Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pangampu:

Prof. Dr. Budi Sulistiono., M. Hum


Dr. Zaimudin., M. A
Dr. Iin Kandedes, M. A

Disusun oleh:
Zaenurrahman Bahrul Alam 21200110000017

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021 M / 1441 H

i
DAFTAR ISI

BAB I..............................................................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................................2

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................................................3

A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia ...............................................................................3

B. Situasi Sosial Politik dan Keagamaan Menjelang Kedatangan Islam di Indonesia.......................6

C. Metode Penyebaran Islam dan Hasil Yang dicapai.........................................................................13

D. Pembentukan Kerajaan Islam, Hasil Peradaban Islam dan Perkembangan Sosial Keagamaan
Pada Masa-Masa Pemerintahan Islam di Indonesia.......................................................................15

E. Hubungan Umat Islam Indonesia dengan Dunia Luar....................................................................18

BAB III................................................................................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita ketahui bersama Agama Islam tersebar diseluruh dunia, tanpa terkecuali di Nusantara
tercinta, bahkan menjadi Agama yang mayoritas dianut oleh rakyat Indonesia pada saat ini. Seudah
sangat banyak teori dan pendapat yang menceritakan tentang perkembangan Islam di Indonesia.
Sebagian para sejarahawan yang berkomentar bahwa Islam datang ke Nusantara dibawah oleh
pedagang Arab pada kisaran abad ke 7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah berdasarkan
penemuan batu nisan seorang perempuan Muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Lera
dekat Surabaya.
Ibnu Batutah mengatakan, bahwa Islam telah mantap di Samudera Pasai yang belakangan
dianggap oleh sebagian sejarahwan sebagai masa awal masuknya agama Islam ke Indonesia, karena
memang menurut sebagian pakar sejarah mengatakan bahwa daerah yang pertama kali menerima
agama Islam adalah pantai Barat pulau Sumatera lalu kemudian menyebar ke seluruh Indonesia mulai
dari pesisir pulau Sumatera – Aceh, Pariaman – Sumbar (Sumatera Barat), Palembang – Sumsel
(Sumatera Selatan), Grasik dan Tuban – Jawa Timur, Demak – Jawa Tengah, Banten – Jawa Barat,
Banjar – Kalimantan Selatan.
Sulawesi Selatan, Bacan dan Jailolo – Maluku, Tidore – Ternate, dan Sorong – Papua Barat.
Perkembangan Islam ke berbagai wilayah di Indonesia, menurut para pakar berawal dari Sumatera
bagian Utara yaitu Pasai dan Perlak karena letak daerah ini berada di tepi selat Malaka tempat lalu
lintas kapal-kapal asing sehingga berdiri kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudera Pasai. 1
Banyaknya raja-raja yang kemudian masuk Islam sehingga membuat akar islamisasi di bumi
pancasila tercinta ini pun semakin kuat sehingga mudah ditancapkan (disebarkan) membuat Islam
kian hari kian meningkat dengan cepat, maka dari sini banyak sejarahwan yang menyatakan bahwa
aktivitas penyebaran Islam di nusantara yang dibawa para misionaris Muslim lewat perdamaian tanpa
perperangan.
Atas dasar prinsip perdamaian inilah, mulai prinsip persamaan anatara manusia sehingga
tidak ada kasta membuat ajaran Agama Islam kemudian diterima dengan baik di Indonesia tanpa
paksaan mengingat untuk masuk kedalam Agama Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua
kalimat syahadat.

1
Kerajaan Samudera Pasai berdiri sekitar abad ke 13 Masehi tepatnya pada tahun 1261 yang merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia, kerajaan Samudera Pasai terletak di kampung Samudera yang terletak di tepi sungai Pasai yang
dipimpin oleh beberapa raja yaitu ; sultan al-Malikus Shalaeh, al-Malikuz Zahir I, al-Malikuz Zahir II, Zainal Abidin,
dan Iskandar.
1
Dengan masuk dan berkembangnya Agama Islam di Indonesia maka akan muncul pernyataan
tentang, situasi sosial politik dan keagamaan menjelang kedatangan Islam di Indonesia, metode
penyebaran Islam dan hasil yang dicapai, pembentukan kerajaan Islam dan hasil peradaban Islam,
perkembangan sosial keagamaan pada masa-masa pemerintahan Islam di Indonesia, hubungan umat
Islam Indonesia dengan dunia luar, oleh karena itu maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuk dan perkembangan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana situasi sosial politk dan keagamaan menjelang kedatangan Islam di Indonesia?
3. Bagaimana metode penyebaran Islam dan hasil yang dicapai?
4. Bagaimana pembentukan kerajaan Islam, hasil peradaban Islam, perkembangan sosial keagamaan pada
masa-masa pemerintahan Islam di Indonesia?
5. Bagaimana hubungan umat Islam Indonesia dengan dunia luar?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia


Diketahui bahwasanya menurut Snouck Horgounje, orang Indialah yang pertama kali membawa
Islam ke Indonesia menjelang akhir abad ke-13 Masehi. Pendapat itu juga sekaligus menjelaskan dari
daerah mana Islam berasal. Penyataan ini juga didukung Van Bonkel salah seorang Profesor asal
Holand dengan menunjukkan adanya pengaruh bahasa Tamil, dalam Bahasa Indonesia yaitu adanya
istilah “lebai” yang berasal dari “labbai” atau “lappai” yang artinya pedagang dalam Bahasa Tamil.2
Meskipun pada intinya mereka sama-sama mendukung pendapat Snouck Horgrounje,
O’Sullivan tidak sepakat bahwa adanya istilah bahasa Tamil dalam bahasa Melayu menjadi alasan
bahwa orang Indialah yang membawa Islam ke Indonesia. Lalu ada juga pendapat tentang bahwa
orang Indialah yang pertama kali membawa Islam ke Indonesia juga setujui oleh G.E Marrison,
namun menurut dia bukanlah dari Gujarat melainkan dari Negara India bagian Selatan, pantai
Koromandel. Menurut dia bahwa keberadaan batu-batu nisan dari Gujarat bukan berarti Islam berasal
dari Gujarat. Diantara alasan Masrrison adalah:
1. Jika diyakini Islam berasal dari Gujarat maka bagaimana dengan fakta bahwa Islam sudah berada
di Indonesia sebelum Malikul Saleh mangkat yaitu tahun 1297. Andaikan bahwa adanya
kemungkinan Islam telah berada di Gujarat 1297 bagaimana pula dengan temuan Marcopolo yang
menyebutkan bahwa penduduk Cambay di tahun 1298 masih kafir.3
2. Kemudian menurut catatan yang ditulis Ibn Batutah tentang indahnya bangunan masjid yang
dibangun saudagarsaudagar pendatang di Cambay pada tahun 1325 Masehi.
3. Lalu adanya jalur perdagang di zaman lampau, saudagar-saudagar Arab telah giat lalu-lalang di
perairan Arab dan Indonesia dengan persinggahan di Srilangka. Oleh karena hal tersebut maka
Islam akhirnya sampai ke India bersamaan dengan kedatangan saudara Arab ke Negara India.
4. Ditemukan oleh Ibn Batutah bahwa Indonesia, Asia Selatan, Asia Tenggara dan India Utara
penganut Mazhab Syafi’i, sedangkan orang Gujarat adalah Sunni atau Syi’ah4

