Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH PERADABAN ISLAM INDONESIA

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas mata Kuliah


“Sejarah Peradaban Islam”

Dosen Pengampu :
Dr. Juli Amaliah Nasucha. M.Pd.I
Disusun Oleh :

1. Eno Febriansyah (20221700101004)


2. M. Rijalul Kamil Z. (20221700101007)
3. Abdul Salam (20221700101023)
4. Afrida Junita (20221700101025)
5. Nur Anisa Febrianti (20221700101045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIAH

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM

MOJOKERTO

2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan yang
maha esa, atas segala rahmat dan karuniannya yang telah menganugrahkan Al-
Qur`an sebagai hudan li al-nas (Petunjuk bagi seluruh manusia) dan li al-alamin
(rahmat bagi segenap alam). Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah
Peradaban Islam yang berjudul “SEJARAH PERADABAN ISLAM
INDONESIA” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Juli Amaliyah
Nasucha, M.Pd.I Yang telah memberikan arahan sekaligus bimbingan dalam
penyusunan makalah ini dan Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi
para pembaca, terutama mahasiswa sebagai pengetahuan dalam menambah ilmu
dan supaya Bermanfaat dalam menjaga dan memelihara diri untuk selalu
beribadah kepada Allah serta memperbaiki akhlak kita sebgaimana aturan yang
telah ditetapkan oleh agama islam.
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sebagai
penulis makalah ini merasa masih banyak kekurangan baik segi penyusunan,
bahasa, maupun penulisannya, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
yang kami miliki. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan
dari permbaca dan dosen pengajar mata kuliah demi kesempurnaan makalah ini.
Terakhir, kami mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dihati pembaca.

Mojokerto, 14 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ ..1


A. Latar Belakang ......................................................................................... ..1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. ..2

BAB Il PEMBAHASAN ............................................................................. .3


A. Pengertian Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.........................3
B. Perkembangan politik Islam di Indonesia.....................................................7
C. Perkembangan Seni Budaya Islam Indonesia..............................................14

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15

A. Kesimpulan .............................................................................................. 18

B. Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 M ke dunia dianggap oleh
sejarawan sebagai pembangun Dunia Baru dengan pemikiran baru, cita-cita
baru, kebudayaan derta peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad
semenjak Nabi Muhammad menyebarkan ajaran-ajaran baru dalam bidang
teologi monoteitis, bidang kehidupan individu, bidang kehidupan
masyarakat, dan kenegaraan, terbentanglah peradaban Islam dari wilayah
Spanyol (dahulu Andalusia) sampai benmteng Cina, dari lembah Sungai
Wolga di rusia sampai ke Asia Tenggara, belakangan bahkan sudah hampir
ke seluruh dunia, yang dirintis oleh Rasul Muhammad, Khulafa al-Rasyidin,
Amawiyah, Abbasiyah.
Walaupun transformasi (Islam) belum selesai dan belum sempurna
waktu itu, tetapi Islam sudah berfungsi sebagai kekuatan pendorong
perlawanan terhadap pe jajah sekaligus lambang pemersatu. Ajaran Islam
dapat menumbuhkan jiwa patriotisme sebagai bagian dari iman yang
berorientasi ke arah persatuan seluruh kepulauan Nusantara.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Masuk dan Perkembangan Islam di
Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Politik Islam di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Seni Budaya Islam
Indonesia?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian Masuk dan Perkembangan Islam di
Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Politik Islam di Indonesia
3. Untuk mengetahui Perkembangan Seni Budaya Islam Indonesia

2
BAB I I
PEMBAHASAN

A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


1. Teori tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat
kompleks, terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan
perkembangan awal Islam. Oleh karena itu, para sarjana sering berbeda
pendapat. Harus diakui bahwa penu- lisan sejarah Indonesia diawali oleh
golongan orientalis yang sering ada usaha untuk meminimalisasi peran
Islam, di samping usaha para sarjana Muslim yang ingin mengemukakan
fakta sejarah yang lebih jujur.
Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan
secara damai. 1 Berbeda dengan penyebaran Islam di Timur Tengah yang
dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer
Muslim Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian
dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Orang
yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak bertendensi apa
pun selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih,
sehingga nama mereka berlalu begitu saja.
Tidak ada catatan sejarah atau prasasti pribadi yang sengaja dibuat
mereka untuk mengabadikan peran mereka, ditambah lagi wilayah
Indonesia yang sangat luas dengan perbedaan kondisi dan situasi. Oleh
karena itu, wajar kalau terjadi per- bedaan pendapat tentang kapan, dari
mana, dan di mana pertama kali Islam datang ke Nusantara. Namun,
secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi sebagai
berikut.

