Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA -

PENGUEENBEE
- Februari 01, 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Rahmat Islam Bagi
Nusantara” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan
makalah ini berdasarkan data-data yang diperoleh melalui buku – buku pedoman, serta
data-data dan keterangan dari internet. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan.
Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri
pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 26 Januari 2019


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR           ............................................................................................2
DAFTAR
ISI  ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
        LATAR BELAKANG           .................................................................................4
        RUMUSAN MASALAH      .................................................................................4
        TUJUAN        .......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.    MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA (INDONESIA)           ..........................5
B.     STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA           .....................................5
C.     PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA    .....................................8
D.    KERAJAAN ISLAM            .................................................................................9
E.     GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA       ...................................16
F.      MENERAPKAN PERILAKU MULIA        .........................................................17
BAB III PENUTUP
        KESIMPULAN          ..........................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA            ..........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian
lama, sebagian berpendapat bahwa Islam masuk  pada abad ke-7 M  yang datang
lansung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13,
dan ada juga yang berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11
M . Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal
tersebut didasar bukti-bukti sejarah serta peneltian para sejarawan yang menggunakan
pendekatan dan  metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa
Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . hal tersebut tak lepas
dari  peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat
berjasa dalam proses Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “
Walisongo”. Peran Walisongo dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar.
Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan masyarakat muslim kultural  Jawa
sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta
sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga
dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.
RUMUSAN MASALAH
1.      Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara?
2.      Apa saja Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara?
3.      Bagaimana Proses Penyebaran Islam di Nusantara?
4.      Proses Penyebaran Islam di Wilayah?
TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara.
2.      Mengetahui dan mengenal Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
3.      Untuk mengetahui Proses Penyebaran Islam di Nusantara.
4.      Mengetahui Poses Penyebaran Islam di Nusantara

BAB II
PEMBAHASAN

A.    MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA (INDONESIA)


Teori masuknya islam ke nusantara

Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara
yang dibawa oleh para pedaganG muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli
masih terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori
tentang masuknya Islam ke Indonesia
1.      Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam
masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad ke-13 masehi.
2.      Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam dibawa
oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di
Indonesia dengan Persia.
3.      Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa para pedagah
Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China yang menyatakan jika pada
abad ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di pantai barat Sumatera

B.     STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA


Dari pembahasan tentang masuknya Islam ke Nusantara, dapat dipahami bahwa
masuknya agama Islam ke Indonesia terjadi secara periodik, tidak sekaligus. Pada
bagian ini akan diuraikan mengenai strategi penyebaran Islam dan media yang
dipergunakan oleh para pedagang dan mubaligh dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Salah satu arti “strategi” yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”.
Dalam konteks dakwah Islam, strategi dakwah yang dimaksud adalah kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh para mubaligh, yang membawa misi Islam di dalamnya.
Dari kajian di atas dan berbagai literatur, setidaknya terdapat beberapa kegiatan
yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia,
di antaranya adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan tasawuf.
Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut:

1.      Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu
lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan ini
banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina
dan sebagainya. Mereka turut ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri
bagian Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia.
2.      Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social ekonomi
yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak
penduduk pribumi, terutama para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para
saudagar muslim. Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang
akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka
tidak merasa keberatan, karena proses pengIslaman hanya dengan mengucapkan dua
kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.
3.      Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para
ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada
lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu keIslaman melalui berbagai
pendekatan sampai kemudian para santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan
dengan baik. Setelah mereka dianggap mampu, mereka kembali ke kampong halaman
untuk mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan
demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan,
baik dari segi jumlah maupun mutunya.
4.      Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi
terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang
tertarik menerima ajaran tersebut.
5.      Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui
pertunjukkan wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. 
6.      Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di wilayah ini. Jalur politik juga ditempuh ketika kerajaan Islam
menaklukkan kerajaan non Islam, baik di Sumatera, Jawa, maupun Indonesia bagian
Timur.
7.      Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan
agama Islam di daerah Gowa  (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan
Islam di daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak
menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan),
Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1)     Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2)     Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3)     Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4)     Sunan Giri (Raden Paku)
5)     Sunan Derajat (Syarifuddin)
6)     Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7)     Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8)     Sunan Muria (Raden Umar Said)
9)     Sunan Gunung Jati (Faletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka
memegang beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai:
a.      penyebar agama Islam
b.      pendukung kerajaan-kerajaan Islam
c.      penasihat raja-raja Islam
d.      pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.

