DISUSUN OLEH:
Kelompok II
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yakni Allah SWT, karena atas
rahmat serta hidayah-Nya yang begitu besar, berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang Al-islam dan kemuhammadiyaan
ini dengan baik.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Al- Islam Dan
Kemuhammadiyaan IV yang di ampu oleh Ibu Suarni, S.Pd.I.,M.Pd, juga sebagai
pedoman bagi setiap pembaca. Dalam makalah ini terdapat informasi-informasi
pembelajaran mengenai Masuknya islam di nusantara, perkembangan islam di
nusantara, corak islam di nusantara, munculnya gerakan pembaharuan islam di
nusantara.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas. Semua itu murni didasari oleh
keterbatasan yang dimiliki oleh kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Kesimpilan......................................................................................... 18
B. Saran................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
intelektual, politik dan ekonomi. Dengan pengaruh islam, Nusatara menjadi
maju dalam bidang perdagangan, terutama hubungan perdagangan
internasional dengan Timur Tengah, khususnya dengan bangsa Arab,persi,
india. Juga perdagangan dengan tiongkok menelusuri seluruh kepulauan
Nusantara, dimana saja ajaran islam serta para penyebarnya (pedagang dan
da’i) ikut serta memberikan sambungan berharga bagi transformasi itu.
Namun, di tengah-tengah proses transformasi yang damai itu datang
pedagang barat. Dengan kedatangan mereka transformasi menjadi terganggu,
sehingga masyarakat feodal sisa-sisa pengaruh Hindu-Budha belum terkikis
habis.
B. Rumusan Masalah
1. Masuknya islam di Nusantara
2. Perkembangan islam di Nusantara
3. Corak islam di Nusantara
4. Munculnya gerakan pembaharuan islam di Nusantara
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana masuknya islam di Nusantara
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam di Nusantara
3. Untuk mengetahui bagaimana corak islam di Nusantara
4. Untuk mengetahui bagaimana munculnya gerakan pembaruan islam di
Nusantara
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
besifat internasional sudah di mulai jauh sebelum abad ke-13
(yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat malakayang
menghubungkan dinasti Tang di Cina ( Asia Timur ), sriwijaya Di
Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
c. Sarjana muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah
mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut
pendapatnya memang benar islam sudah datang ke Indonesia sejak
abad pertama hijriyah atau abad ke-7 atau 8 masehi, tetapi baru
dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan.
Barulah islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke -13 dengan berdirinya kerajaan
samudra pasai. Hal ini terjadi akibat arut balik kehancuran
Baghadad ibukota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehanvuran Baghdad
menyebabkan pedagang muslim mengalihkan aktivitas
perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur, Dan Asia
Tenggara.
4
Pertama, teori Arab. Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan
disebarkan ke Nusantara langsung dari Arab pada abad ke-7/8 M, saat
Kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya. Tokoh-tokoh teori ini
adalah Crawfurd, Keijzer, Niemann, de Hollander, Hasymi, Hamka, Al-Attas,
Djajadiningrat, dan Mukti Ali. Bukti-bukti sejarah teori ini sangat kuat. Pada
abad ke-7/8 M, selat Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang muslim
dalam pelayaran dagang mereka ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia
Timur. Berdasarkan berita Cina Zaman Tang pada abad tersebut, masyarakat
muslim sudah ada di Kanfu (Kanton) dan Sumatera. Ada yang berpendapat
mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang bertujuan penjajagan
perdagangan. Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia tahun 674 M. Berdasarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang
seorang utusan raja Arab bernama Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan
Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kalingga) di Jawa yang
diperintah oleh Ratu Shima. Ta-Shih juga ditemukan dari berita Jepang yang
ditulis tahun 748 M. Diceritakan pada masa itu terdapat kapal-kapal Po-sse
dan Ta-Shih KUo. Menurut Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukan jenis
bahasa Melayu sedangkan Ta-Shih hanya menunjukan orang-orang Arab dan
Persia bukan Muslim India. Juneid Parinduri kemudian memperkuat lagi,
pada 670 M, di Barus Tapanuli ditemukan sebuah makam bertuliskan HaMim.
