Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Pemikiran Pendidikan

Dosen pengampu: Eva Riantika Diani, M.Pd

Disusun oleh kelompok 7:

1. Fatma Fadhilatur Robi’ah (NPM: 22300021)


2. Nuryaningsih (NPM: 22300004)
3. Sandi Pratama (NPM: 22300016)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

TANGGAMUS TAHUN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “Masuknya Islam di Indonesia” dengan
tepat waktu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik untuk membanggun yang ditunjukan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Tanggamus, 12 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW.............................................................. 3


B. Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW........................................ 4
C. Metode Pendidika Pada Masa Rasulullah........................................................... 10
D. Tujuan Pendidikan Islam Di Masa Rasulullah.................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terhampar luas dari Sabang hingga
Merauke, memiliki sejarah yang kaya dan kompleks. Salah satu babak sejarah yang
memainkan peran sentral dalam pembentukan identitas dan budaya Indonesia adalah
masuknya Islam. Peristiwa ini tidak hanya menciptakan perubahan dalam aspek
keagamaan, tetapi juga membentuk landasan bagi perkembangan sosial, ekonomi, dan
budaya yang mendalam.
Masuknya Islam di Indonesia bukanlah suatu proses yang instan, melainkan sebuah
perjalanan panjang yang berkembang selama berabad-abad. Para pedagang, pelaut, dan
ulama Islam memainkan peran kunci dalam membawa ajaran Islam ke kepulauan
Nusantara. Seiring waktu, nilai-nilai Islam meresap ke dalam masyarakat dan membentuk
kerangka dasar bagi berbagai kerajaan Islam yang muncul di berbagai wilayah.
Penting untuk memahami bahwa masuknya Islam tidak hanya berdampak pada aspek
keagamaan, tetapi juga mengubah pola pikir, norma sosial, dan struktur politik di wilayah
ini. Proses akulturasi antara budaya lokal dan ajaran Islam menciptakan keberagaman
unik yang menjadi ciri khas Indonesia.
Dalam makalah ini, kita akan menelusuri jejak sejarah masuknya Islam di Indonesia,
melibatkan perjalanan perdagangan, dakwah ulama, pembentukan kerajaan Islam, hingga
dampaknya terhadap masyarakat dan budaya. Melalui pemahaman mendalam terhadap
peristiwa ini, kita dapat mengungkap akar keberagaman dan pluralitas yang menjadi
bagian integral dari kehidupan Indonesia saat ini.
Dengan menggali lebih dalam ke dalam masuknya Islam di Indonesia, kita dapat
meresapi kearifan lokal yang terkandung dalam Islam Nusantara, yang tidak hanya
mengilhami kehidupan keagamaan, tetapi juga mewarnai warisan budaya yang terus
berkembang hingga hari ini. Sebagai mahasiswa sejarah, menjelajahi peristiwa ini
memberikan kesempatan untuk memahami esensi perjalanan panjang yang membentuk
Indonesia yang kita kenal saat ini.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-
pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan
Asia Tenggara.1 Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan
wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India.
Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan
Sumatera, dan kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan
penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para
pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra (Sunda Kelapa
dan Gresik di Jawa).
Pedagang-pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai
kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad I H), ketika Islam pertama
kali berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum di taklukkan Portugis (1511)
merupakan pusat utama lalu-lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil
hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India,
terutama Gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada
waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih
ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi Laut Arab. Dari sana perjalanan
bercabang dua. Jalan pertama di sebelah utara menuju Teluk Oman, melalui selat Ormuz,
ke teluk Persia. Jalan kedua melalui Teluk Aden dan laut Merah, dan dari kota Suez jalan
perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran
tersebut, kapal-kapal Arab, Persia, dan India mondar-mandir dari Barat ke Timur dan
terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang
perginya.2
Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan-jalan tersebut sesudah abad
ke-9 M, tetapi kapal tersebut hanya sampai di pantai barat India, karena barang yang
diperlukannya sudah dapat dibeli disini. Dari berita Cina dapat diketahui bahwa di masa

1
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia II, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984), hlm. 2
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), hlm. 191-192.
dinasti Tang (abad ke 9-10) orang-orang Ta-Shih sudah ada di Kanton (Kan-fu) dan
Sumatera. Ta-Shih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu
jelas sudah menjadi Muslim. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat
internasional antara negeri-negeri di Asia bagian Barat dan Timur mungkin disebabkan
oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayyah di bagian barat dan kerajaan
Sriwijaya di Asia Tenggara, yang pada zaman Sriwijaya pedagang-pedagang Nusantara
mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika.
Pada zaman-zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk Islam, bermula dari
penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang Muslim itu. Menjelang abad ke-13 M,
masyarakat muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatera. Di
Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082
M), dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M merupakan
bukti berkembangnya komunitas Islam, termasuk di pusat kekuasaan Hindu-Jawa ketika
itu, Majapahit.3

B. Teori Masuknya Islam Ke Indonesia


Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner,
cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat laun, dan sangat beragam. Menurut para
sejarawan, teori-teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
1. Teori Mekah, mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah
atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim
Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka
mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada
dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh
anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia
tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA
adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Dalam hal ini, teori HAMKA
merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah
curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung
memojokkan Islam di Indonesia. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori

3
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991), hlm. 35.
Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah
(kaum pengembara) yang telah melakukan Islamisasi awal di Indonesia.4
2. Teori Gujarat, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain
barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang mensosialisasikan teori ini
kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori
ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-
orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal
Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut
Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah
memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. teori Pijnapel ini
disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje.
Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua
India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan
Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje,
kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang
ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid”
atau “syarif ” di depan namanya. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P.
Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-
Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh.
Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat
tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang
terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan
tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang
Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan
mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.5
3. Teori Persia, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein
lebih menitik beratkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang

4
Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia. (Bandung:
Penerbit Mizan, 1996), hlm. 81-82. Lihat juga A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia, (Al-Ma’arif, 1989), hlm. 7
5
Syed Nagib Alatas, Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of Malay-Indonesian
Archipelago, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969), hlm. 11.
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain:
tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas
kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam
tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari
bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik
yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah
dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum
oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan
lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada
kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam
awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut
mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.6
4. Teori Cina, mengakatan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di
Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan
masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-
Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama
melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M,
masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus
Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah
Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat
sejumlah pemukiman Islam. Menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa
raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan
keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang
termasuk Vietnam). Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai
arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama
di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik,
misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan
pedagang Cina.7
5. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.
Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut.
6
GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam in Indonesia, compiled by Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique &
Yasmin Hussain, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institue of Southeast Asia Studies, 1985), hlm.
7-19.
7
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 8
Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia
datang dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok
tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

C. Perkembangan Islam di Indonesia


a. Perkembangan Wilayah dan Kekuatan Politik Islam
Menurut Prof. Haidar, bahwa masuknya Islam ke berbagai daerah di Indonesia
tidak dalam waktu yang bersamaan. Namun para sejarawan sepakat bahwa Sumatera
adalah daerah pertama yang didatangi Islam, kemudian berlanjut ke tanah jawa. Hal
ini dikarenakan situasi politik di tanah Jawa yaitu melemahnya kerajaan Majapahit
yang menyebabkan Bupati-bupati di daerah Pesisir memeluk Islam. Seiring waktu
Islam menjadi kekuatan baru dalam proses perkembangan masyarakat Jawa. Modus
ekonomi atau perdagangan membawa perkembangan Islam ke belahan Timur
Indonesia, Maluku pada abad ke-14 Masehi, Sulawesi Selatan abad ke-15 dan
kemudian berlanjut ke daerah Kalimantan, Banjarmasin pada awal abad ke-16
tepatnya tahun 1550.8
Masuk dan berkembangnya islam sampai ke daerah Nusantara mulai dari
daerah Sumatera yaitu Barus, Aceh dan Pasai pada abad ke-12 s/d abad ke-14 dan
berkembang pesat pada abad ke-15 s/d abad ke-16 Masehi. Dari Aceh Islam kemudian
berkembang ke daerah Jawa yaitu Jepara, Tuban, Gresik pada abad ke-14 (1450
Masehi). Kemudian berlanjut ke daerah Ternate dan Tidore pada abad ke-15, yaitu
pada tahun 1460. Sepuluh tahun kemudian Islam masuk ke daerah Demak pada tahun
1480, dan berkembang pesat dengan berdirinya kerajaan Demak 1575-1580 Masehi.
Islam sampai ke daerah Banten dan Cerebon, pada tahun yang bersamaan yaitu 1525
atau abad ke-15 Masehi. Sedangkan daerah Kalimantan; Buton dan Banjarmasin
Islam datang pada abad ke-16 Masehi(1580). Perkembangan Islam di daerah ini
ditandai berdirinya kerajaan Banjar 1980-1588. Pada tahun yang sama dengan
berakhirnya kerajaan Islam Banjar berdiri pula kerajaan Islam Mataram 1588-1749.
Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar terjadi diawal abad ke-16 yaitu 1605-
1669.
Proses islamisasi yang dilakukan para da’i melahirkan komunitas-komunitas
muslim di berbagai daerah yang mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Menurut Prof. Haidar perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
8
Haidar, Sejarah Pertumbuhan, p. 15.
perkembangan politik. Kerajaan-kerajaan Islam sebagai kekuatan politik disatu sisi
dan semangat dakwah para muballigh sangat memengaruhi proses islamisasi di
Indonesia. Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Perlak yang berdiri pada 1
Muharram 225 H/840 M.9 Secara sosial-politik puncak pengaruh Islam, paling mudah
dibuktikan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam diberbagai wilayah Indonesia.
Sebagian merupakan tranformasi dari kerajaan sebelum datangnya Islam ke
Indonesia, sebagian yang lain berdiri sebagai kerajaan Islam. Kerajaan-kerjaan Islam
tersebut adalah:
1. Wilayah Sumatera
1) Kerajaan Samudera Pasai (1226-1517);
2) Kerajaan Inderagiri (1347-1945);
3) Kerajaan Jambi (1550-1906);
4) Kerajaan Aceh Darussalam (1641-1675);
5) Kerajaan Palembang (1659-1823);
6) Kerajaan Siak (1723-1946);
7) Kerajaan Kampar (1725-1946).
2. Wilayah Jawa
1) Kesultanan Cirebon (1430-1666);
2) Kesultanan Demak (1500-1550);
3) Kesultanan Banten (1524-1813);
4) Kesultanan Pajang (1568-1618);
5) Kesultanan Mataram (1586-1755).
3. Wilayah Nusa Tenggara
1) Kesultanan Lombok dan Sumbawa (1674–1958);
2) Kerajaan Bima (1620-1958).
4. Wilayah Maluku
1) Kerajaan Ternate (1527);
2) Kerajaan Tidore (1801).
5. Wilayah Sulawesi
1) Kerajaan Bone (1330-1905);
2) Kerajaan Wajo (1399-1957);
3) Kerajaan Gowa-Tallo (1605-1946).
6. Wilayah Kalimantan
9
Hasjmy, A. Sejarah Masuk dan Berkembanganya Islam di Indonesia (Bandung: Al-MA’arif, 1989), p. 144.
1) Kerajaan banjar (1520-1905);
2) Kerajaan Kutai (1575-1960);
3) Kerajaan Pontianak (1771).
Terlepas dari polemik tanpa akhir oleh para ahli sejarah tentang jalur
masuknya Islam ke Indonesia tidak mengubah satu hal bahwa Islam mengalami
perkembangan yang sangat signifikan dan menjadi agama mayoritas penduduk
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam sebagai
sebuah kekuatan politik. Dalam catatan sejarah masing-masing kerajaan Islam
tersebut memiliki peran dalam perkembangan Islam di Indonesia.
b. Meninjau Peran Ulama pada Masa Awal Perkembangan Islam
Ulama adalah aktor sentral pada masa awal perkembangan Islam. Kepribadian
Ulama melekat kuat pada dua sosok yaitu pertama; saudagar yang menyebarkan Islam
melalui perdagangan sekaligus pemompa detak antung perekonomian rakyat, dan
kedua; pada sosok sultan yang menyebarkan Islam melalui kekuasaannya. Pada abad
ke-15 sampai 17 ketiga sosok ini mengkristal, ini dapat dipahami dari pemaknaan
bahwa ulama Sufi adalah kelompok elit, saudagar, pemimpin gerakan sosial
keagaaman dan juga kaum bangsawan. Penguasa, kaum bangsawan dan raja-raja
Islam adalah saudagar yang menguasai jalur perdagangan. Begitupun dengan
saudagar adalah ulama penyebar Islam. Karakteristik yang mengkristal pada diri da’i
penyebar Islam inilah yang membuat perkembangan Islam berlangsung secara efektif.
Pada masa ini Islam dikembangkan melalui tiga jalur sekaligus; kultural (dakwah,
pendidikan, seni, kebudayaan dan perkawinan), struktural (politik dan kekuasaan),
ekonomi (jalur perdagangan).10 Perbedaan ini disebabkan karena masuknya Islam ke
daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan di samping itu keadaan politik
dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi Islam juga berlainan.
Perkembangan Islam secara struktural atau pada level birokrasi diawali
dengan masuk Islamnya para raja-raja yang kemudian diikuti oleh rakyatnya.
Perpindahan agama para penguasa ini memfasilitasi percepatan perkembangan Islam
secara kuantitatif. Bahkan dengan masuknya Islam dalam kelompok bangsawan dan
raja, pada
akhirnya mereka akan mendalami dan memahami Islam dalam komunitasnya dan ini
awal munculnya sosok sultan yang ulama.11 Sedangkan pada level bawah Islam masuk

10
Moeflih Hasbullah, Sejarah Intlektual, p. 21.
11
Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Raden Fatah dari Demak dll.
dan berkembang pendekatan kebudayaan, seperti seni wayang yang kemudian
dijadikan sarana dakwah dengan memberikan sentuhan, warna dan simbol-simbol
keislaman, pesan yang disampaikanpun bernilai ajakan kepada ajaran Islam. 12 Adanya
berbagai saluran proses islamisasi sebagaimana tersebut di atas memperlihatkan
dengan jelas, bahwa masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia melibatkan semua
lapisan
masyarakat dan semua bidang keahlian. Kenyataannya Islam disebarkan oleh selain
para ahli dakwah dan pendidikan, tapi juga oleh para ekonom, budayawan, seniman,
politikus, pejabat pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.
Pada sisi lain perkembangan Islam oleh para ulama ini berjalan secara efekif
dan kondusif didukung oleh tiga aspek lain yaitu :
1. Kerajaan-kerajaan Hindu yang mengalami kemerosotan dan kemudian runtuh
(Sriwijaya, Pajajaran dan Majapahit);
2. Jalur perdagangan yang luas secara masif diperankan oleh saudagar muslim
Arab, muslim Cina dan muslim India;
3. Ajaran Islam tentang egalitarianism yang tidak mengenal kasta seperti dalam
Hindu, membuat rakyat kelas bawah memilih Islam.13
Perbedaan mendasar antara perkembangan Indonesia dengan perkembangan di
wilayah lainnya adalah modusnya. Satu hal yang perlu digarisbawahi berkenaan
dengan
isu ini adalah bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan
internasional
dibawa oleh para pedagang. Watak pedagang yang sangat menekankan komunikasi
dan negoisasi menjadi ciri khas perkembangan awal Indonesia. Dari realita ini
dipahami bahwa perkembangan Islam di indonesia berjalan secara damai dalam
bentuk transpformasi sosial.14 Dapat dikatakan perkenalan penduduk Indonesia terjadi
dalam
konteks alamiah kegiatan ekonomi perdagangan. Artinya motif ekonomi perdagangan
menjadi faktor pendorong utama gelombang awal orang Indonesia masuk Islam.15

12
Gamelan sekaten Sunan Kalijaga baca Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa (Bandung: Mizan, 1995), p.
90.
13
Moeflih Hasbullah, Sejarah Intlektual, p. 23.
14
Hasan, Sejarah Pendidikan, p. 92.
15
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, p. 31.
Gelombang perkembangan berikutnya terjadi sekitar abad ke-13 Masehi
hingga abad ke-16 Masehi oleh para da’i professional dari kalangan Sufi. Pada taraf
ini juga diketahui bahwa para Sufi memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan
melakukan penyebaran dengan cara persuasif. Gelombang para da’i dari golongan
Sufi ini berjasa
besar dalam meningkakan intensitas Perkembangan Indonesia secara signifikan.
Secara
sepesifik Hasan berpendapat bahwa kombinasi rintisan para pedagang dan upaya yang
lebih terorganisisr oleh para da’i Sufi ini menghasilkan gelombang besar
perkembangan
abad ke 15 Masehi dan seterusnya.38 Dari uraian ini dapat dipahami bahwa ada
sinergitas antara para pedagang dan para da’i dari kelompok Sufi dalam
mengembangkan Islam di Indonesia.
Daya Tarik persuasif para Sufi dan motif dagang para pedagang kerap berjalin
secara harmonis melatarbelakangi konversi para penguasa ataupun masyarakat asli
Indonesia dalam jumlah yang banyak. Kehadiran para Sufi juga membawa pengaruh
lain pada pola perkembangan. Bila para pedagang umumnya lebih banyak berintegrasi
dan beroperasi di sepanjang garis pantai yang memang berwatak kosmopolitan, maka
para sufi merintis dakwah ke daerah pedalaman.
Dari sisi waktu, bila para pedagang merupakan agen perkembangan yang
bersifat temporer karena harus bolak balik dari dan ke Indonesia. Maka para Sufi
merupakan agen perkembangan yang lebih permanen. Pada umumnya da’i Sufi ini
datang dan menetap di Indonesia dalam waktu yang lama atau bahkan selamanya.
Mereka inilahkemudian yang memulai modus lain dalam proses perkembangan, yakni
melalui interaksi kultural dengan masyarakat asli Indonesia. Perkawinan dengan
perempuan lokal menjadi salah satu modus perkembangan yang sangat efektif,
berdampak luas dan permanen. Modus ini yang menjadi alasan didapatinya komunitas
keturunan Arab dalam jumlah besar diberbagai wilayah Indonesia.
Peningkatan jumlah penduduk yang beragama Islam menjadi indikator bahwa
perkembangan Indonesia berjalan secara efektif dan masif yang dimulai pada abad ke-
13 Masehi. Akan tetapi model ini memberi efek pada watak dan wajah Islam
Indonesia.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa Islam Indonesia memiliki watak yang berbeda
dengan wilayah Islam lainnya.
Ada klaim yang mengatakan bahwa watak damai dalam penyebaran Islam ini,
maka tranformasi nilai-nilai yang telah berakar kuat di kalangan masyarakat Indonesia
ke nilai-nilai Islam sesunggguhnya belum selesai bahkan masih berlangsung.
Perdebatan hangat tentang berbagai praktek Islam yang disinyalir masih membawa
sisa-sisa agama lama kerap dikutip sebagai bukti dari proses yang belum tuntas itu.
Model Peralihan agama masyarakat yang demikian ini disebut dengan model adhesi
yaitu model agama dimana pemeluknya menerima agama baru, tetapi pada saat yang
sama masih mempetahankan berbagai anasir keyakinan lamanya, dan berupaya
mendamaikan keduanya. Perkembangan model ini berjalan secara evolusioner dan
memakan waktu yang sangat lama.16

16
Hasan, Sejarah Pendidikan, p. 93.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu :
Singgahnya pedagang-pedagang Islam di Pelabuhan-pelabuhan Nusantara,
Sumbernya adalah berita luar negeri terutama Cina, Adanya komunitas-komunitras
Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita
asing juga makam-makam Islam dan Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
2. Sedangkan proses masuknya islam di indonesia berkembang ada enam yaitu:
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik dan di tambah
dengan saluran dakwah menurut referensi lain. Dari saluran di ataslah Islam bisa
menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya
diakui sebagai kebudayaan Indonesia sampai sekarang seperti pengaruh bahasa,
nama, adat-istiadat dan pengaruh kesenian. Sebab itu, masuknya Islam di nusantara
tidak merusak tatanan kebudayaan melainkan mengakomodir yang direkonstruksi
formulasinya dalam ajaran Islam.
B. Saran
Demikanlah makalah tentang masuknya islam di indonesia yang telah kami paparkan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.harapan
pemakalah, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru dan bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia. MUI. 1991.

Asari, Hasan. Sejarah Pendidikan Islam , Medan: Perdana Publishing, 2018.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan

XVIII, Bandung: Mizan, 1994.

Buchori, Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam. Jakarta: Pustaka Intermasa. 2009.

Graaf, H. J. de. Awal Kebangkitan Mataram, Masa Pemerintahan Senapati. Jakarta: Grafiti
Pers. 1987.

Hasbullah, Moeflih. Sejarah Sosial Intelektual Islam Indonesia, Bandung; Pustaka, 2012.

Hasjmy, A. Sejarah Masuk dan Berkembanganya Islam di Indonesia, Bandung: Al-MA’arif,

1989.

Nawawi, Chatibul Umam dan Abidin. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Menara
Kudus. 1984.

Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia II.
Jakarta: Balai Pustaka. 1984.

Pigeud, H. J. de Graaf dan Th. G. Th. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
1985.

Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers 2012.

Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. 1976.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1993

Anda mungkin juga menyukai