1
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), 8.

3
a. Pendapat pertama dipelopori oleh sarjana-sarjana orien- talis Belanda,
di antaranya Snouck Hurgronje yang ber- pendapat bahwa Islam
datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Cujarat (bukan dari Arab
langsung) dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama
Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudra Pasai
yang dikatakan berasal dari Gujarat.
b. Pendapat kedua dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, di
antaranya Prof Hamka, yang mengadakan "Seminar Sejarah
Masuknya Islam ke Indonesia' di Medan tahun 1963 Hamka dan
teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia
pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari
Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada
sejak abad ke-7 M) melalu Selat Malaka yang menghubungkan
Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan
Bani Umayyah di Asia Barat.2
Bersamaan dengan para pedagang datang pula da'i-da'i dan musafir-
musafir sufi. Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan
dengan pedagang dari negeri- negeri di ketiga bagian Benua Asia itu. Hal
itu memungkin kan terjadinya hubungan timbal balik, sehingga
terbentuk- lah perkampungan masyarakat Muslim. Pertumbuhan per-
kampungan ini makin meluas sehingga perkampungan itu tidak hanya
bersifat ekonomis, tetapi membentuk struktur pemerintahan dengan
mengangkat Meurah Silu, kepala suku Campung Samudra menjadi
Sultan Malik as-Sholeh. 3
Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam ke
Indonesia adalah melalui saluran-saluran sebagai berikut.
a. Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran

2
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Bandung: Al Maarif,
1981).358.
3
Uka Tjandrasasmita, (Ed.), Sejarah Nasional III (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1976).86.

4
b. Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berda- tangan bersama
para pedagang para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
c. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig
dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat
terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat
Muslim. Dengan perkawinan itu secara tidak langsung orang Muslim
tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsa-
wanan. Lebih-lebih apabila pedagang besar kawin dengan putri raja,
maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota
kerajaan, syahbandar, qadi, dan lain-lain. 4
d. Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka
menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-
pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan
penyebaran Islam. Pusat- pusat pendidikan dan dakwah Islam di
kerajaan Samu- dra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama
yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirim mubalig lokal, di
antaranya mengem Maulana Malik Ibrahim ke Jawa Selain menjadi
pusat-pusat pendidikan yang disebut pesantren, di Jawa juga
merupakan markas penggem bengan kadee kader politik Misalnya,
Raden Farah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren
Ampel Denta, Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon pertama adalah
didikan pesantren Gunung Jati dengan Syaikh Dzatu Kabfi, Maulana
Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak
menjadi Sultan Banten pertama 5.
e. Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersa- maan dengan
pedagang datang pula para ulama, da'i, dan sufi pengembara Para
ulama atau sufi itu ada yang ke- mudian diangkat menjadi penasihat
dan atau pejabat agama di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah
Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar Ranini, Abd. Rauf

5
Taufik Abdullah, Perkembangan Islam di Nusantar.118.

5
Singkel. Demikian juga kerajaan kerajaan di Jawa mempu nyai
penasihat yang bergelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
2. Perkembangan Islam di Nusantara
Islam di Indonesia (Asia Tenggara) merupakan salah satu dari tujuh
cabang peradaban Islam (sesudah hancurnya persatuan peradaban Islam
yang berpusat di Baghdad tahun 1258 M). Ketujuh cabang peradaban
Islam itu secara lengkap adalah peradaban Islam Arab, Islam Persi, Islam
Turki, Islam Afrika Hitam, Islam anak benua India, Islam Arab Melayu,
dan Islam Cina. Kebudayaan (peradaban) yang disebut Arab Melayu
tersebar di wilayah Asia Tenggara memiliki ciri-ciri universal
menyebabkan peradaban itu tetap mempertahankan bentuk
integralitasnya, tetapi pada saat yang sama tetap mempunyai unsur-unsur
yang khas kawasan itu.
Kemunculan dan perkembangan Islam di kawasan itu menimbulkan
transformasi kebudayaan (peradaban) lokal. Transformasi melalui
pergantian agama dimungkinkan karena Islam selain menekankan
keimanan yang benar, juga mementingkan tingkah laku dan pengamalan
yang baik, yang diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Terjadinya transformasi kebudayaan (peradaban) dari sistem
keagamaan lokal kepada sistem keagamaan Islam bisa disebut revolusi
agama. Transformasi masyarakat Melayu kepada Islam terjadi
berbarengan dengan "masa perdagangan,” masa ketika Asia Tenggara
mengalami peningkatan posisi dalam perdagangan Timur-Barat. Kota-
kota wilayah pe muncul dan berkembang menjadi pusat-pusat perdagang
kekayaan, dan kekuasaan. Masa ini mengantarkan wilayah Nusantara ke
dalam internasionalisasi perdagangan dan kosmopolitanisme
kebudayaan yang tidak pernah dialami ma rakat di kawasan ini pada
masa-masa sebelumnya.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa
perdagangan terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut.
a. Portabilitas (siap pakai) sistem keimanan Islam. Sebelum Islam
datang, sistem kepercayaan lokal berpusat pada penyembahan arwah

6
nenek moyang yang tidak portable (siap pakai di mana pun dan
berlaku kapan pun). Oleh karena itu, para penganut kepercayaan ini
tidak boleh jauh dari lingkungannya, sebab kalau jauh mereka tidak
akan mendapat perlindungan dari arwah yang mereka puja. Sementara
itu, mereka yang karena sesuatu alasan harus meninggalkan
lingkungan arwah nenek moyang mencari sistem keimanan yang
berlaku universal, sistem kepercayaan kepada Tuhan yang berada di
mana-mana-mana dan siap memberikan perlindungan di mana pun
mereka berada. Sistem kepercayaan seperti itu mereka temukan dalam
Islam. Hasilnya ketika wilayah Arab Melayu terekrut ke dalam
perdagangan internasional, para pedagang Muslim mancanegara
memainkan peranan penting mendorong konversi massal yang terjadi
di kota-kota pelabuhan, yang kemudian berkembang menjadi entitas
politik Muslim6.
b. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi Nusantara
bertemu dan berinteraksi dengan orang Muslim pendatang di
pelabuhan, mereka adalah pedagang kaya raya Seperti dicatat seorang
Spanyol yang mengamati islamisasi awal Filipina: "Orang Moro
(Muslim) itu memiliki banyak emas...." Mereka orang kaya karena
mereka para pedagang. Karena kekayaan dan kekuatan ekonominya,
mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik entitas
lokal dan bidang diplomatik Ini terlihat misalnya, pada abad ke-10 dan
ke-12, tidak kurang dari dua belas orang Muslim (pedagang) menjadi
duta-duta Sriwijaya dalam politik dan perdagangan dengan Cina dan
negara-negara di Timur Tengah. 7
c. Kejayaan militer. Orang Muslim dipandang perkasa dan tangguh
dalam peperangan. Majapahit dipercaya telah dikalahkan para
pejuang Muslim yang tidak bisa ditundukkan secara magis. Penduduk
setempat percaya bahwa mereka yang perkasa dan tangguh itu karena
memiliki kekuatan-kekuatan adikodrati.

6
Azyumardi Azra, Renaisans, Sejarah Peradaban Indonesia.62.
7
Ibid, Perkembangan politik Islam di Indonesia.22.

7
d. Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke
berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal
tulisan, sedangkan sebagian yang lain sudah mengenal huruf Sanskrit.
Pengenalan tulisan Arab memberikan kesempatan lebih besar untuk
mem punyai kemampuan membaca (literacy). Islam juga meletakkan
otoritas keilahian pada kitab suci yang ditulis dalam bahasa yang tidak
dikuasai penduduk lokal sehingga memperkuat bobot sakralitasnya.
e. Mengajarkan penghapalan. Para penyebar Islam menyandarkan
otoritas sakral Mereka membuat teks- teks yang ditulis untuk
menyampaikan kebenaran yang dapat dipahami dan dihapalkan.
Hapalan menjadi sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk
kepentingan ibadah-ibadah seperti shalat.
f. Kepandaian dalam penyembuhan. Di Jawa terdapat legenda yang
mengaitkan penyebaran Islam dengan epidemi yang melanda
penduduk. Tradisi tentang konversi kepada Islam berhubungan
dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai
menyembuhkan. Raja Patani menjadi Muslim setelah disembuhkan
dari penyakitnya oleh seorang syaikh dari Pasai.
g. Pengajaran tentang moral Islam menawarkan keselamatan dari
berbagai kekuatan jahat Misalnya, orang yang taat akan dilindungi
Tuhan dari segala arwah dan kekuatan jahat, bahkan orang yang taat
akan diberi imbalan surga di akhirat, sebaliknya orang yang sengsara
juga akan mendapat balasan yang sama jika mereka saleh. Pandangan
lama tentang kehidupan akhirat penuh dengan kemungkinan yang
menakutkan, sebaliknya Islam memperkenalkan janji surga yang
menyenangkan.8
B. Perkembangan politik Islam di Indonesia
1. Sebelum Kemerdekaan
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad
ketujuh sampai abad kedelapan Masehi. Ini mungkin didasarkan pada
penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah

8
Ibid, Perkembangan politik Islam di Indonesia hlm.63.

8
binti Maimun di daerah dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M.
Sedang menurut laporan seorang Musafir Maroko, Ibnu Batutah yang
mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada
tahun 1345 M. Agama Islam yang bermahzab Syafi’i telah mantap disana
selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII
dianggap sebagai awal masuknya agama Islam ke Indonesia. Daerah
yang pertama-pertama dikunjungi ialah:
a. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di Peureulak Aceh Timur,
kemudian
meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera
Pasai, Aceh Utara.
b. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama
beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit.
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islam-nya penguasa
kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama
Islam hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia.
Sejak pertengahan abad ke XIX, agama Islam di Indonesia secara
bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik (mistik).
2. Pada Masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha
adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di
Jawa. Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama,
sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah
tersebut agama Islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih
murni. Di kerajaan tersebut agama Islam tertanam kuat sampai Indonesia
merdeka. Salah satu buktinya yaitu banyaknya nama-nama Islam dan
peninggalan-peninggalan yang bernilai ke-Islam-an.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islam-nya raja Banjar,
perkembangan Islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan
fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam.
Secara konkrit kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan

9
dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari
yang ahli dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan
Jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang
dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam
islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan.Para wali
terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam pengembangan agama
Islam di pulau Jawa. Menurut buku Babad Diponegoro, yang dikutip
Ruslan Abdulgani dikabarkan bahwa Prabu Kertawijaya penguasa
terakhir kerajaan Mojopahit,
Setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan Sunan Giri, maksud
agama Islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang
berbeda. Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk
agama baru itu (agama Islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran,
keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun kekerasan.
3. Pada Masa Penjajahan
Dengan datangnya pedagang-pedagang Barat ke Indonesia yang berbeda
watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang
beragama Islam, kaum pedagang Barat yang beragama Kristen
melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi
persenjataan mereka yang lebih ungggul daripada persenjataan
Indonesia.
Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam
di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara. Pada mulanya mereka datang
ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia kaya
dengan rempahrempah, kemudian mereka ingin memonopoli
perdagangan tersebut. Waktu itu kolonial belum berani mencampuri
masalah Islam, karena mereka belum mengetahui ajaran Islam dan
bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem sosial Islam.
Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada
para Bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka
agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara di bidang

10
perkawinan dan kewarisan. Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk
mempertegaskan instruksi ini, dan pada tahun 1867 campur tangan
mereka lebih tampak lagi, dengan adanya instruksi kepada Bupati dan
Wedana, untuk mengawasi Ulama-ulama agar tidak melakukan apapun
yang bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun
1882, mereka mengatur
lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya menangani
perkaraperkara perkawinan, kewarisan, perwalian, dan perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi
penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani
membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia, karena
Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri
Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal
dengan politik Islam.
Dengan politik itu, ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori,
yaitu:
a. Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam
untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu
kekuasaan pemerintah Belanda.
b. Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan
dengan adat kebiasaan.
c. Bidang politik
Orang Islam dilarang membahas hukum Islam, baik Al-Qur’an
maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan
ketata negaraan.
4. Pada Masa Kemerdekaan
Terdapat asumsi yang senantiasa melekat dalam setiap penelitian
sejarah bahwa masa kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian
masa depan dibentuk hari ini. Demikian pula halnya dengan kenyataan