2
Hadji Muhammad Said, Mentjari Kepastian Tentang Daerah, Mula dan Tjara Masuknja Agama Islam ke Indonesia
dalam Risalah Seminar: Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia (Medan: Panitia Seminar Sedjarah Masuknja Islam ke
Indonesia, 1963), h. 220
3
Ibid
4
Mazhab Syafi’i telah berpengaruh sejak perkembangan Islam, menurut catatan Ibn Batutah, Sultan Djawa (Samudera-
Pasai) adalah seorang Alim, Ahli Fiqih Mazhab Syafi’i. Baca Hamka, Masuk dan berkembangnja Agama Islam di daerah
Pesisir Sumatera Utara, dalam Risalah Seminar: Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia (Medan: Panitia Seminar
Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia, 1963), h. 82.
3
Oleh karena, itu maka menurut pemakalah dapat diketahui bahwa pedagang Arablah yang
pertama kali membawa Islam ke Indonesia, yang dimana dalam perjalanannya yang sangat jauh telah
pula singgah di pelabuhan-pelabuhan India karena beberapa sebab, diantaranya ialah, baik karena
faktor ekonomi, maupun karena hal atau alasan subsidi bahan bakar dan air bersih, baru kemudian
melanjutkan perjalanan ke Nusantara. Pemaparan tentang awal mula Islam datang ke Indonesia,
sebenarnya telah selesai pada tahun 1963 dengan diselenggarakannya “Seminar Nasional Masuknya
Islam ke Indonesia”, dengan koordinator Mukti Ali dan dihadiri para ahli sejarah.
Lalu sebagaimana saya telah katakan, bahwa proses kedatangan dan perkembangan Islam di
Indonesia merupakan sebuah kajian yang Challengging, maka masih terbuka luas peluang untuk
mengoreksi atau menguatkan sebuah teori. Dalam hal ini maka saya akan memaparkan beberapa teori
datangnya Islam ke Indonesia. Pembahasan tentang beberapa aspek yang berkaitan dengan kedatangan
Islam di Indonesia telah “mengeluarkan” beberapa teori yaitu:
a. Teori Arab.
Teori pertama ini didukung Krawfurl, Keijzer, Nieman, de Hollender, J. C. Van Leur, Thomas
W. Arnold, kemudian HAMKA, kemudian Djajadiningrat, lalu Mukti Ali dan tokoh yang paling gigih
mempertahan teori ini adalah Naquib al-Attas.5 Teori ini menjelaskan bahwasanya Islam datang ke
Indonesia langsung dari Arab pada abad ke 7-8 Masehi. Bahkan Hamka dengan tegas menyatakan
Islam datang ke Indonesia pada tahun 674 Masehi. dibawa oleh para pedagang Arab.
b. Teori Gujarat India.
Sarjana-sarjana dari Belanda memegang teori bahwa asal muasal Islam di nusantara adalah anak
benua India, Gujarat dan Malabar. Teori tersebut telah dikemukan oleh Pojnappel, menurutnya orang-
orang Arab yang bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap di India yang kemudian membawa
Islam ke Nusantara ini. Teori ini selanjutnya dikembangan Snouck Hurgronje, menurutnya ulama-
ulama Gujaratlah penyebar Islam pertama di nusantara, baru kemudian disusul orang-orang Arab.
Meskipun bahwa tidak disebutkan secara eksplisit daerah mana yang pertama kali didatangi Islam tapi
menurutnya abad ke-12 adalah periode paling mungkin permulaan penyebaran Islam di nusantara.6
c. Teori Persia
Bukti yang diajukan teori ini adalah ditemukan pengaruh Persia dalam kehidupan masyarakat
pada abad ke-11. Bukti itu mengacu pada bahasa, Ini dapat dilihat dari bahasa Arab yang digunakan
masyarakat Indonesia. Kata-kata yang berakhiran huruf “ta” pada kata marbuthah ketika berhenti
dibaca “h”.

5
Moeflih Hasbullah, Sejarah Sosial, p.9. lihat juga Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Ciptapustaka Media, 2018), h. 12.
6
Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, edisi Indonesia Sejarah Dakwah Islam, terj. A. Nawawi Rambe (Jakarta:
Widjaja, 1982), h.319
4
Nurkholis berkata bahwa “bahasa Arab tidak langsung dari Arab, tapi dari Persia”. Salah
seorang tokoh teori ini adalah P. A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini menunjukan tinjauannya kepada
budaya yang hidup di kalangan msyarakat Islam Indonesia, bahwa memiliki kesamaan dengan
India/Gujarat diantaranya adalah :
Pertama, munculnya Peringatan 10 Muharram sebagai hari Asyura, yang dikenal sebagai hari
peringatan orang syi’ah atas terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Muthalib.
Kedua, munculnya kesamaan ajaran antara Syekh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj.
Ketiga, Penggunaan istilah bahasa Iran dalam pengajian Qur’an tingkat awal dalam sistem mengeja
huruf Arab, untuk tanda-tanda huruf harakah.
Keempat, nisan pada makam Malikul Saleh (1297 M) dan makam Malik Ibrahim (1419 M di Gersik).
Kelima, pengakuan dari umat Islam Indonesia terhadap Mazhab Syafi’I sebagai mazhab yang paling
utama di daerah Malabar.7
Dengan netode islamisasi yang dilakukan para da’i melahirkan komunitas-komunitas muslim di
berbagai daerah yang mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Menurut Prof. Haidar
perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan politik. Kerajaan-
kerajaan Islam sebagai kekuatan politik disatu sisi dan semangat dakwah para muballigh sangat
memengaruhi proses islamisasi di Indonesia. Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Perlak yang
berdiri pada 1 Muharram 225 H/840 M.30 Secara sosio-politik puncak pengaruh Islam, paling mudah
dibuktikan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam diberbagai wilayah Indonesia. Sebagian
merupakan tranformasi dari kerajaan sebelum datangnya Islam ke Indonesia, sebagian yang lain
berdiri sebagai kerajaan Islam.
Kerajaan-kerjaan Islam tersebut adalah:
1. Wilayah Sumatera
1) Kerajaan Samudera Pasai 1226-1517 M
2) Kerajaan Inderagiri 1347-1945 M
3) Kerajaan Jambi 1550-1906 M
4) Kerajaan Aceh Darussalam 1641-1675 M
5) Kerajaan Palembang 1659-1823 M
6) Kerajaan Siak 1723-1946 M
7) Kerajaan Kampar 1725-1946 M

7
Ahmad Mansur Surya Negara, Memahami Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996),h.
90
5
2. Wilayah Jawa
1) Kesultanan Cirebon 1430-1666 M
2) Kesultanan Demak 1500-1550 M
3) Kesultanan Banten 1524-1813 M
4) Kesultanan Pajang 1568-1618 M
5) Kesultanan Mataram 1586-1755 M
3. Wilayah Nusa Tenggara
1) Kesultanan Lombok dan Sumbawa 1674–1958 M
2) Kerajaan Bima 1620-1958 M
4. Wilayah Maluku
1) Kerajaan Ternate 1527 M
2) Kerajaan Tidore 1801 M
5. Wilayah Sulawesi
1) Kerajaan Bone 1330-1905 M
2) Kerajaan Wajo 1399-1957 M
3) Kerajaan Gowa 1605-1946 M
6. Wilayah Kalimantan
1) Kerajaan banjar 1520-1905 M
2) Kerajaan Kutai 1575-1960 M
3) Kerajaan Pontianak 1771M
Menurut penulis terlepas dari polemik tanpa akhir oleh para ahli sejarah tentang jalur masuknya
Islam ke Indonesia tidak mengubah satu hal bahwa Islam mengalami perkembangan yang sangat
signifikan dan menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia. Hal ini tentu dibuktikan dengan adanya
kerajaan-kerajaan Islam sebagai sebuah kekuatan politik.