Semua fakta tersebut tidaklah mengherankan mengingat bahwa pada abad ke-
7, Asia Tenggara memang merupakan lalu lintas perdagangan dan interaksi
politik antara tiga kekuasaan besar, yaitu Cina di bawah Dinasti Tang (618-
907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Kedua, teori Cina. Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis Cina
Muslim sangat berperan dalam proses penyebaran agama Islam di Nusantara.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada teori Arab, hubungan Arab
Muslim dan Cina sudah terjadi pada Abad pertama Hijriah. Dengan demikian,
5
Islam datang dari arah barat ke Nusantara dan ke Cina berbarengan dalam satu
jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di Canton (Guangzhou) pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke
Nusantara di Sumatera pada masa kekuasaan Sriwijaya, dan datang ke pulau
Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan raja Arab bernama Ta
cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga yang di perintah oleh Ratu Sima.9 Dari
uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Islam datang ke Nusantara
berbarengan dengan Cina. Akan tetapi teori di atas tidak menjelaskan tentang
awal masuknya Islam, melainkan peranan Cina dalam pemberitaan sehingga
dapat ditemukan bukti-bukti bahwa Islam datang ke Nusantara pada awal
abad Hijriah.
6
lantas berarti Islam juga didatangkan dari sana”. Marrison mematahkan teori
ini dengan menuujuk pada kenyataan bahwa ketika masa Islamisasi Samudera
Pasai, yang raja pertamanya.
Kelima, teori Turki. Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen
yang dikutip dalam Moeflich Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang
Arab dan Cina, Indonesia juga diislamkan oleh orangorang Kurdi dari Turki.
Ia mencatat sejumlah data. Pertama, banyaknya ulama Kurdi yang berperan
mengajarkan Islam di Indonesia dan kitabkitab karangan ulama Kurdi menjadi
sumber-sumber yang berpengaruh luas. Misalkan, Kitab Tanwīr al-Qulūb
karangan Muhammad Amin alKurdi populer di kalangan tarekat Naqsyabandi
di Indonesia. Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-ulama
Indonesia terekat Syattariyah yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah
Ibrahim alKurani. Ibrahim al-Kurani yang kebanyakan muridnya orang
Indonesia adalah ulama Kurdi. Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia
dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran,
dan tradisi-tradisi lainnya. Menurut Bruinessen, barzanji merupakan nama
keluarga berpengaruh dan syeikh tarekat di Kurdistan. Keempat, Kurdi
merupakan istilah nama yang populer di Indonesia seperti Haji Kurdi, jalan
Kurdi, gang Kurdi, dan seterusnya. Dari fakta-fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa orang-orang Kurdi berperan dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
7
tenggara memiliki ciri-ciri universal menyebabkan peradaban itu tetap
mempertahankan bentuk integralitasnya, tetapi pada saat yang sama tetap
mempunyai unsur-unsur yang khas kawasan itu.
Kemunculanan perkembangan islam dikawasan itu menimbulkan
transformasi kebudayaan local. Transformasi melalui pergantian agama
dimungkinkan karena islam selain menekankan keimanan yang benar, juga
mementingkan tingkah laku dan pengamalan yang baik, yang diwujudkan
dalam berbagai aspek kehidupan.
Tadinya transformasi kebudayaan dari sistem keagamaan local kepada
sistem keagamaan islam biasa di sebut revolusi agama. Transformasi
masyarakat melayu kepada islam terjadi berbarengan dengan “masa
perdagangan”, masa ketika asia tanggara mengalami peningkatan posisi dalam
perdagangan Timur-Barat. Kota-kota wilayah pesisir muncul dan berkembang
menajdi pusat-pusat perdagangan, kekayaan dan kekuasaan. Masa ini
mengantarkan wilayah nusantara kedalam internasionalisasi kebudayaan yang
tidak pernah dialami masyarakat dikawasan ini pada masa-masa sebelumnya.
Sebagaimana sudah disebutkan terdahulu bahwa pedagang muslim
asal arab,persi, india, diperkirakan telah sampai ke kepulauan Indonesia untuk
berdagang sejak abad ke- 7 M (ke-1 H), ketika islam di timur tengah mulai
berkembang keluar dari jazira arab. Dari timur tengah para pedagang berlayar
kearah timur melintasi laut arab, teluk oman, teluk persi singgah di Gujarat,
terus keteluk benggala atau langsung keselat malaka, terus ke timur ke cina,
atau sebaliknya dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang
pergi. Ada indikasi kapal-kapal cina juga megikuti jalur tersebut pada abad
ke-9 M. demikian juga kapal-kapal Indonesia mengambil bagian dalam
perjalanan ini. Pada zaman sriwijaya pedagang dari penduduk nusantara telah
mengunjungi pelabuhan Cina Dan Pantai Timur Afrika.
Menurut J.C. van Leur diperkirakan sejak 674 masehi telah ada koloni
arab di barat laut Sumatra yaitu di barus. Namun, menurut Taufik Abdullah
8
pada masa itu belum ada bukti bahwa di tempat-tempat yang disinggahi
pedagang muslim sudah ada pribumi nusantara yang beragama islam. Diduga
para pemeluk islam itu adalah para pedagang muslim luar yang singgah dan
tinggal sementara untuk menunggu angina musim yang akan mengantarkan
kembali ke negeri mereka. Baru pada zaman berikutnya penduduk pribumi
ada yang memeluk agama islam. Menjelang abad ke-13 M masyarakat muslim
sudah ada di samudra pasai, perla, Palembang di pulau Sumatra. Sedangkan di
jawa, Makam Fatimah Binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun
575 H/ 1082 M serta makam troloyo yang berangka tahun abad ke-13 M
menjadi bukti perkembangannya komunitas muslim di pusat kekuasaan jawa-
Hindu di Majapahit. Pada abad ke-13 masehi, ketika kerajaan pasai secara
pasti mulai berdiri, kerajaan islam di luar Nusantara justru mengalami
kemunduran yang luar biasa. Dinasti Amawiyah Andalus sedang terdesak
keselatan, Dinasti Fatimi sedang mundur, perang salib masih berlangsung.
Baghdad pada tahun 1258 M di hancurkan oleh Hulagu. Oleh karena itu,
munculnya kekuasaan samudra pasai sebenarnya merupakan akibat arus
baling pernan pedagang muslim. Ketika mereka melihat kehancuran Baghdad,
mereka mengalihkan aktivitas perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur,
Dan Asia Tenggara. Sejak abad ke- 13 sampai 14 masehi Gujarat menjadi
pelabuhan yang lebih ramai. Demikina juga daerah asia tenggara menjadi
lintasan dagang yang lebih penting dari sebelumnya.
Ketika kerajaan samudra pasai sudah berdiri, perkembangan islam
makin meluas. Samudra pasai sebagai kerajaan islam pertama yang
mempunyai kekuatan politik dan mempunyai hubungan internasional menjadi
pusat politik islam, dakwah islam dan ekonomi umat islam. Rajanya
mengadakan mudza karah tentang islam, mengimani shalat jumat, dan
menjadikan istananya tempat berkumpul ulama-ulama dari Timur Tengah,
didatangi oleh penuntut ilmu dan mengirimkan mubalig-mubalig ke daerah-
daerah lain, mengawinkan putrinya dengan raja-raja muda kerajaan lain dalam
9
rangka perluasan islam. Samudra pasai jatuh pada tahun 1350 karena serangan
majapahit. Digantikan oleh malaka sampai tahun 1511. Malaka patahun itu
dihancurkan oleh portugis. Kerajaan islam kemudian dilanjutkan oleh Aceh
Darussalam.
