Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Rahmat Islam Bagi Nusantara” ini
dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan
data-data yang diperoleh melalui buku – buku pedoman, serta data-data dan keterangan dari
internet. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih.

Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan. Demikian kata pengantar ini
kami buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada
umumnya.

Ternate, 12 maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI  ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

       Latar Belakang .............................................................................................................          

       Rumusan Masalah     .................................................................................................... 

        tujuan        ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.    Masuknya islam ke nusantara (indonesia)........................................................           

B.     Strategi dakwah islam di nusantara   ..............................................................        

C.     Perkembangan islam di nusantara   ................................................................. 

D.    Kerajaan islam     ..............................................................................................       

E.     Gerakan pembaruan islam di indonesia ...........................................................      

F.      Menerapkan perilaku mulia ............................................................................       

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................................................         

DAFTAR PUSTAKA 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,


sebagian berpendapat bahwa Islam masuk  pada abad ke-7 M  yang datang lansung dari Arab.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang berpendapat
bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat tersebut dari
pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar bukti-bukti sejarah serta peneltian para
sejarawan yang menggunakan pendekatan dan  metodenya masing-masing.

Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam
mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . hal tersebut tak lepas dari  peran tokoh serta
ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi
di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam proses
Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan
masyarakat muslim kultural  Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan
dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat
Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

1.2. Rumusan Masalah

1.  Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara?


2.  Apa saja Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara?
3.  Bagaimana Proses Penyebaran Islam di Nusantara?
4.  Proses Penyebaran Islam di Wilayah?
1.3. Tujuan Penulisan

1.  Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara.


2.  Mengetahui dan mengenal Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
3.  Untuk mengetahui Proses Penyebaran Islam di Nusantara.
4.  Mengetahui Poses Penyebaran Islam di Nusantara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya islam ke nusantara (indonesia)

Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara yang
dibawa oleh para pedaganG muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat
perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam
ke Indonesia

1.  Teori Gujarat

Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam
masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad ke-13 masehi.

2.  Teori Persia

P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam
dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan
islam di Indonesia dengan Persia.

3.  Teori Mekkah

Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa para
pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China yang menyatakan
jika pada abad ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di pantai barat Sumatera

B.     Strategi Dakwah Islam Di Nusantara

Dari pembahasan tentang masuknya Islam ke Nusantara, dapat dipahami bahwa


masuknya agama Islam ke Indonesia terjadi secara periodik, tidak sekaligus. Pada bagian ini
akan diuraikan mengenai strategi penyebaran Islam dan media yang dipergunakan oleh para
pedagang dan mubaligh dalam penyebaran Islam di Indonesia.

Salah satu arti “strategi” yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Dalam konteks
dakwah Islam, strategi dakwah yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
para mubaligh, yang membawa misi Islam di dalamnya.

Dari kajian di atas dan berbagai literatur, setidaknya terdapat beberapa kegiatan yang
dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya
adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan tasawuf. Berikut uraian singkat
mengenai hal tersebut:

1.      Perdagangan

Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah
perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada
abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa
di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan sebagainya. Mereka turut ambil bagian
dalam perdagangan di negeri-negeri bagian Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia.

2.      Perkawinan

Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social ekonomi yang lebih
baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi,
terutama para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim. Hanya saja
ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih
dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena proses pengIslaman
hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.

3.      Pendidikan

Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para ulama
banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah, para
ulama memberikan pengajaran ilmu keIslaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian
para santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka dianggap
mampu, mereka kembali ke kampong halaman untuk mengembangkan agama Islam dan
membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren
mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.
4.      Tasawuf

Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah
tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga
menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut.

5.      Kesenian

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukkan
wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. 

6.      Politik

Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk
Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di wilayah ini.
Jalur politik juga ditempuh ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non Islam, baik di
Sumatera, Jawa, maupun Indonesia bagian Timur.

7.      Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat

Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang menyebarkan


Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama Islam di daerah
Gowa  (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai
(Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para
bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa. Wali
yang terkenal ada 9 wali, yaitu :

1)     Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

2)     Sunan Ampel (Raden Rahmat)

3)     Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)

4)     Sunan Giri (Raden Paku)

5)     Sunan Derajat (Syarifuddin)

6)     Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)

7)     Sunan Kudus (Jafar Sodiq)


8)     Sunan Muria (Raden Umar Said)

9)     Sunan Gunung Jati (Faletehan)

Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai:

a.      penyebar agama Islam

b.      pendukung kerajaan-kerajaan Islam

c.      penasihat raja-raja Islam

d.      pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.

Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.

C.     Perkembangan islam di nusantara

1.     Perkembangan Islam di Sumatera

Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman


ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut
masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan
Samudera Pasai.

2.     Perkembangan Islam di Jawa

Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal
kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau abad
pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah bin Abi
Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai
pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya
tetap berlangsung dan diteruskan oleh para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka.
Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.