B. Situasi Sosial Politk dan Keagamaan Menjelang Kedatangan Islam di Indonesia


Agama Hindu & Budha jelas lebih awal masuk di Nusantara daripada Agama Islam. Agama Islam
masuk ke Nusantara dengan mudah diterima masyarakat pada waktu itu dengan berbagai alasan.
Karena Pertama, keadaan situasi politik dan ekonomi kerajaan Hindu, Sriwijaya dan Majapahit rule
mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena perluasan China di Asia Tenggara, termasuk
Nusantara. Akibat Iranian kemunduran situasi politik. adipati-adipati pesisir rule melakukan
perdagangan dengan pedagang muslim. Dan akhirnya mereka menjadi penerima agamid lizard Islam.
Situasi politik seperti itu mempengaruhi masuknya Islam ke Nusantara lebih mudah. Karena kekacauan
politik, mengakibatkan kacauan pada budaya dan tradisi masyarakat.

6
Kedua, kekacauan budaya ini digunakan oleh mubaligh-mubaligh dan pedagang muslim rule sudah
mukim untuk menjalin hubungan rule lebih dekat. Yaitu melalui perkawinan. Akibatnya pada awal
Islam di Nusantara sudah enzyme keturunan Arab atau Asian nation. Misalnya di Surakarta terdapat
perkampungan Arab, tepatnya di para Kliwon (kampung Arab). Setelah masuknya Islam di Nusantara,
terbukti budaya dan ajaran Islam mulai berkembang. Hal ini tidak bisa terlepas Iranian peran Mubaligh-
mubaligh dan peran Walisongo di Jawa. Bukti bahwa ajaran Islam sudah dikerjakan masyarakat
Nusantara. Di kota-kota besar dan kecil rule sudah Islam, terdapat bangunan-banguna place of worship
rule digunakan untuk berjamaah. Hal itu merupakan bukti budaya rule telah berkembang di
nusantara.Kesejahteraan dan kedamaian tersebut dimantapkan secara sosio-religius dengan ikatan
perkawinan rule membuat tradisi Islam Tamburlaine Tengah menyatu dengan tradisi Nusantara atau
Jawa.
Setelah Majapahit runtuh daerah-daerah pantai seperti Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati,
Yuwana, Jepara, dan Kudus mendeklarasikan kemerdekaannya kemudian semakin bertambah kokoh
dan makmur. Dengan basis religious school daerah-daerah pesisir ini kemudian mendaulat Raden Fatah
rule diakui sebagai putra keturunan Raja Majapahit menjadi swayer kesultanan Demak rule pertama.
Demak sebagai “simbol kekuatan politik” hasil akulturasi budaya lokal dan Islam menunjukkan Iranian
perkawinan antara pedagang Muslim dengan masyarakat lokal sekaligus melanjutkan “warisan”
kerajaan Majapahit rule dibangun di atas tradisi budaya Hindu-Budha rule kuat sehingga peradaban
rule berkembang terasa bau mistik dan mendapat tempat rule penting dalam kehidupan keagamaan
Islam Jawa sejak abad ke fifteen dan sixteen. Selanjutnya para dai agamid lizard Islam lebih
menekankan kegiatan dakwahnya dalam lingkungan masyarakat pedesaan, terutama daerah pesisiran
dan diterima secara penuh oleh masyarakat pedesaan sebagai peningkatan budaya intelektual mereka.
Dalam kerja sosial dan dakwahnya, para Wali Songo juga merespon cukup kuat terhadap sikap
akomodatif terhadap budaya tersebut. Di antara mereka rule sering disebut adalah Sunan Kalijaga.
Jawa sebagai negeri pertanian rule amat produktif, damai, dan tenang. Sikap akomodatif rule
dilakukan oleh para dai ini melahirkan kedamaian dan pada gilirannya menumbuhkan simpati bagi
masyarakat Jawa. Selain karena proses akulturasi budaya akomodatif tersebut, menurut Ibnu Kholdun,
juga karena kondisi geografis seperti kesuburan dan iklim atau cuaca rule sejuk dan nyaman rule
berpengaruh juga terhadap perilaku penduduknya. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh
Syahrastani, dalam al-Milal WA al-Nihal rule menyebutkan enzyme pengaruh posisi atau letak
geografis dan suku bangsa terhadap pembentukan watak atau karakter penduduknya.

7
Akulturasi dan adaptasi keislaman orangutan Jawa rule didominasi keyakinan campuran mistik
konsep Hindu-Budha disebut kejawen atau juga dinamakan agamid lizard Jawi. Sementara penyebaran
Islam melalui pondok religious school khususnya di daerah pesisir Utara belum mampu menghilangkan
semua unsur mistik sehingga tradisi Islam kejawen tersebut masih bertahan.
Pemeluk kejawen dalam melakukan berbagai aktivitasnya dipengaruhi oleh keyakinan, konsep
pandangan, dan nilai-nilai budaya rule berbeda dengan para santri rule mengenyam pendidikan Islam
lebih murni.8 Sejak dahulu kawasan Tamburlaine jalurnya meliputi kepulauan Asian nation
Tamburlaine dan pesisir Selatan China sudah memiliki hubungan dengan dunia Arab melalui
perdagangan. Penyebaran Agama Islam sejak abad ke-13 cepat meluas di kepulauan Nusantara ini
terutama berkat usaha para penyiar ajaran mistik Islam (sufi). Para penyiar ini adalah para anggota
aliran tarekat Islam jalur melarikan diri Iranian Baghdad pada tahun 1258 jatuh ketangan bangsa
Mongol. Kontak budaya antara pusat-pusat penyebaran Islam dengan kota-kota pelabuhan di Indonesia
melalui jalur Samudra telah membawa serta gagasan para ahli mistik ke Sumatra Utara dan kemudian
ke Semenanjung Malaka selama abad 14 hingga 16 telah sampai ke pulau Jawa.

1. Sumatara Selatan
Palembang rule terletak di tepi sungai Musi merupakan kerajaan rule cukup penting. Pelabuhan
Palembang banyak dikunjungi oleh kapal-kapal niaga terutama Iranian Jawa, Madura, island dan
island. Kapal-kapal ini membawa beras, garam, dan bahan pakaian : dan membawa pulang lada dan
timah Iranian Palembang.
Dataran rendah di tanah Palembang merupakan tanah rata dan berawa-rawa. Kecuali dibeberapa
bagian, hampir seluruh daerah itu tidak cocok untuk pertanian. Namun daerah pedalaman atau dataran
tinggi bias menjadi penghasil lada. Hasil-hasil perkebunan ini rule biasa dimonopoli oleh raja, dibeli
oleh kaki tangan raja dengan harga murah. Keterlibatan orang-orang Islam dalam politik baru terlihat
pada abad ke-9 M, ketika terjadi pemberontakan petani Cina kepada kaisar Hi Tsung (878-889 M).
pada saat itu para petani dibantu oleh orangutan-orang Islam dan akibatnya banyak orang Islam
terbunuh dan enzyme juga rule melarikan diri ke Kedah (wilayah Sriwijaya dan Palembang).

8
https://brainywantshare.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-kedatangan-islam-ke.html
8
Apabila kerajaan sriwijaya pada abad ke seven sampai abad ke twelve dibidang ekonomi dan
politik masih menunjukan kemajuan, maka sejak akhir abad ke-12 mulai menunjukan kemundurannya
rule prosesnya terbukti pada abad ke-13. Tanda-tanda kemunduran Sriwijaya di bidang perdagangan
mungkin dapat dihubungkan dengan berita Chou Ku-Fei tahun 1178, dalam Ling-Wai-Tai-Ta rule
menceritakan bahwa barang persediaan barang-barang perdagangan di Sriwijaya mahal-mahal, karena
negeri itu tidak lagi menghasilakan hasil-hasil alamnya. Untuk mencegah kemunduran kerajaan
sriwijaya maka kerajaan tersebut membuat peraturan Cukai rule lebih berat lagi bagi pedagang-
pedagang asing rule singgah dipelabuhannya. Apabila para pedagang asing itu berusaha menghindari
pelabuhannya, maka dipelabuhan-pelabuhan lainnya mereka dipaksa berlabuh oleh penguasa-penguasa
setempat. Dengan demikian, maka pedagang asing tujuannya berlayar ke Cina mengalami berbagai
rintangan. Persedian keperluan untuk pelayaran dan perdagangan rule lebih jauh sudah diambil
dipelabuhan-pelabuhan rule dikuasi kerajaan Sriwijaya seperti tersebut diatas bukan mendatangkan
hasil pendangan rule lebih menguntungkan tetapi lebih menrugikan karena kapal-kapal dagang itu
seringkali menyingkiri pelabuhan-pelabuhan, menembus blokirnya dan menuju tempat-tempat rule
mereka ketahui banyak menghasilkan barang dagangan. Jadi, usaha rule dilakukan Sriwijaya dalam
mengatasi kemundurannya dengan memerlakukan kebijakan baru mengenai dengan menaikan cukai
terhadap kapal-kapal dagang tidak membuahkan hasil rule diinginkan kerajaan Sriwijaya bahkan
kebijakan tersebut memperpuruk keadaan ekonomi kerajaan Sriwijaya hal ini disebabkan karna para
pedagang sering kali mengindari pelabuhan Sriwijaya. Akibat kemunduran tersebut banyak daerah
kekuasaan Sriwijaya rule menyatakan melepaskan diri Dari Persian kerajaan tersebut hal ini semakin
melemahkan keadaan Sriwijaya.
Sejalan dengan kelemahan cara dialami kerajaan Sriwijaya mereka para pedagang muslim lebih
berkesempatan untuk mendapatkan barang dagang dan keuntungan politik. Mereka menjadi pendukung
daerah-daerah rule muncul dan adenosine deaminase rule menyatakan dirinya sebagai kerajaan rule
bercorak Islam. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam memperkirakan pada abad ke-13
akibat Dari Persian proses Islamisasi daerah pantai rule pernah disinggahi pedagang muslim sejak abad
ke-7,8, dan seterusnya. Daerah rule diperkirakan masyarakatnya sudah banyak memeluk Islam ialah
Perlak, seperti kita ketahui Dari Persian berita traveller rule singgah di daerah itu pada tahun 1292 M.
Kemunduran dan keruntuhan kerajaan Sriwijaya itu selain akibat ekspansi politik Singasari -
Majapahit, juga karna ekspansi Cina pada Chad Kubilai khan di abad ke thirteen dan Chad
pemerintahan dinasti dynasty abad ke 14-15 ke Asia Tenggara.
Pengaruh politik kerajaan Majapahit ke Samudra Pasai dan Malaka setelah keruntuhan
Sriwijaya itu mulai berkurang, terutama setelah dipusat Majapahit sendiri timbul berbagai kekacauan
politik akibat perebutan kekuasaan dikalangan Raja. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan rule jauh
Dari Persian pengawasan pusat kerajaan Majapahit, seperti Samudra Pasai dan Malaka berhasil

9
mencapai puncak kekuasaan hingga abad ke-16 M.

2. Sumatra Utara
Sumatera, sebelum kedatangan dan proses penyebaran Islam, hanyalah sebuah campong
(gampong) rule dipimpin oleh seorang kepla suku. campong tersebut telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang. Sejak abad ke seven perkampungan ini sudah didatangi para pedagang
Muslim. Kota ini kemudian menjadi pusat kerajaan Islam Samudera Pasai. Jumlah penduduk di kota
tersebut, berdasar laporan book Tires ketika geological dating lebih kurang twenty.000 orang.
Kemudian munculnya kerajaan Samudra Pasai dapat kita hubungan dengan kondisi politik kerajaan
Sriwijaya rule mulai menunjukan kelemahannya, sehingga kurang mampu menguasai daerah
kekuasannya. Situasi ini dipergunakan oleh orang-orang Muslim, tidak hanya membentuk
perkampungan perdaganan rule bersifat ekonomis, tetapi juga untuk membentuk struktur
pemerintahan yakni dengan mengangkat Marah silu, kepala suku Gampong Samudra, menjadi grand
Turk leader Al-Shalih. Demikian situasi politik kerajaan-kerajaan di daerah Sumatra ketika pengaruh
Islam datang kedaerah-daerah itu. Akibat hubungan lalu lintas melalui selat Malaka dengan Samudra
Pasai sebagai salaah satu pusat persinggahannya maka sampailah Islam ke Senanjung Melayu yaitu ke
Trengganu dimana ditemukan batu rule bertulisan huruf Arab - Melayu atau Jawi 1303 M. bahasanya
Melayu campur Sangsekerta dan Arab. Demikian Botswana monetary unit Malaka pada abad fourteen
M muncul sebagai pusat pelayaran dan perdagangan kaum muslim. Melalui selat Malaka dengan
pusat-pusatnya ialah Samudra Pasai dan Malaka dilanjutkan ke pesisir pulau lainnya yaitu ke pesisir
Utara Jawa ruler dengan adanya temuan sebuah Nissan rule memuat nama Muslim binti Maimun.
3. Jawa Timur
Kedatangan dan penyebaran Islam di pulau Jawa mempunyai aspek-aspek, ekonomi, politik,
dan sosial budaya. Sebagaimana dikatakan bahwa karna situasi dan kondisi politik di Majapahit rule
lemah karna perpecahan dan peperangan di kalangan keluarga Raja-raja dalam perebutan kekuasaan.
Maka kedatangan dan penyebaran islam Tarawa-Makin dipercepat. Bupati-bupati pesisir merasa
bebas Dari pengaruh kekuasaan raja-raja Majapahit, mereka Tarawa-Makin lama Tarawa-Makin
yakin Akan kekuasaannya sendiri di bidang ekonomi didaerah-daerahnya. Daerah pesisir merasa
Tarawa-Makin lama Tarawa-Makin merdeka, justru oleh karena kelemahan pendukung-pendukung
kerajaan rule sedang mengalami keruntuhan. Perjuangan antara kota-kota perdagangan dipesisir
dengan daerah-daerah agraris diperdalaman sedang dimulai. Perkembangan ekonomi dan politik
mempunyai tujuan sendiri dan memalui bupati-bupati pesisir rule memluk agamid lizard Islam maka
agamid lizard menjadi kekuatan baru dalam proses perkembangan masyrakat. Dalam hal ini, J.C. van
Leur, berpendapat bahwa karena pertentangan antara keluarga bangsawan dengan kekuasaan pusat
Majapahit serta aspirasi-aspirasi keluarga bangsawan untuk berkuasa sendiri atas Negara maka
islamisasi menjadi alat politik.