Puncak kebesaran Aceh terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda
(1607-1636), yang menguasai seluruh pelabuhan di pesisir timur Sumatra
sampai Asahan dan pantai Sumatra Barat. Kepopuleran Iskandar Muda dapat
dilihat dari nama-nama yang dipakai: Dharma Wangsa, Perkasa Alam, Johan
Berdaulat, sedangkan sesudah wafat disebut Marhum Mahkota Alam" Pada
zaman kebesaran Aceh terkenal empat ulama besar, yaitu Hamzah Fansuri,
Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin al- Raniri, dan Abd. Rauf Singkel.
Dari Aceh kapal-kapal dagang memasuki Selat Sunda menuju
pelabuhan Jawa. Di Jawa proses islamisasi sebenar- nya sudah berlangsung
sejak abad ke-11 M. Sejak itu sampai abad ke-13 dan abad-abad berikutnya,
terutama setelah Maja- pahit mencapai kebesaran, proses islamisasi di
pelabuhan-pelabuhan terus berlangsung. Di sanalah kerajaan is pertama Jawa,
yaitu Demak, berdin dikuti kerajaan Cin dan Banten di Jawa Barat. Demak
berhasil menggantik Majapahit, dilanjutkan oleh kerajaan Pajang, kemud
Mataram. Ulama-ulama yang berperan mengembangka Islam di Jawa adalah
Wali Songo.
Pengaruh Islam ke Indonesia bagian timur, terutan Maluku, juga tidak
lepas dari jalan perdagangan internation dengan Malaka dan Jawa. Sejak abad
ke-14 M Islam tel datang ke Maluku Menurut Tome Pires, orang masuk
Island Maluku kira-kira tahun 1460-1465 M. Sementara de Cul berpendapat,
bahwa raja pertama yang benar-benar Musi adalah Zayn al-Abidin (1486-
1500 M)." Kerajaan terpentingd Maluku adalah Ternate dan Tidore. Abad ke-
16 merupaka zaman Ternate dan Tidore, yang bersaing dalam perdagangan
Kekuasaan mereka merosot dengan kedatangan bangsa Ban Tidore bersekutu
dengan Spanyol, sementara Ternate bertem dengan Portugis. Persaingan
10
menyulut perang, Sultan Khamm dan Ternate berusaha mengusir Portugis,
perang terjadi, kota Ternate tahun 1565 terbakar. Dengan dalih akan ber ding
Sultan Khaerun diundang ke loji Portugis, namun su dibunuh tahun 1570.
Babullah putranya, menyerang dan berhasil mengusir Portugis tahun 1577.
Periode Babull Portug merupakan puncak kejayaan Ternate. Babullah dapat
mengislamkan Sulawesi Utara, perdagangan lancar, per- sahabatan dengan
negara tetangga seperti dengan Gowa-Tallo terjalin dengan baik" Sementara
itu, Portugis dan Spanyol dipersatukan tahun 1582 M dan VOC telah menjadi
besar. Ternate bersekutu dengan VOC, dapat mengusir Spanyol. Namun VOC
tidak mau ada penguasa lain, menjelang tahun 1660 Ternate dan Tidore
menaklukkan VOC dengan sultan yang tidak mempunyai kekuasaan.
Islamisasi kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan berasal dari Demak."
Rajanya yang pertama, Raden Samudra, masuk Islam dengan gelar
Suryanullah atau Suryansyah. Wilayah- nya meliputi Sambas, Batanglawai,
Sukadana, Kotawa ringin, Sampit, Medawi, Sambangan. Sementara itu,
Kalimantan Timur diislamkan oleh Dato Ri Bandang dan Tunggang Parangan.
Melalui mereka, Raja Mahkota penguasa Kutai masuk Islam, segera dibangun
masjid untuk penga- jaran agama sekitar tahun 1575.
Sulawesi Selatan sejak abad ke-15 M sudah didatangi pe- dagang
Muslim, mungkin dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Di Gowa-Tallo raja-
rajanya masuk Islam secara resmi 22 September 1605 dengan Sultan Alauddin
(1591-1636) seba- gai sultan yang pertama. Sesudah itu menyusul Soppeng
Wajo pada tanggal 10 Mei 1610 dan Bone Islam pada tanggal 23 November
1611.