C.     PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


1.     Perkembangan Islam di Sumatera
Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya
pemahaman ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di
kedua wilayah tersebut masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia,
yaitu Kerajaan Islam Perak dan Samudera Pasai.
2.     Perkembangan Islam di Jawa
Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam,
cikal kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh
masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu
sahabat nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di
Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah
baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh
para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur
perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.
3.     Perkembangan Islam di Kalimantan
Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke
sana melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan
Perlak. Jalur kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka
melakukan ekspedisi ke pulau Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu
itu, Kerajaan Demak mengirimkan banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa, salah
satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu kedatangan para da’i yang berasal
dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada waktu itu adalah Datuk Ri
Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
4.     Perkembangan Islam di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini
menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari
Jawa, Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang
muslim ini, menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar
dengan cepat. tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai
masuk ke Maluku.

Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun
menurut sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar
muslim adalah Zaenal Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin
mempercepat perkembangan Islam di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan
lain di Maluku yang mulai menerima paham ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan
Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai
masuk ke Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan
ajaran Islam ke Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu:
Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau Waigio.

D.    KERAJAAN ISLAM
Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-kerajaan
islam di Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai
menurun, mubaligh-mubaligh yang telah memeluk agama Islam terlebih mulai
semakin gencar menyebarkan agama islam ini di sekitar Malaka, dan puncaknya
terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar selat malaka, seperti Kerajaan Perlak,
Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami
kemunduran, terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan
Pajang, Kerajaan Islam Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten,
dan lainnya.
1)     Kerajaan Perlak

Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia, yang


pada saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu Perlak merupakan salah satu kota
dagang yang sangat terkenal. Raja pertama dari kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin
Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini
didirikan sekitar petengahan abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1
Muharram 225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti tertulis yang menyebutkan bahwa
kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia.
Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh Syeh
Syamsul Bahri Abdullah. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah yang dikarangan
oleh Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin. Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah
wa Fasi, naskah yang dikarang oleh Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan
kerajaan islam pertama di Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan ini,
yaitu,
a.      Makam Raja Benoa
b.      Pada batu nisan Raja Benoa (Benoa merupakan salah satu bagian dari Kerajaan
Perlak) ditulis menggunakan huruf arab. Makan Raja Benoa ini terletak di tepi Sungai
Trenggulona. Diperkirakan nisan ini dibuat sekitar abad ke-4 H tau ke-5 H.
c.      Mata uang perlak
d.      Merupakan mata uang tertua di nusantara, mata uang ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
terbuat dari tembaga atau kuningan, perak (kupang), dan emas (dirham).
e.      Stempel kerajaan
f.       Terdapat stempel kerajaan Negeri Bandahara (kereajaan yang merupakan bagian dari
Kerajaan Perlak) yang menggunakan huruf arab. Pada stempel tersebut tertulis kalimat
“Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Syah 512”. Itulah, beberapa
peninggalan dari kerajaan yang diperkirakan merupakan kerajaan islam tertua di
Indonesia. sekitar abad ke-12 M Kerajaan Perlak mulai mengalami kemunduran.