3.     Perkembangan Islam di Kalimantan

Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana
melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak. Jalur
kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka melakukan ekspedisi ke pulau
Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan
banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa, salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu
kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada waktu
itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

4.     Perkembangan Islam di Maluku

Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini menjadi
daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa, Malaka,
Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini, menyebabkan
perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar
pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.

Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut
sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal
Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di
Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham
ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah
Kerajaan Ternate dan Tidore.

Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke Irian.
Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke Irian.
Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau
Waigio.

D.    Kerajaan islam

Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-kerajaan islam di


Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-
mubaligh yang telah memeluk agama Islam terlebih mulai semakin gencar menyebarkan agama
islam ini di sekitar Malaka, dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar selat
malaka, seperti Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran,
terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Islam
Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lainnya.

1)     Kerajaan Perlak

Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia, yang


pada saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu Perlak merupakan salah satu kota
dagang yang sangat terkenal. Raja pertama dari kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid
Maulana Abdul Aziz Syah. Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar
petengahan abad ke-9 M.

Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1


Muharram 225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti tertulis yang menyebutkan bahwa
kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia.

Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh Syeh
Syamsul Bahri Abdullah. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah yang dikarangan oleh
Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin. Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi,
naskah yang dikarang oleh Abu Ishak Makarani Al Fasy.

Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan


islam pertama di Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan ini, yaitu,

a).  Makam Raja Benoa

b). Pada batu nisan Raja Benoa (Benoa merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Perlak)
ditulis menggunakan huruf arab. Makan Raja Benoa ini terletak di tepi Sungai Trenggulona
Diperkirakan nisan ini dibuat sekitar abad ke-4 H tau ke-5 H.

c).  Mata uang perlak

d).  Merupakan mata uang tertua di nusantara, mata uang ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
terbuat dari tembaga atau kuningan, perak (kupang), dan emas (dirham).

e).  Stempel kerajaan

f).  Terdapat stempel kerajaan Negeri Bandahara (kereajaan yang merupakan bagian dari
Kerajaan Perlak) yang menggunakan huruf arab. Pada stempel tersebut tertulis kalimat
“Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Syah 512”. Itulah, beberapa peninggalan
dari kerajaan yang diperkirakan merupakan kerajaan islam tertua di Indonesia. sekitar abad
ke-12 M Kerajaan Perlak mulai mengalami kemunduran.

2)     Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini trletak di Kabupaten
Lokseumae, Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan gabungan dari 2 kerajaan yang sedang
mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut
dipersatukan oleh penguasa daerah pada saat itu, Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu
Syeh dari Makkah, Syeh Ismail.

Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja yang
mendapat gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al Saleh meninggal, ia
digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan
Muhammad Malik al Tahir (1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan
dan penyebaran agama islam.

Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan oleh
putranya Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir (1326-1348).

Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan Samudra Pasai
berkembang pesat, kerajaan ini banyak menjalin kerjasama dengan beberapa kerajaan islam
di dunia lainnya, seperti kerajaan-kerajaan di India dan Arab. Pada tahun 1348 Sultan
Ahmad meninggal dan digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Namun, pada tahun 1521 M
kerajaan ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh Portugis.

Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa peninggalan,


seperti makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal Abidin, naskah surat Sultan
Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra donya, dan stempel kerajaan.

3)     Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini terletak di daerah yang
sekarang dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh Besar. Raja pertama Kerajaan Aceh,
yaitu Raja Ibrahim (1514-1528), yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah. Di bawah
kepemimpinan Sultan Ali Kerajaan Aceh menjadi kerjaan yang besar dan kokoh. Namun, ia
memimpin dalam waktu yang tidak lama.

Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan
Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan
Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568), yang medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan
keberhasilannya mengusai beberapa wilayah.

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607-1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan Aceh memiliki wilayah
kekuasaan yang sangat luat. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menjalin kerjasama dengan
para pemimpin islam di Arab. Hubungan yang terjalin tersebut pada masa kekhalifahan
Ustmaniyah.

Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah satunya adalah karena
semakin menguatnya pengaruh Belanda di Malaka. Kemunduran tersebut ditandai dengan
jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain karena
faktor tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan di antara pewaris kerajaan.

Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman, makam Sultan
Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh, Benteng indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan
Gunongan.

4)     Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada awalnya
wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Karena semakin
lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal tersebut mengakibatkan beberapa penguasa
daerah mulai membangun wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk penguasa islam di pesisir
pantai Jawa.

Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden Patah


sebagai raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah diangkat menjadi raja,
Raden Patah mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang
Sayyidina Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar, dan
wilayah bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat
ulama penempati peranan penting di dalam kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa
adalah penasehat kerajaan. Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh Putranya yang
bernama Pati Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau yang sering dijuluki
Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh menyerang Portugis yang
menduduki Malaka pada saat itu.

Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan
Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan antar
pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan demak, yaitu Masjid Agung Demak, Soko
Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa,
Kolam Wudhu, dan Makrusah.