11
dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi
kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di
daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam
bentuk yang lebih murni.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam
selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas
dan kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara
konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan
adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli
dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil
pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada
hukum islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam
Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan
Mahkamah Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu
berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari mahkamah biasa.
Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi orang
murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi yang
kedapatan berbuat zina. Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau
jawa, maka dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu
dengan yang lainnya, serta dibangun masjid sebagai pusat pendidikan
Islam.
Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan
penguasa kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk
agama Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya,
rakyat pun akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan ajarannya.
Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah
kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika
Sultan Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah
12
kekuasaan Mataram ikut pula masuk Islam seperti kerajaan Cirebon,
Priangan dan lain sebagainya. Lalu Sultan Agung menyesuaikan seluruh
tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah keislaman, meskipun kadang-
kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.
2. Masa Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu,
datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di
susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-
kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan
hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi
tuan bagi bangsa Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck
Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab,
pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan
mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai
pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh.
Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di
Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Bidang agama murni atau ibadah
b. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
c. Politik.
Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan
kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam
bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan yang
berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi
keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum
13
Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat
kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam. Sedangkan
dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas
hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang menerangkan
tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
3. Gerakan dan organisasi Islam
Akibat dari “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu,
menjelang permulaan abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya
semakin bertambah menghadapi tiga tayangan dari pemerintah Hindia
Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik penindasan dengan
kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi. Namun, ajaran Islam
pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan
taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun
organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir kekuasaan Belanda di
Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik bagi bangsa
Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,
dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan
Islam di Mesir.
Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-perkumpulan politik
baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Karena
persatuan dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi Islam, yakni
hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di terima
dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh praja)
ditolak dari keanggotaan itu.
Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan putusnya
hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi
Jawa dan abangan. Di kalangan santri sendiri, dengan lahirnya gerakan
pembaruan Islam dari Mesir yang mengompromikan rasionalisme Barat
14
dengan fundamentalisme Islam, telah menimbulkan perpecahan sehingga
sejak itu dikalangan kaum muslimin terdapat dua kubu: para cendekiawan
Muslimin berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama tradisional.
Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada
kaum muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka berusaha
menggunakan agama untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara
politik berikut ini yang merupakan hasil bentukan pemerintah Jepang yang
menguntungkan kaum muslimin, yaitu:
a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor
Urusan Pribumi zaman Belanda.
b. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia
menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
c. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi
militer untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh
Zainul Arifin.
15
Gerakan pembaharuan islam pada abad ke 20 tersebut bukan muncul secara
mendadak tetapi tidak terlepas dari pembaharuan-pembaharuan yang
terdahulu. Seperti pada abad ke 17 dan 18. Dikatakan pada abad 17 dan 18
adalah dasar dari pembaharuan yang terjadi di abad ke 20.
Menurut beberapa studi keislaman memandang bahwa gerakan
pembaharuan islam pada abad ke 17 cenderung menekankan pada pemikiran
mistisisme yang dikembangkan oleh seorang sufi tertentu pada periode
tertentu. Mistisisme sendiri adalah suatu paham yang memberikan ajaran yang
serba mistis atau ajaran yang bersifatnya rahasia atau tersembunyi, gelap atau
terselubung dalam kekelaman.
Menurut Azyumari Azra, tahapan gerakan pembaharuan islam di
Indonesia jika dilihat dari lingkungan situasi perkembangannya dapat di bagi
menjadi 2 periode besar yaitu periode pertama perempatan kedua abad ke 17
sampai akhir abad ke 18. Pada periode ini, islam sudah mempunyai landasan
atau dasar yang kuat di seluruh nusantara. Meskipun secara pemikiran dan
pemahaman keislamanya berkembang bersama dengan mistisme. kedua,
periode abad ke 19 samapai sekarang.