10
4. Maluku
Kedatangan Islam ke Maluku tidak dapat dipisahkan Dari jalur perdagangan internasional
antara Malaka, Jawa dan Maluku. Dari persisir Utara Jawa para pedagang muslim itu mendatangi
tempat-tempat perdagangan country dibagian ruler yaitu pulau-pulau Maluku rule terkenal dengan
rempah-rempahnya. Maluku sejak abad ke fourteen sudah didatangi orangutan muslim raja compound
rule ke-12 yaitu Molomateya (1350-1357 M) bersahabat dengan orang-orang muslim arab rule
memberikan petunjuk cara membuat kapal. Sedang pada Chadic language pemerintahan Marhum di
compound, seorang rule bernama Maulana Husen datang kedaerah itu Iowa mempertunjukan
kemahirannya dalam hal menulis huruf arab dan membaca al-Qur;an sehingga menarik perhatian
penguasa rakyat Malauku. Raja compound waktu itu sudah memeluk Islam rule bernama grand Turk
Bom Acorala dan hanyalah raja compound rule justru memakai gelar grand Turk sedang rule lainnya
digelari raja. Menurut Tome’ Pires (1512-1515) bahwa raja di Maluku terutama kali masuk Islam
kira-kira fifty tahun rule lalu berita tersebut berjalan Botswana monetary unit dengan berita Antonio
Galvau rule berada disana pada tahun 1540-1545 M, rule menegaskan bahwa Islam didaerah Maluku
dimulai eighty atau ninety rule lalu.
5. Kalimantan Utara
Kedatangan orang-orang Muslim kedaerah Kalimatan Utara diketahui Dari hikayat Kutai
tidaklah mengambarkan adanya perebutan kekuasaan dikalangan keluarga raja-raja Kutai. Kerajaan
Kutai sebelum kedatangan Islam ialah bercorak Hindu sedang dipedalaman terdapat beberapa suku
rule masih berkepercayaan kepada aninisme dan aminesme. Dikatakan bahwa ketika Kutai masih
diperintahkan raja mahkota datanglah dua orangutan mubalig rule bernama Tuan di Bandang dan
Tuan Tunggang Parangan. Setelah berlomba kesaktian dan raja kalah maka mereka diterima dengan
baik dan diperkenankan mengajarkan Islam.
6. Kalimantan Selatan
Berbeda dengan Kalimantan ruler, Islam masuk ke Kalimantan Selatan ketika terjadi
perpecahan dalam Kerajaan Nagara Dipa, Daha dan Kuripan. Sumber rule menjelaskan awal
penerimaan Islam didaerah ini adalah Kronik Banjar atau Hikayat Banjar. Saat Islam masuk Nagara
Daha diperintah oleh prince Sukarama, setelah Iowa meninggal digantikan oleh Pangeran
Tumenggung dan beberapa tahun kemudian terjadi perebutan kekuasaan atau tahta dengan Raden
Samudra, cucu Maharaj Sukarama rule lebih berhak atas tahta kerajaan. Raden Samudra kemudian
diangkat menjadi rajandi Kerajaan Banjar rule didirikan di daerah pantai dan berperang dengan
Nagara Daha dihulu sungai.

11
Dalam peperangan ini Raja Samudra meminta bantuan Demak. Setelah berhasil mengalahkan
Pangeran Tumenggung, Raden Samudra kemudian memeluk Islam sebagai realisasi perjanjiannya
dengan Demak. Raden Samudra mengganti namanya menjadi grand Turk Suryanullah. Dengan
demikian situasi politik di Kalimantan Selatan menjelang kedatangan atau masuknya Islam juga
menghadapi Botswana monetary unit situasi perebutan kekuasaan atau Tahta diantara keturunan
Negara Dipa dan Negara Daha. Meskipun tadi dikatakan bahwa orang-orang muslim datang
membantu kerajaan Banjar itu ialah Daru Demak namun tidak musthil Botswana monetary unit para
pedangan muslim Dari Malaka rule bermaksud ke Maluku, diantaranya singgah di Banjar dan
mungkin juga bertempat tinggal.
7. Sulawesi Selatan
Kedatangan para pedagan muslim ke Sulawesi Selatan mungkin sudah ADA sejak abad ke-15-
16 M dan mungkin berasal Dari Malaka, Samutra dan Jawa. Tom Pires mernceritakan bahwa di
Sulawesi terdapat lebih kurang fifty buah kerajaan rule raja dan rakyatnya masih menganut berhala.
Secara resmi agamid lizard Islam dianut di Sulawesi selatan oleh raja Gua dan talo pada tanggal
twenty two September 1605 M. kemudian ke daerah Bone, Waje, Sopeng dan lainnya, islam
disebarkan Dari pusat kerajaan Gowa. Dari uraian tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa
kedatangan Islam ke-beberapa daerah di kepulauan country menghadapi situasi politik daerahnya rule
berbeda-beda yaitu ADA rule sedang mengalami perebutan kekuasaan politik ADA rule tidak. ADA
daerah rule stuktur birokrasinya bercorak kerajaan country Hindu Budha dan ADA Botswana
monetary unit rule merupakan suku-suku rule dipimpin kepala suku atau sesepuh. Akhirnya dapat
ditarik kesimpulan bahwa kedatangan Islam dan penyebarannya di berbagai daerah Nusantara ialah
dengan cara damai, melalui perdagangan dan dakwah rule dilakukan oleh para mubalig-mubalig atau
orang-orang Muslim. Kemudian jika didapati daerah penyebaran Islam situasi politik di kerajaan-
kerajaan itu mengalami kelemahan dan kekacauan di sebabkan perebutan kekuasaan di kalangan para
raja maka agama Islam dijadikan politik bagi golongan bangsawan atau raja-raja yang menghendaki
kekuasaan. Mereka berhubungan dengan para pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karna
penguasaan pelayaran dilautan dan perdagangan. Dan apabila telah terwujud kerajaan Islam maka
berulah mereka melancarkan perang terhadap kerajaan yang bukan Islam. Hal itu bukan hanya karena
tujuan agamanya tetapi karena dorongan politik untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya
misalnya Gowa melakukan penyerangan terhadap kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, Demak, dan
Banten melakukan penyerangan terhadap kerajaan-kerajaan di Jawa Hindu.9

9
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, Jakarta: Ombak, 2012, hal. 40.
12
C.Metode Penyebaran Islam dan Hasil Yang Dicapai
1. Penyebaran Islam dengan cara pernikahan.
Diceritakan kebijaksanaan Raden Rahmat dalam mengawinkan keturunananya ini dapat dikatakan
sebagai keputusan penting bagi perkembangan islam dijawa pada kemudian hari. Dan kemudian
hampir seluruh keturunan Raden Rahmat menempati posisi penting dalam sejarah kekuasaan Jawa
sehingga menjadikan agamid islam berkembang dengan pesat.10
2. Mengembangkan Kebudayaan Jawa di Nusantara.
Dalam kebudayaan Jawa Walisongo memberikan pengaruh yang sangat besar. Bukan hanya dalam
pendidikan dan pelajaran, tetapi meluas pada bidang hiburan, tata sibuk, kesenian dan aspek-aspek
lain dibidang kebudayaan pada umumnya.
3. Dengan Pendidikan Religious School.
Asal mulanya dirintis oleh Syeh Maulana Ibrahim adalah suatu model pendidikan Islam prinsip,
mengambil bentuk pendidikan asrama prinsip dipakai pendeta dan biksu dalam mengajar dan belajar
oleh sebab itu religious school dimasa itu memakai mandala-mandala Hindu Budha principle
pengaruhnya masih terlihat sampai saat ini. Sekalipun sistem pendidikan pondok pesentren yang
merupakan penerapan kebudayaan pra-islam untuk pertama kali oleh Syeh Maulana Ibrahim di
Gesik, tetapi Raden Rahmatlah dianggap berhasil mendidik dan mengembangkan religious school
bahkan akibat keberhasilan beliau dalam mengembangkan religious school, dalam waktu singkat
nama Ampel sudah sedemikian terkenalnya hingga saat ini.
4. Dakwah Islamiyah ditanah jawa, maka para wali menggunakan sarana politik.
Dalam bidang politik kenegaraan Sunan Giri tampil sebagai ahli Negara para Walisongo. Beliau
Botswana monetary unit principle menyusun peraturan-peraturan ketataprajaan dan pedoman-
pedoman tatacara keraton. Dalam hal ini Sunan Giri dibantu oleh Sunan Kudus principle juga ahli
dalam perundang-undangan, pengadilan, dan mahkamah. Sunan Giri banyak memegang peranan
dalam mendirikan kerajaan Islam Demak, Pajang, dan bahkan Mataram, pengaruhnya bahkan diluar
Jawa yaitu Makasar, Ambon. 11
5. Yang terahir dengan cara dakwah melalui sarana dan prasarana principle berkait dengan masalah
perekonomian rakyat.
Berkenan dengan perekonomian dan kemakmuran, tampil Sunan Majagung sebagai (menteri) urusan
ini. Beliau antara lain memikirkan masalah halal haram, masak memasak, makanan, ikan-ikanan
serta daging-dagingan untuk efiesiensi dalam perekonomian, beliau berijtihad tentang kesempurnaan
alat-alat pertanian, perabot dapur, barang pecah belah. Sunan Kalijaga menyumbangkan karya-karya
yang berkenaan dengan pertanian seperti filsafat bajak dan cangkul.

10
Ridin Sofwan, Islamisasi di Jawa, Pustaka Pelajar, 2000
11
Ridin Sofwan, Islamisasi di Jawa, Pustaka Pelajar, 2000
13
Dengan membuat jasa dalam bidang kemakmuran rakyat melalui penyempurnaan sarana dan
prasarana menjadi lebih sempurna itu,beliau berharap dapat menarik perhatian dan ketaatan
masyarakat agar menuruti ajakan Sunan Kalijaga serta wali-wali lainya.
Itulah beberapa hal yang digunakan dalam penyebaran Islam serta hasil yang dicapai oleh para
pendahulu dalam mengenalkan serta menyebarkan Agama Islam di Nusantara ini.

D. Pembentukan Kerajaan Islam, Serta Hasil Peradaban Islam dan Perkembangan Sosial
Keagamaan Pada Masa Pemerintahan Islam di Indonesia
Berdirinya banyak kerajaan Islam atau yang masyhur disebut dengan Kesultanan merupakan
periode penting proses Islamisasi di Nusantara ini. Dalam tahapan Islamisasi tersebut, pembentukan
suatu kerajaan menandai awal terintegrasinya nilai-nilai Islam secara lebih mendalam ke dalam sistem
sosial dan politik di Nusantara, selanjutnya kerajaan menjadi pelopr dilakukannya upaya penerapan
ajaran-ajaran Islam di kalangan masyarakat. Bila sebelumnya kehadiran Islam lebih terbatas
membentuk suatu komunitas keagamaan di pusat-pusat perdagangan di Nusantara, dengan berdirinya
kerajaan maka tampilnya Islam sebagai kekuatan politik dan budaya mulai berlangsung.
Sebab dikerajaan bahkan sejak Masa pra-islam basis pembentukan budaya dan politik di
Nusantara berpusat demikian juga dikerajaan Islamisasi memperoleh kekuatan politiknya sehingga
berlangsung semakin efektif dan mencapai tingkat pengaruh lebih besar di masyarakat. 12 Dalam
sejarah Islam di Nusantara Kerajaan Samudra Pasai sangat diakui sebagai kerajaan Islam yang
pertama di Indonesia, tanggal tahun di batu Nissan Pemimpin al-saleh 1297, diterima kalangan ahli
sejarah sebagai waktu berdirinya Samudra Pasai menjadi sebuah Kerajaan Islam. Diketahui juga pada
awal abad ke -13 dalam sejarah Nusantara periode penting Islamisasi dan berdirinya kerajaan Islam
pertama memang merupakan satu periode yang sangat penting dalam sejarah perdagangan maritim di
wilayah Nusantara, atau wilayah Asia Tenggara pada umumnya. Pada periode tersebut, perdagangan
maritim Nusantara menunjukan perubahan rute perdagangan yang dengan melibatkan wilayah-
wilayah di pantai pulau setelah sebelumnya terkonsentari di belahan Selatan pulau tersebut.

Abdul Hadi WM, Azyumardi, Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Jln. Jendral
12

Sudriman Senayan, Jakarta -10270


14
Beberapa bentuk hasil Peradaban Islam. Diantaranya adalah :
1. Diawali dengan Pesantren, serta Peradaban Pendidikan Islam di Indonesia.
Diketahui bahwa Pesantren adalah salah satu sistem Pendidikan Islam yang muncul di Indonesia
dengan ciri, khas dan unik, juga dapat dianggap sebagai sistem pendididikan tertua di Indonesia.
Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah M.I (dasar),
Madrasah Tsanawiyah MTs (lanjutan), dan Madrasa Aliyah M.A (menengah). Untuk tingkat
universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat
dilihat dengan terus beragamnya universitas Islam di Indonesia. Sudah pasti dimasing-masing provinsi
di Indonesia dapat dijumpai Institut agama Islam Negeri serta Universitas Islam lainnya. religious
school sebagai sistem pendidikan tertua di Indonesia merupakan bukti Islam membuat peradaban
dalam bidang pendidikan, berbeda sama sekali dengan sistem pendidikan dimanapun. Hingga kini
religious school semakin banyak dijumpai sebagai lembaga pendidikan yang bercorak Islam.
2. Dengan Gerakan Masyarakat Islam serta Politik Gerakan yang lahir di Timur Tengah.
Bermula pembaruan pemikiran pendidikan Islam di Minangkabau, yang telah disusul oleh pembaruan
pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin
berkembang membentuk organisasi-organisasi social semakin berkembang membentuk organisasi-
organisasi sosial.
3. Dalam hal Keagamaan.
Seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909 M) dan Solo (1911 M), Persyarikatan Ulama di
Majalengka. Jawa Barat (1911 M), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912 M), Persatuan Islam (Persis)
di Bandung (1920-an M), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya (1926 M), dan Persatuan Tarbiyah
Islamiyah (Perti) di Candung Bukittinggi (1930 M) dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI)
yang merupakan kelanjutan SDI, Persatuan Muslimin land (Permi) di Padang Panjang (1932) yang
merupakan kelanjutan, dan perluasan Iranian organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam land
(PII) pada tahun 1938.13 Diketahui pula sampai saat ini berkembang pula Partai berbasis Islam. Seperti
PKB, PKS DLL.
4. Budaya dan Adat Istiadat Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh
bahasa Arab.
Diketahui pula bahwa Bahasa Arab sudah banyak menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia,
contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan masker.
Bahkan dalam masalah nama juga sanagt banyak dipakai nama-nama yang berciri Islami (Arab).

