BAB 9
TENTANG RAHMAT ISLAM BAGI
NUSANTARA
DI SUSUN
OLEH KELOMPOK 3 :
1. EKA SETYA WATI
2. ERA HAIDA WATI
3. IRFAN KHUSAINI
4. MUSTAKIM
5. NIA AGELIA
KATA PENGANTAR
i
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “TENTANG
RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Team Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Masuknya Islam Kenusantara (Indonesia)...............................................................2
B. Strategi Dakwah Islam Di Nusantara......................................................................2
C. Perkembangan Dakwah Islam Di Nusantara...........................................................6
D. Kerajaan Islam Di Indonesia...................................................................................7
E. Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia........................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Rahmat Islam Bagi
Nusantara
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan . Kampung tersebut dahulu merupakan
tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para
pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja atau bangsawan. Karena
pernikahan itulah, makabanyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian diikuti
oleh rakyatnya. Dengandemikian Islam cepat berkembang.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yangmenyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Dan
didalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan
agamaIslam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama
Islam, merekamempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya
kepada masyarakatsekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam.
Pesantren yang telahberdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan
Ampel Surabaya yangdidirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri
yang santrinya banyakberasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat
memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan
wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
3
3. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4. Sunan Giri (Raden Paku)
5. Sunan Derajat (Syarifuddin)
6. Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Faletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai :
1. penyebar agama Islam
2. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3. penasihat raja-raja Islam
4. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni
tari,seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon,
dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran
Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin
memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :
Contohnya : Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnyayang
biasa mendekatkan dengan ajaran Islam.
· Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
· Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat, Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebgai pemanggil untuk acara keramaian.
Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Contohnya : Tahlil.
4
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya. Para Sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para
Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa. Dengan
melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima masyarakat dengan
baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor-faktor yang menyebabkan Islam cepat bekembang di
Indonesia antara lain :
Ø Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;
Ø Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;
Ø Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;
Ø Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.
5
kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada waktu
itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
4. Perkembangan Islam di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini menjadi
daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa, Malaka,
Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini, menyebabkan
perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar
pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.
Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut
sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal
Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di
Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham
ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah
Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke Irian.
Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke Irian.
Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau
Waigio.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan kelanjutan dari Kerajaan Samudera Pasal yang didirikan oleh
Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda yang berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitar Aceh sekaligus
mengislamkan daerah tersebut dalam usahanya untuk memperluas wilayah kekuasaan Sultan
Iskandar Muda bekerja sama dengan Sultan Turki untuk memperkuat pasukannya. Kerajaan
Aceh mengembangkan diri dan dapat mempersatukan beberapa daerah di Aceh, yaitu Daya,
6
Pedir, Lingga, Perlak, Tamiang, Samudera Pasai, dan Lamuni, di bawah kekuasaan Sultan Ali
Mughayat Syah (1514-1528).
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden
Patah. Letak Kerajaan Demak berada di tepi pantai utara Jawa. Peranan Kerajaan Demak dalam
pensebaran agama Islam adalah,
· Menjadi pusat persebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali.
· Mengadakan perluasan wilayah di daerah-daerah sekitar pesisir pantai utara Jawa yang
kemudian diislamkan melalui pendekatan politik, sosial, dan budaya.
Kerajaan Banten
Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang berada di Jawa Barat yang didirikan oleh
Sunan Gunung Jati. Raja pertama yang memerintah adalah Sultan Hasanudin yang berhasil
memperluas pengaruh agama Islam di Banten. Kerajaan Banten mampu berkembang pesat,
antara lain karena didukung oleh fakta,
· Banten mempunyal komoditas ekspor yang penting, misalnya ada, sehingga menjadi daya tarik
bagi pedagang asing.
· Islamisasi di Banten menjadikan Banten sebagai pusat politik Kerajaan Banten.
· Banten merupakan pelabuhan penting di Selat Sunda.
· Pelabuhan Banten memenuhi syarat sebagai pelabuhan yang balk.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam merupakan kelanjutan dan kekuasaan Demak, yang didirikan oleh
Sutawijoyo yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo (kepala tentara
dan pengatur agama). Panembahan Senopati bercita-cita menjadikan Mataram sebagai pusat
budaya Jawa dan agama Islam. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, cara yang digunakan
dengan melakukan ekspansi wilayah kekuasaan di seluruh Pulau Jawa, kecuali daerah Banten,
Blambangan, dan Batavia yang belum dapat dikuasai. Pusat Kerajaan Mataram terletak di
Yogyakarta.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan oleh Fatahiliah atau Sunan Gunung Jati. Pada masa pemerintahan
Fatahiliah, Cirebon dapat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dan perluasan wilayah yang
berhasil dilakukan oleh Fatahiliah, persebaran agama Islam berkembang pesatdan Cirebon
mampu menjadi pusat perdagangan dan menjalin hubungan perdagangan dengan Cina. Wafatnya
Fatahiliah diganti oleh Panembahan Ratu. Cirebon berhasil dikuasal VOC dan Iayahnya dibagi
7
menjadi tiga yaltu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan yaitu pada tahun 1681.