5)     Kerajaan Pajang

Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang lebih
dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan Trenggono,
setelah menikah dengan putri Sultan Trenggono, Jaka Tingkir menjadi penguasa di Pajang.
Setelah Sultan Trenggono meninggal Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang,
dan memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.

Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan digantikan
oleh putranya, Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan Pangeran Benowo, Pangeran
Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami
kegagalan. Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya,
Sutowijoyo.

6)     Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara dari
Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari Pangeran Benowo.
Sutowijoyo memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama setelah naik
tahta pada tahun 1586. Pada tahun 1601 Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas
Jolang, yang memiliki gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati Martapura,
karena sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya meninggal. Selanjutnya ia
digantikan oleh Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada
tahun 1640 ia mengganti gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun
1640an ia mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngaburrahman
Khalifatullah.

Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam sangat luas.


Kerajaan ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu, namun Kerajaan Mataram
ini merupakan kerajaan bercorak islam.

Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue kipo,
kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah kotagede, batu datar, dan
sastra gendhing karya Sultan Agung.

7)     Kerajaan Islam Cirebon

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden Fatahillah atau lebih
dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Jawa
Barat. Raden Fatahillah berjasa dalam menyebarkan agama islam di Jawa Barat. Karena
kedudukannya sebagai Wali Songo, sehingga ia banyak dihormati oleh raja-raja lain di pulau
Jawa, seperti raja dari Demak dan Pajang. Di bawah kepemimpinannya juga Kerajaan
Cirebon ini memiliki banyak wilayah kekuasaan.

Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan oleh cicitnya yang
bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650 Panembahan meninggal dan digantikan oleh
putranya yang bergelar Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya meninggal
Kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya, Martawijaya
(Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).

Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’
Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan, Keraton
Kanoman, Makan, dan beberapa benda pusaka.
8)     Kerajaan Islam Banten

Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang merupakan
anak dari Sunan Gunung Jati. Setelah berhasil menaklukan Banten pada tahun 1525 Sunan
Gunung Jati menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.

Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat dan memiliki


banyak wilayah kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera selatan dan Kelampung. Sultan
Hasanudin menikah dengan putri Kerajaan Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.

Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki Ageng


Tirtayasa.  Beberapa peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu Istana Keraton Surosowan
Banten, Istana Keraton Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara,
Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris
Panunggul Naga.

9)     Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan Selatan. Dengan
bantuan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banjar berhasil meruntuhkan kekuasaan Kerajaan
Nagaradaha, kerajaan yang menguasai Banjarmasin pada saat itu. Bantuan tersebut tidak
diberikan secara gratis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan Banjar, yaitu memeluk
agama islam.

Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra. Setelah masuk
islam mendapat gelar Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia digantikan oleh Sultan
Rahmatullah (1545-1570). Dalam waktu yang cukup singkat agama islam juga mulai dianut
olh masyarakat di Kalimantan, seperti Bugis, dan masyarakat bagian timur Kalimantan.
Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah dan Candi Agung
Amuntai.

10) Kerajaan Kutai Kalimantan Timur

Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja pertama kerajaan
tersebut adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Sekitar abad ke-16 M, kerajaan
ini pernah menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura (Kerajaan Kutai bercorak Hindu-Budha),
sehingga kedua kerajaan tersebut dapat disatukan dan namanya berubah menjadi Kerajaan
Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini sekitar abad ke-17
M, yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan. Karena raja pada saat itu telah memeluk
agama islam sehingga ia segera membangun sebuah masjid di daerah tersebut. Selain
membangun sebuah masjid, ia juga membuka pengajaran agama islam.

E.  Gerakan pembaruan islam di indonesia

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat
bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-
India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan
umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam
di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan
mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai
organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.

Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di
Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat
sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa
Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari
pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama
kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.

Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan
Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang
meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam
berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang
sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu
mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara
adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad,
sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi
Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke
1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,
mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.

F. Menerapkan perilaku mulia

Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari
pelajaran tentang dakwah islam di nusantara antara lain,sebagai berikut:

1)     Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan segalanya demi
tersebanrnya syiar islam

2)     Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan


informasi terkini dari valid mengenai sejarah islam,mengingat terbatasnya sumber data dan
perdebatan para pakar tentang validitas data-data sejarah

3)     Meneladani sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya islam yang
mengedepankan cara damai

4)     Menjadikan semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan lain-
lain) sebagai sarana dakwah

5)     Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas) tanpa mengukur jerih payah dalam berdakwah
dengan penghasilan

6)     Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi muda

7)     Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali kejayaan islam
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang


dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan
yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir, kepekaan dalam
merasakan lingkungan, cara bersikap, dan bertindak manusia, baik secara individual maupun
sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam  dalam semua segi kehidupan
dengan menggunakan cara tertentu, dan sejarah islam di indonesia diawali dari sebelum masa
penjajaha atau masa para wali sampai dengan masa sekarang atau masa reformasi.

Anda mungkin juga menyukai