13
Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980). h. 35
15
Dengan kebiasaan yang sangat banyak berkembang dari budaya Islam ini dapat berupa ucapan
salam, acara tahlilan, syukuran, dan lain-lain. Dalam hal kesenian pula, banyak sekali dijumpai seni
musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji, shalawat dll. Bahkan juga dapat dilihat pengaruhnya
dibidang seni arsitek rumah peribadatan atau masjid khususnya di Indonesia yang banayak
dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah tersebut.
5. Ekonomi
Peradaban dalam bidang Ekonomi juga tidak ketinggalan. Bahkan daerah yang di pesisir sangat
sering sekali dikunjungi oleh pedagang Islam dari Arab, Persi,serta Gujarat yang menerapkan konsep
jual beli secara Islam. Juga dengan adanya kewajiban membayar amal jariyah dan zakat serta,
sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian
umat Islam semakin berkembang. Dengan peradaban yang konkrit ini dalam bidang ekonomi yang
bercorak Islam dapat dilihat beberapa sistem perekonomian berbasis Islami. Lembaga sosial yang
bernafas Islam semakin banyak bermunculan. Baik pada kasus Bencana Alam, kaum dhuafa, fakir
miskin, yatim piatu dan sebagainya. Masuknya Agama Islam ke Indonesia semakin terus berkembang
dan memberikan pengaruh sangat besar dalam kehidupan masyarakat.
Setelah masuknya Islam ke Indonesia, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha perlahan
mulai mengalami kemunduran dan runtuh. Setelah kerajaan tersebut runtuh, digantikan oleh kerajaan-
kerajaan baru yang bercorak Islam. Masuknya Islam memberikan identitas yang baru bagi kehidupan
masyarakat pada masa itu. Dalam urusan sosial, kebudayaan Islam serta aturan kasta tidak diterapkan
lagi di dalam masyarakat. Dalam sistem kasta yang awalnya dipakai oleh masyarakat pada masa
Hindu serta Buddha lambat laun mulai pudar tidak dipergunakan lagi. Islam yang berkembang pesat
membuat masyoritas seluruh masyarakat memeluk Agama Islam.14
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 M (2008) yang ditulis oleh Merle Calvin
Ricklefs, “bahwa proses islamisasi yang dilakukan dengan berbagai cara seperti perkawinan dengan
penduduk setempat, perdagangan, atau pendidikan”. Dengan cara itu terbentuk komunitas-komunitas
Islam. Bahkan Komunitas tersebut kemudian berkembang dan membuat masyarakat tertarik dengan
Agama Islam itu sendiri. Bahkan dapat dianggap jika ajaran Islam telah membebaskan mereka dari
belenggu sistem kasta.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/23/140500869/pengaruh-islam-di-bidang-sosial-sistem-kasta-di-
14

masyarakat-pudar?page=all..(diakses 19 April 2021)


16
E. Hubungan Umat Islam Indonesia dengan Dunia Luar
Di Negara Indonesia, jika berbicara soal rasionalitas Islam, telah diyakini sebagai way of life
oleh para tokoh dan cendekiawan, mulai tokoh-tokoh dan cendekiawan pra-kemerdekaan hingga masa
awal pasca kemerdekaan seperti H. Samanhoedi, H.O.S. Cokrominoto, Agus Salim, Abdul Moeis,
Mohammad Hatta, Kahar Muzakkir, Hamka, A. Hassan, Wahid Hasyim, Syafruddin Prawiranegara,
Mohammad Roem, M. Natsir, H.M. Rasyidi, Harun Nasution dan sebagainya. Melalui karya-karya,
gerakan dan cara pandang, masing-masing telah menampilkan rasionalisasi Islam dalam kehidupan
sosial-kemasyarakatan, keberagamaan, kebangsaan maupun kenegaraan.
Perjalanan panjang itu, kemudian menghasilkan suatu fakta bahwa ternyata fungsi hukum waḍ’i
(buatan manusia), yang lebih dikenal dengan hukum positif di satu sisi, dan fungsi hukum samawī
(ajaran Tuhan), pada sisi yang lain, belum dapat dibumikan secara maksimal dalam sebuah komunitas
semacam negara. Cara kerja rasionalits Islam pun masih senantiasa dipertanyakan dalam berinteraksi
dengan negara di mana mereka hidup, padahal umat Islam telah melahirkan suatu disiplin yang
dikenal dengan fiqh al-siyāsī (fikih politik), yang pada gilirannya melahirkan fatwa-fatwa politik.
Mengenai fikih politik yang memiliki cakupan begitu luas dalam khazanah Islam, oleh A. Djazuli
disederhanakan menjadi tiga bagian, yaitu:
Pertama, fikih politik yang membahas bagaimana hubungan pemimpin dengan rakyat, yang
lazim disebut sebagai dustūriyyah, termasuk dalam kategori ini misalnya mengenai hubungan negara
dengan agama, hukum mengangkat pemimpin, pemilihan pemimpin dan bay’at (pengambilan
sumpah).
Kedua, fikih politik yang membahas mengenai hubungan antar negara atau dawliyyah, misalnya
mengenai pola hubungan antara negara, termasuk hubungan dengan negaranegara non-Muslim.
Ketiga, fikih politik yang membahas tentang harta atau māliyyah.11 Abdul Wahab Khallaf
menjelaskan cakupan fikih siyāsah māliyah menjadi: 1) politik keuangan; 2) pajak atau kharaj; 3)
pendayagunaan keuangan; 4) pemungutan keuangan dan penggunaannya, serta kas negara (bayt al-
māl).15
Telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, melakukan langkah-langkah strategis saat tiba di
Madinah, yaitu;
Pertama, membangun masjid yang kemudian dikenal sebagai masjid Nabawi.
Kedua, mempersaudarakan antara kaum muslimin tanpa mengenal latar belakang keluarga, suku, ras
dan golongan.