Kerajaan Gowa Talio atau Kerajaan Makassar
8
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama
kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan
Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang
meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam
berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang
sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu
mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara
adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad,
sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi
Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke
1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,
mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.
Secara garis besar ada dua bentuk gerakan pembaharuan Islam di Indonesia: (1) Gerakan
pendidikan dan sosial, (2) gerakan politik.
a. Sekolah Thawalib
Sekolah ini berasal dari surau jembatan besi. Surau berarti langgar atau masjid. Lembaga
pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan pesantren di Jawa. Haji Abdullah
9
Ahmad dan Haji Rasul pada tahun 1906 telah merintis perubahan “sistem surau” menjadi sistem
sekolah. Pada tahun 1919 Haji Jalaludin Hayib menerapkan sistem kelas dengan lebih sempurna.
Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja, kurikulum yang lebih baik, dan kewajiban pelajar
untuk membayar uang sekolah. Selain itu kepada para pelajar pun diperkenalkan koperasi pelajar
guna memenuhi kebutuhan seharihari mereka. Koperasi ini berkembang menjadi organisasi
sosial yang menyantuni sekolah Thawalib dengan nama Sumatera Thawalib. Sejak itu organisasi
ini tidak lagi dipimpin oleh murid, tetapi oleh para guru.
Pada tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya. Tidak hanya guru dan murid
di sekolah itu, melainkan juga para alumni. Selain itu, keanggotaan pun terbuka bagi mereka
yang bukan murid, guru, dan alumni atau mereka yang tidak memiliki hubungan apapun dengan
sekolah Thawalib. Organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi sebuah organisasi
kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Akhirnya organisasi
Sumatera Thawalib berkembang menjadi organisasi politik dengan nama Persatuan Muslimin
Indonesia, disingkat Permi. Permi merupakan partai Islam politik pertama di Indonesia. Asas
Permi tergolong modern. Bukan hanya Islam, tetapi juga Islam dan Nasionalis.
b. Jamiat Khair
Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17 Juli 1905. Di
antara pendirinya adalah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin
Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum ningrat
atau bangsawan Arab.
Ada dua program yang diperhatikan Jamiat Khair, mendirikan dan membina sekolah dasar, serta
menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak
hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga untuk umum.
Bahasa Belanda tidak diajarkan karena bahasa penjajah, tetapi diganti dengan bahasa Inggris.
Dengan menguasai bahasa Inggris, para alumni lembaga pendidikan Jamiat Khair diharapkan
dapat mengikuti kemajuan zaman.
c. Al-Irsyad
Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-Irsyad memusatkan
perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan. Sekolah Al-
10
Irsyad banyak jenisnya. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan program takhassus
memperdalam agama dan bahasa asing. Cabang-cabang Al- Irsyad segera dibuka di Cirebon,
Pekalongan, Bumiayu, Tegal, Surabaya, dan Lawang.
Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat Khair, walaupun keduanya sama-sama
didirikan oleh masyarakat Arab. Jika Jamiat Khair dikuasai oleh golongan sayyid atau ningrat.
Al-Irsyad sebaliknya, menolak adanya perbedaan atau diskriminasi antara kaum elite dengan
golongan alit (kecil).
Al-Irsyad tidak dapat dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia seorang Arab keturunan
Sudan yang menghembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam tubuh Al-Irsyad.
d. Persyarikatan Ulama
Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula bernama Hayatul Qulub, didirikan di Majalengka,
jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911. Kiai Halim adalah alumni Timur Tengah.
Ia menyerap ide-ide pembaruan yang dihembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-
Afghani, dua tokoh pembaruan di Mesir.
Hayatul Qulub memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Sejak
1917 namanya diubah menjadi Persyarikatan Ulama. Perubahan nama ini memiliki dua tujuan,
yaitu menyatukan para ulama dan mengajak mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam
mengelola pendidikan.
Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim: “system madrasah” dengan “sistem
asrama”. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama diberi nama “Santri
Asromo”. Dibagi ke dalam tiga bagian: Tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan.
Santri Asromo memiliki kelebihan, yaitu kurikulumnya memadukan pengetahuan agama dan
umum seperti pada sistem madrasah sekarang. Para pelajar Santri Asromo juga dilatih dalam
pertanian, keterampilan besi dan kayu, menenun dan mengolah bahan seperti membuat sabun.
Mereka tinggal di asrama dengan disiplin yang ketat.
Persyarikatan Ulama memiliki ciri khas, mempertahankan tradisi bermazhab dalam fiqih; tetapi
menerapkan cara-cara modern dalam pendidikan. Pada tahun 1952 Persyarikatan Ulama diubah
11
menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) setelah difusikan dengan Al-Ittihad al- Islamiyah (AII) atau
persatuan Islam. AII didirikan dan dipimpin oleh K.H. Ahmad Sanusi yang berpusat di
Sukabumi, Jawa Barat.
