tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir. Setelah diusir, ia bertemu orang
berjubah putih, dia adalah Sunan Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh
menunggui tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka
Raden Sahid disebut Sunan Kalijaga.

Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang,
sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti. Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita
Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan
Islam.15 Sunan Kalijaga wafat pada pertengahan abad ke 15.

6. Sunan Giri
Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak
Samboja.Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa,
Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam
penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer.

8
Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang dagangan
kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa sunyi selama 40
hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada pesan ayahnya sewaktu
belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan yang dibawahi dari negeri Pasai
melalui desa Margonoto. Sampailah Raden Paku di daerah perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia
mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri.

Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik dilakukannya
sendiri waktu muda melalui berdagang atau bersama muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-
tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain. Sunan
Giri wafat pada awal abad ke 16.

7. Sunan Kudus
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki keahlian
khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di
antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dan karena
keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.

Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis, Palestina, dan
pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban di Palestina. Atas jasanya itu, oleh
pemerintah Palestiana ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus
mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat)
permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549,
masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitanya
diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di Palestina, al-Quds.

Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita
keagamaan. Yang paling terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat pada
tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus sional, Spiritual dan Perilaku Prososial Santri Sabilul Ihsan
Pamekasan Madura Zamzami Sabiq ~ 111 - 126 Politik Pendidikan Islam Orde Lama 1945-1965 Study
Kebijakan Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Islam) Ismail ~ 127 - 151 Pengajian dan
Dekadensi Moral Remaja Nur Jamal ~ 153 - 177 Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam Siti Farida
~ 179 - 187 Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ~ 357 - 378 Di pintu makan Kanjeng Sunan Kudus terukir
kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M.

8. Sunan Muria
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan Pulau
Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan

9
dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam
berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai keruh
airnya. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata.

Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat
dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi
Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.19 Sunan Muria
wafat pada abad ke 16. Sunan Gunung Jati Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam
menyebarkan Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon.
Nama aslinya Syarif Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.20 Setelah selesai menuntut ilmu pasa
tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya.

Disana beliau bersama ibunya disambut gembira oleh pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain minta
agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren untuk
meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif
Hidayatullah dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung
Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia
sebagai pangeran, dakwah islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain. Setelah Cirebon
resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati
berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan
agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda
Kelapa, dan Banten.

9. Sunan Gunung Jati


Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa,
terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif Hidayatullah.
Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja
Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Setelah selesai menuntut ilmu pasa tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan
ilmunya. Disana beliau bersama ibunya disambut gembira oleh pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain
minta agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren untuk
meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif
Hidayatullah dipanggil sunan gunung Jati.

10
Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi
pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran, dakwah islam
dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah
Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi
kerajaan yang belum menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-
daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten

4. MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANNYAA : TASAWUF SUNNI DAN


TASAWUF FALSAFI DI INDONESIA

1. tasawuf Sunni di Indonesia


Di Indonesia Syaikh Nur Al-Din Ar-Raniri dan Syaikh ‘Abd As-Shamad Al-Palimbani dikenal
sebagai pelopor bagi perkembangan tasawuf Sunni, karena metode dan ajaran-ajaran yang disampaikan
sedikit banyak diserap dari hasil karya pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Imam Al-Ghazali, salah satu karyanya “Ihya Ulum Ad-Din” merupakan salah satu pegangan
wajib bagi pengajaran tasawuf Sunni pada masanya dan hingga saat ini. Raniri berupaya keras dalam
menanamkan serta mengembangkan ajaran tasawuf Sunni, hal ini tidak lain demi menunjukkan sikap
antipati terhadap keadaan sosial masyarakat ketika itu, yang sangat mengagungkan materi sebagai gaya
hidup, tasawuf Sunni disamping sebagai sikap juga dapat dikatakan sebagai alternatif dan solusi untuk
menghindarkan masyarakat dari kecintaan terhadap hal-hal duniawi. Sepeninggal Raniri, ‘Abd Shamad
Al-Palimbani berdiri tegak untuk meneruskan semangat perjuangan gurunya meskipun banyak
pertentangan dimana-mana, Raniri yang begitu keras memperjuangkan tasawuf Sunni dengan
mengadakan kampanye anti-tasawuf falsafi mendapat kecaman yang luas, meskipun pada akhirnya tetap
mendapatkan tempat di masyarakat, perjuangannya tidaklah sia-sia dan berhenti sampai disitu. Al-
Palimbani muncul untuk mengusung visi dan misi yang sama dengan gurunya. Dengan berbekal ilmu dari
berbagai negeri yang telah ia kunjungi, Al-Palimbani tetap mengajarkan para pengikut tasawuf Sunni
dengan ajaran-ajaran yang telah disampaikan sebelumnya. 
Semasa hidupnyaAl-Palimbani telah menulis sebanyak delapan karya, sebagian karya-karyanya
merupakan tarjamah dari kitab-kitab Imam Al-Ghazali, dengan ditambahkan komentar-komentar. Tapi
berbeda dengan gurunya, dalam hal pengaruh pemikiran yang ada padanya, Al-Palimbani terlihat jelas
sangat terpengaruh oleh pemikiran Ibn ‘Arabi, hal ini nyata ketika dalam thesisnya tentang ruh, Al-
Palimbani lebih mengutamakan konsep yang digagas oleh Ibn ‘Arabi, namun meskipun begitu Al-
Palimbani tetap berusaha untuk membuat sinthesis terhadap pemikiran keduanya, hal ini sebagai bentuk
upaya untuk menjembatani antara pemikiran Imam Al-Ghazali dan Ibn ‘Arabi. Al-Palimbani berusaha

11
untuk membuktikan bahwa ajaran tasawuf Ibn ‘Arabi tidaklah berseberangan bahkan bertentangan
dengan akidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.

2. Tasawuf Falsafi di Indonesia

Wacana tasawuf falsafi di Indonesia agaknya dimotori oleh Hamzah Fansuri pada abad ke 17 M.
Sekalipun pada abad ke 15 sebelumnya telah terjadi peristiwa tragis berupa eksekusi mati terhadap Syekh
Siti Jenar atas fatwa dari Wali Songo, karena ajarannya dipandang menganut doktrin sufistik yang bersifat
bid’ah berupa pengakuan akan kesatuan wujud manusia dengan wujud Tuhan, Zat Yang Maha Mutlak.

Namun sejauh ini belum menemukan literatur yang menjelaskan apakah paham yang dianut Syekh
Siti Jenar adalah wahdatulwujud yang berasal dari Ibnu Arabi lewat ‘jaringan ulama’ sebagaimana
dimaksud Azra dalam bukunya tersebut. Terlebih lagi terlalu sedikit literatur yang menjelaskan
keberadaan sosok Syekh Siti Jenar dalam khazanah keislaman di Nusantara. Paling tidak menurut Alwi
Shihab, kehadiran Syekh Siti Jenar dengan ajaran dan syathahad-nya yang dipandang sesat, dapat
dijadikan sebagai tahap pertama perkembangan tasawuf falsafi di Indonesia. Alwi menamakannya
sebagai tahap perkenalan. Pembunuhan terhadap Syekh Siti Jenar agaknya telah meredupkan cahaya
perkembangan tasawuf falsafi di Indonesia dalam waktu yang lama, sampai kemudian munculnya
Hamzah dan Syamsuddin di Sumatera.

Hamzah Fansuri adalah keturunan Melayu yang dilahirkan di Fansur -nama lain dari Barus-. Para
peneliti tidak menemukan bukti yang valid kapan sebenarnya Hamzah lahir. Dia diperkirakan hidup pada
akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17, yakni pada masa sebelum dan selama pemerintahan Sultan ‘Ala al-
Din Ri’yat Syah (berkuasa 977-1011H/1589-1602M). Hamzah diperkirakan meninggal sebelum tahun
1016H/1607M.

Hamzah memulai pendidikannya di Barus, kota kelahirannya yang pada waktu itu menjadi pusat
perdagangan, karena saat itu Aceh berada dalam kemajuan di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda
dan Iskandar Tsani. Kwalitas pendidikan yang cukup baik di Aceh menjadikan Hamzah dapat
mempelajari ilmu-ilmu agama seperti ; fiqh, tauhid, akahlak, tasawuf, dan juga ilmu umum seperti ;
kesustraan, sejarah dan logika. Selesai mengikuti pendidikan di tanah kelahirannya, Hamzah kemudian
melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah, khususnya Persia dan Arab. Sehingga dia dapat menguasai
bahasa Arab dan Persia, mungkin juga bahasa Urdu. Dalam hal tasawuf falsafi diperkirakan Hamzah
mempelajari dari Iraqi, murid Sadr al-Din al-Qunawi, murid kesayangan Ibnu Arabi.

Sekembalinya dari perantauan menuntut ilmu, Hamzah mengajarkan agama di Aceh melalui lembaga
pendidikan “Dayah” (pesantren) di Oboh Simpang-Kanan, yang merupakan cabang dari Dayah Simpang-
Kiri yang diasuh oleh kakaknya Syekj Ali Fansuri, ayah dari Abdr Rauf al-Sinkli. Hamzah ternyata tidak

12
hanya berakfitas sebagai guru, namun juga rajin menulis. Tetapi sangat disayangkan karya-karya Hamzah
tersebut tidak lagi ditemukan karena telah dimusnahkan oleh ‘lawan-lawannya’ yang menentang paham
wujudiyah yang dikembangkan oleh Hamzah.