2)     Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini trletak di Kabupaten
Lokseumae, Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan gabungan dari 2 kerajaan yang
sedang mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak. Kedua
kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa daerah pada saat itu, Marah Silu
(Meurah Silu) yang dibantu Syeh dari Makkah, Syeh Ismail.
Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja yang
mendapat gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al Saleh meninggal,
ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mahmud. Pada saat kepemimpinan
Sultan Muhammad Malik al Tahir (1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat
perdagangan dan penyebaran agama islam.
Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan oleh
putranya Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir (1326-1348).
Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan Samudra
Pasai berkembang pesat, kerajaan ini banyak menjalin kerjasama dengan beberapa
kerajaan islam di dunia lainnya, seperti kerajaan-kerajaan di India dan Arab. Pada
tahun 1348 Sultan Ahmad meninggal dan digantikan oleh Sultan Zainal Abidin.
Namun, pada tahun 1521 M kerajaan ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh
Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa peninggalan,
seperti makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal Abidin, naskah surat
Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra donya, dan stempel kerajaan.
3)     Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini terletak di
daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh Besar. Raja pertama
Kerajaan Aceh, yaitu Raja Ibrahim (1514-1528), yang bergelar Sultan Ali Mughayat
Syah. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali Kerajaan Aceh menjadi kerjaan yang besar
dan kokoh. Namun, ia memimpin dalam waktu yang tidak lama.
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh putranya
Sultan Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama
Sultan Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568), yang medapat gelar Al Qohhar berkat
kegagahan dan keberhasilannya mengusai beberapa wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1607-1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan Aceh memiliki
wilayah kekuasaan yang sangat luat. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menjalin
kerjasama dengan para pemimpin islam di Arab. Hubungan yang terjalin tersebut pada
masa kekhalifahan Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah satunya
adalah karena semakin menguatnya pengaruh Belanda di Malaka. Kemunduran
tersebut ditandai dengan jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh ke
tangan Belanda. Selain karena faktor tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan
di antara pewaris kerajaan.
Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman, makam
Sultan Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh, Benteng indrapatra, emas Kerajaan
Aceh, dan Gunongan.
4)     Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada awalnya
wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Karena
semakin lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal tersebut mengakibatkan
beberapa penguasa daerah mulai membangun wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk
penguasa islam di pesisir pantai Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden Patah
sebagai raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah diangkat menjadi
raja, Raden Patah mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayyidina Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar, dan
wilayah bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Pada
saat ulama penempati peranan penting di dalam kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki
Wanalapa adalah penasehat kerajaan. Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh
Putranya yang bernama Pati Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau
yang sering dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh
menyerang Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan
Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan antar
pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan demak, yaitu Masjid Agung Demak,
Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana,
Pirim Campa, Kolam Wudhu, dan Makrusah.
5)     Kerajaan Pajang

Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang lebih
dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan
Trenggono, setelah menikah dengan putri Sultan Trenggono, Jaka Tingkir menjadi
penguasa di Pajang. Setelah Sultan Trenggono meninggal Jaka Tingkir berhasil
mengalahkan Arya Penangsang, dan memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan digantikan
oleh putranya, Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan Pangeran Benowo,
Pangeran Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk merebut Kerajaan Pajang, namun
mengalami kegagalan. Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara
angkatnya, Sutowijoyo.
6)     Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara dari
Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari Pangeran Benowo.
Sutowijoyo memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama
setelah naik tahta pada tahun 1586. Pada tahun 1601 Sutowijoyo meninggal dan
digantikan oleh Mas Jolang, yang memiliki gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati Martapura,
karena sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya meninggal.
Selanjutnya ia digantikan oleh Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan
Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia mengganti gelarnya menjadi Sultan Agung
Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan
Agung Senapati ing Alaga Ngaburrahman Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam sangat luas.
Kerajaan ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu, namun Kerajaan
Mataram ini merupakan kerajaan bercorak islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue kipo,
kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah kotagede, batu
datar, dan sastra gendhing karya Sultan Agung.
7)     Kerajaan Islam Cirebon