Perkembangan selanjutnya, untuk membentuk organisasi yang lebih besar dan lebih sistematis,
serta mengantisipasi perkembangan zaman, maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai,
akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdatul Ulama
(Kebangkitan Ulama).
Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh
K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka
K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qānμn Asāsi (prinsip dasar), kemudian juga
merumuskan kitab I'tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah. Kedua kitab tersebut kemudian
diimplementasikan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU
dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab I'tiqād
Ahlussunnah Wal Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha di berbagai bidang,
antara lain sebagai berikut:
1) Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan
yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
12
2) Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,
untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas. Hal ini terbukti
dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di
berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar negeri.
3) Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai
dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil
pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan
lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
5) Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
f. Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah dan amal
sosial. Muhammadiyah mendirikan berbagai sekolah Islam ala Belanda, baik dalam satuan
pendidikan, jenjang maupun kurikulumnya. Muhammadiyah pun menerima subsidi dari
pemerintah Belanda.
Organisasi ini sangat menekankan keseimbangan antara pendidikan agama dan pendidikan
umum, serta pendidikan keterampilan. Para alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah
diharapkan memiliki aqidah Islam yang kuat, sekaligus memiliki keahlian untuk hidup di zaman
modern.
Dengan bekal aqidah, pendidikan dan keterampilan yang baik, kaum muslimin dapat
mengembangkan kualitas hidup mereka sesuai dengan tuntutan ajaran al-Qur'an. Bahkan sampai
sekarang, Muhammadiyah merupakan ormas Islam besar yang memiliki satuan-satuan
pendidikan sejak dari Taman Kanak-kanak hingga Program Pasca sarjana.
Dalam bidang amal sosial, ormas Islam ini memiliki antara lain beberapa puluh rumah sakit,
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan dakwah Muhammadiyah
sangat menekankan kemurnian aqidah; memerangi berbagai perbuatan syirik, menyekutukan
Allah Swt. dalam segala bentuknya; menentang takhayul; khurafat; dan perbuatan bid’ah serta
mengikis habis kebiasaan taqlid buta dalam beragama. Muhammadiyah, menekankan pentingnya
membuka pintu ijtihad dalam bidang hukum Islam agar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta
13
menolak tradisi bermazhab dalam fiqih. Muhammadiyah menolak kehidupan tasawuf yang
hanya mementingkan akhirat. Muhammadiyah sebagaimana umumnya kaum pembaharu,
menentang tarekat, karena penuh dengan perbuatan bid’ah.
2. Gerakan Politik
Islam tidak dapat menerima penjajahan dalam segala bentuk. Perjuangan umat Islam dalam
mengusir penjajah sebelum abad dua puluh dilakukan dengan kekuatan senjata dan bersifat
kedaerahan.
Pada awal abad dua puluh perjuangan itu dilakukan dengan mendirikan organisasi modern yang
bersifat nasional, baik ormas (organisasi social kemasyarakatan), maupun orsospol (organisasi
sosial politik). Melalui pendidikan, ormas memperjuangkan kecerdasan bangsa agar sadar
tentang hak dan kewajiban dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dengan orsospol, kaum
muslimin memperjuangkan kepentingan golongan Islam melalui saluran politik yang diakui
pemerintah penjajah. Mereka misalnya berjuang melalui parlemen Belanda yang disebut
Volksraad.
Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman kemerdekaan adalah Persaudaraan
Muslimin Indonesia (Permi), Sarikat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia (PII). SI didirikan di
Solo pada tanggal 11 November 1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905.
SI kemudian berubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Partai Islam Masyumi pada
awal berdirinya merupakan satu-satunya partai politik Islam yang diharapkan dapat
memperjuangkan kepentingan seluruh golongan umat Islam dalam negara modern yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Masyumi merupakan partai federasi yang
menampung semua golongan tradisional.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan
yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir, kepekaan dalam
merasakan lingkungan, cara bersikap, dan bertindak manusia, baik secara individual maupun
sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan
dengan menggunakan cara tertentu, dan sejarah islam di indonesia diawali dari sebelum masa
penjajaha atau masa para wali sampai dengan masa sekarang atau masa reformasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilaihi, Wahyu; Harjani Hefni. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta; Kencana, 2007
http://www.dakwatuna.com/2007/12/347/sejarah-islam-di-indonesia/
Abdillah, Masykuri, "Potret Masyarakat Madani di Indonesia", dalam Seminar Nasional
tentang "Menatap Masa Depan Politik Islam di Indonesia", Jakarta:
International Institute of Islamic Thought, Lembaga Studi Agama dan Filsafat UIN Jakarta, 10
Juni 2003
Ali Daud, Muhammad, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali, 1991, Cet . ke-2
Antonio, Muhammad Syafi'I, Bank Syari'ah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
2001
Anwar, M. Syafi'i, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1995
Azra, Azyumardi, Islam reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999
16