Ide- ide pembaharuan islam di Indonesia masuk melalui beberapa jalur
yaitu yang pertama jalur haji dan mukim. Para tokoh- tokoh pada saat itu
ketika menunaikan haji mereka juga bermukim sementara untuk
memperdalam pengetahuan dan ilmu agama. Dan ketika kembali ke tanah air
pengetahuan tentang ilmu keagamaan atau ilmu lainnya meningkat. Ide- ide
yang mereka dapatkan tak jarang mempengaruhi orientasi dakwah di
Indonesia. Yang kedua adalah melalui jalur publikasi. Pada waktu itu para
muslim di Indonesia sangat tertarik untuk menerjemahkan majalah-majalah
atau jurnal -- jurnal terbitan Mesir maupun Beirut kedalam bahasa Indonesia.
Bukan tanpa alasan mereka menerjemahkannya. Karena di jurnal-jurnal atau
majalah-majalah tersebut berisikan ide- ide pembaharuan islam. Yang ketiga
ialah peran para mahasiswa yang menimba ilmu di timur-tengah. Pada
16
awalnya para pemimpin gerakan pemabaharuan di Indonesia sebagian besar
alumni Mekkah. Secara umum alasaan berkembangnya pembaharuan islam di
Indonesia adalah respon terhadap kemunduran islam sebagai agama di
Indonesia. Karena pada praktek-prakteknya yang menyimpang,
keterbelakangan para pemeluknya dan adanya invansi politik, kultural dan
intelektual dari dunia barat.
Dengan berkembangnya gerakan pembaharuan di Indonesia, secara
umum pada awal abad ke 20 M tersebut, corak gerakan keagamaan dapat di
petakan sebagai berikut:
Tradisionalis konservatis, yaitu para golongan orang-orang yang ingin
melestarikan tradisi-tradisi local. Dan menolak adanya kecenderungan
westernisasi (budaya kebaratan) yang mengatasnamakan islam yang
secara pemahaman dan penngamalannya dapat melestarikan tradisi
yang bersifat local. para pendukung kelompok ini kebanyakan atau
rata-rata dari kalangan ulam, tarekat, dan penduduk desa yang masih
kental dengan tradisi
Reformis modernis, para golongan yang menegaskan bahwa relevansi
islam untuk semua lapangan baik privat maupun public. Karena islam
di pandang memiliki karakter yang fleksibilitas yang dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Radikal puritan, yaitu para golongan yang lebih percaya terhadap
penasfiran ketimbangan ide-ide pembaharuan barat, karena
penafsiaran dianggap lebih murni islami. Meskipun mereka sepakat
bahwa islam fleksibilitas ditengah arus zaman, tetapi mereka enggan
menggunakan kecenderungan kaum modernis. Kelompok ini juga
mengkritik pemikiran dan cara-cara implementatif kaum tradisionalis.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan agama islam dindonesia dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu
Singgahnya pedagang-pedagang Islam di Pelabuhan-pelabuhan Nusantara,
Sumbernya adalah benta luar negeri terutama Cina, Adanya komunitas
komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di
samping berita-berita asing juga makananakam Islam dan Berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam Ada lima yaitu perdagangan, perkawinan,
pendidikan, dan politik dan di tambah dengan saluran dakwah menurut
referensi lain Dan saluran di ataslah Islam bisa menjangkau hampir ke seluruh
pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan
Indonesia sampai sekarang seperti pengaruh bahasa, nama, adat-istiadat dan
pengaruh kesenian Sebab itu masuknya Islam di nusantara tidak merusak
tatanan kebudayaan melainkan mengakomodir yang direkonstruksi
formulasinya dalam ajaran Islam.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh
Mahasiswa khususnya para pembaca agar tergug dapat menambah wawasan s
tentang matakuliah Al islam dan Kemuhammadiyahan terkait Dakwa Islam di
Nusantara, dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa.
Demi penyempurnaan makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif karena kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kata sempurna sehingga kami membutuhkan saran serta kritik dari semua
pihak yang membaca makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, Musyifah. 2012. Sejarah Peradaban Islam Inonesia hlm 332. Jakarta:
Rajawali pers.
19