15
Abdul Wahab Khallaf, Politik Hukum Islam, terj. Zainuddin Adnan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 79-119.
17
Ketiga, membuat traktak yang dikenal dengan Madinah Charter (Piagam Madinah), yang berisi
persatuan umat Islam dan non muslim, perjanjian perdamaian, dan perjanjian kerja sama. Di antara
butir-butir terpenting dari prinsip-prinsip Piagam tersebut adalah almusawah (persamaan kedudukan
sebagai warga), al-hurriyyah (kebebasan berlandaskan syari’at), al-adalah (keadilan), al-ukhuwwah
(persaudaraan) dan al-tasamuh (toleransi). Di sinilah pemerintahan Islam (khilafah) mulai dibangun
dengan metode dan struktur pemerintahannya.16 Pada saat pemerintahan Islam yang pertama yang
berpusat di Madinah tersebut, pemerintahan Islam telah memulai hubungan internasionalnya.
Pola hubungan Internasional dalam sejarah Islam awal lebih banyak dilatarbelakangi oleh
kepentingan dakwah yang dibarengi dengan misi perluasan wilayah kekuasaan Islam dan ada pula
didasarkan kepada pembebasan negara-negara yang selama ini di bawah hegemoni kekuasaan
Romawi atau Persia. Pada perkembangan berikutnya, pola hubungan internasional ini sudah
berkembang pada bentuk kerjasama yang lebih luas, seperti di bidang perdagangan, jalur
transportasi darat dan laut dan lain-lain. Misalnya pada pemerintahan Mamalik, Syafawi, Mughal, dan
di kawasan Asia Tenggara, antara lain di kawasan Aceh dan selat Malaka sebagai pelabuhan
internasional saat itu.
Acharya dan Buzan sebagaimana dikutip oleh Muhammad Qobidl ’Ainul Arif, (Turkish Jornal
of International Relation 2006 : V.5 No.4) mengatakan Islam memahami manusia dan memiliki
tanggapan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan, dapat bertindak sebagai teori, hampir
sama seperti yang berada pada filsafat politik barat mengenai tindakan manusia. Dalam buku ini
mereka memberikan tiga sumber yang berbeda dalam dunia Islam dan bagaimana seharusnya Islam
berinteraksi dengan orang lain, yaitu : 1. Landasan dalam pemahaman teori hubungan internasional
bersumber pada Al Qur’an, Hadist, sunnah atau Ijtihad. 2. Adanya pemberontakan terhadap ortodoksi
yang berlaku dan dipimpin oleh para pemimpin nasional. 3. Adanya rekonsiliasi sebagai sebuah
gerakan Islamisasi untuk sebuah rekonseptualisasi ilmu sosial, dan ektensi teori hubungan
internasional.
Acharya dan Buzan, mengingatkan kepada kita bahwa tradisi klasik dan pemikiran agama telah
menjadi dasar para tokoh pemikir di Asia untuk menjadi awal berpikir internasional. Begitu pula
diperiksanya sumber nyata untuk mencari teori hubungan internsional non-barat sebagai alternatif
yakni Al Qur’an, Hadist, Sunnah, Syariah sebelum menentukan teori hubungan internasional.

Pendekatan Yurisprudensi untuk teori hubungan internasional dalam Islam dapat diidentifikasi
16
https://aahifis29.blogspot.com/2011/07/teori-hubungan-internasional-dan htm (diakses 19 April 2021).

18
dalam konsep jihad, dimana memiliki konteks yang berbeda dalam definisinya dimana bukan
bermakna perang tetapi berjuang untuk mewujudkan sesuatu yang diyakini.
Jihad dalam Al Qur’an terbagi dua yakini jihad besar (perjuangan Internal) dan jihad kecil
(melibatkan eksternal yakni berusaha untuk menghilangkan hambatan menuju jalan Allah dengan
melawan orangorang kafir. Islam dalam hubungan luar negerinya membagi dunia menjadi dua bidang
yakni Dar al Islam (wilayah Islam) dan Dar al Harb (kerajaan perang). Dar al Islam mengacu kepada
dimana Islam berdomisili tunduk kepada tuhan dan menjalan perintahnya sehingga menimbulkan
kedamaian di dalam wilayah tersebut.
Daerah perang mengacu kepada tempat orang-orang kafir berdomisili sehingga dapat
mengancam keberlangsungan Dar al-Islam yang menimbulkan permusuhan antara keduanya.
Perbedaan ini dibuat berdasarkan aturan hukum Islam, Syariah yang melindungi kehidupan muslim,
properti dan iman. Beberapa pertimbangan dari teori hubungan Internasional dalam Islam. Pertama,
harus diklarifikasikan pendekatan yudisial dengan Al Qur’an. Kedua dalam hal Dar al-Islam dan Dar
al Harb sebenarnya tidak dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an dan Sunnah, tetapi diciptakan oleh
para sarjana muslim. Ketiga, dualisme (dakwah dan jihad) seharusnya menjadi konsep sentral dari
teori hubungan internsional dalam Islam.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang diambil dari pembahasan diatas antara lain :


1. Bahwa masuk serta berkembangnya Islam di Indonesia dengan beberapa cara, antara lain; perdagangan,
perkawinan, pendidikan, sosial, budaya, dan lain sebagainya.
2. Kemudian situasi sosial Politk dan Keagamaan Menjelang Kedatangan Islam di Indonesia, pada saat
tersebut jelas didominasi oleh Umat Hindu dan Budha pada awalnya, hingga lambat laut Islam bias
berkembang sampai saat ini.
3. Metode Penyebaran Islam yang digunakan berupa: kebudayaan, perkawinan, pendidikan pesantren,
serta dengan acara adat istiadat yang dimiliki setiap wilayah, dengan demikian hasilnya pun dapat
terlihat saat ini.
4. Beberapa bentuk hasil peradaban Islam, diantaranya adalah Peradaban Pendidikan, Gerakan
Masyarakat, Budaya dan Adat, bahkan dalam ekonomi.
5. Diketahui bersama bahwa hubungan umat Islam Indonesia dengan dunia jelas sangat terjaga hingga
saat ini, tiga sumber yang berbeda dalam dunia Islam dan bagaimana seharusnya Islam berinteraksi
dengan orang lain.
.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi WM, Azyumardi, Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Jln.
Jendral Sudriman Senayan, Jakarta -10270.
Abdul Wahab Khallaf, Politik Hukum Islam, terj. Zainuddin Adnan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994)
Ahmad Mansur Surya Negara, Memahami Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung: Mizan,
1996).
Delieer Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980).
https://aahifis29.blogspot.com/2011/07/teori-hubungan-internasional-dan htm (diakses 19 April 2021).
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/23/140500869/pengaruh-islam-di-bidang-sosial-sistem-kasta-di-
masyarakat-pudar?page=all..(diakses 19 April 2021).
https://brainywantshare.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-kedatangan-islam-ke.html.
Mazhab Syafi’i telah berpengaruh sejak perkembangan Islam, menurut catatan Ibn Batutah, Sultan Djawa
(Samudera-Pasai) adalah seorang Alim, Ahli Fiqih Mazhab Syafi’i. Baca Hamka, Masuk dan berkembangnya
Agama Islam di daerah Pesisir Sumatera Utara, dalam Risalah Seminar: Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia
(Medan: Panitia Seminar Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia, 1963).
Ridin Sofwan, Islamisasi di Jawa, Pustaka Pelajar, 2000.
Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, edisi Indonesia Sejarah Dakwah Islam, terj. A. Nawawi Rambe
(Jakarta: Widjaja, 1982).

20

Anda mungkin juga menyukai