Pemikiran Hamzah tentang ajaran wujudiyah terdapat dalam karyanya Zinat al-Wahidin, yang terdiri dari
tujuh bab. Menurut Hamzah hakekat dari Zat Yang Maha Mutlak, Kadim dan pencipta alam semesta tidak
dapat ditentukan atau dilukiskan. Dalam kaitan ini bagi Hamzah alam yang pada mulanya bersifat ruhani
kemudian berubah berisifat jasmani adalah manifestasi dari zat Ilahi. Zat Ilahi menampung seluruh
wujud, sehingga dalam aspek transenden zat Tuhan tidak bertepi. Pada aspek immanen zat Tuhan juga
tidak terpisah dari alam. Lebih jauh Hamzah menjelaskan tahap-tahap hubungan Tuhan dengan
manifestasi-Nya, alam.

Tahap pertama disebut la ta’ayyun, pada tahap ini Tuhan yang Esa belum berhubungan dengan alam. Lalu
bagaimana Tuhan menciptakan alam, padahal suatu hal yang mustahil Tuhan sebagai Zat Yang Mutlak
dari-Nya langsung muncul nakhluk-makhluk yang sifatnya relatif. Menurut Hamzah Penciptaan dari Zat
Mutlak ke alam yang relatif membutuhkan tahapan-tahapan.

Pertama, ta’ayyun awwal yaitu Tuhan menampakkan diri-Nya melalui ilmu-Nya, sifat-Nya dan Nur-
Nya, ide-ide ketuhanan pada tahap ini dalam pengajaran Syamsuddin Samatrani masih bersifat ijmali atau
global. Kedua ta’ayyun tsani merupakan penampakan dalam diri Tuhan yang menghasilkan munnculnya
pengetahuan terperinci tentang hakikat-hakikat alam (a’yyan tsabitah). Dalam pengajaran Hamzah
ditegaskan bahwa a’yan tsabitah tidaklah memiliki wujud aktual. Unsur ini merupakan pola-pola
rancangan tetap dan lengkap tentang alam. Alam diwujudkan Tuhan secara aktual menurut pola-pola
rancangan tersebut. Ketiga ta’ayyun tsalist, yaitu penampakan Tuhan dalam alam arwah, tahap ini terjadi
di luar zat yang Mutlak sehingga dinamakan a’yan kharijah. Keempat, ta’ayyun rabi’ merupakan
penampakan kepada seluruh makhluk, tapi masih dalam alam misal dan kelima, ta’ayyun khamis,
penampakan Tuhan terakhir pada alam insan dan alam dunia.

Tahapan-tahapan dalam penciptaan ini hanyalah hirarki yang disusun untuk lebih mudah memahami,
yang sebenarnya terjadi secara gradual dan seketika. Dengan pemikiran ini Hamzah menjelaskan bahwa
penampakan Tuhan tidak terjadi begitu saja atau secara langsung, tapi melalui tahap tertentu, sehingga
keesaan dan kemurnian Tuhan tidak tercampuri dengan makhluk.

13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Walisongo adalah
sembilan orang yang telah mampu mencapai tingkat wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu
mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki
peringkat wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Ajaran tasawuf yang diajarkan meliputi
tasawuf akhlaqi dan tasawuf falsafi. Cara pengajarannya melalui 1) Berdakwah dengan Pendidikan,
kelembagaan dan Ilmu Hikmah; 2) Menggunakan kebijaksanaan dan melakukan akulturasi ajaran Islam
dengan kebudayaan setempat; 3) Mengakulturasi kesenian dengan ajaran tasawuf.
Baik tasawuf sunni ataupun tasawuf falsafi, keduanya memiliki akar yang kuat bagi perkembangan
ajaran tasawuf di Indonesia, baik secara nadzari (teoritis) dan amali (praktis). Dua aliran tasawuf ini
berkembang pesat hingga saat ini, meski pada awalnya tasawuf sunni lah yang lebih dikenal dahulu oleh
masyarakat pada saat itu. Tasawwuf sunni yang dibawa dan dikenalkan oleh para da’i memiliki karakter
khusus, yaitu sebagai representasi dari ajaran tasawuf Abu Hamid Al-Ghazali. Banyak kalangan yang
menganut ajaran tasawuf ini mempelajari teori dan praktik tasawuf berdasarkan pada kitab-kitab yang
dikarang oleh Al-Ghazali.
2. Penutup
Kami mengharap kritik dari pembaca agar lebih baik kedepannya dalam membuat makalah.
Karena kami tau bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan kita mengenai arti dan pengamalan dari pancasila.

14
DAFTAR PUSTAKA

Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010)

Dr. Alwi Shihab, Ph.D, Akar Tasawuf di Indonesia (Pustaka Iman, 2009)

https://www.kompasiana.com/efrin/54fefd3da33311165050f9fc/tasawuf-falsafi-di-nusantara-abad-ke-
xvii-m

15

Anda mungkin juga menyukai