11
umat Islam Indonesia pada masa kini, tentu sangat dipengaruhi masa
lalunya.
Islam di Indonesia telah diakui sebagai kekuatan cultural, tetapi Islam
dicegah untuk merumuskan bangsa Indonesia menurut versi Islam.
Sebagai kekuatan moral dan budaya, Islam diakui keberadaannya, tetapi
tidak pada kekuatan politik secara riil (nyata) di negeri ini. Seperti halnya
pada masa penjajahan Belanda, sesuai dengan pendapat Snouck
Hurgronye, Islam sebagai kekuatan ibadah (sholat) atau soal haji perlu
diberi kebebasan, namun sebagai kekuatan politik perlu dibatasi.
Perkembangan selanjutnya pada masa Orde Lama, Islam telah diberi
tempat tertentu dalam konfigurasi (bentuk/wujud) yang paradoks,
terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa Orde Baru,
tampaknya Islam diakui hanya sebatas sebagai landasan moral bagi
pembangunan bangsa dan negara.
5. Sesudah Kemerdekaan
Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan
begitu saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak
mungkin dihadapi dengan perlawanan fisik, tetapi harus melalui
pemikiranpemikiran dan kekuatan organanisasi, seperti:
1.) Budi Utomo (1908)
2.) Sarikat Islam (1911)
3.) Muhammadiyah (1912)
4.) Partai Komunis Indonesia (1914)
5). Taman Siswa (1922)
6). Nahdhatul Ulama (1926)
7). Partai Nasional Indonesia (1927)
Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut di atas masih ada organisasi
Islam lainnya yang berdiri pada masa itu, di antaranya adalah:
1.) Jamiat Khair (1905)
2.) Persyarikatan Ulama ( 1911)
3.) Persatuan Islam (1920)
4.) Partai Arab Indonesia (1934)

12
Organisasi pembaharu terpenting di kalangan organisasi tersebut di
atas, adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan,
dan Nahdhatul Ulama (NU) yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari.
Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah,
maka Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama bersama-sama menjadi
sponsor pembentukan suatu federasi Islam yang baru yang disebut,
Majelis Islam Ala Indonesia (Majelis Islam Tertinggi di Indonesia) yang
disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada tahun 1937. Masa
pemerintahan Jepang, ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh
pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum Muslim di Indonesia,
yaitu:
a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor
Urusan Pribumi zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein
Djayadiningrat
pada 1 Oktober 1943.
b. Masyumi, (Majelis Syura Muslimin Indonesia) menggantikan MIAI
yang dibubarkan pada bulan Oktober 1943. Tujuan didirikannya adalah
selain untuk memperkokohkan Persatuan Umat Islam di Indonesia, juga
untuk meningkatkan bantuan kaum Muslimin kepada usaha peperangan
Jepang.
c. Hizbullah, (Partai Allah atau Angkatan Allah) semacam organisasi
militer untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul
Arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional
Indonesia (TNI).
Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan
masih tetap berkembang di masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah,
Nahdhatul Ulama, Masyumi dan lain-lain. Namun ada gerakan-gerakan
Islam yang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir Orde Lama.
Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan kekerasan untuk
merealisasikan cita-cita negara Islam Indonesia.
Gerakan kekerasan yang bernada Islam ini terjadi diberbagai daerah
di Indonesia di antaranya:

13
1.) Di Jawa Barat, pada tahun 1949 – 1962
2.) Di Jawa Tengah, pada tahun 1965
3.) Di Sulawesi, berakhir pada tahun 1965
4.) Di Kalimantan, berakhir pada tahun 1963
5.) Dan di Aceh, pada tahun 1953 yang berakhir dengan kompromi pada
tahun 1957.1
C. Perkembangan Seni Budaya Islam Indonesia
Kesenian Islam Indonesia sebenarnya sangat minim dibandingkan
dengan kesenian Islam di negara lain, sebut a Kerajaan Mughal di India
yang sampai sekarang mas memiliki simbol-simbol kebesaran arsitektur
Islam sepe Taj Mahal. Umat Islam Indonesia dalam hal seni Islam me
mang hanya menjadi pengikut, tidak pernah jadi pemimpi keseniannya
sangat sederhana dan miskin.
Kekuatan himma seperti yang mendorong Muslim di negara lain
untuk mes ciptakan pekerjaan besar, tidak muncul di Indonesia. Kalas
pun muncul, biasanya berasal dari pengaruh luar atau pes ruan tidak
lengkap. Walaupun demikian, Islam datang le Nusantara membawa
tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan Ada beberapa sebab mengapa hal
tersebut terjadi.
1. Islam yang datang ke Indonesia secara besar-besaran kira-kira abad
ke-13 M, adalah akibat arus balik dampak kehancuran Baghdad.
Dengan demikian, umat Islam yang datang pada hakikatnya adalah
para pedagang atau dit bangsawan atau ulama-ulama penyebar agama
Islam yang ingin mencari keselamatan dari kehancuran wilayah Timur
Tengah karena adanya perang Mong pimpinan Hulagu.
2. Di Indonesia, terutama Jawa, ketika Islam datang sudah memiliki
peradaban asli yang dipengaruhi Hindu-Budha yang sudah mengakar
kuat terutama di pusat peme- natahan, maka seni Islam harus
menyesuaikan diri.
3. Umat Islam yang datang ke Indonesia mayoritas adalah pedagang
(orang sipil, bukan pejabat pemerintah) yang tentu orientasinya adalah
datang untuk sementara dan untuk mencari keuntungan untuk dibawa

14
ke negerinya. Datang untuk sementara inilah yang menyebabkan me-
reka mencari hal-hal yang praktis. Kalaupun ada ulama atau sufi yang
datang untuk berdakwah, mereka juga sufi pengembara yang pergi
berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga tidak terpikir
untuk membuat sesuatu yang abadi.
4. Ketika sudah ada umat Islam pribumi, kebanyakan ketu- runan
pedagang atau sufi pengembara yang kemudian menjadi raja Islam di
Nusantara dan mulai membangun kebudayaan Islam, datang bangsa
Barat yang sejak awal kedatangannya sudah bersikap memusuhi umat
Islam (sisa-sisa dendam Perang Salib), sehingga raja-raja Islam
pribumi belum sempat membangun.
5. Islam yang datang ke Indonesia coraknya adalah Islam tasawuf yang
lebih mementingkan olah rohani daripada masalah duniawi.
6. Nusantara adalah yang merupakan jalur perdagangan internasional,
sehingga penduduknya lebih me- mentingkan masalah perdagangan
daripada kesenian Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai,
maka terjadilah asimilasi, yaitu asal tidak melanggar aturan-aturan
agama.
Oleh sebab itu, tidak heran jika aspek seni budaya Islam Indonesia
tidak hebat seperti di negara yang lain.
Kesenian kesenian Islam yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni, mula-mula masa ke Indonesia
dalam bentuk batu nisan. Di Pasai masih dijum pai batu nisan makam
Sultan Malik al Saleh yang walai tahun 1292.9 Batunya terdiri dari
pualam putih diukir dengan tulisan arah yang sangat indah berisikan
ayat Alquran dan keterangan tentang orang yang dimakamkan serta
hari dan tahun wafatnya Makam-makam yang serupa dijumpai pula di
Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Bentuk makam dari abad permulaan masuknya agama Islam
menjadi contoh model bagi makam Islam kemudian Hal ini

9
Hamka, Sejarah Umat Islam IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)

15
disebabkan sebelum Islam tidak ada makam. Ovang Hindu dan Budha
jenazahnya dibakar dan abunya dibuang ke laut, kalau dia seorang
kaya abunya disimpan di dalam goci atau kalau dia raja disimpan di
dalam candi.
Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat sebaga barang
pesanan. Bentuknya lunas (bentuk badan kapal terbalik yang
mengesankan pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari
tidak selalu demikian. Pengaruh kebudayaan setempat sering
memengaruhi, sehingga ada bentuk teratai, 10keris, atau bentuk
gunungan seperti gunungan pewayangan. Namun, kebudayaan nisan
ini tidak berkembang lebih lanjut. Yang termasyhur adalah makam
Malik al-Saleh di Perlak dan makam Maulana Malik Ibrahim, wali
pertama di Gresik.
2. Arsitektur (Seni Bangun)
Seni bangun yang berjiwa Islam Indonesia amat miskin. Hampir tidak
ada bangunan Islam yang menunjukkan keagungan Islam setaraf
dengan bangunan bersejarah di negara Islam lain. Di samping itu,
Indonesia tidak memiliki satu corak tersendiri seperti Ottoman style,
India style, Syiro- Egypto style, meskipun agama Islam sudah lebih
lima abad di Indonesia.
Dalam seni bangun Islam Indonesia, pada garis besarnya
mempunyai dua corak, yaitu asli dan baru.
Pada abad ke-16 agama Islam sudah tersebar luas di Indonesia,
terutama di Jawa dan Sumatra. Kegiatan keagamaan diadakan di
masjid atau mushalla. Model masjidnya berbeda dengan bentuk
masjid negara Islam lainnya. Mungkin karena berdekatan masa,
bentuk masjid di Indonesia pada mulanya banyak dipengaruhi oleh
seni bangun Indonesia-Hindu. Masjid tertua yang memperlihatkan
ragam seni bangun itu,

10
Uka Tjandrasasmita, Riwayat Penyelidikan Kepurbakalaan Islam di Indonesia, (Diklat
SPS Yogyakarta, 1980). 4.

16
misalnya Masjid Demak, Kudus, Cirebon, Banten, dan Ampel Di
masjid-masjid itulah menurut sejarah, para wali mengajarkan agama
Islam. Bentuk masjid itu menjadi model bag masjid-masjid yang lain.
Ciri-ciri model seni bangu nan lama yang merupakan peniruan dari
seni bangunan Hindu-Budha adalah sebagai berikut.
a. Atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke atas semakin
kecil dan yang paling atas biasanya semacam mahkota. Selalu
bilangan atapnya ganjil, kebanyakan jumlah atapnya tiga atau lima.
Atap tumpang ini ter dapat juga di Bali pada upacara ngaben atau
relief candi Jawa Timur.
b. Tidak ada menara karenanya pemberitahuan waktu shalat dilakukan
dengan memukul bedug. Dari masjid. masjid yang tertua, hanya di
Kudus dan Banten yang ada menaranya. Kedua menara ini pun
tidak seragam. Menara Kudus tidak lain adalah sebuah candi Jawa
Timur yang telah diubah, disesuaikan penggunaannya dan diben
atap tumpang, sedangkan menara masjid Banten adalah tambahan
dari zaman kemudian yang dibangun oleh Cordell, pelarian
Belanda yang masuk Islam, yang bentuknya seperti mercusuar.11
c. Masjid-masjid tua, bahkan masjid yang dibangun di dekat Istana
Raja Yogya dan Solo mempunyai letak yang tetap. Di depan istana
selalu ada lapangan besar dengan pohon beringin kembar,
sedangkan masjid selalu terletak di tepi barat lapangan. Di
belakang masjid sering terdapat makam-makam. Rangkaian
makam dan masjid ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari
fungsi candi pada zaman Hindu-Indonesia.
Di samping unsur zaman Hindu-Indonesia, terdapat pula pengaruh
daerah, meskipun tidak mengubah bentuk kese- luruhan hanya menambah
keindahan, seperti Masjid Minang- kabau yang mendapat pengaruh
"rumah gadang," Masjid Kebon Jeruk Jakarta (1786) yang
memperlihatkan pengaruh Belanda, dan Masjid Agung Palembang
(terutama menara- nya) dipengaruhi seni bangun Tionghoa.

11
Ibid, Perkembangan politik Islam di Indonesia.77.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah
mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh
dari peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari
peradaban Hindu-Budha dan India, yang yang penyebaran
pengaruhnya tidak merata. Di jawa telah mendalam, di
sumatramerupakan lapisan tipis, sedang di puul;au-pulau lain lain
belum terjadi. Walau demikian, Islam dapat cepat menyebar.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak terdapat kesalan dan kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Renaisans, Azyumardi Azra. Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan


Kekuasaan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), 8.
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
(Bandung: Al Maarif, 1981).358.
Tjandrasasmita, Uka. (Ed.), Sejarah Nasional III
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976).86.
Abdullah, Taufik. Perkembangan Islam di Nusantar.118.
Renaisans, Azyumardi Azra. Sejarah Peradaban Indonesia.62.
Ibid, Perkembangan politik Islam di Indonesia.22.
Hamka, Sejarah Umat Islam IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)
Tjandrasasmita, Uka Riwayat Penyelidikan Kepurbakalaan Islam
di Indonesia, (Diklat SPS Yogyakarta, 1980). 4.

19

Anda mungkin juga menyukai