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden Fatahillah atau lebih
dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di
Jawa Barat. Raden Fatahillah berjasa dalam menyebarkan agama islam di Jawa Barat.
Karena kedudukannya sebagai Wali Songo, sehingga ia banyak dihormati oleh raja-
raja lain di pulau Jawa, seperti raja dari Demak dan Pajang. Di bawah
kepemimpinannya juga Kerajaan Cirebon ini memiliki banyak wilayah kekuasaan.
Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan oleh cicitnya yang
bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650 Panembahan meninggal dan digantikan
oleh putranya yang bergelar Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya
meninggal Kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua
puranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’
Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan,
Keraton Kanoman, Makan, dan beberapa benda pusaka.
8)     Kerajaan Islam Banten

Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang merupakan
anak dari Sunan Gunung Jati. Setelah berhasil menaklukan Banten pada tahun 1525
Sunan Gunung Jati menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat dan memiliki
banyak wilayah kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera selatan dan Kelampung.
Sultan Hasanudin menikah dengan putri Kerajaan Demak, yaitu putri dari Sultan
Indrapura.
Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki Ageng
Tirtayasa.  Beberapa peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu Istana Keraton
Surosowan Banten, Istana Keraton Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara
Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga
Sasra, dan Keris Panunggul Naga.
9)     Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan Selatan. Dengan
bantuan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banjar berhasil meruntuhkan kekuasaan
Kerajaan Nagaradaha, kerajaan yang menguasai Banjarmasin pada saat itu. Bantuan
tersebut tidak diberikan secara gratis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan
Banjar, yaitu memeluk agama islam.
Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra. Setelah masuk
islam mendapat gelar Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia digantikan oleh Sultan
Rahmatullah (1545-1570). Dalam waktu yang cukup singkat agama islam juga mulai
dianut olh masyarakat di Kalimantan, seperti Bugis, dan masyarakat bagian timur
Kalimantan. Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah
dan Candi Agung Amuntai.
10)Kerajaan Kutai Kalimantan Timur

Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja pertama kerajaan
tersebut adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Sekitar abad ke-16 M,
kerajaan ini pernah menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura (Kerajaan Kutai
bercorak Hindu-Budha), sehingga kedua kerajaan tersebut dapat disatukan dan
namanya berubah menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini sekitar
abad ke-17 M, yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan. Karena raja pada saat itu
telah memeluk agama islam sehingga ia segera membangun sebuah masjid di daerah
tersebut. Selain membangun sebuah masjid, ia juga membuka pengajaran agama
islam.
E.     GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA
Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang
berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan
mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan
yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang
penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia
sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap
pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial,
pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh
khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad
kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah
telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa
dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan
elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat
Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran
Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum
Sufi dan Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya
ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.
Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan
yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan
ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan
Budha. Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela.
Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam,
sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam.
Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad, sehingga sulit dipisahkan antara ajaran
Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau peninggalan agama Budha.
Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti
kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-
nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,
mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.

F.      MENERAPKAN PERILAKU MULIA


Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari
pelajaran tentang dakwah islam di nusantara antara lain,sebagai berikut:
1)     Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan segalanya demi
tersebanrnya syiar islam
2)     Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan
informasi terkini dari valid mengenai sejarah islam,mengingat terbatasnya sumber
data dan perdebatan para pakar tentang validitas data-data sejarah
3)     Meneladani sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya islam yang
mengedepankan cara damai
4)     Menjadikan semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan
lain-lain) sebagai sarana dakwah
5)     Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas) tanpa mengukur jerih payah dalam
berdakwah dengan penghasilan
6)     Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi muda
7)     Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali kejayaan
islam

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara
berfikir, kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap, dan bertindak
manusia, baik secara individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan
terwujudnya ajaran Islam  dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara
tertentu, dan sejarah islam di indonesia diawali dari sebelum masa penjajaha atau
masa para wali sampai dengan masa sekarang atau masa reformasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://semuabaruthursina.blogspot.com/2016/04/rahmat-islam-bagi-nusantara.html
http://silmiasuniarizki.blogspot.com/2013/11/makalah-perkembangan-islam-di-
nusantara.html
https://moondoggiesmusic.com/kerajaan-islam-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai